Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

DETERMINASI BAKTERI

Oleh :
Nama : Nadia Riza Pratiwi
NIM : 1304617029
Kelompok : 09
Tanggal Praktikum : 14 September 2019
Dosen : Dr. Tri Handayani K, M. Si

PENDIDIKAN BIOLOGI A 2017


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
1. Mengenal bentuk-bentuk koloni bakteri dalam berbagai medium (medium nutrient agar
tegak, mediun nutrien-agar miring, mediun nutrien-cair dan medium nutrien agar
lempeng).
2. Mempelajari dan mempraktekkan beberapa tahapan dalam determinasi bakteri
3. Mengetahui factor factor yang menyebabkan warna pada koloni
4. Mengetahui perbedaan proses determinasi menggunakan medium cair, medium NA
tegak, NA miring, dan NA lempengan
5. Mengtahui perbedaan bakteri aerob dan anaerob

B. Tinjauan Pustaka
Koloni bakteri adalah kumpulan dari bakteri yang membentuk suatu kelompok.
Bentuk koloni berbeda beda tiap spesies dan merupakan ciri khas bagi suatu spesies
tertentu. Sifat sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi suatu spesies misalnya
seperti besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan dan warna
koloni. Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih putihan, kekuning kuningan,
atau hamper bening, tetapi juga spesies yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas.
Keberadaan warna dipengaruhi oleh factor factor luar seperti temperature, pH, dan oksigen
bebas. Ada beberapa spesies yang memerlukan fosfat ada juga yang memerlukan sulfat
untuk menimbulkan pigmentasi (Dwidjoseputro, 1987).
Menurut Jutono, dkk. (1980_, berikut ini merupakan sifat sifat khas koloni dalam
beberapa jenis medium, yaitu :
1. Medium nutrient agar lempengan (streak plate and pour plate)
a. Bentuk koloni akan tampak sebagai titik titik, bulat, benang, serupa akar, dan
kumparan.
b. Pertumbuhan : Pertumbuhan koloni dipermukaan atau di bawah permukaan
medium
c. Permukaannya :Licin, kasar, membentuk lingkaran-lingkaran yang konsentris,
Radiate (seperti sisir yang radien).
d. Elevasi :Flat, effuse, raised, convex, umbonate.
e. Bentuk tepi koloni ada yang Entired, undulate, lobate, erose, filamentous, curlet.
f. Bentuk struktur dalam : Amorf, butir-butir halus atau kasar, seperti filamen, curled,
konsentris
2. Medium nutrient agar miring
a. Pertumbuhan koloni ada yang tipis, sedang, lebat, tidak ada.
b. Bentuk permukaan pada bekas goresan : Filiform, echinulate, beaded, spreading,
arborescent, rhizoid, plumose.
c. Elevasi : Flat, effuse, raised, convex.
d. Kilat (luster) : Mengkilat, tidak mengkilat, cretaceous.
e. Topograft : Licin, tidak teratur, permukaannya bergelombang, contoured, wrinkled,
verrucose.
f. Warna (chromogenesis) : Merah, kuning, hijau, coklat, flurerescent.
g. Ciri-ciri optik : Opaque, translucent, opalescent, iridescent.
h. Bau : Tidak berbau, berbau seperti
i. Konsistensi : slimy, butyrous, viscid, membranous, britle.
3. Medium nutrien-cair
a. Pertumbuhan dan permukaan koloni ada yang ring, pellicle, flocullent,
membranous, tidak membentuk selaput.
b. Kekeruhan :Sedikit, sedang, lebat.
c. Bau : Tidak berbau, berbau seperti
d. Endapan : Kompak, bentuk dan ukuran tidak tertentu, granuler (butir-butir),
e. flaky (berlapis-lapis), kental; banyak sekali, sedikit, tidak ada endapan.
4. Medium nutrient agar tegak
a. Pertumbuhan : Merata atau ticlak; pertumbuhannya balk pada bagian permukaan
atau bagian dasar.
b. Bentuk permukaan pada bekas tusukan : Filiform, echinulate, bead, villous, rhizoid,
arborescent

Gambar 1. Jnis Medium


(sumber : Harley dan Prescott, 2002)
Menurut Tigan (1988), ciri ciri koloni mikrobia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ukuran
Ukuran koloni bervariasi, mulai dari sebesar ujung jarum, yaitu kira kira
pecahan mm (diameternya) sampai 5-10 mm. walaupun koloni suaatu mikrobia
mempunyai ciri ciri diameter, kiranya perlu diingat, bahwa ada beberapa factor yang
mempengaruhi besarnya diameter tersebut. Misalnya hanya koloni koloni yang
menyebar saja yang dapat diukur, karenaa koloni koloni ini cenderung memiliki
diameter yang lebih besar dari pada koloni yang bertumpuk tumouk. Hal in disebabkan
karena persaingan pada koloni yang bertumpuk tumpuk dan kurang mendapat hambatan
dari zat zat hasil sampingan.
2. Margin
Bagian tepi koloni bakteri bervariasi, tergantung kepada spesiesnya.
Bentuknya dapat melingkar rata seperti tepi (pinggir) suatu tetesan, atau tidak beraturan
seperti tonjolan yang melengkung, seperti benang atau seperti akar.
3. Tekstur permukaan
Permukaan koloni juga bervariasi =, tergantung kepada spesiesnya dan tekstur
permukaan inin ada yang licin (smooth), kasar (rough), granuler, atau mucoid
(berlendir). Koloni spesies tertentu ada permukaanya keriput (wrinkled). Semua koloni
koloni kultur murni pada piring petri, mempunyai persamaan jenis permukaan, akan
tetapi kita harus mengingat bahwa beberapa kultur murni dapat menunjukkan variasi
permukaan. Pada umumnya permukaan koloni memiliki 3 macam bentuk yaitu : S
(smooth), licin, bundar, konvaks; R (rough), kasar, datar, bergerigi; dan M (Mucoid),
berlendir, basah, kadang kadang bersatu, lembut, dan tebal.
4. Elevasi (elevation)
Elevasi koloni juga bervariasi, tergantung pada spesiesnya, bias tipis sampai
tebal. Permukaannya dapat merata atau bias menunjukkan adanya variasi
kesinambungan.
5. Konsistensi
Konsistensi koloni dapat diketahui dengan menyentuhkan jarum ose ke
permukaan koloni. Beberapa spesies bakteri dapat membentuk koloni yang bersifat
viscous, ada juga yang akan terpecah bila tersentuh jarum.
6. Pigmentasi
Beberapa spesies bakteri dapat menghasilkan zat warna di dalam sel yang tidak
larut dalam air, sehingga menyebabkan koloninya berwarna.

Gambar 2. Elevasi, Bentuk, Margin. Dan Ukuran koloni bakteri


Menurut Hmidayati dkk., (2008), ciri ciri pertumbuhan koloni bakteri pada agar
miring diperoleh dengan menggoreskan jarum ose tegak dan lurus. Ciri koloni berdasarkan
bentuk :

Gambar 3. Bentuk Koloni Pada Medium Agar Miring


Cara penamaan koloni bakteri pada agar tegak adalah dengan menusukkan jarum
inoculum ke dalam media agar tegak. Ciri ciri :

Gambar 4. Bentuk Koloni Bakteri Pada Medum Agar Tegak


Ciri koloni berdasarkan kebutuhan oksigen pada medium cair :
Gambar 5. Koloni Bakteri Medium Cair Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
Menurut Jutono dkk. (1980), berikut ini merupakan klasifikasi mikroorganisme
berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, yaitu:
1. Golongan aerobik : Dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor tunggal
hidrogen terakhir dalam proses respirasi.
2. Golongan anaerobik : Tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor
hidrogen terakhir dalam proses respirasi.
3. Golongan mikroaerofilik : Membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sangat
sedikit.
4. Golongan fakultatif anaerobik dan fakultatif aerobik : Hidup secara terbatas dalam
keadaan aerobik atau anaerobik.
5. Golongan kaprofilik : Memerlukan oksigen dengan kadar yang rendah, tetapi kadar
CO2-nya tinggi.
Koloni Escherichia coli dan Lactobacillus pada agar biasanya berwarna putih,
kadang-kadang kuning putih. Bentuknya entire sampai endulate, kelembaban homogen,
tembus cahaya, bersifat fakultatif anaerobik. Indikator sensitif pada hidrogen sulfida.
Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif yang ditemukan di tanah. Bakteri ini juga
memiliki kemampuan untuk membentuk endospora yang melindunginya dari
perubahan lingkungan dengan kondisi yang ekstrim. Koloni Bacillus sp. bersifat
aerobik sampai fakultatif anaerobik, berbentuk koloni kasar, tidak dapat ditembus
cahaya, pertumbuhan tidak merata, terjadi kekeruhan, permukaan halus, lembut dan
tipis, opaque, berwarna kuning sampai jingga coklat (Breed, dkk., 1957).

Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab tifus, sama seperti koloni bakteri
Bacillus sp., koloni Salmonella typhi bersifat aerobic sampai fakultatif anaerobic, yaitu
hidup dalam kondisi kaya oksigen, namun masih dapat hidup dalam keadaan anaerob
dengan keadaan terbatas.
BAB II

METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Cawan petri (1 buah) Alkohol 70 % dan 90 %
Biakan murni bakteri
Escherichia coli,
Lactobacillus, B. Pumilus,
Bunsen
Salmonella typhi, B.
cererus pada agar miring
umur 24 jam.
Medium nutrien-agar
Jarum ose
tegak.
Medium nutrien-agar
Jarum Inokulasi
miring.
Korek api Medium nutrien-cair.
Label Petridish steril
Tabung reaksi
inkubator

B. Langkah kerja\
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
a. Medium agar tegak
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung dengan jarum
inokulum
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan cara tusukan sampai ke dalam
tabung, dengan jarum inokulum pada medium nutrien-agar tegak.
4. Tutup kedua tabung reaksi dengan kapas lalu Inkubasi medium agar tegak selama
48 jam, atau lebih pada suhu kamar, amati dan gambar.
b. Medium agar miring
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung dengan jarum ose
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan cara goresan lurus, dengan jarum
ose pada medium nutrien-agar miring.
4. Tutup kedua tabung reaksi dengan kapas lalu Inkubasi medium agar miring selama
48 jam, atau lebih pada suhu kamar, amati dan gambar.
c. Medium nutrient cair
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung.
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan cara celup dan aduk sampai ke
dalam tabung, dengan jarum ose pada medium nutrien-cair.
4. Tutup kedua tabung reaksi dengan kapas dan isolasi bagian pinggiran mulut tabung
lalu Inkubasi medium nutrient cair selama 48 jam, atau lebih pada suhu kamar,
amati dan gambar.
d. Medium agar lempengan
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung.
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan metode streak sebanyak 4 kali pada
medium agar di cawan petri
4. Tutup cawan petri lalu isolasikan bagian mulut cawan
5. Inkubasi medium tegak selama 48 jam, atau lebih pada suhu kamar, amati dan
gambar.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil praktikum
1. Escherichia coli
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Nutrien Cair Lempengan
Miring

1 Gambar

Tidak rata,
hanya
tumbuh di
2 Pertumbuhan Tipis Pada permukaan Dipermukaan
dekat
permukaan
tabung
Bentuk
3 Beaded - Filiform
koloni Filiform
4 Permukaan flocculent Licin
5 Elevasi Flat Flat
6 Bentuk tepi Berlekuk
Bentuk
7 struktur Butir halus
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
9 Topograf Rata
10 Warna Putih keruh
11 Ciri optic Opaque
12 Bau Sangat bau Sangat bau
13 Konsistensi Slimy
14 Kekeruhan Sedikit
15 Endapan Tidak ada

2. Lactobacillus
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Miring Nutrien Cair Lempengan

1 Gambar

Pada
2 Pertumbuhan Tipis Tipis Dipermukaan
permukaan
Bentuk Tidak beraturan ,
3 Filiform -
koloni menyebar
Spreading Tidak
4 Permukaan membentuk Licin
selaput
5 Elevasi Flat Flat
6 Bentuk tepi Entire
Bentuk
7 struktur Konsentris
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
Permukaan
9 Topograf
bergelombang
10 Warna Putih
11 Ciri optic Opalescent
12 Bau Sangat bau
13 Konsistensi Butyrous
14 Kekeruhan Sedikit
15 Endapan Sedikit

3. B. Pumilus
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Nutrien Cair Lempengan
Miring

1 Gambar

Tidak merata
pada bagian
2 Pertumbuhan Tipis Pellicle Dipermukaan
obligat,
diatas
Bentuk
3 Filiform - Circular
koloni Echinulate
4 Permukaan Licin
5 Elevasi Flat Convex
6 Bentuk tepi Entire
Bentuk
7 struktur Opaque
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
9 Topograf Licin
10 Warna Kuning
11 Ciri optic Translucent
12 Bau -
13 Konsistensi Butyrous
14 Kekeruhan Sedikit
Glanuler/butir
15 Endapan butir, kental,
sedikit

4. Salmonella typhi
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Miring Nutrien Cair Lempengan

1 Gambar

Tumbuh
2 Pertumbuhan Sedang Didasar Dipermukaan
merata
Bentuk
3 Vilous - Curled
koloni
Spreading Tidak
Bundar dengan tepian
4 Permukaan membentuk
menyebar
selaput
5 Elevasi Raised Timbul
6 Bentuk tepi Seperti ikal rambut
Bentuk
7 struktur Curled
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
9 Topograf Bergelombang
10 Warna Putih
11 Ciri optic Translucent
Berbau seperti
12 Bau
nasi basi
13 Konsistensi Butyrous
14 Kekeruhan Sedang
15 Endapan Kental

5. B. cererus
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Agar Nutrien Cair Lempengan
Tegak Miring

1 Gambar

2 Pertumbuhan Sedikit Banyak Didasar Dipermukaan


Filiform
(menyebar
Bentuk
3 sepanjang Banyak Curled
koloni
bekas Spreading
tusukan)
Bundar dengan tepian
4 Permukaan Membranous
menyebar
5 Elevasi Datar Timbul
6 Bentuk tepi Seperti ikal rambut
Bentuk
7 struktur Curled
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
9 Topograf Verucose
Kuning
10 Warna
keruh
11 Ciri optic Opalescent
12 Bau
13 Konsistensi Membranous
Tidak terlalu
14 Kekeruhan
keruh
15 Endapan Banyak

Koloni merupakan kumpulan dari bakteri yang membentuk suatu kelompok.


Bentuk koloni berbeda-beda tiap spesies dan merupakan ciri khas bagi suatu spesies
tertentu. Sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi suatu koloni bakteri
adalah seperti bentuk koloni, bentuk tepi, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan,
dan warna koloni.
Bakteri ada yang bersifat anaerob obligat, anaerob fakultatif, aerob fakultatif, dan
aerob obligat. Anaerob obligat yaitu bakteri yang dapat hidup jika tidak ada oksigen.
Anaerob fakultatif yaitu dapat bertahan hidup baik tanpa oksigen tetapi tetap dapat hidup
dengan oksigen. Aerob fakultatif yaitu dapat bertahan hidup baik dengan oksigen tetapi
tetap dapat hidup tanpa oksigen. Aerob obligat yaitu hanya dapat hidup jika ada oksigen.
Cara yang digunakan untuk dapat melihat morfologi koloni bakteri yaitu dengan:
a) Metode tusukan pada agar tegak
b) Metode penggesekan pada agar miring
c) Metode adukan dalam agar cair.
d) Metode penggesekan pada agar lempengan
A. Medium nutrien agar tegak
Medium nurtien agar tegak merupakan medium nutrien cair yang diberi agar
sehingga menjadi padat. Medium nutrien agar tegak diletakkan pada posisi tegak
sehingga akan mengeras pada posisi tegak. Penggunaan medium ini bertujuan untuk
melihat motilitas (pergerakan) dari bakteri yang diinokulasi dengan melihat
pertumbuhannya pada bekas tusukan dan untuk mengetahui kebutuhan bakteri akan
oksigen.
Pada medium ini, digunakan metode tusukan dengan menggunakan ose yang
berujung lurus. Ose yang sudah mengandung suspensi bakteri ditusukkan ke dalam
medium kira-kira hingga ¾ bagian medium. Kegiatan ini haruslah secara aseptis, yaitu
dengan mendekatkan tabung reaksi dan ose pada api. Setelah itu, tabung reaksi segera
ditutup dengan kapas dan diinkubasi selama 48 jam. Dalam praktikum kali ini digunakan
5 biakan murni bakteri yaitu Escherichia coli, Lactobacillus, B. Pumilus, Salmonella
typhi, B. Cererus
Setelah inkubasi, dilakukan pengamatan terhadap kelima bakteri tersebut.
Pengamatan meliputi merata pertumbuhan (merata atau tidak merata) dan bentuk
pertumbuhan pada bekas tusukan (filiform, echinulate, beaded, vilous, rhizoid,
arborescent). Escherichia coli koloninya berbentuk beaded, pada Lactobacillus¸ B.
Pumilus dan B. Cererus koloninya berbentuk filiform, dan pada Salmonella typhi
koloninya berbentuk vilous. Kelima bakteri ini bersifat non motil karena
pertumbuhannya hanya di sekitar bekas tusukan dan tidak menyebar ke bagian lain.
Pertumbuhan 2 bakteri yaitu Escherichia coli dan Lactobacillus lebih banyak
pada bagian bawah permukaan (dasar) medium. Permukaan dasar medium hanya
mengandung sedikit oksigen, dan bagian atas permukaan mengandung banyak oksigen
bebas, sehingga bakteri tersebut kemungkinan merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Menurut teori, bakteri Bacillus sp., Salmonella typhi, merupakan bakteri yang bersifat
aerob. Bakteri yang bersifat aerob cenderung pertumbuhannya pada bagian permukaan
medium. Bakteri tersebut tumbuh optimum pada kondisi aerob, tetapi juga dapat tumbuh
pada kondisi anaerob (fakul. Sedangkan bakteri yang bersifat fakultatif anaerob yaitu
Escherichia coli pertumbuhannya cenderung pada dasar medium karena bakteri tersebut
tumbuh optimum pada keadaan anaerob, tetapi juga masih dapat hidup dalam kondisi
aerob.
B. Medium nutrien agar miring
Medium nutrien agar miring merupakan medium nutrien cair yang diberi agar
sehingga menjadi padat. Medium nutrien agar miring diletakkan pada posisi miring
sehingga mengeras dalam posisi miring. Fungsi dari medium ini adalah untuk melihat
kebutuhan bakteri akan oksigen.
Pada medium ini, digunakan metode goresan menggunakan ose yang berujung
bulat. Ose digoreskan pada permukaan medium. Setelah itu, tabung reaksi segera ditutup
dengan kapas dan diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan
yang meliputi:
a) Pertumbuhan (tipis, sedang, lebat)
b) Bentuk pertumbuhan pada bekas goresan (echinulate, filiform, effuse, beaded,
spreading, plumose, rhizoid)
c) Elevasi (flat, effuse, raised, convex)
d) Kilat (mengkilat, tidak mengkilat)
e) Warna
f) Topograf
g) Ciri optic
h) Konsistensi
Dari hasil pengamatan didapat bahwa Escherichia coli memiliki pertumbuhan
tipis dengan bentuk pertumbuhan pada bekas goresan berupa filiform, tipe elevasi flat,
topograf rata, sangat bau, memiliki ciri optic opaque, tidak mengkilat, berwarna putih
keruh, dan memiliki konsistensi slimy. Dari hasil pengamatan didapat bahwa Escherichia
coli memiliki pertumbuhan tipis, bentuk koloni dan permukaan filiform, elevasi flat,
tidak mengkilat, topograf rata, warna putih keruh, ciri optic opaque, sangat bau,
konsitensi slimy.
Dilakukan pengamatan terhadap bakteri Lactobacillus memiliki pertumbuhan
tipis, bentuk koloni dan permukaan spreading, elevasi flat, tidak mengkilat, topograf
permukaan tidak bergelombang, warna putih, ciri optic opalescent, sangat bau,
konsistensi butyrous.
Pada bakteri B. Pumilus memiliki pertumbuhan tipis, bentuk koloni dan
permukaan echinulate, elevasi flat, tidak mengkilat, topograf licin, warna kuning, ciri
optic translucent, konsistensi butyrous.
Pada bakteri Salmonella typhi memiliki pertumbuhan sedang, bentuk koloni dan
permukaan spreading, elevasi raised, tidak mengkilat, topograf bergelombang, warna
putih, ciri optic translucent, konsitensi butyrous.
Dan pada bakteri B. Cererus pertumbuhan banyak, bentuk koloni dan
permukaan spreading, elevasi datar, tidak mengkilat, topograf verucose, warna kuning
keruh, ciri optic opalescent, konsistensi membranous.
C. Medium nutrien cair
Medium nutrien cair merupakan medium yang tidak ditambah dengan agar
sehingga bersifat cair. Medium nutrien cair merupakan medium yang terbuat dari
campuran nutrien dengan aquadest. Fungsi dari medium ini adalah untuk melihat proses
metabolik, pertumbuhan mikrobia, dan mengetahui kebutuhan bakteri akan oksigen.
Pada medium ini, digunakan metode adukan dengan menggunakan jarum ose
yang berujung bulat. Ose yang telah mengandung bakteri dimasukkan ke dalam medium
kemudian diaduk-aduk sehingga tercampur merata ke dalam medium. Setelah itu, tabung
reaksi segera ditutup dengan kapas dan diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi,
dilakukan pengamatan yang meliputi:
a) Pertumbuhan pada permukaan
b) Kekeruhan (sedikit, sedang, banyak)
c) Endapan
Dari hasil pengamatan didapat bahwa Escherichia coli memiliki pertumbuhan
pada permukaan, permukaan flocculent, sangat bau, sedikit keruh, tidak ada endapan.
Pada bakteri Lactobacillus memiliki pertumbuhan pada permukaan, permukaan tidak
membentuk selaput, terdapat sedikit endapan. Hasil pengamatan pada bakteri B. Pumilus
memiliki pertumbuhan pellicle, sedikit keruh, endapannya berbentuk glanuler atau butir-
butir, kental, sedikit. Sedangkan pada bakteri Salmonella typhi memiliki pertumbuhan
didasar, permukaan tidak membentuk selaput, kekeruhannya sedang, dan endapannya
kental. Dan pada bakteri B. Cererus pertumbuhannya didasar, bentuk koloni banyak,
permukaan membranous, tidak terlalu keruh, dan banyak endapan.
D. Medium agar lempeng
Medium Agar Lempeng merupakan medium nutrien cair yang ditambah dengan
agar sehingga dapat memadat di dalam cawan petri. Fungsinya adalah untuk melihat
morfologi pertumbuhan koloni bakteri serta melihat kebutuhan bakteri akan oksigen.
Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode streak plate dengan
4 kuadran masing-masing kuadran distreak sebanyak 5 kali dengan menggunakan biakan
Escherichia coli. Pada metode streak plate, dengan bakteri Eschericia coli dapat dilihat
bahwa pertumbuhan bakterinya dipermukaan, bentuk koloni filiform, permukaannya
licin, elevasinya flat, bentuk tepi berlekuk, bentuk struktur dalam butir halus.
Pada metode streak plate, dengan bakteri Lactobacillus pertumbuhan
dipermukaan, bentuk koloni tidak beraturan, menyebar, permukaan licin, elevasi flat,
bentuk tepi entire, bentuk struktur dalam konsentris.
Pada metode streak plate, dengan bakteri B. Pumilus pertumbuhan
dipermukaan, bentuk koloni circular, permukaan licin, elevasi convex, bentuk tepi entire,
bentuk struktur dalam opaque.
Pada metode streak plate, dengan bakteri Salmonella typhi pertumbuhan
dipermukaan, bentuk koloni curled, permukaan bundar dengan tepian menyebar, elevasi
timbul, bentuk tepi seperti ikal rambut, bentuk struktur dalam curled.
Pada metode streak plate, dengan bakteri B. Cererus pertumbuhan dipermukaan,
bentuk koloni curled, permukaan bundar dengan tepian menyebar, elevasi timbul, bentuk
tepi seperti ikal rambut, bentuk struktur dalam curled.
Streak plate method ini sangat efektif untuk mengetahui sifat bakteri yang
ditanam, bakteri yang tumbuh secara merata sesuai bentuk goresan-goresan ini
menyebabkan bakteri-bakteri tersebut memperoleh cukup nutrisi, sehingga tidak akan
ada persaingan memperebutkan makanan. Kekurangan metode ini ialah tidak dapat
digunakan untuk menumbuhkan bakteri anaerob, disamping itu cara pengerjaannya lebih
rumit daripada pour plate method.
Setelah biakan bakteri distreak, cawan petri beserta medium diinkubasi selama
48 jam. Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan yang meliputi:
a) Pertumbuhan pada permukaan (merata atau tidak merata)
b) Bentuk koloni (circulair, irregulair, ameoboid, rhizoid, filamentous, curled)
c) Permukaan (licin, kasar)
d) Elevasi (flat, effuse, raised, convex, umbonate)
e) Bentuk tepi (entire, undulate, lobate, filamentous, curled)
f) Bentuk struktur dalam
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas kesimpulan yang dapat di ambil sebagai berikut:
1. Bentuk bentuk koloni pada nutrient agar tegak : Filiform, echinulate, bead, villous,
rhizoid, arborescent
2. Bentuk koloni pada nutrient agar miring : Filiform, echinulate, beaded, spreading,
arborescent, rhizoid, plumose
3. Bentuk koloni pada nutrient cair : Ring, pellicle, flocullent, membranous, tidak
membentuk selaput
4. Bentuk koloni pada nutrient agar lempengan : Punctiform, circular, filamentous,
irregular, curled, amoeboid, myceloid, rhizoid
5. Tahapn dari determinasi bakteri yaitu dengan membuat biakan murni suatu bakteri
lalu diinkubasi selama 48 jam, dan amati morfologi koloninya
6. Keberadaan warna dipengaruhi oleh factor factor luar seperti temperature, pH, dan
oksigen bebas
7. Perbedaan ke empat medium dapat dilihat dari peralatan yang digunakan, seperti
medium nutrient agar tegak, menusuk medium dengan jarum inoculum, pada nutrient
agar miring, nutrient cair, dan medium lempengan menggunakan jarum ose, pada
nutrient agar miring dan lempengan jarum ose di gesek (strek), sedangkan pada
nutrient agar cair jarum ose untuk mengaduk bakteri pada media
8. Bakteri ada yang cenderung aeron dan ada yang cenderung di anaerob. Bakteri yang
aerob umunya berkembang dipermukaan medium sedangkan bakteri anaerob umunya
berkembang di dasar medium.
B. Saran
Saat praktikum mikrobiologi terutama determinasi bakteri, teknik aseptis harus
benar benar diterapkan, hal ini untuk mengantisipasi perkembangbiakan bakteri bahaya di
tempat yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, I. A. 2008. Uji Aktivitas antibakteri Froksi Etil asetat Ekstrak Etanolik Daun
Arbenan (Duchesna Indica (Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis
Tipisnya. Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
hal 10-20.
Bailey and Scott’s. 1994. Diagnostic Microbiology. 8th Edition. Toronto.pp. 313-328.

Breed,R.J., E.G.D. Murray and Nathan, R.S. 1957. Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. Seven Edition. The Williams & Wilkins Company. Balhinore. United
State of America.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Biologi Pangan. PT. Raja GraFindo Persada, Jakarta.
Finegold, S. M. and Baron, E.J. 1996. Diagnostic Microbiology. 7 th Edition. Mc Graw
Hill Inc. Oxford, London.
Hamdiyati, Y., Kusnadi, I. Hardian. 2008. Aktivitas Antibakteri ekstrak Daun Patikan
Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermis.
Jurusan Pendidikan Biologi MIPA. Jurnal Pengajaran MIPA. 12(2): 144-148.
Harley, J. P. dan Prescott, L. M. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th Edition.
McGraw-Hill, Massachussets.
Jakarta.
Jutono, Hartadi, S., Siti, K. S., Susanto, dan Suhadi. 1980. Mikrobiologi Umum.
UGM-Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai