PENDAHULUAN
Trimester kedua (13-28 minggu) memasuki trimester kedua ini, dunia luar sudah
menyadari bahwa jika kita akan menjadi seorang ibu, pada trimester ini ibu akan
kehilangan rasa mual, muntah dan lemas. Trimester ketiga (29-40 minggu) memasuki
trimester terakhir, dan mempersiapkan diri menanti kehamilan (Maulana, 2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Midell (2000) melaporkan dari 127 wanita hamil dengan
usia kehamilan 8-12 minggu (n=37), 18-22 minggu (n=28), 25-28 minggu (n=24) dan
35-38 minggu (n=38) menyatakan bahwa sebagian wanita mengalami gangguan tidur
saat kehamilan, masalah yang timbul terbangun saat tengah malam, sulit tidur dan gejala
gangguan tidur, gangguan tidur yang umum selama kehamilan terjadi terutama diakhir
usia kehamilan.
Perubahan fisiologis normal selama kehamilan seperti peningkatan ukuran uterus
dan ketidaknyamanan fisik, serta peningkatan hormon progesteron berkontribusi pada
kualitas tidur yang buruk pada ibu hamil trimester III. Progesteron yang meningkat
mempunyai efek melemaskan otot, termasuk kandung kemih. Akibatnya, dalam tidur
pun bisa terganggu oleh dorongan untuk kencing di malam hari sehingga menyebabkan
kualitas tidur buruk. Rasa sakit dan ketidaknyamanan yang lebih tinggi selama
persalinan, tingkat kelahiran prematur yang lebih tinggi, kemungkinan kelahiran caesar
dan depresi pasca persalinan yang lebih tinggi.
Gangguan tidur, termasuk tidur pendek dan fragmentasi tidur, telah muncul sebagai
penentu utama kesehatan metabolik, berat badan independen, dan hal tersebut berisiko
diabetes gestasional (López et al., 2017). Salah satu cara untuk mengurangi gangguan
tidur atau menjaga kualitas tidur ibu hamil yaitu dengan melakukan latihan fisik seperti
yoga atau senam hamil. Senam hamil merupakan suatu program latihan bagi ibu sehat
untuk mempersiapkan kondisi fisik ibu dengan menjaga kondisi otot-otot dan persediaan
yang berperan dalam proses persalinan (Brayshaw, 2011). Metode nonfarmakologi
selanjutnya adalah aromaterapi.
Aromaterapi adalah merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi. Aromaterapi
adalah suatu metode proses penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan
aromaterapi tumbuhan murni yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa (Sharma, 2009). Kualitas tidur yang terganggu
dapat diatasi dengan nonfarmakologis dan salah satunya menggunakamn pemberian
aromatertapi.
Aromaterapi merupakan salah satu terapi penyembuhan yang melibatkan
pemakaian minyak atsiri murni yang disuling dari berbagai bagian tanaman, bunga,
maupun pohon yang masing-masing mengandung sifat terapi yang berlainan (Julianto,
2016). Berbagai macam cara dilakukan untuk mengatasi masalah kualitas tidur pada
seseorang, baik dengan terapi farmakologi maupun terapi non-farmakologi. Terapi
farmakologi misalnya dengan bantuan obat tidur atau obat penenang lainnya (Harmanto
& Subroto, 2007). Salah satu terapi nonfarmakologi yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kualitas tidur adalah relaksasi. Aromaterapi merupakan salah satu bentuk
terapi relaksasi.
Aroma terapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan
bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih dan
enak yang disebut minyak isiri. Aroma terapi suatu cara perawatan tubuh dan
penyembuhan penyakit dengan minyak essensial (essensial oil). Beberapa minyak atsiri
yang umum digunakan dalam aromaterapi karena sifatnya yang serbaguna diantaranya
adalah Langon Kleri (Salvia Scarea), Eukalipus (Eucalyptus Globulus), Geranium
(Pelargonium Graveolens), Lavender (Lavendula Vera Officinals), Lemon (Citrus
Linonem), Pappermint (Mentha piperita), dari minyak-minyak tersebut, minyak
Lavender merupakan minyak essensial yang paling populer (Andria, 2014).
Penggunaan aromaterapi bunga lavender salah satunya dengan cara dihirup untuk
mendapatkan manfaat langsung ke dalam tubuh. Aromaterapi bunga lavender ini
mengandung linalool yang berfungsi sebagai efek sedatif sehingga ketika seseorang
menghirup aromaterapi bunga lavender maka aroma yang dikeluarkan menstimulasi
reseptor silia saraf olfactorius yang berada di epitel olfactory untuk meneruskan aroma
tersebut ke bulbusolfactorius melalui saraf olfactorius. Bulbusolfactorius berhubungan
dengan sistem limbik. Sistem limbik menerima semua informasi dari sistem
pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem penciuman.
Limbik merupakan suatu struektur bagian dalam dari otak yang berbentuk seperti
cincin yang terletak di bawah korteks serebri. Bagian terpenting dari sistem limbik yang
berhubungan dengan aroma adalah amygdala dan hippocampus. Amygdala merupakan
pusat emosi dan hippocampus yang berhubuengan dengan memori (termasuk terhadap
aroma yang dihasilkan bunga lavender) kemudian melalui hipotalamus sebagai pengatur
maka aroma tersebut dibawa kedalam bagian otak yang kecil tetapi signifikannya yaitu
nukleus raphe. Efek dari nukleus raphe yang terstimulasi yaitu terjadinya pelepasan
serotonin yang merupakan neurotransmitter yang mengatur permulaan untuk tidur
(Jordan, Farley and Grace, 2018).
Tujuan Khusus Untuk mengetahuan pengaruh kualitas tidur ibu hamil trimester III
sebelum diberi aroma terapi lavender di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kemuning
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2021. Untuk mengetahuan pengaruh kualitas tidur ibu
hamil trimester III sebelum diberi aroma terapi lavender di Wilayah Kerja Puskesmas
Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara Tahun 2021 Untuk mengetahuan pengaruh
aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja
Puskesmas Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara Tahun 2021.
BAB III
METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
Ade Laura, D. (2015). Efektifitas Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Ibu
Postpartum (Doctoral dissertation, Riau University).
Lestari (2019). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil
Trimester III.Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto, Jl. Raya Jabon Km.6 Mojokerto.
Lillehei, A. S. et al. (2015) ‘Effect of Inhaled Lavender and Sleep Hygiene on Self-Reported
Sleep Issues : A Randomized Controlled Trial’, 21(7), pp. 430–438. doi:
10.1089/acm.2014.0327.
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.
Nurgiwiati, Endeh. (2015). Terapi Alternatif & Komplementer Dalam Bidang Keperawatan.
Bogor: In Media.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental keperawatan edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Sari, D., & Leonard, D. (2018). Pengaruh Aroma Terapi Lavender terhadap kualitas tidur
lansia di wisma cinta kasih. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan, 3(1), 121-130.
Sarris, J., & Byrne, G. J. (2011). A systematic review of insomnia and complementary
medicine. Sleep medicine reviews, 15(2), 99-106.
IPB, P. S. B. L., & Ulung, G. (2016). Sehat Alami dengan Herbal 250 Tanaman Herbal
Sebagai Obat+ 60 Resep Menu Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.