Anda di halaman 1dari 21

Kimia Amami 1 - Pertemuan ke 8

Analisis Secara Kuantitatif


Asidi-Alkalimetri

Dr. Ana Hidayati M, M.Si


Analisis secara Kuantitatif
• Analisis secara Kuantitatif adalah analisis
untuk menghitung dan / menentukan
jumlah/berat komponen yang terkandung
dalam suatu zat.
• Secara konvensional analisis secara
kuantitatif dapat dilakukan dengan metoda
titrimetri dan gravimetri

Metode titrimetri
Yaitu cara analisis kuantitatif yang berdasarkan
pada prinsip stoikiometri
Yaitu Reaksi kimia antara komponen analit
dengan titran sama
Reaksi dasar dinyatakan dengan persamaan
umum :
a A + b B  produk
A = Analit
B = Titran
a, b = koefisien reaksi
Contoh: Pada penetapan keasaman suatu zat
(Analit) memerlukan suatu larutan standar basa
seperti NaOH (Titran) yang sudah diketahui
konsentrasinya.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan NaOH maka
perlu dilakukan standarisasi atau pembakuan NaOH.
Untuk pembakuan larutan NaOH diperlukan larutan
standar primer asam oksalat.
Oleh karena itu diperlukan pengertian larutan
standar primer dan sekunder
Larutan Standard
Yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya
Macam larutan standar ada 2 yaitu
a. standar primer
b. standar sekunder
Contoh larutan standard primer :
H2C4O2 2H2O, Na2B4O7 10 H2O, NaCl,
ZnSO4 7H2O, KIO3

Contoh larutan standard primer :


NaOH, HCl, AgNO3 , Na 2 EDTA, KMnO4,
Na2 S2 O3 , I 2
Syarat standar primer

1. Murni dengan kadar pengotor < 0,02%


2. Stabil secara kimiawi :
a. Mudah dikeringkan
b. Tidak bersifat higroskopis.
3. Memiliki berat ekivalen besar 
meminimalkan kesalahan akibat
penimbangan
Larutan Standar primer adalah larutan yang
terbuat dari bahan yang memenuhi syarat
standar primer yaitu murni dan stabil.
Bila standar primer:
- ditimbang dengan tepat
- dilarutkan dalam volume tertentu dengan
tepat dan teliti ditketahui
konsentrasinya
Larutan standar sekunder 
- Larutan dari bahan kimia yang tidak murni
dan bersifat higroskopis walaupun
ditimbang dan dilarutkan dengan teliti 
tidak dapat ditetapkan konsentrasinya secara
langsung tetapi harus melalui standarisasi
dengan larutan standar primer
Metode Titrimetri

a A + b B  produk

a = jumlah mol analit (A)


b = mol titran (B)
a dan b  koefisien reaksi dalam persamaan
reaksi setaranya
Analit : Komponen yang hendak ditetapkan
kuantitasnya dari larutan sampel
Titran : Larutan standar sekunder
Titran ditambahkan ke dalam larutan analit 
dengan buret sampai tercapai titik ekivalen
yaitu titrat A tepat habis bereaksi dengan
titran B (Belum terjadi perubahan)
Supaya dapat terjadi perubahan 
ditambahkan suatu zat yang disebut
indikator
• Titik akhir titrasi (TAT) adalah saat tepat
terjadinya perubahan warna indikator atau
saat terjadinya pengendapan
• Idealnya TAT = titik ekivalen
• Dalam praktek TAT sedikit menyimpang
dari titik ekivalen (minimal 1 tetes titran)
• Kapan Terjadinya Perubahan indikator?
Bila semua analit telah bereaksi dengan titran  Titik
ekivalen dan kelebihan sedikit titran akan bereaksi dengan
indikator  terjadi perubahan pada indikator
(misal perubahan warna, terbentuknya endapan) dan bila
sudah terjadi perubahan maka disebut TAT (Titik Akhir
Titrasi)
• Titrasi : proses penambahan titran ke dalam analit
didasarkan pada proses pengukuran volume titran untuk
mencapai titik ekivalen
• Istilah metode titrimetri  lebih cocok diterapkan untuk
analisis kuantitatif dibandingan metode volumetri 
sebab pengukuran volume tidak selalu berkaitan dengan
titrasi.
Macam-macam metode titrimetri
• Dasar : jenis reaksi kimia yang terlibat
dalam proses titrasi
• Metode titrimetri  4 golongan, yaitu :
1. Asidi-alkalimetri
2. Oksidimetri : Permanganometri,
Yodometri, Yodimetri, bikromatometri,
bromometri, Cerimetri dll.
3. Kompleksometri
4. Titrasi pengendapan
Metode titrimetri harus memenuhi 4 (empat)
persyaratan pokok :
1. Reaksi kimia yang berlangsung harus mengikuti
persamaan reaksi tertentu dan tidak ada reaksi
sampingan  prinsip stoikiometri
2. Reaksi pembentukan produk dapat berlangsung
sempurna pada titik akhir titrasi, atau tetapan
kesetimbangan reaksinya harus sangat besar
3. Harus ada metode yang tepat untuk menetapkan titik
ekivalen  + indikator
4. Reaksi berlangsung cepat proses titrasi hanya
berlangsung dalam beberapa menit  titik ekivalen
segera diketahui dengan cepat
1. Asidi-alkalimetri
• Asidi-alkalimetri  didasarkan pada reaksi asam basa
atau prinsip netralisasi
Larutan analit yang berupa larutan asam dititrasi
dengan titran yang berupa larutan basa atau sebaliknya

Jika HA mewakili asam dan BOH mewakili basa 


reaksi antara analit dengan titran dirumuskan:
HA + OH ‾  A‾ + H2O
BOH + H3O +  B + + 2H2O
A‾ + B +  BA
Titran umumnya berupa larutan standar asam kuat atau
basa kuat, misalnya larutan HCl dan larutan NaOH
Contoh:
HCl + OH ‾  Cl‾ + H2O
BOH + H3O +  B + + 2H2O
Cl‾ + Na+  NaCl
• Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa dengan larutan
standar asam
Contoh : Titrasi larutan NaOH dengan larutan standar HCl
Titrasi larutan Na2B4O7 10 H2O dg larutan standar HCl
• Alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam dengan larutan
standar basa
Contoh : Titrasi larutan H2C2O4 2H2O dg larutan standar NaOH
Titrasi larutan CH3COOH dengan larutan standar NaOH
• Indikator yang dipakai dalan reaksi netralisasi :
PP (Phenol phtalein), MO(Metyl orange), MR (Metyl red)

• Jenis Indikator, Daerah pH, dan perubahan warna

Indikator Daerah pH asam basa


PP 8,3 – 10,0 tak berwarna merah
MO 3,1 – 4,4 orange kuning
MR 4,2 – 6,3 merah kuning
Phenol red 6,8 – 8,4 kuning merah
I. Standarisasi Larutan NaOH
1. Tugas : Standarisasi larutan NaOH.
2. Prinsip : Reaksi penetralan asam basa
3. Reaksi : H2C2O4 2H2O + 2 NaOH  Na2C2O4 + 4H 2 O
4.Reagen : - Larutan NaOH 0,01N
- Larutan baku primer H2C2O4 2H2O 0,0100 N
- Indikator PP
5. Cara Kerja :
Dipipet 10,0 ml larutan baku primer H2C2O4 2H2O 0,0100N dan
dimasukkan dalam erlenmeyer
Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator PP dan dititrasi dengan
larutan NaOH 0,01N sampai terjadi warna merah yang konstan.

6. Perhitungan : N1. V1 = N2 . V2
N NaOH = N H2C2O4 2H2O x V H2C2O4 2H2O
V NaOH
Pembuatan larutan baku primer H2C2O4 2H2O 0,0100N
sebanyak 100,0 mL ( BE H2C2O4 2H2O= 126/2)

• N H2C2O4 2H2O = Berat H2C2O4 2H2O (g)


BE H2C2O4 2H2O x Vol (L)
Berat H2C2O4 2H2O = N H2C2O4 2H2O x BE H2C2O4 2H2O x Vol (L)
= 0,0100 x (126/2) x (100/1000)
= 0,0630 gram
• Data Penimbangan H2C2O4 2H2
Wadah + Zat = a gram
Wadah + Sisa zat ( wadah kosong) = b gram -
Berat Zat H2C2O4 2H2O = (a - b) gram
• Koreksi Normalitas H2C2O4 2H2O =
Berat Zat yang tertimbang x 0,0100 N
Berat Zat sesungguhnya
= …………. N
Data Titrasi
No. Vol. Vol
H2C2O42H2 NaOH (mL)
O (mL)
1 10,0 0,00- 10,14
2 10,0 0,00- 10,12
3 10,0 0,00- 10,19
4 10,0 0,00- 10,16

Volume titran yang dicurigai = 10, 19 ml


No Hasil titrasi (mL) Penyimpangan
(Deviasi)
1 10,14 0,00
2 10,12 0,02
3 10,16 0,02
Volume rata-rata = Deviasi rata – rata
10,14 d = 0,0133

Hitung simpangan / selisih volume titrasi yang


dicurigai dengan volume rata-ratadibagi deviasi rata-
rata
Dari contoh data titrasi :l 10, 19 – 10,14 l : 0,0133
= 3,75
3,75 > 2,5  data titrasi yang dicurigai ditolak berarti
volume rata-rata dari 3 data  Volume rata-rata= 10.14ml
Perhitungan
N 1 . V1 = N 2 . V 2
N NaOH = N H2C2O4 x V H2C2O4
V NaOH
= 10,0 x 0,0100
10,14
= 0,00986 = 0,0099
II. Standarisasi Larutan HCl
1. Tugas : Standarisasi larutan HCl.
2. Prinsip : Reaksi penetralan asam basa
3. Reaksi : Na2B4O7 10H2O + 2 HCl  H3BO3 + 2NaCl
4. Reagen : - Larutan HCl 0,01N
- Larutan baku primer Na2B4O7 10H2O 0,0100 N
- Indikator MR
5. Cara Kerja :
Dipipet 10,0 ml larutan baku primer Na2B4O7 10H2O 0,0100N dan
dimasukkan dalam erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator MR dan dititrasi dengan
larutan HCl 0,01N sampai terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi merah yang konstan.
5. Perhitungan : N1. V1 = N2 . V2
N HCl = N Na2B4O7 x V Na2B4O7
V HCl

Anda mungkin juga menyukai