Anda di halaman 1dari 13

PENGAMATAN MORFOLOGI SEL BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Mikrobiologi
yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si

Oleh :
Kelompok 1
Isfatun Chasanah

140342603465

Maulidan Asryofil Anam 140342604964


Putri Kartika Mukti

140342601574

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Bakteri merupakan golongan prokariot. Salah satu karakteristik utama
bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur, dan penataan selnya. Berbagai
ciri

ini

mencakup

morfologi

sel.

Ukuran,

bentuk,

serta

penataan

merupakan ciri morfologi kasar suatu spesies bakteri dan penampakan


bagian-bagian struktur sel bakteri yang disebut struktur sel halus dan
bukan lagi morfologi kasar. Beberapa sifat morfologi bakteri sangat
penting dalam hubungannya dengan pertumbuhannya pada makanan dan
ketahanannya
misalnya

terhadap

bentuk

dan

pengolahan

makanan.

pengelompokan

sel,

Sifat-sifat

susunan

tersebut

dinding

sel,

pembentukan kapsul dan pembentukan endospora, struktur bakteri serta


sifat-sifat lainnya termasuk pembentukan flagella (Fardiaz, 1992).
Koloni mikroorganisme merupakan kumpulan mikroorganisme sejenis hasil
reproduksi yang mengumpul pada suatu tempat di medium kultur atau kumpulan bakteri pada
medium kultur yang berasal dari hasil pertumbuhan atau keturunan dari suatu sel
mikroorganisme. Beberapa kelompok mikroorganisme menunjukkan ciri-ciri koloni yang
saling berbeda, baik dilihat dari bentuknya, elevasi, maupun bentuk tepi koloni. Bentukbentuk koloni yaitu: tidak beraturan, akar, seperti batang, berkarat, benang. Bentuk tepi
koloni yaitu: rata, tidak beraturan, seperti rumbai, berombak, berlekuk, filamen atau seperti
benang-benang. Struktur dalam koloni yaitu: transparan, tembus cahaya, tidak tembus
cahaya, berombak, seperti pohon, seperti benang. Bentuk elevasi koloni yang dilihat dari
samping: datar tipis merata, sedikit cembung, cembung, menonjol seperti tumbuh kuncup,
seperti bantal, tebal, dan menonjol (Purnomo, 2012).
Morfologi suatu mikroba dapat diperiksa dalam keadaan hidup maupun mati.
Pemeriksaan morfologi ini penting untuk mengenal nama bakteri, pengenalan sifat
fisiologisnya yang kebanyakan merupakan faktor penentu dalam mengenal nama spesies
(Dwidjoseputro, 1984). Bakteri yang memiliki bentuk morfologi bulat atau seperti telur
disebut coccus. Bakteri yang memiliki bentuk silindris disebut dengan bakteri batang atau
bacillus. Sedangkan bakteri yang berbentuk batang yang melingkar-lingkar disebut spirilla
(Brock dkk., 2012: 48).

1) Kokus
Menurut Fardiaz (1992) bakteri berbentuk bulat (kokus) dapat
dibedakan atas beberapa grup berdasarkan pengelompokan selnya,
antara lain:
a) Diplokokus :
b) Streptokokus :
c) Tetrad
:
d) Stapilokokus :

sel berpasangan (2 sel)


rangkaian sel yang membentuk rantai panjang/pendek
4 sel yang membentuk persegi empat
kumpulan sel yang tidak beraturan (seperti buah

anggur)
e) Sareinae

: kumpulan sel berbentuk kubus yang terdiri dari 8

sel atau lebih


2) Basil
Basil merupakan bakteri yang bentuknya menyerupai batang
atau silinder. Ukurannya sangat beraneka ragam. Beberapa hasil
panjang dan lebarnya sama dan bentuknya lonjong. Basil ini sangat
menyerupai kokus sehingga disebut koko-basil (Volk dan Wheeler,
1998).
3) Spiral
Menurut Volk dan Wheeler (1998) kelompok ini mempunyai
keanekaragaman yang tinggi pada bakteri berbentuk silinder, yang
bentuknya tidak lurus seperti basil, melainkan melingkar dengan
berbagai derajat. Bakteri spiral dibagi menjadi:
a) Vibrio adalah batang yang melengkung menyerupai koma. Kadangkadang

vibrio

tumbuh

sebagai

benang-benang

membelit

atau

berbentuk huruf S.
b) Spiril (spirilium) adalah spiral atau lilitan yang sebenaranya, seperti
kotrek (pembuka gabus)
c) Spirochaeta yang juga merupakan bakteri berbentuk spiral, tetapi
bedanya dengan spiril dalam hal kemampuannya melenturkan dan
melekuk-lekukkan
dimungkinkan

dari

tubuhnya

sambil

kontraksi

benang

bergerak.
aksial

atau

Gerakan
flagel,

ini
yang

membelit sekitar organisme antara membran plasma dan dinding sel.


Menurut Dwijoseputro (1989), sifat-sifat khusus suatu koloni dalam
medium padat pada agar-agar lempengan memiliki bentuk titik-titik,
bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar, serupa kumparan. Permukaan
koloni

dapat

datar,

timbul

mendatar,

timbul

melengkung,

timbul

mencembung, timbul membukit, timbul berkawah. Tepi koloni ada yang

utuh,

berombak,

berbelah-belah,

bergerigi,

berbenang-benang

keriting. Bentuk sel koloninya berupa kokus.


B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengamatan morfologi koloni bakteri adalah:
1. Untuk mempelajari morfologi koloni bakteri dari biakan.
2. Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri dari masing-masing biakan.

BAB II
METODE
A. Alat dan Bahan
a. Morfologi
Alat :
1. Koloni counter
2. Penggaris
3. Jarum inokulasi
4. Cawan petri
Bahan :
1. Biakan bakteri padamedium NA
2. Lisol
b. Inokulasi
Alat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pembakar bunsen
Inkubator
Korek api
LAF
Jarum inokulasi
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi

Bahan :
1. Biakan bakteri pada media miring.
2. Alkohol
3. Kapas
B. Cara Kerja
a) Hasil Tera
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Membersihkan alat yang diperlukan untuk peneraan.
3. Menyiapkan mikroskop yang akan digunakan untuk peneraan.
4. Meletakkan mikrometer objektif pada meja benda mikroskop.
5. Menyesuaikan kaca objektif hingga pas dengan lensa okuler.

dan

6. Melihat mikrometer objektif melalui mikroskop dengan perbesaran terkecil hingga


skala terlihat pada mikroskop.
7. Memasang mikrometer okuler berskala pada tempat lensa okuler.
8. Mengatur posisi garis skala mikrometer okuler dan mikrometer objektif hingga titik
nol kedua mikrometer ini berada pada satu garis lurus.
9. Mengamati garis skala dari mikrometer okuler yang berada pada satu garis dengan
garis skala mikrometer objektif (selain titik nol ).
10. Mencari garis skala pada mikrometer okuler yang berada pada satu garis lurus
(berhimpit) dsengan garis skala dari mikrometer objektif.
11. Mencari perbandingan dari dua skala yaitu dari mikrometer objektif dan mikrometer
okuler kemudian memasukkannya dalam rumus.
Hasil Peneraan:
a. Perbesaran 100 kali
Skala mikrometer okuler : 34
Skala mikrometer objektif : 35

1 Skala mikrometer okuler =

35
34

skala mikrometer objektif

Karena 1 M. Objektif = 0,01 mm maka:


35
1 Skala mikrometer okuler = 34 x 0,01 mm
= 1,03 x 0,01 mm
= 0,0103 x 1000 m
b. Perbesaran 400 kali
Skala okuler : 31
Skala Objektif : 8
1 Skala mikrometer okuler =

8
31

x 0,01 mm

= 0,26 x 0,01 mm
= 0,0026 x 1000
= 2,6 m
c. Perbesaran 1000 kali
Skala mikrometer okuler
Skala mikrometer objektif

: 25
:3

1 Skala mikrometer okuler =

3
25

x 0,01 mm

= 0,12 x 0,01 mm
= 0,0012 x 1000
= 1,2 m

b) Pembuatan Media NA
Media Agar dalam Cawan Petri
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyiapkan media alat dan bahan yang diperlukan.


Menimbang media NA hingga memperoleh berat yang diinginkan.
Memasukkan NA ke dalam tabung erlenmeyer kemudian ditambahkan aquades.
Memanaskan campuran NA dengan aquades di atas hot plate sampai mendidih.
Mendinginkan terlebih dahulu media NA yang baru dipanaskan.
Menuangkan media NA ke dalam cawan petri yang terlebih dahulu telah disterilkan

kurang lebih sebanyak 10 ml .


7. Menunggu media yang telah dibuat sampai padat.
8. Membungkus cawan petri hingga rapat dan memasukkannya ke dalam autoklaf untuk
disterilkan.
9. Menyimpan media ke dalam inkubator.
Media Agar dalam Media Miring
1. Menimbang media yang dibutuhkan kemudian memasukkannya ke dalam tabung
erlenmeyer.
2. Memasukkan tabung erlenmyer yang telah berisi media ke dalam magnetic stirrer
yang telah ditutup dengan aluminium.
3. Memanaskan tabung erlenmeyer di atas hot plate hingga mendidih.
4. Mengangkat bila telah mendidih.
5. Memasukkan media yang telah siap ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml dengan
menggunakan pipet
6. Selanjutnya mengatur posisi tabung reaksi tersebut hingga miring hingga media
membeku.
7. Membungkus tabung reaksi menggunakan kertas kemudian disterilkan ke dalam
autoklaf.
c) Mengambil Sampel
1.
2.
3.
4.

Mengambil cawan petri yang berisi media yang telah dibuat.


Meletakkan cawan petri tersebut pada tempat pengambilan sampel yang diinginkan.
Membuka tutup selama kurang lebih 5-7 menit.
Mengambil cawan petri tersebut dan menutupnya, selanjutnya cawan diletakkan

dalam posisi terbalik.


5. Menyimpan cawan petri yang berisi sampel ke dalam inkubator.
d) Inokulasi pada Media Miring
1. Menyediakan 2 buah medium lempeng NA dan 2 buah medium miring NA.
2. Memilih 2 macam koloni bakteri yang berasal dari biakan campuran (sama dengan
koloni yang diamati pada pengamatan morfologi koloni bakteri). Menulis nomor
koloni yang dipilih pada medium lempeng dan medium miring yang tersedia.

3. Melakukan inokulasi secara aseptik di dalam LAF dan dekat lampu spiritus.
4. Membakar jarum inokulasi ujung lurus dengan menggunakan lampu spiritus dari
ujung sampai pangkal hingga berpijar.
5. Memanaskan biakan mikroba lalu Mengambil biakan mikroba dengan menggunakan
jarum inokulasi dan menusukkan pada tabung reaksi yang berisi medium NA
(Nutrient Agar) miring dengan cara menggores secara zig-zag dan dari arah bawah ke
atas kemudian memanaskan ujung tabung reaksi.
6. Memasukkan jarum ke dalam tabung reaksi yang berisi alkohol, hal ini berfungsi
untuk menyeterilkan jarum inokulasi.
7. Menutup media dengan menggunakan kapas.
8. Menginkubasi dalam inkubator pada suhu 37 C selama 1 x 24 jam
9. Mengamati bentuk koloni yang ada.
e) Mengamati Morfologi Koloni Bakteri.
1. Membersihkan meja laboratorium dengan menggunakan lisol hingga bener-benar
bersih.
2. Mengambil media NA pada cawan petri untuk pengamatan morfologi.
3. Memilih 2 macam koloni bakteri yang berasal dari biakan bakteri di dalam media NA
pada cawan petri.
4. Melakukan pengamatan morfologi :
a. Warna koloni : melihat warna dari koloni secara langsung.
b. Bentuk koloni : melihat struktur dan bentuk koloni yang ada.
c. Tepi koloni : mengidentifikasi tepian dari koloni bakteri dengan mencocokan
pada buku petunjuk praktikum.
d. Elevasi koloni : mengarahkan cawan petri sejajar dengan mata dan melihat
permukaan koloni.
e. Kepekatan koloni : membakar jarum inokulasi yang kemudian menempelkannya
pada koloni. Bila ikut tertarik, membuktikan bahwa koloni tersebut pekat
begitupun sebaliknya.
f. Mengkilat atau suram : mengarahkan biakan bakteri di dalam cawan petri ke arah
cahaya yang ada.
g. Diameter koloni : mengukur diameter koloni dengan menggunakan penggaris
pada diameter nya.
5. Menacatat hasil pengamatan.

BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data
Pengamatan Morfologi
Cawan I
: Greenhouse Biologi
Jumlah koloni : 8 koloni
Cawan II
: Toilet Wanita
Jumlah Koloni : 22 koloni
Koloni yang diamati pada tabel di bawah ini berasal dari cawan I yang sampelnya diambil
dari Greenhouse Biologi.
Koloni
KI
K II

Warna
Putih
Tulang
Putih
Tulang

Inokulasi Bakteri

Bentuk

Tepian

Elevasi

Keriput

Licin

Datar

Bundar

Licin

Seperti
Tombol

Kepekatan
Tidak

Mengkilat/

Diameter

Suram
Suram

6 mm

Mengkilat

3 mm

Pekat
Pekat

Koloni

Bentuk Koloni

KI

Pedang

KII

Pedang

B. Analisis Data
Pada praktikum pengamatan morfologi koloni yang telah dilakukan,
digunakan 2 sample koloni bakteri yang keduanya merupakan biakan
bakteri yang diambil samplenya dari Green House jurusan Biologi FMIPA
UM.

Dari pengamatan yang telah dilakukan kaloni I memiliki bentuk

keriput, tepian licin, elevasi datar, tidak pekat, suram, dan bewarna putih
tulang. Koloni I memiliki ukuran lebih besar daripada koloni II, yakni
berdiameter 6 mm. sedangkan koloni II memiliki bentuk bundar, tepian
licin elevasi seperti tombol, pekat, mengkilat dan berdiameter 3 mm.
Jumlah koloni dari hasil pembiakan bakteri lebih banyak terdapat
pada cawan II, yakni bakteri yang diperoleh dari toilet wanita. Hal ini
dikarenakan adanya kelembaban yang tinggi di dalam toilet. Selain itu
juga terdapat tempat sampah yang isinya belum dibuang, sehingga
bakteri lebih banyak jenisnya. Bakteri dengan koloni yang berbeda
memiliki jenis yang berbeda. Oleh karena itu, kesimpulan sementara
adalah jumlah dan jenis bakteri pada cawan II lebih banyak karena
memiliki koloni yang lebih banyak daripada cawan I.

C. Pembahasan
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang memiliki ukuran sangat kecil. Pada
praktikum kali ini sampel biakan bakteri diambil dari Greenhouse biologi, sehingga
didapatkan 2 koloni yang masing-masing bisa diamati secara morfologi. Pengamatan
tentang karakteristik morfologi koloni bakteri perlu dilakukan, agar mempermudah
dalam proses identifikasi jenis bakteri. Namun harus dilanjutkan dengan uji biokimia
agar data lebih akurat dan spesifik (Fitri & Yekki, 2011).
Bakteri yang telah ditumbuhkan dalam medium agar akan membentuk suatu
penampakan berupa koloni. Koloni bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat

dilihat dengan menggunkan mata langsung. Satu koloni bakteri yang ada pada media
cawan petri/ dalam media agar adalah sama dan dianggap semua sel yang berada di
dalam satu koloni tersebut adalah satu keturunan (progeny) dari satu mikroorganisme dan
karena itu mewakili biakan murni ( Kusnadi, dkk., 2003).
Morfologi koloni harus diamati dengan sangat teliti terutama dari sifat-sifat koloni
nya. Sifat-sifat dari suatu koloni adalah sifat sifat yang ada sangkutnya dengan bentuk,
susunan, permukaan, pengkilatan. Pengamatan dari sifat-sifat ini dapat dilihat dengan
menggunakan mata biasa tanpa menggunakan mikroskop. Agar sifat-sifat tersebut jelas
teramati, maka ada baiknya bakteri ditumbuhkan dalam media padat (Dwidjoseputro,
2005).
Koloni pertama yang diamati memiliki warna putih tulang dengan bentuk keriput,
memiliki tepi yang licin, elevasinya dari samping saat diamati adalah datar dan suram.
Sedangkan pada koloni kedua yang diamati memiliki warna putih tulang, tepinya licin,
elevasinya saat diamati mirip dengan tombol, dan mengkilat. Bila dibandingkan dengan
teori maka hasilnya sesuai dengan teori bahwa dalam hal bentuk koloni ada yang bulat,
ada yang memanjang, dengan tepian rata dan tidak rata. Sedangkan dalam kenaikan atau
elevasinya terdapat koloni yang permukaannya rata dengan medium dan ada yang timbul
yang menjulang di permukaan medium. Bila dilihat dari wajah, ada koloni yang
mengkilat dan juga ada

yang permukaannya suram. Warna dari kebanyakan koloni

adalah berwarna keputih-putihan dan kekuningan (Dwidjoseputro, 2005).


Koloni yang didapatkan diukur berdasarkan diameter diperoleh diameter dari masingmasing koloni adalah 6 mm untuk koloni pertama dan 3 mm untuk koloni kedua dari hasil
yang telah didapatkan dapat diketahui bahwa pertumbuhan koloni kedua lebih cepat
dibandingkan dengan koloni kedua sehingga menunjukkan diameter yang lebih besar
pada koloni pertama. Dalam hal ini bila dikaitkan dengan teori yang ada pertumbuhan
dari koloni bakteri ini dipengaruhi oleh tersedianya energi, makanan, dan kondisi
lingkungan yang cukup ( pH, dan suhu) (Irianto, 2006).
Namun, dalam hal ini koloni bakteri yang didapatkan adalah dari satu media yang
sama-sama diambil sampelnya dari greenhouse, sehingga yang memengaruhi
pertumbuhan dari koloni bakteri tersebut bila dilihat dari teori di atas adalah ketersediaan
energi dan makanan yang ada yang berasal dari media atau substratnya.

BAB IV
PENUTUP
Simpulan
1.

Morfologi koloni I bakteri memiliki bentuk keriput, tepian licin, elevasi datar, tidak
pekat, suram, dan bewarna putih tulang. Koloni I memiliki ukuran lebih besar daripada
koloni II, yakni berdiameter 6 mm. sedangkan koloni II memiliki bentuk bundar, tepian

2.

licin elevasi seperti tombol, pekat, mengkilat dan berdiameter 3 mm.


Jumlah koloni dari hasil pembiakan bakteri lebih banyak terdapat pada cawan II, yakni
bakteri yang diperoleh dari toilet wanita dari pada bakteri yang diperoleh dari
Greehouse.

DAFTAR RUJUKAN
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Fitri, Lenni & Yekki Yasmin. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi. 3(2): 20-25.
Kusnadi, dkk. 2003. Common TextBook Mikrobiologi. Bandung: JICA-IMSTEP.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwidjoseputro, 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikrobiologi Jilid 2. Bandung : CV. Yrama
Widya .
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Stahl, D.A., & Clark. D.P. 2012. Brock Biology
of Microorganisms Thirteenth Edition. San Francisco: Pearson
Education, Inc.

Purnomo, B. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Bengkulu: Lab. IHPT


Unoversitas Bengkulu
Volk, W.A. & Wheeler, M.F. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

LAMPIRAN
Foto

Hasil dari inokulasi dari


Koloni 2 menunjukkan
bentukan seperti pedang

Hasil dari inokulasi dari


Koloni 1 menunjukkan
bentukan seperti pedang

Anda mungkin juga menyukai