DETERMINASI BAKTERI
Oleh :
Nama : Nadia Riza Pratiwi
NIM : 1304617029
Kelompok : 09
Tanggal Praktikum : 14 September 2019
Dosen : Dr. Tri Handayani K, M. Si
A. Tujuan Praktikum
1. Mengenal bentuk-bentuk koloni bakteri dalam berbagai medium (medium nutrient agar
tegak, mediun nutrien-agar miring, mediun nutrien-cair dan medium nutrien agar
lempeng).
2. Mempelajari dan mempraktekkan beberapa tahapan dalam determinasi bakteri
3. Mengetahui factor factor yang menyebabkan warna pada koloni
4. Mengetahui perbedaan proses determinasi menggunakan medium cair, medium NA
tegak, NA miring, dan NA lempengan
5. Mengtahui perbedaan bakteri aerob dan anaerob
B. Tinjauan Pustaka
Koloni bakteri adalah kumpulan dari bakteri yang membentuk suatu kelompok.
Bentuk koloni berbeda beda tiap spesies dan merupakan ciri khas bagi suatu spesies
tertentu. Sifat sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi suatu spesies misalnya
seperti besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan dan warna
koloni. Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih putihan, kekuning kuningan,
atau hamper bening, tetapi juga spesies yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas.
Keberadaan warna dipengaruhi oleh factor factor luar seperti temperature, pH, dan oksigen
bebas. Ada beberapa spesies yang memerlukan fosfat ada juga yang memerlukan sulfat
untuk menimbulkan pigmentasi (Dwidjoseputro, 1987).
Menurut Jutono, dkk. (1980_, berikut ini merupakan sifat sifat khas koloni dalam
beberapa jenis medium, yaitu :
1. Medium nutrient agar lempengan (streak plate and pour plate)
a. Bentuk koloni akan tampak sebagai titik titik, bulat, benang, serupa akar, dan
kumparan.
b. Pertumbuhan : Pertumbuhan koloni dipermukaan atau di bawah permukaan
medium
c. Permukaannya :Licin, kasar, membentuk lingkaran-lingkaran yang konsentris,
Radiate (seperti sisir yang radien).
d. Elevasi :Flat, effuse, raised, convex, umbonate.
e. Bentuk tepi koloni ada yang Entired, undulate, lobate, erose, filamentous, curlet.
f. Bentuk struktur dalam : Amorf, butir-butir halus atau kasar, seperti filamen, curled,
konsentris
2. Medium nutrient agar miring
a. Pertumbuhan koloni ada yang tipis, sedang, lebat, tidak ada.
b. Bentuk permukaan pada bekas goresan : Filiform, echinulate, beaded, spreading,
arborescent, rhizoid, plumose.
c. Elevasi : Flat, effuse, raised, convex.
d. Kilat (luster) : Mengkilat, tidak mengkilat, cretaceous.
e. Topograft : Licin, tidak teratur, permukaannya bergelombang, contoured, wrinkled,
verrucose.
f. Warna (chromogenesis) : Merah, kuning, hijau, coklat, flurerescent.
g. Ciri-ciri optik : Opaque, translucent, opalescent, iridescent.
h. Bau : Tidak berbau, berbau seperti
i. Konsistensi : slimy, butyrous, viscid, membranous, britle.
3. Medium nutrien-cair
a. Pertumbuhan dan permukaan koloni ada yang ring, pellicle, flocullent,
membranous, tidak membentuk selaput.
b. Kekeruhan :Sedikit, sedang, lebat.
c. Bau : Tidak berbau, berbau seperti
d. Endapan : Kompak, bentuk dan ukuran tidak tertentu, granuler (butir-butir),
e. flaky (berlapis-lapis), kental; banyak sekali, sedikit, tidak ada endapan.
4. Medium nutrient agar tegak
a. Pertumbuhan : Merata atau ticlak; pertumbuhannya balk pada bagian permukaan
atau bagian dasar.
b. Bentuk permukaan pada bekas tusukan : Filiform, echinulate, bead, villous, rhizoid,
arborescent
Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab tifus, sama seperti koloni bakteri
Bacillus sp., koloni Salmonella typhi bersifat aerobic sampai fakultatif anaerobic, yaitu
hidup dalam kondisi kaya oksigen, namun masih dapat hidup dalam keadaan anaerob
dengan keadaan terbatas.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Cawan petri (1 buah) Alkohol 70 % dan 90 %
Biakan murni bakteri
Escherichia coli,
Lactobacillus, B. Pumilus,
Bunsen
Salmonella typhi, B.
cererus pada agar miring
umur 24 jam.
Medium nutrien-agar
Jarum ose
tegak.
Medium nutrien-agar
Jarum Inokulasi
miring.
Korek api Medium nutrien-cair.
Label Petridish steril
Tabung reaksi
inkubator
B. Langkah kerja\
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
a. Medium agar tegak
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung dengan jarum
inokulum
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan cara tusukan sampai ke dalam
tabung, dengan jarum inokulum pada medium nutrien-agar tegak.
4. Tutup kedua tabung reaksi dengan kapas lalu Inkubasi medium agar tegak selama
48 jam, atau lebih pada suhu kamar, amati dan gambar.
b. Medium agar miring
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung dengan jarum ose
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan cara goresan lurus, dengan jarum
ose pada medium nutrien-agar miring.
4. Tutup kedua tabung reaksi dengan kapas lalu Inkubasi medium agar miring selama
48 jam, atau lebih pada suhu kamar, amati dan gambar.
c. Medium nutrient cair
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung.
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan cara celup dan aduk sampai ke
dalam tabung, dengan jarum ose pada medium nutrien-cair.
4. Tutup kedua tabung reaksi dengan kapas dan isolasi bagian pinggiran mulut tabung
lalu Inkubasi medium nutrient cair selama 48 jam, atau lebih pada suhu kamar,
amati dan gambar.
d. Medium agar lempengan
1. Buka kapas pada tabung reaksi yang berisi biakan murni di dekat Bunsen. Pegang
kapas jangan sampai jatuh atau terkena meja.
2. Ambil biakan murni yang paling dekat dengan mulut tabung.
3. Inokulasi secara aseptis biakan bakteri dengan metode streak sebanyak 4 kali pada
medium agar di cawan petri
4. Tutup cawan petri lalu isolasikan bagian mulut cawan
5. Inkubasi medium tegak selama 48 jam, atau lebih pada suhu kamar, amati dan
gambar.
BAB III
A. Hasil praktikum
1. Escherichia coli
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Nutrien Cair Lempengan
Miring
1 Gambar
Tidak rata,
hanya
tumbuh di
2 Pertumbuhan Tipis Pada permukaan Dipermukaan
dekat
permukaan
tabung
Bentuk
3 Beaded - Filiform
koloni Filiform
4 Permukaan flocculent Licin
5 Elevasi Flat Flat
6 Bentuk tepi Berlekuk
Bentuk
7 struktur Butir halus
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
9 Topograf Rata
10 Warna Putih keruh
11 Ciri optic Opaque
12 Bau Sangat bau Sangat bau
13 Konsistensi Slimy
14 Kekeruhan Sedikit
15 Endapan Tidak ada
2. Lactobacillus
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Miring Nutrien Cair Lempengan
1 Gambar
Pada
2 Pertumbuhan Tipis Tipis Dipermukaan
permukaan
Bentuk Tidak beraturan ,
3 Filiform -
koloni menyebar
Spreading Tidak
4 Permukaan membentuk Licin
selaput
5 Elevasi Flat Flat
6 Bentuk tepi Entire
Bentuk
7 struktur Konsentris
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
Permukaan
9 Topograf
bergelombang
10 Warna Putih
11 Ciri optic Opalescent
12 Bau Sangat bau
13 Konsistensi Butyrous
14 Kekeruhan Sedikit
15 Endapan Sedikit
3. B. Pumilus
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Nutrien Cair Lempengan
Miring
1 Gambar
Tidak merata
pada bagian
2 Pertumbuhan Tipis Pellicle Dipermukaan
obligat,
diatas
Bentuk
3 Filiform - Circular
koloni Echinulate
4 Permukaan Licin
5 Elevasi Flat Convex
6 Bentuk tepi Entire
Bentuk
7 struktur Opaque
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
9 Topograf Licin
10 Warna Kuning
11 Ciri optic Translucent
12 Bau -
13 Konsistensi Butyrous
14 Kekeruhan Sedikit
Glanuler/butir
15 Endapan butir, kental,
sedikit
4. Salmonella typhi
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Tegak Agar Miring Nutrien Cair Lempengan
1 Gambar
Tumbuh
2 Pertumbuhan Sedang Didasar Dipermukaan
merata
Bentuk
3 Vilous - Curled
koloni
Spreading Tidak
Bundar dengan tepian
4 Permukaan membentuk
menyebar
selaput
5 Elevasi Raised Timbul
6 Bentuk tepi Seperti ikal rambut
Bentuk
7 struktur Curled
dalam
Tidak
8 Kilat
mengkilat
9 Topograf Bergelombang
10 Warna Putih
11 Ciri optic Translucent
Berbau seperti
12 Bau
nasi basi
13 Konsistensi Butyrous
14 Kekeruhan Sedang
15 Endapan Kental
5. B. cererus
No Hasil Medium Medium Medium Medium Agar
Pengamatan Agar Agar Nutrien Cair Lempengan
Tegak Miring
1 Gambar
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas kesimpulan yang dapat di ambil sebagai berikut:
1. Bentuk bentuk koloni pada nutrient agar tegak : Filiform, echinulate, bead, villous,
rhizoid, arborescent
2. Bentuk koloni pada nutrient agar miring : Filiform, echinulate, beaded, spreading,
arborescent, rhizoid, plumose
3. Bentuk koloni pada nutrient cair : Ring, pellicle, flocullent, membranous, tidak
membentuk selaput
4. Bentuk koloni pada nutrient agar lempengan : Punctiform, circular, filamentous,
irregular, curled, amoeboid, myceloid, rhizoid
5. Tahapn dari determinasi bakteri yaitu dengan membuat biakan murni suatu bakteri
lalu diinkubasi selama 48 jam, dan amati morfologi koloninya
6. Keberadaan warna dipengaruhi oleh factor factor luar seperti temperature, pH, dan
oksigen bebas
7. Perbedaan ke empat medium dapat dilihat dari peralatan yang digunakan, seperti
medium nutrient agar tegak, menusuk medium dengan jarum inoculum, pada nutrient
agar miring, nutrient cair, dan medium lempengan menggunakan jarum ose, pada
nutrient agar miring dan lempengan jarum ose di gesek (strek), sedangkan pada
nutrient agar cair jarum ose untuk mengaduk bakteri pada media
8. Bakteri ada yang cenderung aeron dan ada yang cenderung di anaerob. Bakteri yang
aerob umunya berkembang dipermukaan medium sedangkan bakteri anaerob umunya
berkembang di dasar medium.
B. Saran
Saat praktikum mikrobiologi terutama determinasi bakteri, teknik aseptis harus
benar benar diterapkan, hal ini untuk mengantisipasi perkembangbiakan bakteri bahaya di
tempat yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, I. A. 2008. Uji Aktivitas antibakteri Froksi Etil asetat Ekstrak Etanolik Daun
Arbenan (Duchesna Indica (Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis
Tipisnya. Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
hal 10-20.
Bailey and Scott’s. 1994. Diagnostic Microbiology. 8th Edition. Toronto.pp. 313-328.
Breed,R.J., E.G.D. Murray and Nathan, R.S. 1957. Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. Seven Edition. The Williams & Wilkins Company. Balhinore. United
State of America.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Biologi Pangan. PT. Raja GraFindo Persada, Jakarta.
Finegold, S. M. and Baron, E.J. 1996. Diagnostic Microbiology. 7 th Edition. Mc Graw
Hill Inc. Oxford, London.
Hamdiyati, Y., Kusnadi, I. Hardian. 2008. Aktivitas Antibakteri ekstrak Daun Patikan
Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermis.
Jurusan Pendidikan Biologi MIPA. Jurnal Pengajaran MIPA. 12(2): 144-148.
Harley, J. P. dan Prescott, L. M. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th Edition.
McGraw-Hill, Massachussets.
Jakarta.
Jutono, Hartadi, S., Siti, K. S., Susanto, dan Suhadi. 1980. Mikrobiologi Umum.
UGM-Press. Yogyakarta.