Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

“PELATIHAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELOMPOK


PENDUKUNG IBU DALAM PEMENUHAN PEMBERIAN ASI”

BIDANG KEGIATAN:
PKM MASYARAKAT

Diusulkan Oleh :

PROGRAM STUDI KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2019
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-MASYARAKAT

1. Judul Kegiatan : PELATIHAN PIJAT OKSITOSIN


TERHADAP KELOMPOK PENDUKUNG
IBU DALAM PEMENUHAN PEMBERIAN
ASI
2. Bidang Kegiatan : PKM-M
3. Ketua Pelaksana :
a. Nama lengkap :
b. NPM :
c. Jurusan : DIV Kebidanan Konversi
d. Universitas : Malahayati
e. Alamat rumah dan no telp/HP :
f. Email :
4. Anggota pelaksana kegiatan : 3 (tiga) orang
5. Dosen pembimbing
a. Nama lengkap dan gelar :
b. NIDN :
6. Alamat rumah dan No telp/HP :
7. Biaya kegiatan total Kemristekdikti :
8. Jangka waktu pelaksanaan :
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
RINGKASAN...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ..............................................................................................
B. Perumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan Program............................................................................................
D. Luaran yang Diharapkan..............................................................................
E. Manfaat Kegiatan .........................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
A. GambaranUmum..........................................................................................
B. Analisis Peluang Pasar.................................................................................
C. Tingkat Persaingan........................................................................................
BAB III METODE PELAKSANAAN
A. Rencana Pelaksanaan...................................................................................
B. Promotion (promosi)....................................................................................
1. Publiksai dari mulut ke mulut.............................................................
2. Banner dan Brosur (Edukasi Market). ................................................
3. Internet................................................................................................
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Rencana Anggaran Biaya..........................................................................
B. Jadwal Kegiatan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.........................................................................................
RINGKASAN
Angka kematian ibu dan balita di Indonesia masih tergolong tinggi dan
belum mencapai target pencapaian nasional. Angka kematian ibu di Indonesia
masih tergolong tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih
jauh dari pencapaian target nasional yaitu sebanyak 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan hasil survey demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian neonates pada tahun 2012 adalah
19 per 1000 kelahiran hidup. Cakupan pemberian ASI ekslusif juga belum
mencapai target nasional. Cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia pada
tahun 2013 sebanyak 42%, dan meningkat menjadi 65% di tahun 2016, akan
tetapi angka ini masih belum mencapai target Nasional pencapaian ASI eksklusif
adalah 80% (Kemenkes RI, 2016).
Masalah kesehatan pada balita yaitu seperti gizi kurang juga masih menjadi
masalah aktual di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi balita
dengan berat kurang (under weight) berdasarkan indikator BB/U adalah berjumlah
19,6% yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% balita dengan
gizi kurang. Hasil wawancara terhadap 5 ibu balita mengatakan bahwa sudah
memberikan makanan pendamping ASI sebelum anak berusia 6 bulan. Beberapa
ibu mengeluhkan tidak memberikan ASI ekslusif karena bekerja. Hasil skrining
status gizi balita di posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 11 balita mengalami
gizi kurang.
Melihat kondisi ini dibutuhkan suatu upaya pengabdian masyarakat berupa
pembentukan kelompok pendukung ibu sebagai suatu strategi pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bandar Lampung.
Kegiatan dilaksanakan beberapa tahap yang meliputi pembentukan
kelompok pendukung ibu dan penanggungjawabnya, pelatihan ibu dan kader
posyandu balita, pelatihan kader posyandu balita dan kunjungan keluarga dengan
ibu yang memiliki balita. Pelatihan diikuti oleh kader dan ibu hamil serta ibu yang
memiliki balita.
Hasilnya menunjukkan terbentuknya kelompok pendukung ibu yang
beranggotakan kader dan ibu hamil serta ibu dengan balita, terdapat peningkatan
pengetahuan ibu dan kader terkait kehamilan, persalinan, ASI ekslusif, stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat peningkatan keterampilan kader dalam
melakukan penyuluhan kesehatan pada ibu dengan balita. Terdapat peningkatan
motivasi ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif. Kegiatan kelompok ibu ini
diharapkan dapat berjalan secara rutin dan berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan
diharapkan dapat berjalan secara mandiri oleh masyarakat.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena
mengandung zat gizi yang sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi (Depkes, 2014). Tidak seperti susu formula, terkadang
beberapa zat yang terkandung didalamnya tidak bisa dicerna dengan baik oleh
usus bayi sehingga menimbulkan permasalahan bagi bayi tersebut. Organisasi
Kesehatan dunia.
(WHO) dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI secara
eksklusif semenjak bayi lahir sampai usia 6 bulan serta pemberian ASI terus-
menerus yang diiringi dengan asupan makanan komplementer sampai usianya
2 tahun atau lebih. Salah satu komponen ASI yang sudah tidak diragukan lagi
manfaatnya bagi bayi adalah zat anti kekebalan. Zat anti kekebalan ini sangat
berguna untuk daya tahan bayi agar tidak mudah terserang penyakit.
Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik
pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2010 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari
pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang
diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai
5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak
49% (WHO, 2010).
Sedangkan di Provinsi Lampung jumlah menyusui eksklusif pada usia
0-6 bulan meningkat dari 35% pada tahun 2013 dan 37% pada tahun 2014.
Peningkatan mengalami 2% pada rentang waktu 1 tahun, hal tersebut
menunjukan bahwa kesadaran pemberian ASI bagi balita sangatlah penting
(Profil Dinkes Lampung, 2014).
Banyak alasan yang diungkapkan ibu-ibu berkaitan dengan kurang
berhasilnya program ASI eksklusif ini. Diantaranya adalah ibu merasa bahwa
ASInya tidak cukup, ASI tidak keluar, ibu bekerja dan kesulitan menyusui.
Memang pada hari-hari pertama setelah melahirkan produksi ASI belum
maksimal bahkan bisa dikatakan sangat sedikit. Merasa ASI yang keluar
sedikit kebanyakan ibu menghentikan proses menyusui dan langsung
memberikan susu formula.
Padahal proses menghisap inilah yang penting untuk merangsang
produksi ASI. Selain hisapan bayi, terdapat beberapa teknik atau metode lain
untuk merangsang produksi ASI diantaranya adalah penggunaan cara-cara
herbal seperti mengkonsumsi daun katuk, marning dan sebagainya. Selain itu
juga terdapat teknik yang memiliki dasar stimulasi oksitosin melalui pijat
punggung untuk merangsang produksi ASI. Pijat punggung ini dilakukan
untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let down (WHO/UNICEF,
2011).
Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral,
intranasal, intra-muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang
keluarnya hormon oksitosin. Sebagaimana ditulis Lun, et al (2011) dalam
European Journal of Neuroscience, bahwa perawatan pemijatan berulang bisa
meningkatkan produksi hormon oksitosin. Efek dari pijat oksitosin itu sendiri
bisa dilihat reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan (Lun, et al 2002). Pijat
oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus
ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis
untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin
keluar (Hamranani, 2010).
Melakukan pijat oksitosin pada saat memberikan perawatan kepada ibu
post partum. Baik untuk merangsang kontraksi uterus, mengatasi perdarahan,
maupun merangsang keluarnya ASI. Mereka lebih cenderung menggunakan
terapi breast care dan terapi farmakologi seperti oksitosin intra-muskular
(Hamranani, 2010). Jadi metode untuk mengatasi perdarahan dan
mempercepat involusi uterus melalui terapi nonfarmakologi seperti terapi
pijat oksitosin belum pernah diterapkan.
Berdasarkan fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
kesehatan pada ibu dan anak merupakan permasalahan utama dan bersama
yang menjadi kepedulian negara, Pemerintah Kota Bandar Lampung
khususnya dan tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas, sehingga
dibutuhkan suatu bentuk kepedulian bersama terhadap masalah ini.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan pembentukan kelompok pendukung ibu
yang beranggotakan masyrakat itu sendiri, yang bertujuan untuk memberikan
dukungan sosial bagi ibu hamil dan ibu yang memiliki balita untuk dapat
membantu meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada ibu dan anak

B. Perumusan Masalah
Ada beberapa perumusan masalah dalam kegiatan giant stunting ini :
1. Peningkatan kegiatan memberikan ASI oleh ibu yang didukung oleh
kelompok pendukung serta keluarga.
2. Kurangnya pengetahuan ibu masih rendah terkait gizi seimbang balita,
sikap yang kurang baik dalam pemenuhan gizi seimbang balita, serta
budaya yang kurang baik dalam pemenuhan gizi balita.

C. Tujuan Program
1. Membentuk kelompok pendukung pemberian ASI di Desa-desa yang
kurang melakukan ASI eksklusif.
2. Memberikan program peningkatan ASI eksklusif melalui peningkatan
pengetahuan masyarakat. .

D. Luaran Yang Diharapkan


1. Terbentuknya kelompok pendukung ibu yang beranggotakan kader, ibu
hamil, dan ibu dengan balita.
2. Adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan tentang masalah
kehamilan dan persalinan pada ibu.
3. Bagi ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan sudah memberikan ASI
secara eksklusif, tetap termotivasi untuk terus memberikan ASI.
4. Bagi ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan sudah memberikan ASI
dengan tambahan susu formula atau MP ASI, dapat termotivasi untuk
meningkatkan pemberian ASI dan mengurangi pemberian susu formula
atau MP ASI.
5. Bagi ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan belum memberikan ASI
dapat termotivasi untuk mulai memberikan ASI kembali.
6. Bagi ibu menyusui dapat mengetahui cara memerah ASI, menyimpan ASI,
cara stimulasi pemberian ASI
7. Bagi ibu yang memiliki balita dapat mengetahui gizi seimbang balita,
tanda gejala masalah gizi balita, dan stimulasi pertumbuhan &
perkembangan balita

E. Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diharapkan dari pembentukan kelompok pendukung ibu
dalam pemberian ASI melalui pijat oksitosin :

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi klien agar dapat
mengetahui bagaimana cara meningkatkan produktivitas ASI dengan cara
melakukan pijat Oksitosin dengan dibatu keluarga.
BAB 2
GAMBARAN UMUM RENCANA KEGIATAN

A. Gambaran Umum
Kegiatan pembentukan dan pelatihan kelompok ibu di RW/ Desa, Kota
Bandar Lampung dimulai pada tanggal 09 Desember 2019 pada pukul 15.00-
18.00 WIB yang diikuti oleh kader posyandu ibu yang memiliki balita. Materi
pertemuan pertama ditujukan pada ibu-ibu anggota KP ibu. Materi terkait
kehamilan, persalinan, ASI, gizi balita, stimulasi tumbuh kembang balita pada
awal sesi diberikan dengan metode ceramah dan diskusi, pada tengah sesi
dilakukan demostrasi langsung. Demonstrasi yang dilakukan meliputi cara
menyusui dengan benar, cara memerah ASI, cara menyimpan ASI, cara
melakukan pijat oksitosin untuk stimulasi produksi ASI, dan cara pijat bayi
untuk stimulasi tumbuh kembang. Kegiatan diawali dengan pretest dan
diakhiri dengan posttest.
Di akhir sesi peserta diminta untuk mendemonstrasikan prosedur yang
telah diajarkan di sesi sebelumnya. Hasil evaluasi kegiatan pada pertemuan
pertama menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan peserta
kegiatan dari sebelum diberikan penyuluhan kesehatan dibandingkan setelah
kegiatan.
Kegiatan pada tahap ke dua adalah diikuti oleh kader kesehatan
posyandu, Kegiatan diawali dengan pemberian materi yang sama dengan
materi yang diberikan kepada ibu hamil dan ibu balita ditambahkan dengan
materi mengenai pelaksanaan posyandu dan teknik penyuluhan kesehatan.
Kegiatan selanjutnya dilakukan dengan melakukan demonstrasi dan
roleplay pelaksanaan posyandu dan demonstrasi penyuluhan kesehatan.
Tindak lanjut dari pelatihan ini adalah melihat kemampuan kader pada
saat pelaksanaan posyandu balita. Kegiatan pada tahap ketiga adalah dengan
mengevaluasi kemampuan kader dalam melakukan pendidikan kesehatan di
keluarga dengan balita. Hal ini dilakukan dengan cara mendampingi ibu balita
saat berkunjung dan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan
balita yang mengalami gizi kurang.
Tahap keempat yaitu pembeuatan kontrak waktu pertemuan kader dan
anggota KP ibu pada bulan selanjutnya. Pelaksanaan pertemuan KP ibu
dilaksanakan tanggal 17 Desember 2019 di balai RW dengan materi tentang
deteksi gangguan tumbuh kembang balita.
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

A. Rencana Pelaksanaan

Strategi yang digunakan mengatasi permasalahan di atas adalah


pendekatan berbasis komunitas dimana strategi pemecahan masalah langsung
ke sasaran dengan optimalisasi peran kader posyandu dan anggota masyarakat
yaitu ibu hamil dan ibu balita yang ada di masyarakat, Kota Bandar
Lampung. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam 4 tahap :

1. Pelatihan tahap pertama adalah dengan memberikan materi terkait


kehamilan, persalinan, ASI, gizi balita, stimulasi tumbuh kembang
balita terhadap ibu hamil dan ibu balita yang tergabung dalam
kelompok pendukung ibu.

2. Pelatihan tahap dua adalah pelatihan dan pemberian materi terhadap


Kader posyandu balita di RW/ Desa tentang materi posyandu balita,
kesehatan ibu hamil, kesehatan ibu nifas, gizi seimbang balita, gizi
kurang pada balita, ASI eksklusif, manfaat dan keunggulan ASI,
proses menyusui yang benar, cara memerah dan menyimpan ASI,
pijat bayi serta pijat oksitosin, dan manajemen laktasi selama 1 hari
oleh tim serta cara melakukan penyuluhan kesehatan. Pelatihan
diawali dengan penyampaian materi pelatihan dalam bentuk
ceramah/diskusi/demonstrasi. Pada awal dan akhir pelatihan
dilakukan evaluasi kesiapan kader posyandu balita (setiap RW terdiri
dari 5-6 orang kader posyandu) sebagai konselor ASI.

3. Pelatihan tahap ke tiga adalah mengevaluasi kemampuan kader dalam


melakukan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil dan ibu dengan
balita, mendeteksi tanda-tanda adanya masalah kehamilan dan
persalinan. Selama proses kegiatan akan diberikan kesempatan
kepada kader posyandu balita di RW/ Desa melakukan edukasi dan
skrining masalah kehamilan saat posyandu balita dan kunjungan ke
rumah warga / ibu yang sedang hamil atau ibu yang memiliki bayi
usia 0-6 bulan untuk melihat pengaruh dari pelatihan yang diberikan
serta mengetahui dukungan dan hambatan terhadap pelaksanaan
kegiatan.

4. Tahap terakhir adalah membuat rencana pertemuan dan kegiatan


anggota dan pengurus kelompok peduli ibu di bulan selanjutnya.
BAB 4
JADWAL KEGIATAN

A. Prosedur Pelaksanaan
Merangsang refleks oksitosin membantu pengeluaran ASI. Cara
merangsang refleks oksitosin bisa dilakukan dengan pijat oksitosin,dengan
langkah sebagai berikut
1. Bantu ibu secara psikologis :
a) Bangkitkan rasa percaya diri ibu
b) Cobalah mengurangi sumber – sumber nyeri dan kecemasanya
c) Bantu ibu membangun pikiran dan perasaan positif tentang bayinya.

2. Bantu ibu secara praktis :


a) Duduk tenang dan sendirian atau dengan suami, keluarga, teman
yang mendukung. Beberapa ibu dapat memerah ASI dengan mudah
b) Mendekap bayi dengan kontak kulit, jika memungkinkan. Jika
tidak memungkinkan ibu dapat memandangi bayinya. Jika ini tidak
memungkinkan juga, kadang hanya dengan foto banyinya pun bisa
membantu
c) Minum minuman hangat yang menenangkan. Tidak dianjurka
minum kopi karena mengandung kafein
d) Menghangatkan payudaranya. Sebagai contoh : ibu dapat
menempelkan kompres hangat, atau air hangat, atau mandi
pancuran air hangat
e) Merangsang puting susunya. Ibu dapat menarik dan memutar
putingnya secara perlahan dengan jari – jarinya
f) Memijat atau mengurut payudaranya dengan ringan
g) Memijat punggungnya. Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat
lengan diatas meja di depannya, dan meletakan kepala di atas
lengannya.
h) Payudara tergantung lepas, tanpa pakaian.
i) Penolong memijat di sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu.
j) Menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari nmenunjuk ke
depan, tekan kuat – kuat membentuk gerakan – gerakan melingkar
kecil dengan kedua ibu jrainya. Pada saat bersamaan, ia meminjat
ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher ke arah
tulang belikat, selama 2 atau 3 menit.
B. Jadwal Kegiatan

Tahun 2019 (Desember)


Sub Kegiatan
09 10 11 12 13 14 15 16 17
Pembentukan kelompok
pendukung (KP) dan
penanggungjawab
Kegiatan KP 1: Pendidikan
kesehatan pada ibu
Kegiatan KP 2: Pendidikan
kesehatan kader
Kegiatan KP 3: Pelatihan
kader
Evaluasi kemampuan kader
dan membuat RTL
DAFTAR PUSTAKA

Fikawati, Sandra. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Raja Grafindo: Jakarta.

Suherni, Hesty & Anita, 2009. Efektivitas metode ´SPEOS´ (Stimulasi Pijat
Endorphin, Oksitosin, dan Sugestif) terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu
Nifas di Wilayah Kabupaten Cirebon. Tesis. Depok. FIK.UI.

Vivian, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika: Jakarta
Selatan.

WHO/UNICEF, 2011. Data Cakupan ASI, Infodatin ASI, diakses 07 Desember


2019
Lampiran 2 Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing

Biodata ketua pelaksana

1. IdentitasDiri

1 Nama Lengkap
2 Jenis kelamin
3 Program Studi
4 NPM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 Email
7 No HP

2. RiwayatPendidikan

SD SMP SMA Perguruantinggi


Nama institusi
Tahunmasuk -
lulus

3. PengalamanOrganisasi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan hibah kenristek dikti
Bandar Lampung, Desember 2019
Ketua Pelaksana
Biodata Anggota Pelaksana I

A. IdentitasDiri

1 Nama Lengkap
2 Jenis kelamin
3 Program Studi
4 NPM
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6 Email
7 No HP

B. RiwayatPendidikan

SD SMP SMA
Namainstitusi
Tahunmasuk -
lulus

C. PengalamanOrganisasi

- -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan hibah kenristek dikti
Bandar Lampung, Desember 2019
Anggota
BiodataAnggotaPelaksana II

D. IdentitasDiri

1 Nama Lengkap
2 Jenis kelamin
3 Program Studi
4 NPM
5 TempatdanTanggal Lahir
6 Email
7 No HP

E. RiwayatPendidikan

SD SMP SMA
Namainstitusi
Tahunmasuk -
lulus

F. PengalamanOrganisasi

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan hibah kenristek dikti
Bandar Lampung, Desember 2019
Anggota

Anda mungkin juga menyukai