Anda di halaman 1dari 15

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Mikrobiologi
Yang dibina oleh Dr. Endang Suarsini, M.Si dan Agung Witjoro, S.Pd, M.Kes

Oleh:
Kelompok 6/Offering C
Arwinda Probowati (120341421929)
Eka Budiarti N. (120341421946)
Elsa Dewi N. (120341421937)
Karunia Dyah M. (120341421945)
Koko Setiadi S. (120341421949)
Nadian Y. (120341421943)
Novita Dwi K. (120341421938)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2014
A. Topik : Pengamatan Morfologi Koloni Mikroba
B. Tanggal : Selasa, 2 September 2014
C. Tujuan : Untuk mempelajari morfologi koloni bakteri.
D. Dasar Teori
Mikroba dapat diperoleh hampir di setiap tempat, misalnya: di udara, di
antara helaian rambut, di sela-sela gigi, dari tanah dan sebagainya. Untuk
mempelajari morfologi koloni mikroba, kita perlu menangkap dan menumbuhkan
pada media lempeng terlebih dahulu. Pada umumnya mikroba yang tertangkap
pada media lempeng ini akan tumbuh setelah + 2 x 24 jam (Tim Pengajar
Mikrobiologi, 2014: 7).
Bakteri merupakan golongan prokariot. Salah satu karakteristik utama bakteri
adalah ukuran, bentuk, struktur, dan penataan selnya. Berbagai ciri inimencakup
morfologi sel. Menurut Darkuni (2001) ukuran, bentuk, serta penataan merupakan
ciri morfologi kasar suatu spesies bakteri dan penampakan bagian-bagian struktur
sel bakteri yangdisebut struktur sel halus dan bukan lagi morfologi kasar.
Beberapa sifatmorfologi bakteri sangat penting dalam hubungannya dengan
pertumbuhannya pada makanan dan ketahanannya terhadap pengolahan makanan.
Sifat-sifat tersebut misalnya bentuk dan pengelompokan sel, susunan dinding
sel, pembentukan kapsul dan pembentukan endospora, struktur bakteri serta sifat-
sifat lainnya termasuk pembentukan flagella (Fardiaz, 1992).Golongan prokariot
khususnya bakteri tersusun atas koloni yang terdiri atas individu-individu. Oleh
karena itu untuk menentukan karakteristik individudapat dilakukan dengan
mengamati karakteristik koloni. Klasifikasi suatumikroorganisme sebaiknya
mengetahui terlebih dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme tersebut.
Tentu saja yang diteliti karakteristik itu berasal dari biakan murni (pure culture)
yang hanya mengandung satu macam mikroorganisme (Darkuni, 2001). Pada
dasarnya dikenal 3 bentuk yang berbeda dari bakteri.Berdasarkan bentuknya sel
bakteri dibagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu:

1. Kokus

Menurut Fardiaz (1992) bakteri berbentuk bulat (kokus) dapatdibedakan atas


beberapa grup berdasarkan pengelompokan selnya, antara lain
a. Diplokokus = sel berpasangan (2 sel)

b. Streptokokus = rangkaian sel yang membentuk rantai panjang/pendek

c. Tetrad = 4 sel yang membentuk persegi empat

d. Stapilokokus = kumpulan sel yang tidak beraturan (seperti buah anggur)

e. Sareinae = kumpulan sel berbentuk kubus yang terdiri dari 8 sel ataulebih

2. Basil

Basil merupakan bakteri yang bentuknya menyerupai batang atausilinder.


Ukurannya sangat beraneka ragam. Beberapa hasil panjang danlebarnya sama dan
bentuknya lonjong. Basil ini sangat menyerupai kokussehingga disebut koko-basil
(Volk dan Wheeler, 1998).3)

3. Spiral

Menurut Volk dan Wheeler (1998) kelompok ini mempunyaikeanekaragaman


yang tinggi pada bakteri berbentuk silinder, yang bentuknyatidak lurus seperti
basil, melainkan melingkar dengan berbagai derajat. Bakterispiral dibagi menjadi:

a. Vibrio adalah batang yang melengkung menyerupai koma. Kadang-


kadangvibrio tumbuh sebagai benang-benang membelit atau berbentuk huruf S.

b. Spiril (spirilium) adalah spiral atau lilitan yang sebenaranya, seperti


kotrek (pembuka gabus)

c. Spirochaeta yang juga merupakan bakteri berbentuk spiral, tetapi


bedanyadengan spiril dalam hal kemampuannya melenturkan dan melekuk-
lekukkantubuhnya sambil bergerak. Gerakan ini dimungkinkan dari kontraksi
benangaksial atau flagel, yang membelit sekitar organisme antara membran
plasmadan dinding sel.

Menurut Dwijoseputro (2005), sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium


padat pada agar-agar lempengan memiliki bentuk titik-titik, bulat, berbenang, tak
teratur, serupa akar, serupa kumparan. Permukaan koloni dapatdatar, timbul
mendatar, timbul melengkung, timbul mencembung, timbulmembukit, timbul
berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, berombak, berbelah- belah, bergerigi,
berbenang-benang dan keriting. Bentuk sel koloninya berupa kokus.

E. Cara Kerja
1. Penangkapan Bakteri secara Bebas

Membawa satu pasang cawan Petri berisi media lempeng


ke closet kamar mandi
Mengusap closet menggunakan kapas steril

Membuka tutup cawan Petri

Meratakan hasil usapan di permukaan media secara zigzag

Menutup cawan Petri

Membawa ke laboratorium untuk diinkubasi.


2. Penangkapan Bakteri pada Jari Tangan

Menyiapkan satu pasang cawan Petri berisi media


lempeng lainnya dan membagi menjadi 4 kwadran.

Mengusapkan ibu jari secara rata di permukaan media


pada kwadran I, kemudian menutup cawan.

Mencuci tangan menggunakan sabun

Mengusapkan jari telunjuk secara rata di permukaan


media pada kwadran II, kemudian menutup cawan.

Mencuci tangan menggunakan alcohol 70%

Mengusapkan jari tengah di permukaan media pada


kwadran III, kemudian menutup cawan.
Mengosongkan kwadran IV untuk kontrol, kemudian
menutup cawan.
Menginkubasikan media tanam tersebut dalam inkubator
pada
3. Pengamatan Koloni suhu 37 oC selama 24 jam.
Mikroba

Mengamati koloni bakteri yang berbentuk seperti lendir,


tetesan mentega, tetesan sari buah.

. Mengamati macam koloni bakteri yang tumbuh.

. Menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh.

. Memilih 2 jenis koloni yang menarik perhatian untuk


diamati sifat-sifatnya.

Mengamati morfologi koloni dua macam koloni bakteri


yang meliputi: warna, bentuk, tepi, elevasi (kenaikan
permukaan koloni), kepekatan, mengkilat atau suram, dan
diameter koloni.
Mencatat pada tabel pengamatan.
4. Penghitungan Koloni Bakteri Menggunakan Colony Counter

Menyiapkan Colony Counter yang akan digunakan.


.
Menyiapkan cawan Petri yang berisi koloni bakteri hasil
penangkapan bebas dan penangkapan dari jari tangan.

Meletakkan cawan petri di bawah lup atau tempat yang


tersedia pada Colony Counter

Menyentuh permukaan penutup cawan yang terdapat


koloni bakteri menggunakan pena yang ada pada Colony
Counter.
Menghitung koloni bakteri pada kedua cawan secara
bergantian.
F. Data
Tabel 1. Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri pada Cawan Penangkapan Bebas

Ciri Koloni no. 1 Koloni no. 2

Morfologi
a. Warna koloni a. Putih susu a. Putih kekuningan
b. Bentuk koloni b. Bundar b. Tak beraturan dan
menyebar
c. Tepi koloni c. Licin c. Berlekuk
d. Elevasi koloni d. Cembung d. Cembung
e. Mengkilat/suram e. Mengkilat e. Mengkilat
f. Diameter koloni f. 0,5 mm f. 1mm
g. Kepekatan koloni g. Pekat g. Pekat
h. Jumlah koloni h. 336 h. 282
Ciri lainnya - -

Asal bakteri Closet kamar mandi Closet kamar mandi

Tabel 2. Jumlah Koloni Bakteri pada Jari Tangan

Kelompok Kw I Kw II Kw III Kw IV
1 3 211 1 -
2 15 6 67 -
3 26 455 13 -
4 35 116 120 -
5 20 81 - 1
6 131 25 11 4

G. Analisis
1) Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri dengan Penangkapan Bebas
Pada pengamatan morfologi koloni bakteri dengan penangkap bebas
dilakukan dengan dua koloni bakteri berbeda. Hasil yang didapatkan yaitu pada
koloni pertama menunjukkan ciri morfologi warna koloni yaitu putih susu, bentuk
koloni yaitu bundar, tepi koloni yaitu licin, elevasi koloni yaitu cembung,
mengkilat, diameter koloni yaitu 0,5 mm, pekat, jumlah koloni yaitu 336. Koloni
kedua menunjukkan ciri morfologi warna koloni yaitu putih kekuningan, bentuk
koloni yaitu tak beraturan dan menyebar, tepi koloni yaitu berlekuk, elevasi koloni
yaitu cembung, mengkilat, diameter koloni yaitu 1 mm, pekat, dan jumlah koloni
yaitu 282. Pada kedua koloni ini menunjukkan kepekatan dan jumlah koloni yang
relatif tinggi, hal ini dikarenakan pengambilan sampel di tempat yang kotor yaitu
di permukaan kloset.
2) Menentukan Jumlah Koloni Bakteri pada Jari Tangan
Kelompok bakteri yang teramati oleh kelompok praktikum 1-6 secara
berurutan adalah pada kuadran I adalah 2,15, 26, 35, 20, 131. Kelompok bakteri
yang teramati pada kuadran II adalah 211, 6, 455, 116, 81, 25. Kelompok bakteri
yang teramati pada kuadran III oleh kelompok praktikan 1-6 secara berurutan
adalah 1, 7, 13, 120, -, 11. Pada kuadran IV kelompok bakteri hanya ditemukan
pada kelompok praktikum 5 yaitu berjumlah 1 dan ditemukan pada kelompok 6
yaitu berjumlah 4. Jumlah koloni terbanyak seharusnya berada pada kuadran I
karena ibu yang dioleskan pada permukaan medium belum melakukan tindakan
aseptis. Namun menurut hasil praktikum, menunjukkan bahwa kebanyakan
jumlah koloni bakteri yang ditemukan berada pada kuadran II. Sehingga untuk
mengetahui faktor penyebabnya, akan dibahas dalam bab pembahasan.
3) Pewarnaan Koloni Bakteri
Pewarnaan kelompok bakteri dilakukan dalam keadaan kaca benda bersih
yaitu dengan cara melewatkan di atas nyala api lampu spiritus. Melewatkan diatas
nyala api spiritus bertujuan untuk membunuh bakteri asing (bukan bakteri
amatan). Kemudian meneteskan setetes aquades steril diatas kaca benda tersebut.
Selanjutnya mengambil inokulum koloni bakteri I secara aseptis, lalu letakkan
diatas tetesan aquades itu. Kemudian meratakan perlahan dan menunggu sampai
mengering. Selanjutnya melakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan
tersebut diatas nyala api lampu spirtus dengan cepat. Selanjutnya meletakkan
sediaan diatas kawat penyangga yang berada diatas mangkuk pewarna. Lalu
meneteskan larutan amonium oksalat kristal violet diatas sediaan tersebut. Tunggu
selama 1 menit. Selanjutnya membuang kelebihan zat warna tersebut ke dalam
mangkuk dan bilaslah sediaan dengan air kran. Kemudian meneteskan larutan
iodium ke dalam mangkuk lalu bilaslah dengan air kran, dilanjutkan dengan
meteskan alkohol 95 persen diatas sediaan, lalu biarkan selama satu menit.
Kemudian membuang sisa alkohol ke dalam mangkuk dan bilaslah sediaan
dengan air kran. Kemudian mengeringkan sediaan dengan hati hati dengan kertas
penghisap, lalu memeriksa dibawah mikroskop. Dalam pewarnaan koloni bakteri
II dilakukan dengan cara yang sama, namun larutan yang digunakan berbeda.
Pada pewarnaan koloni bakteri II menggunakan larutan safranin diatas sediaan
yang kemudiaan dibiarkan selama 30 detik tanpa menggunakan larutan iodium
dan alkohol 95 persen. Pada pewarnaan ini di dapatkan struktur morfologi koloni
bakteri I dan koloni bakteri II yang telah disebutkan pada analisis pertama.
H. Pembahasan
Mikroba dapat diperoleh hampir di setiap tempat, dan untuk mempelajari
morfologi koloni mikroba, kita perlu menangkap dan menumbuhkan pada
medium lempeng terlebih dahulu. Pada umumnya mikroba yang tertangkap pada
medium lempeng ini akan tumbuh setelah 224 jam (Hastuti, 2008: 4).
Koloni bakteri mempunyai bermacam-macam bentuk, diantaranya adalah
berbentuk bundar, bundar dengan tepian kerang, bundar dengan tepian timbul,
keriput, konsentris, tak beraturan dan menyebar, berbenang-benang, bentuk L,
bundar dengan tepian menyebar, filliform, rizoid dan kompleks. Tepian koloni
bakteri ada yang licin, berombak, berlekuk, tak beraturan, sikat, bercabang, seperti
wol, seperti benang dan dan seperti ikat rambut. Sedangkan elevasinya ada yang
datar,timbul, cembung, seperti tombol, berbukit-bukit, tumbuh ke dalam medium
danseperti kawah (Hadioetomo, 1985: 66).
Bakteri berkembangbiak dengan cepat. Dalam keadaan yang serba
mengungtungkan (keadaan optimal), bebrapa jenis bakteri dapat membelah setiap
20 menit, sehingga dalam waktu sehari saja, suatu sel bakteri dapat berkembang
menjadi berjuta-juta sel. Karena dalam praktet banyak hal yang menghambat
kehidupan bakteri, bahkan banyak pula faktor-faktor yang menyebabkan
kematiannya, perkembangan bakteri tidak pernah mencapai keadaan seperti
tersebut diatas.
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan
reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembaban, dan
cahaya(Rahmawati,2001)
Pada pengamatan jumlah bakteri dari penangkapan bebas yaitu di kamar
mandi didapatkan jumlah koloni bakteri I lebih banyak daripada koloni II. Hal ini
disebabkan karena faktor nutrien yang mempengaruhi jumlah
atau perkembangbiakan dari koloni bakteri. Agar dapat bertahan di alam
mikroba(termasuk bakteri) harus mampu tumbuh dan berkembang biak dengan
cepat, hal ini mungkin dicapai jika bakteri tersebut dapat melakukan pengambilan
nutrisi secara efisien sebab di alam terjadi persaingan memperebutkan nutrisi
yang jumlahnya terbatas (Ristiati, 2000: 92). Nutrisi yang diambil oleh koloni
bakteri I lebih banyak daripada koloni bakteri II, sehingga perkembangbiakan
koloni bakteri I lebih banyak dibandingkan dengan koloni bakteri II, dan hal ini
mempengaruhi jumlah koloni bakteri. Kedua koloni bakteri ini diambil dari closet
kamar mandi Gedung Biologi. Pada koloni I didapatkan koloni berjumlah 336,
warna koloni adalah putih susu. Menurut Dwidjoseputro (2005) adanya warna
tersebut dapat dipengaruhi juga oleh faktor luar seperti temperatur, pH, oksigen
bebas. Bentuk koloninya bundar dengan tepian licin, serta elevasi atau kemiringan
permukaannya cembung. Diameter koloni sebesar 0,5 cm dan pekat. Kepekatan
koloni diketahui dengan menyentuhkan jarum inokulasi ujung lurus pada
permukaan koloni secara aseptik lalu diangkat. Jarum inokulasi terasa lengket
berarti koloni bersifat pekat. Koloni terlihat mengkilat saat diarahkan pada
cahaya.
Pada koloni II didapatkan koloni berjumlah 282, warna koloni adalah putih
kekuningan. Seperti pada koloni sebelumnya, bila bakteri berkumpul bersama
kelompok akan menghasilkan suatu warna tertentu. Telah diketahui bahwa warna
koloni dapat juga dipengaruhi oleh suhu atau temperatur, pH, dan oksigen bebas.
Adanya faktor luar tersebut dimungkinkan memicu terjadinya reaksi kimia yang
terjadi dalam bakteri sehingga timbul warna tertentu. Bentuk koloninya tidak
beraturan dan menyebar dengan tepian berlekuk, serta elevasi atau kemiringan
permukaannya cembung. Diameter koloni sebesar 1 cm dan pekat serta mengkilat
ketika diarahkan pada cahaya.
Berdasarkan data pengamatan didapatkan morfologi bakteri yang terdiri dari 8 ciri
yang telah ditetapkan didapat sebuah pembahasan yaitu :
1. Warna bakteri , warna bakteri yang didapat adalah warna putih ,hal ini sesuai
dengan teori yang ada bahwa warna bakteri berkisar antara warna putih sampai
merah (Chan,1986) hal ini disebabkan karena pada bakteri ada yang memiliki
pigmen warna dan ada yang tidak memiliki pigmen ,contohnya yang
berpigmen seperti warna pada kloroplas sehingga dapat teridentifikasi.
Sedangkan yang tidak berpigmen dapat teridentifikasi setelah pemberian
pewarnaan dengan menggunakan metode gram positif dan negatif.
2. Bentuk Bakteri , bentuk bakteri yang praktikan dapat saat percobaan relative
sama akan tetapi masih ada yang berbeda yaitu didapat pada koloni I
didapatkan bentuk bundar sedangkan pada koloni II didapat bakteri yang
bentuknya tak beraturan . Bentuk sesuai dengan teori sebelumnya yang
menyebutkan berbagai macam bentuk salah satu diantaranya adalah bentuk
bundar dan tidak beraturan .Perbedaan tersebut disebabkan karena
menyesuaikan dengan kegunaanya masing-masing dan tahapan-tahapan
tertentu saat pembelahan
3. Tepi Bakteri, tepi bakteri yang didapat oleh praktikan yaitu pada koloni I
memiliki bentuk licin yang ditandai dengan tidak adanya gerigi pada bakteri
sedangkan pada koloni II didapatkan bentuk tepi yang berlekuk
4. Elevasi Bakteri , pada koloni I dan II didapatkan hasil elevasi bakteri (tinggi)
bakteri yang dilihat dari samping dengan mata telanjang didapatkan bentuk
cembung karena terdapat gundukan dibagian tengah koloni bakteri.
5. Mengkilat/suram, identifikasi koloni bakteri dikatakan mengkilat karena tidak
adanya bulu pada permukaan koloni bakteri sedangkan dapat dikatakan suram
apa bila terdapat bulu pada permukaan koloni bakteri . Hasil yang didapat oleh
praktikan yaitu pada kedua kuadran sama-sama mengkilat yang
mengindikasikan bahwa tidak adanya bulu pada koloni bakteri.
6. Diameter,pada koloni I didapatkan diameter sebesar 0,5 mm sedangkan pada
koloni II didapat diameter sebesar 1 mm .
7. Kepekatan,pada kedua kuadran didapatkan hasil yang sama yaitu sama-sama
pekat . Kepekatan ini dipengaruhi oleh banyaknya jumlah bakteri pada koloni
dan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembang biakan bakteri
tersebut .
8. Jumlah bakteri,semakin banyak jumlah koloni bakteri mengindikasikan
bahwa semakin kotor atau semakin terkontaminasinya tempat tersebut dan
apabila diberikan perlakuan dengan menggunakan metode aseptik dapat
mengurangi jumlah koloni bakteri .
Untuk pengamatan jumlah koloni bakteri pada jari tangan , praktikan
membaginya menjadi 4 kuadran dengan perlakuan sebagai berikut :
Kuadran I : Mengusap ibu jari secara langsung
Kuadran II : Mengusap jari telunjuk setelah mencuci tangan dengan
sabun
Kuadran III: Mengusap jari tengah setelah mencuci tangan dengan sabun dan
menggunakan alcohol 70%
Kuadran IV: Mengusap jari manis setelah mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan alcohol 70% dan menggunakan lisol
Setelah itu cawan petri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oCelcius. Hal
ini bertujuan untuk membiakkan bakteri agar berkembang biak secara optimal.
Perlakukan ini sesuai dengan teori diatas dimana perkembang biakkan bakteri
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu suhu, kelembaban dan cahaya. Suhu diatur pada
suhu badan karena bakteri yang akan diamati berupa bakteri mesofil dimana ia
tumbuh pada suhu 15o 40o Celcius. Kelembaban pada inkubator telah
disesuaikan dengan kelembaban optimum sehingga bakteri mesofil dapat tumbuh
dengan optimum. Selain itu, pencahayaan pada inkubator menggunakan bola
lampu karena cahaya yang dihasilkan tidak mengandung sinar ultraviolet yang
dapat merusak bakteri.
Setelah diinkubasi selama 24 jam, terlihat bakteri pada cawan petri sudah
membentuk koloni. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembiakan telah berhasil.
Pada kuadran I, praktikan menemukan ada 131 koloni bakteri. Jumlah yang besar
ini menunjukkan bahwa tangan praktikan meskipun tidak terlihat kotor tetap
terdapat bakteri dalam jumlah yang sangat besar. Jumlah yang jauh selisihnya
dibandingkan dari kelompok lain yang relative berkisar dari 15-35. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena pada saat sebelum melakukan
percobaan tanpa sengaja praktikan menggosok-gosok tangan disekitar meja di
laboraturium mikrobiologi karena memang sedikit berdebu pada saat itu.

Pada kuadran II, jumlah bakteri yang tadinya berjumlah 131 turun 106
menjadi 25. Hasil ini tepat sesuai dengan teori yang ada bahwa sabun adalah suatu
bahan yang digunakan untuk membersihkan kulit baik dari kotoran maupun
bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal dengan sabun antiseptik
(Anton, 2008). Sabun antiseptik atau disebut juga dengan sabun obat mengandung
asam lemak yang bersenyawa dengan alkali dan ditambah dengan zat kimia atau
bahan obat. Sabun ini berguna untuk mencegah, mengurangi ataupun
menghilangkan penyakit atau gejala penyakit pada kulit (Lubis, 2003).
Sabun juga mengandung antiseptik mengandung komposisi khusus yang
berfungsi sebagai antibakteri. Di dalam sabun, triclosan dan triclocarban
merupakan zat antibakteri yang paling sering ditambahkan. Bahan inilah yang
berfungsi mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada kulit(Rachmawati dan
Triyana, 2008)
Pada kuadran ke III didapat hasil jumlah koloni bakteri yang tadinya turun
dari 25 menjadi 11 . Hal ini disebabkan karena penambahan alkohol . Hasil
percobaan tepat adanya dengan teori yang ada karena alkohol beraksi dengan
mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga
membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol
(etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Secara
otomatis hal ini menyebabkan penurunan jumlah bakteri yang signifikan dan
dinilai ada ketepatan antara teori dan hasil pengamatan.
Pada kuadran IV didapat hasil jumlah koloni bakteri yang turun menjadi 4
koloni saja. Hal ini disebabkan karena lisol adalah efektif sebagai bakterisida, dan
kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organik. Namun, agen ini
menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu
digunakan terutama sebagai disinfektan(Lubis, 2003). Ketepatan antara hasil
percobaan dan teori menunjukkan bahwa praktikan dapat mengeksekusi secara
tepat alat dan bahan yang ada.
Berkurangnya jumlah koloni bakteri menunjukkan bahwa bakteri dapat
dihilangkan dengan menggunakan metode aseptik, yaitu dengan mencuci tangan
dengan sabun maupun menggunakan alkohol.

I. Kesimpulan
1. Koloni I berwarna putih susu dengan bentuk koloni bundar dengan tepi licin,
elevasi koloni cembung, koloni terlihat mengkilat dengan diameter 0,5mm.
Kepekatan koloni pekat, jumlah koloni 1 pada medium lempeng didapatkan
sebanyak 336 koloni. Koloni II didapatkan warna koloni berwarna putih
kekuningan. Bentuk koloni tak beraturan dengan tepian menyebar, tepi koloni
terlihat berlekuk dengan elevasi koloni cembung. Koloni terlihat mengkilat dan
diameter koloni sebesar 1mm dengan kepektan yang pekat dan jumlah koloni
yang didapatkan cukup besar yakni sebanyak 282 koloni.
2. Jumlah koloni terbanyak ditemukan pada kuadran I (dengan perlakuan
mengusap ibu jari secara langsung ) jika dibandingkan dengan jumlah koloni
yang ditemukan pada kuadran I, III dan IV.

J. Diskusi
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah dan macam bakteri? Jelaskan!
1. Faktor nutrisi

Setiap makhluk hidup memerlukan nutrisi sebagai sumber energi untuk


bertahan hidup semakin banyak jumlah ntrisi yang ada maka akan semakin
banyak pula mikroba yang akan ada pada tempat tersebut.

2. Faktor media

tidak semua bakteri hidup dalam media yang sama, ada beberapa bakteri yang
hidup dengan syarat medium tertentu

3. Faktor kondisi fisik (suhu, oksigen, percepatan perkembang biakan)

Bakteri memiliki toleransi terhadap kondisi fisik lingkunan yang di


tempatinya. Bakteri memiliki rentang suhu yang berbeda dalam rangka
menunjang kehidupanya. Bakteri dalam mebolismenya memerlukan keberadaan
oksigen yang berbeda ada bakteri aerob yang membutuhkan oksigen untuk
menjalankan metabolismenya, dan ada bakteri anaerob yang tidak memerlukan
oksigen dalam menjalankan metabolismenya. Cepatnya perkembangbiakan koloni
bakteri diakibatkan oleh cepatnya siklus reproduksi dari masing-masng jenis
bakteri.

DAFTAR RUJUKAN
Anton. 2008. Proses Aseptik Dalam Laboratorium. Bali: Udayana Press

Chan. 1986. Morfologi Bakteri. Jakarta: Gagas Media

Darkuni, 2001. Mikrobiologi. Malang: FMIPA UM

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT.


Gramedia.

Hastuti, Utami Sri. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: FMIPA UM.

Lubis. 2003. Desinfektan Dalam Teknik Aseptik. Jakarta: Gagas Media

Rahmawati. 2001. Faktor-faktor Perkembangan Bakteri. Bandung: Cahaya Ilmu

Rachmawati dan Triyana. 2008.Proses Aseptik Dalam Laboratorium. Bali:


Udayana

Ristiati, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Proyek


Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979.

Tim Pengajar Mikrobiologi. 2014. Panduan Praktikum Mikrobiologi. Malang:


Jurusan Biologi FMIPA UM.

Volk and Wheeler. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN
Gb. 1 Koloni mikroba pada jari tangan

Gb. 2 Pewarnaan gram Gb. 3 Pewarnaan gram


koloni 1 koloni 2

Gb. 4 Pembiakan murni koloni mikroba dari


penangkapan bebas, bentuk koloni berduri

Anda mungkin juga menyukai