Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda terjadinya ISPA pada balita.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

besar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang lebih paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan serta menyebutkan.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

7
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian tehadap suatu materi atau objek penelitian. Penelitian itu

didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010):

1) Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-

penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi

pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang

dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin

bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki, karena pengetahuan

8
seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang

diperoleh dari orang lain (Notoatmodjo, 2010).

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seorang yang berpendidikan tinggi

akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap stimulus yang

datang, dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan

mereka peroleh dari gagasan tersebut.

3) Sosial Ekonomi

Jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga setiap bulannya dibagi

dengan jumlah anggota keluarga, dalam memenuhi kebutuhan primer

maupun sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah

tercukupi, dibandingkan keluarga dengan status ekonomi kurang baik.

Untuk itu ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling

berinteraksi satu sama lain, individu yang dapat berinteraksi secara

continue (terus-menerus) akan lebih besar mendapatkan informasi.

5) Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari

lingkungan kehidupan dalam proses perkembangan. Misalnya sering

mengikuti kegiatan yang mendidik seperti seminar.

9
6) Paparan Media Massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih

sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak

dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo,

2003).

2.1.4 Sumber pengetahuan

Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman dan berbagai sumber

lainnya seperti media masa, media elektronik, buku pengetahuan, petugas

kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan lain sebagainya (Istiarti,

2000).

2.1.5 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2010) terdapat 2 cara untuk memperoleh suatu

pengetahuan, antara lain :

1) Cara Tradisional

a) Cara coba salah (Trial and Eror)

Cara coba- coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula,

maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila

kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya,

sampai masalah tersebutdapat terpecahkan.

10
b) Cara kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan - kebiasaan

dan tradisi- tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan– kebiasaan ini

biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,

melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan- kebiasaan ini

seolah- olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat

baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan

sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan

pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila

dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah

yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang

dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal menggunaka cara

tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara

yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya.

11
d) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan berkembangnya kebudayaan manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Drai sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan

kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya.

2.1.6 Pengukuran pengetahuan

Pegukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkattingkat tersebut di atas

(Notoatmodjo, 2010).

2.2 Pneumonia

2.2.1 Definisi ISPA Pneumonia

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing (Ngastiyah, 2010). Menurut Depertemen Kesehatan istilah

ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan

akut, dengan pengertian sebagai berikut :

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak, sehingga menimbulkan gejala

penyakit.

12
2. Saluran pernapasan adalah organ mulia dari hidung hingga alveoli

berserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah

dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan

bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan

paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan.

3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Batas 14 hari diambil untuk menunjukan proses akut, meskipun

untuk berbagai penyakit yang dapat di golongkan dalam ISPA

proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Pneumonia dapat

ditularkan melalui ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran

pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi

saluran bagian atas dan bawah, asma dan bronchitis, menempati

bagian yang cukup besar pada lapangan pediatrik. Infeksi saluran

pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering

terjadi pada semua golongan masyarakat pada musim hujan. Tetapi

ISPA yang berkelanjutan menjadi pneumonia sering terjadi pada

anak kecil, terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi

dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih. (Depkes RI, 2010).

2.2.2 Penyebab Pneumonia

Penyebab ISPA terdiri dari lebih dari 300 bakteri dan virus.

Bakteri penyebab antara lain dari genus Steptokokus, Stafilokokus,

Pnemokokus, Hemofillus Bordetella dan korinobakterium. Virus

penyebab ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus,

13
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.

Etiologi pneumonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak

sukar diperoleh, menurut publikasi WHO bahwa penyebab

pneumonia adalah Steptokokus pneumonia dan Hemopillus

infuenzae (WHO, 2010).

2.2.3 Tanda dan gejala ISPA pneumonia

Tanda dan gejala ISPA pneumonia sebagai berikut :

1. ISPA Ringan

Yaitu tanda dan gejalanya : batuk, pilek, serak dengan ataupun

tanpa panas. Termasuk di sini keluarnya cairan dari telinga yang

lebih dari 2 minggu tanpa disertai rasa sakit pada telinga.

2. ISPA Sedang

Yaitu tanda dan gejalanya sama dengan ISPA ringan, ditambah satu

atau lebih gejala berikut. Pernapasan cepat lebih dari 50 kali

permenit, panas lebih dari 39˚C, termasuk gejala dari ISPA sedang

adalah sakit telinga serta keluar cairan dari telinga lebih dari 2

minggu.

3. ISPA Berat

Yaitu tanda dan gejalanya sama dengan ISPA ringan dan sedang,

ditambah dengan satu atau lebih dari gejala berikut: stidor,

cekungan, tidak mau atau tidak mampu makan, sianosis, kejang,

dehidrasi dan kesadaran berkurang.

14
2.2.4 Klasifikasi ISPA Pneumonia

Program pemberantasan penyakit ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan

pneumonia sebagai berikut :

1. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding

dada kedalam (chest indrawing).

2. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada ke dalam, serta tanpa napas

cepat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi

penyakit ISPA pneumonia. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan

umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

(Rasmalia, 2004). Untuk golongan kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi

penyakit yaitu :

1. Pneumonia : di tandai dengan napas cepat, batas napas cepat untuk

golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit.

2. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, tidak ditemukannya tanda tarikan

kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada tiga klasifikasi penyakit

yaitu :

15
1) Pneumonia berat : bila disetai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam, pada waktu anak menarik napas (pada

saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang serta tidak menangis).

2) Pneumonia : bila disertai napas, batas napas cepat ialah untuk usia 2-

12 bulan adalah 50 kali permenit atau lebih dan usia 1-4 tahun adalah

40 kali per menit atau lebih.

3) Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, tidak ditemukannya tarikan

dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

2.2.5 Faktor risiko Pneumonia

Morbiditas dan mortalitas pneumonia dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1. Cuaca dan musim

Adanya fluktuasi musim dalam angka kejadian ISPA sudah sering

dilaporkan meningkat. Kasus ISPA sering terjadi, pada musim

dingin di negara yang memiliki musim empat atau dimusim hujan

pada negara tropis (WHO, 2010).

2. Keadaan nutrisi

ISPA merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas utama anak

dengan keadaan nutrisi kurang baik dan bayi dengan berat badan

bayi lahir rendah, tetapi hubungan yang pasti antara kedua keadaan

ini tidak diketahui dengan jelas. Diduga yang berperan adalah

gangguan imunitas akibat kurang gizi, disamping kondisi

lingkungan yang buruk dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan

yang memadahi.

16
3. Bahwa keadaan lingkungan dapat mempengaruhi ISPA pada anak.

Pengaruh lingkungan yang menyolok dalam hal ini adalah polusi

udara, terutama asap rokok. Asap rokok diketahui merupakan bahan

iritatif terhadap saluran pernapasan, baik bagi si perokok maupun

bagi orang lain yang ikut mengisap rokok secara pasif.

4. Berat badan lahir rendah

Berat badan lahir merupakan penentu utama pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang paling penting. Berat badan lahir rendah

(BBLR) ialah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500

gram. Insidensi kelahiran dengan berat badan lahir rendah

dibeberapa negara berkembang bervariasi antara 20%- 40%. Bayi

dengan BBLR mempunyai angka kematian yang lebih tinggi

daripada bayi yang berat badannya lebih dari 2500 gram.

Pneumonia merupakan penyebab kematian diantaranya bayi dengan

BBLR.

2.2.6 Perilaku pencegahan pneumonia

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2010). Dari pandangan

biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan.

Pencegahan pneumonia pada balita. Pencegahan dapat dilakukan

dengan (Rasmaliah, 2012) :

1. Pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai.

17
Syarat pengadaan rumah bersih dan sehat, yang mana di dalam rumah

harus terdapat ventilasi udara yang memadai sehinga sirkulasi udara

dalam rumah menjadi bersih dan sehat dan adanya kaca di dalam rumah

sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah. Rumah

dikatakan memiliki lingkungan sanitasi yang kurang, apabila rumah

dalam keadaan lembab, cahaya matahari tidak masuk dalam rumah,

ventilasi udara kurang memadai, tidak ada pembuangan akhir. Untuk

meminimalisir angka kejadian ISPA pada balita, maka rumah

dibutuhkan ventilasi udara yang memadai, adanya kaca dalam rumah

serta lingkungan rumah tidak lembab.

2. Perilaku yang bersih dan sehat.

a) Tubuh anak harus dijaga tetap bersih

b) Lingkungan harus bersih dan sehat

c) Aliran udara dalam rumah harus cukup baik

d) Asap tidak boleh kumpul dalam ruangan

e) Orang dewasa tidak boleh merokok di dekat anak-anak.

3. Peningkatan gizi balita.

a) Bayi disusui sampai usia 2 tahun karena ASI adalah makanan yang

paling baik untuk bayi.

b) Beri bayi makanan padat sesuai umurnya

c) Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu

mengandung cukup protein (zat putih telur), kabohidrat, lemak,

vitamin dan mineral.

18
d) Makanan bergizi tidak berarti mahal, misalnya protein dapat kita

peroleh dari tempe dan tahu, kabohidrat dari nasi atau jagung, lemak

dari kelapa dan minyak dan vitamin dan mineral dapat kita peroleh

dari sayuran dan buah-buahan.

4. Imunisasi.

Anak dapat diberi imunisasi DPT dan campak, pemberian imunisasi

campak yang efektif. Sekitar 11 % kematian pneumonia balita dapat di

cegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT) dan 6 % kematian

pneumonia dapat dicegah.

5. Mencegah anak berhubungan dengan penderita infeksi saluran

pernapasan akut. Beberapa jenis kuman penyebab ISPA dapat sangat

menular, terutama jika pasiennya orang dewasa. Anak harus dicegah

untuk berdekatan dengan orang yang sedang menderita ISPA. Jika

orang dewasa yang menderita ISPA dalam keluarga, hendaknya

memakai penutup hidung dan mulut untuk mencegah penularan pada

anak-anak dalam keluarga tersebut.

2.2.7 Infeksi saluran pernapasan atas akut serta komplikasinya menurut

WHO (2003) antara lain :

1. Pilek dan komplikasinya

Tujuannya untuk menilai adakah pneumonia pada anak yang mengalami

batuk, kesulitan bernapas. Komplikasinya yakni pilek sering

menyebabkan demam pada anak kecil yang dapat berlangsung dari

19
beberapa jam hingga 3 hari. Discharge hidung dapat dengan cepat

menyebabkan kesulitan bernapas. Discharge hidung sering dimulai

sebagai discharge yang jernih, kemudian mejadi kental, berwarna

kuning, dan terlihat purulen. Pada anak-anak sering terdapat batuk ketika

mengalami pilek.

2.Sinusitis dan komplikasinya

Tujuannya untuk menilai adakah infeksi/pembengkakan pada saluran

napas (hidung). Komplikasinya yakni discharge hidung yang kental

berwarna hijau atau kuning dapat menderita salesma akan tetapi,

discharge hidung yang purulen biasanya tidak disebabkan oleh sinusitis

bakterialis yang sebenarnya.

Kadang-kadang anak kecil memasukan benda lain ke dalam lubang

hidungnya, tindakan tersebut akan menyebabkan keluarnya discharge

purulen dalam lubang hidung.

3. Otitis media dan komplikasinya

Tujuannya untuk menilai adakah infeksi saluran telinga pada anak,

komplikasinya ditandai dengan gendang telinga berwarna kemerahan

dan adanya penurunan mobilitas. Sebaiknya di duga suatu otitis media

akut, jika terdapat discharge yang keluar dari telinga selama kurang dari

2 minggu atau terdapat nyeri yang mendadak atau persisten.

4. Mastoiditis dan komplikasinya

Tujuannya untuk menilai adakah nyeri pada saluran telinga.

Komplikasinya ditandai dengan infeksi pada tulang yang terletak di

20
dalam, ditandai dengan pembengkakan yang nyeri di belakang telinga

atau diatas telinga pada bayi.

5. Faringitis dan komplikasinya

Tujuannya untuk menilai adakah nyeri tenggorokan pada anak.

Komplikasinya dintandai jika terlihat membran berwarna abu-abu yang

menempel pada membran faring, curiga terdapat difteri. Tanda klinis

faringitis steptokokus pada anak usia di bawah 5 tahun : pembesaran

kelenjar limfe yang lunak, eksudat faring berwarna putih.

2.3 Penelitian Terkait

Penelitan Anita Sinta Resmi (2010), tentang pengetahuan ibu

terhadap upaya pencegahan pneumonia di Dusun Nabang Sari Wilayah

kerja Puskesmas Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara didapatkan

25 % ibu berpengetahuan baik, 25 % berpengetahuan cukup, dan 50%

berpengetahuan buruk tentang upaya pencegahan pneumonia.

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang

digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti

(diamati) yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang

digunakan untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori

adalah teori perilaku kesehatan menurut Green (2010). Selanjutnya

perilaku kesehatan ditentukan oleh tiga factor yaitu : Predisposisi

(predispcing factor) terwujud dalam pengetahuan sikap, kepercayaan,

21
keyakinan, dan nilai-nilai. Faktor pendukung (enabling factor) terwujud

dalam lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedia fasilitas atau sarana

kesehatan. Faktor-faktor pendorong (renforcing factor) yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Berdasarkan teori yang telah

diuraikan sebelumnya maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor predisposisi

- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai-nilai

Faktor pendukung
Perilaku Kesehatan
- Lingkungan
- Sarana dan prasarana

Faktor pendorong

- Sikap dan perilaku petugas


kesehatan perilaku
kesehatan

Sumber : Laurence Green dalam Notoatmodjo (2010)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep

pada penelitian ini adalah :

22
Gambar 2.3. Kerangka Konsep

Variabel yang diteliti :

Pengetahuan ibu tentang pneumonia :


a. Pengetahuan ibu tentang tanda
dan gejala pneumonia
b. Pengetahuan ibu tentang
klasifikasi pneumonia
c. Pengetahuan ibu tentang faktor
resiko
d. Pencegahan pneumonia oleh ibu

23

Anda mungkin juga menyukai