Anda di halaman 1dari 6

Metode Ilmiah

Kata "metode" berasal dari bahasa Yunani "methods", yang terdiri dari dua bagian yaitu
"meta" yang berarti menuju, melalui, mengikuti, atau sesudah, dan "hodos" yang berarti jalan,
perjalanan, cara, atau arah. Jadi, "methodos" secara harfiah berarti penelitian. Metode ilmiah,
hipotesis ilmiah, dan uraian ilmiah adalah contoh-contoh dari penggunaan metode. Metode
adalah pendekatan yang mengikuti aturan-aturan tertentu secara sistematis yang digunakan
dalam melakukan tindakan atau penelitian (Johannis Siahaya, 2013 : 10).

Metode Ilmiah atau Metode Keilmuan adalah suatu prosedur dalam memperoleh
pengetahuan yang dikenal sebagai ilmu. Secara sederhana, metode ilmiah adalah langkah-
langkah yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Untuk disebut sebagai ilmu,
suatu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam metode ilmiah.
Peraturan-peraturan yang ada dalam metode ilmiah dipelajari melalui metodologi ilmiah.
Secara filsafat, metodologi ilmiah termasuk dalam apa yang disebut sebagai epistemology
(Fuad Masykur, 2019 : 63).

Metode ilmiah merupakan cara berpikir yang memungkinkan kita menghasilkan


pengetahuan ilmiah yang memiliki ciri khas, yaitu rasional dan teruji secara empiris.
Rasionalisme menekankan pada pemikiran logis dan koheren, sementara empirisme menguji
pengetahuan melalui pengalaman nyata. Dengan menggunakan pendekatan ini, kita dapat
membangun pengetahuan yang dapat diandalkan dan memiliki dasar yang kuat. Dalam proses
memperoleh ilmu, terdapat beberapa metode, diantaranya (Wahana Paulus, 2016 : 155) :

1. Metode Deduktif
 Metode deduktif adalah jenis penalaran yang menggunakan informasi, premis, atau
aturan umum yang sudah diketahui untuk mencapai kesimpulan yang telah terbukti
(T. Heru Nurgiansah, 2020 : 4).
 Metode deduktif adalah cara berpikir yang menggunakan pernyataan umum untuk
menarik kesimpulan yang spesifik atau lebih khusus. . (Junaiddin Zakaria, 2023 : 84)
 Prinsip deduktif adalah “segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam
satu kelas/jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang
terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus ini benar-benar merupakan
bagian/unsur dari hal yang umum itu” (Ginting dan Situmorang, 2008 : 46).
 Berpikir deduktif memberikan sifat rasional (kritis, logis, dan sistematis) pada
pengetahuan ilmiah, yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan ilmiah disusun secara sistematis dan kumulatif, dengan menyusun
argumen berdasarkan pengetahuan yang sudah ada untuk mencapai pemahaman yang
baru (Wahana Paulus, 2016 : 155-156).
 Metode deduktif sering digunakan untuk menguji hipotesis. Dari hubungan-
hubungan yang kompleks antara fenomena, seseorang dapat menyimpulkan proposisi
tentang faktor penyebab dalam pengujian hipotesis (Junaiddin Zakaria, 2023 : 84-87).
 Dalam penalaran deduktif, sering digunakan pola berpikir yang disebut silogisme
(Junaiddin Zakaria, 2023 : 84).
 Sillogisme yang dicetuskan oleh Filsuf Klasik, Aristoteles (Suaedi, 2016 : 54).
 Silogisme adalah bentuk argumen yang terdiri dari tiga pernyataan. Pernyataan
pertama disebut premis major, pernyataan kedua disebut premis minor, dan
pernyataan ketiga disebut konklusi/kesimpulan. Premis major (PMj) adalah proposisi
umum yang mencakup teori, hukum, atau prinsip dalam suatu ilmu pengetahuan.
Premis minor (PMn) adalah proposisi yang berhubungan dengan fenomena khusus
yang dapat diamati atau ingin diketahui. Konklusi (K) atau kesimpulan adalah
jawaban logis dari premis minor tersebut (Ginting dan Situmorang, 2008 : 46).
 Contoh (Ginting dan Situmorang, 2008 : 46) : Ingin diketahui tentang sifat dari besi
dalam peristiwa pemanasan (premis minor). Selanjutnya dicari suatu generalisasi dari
peristiwa pemanasan itu (premis majornya).
Proposisi 1 (PMj) : Semua logam jika dipanaskan akan memuai
Proposisi 2 (PMn) : Besi adalah logam
Proposisi 3 (K) : Jika besi dipanaskan, maka akan memuai
 Kesulitan dalam metode deduktif adalah (Ginting dan Situmorang, 2008 : 47) :
1) keterampilan penalar dalam mencari / menentukan generalisasi (teori/dalil/hukum)
yang akan dijadikan premis major.
2) keterampilan dalam merumuskan proposisi faktual (fenomena) untuk menentukan
premis minornya.
3) persoalan "conception" atau pemahaman konseptual. Konsep-konsep yang ada
harus dikaji untuk membentuk proposisi-proposisi, baik sebagai premis major
maupun minor. Contohnya, kita mencari pemahaman tentang apa sebenarnya
konsep logam, konsep besi, konsep pemanasan, konsep memuai, dan sebagainya.
4) persoalan "judgement" yang melibatkan penentuan kebenaran hubungan antara
satu konsep dengan konsep lainnya dalam setiap proposisi. Contohnya, kita
mengevaluasi apakah hubungan antara konsep logam dengan konsep pemanasan
dan pemuaian itu benar atau sesuai, begitu pula antara konsep besi dengan konsep
logam dan sebagainya.
5) persoalan “reasoning” (argumentasi) dalam menjelaskan mengapa besi adalah
bagian atau unsur dari kelas atau jenis logam, dan sebaliknya.
 Secara logika, ada dua jenis kesalahan silogisme yang disebabkan oleh hal-hal
sebelumnya, yaitu kesalahan isi atau materi dan kesalahan bentuk atau format
(Ginting dan Situmorang, 2008 : 47-48).
a. Contoh salah dari segi materi dan premisnya. Walaupun hanya satu premis yang
salah, maka kesimpulannya salah.

(PMj) : Kedinamisan kelembagaan sosial ditentukan oleh kepemimpinan


pemimpinnya. (B)

(PMn) : Perguruan tinggi tidak termasuk kelembagaan sosial. (S)

(K) : Kedinamisan perguruan tinggi tidak ditentukan kepemimpinan


pemimpinnya. (S)

b. Contoh Salah dari segi format yaitu kesalahan dalam deduksi, terjadi ketika materi
atau isi dari premis major dan premis minor benar, tetapi jalannya penalaran yang
digunakan salah, sehingga menghasilkan kesimpulan yang salah.
(PMj) : Semua kera bermata dua. (B)
(PMn) : Semua wanita bermata dua. (B)
(K) : Maka wanita adalah … (?)
 Manfaat metode deduktif antara lain (Suaedi, 2016 : 54-55) :
a. Melalui logika deduktif, kita dapat menentukan kesesuaian suatu pernyataan.
Dengan meletakkan premis mayor dan minor dengan tepat, kita dapat mencapai
kesimpulan yang sesuai dengan kedua premis tersebut. Manfaat dari pendekatan
ini tidak hanya berlaku dalam kegiatan ilmiah, tetapi juga bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Melalui silogisme, kita dapat menghasilkan berbagai kesimpulan yang mendukung
pernyataan fundamental tanpa perlu melakukan pengamatan langsung. Sebagai
contoh, kita tidak harus secara langsung mengamati planet Jupiter untuk
mengetahui hukum revolusi dan rotasi planet, tetapi kita dapat menggunakan
deduksi untuk menyimpulkan bahwa semua planet mengalami perputaran
terhadap matahari atau pada diri mereka sendiri.
2. Metode Induktif
 Metode induktif adalah cara berpikir yang dimulai dengan pernyataan khusus untuk
mencapai kesimpulan yang umum (T. Heru Nurgiansah, 2020 : 4).
 Metode induktif dimulai dengan hal-hal khusus yang dianggap sebagai contoh dari
suatu fenomena dan kemudian ditarik secara generalisasi (Ginting dan Situmorang,
2008 : 44).
 Metode induktif / induksi adalah sebuah pendekatan ilmiah yang melibatkan analisis
dari kasus-kasus spesifik (individu) untuk mencapai kesimpulan yang lebih umum
(universal). Proses induksi dimulai dengan menyelidiki fenomena khusus secara
berurutan, kemudian dilakukan generalisasi dan abstraksi, dan diakhiri dengan
penarikan kesimpulan yang bersifat umum. Metode induksi ini sering digunakan
dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam ilmu pengetahuan alam yang
melibatkan observasi dan eksperimen. Dengan kata lain, metode ini berdasarkan pada
fakta-fakta yang dapat diuji untuk memastikan kebenarannya (Suaedi, 2016 : 53).
 Prinsip metode induktif adalah: “jika sejumlah besar A (fakta-fakta dan suatu
fenomena) diamati pada variasi kondisi yang luas, dan ternyata semua A yang
diamati itu menunjukkan adanya sifat B, maka semua A (termasuk yang tidak
diamati) akan memiliki sifat B pula”. Secara general dinyatakan bahwa “semua A
memiliki sifat B” (Ginting dan Situmorang, 2008 : 44).
 Metode induktif sering digunakan untuk menemukan pola atau aturan alamiah dari
fenomena tertentu dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan spesifik
(Junaiddin Zakaria, 2023 : 86).
 Contoh 1 : dari pengamatan bahwa banyak hewan memiliki mulut seperti ikan,
kodok, ayam, kuda, kambing, dan burung, kita dapat menyimpulkan bahwa semua
binatang memiliki mulut (Junaiddin Zakaria, 2023 : 86).
 Metode ini digunakan untuk membuktikan suatu hal. Dalam pendekatan induktif,
ilmu tidak menentang pencipta, tetapi mencoba memahami sebab dan akibat dari
peristiwa-peristiwa di alam semesta yang telah diciptakan oleh Tuhan (Junaiddin
Zakaria, 2023 : 86).
 Metode induktif adalah cara berpikir yang mengikuti kriteria kebenaran
korespondensi (suatu pernyataan dianggap benar jika isi pernyataan tersebut cocok
dengan fakta-fakta yang dapat ditemukan dalam pengalaman nyata). Pernyataan
dianggap benar jika ada dukungan fakta empiris. Ilmu pengetahuan mencari jawaban
pada realitas dunia yang nyata karena masalah yang dihadapinya juga nyata. Fakta-
fakta menjadi dasar ilmu pengetahuan, dan penjelasan yang diberikan harus
memiliki dukungan fakta empiris agar dapat dianggap benar (Wahana Paulus, 2016 :
156).
 Penggunaan metode induktif dalam menguji hipotesa mempunyai dua macam
keuntungan: (Junaiddin Zakaria, 2023 : 87-88).
a. Pernyataan atau kesimpulan yang diambil sifatnya umum, lebih efisien,
menghubungkan berbagai fakta dan pemahaman yang komprehensif .
b. Pernyataan umum dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan alasan lebih
lanjut, baik secara induktif maupun deduktif. Dalam penalaran induktif,
pernyataan umum dapat disimpulkan menjadi pernyataan yang lebih umum lagi.
Contohnya, dengan melihat bahwa binatang memiliki mulut, kita dapat
menyimpulkan bahwa semua makhluk ciptaan Tuhan memiliki mulut.
 Francis Bakon menyampaikan tiga prinsip (prinsip Bakon) untuk mencapai hakikat
induktif atau sebelum menetapkan ciri-ciri, sifat-sifat atau unsur-unsur mana yang
harus ada dan yang tidak dapat dipisahkan dari fenomena itu. antara lain: (Ginting
dan Situmorang, 2008 : 45).
a. Tabulasi/pencatatan ciri-ciri positif: yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi
dalam suatu kondisi.
b. Tabulasi/pencatatan ciri-ciri negatif: yaitu pencatatan pada kondisikondisi mana
suatu kejadian tidak timbul.
c. Tabulasi/pencatatan variasi kondisi: yaitu pencatatan ada atau tidaknya perubahan
ciri-ciri pada kondisi-kondisi yang berubah-ubah.

Strategi Pendekatan dalam Mencari Pengetahuan

Empirisme

a. Empirisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Emperia” yang artinya pengalaman.

Daftar Pustaka

Ginting, Paham, and Syafrizal Helmi Situmorang. Filsafat Ilmu Dan Metode Riset. Medan:
USU Press, 2008.

Masykur, Fuad. “Metode Dalam Mencari Pengetahuan Sebuah Pendekatan Rasionalisme


Empirisme Dan Metode Keilmuan.” Tarbawi 1 (2019).
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/91-Article Text-115-1-10-20190813.pdf.

Nurgiansah, T. Heru. Filsafat Pendidikan. CV. Pena Persada. Banyumas: CV. Pena Persada,
2020.

Siahaya, Johannis. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Charista Press, 2013.

Suaedi. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press Printing, 2016.

Wahana, Paulus. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Pustaka Diamond. Yogyakarta: Pustaka


Diamond, 2016. https://repository.usd.ac.id/7333/1/3. Filsafat Ilmu Pengetahuan (B-
3).pdf.

Zakaria, Junaiddin. Filsafat Ilmu. Makassar: Yayasan Bina Insan Kamil, 2023.

Anda mungkin juga menyukai