Anda di halaman 1dari 19

Tugas Resume 4

Rabu / 21-09-2022

RESUME FILSAFAT ILMU


“METODE-METODE DALAM ILMU PENGETAHUAN”

OLEH:
Nurhamdin Putra (22175021)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Fatni Mufit, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
Metode – Metode dalam Ilmu Pengetahuan

A. Metode Induktif
Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-
langkah yang sistematis. Kata metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan
meta (menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara, arah)
kata methodos sendiri lalu berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah.
Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu (Bakker, 1990). Metode dapat
dirumuskan sebagai suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik
ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Adapun
metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode, aturan yang harus dipakai
dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka
metodologi lebih bersifat umum dan metode bersifat khusus (Suhartono, 2005).
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi dalam
suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang luas diterima, ilmu-ilmu
empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila bertolak dari pernyataan tunggal seperti
gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai pada pernyataanpernyataan
universal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal
atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Apabila
orang menerapkan cara penalaran yang bersifat induktif berarti orang bergerak dari bawah ke atas.
Artinya, dalam hal ini orang mengawali suatu penalaran dengan memberikan contoh-contoh
tentang peristiwa-peristiwa khusus yang sejenis kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum (Sudarto, 2002).
Menurut Wiramihardja (2007) Langkah- Langkah metode induktif antara lain sebagai berikut.
1. Perumusan hipotesis
Sebuah hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara terhadap masalah yng diselidiki.
Kebenaran hipotesis tersebut harus diuji dalam penelitian. Hendaknya, hipotesis ini
berdasarkan perumusan anggapan dasar, yaitu pendapat yang mendasari hipotesis itu
dipandang benar tanpa pembuktian.
2. Pengumupulan data
Data dikumupulkan atas dasar hipotesis. Hasil penyelidikan bergantung pada ketertiban
pengumupulan data ini. Pengumupulan data dilakukan berdasarkan observasi dan eksperimen.
3. Klasifikasi data
Data harus diklasifikasikan untuk memungkinkan ditariknya kesimpulan.
4. Generalisasi
Inilah yang dimaksud dengan kesimpulan, yaitu suatu pendapat yang bersifat umum, kerap kali
disebut hukum atau kaidah. Metode ini oleh Windelband disebut nomotetis.
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penalaran
induktif ini, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat
umum. Contoh menarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif:
➢ Bukti 1: logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
➢ Bukti 2: logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
➢ Bukti 3: logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.
B. Metode Deduktif
Metode deduksi adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah
dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yag bersifat umum, kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Apabila orang menerapkan cara penalaran yang bersifat
deduktif berarti orang bergerak dari atas menuju ke bawah. Artinya, sebagai langkah pertama
orang menentukan satu sikap tertentu dalam menghadapi masalah tertentu, dan berdasarkan atas
penentuan sikap tadi kemudian mengambil kesimpulan dalam tingkatan yang lebih rendah.
Metode Deduktif digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari sebuah
teori yang kemudian di buktikan dengan pencarian fakta. Metode deduktif adalah suatu metode
yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui
sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan
melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3. Kesimpulan
Contoh menarik kesimpulan dengan metode deduktif:
Premis mayor: Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran fisika.
Premis minor: Bobi adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan: Bobi wajib mengikuti jam pelajaran fisika.
Dalam konteks penalaran deduktif, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami
suatu gejala. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin
akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak tepat. Penarikan secara langsung ditarik dari 1 premis. Penarikan secara
tidak langsung ditarik dari 2 premis. Premis pertama yang bersifat umum sedangkan premis kedua
bersifat khusus. Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1. Silogisme kategorial
Silogisme Kategorial yaitu Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi:
• Premis umum: Premis Mayor (My)
• Premis khusus: remis Minor (Mn)
• Premis kesimpulan: premis kesimpulan (K), dalam simpulan terdapat subjek dan predikat.
Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme kategorial:
My: semua mahluk hidup bisa bernafas
Mn: kucing adalah mahluk hidup
K: kucing bisa bernafas
2. Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu: bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh silogisme hipotesis:
My: jika tidak ada uang manusia sangat kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Mn: Uang tidak ada
K: jadi, manusia akan kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
3. Silogisme alternatif
Silogisme Alternatif yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh silogisme alternatif:
My: Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
Mn: Kucing berada di luar rumah
K: Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah
4. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh Entimen:
• Dia naik jabatan karena ia rajin bekerja.
• Anda naik gaji karena anda berhak menerima kenaikan jabatan itu.
C. Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah cara kerja sekaligus proses berlangsungnya kegiatan dalam membangun
ilmu pengetahuan, yaitu dari pengetahuan pra ilmiah, dilakukan secara sistematis dan mengikuti
asas pengaturan prosedural-teknik-normatif dan memenuhi persyaratan kesahihan atau kesahan
keilmuan.
1. Karakteristik Metode Ilmiah
Ilmu pengetahuan itu memerlukan fakta-fakta nyata baik yang sudah tersedia maupun yang
dikumpulkan melalui penelitian, berupa data empiris yang terjangkau oleh pengalaman
indrawi. Data empiris ini dikumpulkan dan diamati, diukur dan dianalisis lebih lanjut.
Pertimbangan objektif, segala sesuatu yang dilakukan, digunakan untuk diamati berlangsung
secara objektif, sehingga hal yang sama dapat dilakukan atau diulang oleh pihak lain yang
berminat dengan metode dan teknik yang sama. Jadi dia bebas dari prasangka atau
pertimbangan yang subjektif.
a) Asas analisis
Segala sesuatu disoroti secara kritis-analitis dari segi karakteristik, posisi dan kaitan
fungsional dengan yang lain, sehingga jelas makna, fungsi dan perannya. Hal itu penting untuk
mengetahui faktor-faktor yang terlibat dalam suatu masalah, sifat pengaruh masing-masing
faktor atau gabungan faktor satu terhadap yang lain dan dengan masalah yang bersangkutan.
Asas analisis itu mempunyai makna strategis dalam rangka membangun teori yang mampu
menjelaskan masalah dan dalam rangka mengantisipasi apa yang akan terjadi atau untuk
mencegah dampak negatifnya.
b) Sifat kuantitatif
Dalam penelitian modern, analisis kuantitatif merupakan metode ilmiah yang memiliki
dukungan pencapaian validitas yang tinggi reliabilitasnya, artinya mempunyai peluang
kebenaran yang tinggi. Oleh karena itu diupayakan untuk memperoleh data empiris yang
bersifat kuantitatif seperti satuan ukur luas (Ha, Km2, m2) ukuran panjang (km, m) ukuran berat
(ton, kg) satuan ukuran volume (m3, liter, cc) ukuran waktu (tahun, bulan, minggu, hari, jam).
Disamping itu terdapat sifat kuantitatif yang di kuantifikasi kan dengan memberi bobot
(ranting), peringkat (rangking) atau skor (skoring).
c) Logika deduktif-hipotesis
Deduksi bertitik tolak dari bukti-bukti yang sudah memiliki kebenaran pasti seperti hasil
penelitian pakar terdahulu. Dalam silogisme bukti tersebut dinamakan premis. Makin banyak
makin baik untuk mengambil kesimpulan khusus dari premis yang bersifat umum. Proses
demikian disebut logika deduktif, dan kesimpulan khusus tersebut dinamakan hipotesis yang
kebenarannya sudah diarahkan oleh kebenaran premis-premisnya.
d) Logika induktif-generalisasi
Logika induktif adalah pemikiran rasional dari data empiris yang peluang kebenarannya
bersifat probabilistik. Logika induktif penting untuk menguji hipotesis. Bila didukung oleh
data empiris berarti ia mendapat verifikasi atau dapat diterima kebenaran ilmiahnya.
2. Langkah-Langkah dalam Metode Ilmiah
a) Penetapan masalah
Masalah dapat berupa gejala alam atau sosial dan menarik perhatian seseorang peneliti
untuk didalami. Langkah pertama yang harus yakin bahwa gejala atau fenomena yang diamati
masih aktual dan relevan untuk diteliti. Dalam hal ini ada dua sumber, yaitu khasanah ilmu
pengetahuan berupa kepustakaan atau literatur dan konsultasi dengan tokoh ilmuwan senior
yang telah mempunyai otoritas akademik dalam disiplin ilmunya. Selain itu masalah
dirumuskan dalam bentuk tema sentral masalah untuk menemukan pokok masalah. Beberapa
sumber dapat ditelusuri seperti jurnal dan majalah ilmiah. Dalam perumusan masalah terdapat
beberapa hal penting; pertama betapa pentingnya dilakukan penelitian bahkan dalam waktu
dekat. Kedua, masalahnya menyangkut kepentingan umum atau masyarakat. Ketiga, tujuan
positifnya dapat diamankan. Keempat, dampak negatifnya dapat ditekan dan tidak berlarut-
larut; argumentasi yang mendasari nilai kegunaan penelitian dan tingkat urgensi dilakukannya
penelitian, secara implisit harus terkandung dalam jiwa perumusan tema Sentral masalah.
b) Penyusunan kerangka pemikiran dan premis
Ilmu pengetahuan tidak dimulai dengan halaman kosong, melainkan merupakan lanjutan
dari akumulasi hasil karya ilmiah terdahulu. Sejalan dengan itu teori demi teori diuji kebenaran
ilmiahnya. Ada teori yang berguguran dan silih berganti diisi oleh yang baru namun ada pula
yang bertahan terus dan menjadi hukum. Menyusun kerangka pemikiran itu hanya dengan
menggunakan teori-teori yang masih berlaku. Pilihan teori dipandu oleh kata-kata kunci, yaitu
faktor-faktor yang tersirat dan tersurat dalam perumusan tema sentral masalah. Jadi kerangka
pemikiran merupakan rangkuman mengenai faktor-faktor yang terlibat karakteristik masing-
masing dari sifat pengaruhnya terhadap masalah. Kerangka pemikiran dapat digolongkan
kepada esai argumentasi, yaitu menampilkan sikap dan pandangan peneliti dalam mengkaji
masalah yang bersangkutan. Kerangka pemikiran merupakan argumentasi dasar dan dokumen
dasar teoritis yang kuat. Kerangka pemikiran itu menjadi pengantar ke arah barang
perlengkapan dan ketajaman penguasa "the state of affairs" tentang masalah yang dihadapi.
c) Perumusan hipotesis
Pada dasarnya hipotesis sama dengan premis, yaitu berfungsi sebagai landasan teoritis
yang memandu persiapan operasionalisasi penelitian dalam rangka mengungkap data empiris,
relevan dengan pengaruh dan keterlibatan factor-faktor yang terkandung dalam hipotesis.
Hipotesis berupa perumusan secara eksplisit dan sederhana yang bersifat deklaratif
(menyatakan) tentang apa yang di antisipasinya sebagai jawaban tentatif (sementara) terhadap
masalah yang diteliti. Makin banyak premis yang tersedia, makin banyak pula peluang untuk
mengembangkan hipotesis. Hipotesis merupakan upaya sumbangan teori baru kepada
pengembangan ilmu yang harus diuji melalui penelitian. Lihat suka memberi identitas kepada
peneliti dalam hal orisinalitas penelitian. Hipotesis hendaknya dirumuskan secara efektif dan
efisien dengan sifat-sifatnya, seperti eksplisit, konkrit, sederhana, deklaratif dan prediktif atau
antisipatif.
d) Pengujian hipotesis
Pengujian Hipotesis merupakan tindak lanjut dan konsekuensi logis dari fungsi dan peran
hipotesis, yaitu sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Dalam hipotesis
terkandung acuan-acuan atau landasan teoritis yang memandu kearah persiapan penelitian
untuk mengungkap data-data empiris pendukung. Setelah dianalisis dan diinterpretasi,
kemudian data dikelompokkan mana yang mendukung dan mana yang tidak mendukung
hipotesis. Proses menata data empiris yang tersebar dan terhimpun ke dalam kelompok yang
memungkinkan dilakukan suatu generalisasi disebut logika induktif yang menganut asas
korespondensi. Adapun asas korespondensi ialah kesesuaian antara hipotesis sebagai hasil
pemikiran rasional (bersifat abstrak) dengan dukungan data empiris. Bila data empiris
mendukungnya, berarti hipotesis diverifikasi sebagai yang dapat diterima. Sebaliknya bila data
empiris tidak mendukungnya maka hipotesis difalsifikasi atau ditolak.
e) Penarikan kesimpulan
Pengujian hipotesis mengundang untuk melakukan langkah terakhir dalam metode ilmiah;
yaitu untuk menarik kesimpulan yang menentukan sah tidaknya. Dalam hal ini hipotesis yang
diterima beserta dukungan faktor lain yang memberikan kelayakan inferensi ilmiah, yaitu
berupa kesimpulan umum. Sesuai ruang lingkup penelitiannya maka kesimpulan umum dapat
lebih dari satu jumlahnya, untuk selanjutnya dijabarkan menjadi kesimpulan-kesimpulan
khusus. Kesimpulan umum itu sifatnya cenderung kualitatif, sedangkan kesimpulan khusus
merupakan penjabaran yang bersifat kuantitatif.
3. Siklus Empiris Metode Ilmiah
Siklus empiris merupakan umpan balik ilmu yang berupa produk kepada khazanah ilmu
pengetahuan. Dalam hipotesis, yang diterima kebenaran ilmiahnya berarti diperoleh teori baru
yang menambah kekayaan khasanah ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, teori baru merupakan
tambahan evidensi baru untuk menjadi premis baru sebagai sumber pengembangan hipotesis
yang baru lagi. Hal tersebut mendorong penelitian berikutnya yang menguji hipotesis untuk
akhirnya dilakukan penarikan kesimpulan. Dengan demikian hipotesis yang diterima
memasuki siklus empiris metode ilmiah. Hipotesis yang ditolak atau tidak diterima juga
memasuki pola siklus empiris metode ilmiah. Sumbangannya bersifat korektif terhadap
peneliti yang bersangkutan, dalam arti ia harus menelaah kembali kerangka pemikiran dan
premis-premisnya untuk menjelaskan "mengapa sebelumnya merumuskan hipotesis yang
akhirnya ditolak".
Ada dua kemungkinan. Pertama, ketersediaan premis-premis ketika itu tidak lengkap,
antara lain majalah ilmiah baru sempat diperoleh. Kedua, premis-premis hanya itu-itu saja.
Dalam hal ini peneliti tidak mengantisipasi kemungkinan masuknya variabel pengganggu
dalam proses penelitian yang berlangsung. Artinya masalah baru hanya diketahui setelah
penelitian selesai, dan dikenal dengan istilah black box. Sekalipun demikian, tanggung jawab
peneliti tidak cukup hanya dengan memberi penjelasan sementara, apalagi yang sifatnya
spekulatif. Sementara itu ada hipotesis yang tidak dapat diterima sepenuhnya, karena ada
sebagian data empiris yang tidak mendukungnya. Perlu diberikan penjelasan tentang
kemungkinan penyebabnya. Hipotesis yang ditolak seluruhnya maupun sebagian merupakan
langkah imperatif yang korektif kepada peneliti yang bersangkutan. Kesimpulan yang ditarik
merupakan jawaban tentatif, yang berarti merupakan hipotesis baru yang mendorongnya untuk
diuji pada kesempatan berikutnya (Sudiantara, 2020).
D. Perbedaan Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah, dan Penelitia
1. Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu berasal dari Bahasa Arab, “alima, ya’lamu, ‘ilman dengan wazan fa’il, yaf’alu
yang berarti mengerti, memahami benar-benar.” Adapun pengertian ilmu dalam Kamus
Bahasa Indonesia adalah “Pengetahuan tentang suatu bidang yang di susun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejalah-gejalah
tertentu dibidang pengetahuan.” Mulyadhi Kertanegara mengatakan bahwa Ilmu adalah my
organized knowledge. Suriasumantri (2009) berpendapat bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan (metode ilmiah), sehingga ilmu dapat disebut
sebagai pengetahuan ilmiah. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa agar tidak terjadi kekacauan
antara pengertian “ilmu (science)” dan pengetahuan (knowledge) maka lebih menguntungkan
apabila kita menggunakan istilah “ilmu” daripada “ilmu pengetahuan”.
Dalam konteks peristilahan ilmu pengetahuan, Soetriono & Hanafie (2007) memandang
ada dua jenis pengetahuan, yakni “pengetahuan biasa” dan “pengetahuan ilmiah (ilmu)”.
Pengetahuan yang digunakan awam untuk kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui seluk-
beluk yang sedalam-dalamnya dinamakan pengetahuan biasa. Jenis pengetahuan lain, yakni
pengetahuan yang merupakan hasil telaah yang mendalam oleh ilmuwan, yang disebut sebagai
“ilmu pengetahuan”. Jadi, pada dasarnya ilmu pengetahuan bermakna sama dengan ilmu.
Penggunaan istilah ilmu pengetahuan semata-mata untuk menegaskan sifat keilmiahan ilmu
tersebut, sekaligus membedakannya dengan ilmu-ilmu lainnya yang tidak memenuhi kriteria
keilmiahan pengetahuan-pengetahuan penyusunnya.
Pada prinsipnya ilmu dan pengetahuan mempunyai perbedaan. Soewandi (1996)
menjelaskan pengetahuan merupakan pembentukan pemikiran assosiatif yang
menghubungkan atau menjalin sebuah pemikiran dengan kenyataan atau dengan pemikiran
lain, berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas
(sebab-akibat) yang hakiki dan universal. Sedangkan ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
menjelaskan kausalitas (hubungan sebab-akibat) dari suatu obyek secara sistematis
berdasarkan metode-metode tertentu. Di dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan ilmiah
disepadankan dengan ilmu. Ilmu memiliki sifat, yaitu: (1) menjelejahi dunia emperik tanpa
batas sejauh dapat ditanghkap oleh panca indera, (2) tingkat kebenaran bersifat relatif, (3) ilmu
menemukan proposisi-proposisi yang teruji secara emprik (Sodjawo, 2001).
Ilmu pengetahuan memiliki ciri, diantaranya: (1) mempunya batasan dan ruang lingkup
yang jelas, (2) metoda dalam membuktikan kebenaran, (3) sistematis, dan (4) terbuka untuk
dikaji kebenaranya. Oleh karena itu syarat utama dari ilmu pengetahuan harus konsisten
dengan teori sebelumnya serta memiliki kesesuaian dengan fakta emperis.
a. Susunan Ilmu Pengetahuan
Dalam buku What is Science karya Archei J. Bahm di dalam bukunya Muhammad Muslih
bahwa secara umum membicarakan enam komponen dari rancang bangun ilmu pengetahuan,
artinya dengan enam komponen itu, sesuatu itu bisa disebut ilmu pengetahuan, yaitu:
1) Adanya masalah (problem)
Dalam persoalan ini, Archei J. Bahm menjelaskan bahwa tidak semua masalah
menunjukkan ciri keilmiahan. Suatu masalah disebut masalah ilmiah jika memenuhi
‘persyaratan’, yaitu bahwa masalah itu merupakan masalah yang dihadapi dengan sikap dan
metode ilmiah; Masalah yang terus mencari solusi; Masalah yang saling berhubungan dengan
masalah dan solusi ilmiah lain secara sistematis (dan lebih memadai dalam memberikan
pemahaman yang lebih besar). Untuk itu ia menawarkan, masalah yang dapat dikomunikasikan
dan capable, yang disuguhkan dengan sikap dan metode ilmiah sebagai ilmu pengetahuan
awal, sudah pantas dikatakan “masalah ilmiah” (scientific problem).
2) Adanya sikap ilmiah
Sikap ilmiah, menurut Bahm paling tidak, meliputi enam karakteristik pokok, yaitu:
keingintahuan, spekulasi, kemauan untuk objektif, kemauan utnuk menangguhkan penilaian,
dan kesementaraan
3) Menggunakan metode ilmiah
Sifat dasar metode ilmiah ini, menurut Archei J. Bahm harus dipandang sebagai hipotesa
untuk pengujian lebih lanjut. “Esensi ilmu pengetahuan adalah metodenya”, sedang sisi yang
lain, “Berkenaan dengan sifat dasar metode ilmiah. Archei J. Bahm berpendapat bahwa metode
ilmiah itu adalah satu sekaligus banyak; dikatakan satu karena metode ilmiah, dalam
penerapannya tidak ada persoalan, sedang dikatakan banyak, karena pada kenyataannya
terdapat banyak jalan, yaitu:
a) Masing-masing ilmu mempunyai metodenya sendiri-sendiri, yang paling cocok dengan
jenis masalahnya sendiri.
b) Setiap masalah particular memerlukan metode uniknya sendiri.
c) Secara historis, para ilmuwan dalam bidang yang sama dalam waktu yang berbeda,
memakai metode yang sama sekali berbeda, lantaran berbeda dalam perkembangan teoritis
dan temuan teknologis.

d) Perkembangan yang cepat dalam banyak ilmu pengetahuan dan


e) Teknologi yang semakin lama semakin saling bergantung dewasa ini, memerlukan
perkembangan berbagai metodologi baru yang cepat, berkenaan dengan jenis masalah yang
lebih ruwet dan dinamis.
f) Siapa saja yang concern pada metode ilmiah harus mengakui bahwa metode ini mempunyai
tahapan-tahapan yang membutuhkan metode yang berbeda pada setiap tahapannya.
4) Adanya aktifitas
Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan, yang kemudian bisaa
disebut dengan “riset ilmiah”. Riset demikian mempunyai dua aspek: iindividu dan social.
Aspek Individu; Ilmu pengetahuan adalah suatu aktifitas yang dilaku-kan oleh orang-orang
khusus. Aspek Sosial; Aktivitas ilmiah mencakup lebih banyak dari apa yang dikerjakan oleh
para ilmuwan khusus.
5) Adanya kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah pengetuan yang dihasilkan. Makanya ilmu pengetahuan sering
dipahami sebagai kumpulan pengetahuan. Ide-ide adalah ilmu pengetahuan itu sendiri.
kesimpulan pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan ilmu
pengetahuan. Kesimpulan adalah akhir atau tujuan yang membenarkan sikap, metode, dan
aktifitasnya sebagai cara-cara. Kesimpulan adalah ilmu yang diselesaikan, bukan ilmu sebagai
prospek atau dalam proses.
6) Adanya pengaruh
Ilmu pengetahuan adalah apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan. Bagian apa yang
digarap oleh ilmu pengetahuan tersebut, kemudian menimbulkan pengaruh beraneka ragam,
yang dapat dihubungkan pada dua hal, yaitu; a) Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap teknologi
dan industri, yang disebut ilmu terapan. b) pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakat dan
peradaban.
b. Langkah Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, menyimpulkan bahwa penelitian dengan
menggunakan metode ilmiah, sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Merumuskan serta mendefinisikan masalah
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan.
Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan serta jelas. Sampai ke
mana luas masalah yang akan dipecahkan.
2) Mengadakan studi kepustakaan
Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya
yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. mencari bahan di perpustakaan
merupakan hal yang tak dapat dihindari oleh seorang peneliti.
3) Memformulasikan hipotesa
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang
materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4) Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan cara-cara
untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang, seperti
ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical
framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan
hubungan antarfenomena yang secara implisit terdapat dalam hipotesa, untuk diuji dengan
teknik statistik yang tersedia. Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk
keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data primer ataupun data sekunder yang akan
dikumpulkan oleh peneliti.
5) Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta
yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan. Teknik pengumpulan data akan
menjadi berbeda tergantung dari masalah yang dipilih serta metode yang digunakan. Misalnya,
penelitian yang menggunakan metode percobaan, maka data diperoleh dari plot-plot percobaan
yang dibuat sendiri oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode sejarah ataupun survei
normatif, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada responden, baik
secara langsung ataupun dengan menggunakan questionair.
6) Menyusun, menganalisa, dan memberikan interpretasi
Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum
analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa.
Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun membuat coding untuk analisa dengan
komputer. Sesudah data dianalisa, maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data
tersebut.
7) Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan,
dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus
berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima, ataukah hipotesa tersebut
ditolak. Apakah hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku secara
umum ataukah hanya berlaku pada kondisi khususnya saja.
8) Membuat laporan ilmiah
Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-
hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik
tersendiri pula.
2. Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan,
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Pengumpulan dan
analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif,
eksperimental atau non eksperimental, interaktif atau non interaktif.
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan proses penemuan melalui atau
penyelidikan yang bertujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau persoalan sebagai
suatu masalah yang diteliti. Penelitian Ilmiah merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan
suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki
integritas ilmiah. Penelitian dilaksanakan berdasarkan teori-teori, prinsip-prinsip, serta asumsi-
asumsi dasar ilmu pengetahuan dengan menggunakan penalaran deduktif serta prosedur dan
teknik sistematik. Sebagai contoh, Creswell (2012) menyebutkan setidaknya terdapat 6
sistematika penelitian yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) mencari literatur yang
sesuai dan mendukung, (3) menspesifikkan tujuan penelitian, (4) mengumpulkan data, (5)
menganalisa dan mengintepretasikan data, dan (6) membuat laporan dan evaluasi penelitian.
Aspek temuan dari suatu penelitian dalam bidang Ipteks secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai hasil ‘menemukan’ dan
‘mengembangkan’ (Mukhadis, 2013). Hasil penelitian dikelompokkan ke dalam kategori
menemukan apabila dari masalah, metode dan hasil penelitian tersebut memenuhi indikator
aspek kebaruan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya. Sedangkan hasil
penelitian dikatakan mengembangkan apabila temuan tersebut berupa penyempurnaan atau
modifikasi dari berbagai hasil penelitian sebelumnya yang berorientasi menghasilkan produk,
yang memiliki nilai tambah yang dignifikan terhadap produk yang telah ada sebelumnya.
Berikut akan dijabarkan beberapa tentang bentuk-bentuk konkret dari penelitian–
pengertian beserta contohnya, antara lain:
a. Eksperimen
Penelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian percobaan yang berusaha untuk
mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang
diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau pengaruh ketika kondisi-kondisi
tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap
variabel bebas dan pengaruhnya diamati pada variabel terikat. Menurut Emzir (2008) desain
penelitian ekperimen dibagi menjadi empat bentuk yakni, pre-experimental design, true
experimental design, quasy experimental design dan factorial design.
b. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini
tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau
menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2006)
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya, penelitian demikian
disebut penelitan perkembangan (Developmental Studies). Dalam penelitian perkembangan ini
ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross sectional atau
dalam potongan waktu.
c. Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data
guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Adanya hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena dengan mengetahui tingkat
hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian
(Sukardi, 2003). Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk memeriksa hubungan
diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis pernyataan yang menyatakan hubungan,
yaitu: (1) gabungan antara dua konsep, ada semacam pengaruh dari suatu konsep terhadap
konsep yang lain; (2) hubungan kausal, ada hubungan sebab akibat. Pada hubungan kausal,
penyebab diferensikan sebagai varibel bebas dan akibat direferensikan sebagai variabel terikat.
Pada penelitian korelasi tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel.
d. Komparatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang
sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
eksistensi variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa komparatif melibatkan
kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel
lainnya kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa lalu dan saat ini atau situasi-situasi
paralel yang berbeda, khusunya apabila peneliti tidak memiliki kontrol terhadap situasi yang
diteliti. Penelitian ini bisa memiliki perspektif makro (misal: internasional,nasional) dan mikro
(misal: komunitas, individu).
e. Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk memriksa proses
perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang bersifat kompleks dan
terlibat di dalam program. Misalnya adalah keefektifan, efisiensi dan kemenarikan suatu
program (Mukhadis, 2013).
f. Simulasi
Penelitian simulasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk mencari gambaran
melalui sebuah sistem berskala kecil atau sederhana (model) dimana di dalam model tersebut
akan dilakukan manipulasi atau kontrol untuk melihat pengaruhnya. Penelitian ini mirip
dengan penelitian eksperimental, perbedaannya adalah di dalam penelitian ini membutuhkan
lingkungan yang benar-benar serupa dengan keadaan atau sistem yang asli.
g. Survey
Desain penelitian survei adalah prosedur dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti
melakukan survei ke sampel atau ke seluruh populasi orang untuk menggambarkan sikap,
pendapat, perilaku, atau karakteristik populasi (Creswell, 2012). Penelitian survey digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan
sampel yang relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga,
organisasi dan unit-unit kemasyarakatan dan lain-lain, tetapi sumber utamanya adalah orang.
Desain survey tergantung pada penggunaan jenis kuisoner. Survey memerlukan populasi yang
besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata, semakin besar sample
survey semakin memberikan hasil akurat. Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama yaitu
menggambarkan keadaan saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk
membandinkan, menentukan hubungan kejadian yang spesifik.
h. Studi Kasus
Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat (misalnya, kegiatan,
acara, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan data yang luas. Studi kasus melibatkan
investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai suatu entitas atau objek studi yang dibatasi,
atau terpisah untuk penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk
memahami bahwa kasus dapat berupa individu, program, kegiatan, sekolah, ruang kelas, atau
kelompok. Setelah kasus didefinisikan dengan jelas, peneliti menyelidiki mereka secara
mendalam, biasanya menggunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti wawancara,
observasi lapangan, dan dokumentasi.
Studi kasus kolektif; (a) melibatkan beberapa kasus, (b) dapat terjadi selama bertahun situs,
dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka konseptual untuk studi kasus adalah bahwa
dengan mengumpulkan informasi mendalam tentang kasus, peneliti akan mencapai
pemahaman mendalam tentang kasus ini, apakah kasus itu adalah seorang individu, kelompok,
kelas, atau sekolah.
Penjelasan diatas sudah menjelaskan tentang ilmu pengetahuan dan penelitian. Untuk
penjelasan metode ilmiah dapat dilihat pada bagian C sebelumnya. Untuk lebih memahami
perbedaan antara ilmu pengetahuan, metode ilmiah, dan penelitian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah, dan Penelitian
Aspek Ilmu Pengetahuan Metode Ilmiah Penelitian
Definisi Pengetahuan yang Prosedur atau langkah- Proses pengumpulan
diperoleh dengan langkah sistematis dalam dan analisis data yang
menerapkan metode mendapatkan pengetahuan dilakukan secara
ilmiah di ataur secara ilmiah atau ilmu sistematis dan logis
sistematis dan langkah- pengetahuan. untuk mencapai tujuan
langkah pencapaiannya tujuan tertentu seperti
dipertangung jawabkan menemukan,
secara teoritis. mengembangkan, dan
menguji kebenaran
suatu pengetahuan
dengan menggunakan
metode-metode ilmiah.
Sistematika Langkah Pengembangan Langkah Metode Ilmiah: Langkah Umum
Ilmu Pengetahuan: 1) Penetapan Masalah Penelitian:
1) Merumuskan serta 2) Menyusun Kerangka 1) mengidentifikasi
mendefinisikan Pemikiran dan Premis- masalah penelitian,
masalah Premis 2) mencari literatur
2) Mengadakan studi 3) Perumusan Hipotesis yang sesuai dan
kepustakaan 4) Pengujian Hipotesis mendukung,
3) Memformulasikan 5) Penarikan Kesimpulan 3) menspesifikkan
hipotesa tujuan penelitian,
4) Menentukan model 4) mengumpulkan data,
untuk menguji 5) menganalisa dan
hipotesa mengintepretasikan
5) Mengumpulkan data data,
6) Menyusun, 6) membuat laporan
menganalisa, dan dan evaluasi
memberikan penelitian.
interpretasi
7) Membuat generalisasi
dan kesimpulan
8) Membuat laporan
ilmiah

SUMBER:
Bakker, Anton. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Creswell, J., W., 2012, Research design Pendekatan kualitatif, Kuantitatif dan Mixed; Cetakan ke-
2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Emzir. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi
Offset

Sudarto, 2002. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudiantara, Yosephus. (2020). Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagian pertama, Inti Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata

Sudjarwo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Mandar maju

Suhartono. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sukmadinata, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Graha Aksara

Suriasumantri. 2010. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Wiramihardja, A, Sutarjo. 2007. Pengantar Filsafat (Sistematika Filsafat, Sejarah Filsafat, Logika
dan Filsafat Ilmu, Epistemologi, Metafisika dan Filsafat Manusia, dan Aksiologi). Bandung:
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai