Anda di halaman 1dari 79

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya


dalam MDGs (Millenium Development Goals) adalah status gizi anak balita.
Masa anak balita merupakan kelompok yang rentan mengalami kurang gizi
salah satunya adalah stunting, ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan
menurut umur (TB/U) kurang dari -2 SD (standar deviasi).3

Stunting merupakan masalah gizi terbesar pada balita (bawah lima


tahun). Stunting adalah kegagalan tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan
gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.1 Dapat dikatakan stunting
apabila bayi atau balita tersebut sudah diukur panjangnya lalu dibandingkan
dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek adalah balita
dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya
bila dibandingkan dengan standar baku WHO – MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2 SD dan dikatakan
sangat pendek bila nilai z-scorenya kurang dari -3 SD.2 Stunting atau pendek
merupakan kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah
kelahiran yang diakibatkan oleh tidak tercukupinya asupan zat gizi. Menurut
penelitian yang ada, 178 juta anak di dunia yang terlalu pendek berdasarkan usia
membuat stunting menjadi indikator kunci dari kekurangan gizi kronis.3 Seperti
pertumbuhan yang melambat, perkembangan otak tertinggal dan sebagai hasilnya
anak-anak stunting lebih mungkin mempunyai daya tangkap yang rendah.3

Pemberian makan yang tidak tepat mengakibatkan cukup banyak anak


yang menderita kurang gizi. Femomena gagal tumbuh atau growth faltering pada
anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi yang diberikan
makanan tambahan dan terus memburuk hingga usia 18-24 bulan. Kekurangan
gizi memberi kontribusi dua pertiga kematian balita. Dua pertiga kematian

1
tersebut terkait praktek pemberian makanan yang tidak tepat pada bayi dan anak
usia dini.4 Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan
kecerdasan pada masa usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang diterima.
Semakin rendah asupan zat gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi
dan kesehatan anak. Gangguan gizi pada masa bayi dan anak-anak terutama pada
umur kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak berlangsung sangat cepat dan
akan berhenti atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 tahun. Perkembangan
otak yang cepat hanya dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik.5

Menurut Riskedas pada tahun 2013, sekitar 37% atau sekitar 9 juta anak
balita mengalami stunting dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan
prevalensi stunting kelima terbesar.6 Baduta (bawah dua tahun) yang mengalami
stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang kurang, dan menjadikan anak
menjadi lebih rentan terhadap penyakit sehingga dimasa depan dapat beresiko
pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan
memperlebar ketimpangan ekonomi.6 Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross
Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%.
Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan
ekonomi, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga
menyebabkan kemiskinan antar-generasi.6 Menurut sumber data dari kemenkes
tahun 2013 dan SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2013,
ditemukan balita dengan kondisi stunting sebanyak 37.970 jiwa atau sekitar
41.08% di Sumedang.4 Angka tersebut merupakan angka yang cukup besar yang
mampu mempengaruhi masa depan kota Sumedang nantinya.

Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan kedalam 3


tingkatan yaitu tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga), dan individu. Pada
tingkat masyarakat yang menjadi faktor penyebab kejadian stunting adalah sistem

2
ekonomi, sistem pendidikan, sistem kesehatan dan sistem sanitasi dan air bersih.
Pada tingkat rumah tangga (keluarga) yaitu kualitas dan kuantitas makanan yang
tidak memadai, tingkat pendapatan, jumlah dan struktur anggota keluarga, pola
asuh makan anak yang tidak memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak
memadai, dan sanitasi dan air bersih tidak memadai menjadi faktor penyebab
stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat.
Peran keluarga turut membantu mencegah kejadian stunting, keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hiduup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya. Faktor penyebab yang terjadi di tingkat
rumah tangga akan mempengaruhi keadaan individu yaitu anak berumur dibawah
5 tahun dalam hal asupan makanan menjadi tidak seimbang, berat badan lahir
rendah (BBLR), dan status kesehatan yang buruk.5

Pengetahuan merupakan salah satu hal penting juga terhadap terjadinya


kejadian stunting. Karena pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap yang
baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai sesuai, maka akan muncul
perilaku yang baik pula.7 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rudi
Pangarsaing dkk, ditemukan terdapat hubungan antara perilaku dan juga
lingkungan terhadap kejadian stunting pada SD di wilayah pertanian.8 Penelitian
tersebut didukung dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Ttetjep dan Noviati,
mengatakan bahwa sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang bermakna
terhadap terjadinya stunting.9 Hal ini membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut
bagaimana profil perilaku hidup bersih dan sehat terhadap bayi dan balita di
Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang pada tahun 2018.

3
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah adalah :

1. Bagaimana gambaran praktik 10 indikator PHBS pada orangtua balita


terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang
Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana hubungan pengetahuan PHBS pada orangtua balita


terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang
Kabupaten Sumedang?

3. Bagaimana hubungan sikap PHBS pada orangtua balita terhadap


angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten
Sumedang?

4. Bagaimana hubungan praktik PHBS pada orangtua balita terhadap


angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten
Sumedang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan,


sikap, dan tindakan PHBS pada orangtua balita terhadap angka kejadian stunting
di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran praktik 10 indikator PHBS pada orangtua balita


terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang
Kabupaten Sumedang.

4
2. Mengetahui hubungan pengetahuan PHBS pada orangtua balita
terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang
Kabupaten Sumedang.

3. Mengetahui hubungan sikap PHBS pada orangtua balita terhadap


angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten
Sumedang.

4. Mengetahui hubungan praktik PHBS pada orangtua balita terhadap


angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten
Sumedang.

1.4 Hipotesis

1. Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan PHBS terhadap


angka kejadian stunting.

Ha: Ada hubungan antara pengetahuan PHBS terhadap angka


kejadian stunting.

2. Ho: Tidak ada hubungan antara sikap PHBS terhadap angka


kejadian stunting.

Ha: Ada hubungan antara sikap PHBS terhadap angka kejadian


stunting.

3. Ho: Tidak ada hubungan antara praktik PHBS terhadap angka


kejadian stunting.

Ha: Ada hubungan antara praktik PHBS terhadap angka kejadian


stunting.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti antara lain :

5
1. Sebagai ilmu dan pengalaman praktis bagi peneliti dibidang kesehatan
masyarakat.

2. Untuk masukan dan tambahan peneliti untuk menjadi dasar penelitian


selanjutnya atau dalam bidang topik yang sama.

1.5.2 Bagi Institusi Setempat

Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik


orangtua balita mengenai perilaku hidup bersih sehat dan angka kejadian
stunting sehingga dapat melakukan upaya- upaya pencegahan spesifik
untuk menurunkan prevalensi stunting pada balita

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Sumedang

2.1.1 Geografi dan Demografi

Luas Wilayah Kabupaten Sumedang adalah 1.518,33 Km2 yang terdiri


dari 26 kecamatan terbagi ke dalam 271 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang
paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buah Dua (6,91%) dari total luasan
Kabupaten Sumedang, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah
Kecamatan Cisarua (1,14%). Kabupaten Sumedang memiliki batas wilayah
administrasi pada bagian utara dengan Kabupaten Indramayu, pada bagian selatan
berbatasan dengan Kabupaten Garut, pada bagian barat berbatasan dengan
Kabupaten Bandung, dan pada bagian timur berbatasan dengan Kabupaten
Majalengka.10 Kabupaten sumedang memiliki jumlah penduduk sebanyak
1.154.570 jiwa.11

Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Sumedang

7
2.1.2 Topografi, Iklim, dan Curah Hujan

Bentuk permukaan Kabupaten Sumedang bervariasi dari permukaan yang


datar sampai yang pegunungan. Permukaan tersebut mempunyai ketinggian dari
permukaan laut berkisar antara 70 m dpl sampai dengan lebih dari 1000 m dpl.
Secara keseluruhan topografi di Kabupaten Sumedang 43,73% terletak pada
ketinggian 501-1000 m dpl. Daerah Kabupaten Sumedang yang mempunyai
ketinggian 70 m dpl yaitu berada di bagian timur yang berbatasan secara langsung
dengan Kabupaten Majalengka. Sumedang mempunyai iklim tropis dengan
temperatur normal rata-rata 15oC sampai dengan 26oC dan di dataran rendah rata-
rata berkisar 26oC dengan kelembaban 50%, sedangkan di dataran tinggi 15 oC
dengan kelembaban 70%, curah hujan secara umum rata-rata 2031 mm/tahun.12

2.2 Gambaran Umum Kecamatan Conggeang

2.2.1 Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan

Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara


Kabupaten Sumedang. Kecamatan Conggeang memiliki luas wilayah 10.531 ha
yang terdiri dari wilayah darat dan persawahan. Secara administrasi pemerintahan,
Kecamatan Conggeang terbagi menjadi 12 desa atau kelurahan yaitu Desa
Babakan Asem, Cacaban, Cibeureuyeuh, Cibubuan, Cipamekar, Conggeang
Kulon, Conggeang Wetan, Jambu, Karanglayung, Narimbang, Padaasih, dan Desa
Ungkal. Adapun batas-batas administratif Kecamatan Conggeang, yaitu: sebelah
Utara dibatasi oleh Kecamatan Ujung Jaya, Kecamatan Cikedung Kabupaten
Indramayu; sebelah Barat dibatasi oleh Kecamatan Buah Dua; sebelah Selatan
dibatasi oleh Kecamatan Paseh, Kecamatan Cimalaka dan sebelah Timur dibatasi
oleh Kecamatan Tomo. Jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten
adalah 30 km (Kabupaten Sumedang 2009).

8
Gambar 2.2 Peta Administratif Kecamatan Conggeang

2.2.2 Topografi, Iklim, dan Curah Hujan

Topografi Kecamatan Conggeang berupa areal yang datar, bergelombang


sampai berbukit / bergunung dengan ketinggian daerah sekitar 280-500 m dpl dan
kemiringan lahan berkisar antara 8-15%. Kedalaman efektif lahan mencapai >90
cm dengan tekstur tanah sedang dan tingkat kepekaan terhadap erosi termasuk
agak peka. Rata-rata curah hujan mencapai 3.092 mm/tahun dan rata-rata hari
hujan mencapai 114 hari hujan (HH). Suhu rata-rata di Kecamatan Conggeang
berkisar antara 23-27°C (Kabupaten Sumedang 2009).

9
2.2.3 Demografis

Pada tahun 2017, jumlah KK (kepala keluarga) di Kecamatan Conggeang


adalah 10881 KK, dengan jumlah terbanyak dari Desa Cipamekar yaitu 1341 KK,
sedangkan desa dengan jumlah KK terendah adalah Desa Ungkal yaitu 261 KK..

Tabel 2.1 Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Conggeang Tahun 2017

Cakupan Wilayah
No Nama Desa
Jumlah KK Jumlah RW Jumlah RT
1 Babakan Asem 1095 9 30
2 Ungkal 261 2 7
3 Cibubuan 887 4 20
4 Conggeang Kulon 1094 8 26
5 Conggeang Wetan 676 4 12
6 Narimbang 1164 6 27
7 Cipamekar 1341 6 27
8 Pada Asih 1295 7 35
9 Karang Layung 1114 7 26
10 Jambu 833 4 13
11 Cacaban 686 3 16
12 Cibeureuyeuh 475 4 15
Total 10881 67 254

Jumlah balita di Kecamatan Conggeang pada tahun 2017 adalah


sebanyak 1632 orang. Desa dengan jumlah balita terbanyak adalah Desa
Narimbang sebanyak 270 orang, sedangkan desa dengan jumlah balita terendah
adalah Desa Ungkal yaitu sebanyak 35 orang.

10
Tabel 2.2 Jumlah Balita di Kecamatan Conggeang Tahun 2017

No Desa Jumlah Balita


1 Babakan Asem 138
2 Ungkal 35
3 Cibubuan 68
4 Conggeang Kulon 223
5 Conggeang Wetan 115
6 Narimbang 270
7 Cipamekar 172
8 Padaasih 46
9 Karang Layung 185
10 Jambu 194
11 Cacaban 105
12 Cibeureuyueh 81
Total 1632

2.3 Konsep PHBS

2.3.1 Pengertian PHBS

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran


sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan- kegiatan kesehatan di masyarakat.20

Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk


memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.20

2.3.2 Pengertian PHBS Tatanan Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota


rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih
dansehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Rumah
tangga merupakan suatu bagian masyarakat terkecil di mana perubahan perilaku
dapat membawa dampak besar dalam kehidupan dan tingkat kesehatan anggota

11
keluarga di dalamnya. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah
Tangga Sehat.21

2.3.3 Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di


rumah tangga yaitu :17

 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu


persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin, kelainan
akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke
puskesmas / rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

 Memberi ASI ekslusif

Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa diberi makanan


atau minuman tambahan apapun sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan.
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk
bayi.

ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah ibu melahirkan untuk


merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan perdarahan.
Makanan dan minuman jangan diberikan pada bayi sebelum diberikan
ASI, karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu
keberhasilan menyusui. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi
dan tidak perlu dijadwal. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan lebih
baik diberikan ASI saja, sedangkan setelah bayi berusia 6 bulan ke atas
diberikan ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk
makanan lunak dan jumlah yang sesuai dengan pertambahan umur bayi.
Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun.

12
Keunggulan dari ASI adalah:

1) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan


dan perkembangan fisik serta kecerdasan.

2) Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai


penyakit infeksi seperti diare, batuk pilek, radang tenggorokan, dan
gangguan pernafasan.

3) Melindungi bayi dari alergi.

4) Aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan


kepada bayi dalam keadaan segar.

5) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat
diberikan kapan saja dan dimana saja.

6) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan


pernafasan bayi.

 Menimbang bayi dan balita tiap bulan

Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai usia 1 bulan
sampai 5 tahun di posyandu. Manfaat penimbangan bayi dan balita setiap
bulan di Posyandu, antara lain:

1) Untuk mengetahui apakah bayi dan balita tumbuh sehat.

2) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan bayi dan


balita.

3) Merujuk bayi dan balita ke puskesmas bila sakit, berat badan dua
bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM
(Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi buruk.

4) Ibu balita mendapat penyuluhan gizi untuk memantau pertumbuhan


bayi dan balita.

5) Menggunakan air bersih

13
Air memiliki peranan dalam penularan penyakit diare karena air
merupakanunsur yang ada dalam makanan maupun minuman dan
juga digunakan untukmencuci tangan, bahan makanan, serta
peralatan untuk memasak atau makan. Air yang digunakan harus
bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Jika air
terkontaminasi dan kebersihan yang baik tidak dipraktikkan,
makanan yang dihasilkan kemungkinan besar juga
terkontaminasi.21

Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara
lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba) :

1) Air tidak berwarna, harus bening / jernih.

2) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur,


sampah, busa, dan kotoran lainnya.

3) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak
payau, tidak pahit, dan harus bebas dari bahan kimia beracun.

4) Air tidak berbau, seperti bau amis, anyir, busuk, atau bau
belerang.

Manfaat menggunakan air bersih adalah:

1) Terhindar dari gangguan penyakit, seperti diare, kolera,


disentri, thypus, cacingan, penyakit mata, penyakit kulit, atau
keracunan.

2) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.

 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Kuman tersebut akan pindah ke tangan apabila kita mencuci
tangan dengan air yang tidak bersih. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk kedalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit. Sabun
dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman. Mencuci tangan

14
tanpa sabun menyebabkan kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
Mencuci tangan dengan sabun dilakukan setelah buang air besar, sebelum
makan dan menyuapi anak, sebelum menyusui bayi, setiap kali tangan
kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dan
lain-lain), setelah menceboki bayi atau anak, dan sebelum memegang
makanan. Mencuci tangan dengan sabun dapat membunuh kuman
penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare,
disentri, kolera, thypus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS), serta tangan menjadi bersih.17

 Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan


kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis
jamban yang dianjurkan adalah jamban cemplung dan jamban tangki
septik / leher angsa. Jamban cemplung adalah jamban yang
penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran / tinja ke dalam tanah dan mengendapkan
kotoran ke dasar lubang. Jamban cemplung diharuskan ada penutup agar
tidak berbau. Jamban tangki septik / leher angsa adalah jamban berbentuk
leher angsa yang penampungnya berupa tangki septik, kedap air yang
berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran manusia yang
dilengkapi dengan resapannya. Syarat jamban sehat adalah tidak
mencemari sumber air minum, tidak berbau, kotoran tidak dapat dijamah
oleh serangga / tikus, mudah dibersihkan, dilengkapi dinding dan atap
pelindung, penerangan dan ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas
ruangan memadai, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.23

 Memberantas jentik di rumah

15
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan
Jentik Berkala adalah pemeriksaan jentik pada tempat perkembangbiakan
nyamuk (tempat penampungan air) yang ada di dalam rumah seperti bak
mandi / WC, vas bunga atau tatakan kulkas dan di luar rumah seperti
talang air, alas pot bunga, ketiak daun, tempat minum burung, lubang
pohon atau pagar bambu yang dilakukan secara teratur setiap minggu.
Pemberantasan jentik di rumah dapat dilakukan dengan teknik dasar
minimal 3M Plus, yaitu:24

1) Menutup

Menutup adalah memberi tutup yang rapat pada tempat air yang
ditampung seperti bak mandi, kendi, toren air, botol air minum dan
lain sebagainya.

2) Menguras

Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat


penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat
airminum, penampungan air lemari es dan lain-lain.

3) Mengubur

Mengubur adalah memendam di dalam tanah untuk sampah atau


benda yang tidak berguna dan memiliki potensi tempat nyamuk DBD
(Demam Berdarah Dengue) bertelur di dalam tanah.

4) Plus kegiatan pencegahan

- Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk;

- Menggunakan kelambu saat tidur;

- Menanam pohon dan binatang yang dapat mengusir / memakan


nyamuk dan jentik nyamuk;

- Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati


nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan;

16
- Memberi bubuk larvasi pada tempat air yang sulit dibersihkan;

- Tidak tergantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan


kelambu dan perabot gelap yang bisa jadi sarang nyamuk.

17
 Makan buah dan sayur setiap hari

Anggota keluarga diharapkan mengkonsumsi 3 porsi buah dan 2 porsi


sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari
sangat penting karena mengandung vitamin dan mineral yang
mengatur metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh,
serta mengandung serat yang tinggi. Vitamin yang ada di dalam sayur
dan buah memiliki manfaat antara lain:

1) Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata;

2) Vitamin D untuk kesehatan tulang;

3) Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda;

4) Vitamin K untuk pembekuan darah;

5) Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi;

6) Vitamin B mencegah penyakit beri-beri;

7) Vitamin B12 dapat meningkatkan nafsu makan

 Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang


menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik
yang dapat dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari dan olahraga.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan, misalnya berjalan kaki,
berkebun, kerja di taman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel
lantai, naik turun tangga, membawa belanjaan. Olahraga yang dapat
dilakukan, misalnya push-up, lari ringan, bermain bola, yoga, fitness,
angkat beban / berat. Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling
sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga dapat menyehatkan jantung,
paru-paru serta alat tubuh lainnya.

 Tidak merokok di dalam rumah

18
Satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin,
tar, dan carbon monoksida (CO). Nikotin dapat menyebabkan
ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah, tar menyebabkan
kerusakan sel paru-paru dan kanker, serta CO menyebabkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel- sel
akan mati. Di dalam rumah akan terdapat perokok pasif dan perokok
aktif jika ada salah satu anggota keluarga yang merokok. Perokok
pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok
orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan
orang yang sedang merokok. Perokok aktif adalah orang yang
mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun, walaupun
hanya 1 batang dalam sehari. Orang yang menghisap rokok meskipun
tidak rutin atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok
hanya sekedar menghembuskan asapnya juga bisa dikatakan sebagai
perokok aktif.24

2.4. Pengetahuan

2.4.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang


melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam
membentuk tindakan seseorang.15

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa


faktor yaitu:16

1) Faktor internal

 Pendidikan

19
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin
mudah menerima informasi.16

20
 Pekerjaan

Sedikit orang yang mampu bekerja sebagai sumber kesenangan,


karena menurutnya hal ini adalah hal yang membosankan.
Sehingga banyak yang berpendapat bekerja kegiatan yang menyita
waktu.16

 Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir


seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.16

2) Faktor eksternal

 Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia


dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku
orang atau kelompok.16

 Sosial budaya

Sistem sosial yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari


sikap dalam menerima informasi.16

2.5 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.32

 Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan


stimulus yang diberikan (objek).

 Menanggapi (responding)

21
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek
yang dihadapi.

 Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang


positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan
orang lain merespon.

 Bertanggung jawab (responsible)

Sikap paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa


yang telah diyakininya dan berani mengambil resiko.

2.6 Praktek atau Tindakan

Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya


tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. 32

 Praktik terpimpin (guided response)

Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung


pada tuntunan atau menggunakan panduan.

 Praktik secara mekanisme (mechanism)

Subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu


hal secara otomatis.

 Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.


Artinya apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme
tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas.32

22
23
2.7 Stunting

2.7.1 Pengertian

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan
baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Kemampuan
kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian
ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.25

Stunting adalah suatu keadaan sebagai akibat interaksi makanan dan


kesehatan yang diukur secara antropometri dengan menggunakan indikator
panjang badan menurut pada ambang batas <-2 SD jika dibandingkan dengan
standar WHO – NCHS. Seorang anak dikatakan berstatus gizi pendek (stunting)
apabila pada indeks antropometri berdasarkan indikator TB/U berada pada
ambang batas <-2 SD baku rujukan WHO – NCHS. Anak yang gizi kurang
(stunting) mempunyai IQ rata-rata 11 poin lebih rendah bila dibandingkan dengan
rata-rata anak yang tidak mengalami gangguan gizi (stunting).26

2.7.2 Patofisiologis Stunting

Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh


berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan.
Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau
masyarakat bahkan keluarga karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang
gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan
seperti kurang gizi pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah
masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada anak
balita bulan sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger.27

Stunting merupakan retardasi pertumbuhan linier dengan defisit dalam


panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan

24
pertumbuhan World Health Organization/National Center for Health Statistics
(WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh akumulasi episode stress yang sudah
berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang
kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).28

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut
dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang
mengalami kekurangan energy kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita stunting dan
berlanjut ke usia anak sekolah dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini
akan menjadi generasi yang kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari
tanpa penanggulangan yang memadai kelompok ini dikuatirkan lost generation.
Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai dengan seksama, selain
dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak berdiri sendiri
tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi mikro.29

Konsep timbulnya malnutrisi terjadi akibat dari faktor lingkungan dan


faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat
kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk 11
memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat
gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang
sudah dapat dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan
penurunan berat badan dan pertumbuhan yang terhambat.30

Sehubungan dengan meningkatnya defisiensi zat gizi dalam darah,


berupa rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Selain itu,
dapat juga terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat
dan piruvat pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka
akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan,
pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain.30

25
2.7.3 Dampak Stunting pada Balita

Laporan UNICEF tahun 1998, beberapa fakta terkait stunting dan


pengaruhnya adalah sebagai berikut :31

- Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia


enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua
tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka
panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu
untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan, dibandingkan
anak-anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunting
cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari
sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini
memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.

- Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak.


Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting
adalah BBLR, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak
sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak-anak dengan stunting mengonsumsi makanan yang
berbeda di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari
keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.

- Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
menganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang
hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa
remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan
mempngaruhi secara langsung pada kesehatan dan prduktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak BBLR. Stunting
terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung

26
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.

- Akibat lain stunting terhadap perkembangan sangat merugikan


performance anak. Jika kondisi buruk terjadi pada masa golden period
perkembangan otak (0-3 tahun) maka tidak dapat berkembang dan
kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali. Hal ini disebabkan karena
80-90% jumlah sel otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan
sampai usia dua tahun. Apabila gangguan tersebut terus berlangsung
maka akan terjadi penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 poin. Penurunan
perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian dan
manghambat prestasi belajar serta produktifitas menurun sebesar 20-
30%, yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya
anak-anak tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam
bidang pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Generasi demikian hanya
akan menjadi beban masyarakat dan pemerintah, karena terbukti
keluarga dan pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang
tinggi akibat warganya mudah sakit.28

2.7.4 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dam metros.


Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri adalah
hubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak
dibawah kulit.28

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi


seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif
atau subjektif. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan baku
yang telah tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

27
penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak
langsung.

Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian status gizi


secara langsung yang paling sering digunakan di masyarakat. Antropometri
dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun
masyarakat. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan
hanya melakukan latihan sederhana, selain itu antropometri memiliki metode yang
tepat, akurat karena memiliki ambang batas dan rujukan yang pasti, mempunyai
prosedur yang sederhana, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei gizi
adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang disesuaikan dengan usia
anak. Pengukuran yang sering dilakukan untuk keperluan perorangan dan
keluarga adalah pengukuran berat badan (BB), dan tinggi badan (TB) atau
panjang badan (PB). Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa
parameter yang merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur.

Indeks antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini
(saat diukur) karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena
berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan.
Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Indikator BB/TB
menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

2.7.4.1 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan


pertumbuhan skeletal. Tinggi badan akan seiring dengan pertambahan umur dalam
keadaan normal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari

28
keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan
pola asuh/ pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak stunting.28

Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan indikator yang baik untuk


mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana dan
dibuat secara lokal, jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan indeks
TB/U yaitu tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat
terjadi kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi dan dan validitas
pengukuran. Sumber kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih,
kesalahan pada alat dan tingkat kesulitan pengukuran.

TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena


merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang yang
tergolong pendek “pendek tak sesuai umurnya (PTSU)” kemungkinan keadaan
gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan bertambahnya umur. Pengaruh kurang gizi terhadap
pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.28

2.8 Kerangka Konsep

Pengetahuan

Stunting
Sikap

Praktik

= Variabel dependen (terikat)

29
= Variabel independen (bebas)

2.9 Kerangka Teori

Pengetahuan
Internal
Eksternal
Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan
Asi eksklusif
Menimbang bayi dan balita
Sikap Ketersediaan air bersih
Menerima Cuci tangan pakai sabun
Menanggapi Penggunaan jamban sehat
Menghargai Pemberantasan jentik
Makan buah dan sayur tiap hari
Aktivitas fisik setiap hari
Tidak merokok di dalam
Rumah
Praktek
Terpimpin
Adopsi

STUNTING

BB/U TB/U BB/TB

30
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


analitik untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat pada
orangtua balita terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang tahun
2018. Desain yang digunakan secara cross sectional, dimana variabel bebas dan
variabel terikat akan dikumpulkan secara bersamaan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 3-7 September 2018. Tempat


penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang di 12 Desa yaitu Desa Babakan
Asem, Desa Cacaban, Desa Cibeureuyeuh, Desa Cibubuan, Desa Cipamekar,
Desa Conggeang Kulon, Desa Conggeang Wetan, Desa Jambu, Desa
Karanglayung, Desa Narimbang, Desa Padaasih, dan Desa Ungkal

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi yang dipilih adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di


Kecamatan Conggeang.

31
3.3.2 Sampel Penelitian

Sample yang dipilih adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di


Kecamatan Conggeang dan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel
dilakukan secara quota sampling.

Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus Slovin :

N
n= 2
1+ N e

Keterangan :

n = besar subjek

N = besar populasi

e = batas ketelitian yang diinginkan misalnya 10%

10881
n=
1+10881×(10 )²

10881
n=
109,81

n=99,08 ≈100

Dari perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel adalah 100 orang.


Karena terdapat 12 desa yang akan diteliti, maka peneliti memutuskan untuk
mengambil 9 sampel dari setiap desa sehingga jumlah sampel menjadi 108 orang.

32
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi :

1. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang

2. Orangtua yang memiliki anak berusia di bawah lima tahun

3. Orangtua yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi :

1. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang dengan


anak balita namun tidak bisa berkomunikasi dengan baik

2. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang dengan


anak balita yang memiliki kecacatan fisik berat

3. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang dengan


anak balita yang memiliki penyakit kronis seperti TBC (Tuberculosis)

3.5 Cara Kerja Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa


kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan orangtua tentang PHBS dan
antropometri pada anak. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai
orangtua dan langsung menuliskan jawaban di lembar kuesioner dan mengukur
langsung BB dan TB anak. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah
menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).

33
3.5.1 Alur Penelitian

Perumusan masalah

Perancangan Kuesioner

Mencari subjek

Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis hasil

Kesimpulan

3.6 Identifikasi Variabel

Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah


pengetahuan, sikap, dan tindakan

Variabel terikat : Variabel terikat pada penelitian adalah stunting

34
3.7 Rencana Manajemen dan Analisis

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan program komputer


menggunakan SPSS for Window 16.00 version, sebagai berikut :
1. Edit data (editing)

Data yang sudah terkumpul akan dikoreksi dan diperiksa kelengkapannya

2. Pemberian kode (coding)

Data dibedakan berdasarkan masing-masing kategori. Setiap kategori


diberikan kode untuk mempermudah dalam proses pengolahan data

3. Memasukkan data (entry)

Data yang sudah dikode selanjutnya dimasukkan ke dalam sistem


pengolahan data menggunakan SPSS for Window 16.00 version.

4. Pembersihan data (cleaning)

Pembersihan data dilakukan baik secara manual maupun secara


komputerisasi. Dalam pembersihan data akan dilakukan pengecekan
ulang data sehingga akan terdeteksi jika ada kesalahan pemasukkan data
atau data yang hilang.

3.7.2 Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan SPSS for Window 16.00 version


secara univariat dan bivariat.

- Analisis univariat

Dilakukan terhadap variabel independen dan variabel dependen. Hasil


analisis berupa nilai mutlak dan persentase dari tiap-tiap variabel.

- Analisis bivariate

Menggunakan uji analisis spearman correlation untuk melihat


hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
berdasarkan batas nilai kemaknaan pada tabel.

35
3.8 Definisi Operasional

Definisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Pengetahuan Pengetahuan Pengisian 1. Benar Nominal
merupakan hasil dari kuesioner 2. Salah
tahu, yang terjadi
setelah orang
melakukan
penginderaan terhadap
objek tertentu.
Dalam hal ini
pengetahuan keluarga
mengenai:
1. Mencuci tangan
dan memakai
sabun:
Pengetahuan mengenai
mencuci tangan yang
baik dan benar ialah
dengan menggunakan
air bersih dan sabun;
Mencuci tangan
dengan air bersih dan
sabun dapat
membunuh kuman
penyakit; salah satu
penyakit yang bisa
ditularkan akibat tidak
mencuci tangan
dengan air bersih dan
sabun ialah DBD.
2. Rokok:
Pengetahuan mengenai
Nikotin adalah zat
berbahaya yang
terkandung dalam
rokok; salah satu
penyebab diare adalah
merokok; perokok

36
pasif adalah orang
yang menghisap rokok
3. Aktifitas Fisik:
Pengetahuan bahwa
Mengepel lantai dan
olahraga merupakan
jenis aktivitas fisik;
Manfaat Aktivitas fisik
dapat membuat tubuh
menjadi lebih bugar;
Waktu olahraga
minimal dalam sehari
adalah 10 menit
4. ASI Ekslusif:
Fungsi pemberian ASI
Eksklusif adalah untuk
perkembangan,
pertumbuhan dan
kecerdasan bayi yang
lebih unggul
dibandingkan susu
formula; ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI
kepada bayi berumur
0-6 bulan tanpa
tambahan makanan
5. Air Bersih:
Jarak minimal sumber
air dengan sumber
pencemar (jamban, air
kotor, lubang sampah)
adalah 2 m; Syarat-
syarat fisik air bersih
harus tidak berwarna,
tidak berbau,dan tidak
berasa; Air bersih
dapat diperoleh dari
air hujan
6. Jamban Sehat:
Jenis jamban yang
memenuhi
persayaratan kesehatan
adalah jamban yang

37
memiliki leher angsa
tanpa septic tank;
Manfaat penggunaan
jamban sehat adalah
untuk menjaga
lingkungan sehat,
tidak mencemari
sumber air dan tidak
mengundang serangga
pembawa penyakit
7. Jentik Nyamuk:
Memberantas jentik
nyamuk yang benar
dengan membiarkan
tempat penampungan
air terbuka; Manfaat
rumah yang bebas
jentik nyamuk adalah
lingkungan rumah
terbebas dari penyakit
demam berdarah;
Penyakit malaria dapat
ditularkan melalui
perantara nyamuk
8. Konsumsi Buah
dan Sayur:
Sayur dan buah hanya
mengandung serat;
Salah satu manfaat
dari mengkonsumsi
buah dan sayuran
adalah untuk
melancarkan
pencernaan
9. Menimbang Bayi
dan Balita:
Menimbang berat
badan bayi dan balita
secara teratur berguna
untuk mengetahui
status gizi bayi; Berat
badan bayi/balita
berada di atas garis
merah pada Kartu

38
Menuju Sehat
menandakan
bayi/balita cukup gizi
10. Persalinan
Ditolong oleh
Tenaga Kesehatan:
Persalinan dapat
ditolong oleh
siapapun, dengan
harapan ibu dan bayi
selamat tanpa
mempedulikan
kebersihan alat yang
digunakan pada saat
persalinan merupakan
persalinan aman.
Sikap Sikap merupakan Pengisian 1. Sangat Likert
reaksi atau respon kuesioner tidak setuju
yang masih tertutup 2. Tidak setuju
dari seseorang 3. Ragu-ragu
terhadap suatu 4. Setuju
stimulus atau objek. 5. Sangat
1. Mencuci tangan setuju
dan memakai
sabun:
Setelah BAB tidak
perlu mencuci tangan
dengan sabun;
Sebelum makan tidak
perlu mencuci tangan
dengan sabun
2. Rokok:
Anggota keluarga
sebaiknya tidak
merokok; Tidak
masalah bagi ibu
apabila ada asap rokok
di dekat anak.
3. Aktifitas Fisik:
Aktifitas fisik
sebaiknya dilakukan
minimal 30 menit
setiap hari; Aktifitas

39
fisik tidak berpengaruh
terhadap kesehatan.
4. ASI Ekslusif:
Bayi sebaiknya hanya
diberikan ASI saja
(tanpa susu kaleng)
sampai berusia 6
bulan; Bayi berumur
0-6 bulan dapat
diberikan ASI dan
susu formula secara
bersamaan atau
bergantian; Ibu merasa
tidak nyaman saat
memberikan ASI
kepada anak.
5. Air Bersih:
Di rumah tangga perlu
tersedia air yang
bersih; Untuk
keperluan sehari – hari
(masak,minum,
mandi,dll), tidak harus
menggunakan air
bersih.
6. Jamban Sehat:
Di rumah tangga
/setiap rumah perlu
tersedia jamban/WC
yang memenuhi syarat
kesehatan( pakai septic
tank dan leher angsa);
Buang air besar/ kecil
sebaiknya di jamban
keluarga (sendiri) yang
memakai septic tank
dan leher angsa.
7. Jentik Nyamuk:
Barang – barang
bekas/sampah
sebaiknya dibakar;
Fogging atau
pengasapan

40
merupakan cara yang
efektif dalam
memberantas jentik
nyamuk.
8. Konsumsi Buah
dan Sayur:
Setiap makan pagi,
siang dan malam harus
selalu ada sayur;
Konsumsi buah dan
sayur tidak penting
bagi kesehatan tubuh.
9. Menimbang Bayi
dan Balita:
Keluarga harus
waspada apabila berat
badan bayi dan balita
tidak meningkat setiap
bulannya; Penting bagi
ibu untuk bayi dan
balita nya ditimbang
berat badannya setiap
bulan.
10. Persalinan
Ditolong oleh
Tenaga Kesehatan:
Menurut ibu
melakukan persalinan
boleh dimana saja asal
di tenaga kesehatan.
Tindakan atau Sikap belum tentu Pengisian 1. Ya Ordinal
Praktik terwujud dalam kuesioner 2. Kadang
tindakan, sebab untuk 3. Tidak
terwujudnya tindakan
perlu faktor lain antara
lain adanya fasilitas
atau sarana dan
prasarana.
Untuk mengetahui
tindakan mengenai:
1. Mencuci tangan
dan memakai
sabun:

41
Sebelum makan dan
setelah BAB
2. Rokok:
Adakah yang merokok
dalam rumah
3. Aktifitas Fisik:
Berolah raga setiap
hari dan minimal 30
mnt
4. ASI Ekslusif:
Memberikan tambahan
makanan/susu kaleng
pada anak terakhir
ketika usia 0-6 bln;
diberikannya terakhir
hingga usia 2 thn.
5. Air Bersih:
Mencuci peralatan
makan dan bahan
makanan di air sungai;
menggunakan PAM,
sumur/galon untuk
memasak dan minum.
6. Jamban Sehat:
BAK dan BAB di
jamban sendiri yang
menggunakan septic
tank dan leher angsa;
membersihkan jamban
secara rutin.
7. Jentik Nyamuk:
Menguras dan
menyikat tempat
penampungan air
rutin; membakar
sampah/ barang bekas.
8. Konsumsi Buah
dan Sayur:
Mengkonsumsi buah
dan sayur setiap hari.
9. Menimbang Bayi

42
dan Balita:
Menimbang BB bayi
dan balita setiap bulan
di posyandu.
10. Persalinan
Ditolong oleh
Tenaga Kesehatan
Persalinan yang
terkahir dijalani
dibantu oleh tenaga
kesehatan.

Stunting Masalah kurang gizi Pengukuran 1. Stuntin Ordinal


kronis yang Antropometri g : < -2
disebabkan oleh SD
asupan gizi yang 2. Tidak
kurang dalam waktu Stuntin
cukup lama akibat g: > -2
pemberian makanan SD
yang tidak sesuai
kebutuhan gizi.
Pengukuran yang
dilakukan adalah: BB
dan TB saat ini.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini mengikuti kaidah sesuai dengan etika penelitian yang


berlaku dengan merahasiakan identitas peserta kuesioner. Dokumen berisi tentang
identitas dan data yang berhubungan dengan pengetahuan,sikap, dan praktik
orangtua mengenai PHBS terhadap stunting .Sebelum melakukan penelitian,
peneliti memberikan surat izin permohonan penelitian kepada pihak dengan
memperlihatkan etika penelitian, yang meliputi :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dengan

43
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya
adalah supaya subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika
subjek bersedia, maka responden harus menanda tangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak responden.
2. Anonimity
Dalam penggunaan subjek penelitian dilakukan dengan tidak
memberikan atau mencantumkan nama responder pada lembar
kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.

44
3. Confidentiality

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik


informasi maupun masalah-masalah lainnya yang berhubungan
dengan responden. Hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.

45
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Uji Validasi

No. Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan


1. 0,620 0,254 Valid
2. 0,626 0,254 Valid
3. 0,616 0,254 Valid
4. 0,626 0,254 Valid
5. 0,623 0,254 Valid
6. 0,621 0,254 Valid
7. 0,621 0,254 Valid
8. 0,619 0,254 Valid
9. 0,614 0,254 Valid
10. 0,621 0,254 Valid
11. 0,628 0,254 Valid
12. 0,629 0,254 Valid
13. 0,619 0,254 Valid
14. 0,622 0,254 Valid
15. 0,622 0,254 Valid
16. 0,617 0,254 Valid
17. 0,617 0,254 Valid
18. 0,618 0,254 Valid
19. 0,622 0,254 Valid
20. 0,618 0,254 Valid
21. 0,626 0,254 Valid
22. 0,616 0,254 Valid
23. 0,624 0,254 Valid
24. 0,624 0,254 Valid
25. 0,608 0,254 Valid
26. 0,605 0,254 Valid
27. 0,610 0,254 Valid
28. 0,611 0,254 Valid
29. 0,604 0,254 Valid
30. 0,631 0,254 Valid
31. 0,602 0,254 Valid
32. 0,635 0,254 Valid
33. 0,616 0,254 Valid
34. 0,647 0,254 Valid
35. 0,632 0,254 Valid

46
36. 0,603 0,254 Valid
37. 0,608 0,254 Valid
38. 0,612 0,254 Valid
39. 0,615 0,254 Valid
40. 0,622 0,254 Valid
41. 0,611 0,254 Valid
42. 0,618 0,254 Valid
43. 0,593 0,254 Valid
44. 0,603 0,254 Valid
45. 0,615 0,254 Valid
46. 0,616 0,254 Valid
47. 0,614 0,254 Valid
48. 0,625 0,254 Valid
49. 0,620 0,254 Valid
50. 0,619 0,254 Valid
51. 0,615 0,254 Valid
52. 0,626 0,254 Valid
53. 0,626 0,254 Valid
54. 0,629 0,254 Valid
55. 0,627 0,254 Valid
56. 0,626 0,254 Valid
57. 0,611 0,254 Valid
58. 0,623 0,254 Valid
59. 0,610 0,254 Valid
60. 0,608 0,254 Valid
61. 0,616 0,254 Valid

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa secara keseluruhan nilai r hitung pada uji
validitas pada setiap komponen lebih besar dari rtabel. Ini menunjukkan bahwa
kuesioner peneliti dapat dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap,
dan tindakan PHBS pada orangtua di Kecamatan Conggeang. Dari seluruh
komponen dalam kuesioner ini, pertanyaan nomor 43 nilai r hitung lebih besar dari
rtabel tapi tidak terlalu beda jauh.

47
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi

Variabel n Persentase (%)

Usia ibu saat menikah:


1. ≤ 21 tahun 75 69,4 %
2. 22-35 tahun 31 28,7%
3. ≥ 36 tahun qq2 1,9%

Pendidikan terakhir ibu


1. SD 18 16,7%
2. SMP 39 36,1%
3. SMA 47 43,5%
4. Perguruan Tinggi 4 3,7%

Jumlah Anggota Keluarga:


1. 2 orang 4 3,7%
2. 3-5 orang 98 90,7%
3. > 5 orang 6 5,6%

Pendapatan Keluarga:
1. Rp < 500.000 9 8,3%
2. Rp 500.000 – 1.000.000 25 23,1%
3. Rp 1.000.000 – 2.000.000 40 37%
4. Rp > 2.000.000 34 31,5%

Usia Anak:
1. 0-2 bulan 2 1,9%
2. 3-5 bulan 4 3,7%
3. 6-8 bulan 3 2,8%
4. 9-11 bulan 7 6,5%
5. 12-17 bulan 19 17,6%
6. 18-23 bulan 10 9,3%
7. 24-35 bulan 20 18,5%
8. 36-47 bulan 22 20,4%
9. 48-60 bulan 21 19,4%

Jenis Kelamin Anak:


1. Laki-laki 50 46,3%
2. Perempuan 58 53,7%

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik sosiodemografi dari 108 responden.


Responden terbanyak menikah saat berusia ≤ 21 tahun yaitu sebanyak 75 orang

48
(69,4%). Hampir setengah dari responden menempuh pendidikan terakhir hingga
SMA (43,5%). Sebanyak 90,7% responden memiliki jumlah anggota keluarga
sebanyak 3-5 orang. Lebih dari sepertiga responden memiliki pendapatan keluarga
sebanyak Rp 1.000.000,- sampai Rp 2.000.000,- (37%). Usia anak responden
terbanyak adalah 36-47 bulan sebanyak 22 anak (20,4%). dan lebih dari setengah
anak responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 58 anak (53,7%).

Tabel 4.3 Karakteristik Gizi Anak Responden

Variabel n Persentase (%)

BB/U
1. Gizi Buruk (< -3 SD) 6 5,6%
2. Gizi Kurang (-3 sampai -2 SD) 20 18,5%
3. Gizi Baik (-2 sampai 2 SD) 80 74,1%
4. Gizi Lebih (> 2 SD) 2 1,9%

BB/TB
1. Sangat Kurus (< -3 SD) 2 1,9%
2. Kurus (-3 sampai -2 SD) 10 9,3%
3. Normal (-2 sampai 2 SD) 90 83,3%
4. Gemuk (> 2 SD) 6 5,6%

TB/U
1. Sangat Pendek (-2 sampai 2 SD) 13 12%
2. Pendek (> 2 SD) 29 26,9%
3. Normal (-2 sampai 2 SD) 63 58,3%
4. Tinggi (> 2 SD) 3 2,8%

IMT/U
1. Sangat Kurus (<-3 SD) 3 2,8%
2. Kurus (-3 sampai -2 SD) 9 8,3%
3. Normal (-2 sampai 1 SD) 90 83,3%
4. Gemuk (1-2 SD) 6 5,6%

49
Tabel 4.3 menjelaskan karakteristik gizi anak berdasarkan BB/U, BB/TB,
TB/U, dan IMT/U. Hasil yang diperoleh dari perbandingan berat badan terhadap
umur (BB/U) anak, kategori terbanyak adalah gizi baik (-2 sampai 2 SD)
sebanyak 80 anak (74.1%). Berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB), jumlah terbanyak terdapat di kategori normal (-2 sampai 2 SD)
sebanyak 90 anak (83.3%). Sedangkan berdasarkan tinggi badan terhadap umur
(TB/U), kategori dengan jumlah terbanyak adalah normal (-2 sampai 2 SD)
sebanyak 63 anak (58,3%). Terakhir, pada perbandingan indeks massa tubuh
terhadap umur (IMT/U), sebanyak 90 anak (83,3%) berada pada kategori normal
(-2 sampai 1 SD).

Tabel 4.4 Klasifikasi Tingkat Pengetahuan PHBS Pada Orangtua

Tingkat Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 99 91,7%
Buruk 9 8,3%

Total 108 100%

Dari tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh orangtua di


Kecamatan Conggeang (91,7%) memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS,
dan hanya 9 orang yang memiliki pengetahuan tentang PHBS yang buruk.

50
Tabel 4.5 Klasifikasi Sikap PHBS Pada Orangtua

Sikap Jumlah Responden Persentase (%)

Sikap Sangat Baik 29 26.9%


Sikap Baik 75 69.4%
Sikap Cukup 4 3.7%
Sikap Kurang 0 0
Sikap Buruk 0 0

Total 108 100%

Dari tabel 4.5, diketahui bahwa hampir seluruh responden (96,3%)


memiliki sikap yang lebih dari cukup tentang PHBS, dan tidak ada responden
yang memiliki sikap kurang atau buruk tentang PHBS.

Tabel 4.6 Klasifikasi Praktik PHBS Pada Orangtua

Tindakan Total Responden Persentase (%)

Baik 88 81.5%
Cukup 20 18.5%
Buruk 0 0

Total 108 100%

Ditemukan 88 responden (81,5%) melakukan praktek PHBS yang baik


pada tabel 4.6, sedangkan 20 responden (18,5%) melakukan praktek PHBS yang
cukup.

51
Berikut adalah beberapa contoh praktek PHBS yang dilakukan oleh
masyarakat.

Tabel 4.7 Praktek PHBS pada Orangtua

Variabel n Persentase (%)

Mencuci tangan memakai sabun setelah BAB


1. Ya 98 90,7%
2. Kadang-kadang 10 9,3%
3. Tidak 0 0

Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam


sehari
1. Ya 52 48,1%
2. Kadang-kadang 41 38%
3. Tidak 15 13,9%

Adanya anggota keluarga yang merokok


1. Ya 76 70,4%
2. Kadang-kadang 3 2,8%
3. Tidak 29 26,9%

Memberikan makanan tambahan / susu kaleng


pada anak pada usia 0-6 bulan
1. Ya 35 32,4%
2. Kadang-kadang 1 0,9%
3. Tidak 72 66,7%
Menggunakan PAM, air tanah, air gunung, sumur,
atau air galon untuk memasak dan minum
1. Ya 103 95,4%
2. Kadang-kadang 0 0
3. Tidak 5 4,6%

BAB / BAK di jamban keluarga yang


menggunakan septic tank dan leher angsa
1. Ya 92 85,2%
2. Kadang-kadang 16 14,8%
3. Tidak 0 0

52
Menguras dan menyikat tempat penampungan air
secara rutin
1. Ya 78 75,2%
2. Kadang-kadang 27 25%
3. Tidak 3 2,8%

Mengonsumsi buah setiap hari


1. Ya 30 27,8%
2. Kadang-kadang 76 70,4%
3. Tidak 2 1,9%

Menimbang bayi dan balita setiap bulan di


posyandu
1. Ya 101 93,5%
2. Kadang-kadang 7 6,5%
3. Tidak 0 0

Melakukan persalinan ditolong oleh tenaga


kesehatan
1. Ya 107 99,1%
2. Kadang-kadang 0 0
3. Tidak 1 0,9%

Dari tabel 4.7, dapat ditemukan beberapa aspek dimana praktek PHBS
pada orangtua balita dinilai masih kurang, yaitu lebih dari setengah jumlah
respoden (51,8%) belum melakukan aktivitas fisik selama minimal 30 menit
setiap hari, sebanyak 73,2% responden memiliki anggota keluarga yang merokok,
hampir sepertiga responden (32,4%) memberikan makanan tambahan atau susu
formula pada bayi sebelum berusia 6 bulan, dan 72,3% responden belum
mengonsumsi buah setiap hari.

53
Tabel 4.8 Karakteristik 12 Desa Conggeang Terhadap Stunting

Sangat
Nama Desa Pendek Normal Tinggi
Pendek

Desa Babakan Asem 1 4 4 0


(11,1%) (44.4%) (44,4%)

Desa Cacaban 0 6 3 0
(66,7%) (33,3%)

Desa Cibeureuyeuh 0 2 7 0
(22,2%) (77,8%)

Desa Cibubuan 1 2 6 0
(11,1%) (22,6%) (66,7%)

Desa Cipamekar 3 1 4 1
(33,3%) (11,1%) (44,4%) (11,1%)

Desa Conggeang Kulon 1 1 6 1


(11,1%) (11,1%) (66,7%) (11,1%)

Desa Conggeang Wetan 1 3 4 1


(11,1%) (33,3%) (44,4%) (11,1%)

Desa Jambu 2 1 6 0
(22,2%) (11,1%) (66,7%)

Desa Karanglayung 1 3 5 0
(11,1%) (33,3%) (55,6%)

Desa Narimbang 3 1 5 0
(33,3%) (11,1%) (55,6%)

Desa Padaasih 0 2 7 0
(22,2%) (77,8%)

Desa Ungkal 0 3 6 0
(33,3%) (66,7%)

Total 13 29 63 3
(12%) (26,9%) (58,3%) (28,3%)

54
Berdasarkan tabel 4.8, ditemukan desa dengan tingkat stunting tertinggi
adalah Desa Cacaban dengan 6 orang (66,7%), sedangkan desa dengan tingkat
stunting terendah adalah Desa Cibeureuyeuh, Desa Conggeang Kulon, dan Desa
Padaasih yaitu sebanyak 2 orang (22,2%).

Untuk menentukan data terdistribusi normal, maka bisa menggunakan tes


normalitas. Jenis tes normalitas yang paling sering digunakan yaitu: tes
Kolmogorov-Smirnov (K-S), dan Shapiro-Wilk (S-W). Apabila kedua tes
memiliki nilai P >0,05, maka mengindikasi data terdistribusi normal. Tapi bila
nilai P <0,05, maka mengindikasi data tidak terdistribusi normal.32

Tabel 4.9 Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Stunting .398 108 .000 .618 108 .000
interprestasi praktik .497 108 .000 .473 108 .000
PHBS
interprestasi sikap .408 108 .000 .670 108 .000
PHBS
interprestasi .535 108 .000 .308 108 .000
pengetahuan PHBS
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan semua nilai sig. pada kedua tes
normalitas yaitu 0.000. Dikarenakan nilai P < 0,05, maka data tidak terdistribusi
normal.

Bedasarkan hasil tes normalitas pada semua variabel independent dengan


dependent, didapatkan data tidak terdistribusi normal. Sehingga dalam analisa
menggunakan spearman correlation yang termasuk dalam statistic non-
parametric. Statistic ini digunakan pertama kali oleh Wolfowitz, pada tahun
1942.33,34 Dalam menentukan tingkat kekuatan hubungan antara variabel
independent dengan dependent, dapat berpedoman pada nilai koefisien korelasi,
dengan ketentuan:

55
1. 0.00-0.19 = hubungan sangat lemah
2. 0.20-0.39 = hubungan lemah
3. 0.40-0.59 = hubungan sedang
4. 0.60-0.79 = hubungan kuat
5. 0.80-1.00 = hubungan sangat kuat

Jika koefisien korelasi bernilai positif (+), maka menunjukkan hubungan


positif antara variabel dan dikatakan searah. Sebaliknya jika koefisien korelasi
bernilai negatif (-), maka menunjukkan hubungan negatif antara variabel dan
dikatakan tidak searah.35

Tabel 4.10 Hubungan PHBS dengan Tingkat Stunting

Tidak Correlatio
Stunting p-
Karakteristik Stunting n
value
n % n % Coefficient

Pengetahuan
1. Pengetahuan baik 39 39,4 60 60,6
2. Pengetahuan buruk 3 % 6 % 0.724 0.034
33,3 66,7
% %

Sikap
1. Sikap sangat baik 12 41,4 17 58,6
2. Sikap baik 29 % 46 %
3. Sikap cukup 1 38,7 3 61,3
4. Sikap kurang - % - %
5. Sikap buruk - 25% - 75% 0.643 0.045
- -
- -

Praktek
1. Praktek baik 35 39,8 53 60,2
2. Praktek cukup 7 % 13 %
3. Praktek kurang - 35,0 - 65,0 0.696 0.038
% %
- -

Tabel 4.10 menggambarkan korelasi karakteristik pengetahuan, sikap,


dan tindakan orangtua tentang stunting terhadap tingkat stunting anak. Diketahui
tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang PHBS

56
terhadap tingkat stunting (p>0,05). Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan p-value
pengetahuan yaitu 0,724, p-value sikap yaitu 0,643 dan p-value praktik yaitu
0,696.

Nilai koefisien korelasi pengetahuan yaitu 0,034, nilai koefisien korelasi


sikap 0,045 dan nilai koefisien korelasi praktik 0,038, maka terdapat korelasi yang
sangat lemah, serta bernilai positif (+), maka menunjukkan hubungan positif
antara variabel dan dikatakan searah.

57
BAB 5

PEMBAHASAN

Dari 10 indikator PHBS ditemukan indikator dengan nilai praktik


terendah adalah indikator merokok, karena ditemukan 73,2% responden memiliki
anggota keluarga yang merokok dalam rumah, terutama adalah suami responden,
diikuti oleh indikator konsumsi buah dan sayur, dimana sebanyak 72,3%
responden tidak mengonsumsi buah setiap hari, karena merasa buah dan sayur
bisa saling menggantikan. Di sisi lain, indikator dengan nilai terbaik adalah
indikator persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan (99,1%) dan penggunaan air
bersih untuk memasak dan minum (95,4%). Hal ini menandakan bahwa
masyarakat sudah lebih peduli pentingnya untuk bersalin dengan bantuan tenaga
kesehatan dan pentingnya penggunaan air bersih dalah rumah tangga.

Pada penelitian ini, ditemukan adanya korelasi yang sangat lemah baik
dari pengetahuan, sikap, maupun praktik PHBS orangtua balita terhadap tingkat
stunting.

1. Pengetahuan

Dalam penelitian ini diketahui tidak ada hubungan antara pengetahuan


orangtua balita tentang PHBS dengan tingkat stunting. Hasil ini
berbanding terbalik dengan hasil penelitian oleh Erna Kusumawati,
dkk. yang berjudul “Model Pengendalian Faktor Risiko Stunting pada
Anak Usia di Bawah Tiga Tahun”, di mana menurut penelitian
tersebut terdapat hasil yang bermakna (p = 0,008) antara pengetahuan
ibu dengan angka kejadian stunting. Anak yang memiliki ibu dengan
pengetahuan yang buruk memiliki risiko 3,27 kali lebih tinggi untuk
mengalami stunting.36

58
2. Sikap

Penelitian ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara sikap


orangtua balita terhadap PHBS dengan tingkat stunting.

3. Praktik

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tidak ada hubungan antara


praktek PHBS orangtua balita dengan tingkat stunting. Hal ini sejalan
dengan penelitian oleh Vellim Dina Cahyani yang berjudul “Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan Kejadian
Stunting Dan Non-Stunting pada Remaja Putri di SMP Negeri 1
Nguter Sukoharjo”, dimana pada hasil penelitiannya skor indikator
PHBS rumah tangga antara kelompok stunting dan kelompok non-
stunting tidak signifikan dari nilai p value 0,204 yang berarti tidak ada
perbedaan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian
stunting dan non-stunting pada remaja putri.37 Namun hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jee Hyun Rah et al, dimana
hasil penelitian didapatkan ibu atau pengasuh yang mencuci tangan
mereka dengan sabun sebelum atau sesudah makan dan sesudah buang
air besar ditemukan memiliki asosiasi yang rendah dengan anak yang
pendek. Perilaku hidup bersih sehat merupakan penduga yang kuat
dari anak yang pendek di India.38

59
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Telah ditemukan dari 10 indikator PHBS, indikator dengan praktek


terendah adalah indikator merokok dan konsumsi buah dan sayur
setiap hari, dan indikator dengan praktek terbaik adalah persalinan
dengan dibantu tenaga kesehatan dan penggunaan air bersih dalam
kegiatan rumah tangga.

2. Didapatkan p-value pengetahuan yaitu 0,724 yang berarti tidak ada


hubungan antara pengetahuan PHBS dengan stunting dan nilai
koefisien korelasi pengetahuan yaitu 0,034 yang berarti adanya
korelasi yang sangat lemah dan searah.

3. Didapatkan p-value sikap yaitu 0,643 yang berarti tidak ada hubungan
antara sikap PHBS dengan stunting dan nilai koefisien korelasi sikap
yaitu 0,045 yang berarti adanya korelasi yang sangat lemah dan
searah.

4. Didapatkan dari p-value praktek yaitu 0,696 yang berarti tidak ada
hubungan antara praktik PHBS terhadap stunting dan nilai koefisien
korelasi praktik yaitu 0,038 yang berarti adanya korelasi yang sangat
lemah dan searah.

60
6.2 Saran

1. Perlu mensosialisasikan pentingnya tidak merokok di lingkungan


balita dan mengonsumsi buah dan sayur setiap hari kepada keluarga
terutama yang belum memiliki anak dengan stunting sebagai upaya
preventif.

2. Penelitian ini memerlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah


sampel yang lebih besar serta variabel yang lebih rinci untuk
eksplorasi temuan dalam penelitian ini.

61
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Milman, Anna, Frongillo EA, de Onis M dan Hwang Jy. Differential


Improvement among countries in child Stunting Is Associatedwith Long-Term
Development and Specific Interventions”. The Journal of Nutrition. 2005.
135:1415-1422 dalam https://www.ncbi.nlm.nih.gov .Diakses tanggal 15
Agustus 2018.

2. Kemenkes RI. Infodatin : Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan. ISSN 2442 –
7659. 2016. Diunduh dari :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-
pendek-2016.pdf. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2018.

3. WHO. Nutrition: Complementary Feeding.


http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/.2011. Diakses
pada tanggal 15 Agustus 2018.

4. WHO/UNIC EF. Feeding and Nutrition of Infants and Young Children.WHO


Regional Publications, European Series, No. 87, P. 17. 2003.

5. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2013.

6. TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil


(Stunting). Jakarta Pusat : Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
2017. Diakses dari : http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku
%20Ringkasan%20Stunting-1.pdf pada tanggal 16 Agustus 2018.

7. Shella Monica. Gambaran Faktor – Faktor Kejadian Stunting Pada Balita Usia
24-59 Bulan Di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2010 (Analisis Data
Sekunder Riskesdas Tahun 2010). Jakarta : UIN. 2015

8. Rudi P, dkk. Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan


Kejadian Stunting pada siswa SD di Wilayah Pertanian. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia. 12. 2013. Diakses dari :
https://media.neliti.com/media/publications/4795-ID-faktor-lingkungan-dan-

62
perilaku-yang-berhubungan-dengan-kejadian-stunting-pada-si.pdf pada
tanggal 15 Agustus 2018.

9. TS Hidayat, dkk. Hubungan Sanitasi dan Status Gizi Balita di Indonesia. 34(2)
:104 -113. 2011. Diakses dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=71914&val=4888 pada tanggal 15 Agustus 2018.

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2012
Tentang Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.

11. Kemendagri. Profil Kabupaten Sumedang. 2016. Diakses dari :


http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/32/name/jawa-
barat/detail/3211/sumedang pada tanggal 18 Agustus 2018.

12. Wiriaatmadja R M A. Peninggalan Instalasi Militer Hindia Belanda Era


Perang Dunia I (1914-1918) di Kota Sumedang. Sumedang: Yayasan
Sumedang Larang. 2002.

13. Notoadmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka


Cipta. 2007:118.

14. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

15. Maulana, H. D. J. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009.

16. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka


Cipta. 2007.

17. Departemen Kesehatan RI. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan
RI. 2007.

18. Widyastuti, P. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus untuk Pendidikan


Kesehatan. Jakarta: EGC. 2005.
19. Dewan Redaksi Bulletin Warta RSUD. Bulletin RSUD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo Kuala Kapuas No. 5 Tahun III: Rumah Tangga Sehat. Kapuas:
RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo. 2009.

63
20. Syafrudin & Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta:EGC. 2007

21. Depkes RI. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Pusat
Promosi Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

22. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jawa
Timur: Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012.
23. Dewan Redaksi Bulletin Warta RSUD. Bulletin RSUD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo Kuala Kapuas No. 7 Tahun IV: Cara Jumantik Memberantas
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD). Kapuas: RSUD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo. 2010.
24. Proyek Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat Untuk Mengurangi Stunting.
In: Corporation MC, editor. Jakarta: MCA-Indonesia; 2014.

25. WHO. Child Growth Standar-malnutrition among children in poor area of


china. Public Health Nutr. 1991;12:8.

26. Elfindri. Child Malnutrition In Indonesia. Bulletin Of Indonesia Economic


Studies. 1996;31:97-111.
27. G Supariasa IDN. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC; 2002.

28. Waterlow JC. Cause and Mechanisme of Linear Growth Retardation.


Proceedings of an International Dietary Energi Consultative Group (IDEC);
1993.
29. Gibney MJ. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009.
30. Engel. Care and Nutrition. Washington DC: International food policy research
institute; 1997.
31. Amahorseja AR. Statistik inferensial. Jakarta: Falkutas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2014: 24-25.

32. Ghasemi A, Zahediasl S. Normality test for statistical analysis: A guide for
non-statisticians. International Journal of Endocrinology Metabolism. 2012:
10(2): 486-489.

33. Campbell MJ, Swinscow TDV. Statistics at Square One. 11 th rev eds. Wiley-
Blackwell: BMJ Books, 2009.

64
34. StatSoft, Inc. How to analyze data with low quality or small samples,
nonparametric statistics (homepage on the internet). Diunduh dari:
http://www.statsoft.com/Textbook/Nonparametric-Statistics

7 September 2018.

35. Statistics Solutions Advancements Through Clarity. Correlation (pearson,


kendall, spearman) (homepage on the internet). Diunduh dari :
http://www.statisticssolutions.com/correlation-pearson-kendall-spearman/
pada 8 September 2018

36. Kusumawati, Erna, Rahardjo, Setiyowati, dan Sari, Hesti Permata. Model of
Stunting Risk Factor Control Among Children Under Three Years Old.
Diunduh dari:
https://www.researchgate.net/publication/304467988_Model_Pengendalian_F
aktor_Risiko_Stunting_pada_Anak_Bawah_Tiga_Tahun. Diakses tanggal 8
September 2018

37. Vellim Dina Cahyani. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah
Tangga Dengan Kejadian Stunting Dan Non-Stunting Pada Remaja Putri Di
Smp Negeri 1 Nguter Sukoharjo. Diunduh dari:
https://core.ac.uk/download/pdf/148617708.pdf. Diakses tanggal 8 September
2018

38. Jee Hyun Rah, Aidan A Cronin, Bhupendra Badgaiyan, Victor M Aguayo3,
Suzanne Coates, dan Sarah Ahmed. Household sanitation and personal
hygiene practices are associated with child stunting in rural India: a cross-
sectional analysis of surveys. Diunduh dari
https://bmjopen.bmj.com/content/5/2/e005180.short. Diakses tanggal 9
September 2018

65
Lampiran 1 Formulir Partisipasi Penelitian

FORMULIR PARTISIPASI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ................................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya :

SETUJU

Untuk berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian dokter muda yang berjudul
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Pada Orangtua Balita Terhadap Angka Kejadian Stunting Di Kecamatan
Conggeang Kabupaten Sumedang. Tujuan, sifat, dan perlunya wawancara dan
pengukuran berat badan dan tinggi badan dalam penelitian tersebut telah
dijelaskan oleh peneliti dan saya mengerti sepenuhnya. Demikian pernyataan
dibuat tanpa ada unsur keterpaksaan dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Sumedang,_____________ 2018

Peneliti Responden

(..................................) (..................................)

66
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan


Sehat Pada OrangtuaBalita Terhadap Stunting Di Kecamatan Conggeang
Kabupaten Sumedang Tahun 2018

KECAMATAN KELURAHAN RT RW

No. Responden: Nama Desa :


Tanggal Wawancara: Nama Posyandu:

Nama ibu : Nama anak :


Usia ibu : Usia anak :
Usia Perkawinan: Tanggal Lahir :
Alamat Responden: Jenis kelamin : L/P
Pendidikan Ibu : Anak ke..........dari......... bersaudara
Pekerjaan Ibu : Berat badan bayi saat lahir :
Jumlah anggota keluarga: Panjang badan bayi saat lahir :
Pendapatan Keluarga : BB:…… ....Kg TB:……....cm
BB/U Karakteristik:
TB/U Karakteristik:
BB/TB Karakteristik:
IMT/U Karakteristik:

PENGETAHUAN TERHADAP PHBS

Isilah kolom dengan memberikan tanda Check List( V ) pada pernyataan yang
sesuai

No Pernyataan Benar Salah


Indikator Mencuci Tangan dan Memakai Sabun
1 Mencuci tangan yang baik dan benar ialah dengan menggunakan air bersih dan

67
sabun
2 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat membunuh kuman penyakit
3 Salah satu penyakit yang bisa ditularkan akibat tidak mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun ialah Demam berdarah
Indikator Rokok
4 Nikotin adalah zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
5 Salah satu penyebab diare adalah merokok
6 Perokok pasif adalah orang yang menghisap rokok
Indikator Aktifitas Fisik
7 Mengepel lantai dan olahraga merupakan jenis aktivitas fisik
8 Manfaat Aktivitas fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar

9 Waktu olahraga minimal dalam sehari adalah 10 menit


Indikator ASI Eksklusif
10 Fungsi pemberian ASI Eksklusif adalah untuk perkembangan, pertumbuhan dan
kecerdasan bayi yang lebih unggul dibandingkan susu formula
11 ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi berumur 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan
Indikator Air Bersih
12 Jarak minimal sumber air dengan sumber pencemar (jamban, air kotor, lubang
sampah) adalah 2 m
13 Syarat- syarat fisik air bersih harus tidak berwarna, tidak berbau,dan tidak berasa

14 Air bersih dapat diperoleh dari air hujan


Indikator Jamban Sehat
15 Jenis jamban yang memenuhi persayaratan kesehatan adalah jamban yang
memiliki leher angsa tanpa septic tank
16 Manfaat penggunaan jamban sehat adalah untuk menjaga lingkungan sehat,
tidak mencemari sumber air dan tidak mengundang serangga pembawa penyakit
Indikator Jentik Nyamuk
17 Memberantas jentik nyamuk yang benar dengan membiarkan tempat
penampungan air terbuka
18 Manfaat rumah yang bebas jentik nyamuk adalah lingkungan rumaht erbebas
dari penyakit demam berdarah
19 Penyakit malaria dapat ditularkan melalui perantara nyamuk
Indikator Konsumsi Buah dan Sayur
20 Sayur dan buah hanya mengandung serat
21 Salah satu manfaat dari mengkonsumsi buah dan sayuran adalah untuk
melancarkan pencernaan
Indikator Menimbang Bayi dan Balita
22 Menimbang berat badan bayi danbalita secara teratur berguna untuk mengetahui
status gizi bayi
23 Berat badan bayi/balita berada di atas garis merah pada KartuMenujuSehat
menandakan bayi/balita cukup gizi
Indikator Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

68
24 Persalinan dapat ditolong oleh siapapun, dengan harapan ibu dan bayi selamat
tanpa mempedulikan kebersihan alat yang digunakan pada saat persalinan
merupakan persalinan aman

SIKAP TERHADAP PHBS

Isi kolom dengan Cek Lis ( V) pada pernyataan yang sesuai

Ket : dengan pernyataan, SS= Sangat Setuju, S= Setuju, RR= Ragu- Ragu,
TS = TidakSetuju , STS= Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan S S RR TS STS
S
Indikator Mencuci Tangan dan Memakai Sabun
25 Setelah BAB tidak perlu mencuci tangan dengan sabun
26 Sebelum makan tidak perlu mencuci tangan dengan sabun
Indikator Rokok
27 Anggota keluarga sebaiknya tidak merokok
28 Tidak masalah bagi saya apabila ada asap rokok di dekat anak
saya
Indikator Aktifitas fisik
29 Aktifitas fisik sebaiknya dilakukan minimal 30 menit setiap hari
30 Aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kesehatan
Indikator ASI Eksklusif
31 Bayi sebaiknya hanya diberikan ASI saja (tanpa susu kaleng)
sampai berusia 6 bulan
32 Bayi berumur 0-6 bulan dapat diberikan ASI dan susu formula
secara bersamaan atau bergantian
33 Saya merasa tidak nyaman saat memberikan ASI kepada anak
saya
Indikator Air bersih
34 Di rumah tangga perlu tersedia air yang bersih
35 Untuk keperluan sehari – hari (masak,minum, mandi,dll), tidak
harus menggunakan air bersih
Indikator Jamban Sehat
36 Dirumah tangga /setiap rumah perlu tersedia jamban/WC yang
memenuhi syarat kesehatan( pakai septic tank dan leher angsa)
37 Buang air besar/ kecil sebaiknya di jamban keluarga (sendiri)
yang memakai septic tank dan leher angsa
Indikator Jentik Nyamuk
38 Barang – barang bekas/sampah sebaiknya dibakar
39 Fogging atau pengasapan merupakan cara yang efektif dalam
memberantas jentik nyamuk
Indikator Mengkonsumsi Buah dan Sayur

69
40 Setiap makan pagi, siang dan malam harus selalu ada sayur
41 Konsumsi buah dan sayur tidak penting bagi kesehatan tubuh
Indikator Menimbang Bayi dan Balita
42 Keluarga harus waspada apabila berat badan bayi dan balita tidak
meningkat setiap bulannya
42 Penting bagi saya untuk bayi dan balita saya ditimbang berat
badannya setiap bulannya
Indikator Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan
43 Menurut saya melakukan persalinan boleh dimana saja asal di
tenaga kesehatan

PRAKTIK TERHADAP PHBS

Isilah kolom dengan Cek Lis ( V) yang paling sesuai dengan yang ibu / bapak
lakukan sehari – hari.Ket : Ya= Jika selalu melakukannya, Kadang : Jika
tidak melakukann. Tdk = Jika tidak melakukan sama sekali

No Pertanyaan Ya Kadan Tdk


g
Indikator Mencuci Tangan dan Memakai sabun
1. Apakah cuci tangan memakai sabun sebelum makan?
2. Apakah setelah buang air besar selalu mencuci tangan memakai sabun?
Indikator Aktifitas fisik
3. Apakah anda berolahraga/aktifitas fisik setiap hari?

70
4. Apakah anda melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit dalam sehari?
Indikator Rokok
5. Apakah ada yang merokok dalam rumah?
Indikator ASI Eksklusif
6. Apakah anda memberikan tambahan makanan atau susu kaleng pada
adank terakhir ketika berusia 0 – 6 bulan?
7. Apakah ibu memberikan ASI pada anak terakhir hingga usia 2 tahun?
Indikator Air Bersih
8. Apakah anda mencuci peralatan makan / bahan makanan dengan air kali
/ sungai?
9. Apakah anda menggunakan PAM, sumur/air galon untuk masak dan
minum?
Indikator Jamban Sehat
10. Apakah anda buang air besar/ kecil di jamban keluarga yang
menggunakan septic tank dan leher angsa?
11. Apakah anda membersihkan jamban keluarga secara rutin?
Indikator Jentik Nyamuk
12. Apakah anda menguras dan menyikat tempatpenampungan air secara
rutin?
13. Apakah anda membakar sampah / barang - barang bekas?
IndikatorKonsumsi Buah dan Sayur
14. Apakah anda mengkonsumsi buah setiap hari?
15. Apakah anda mengkonsumsi sayur seriap hari?
IndikatorMenimbang Bayi dan Balita
16. Apakah anda menimbang berat badan bayi dan balita anda setiap bulan
di Posyandu?
IndikatorPersalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan
17. Apakah dalam persalinan terakhir ibu dibantu oleh tenaga kesehatan?

Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan

71
DOKUMENTASI PENELITIAN DESA UNGKAL
INTERVENSI PENYULUHAN KESEHATAN
REPRODUKSI SMPN 1 KECAMATAN
CONGGEANG

72

INTERVENSI
INTERVENSI PENYULUHAN
PENYULUHAN 1000
PHBS
HPKDI
DI SDN
UNGKAL POSYANDU TANJUNG INDAH
INTERVENSI PENYULUHAN 1000
HPK DI POSYANDU TANJUNG
INDAH

73
74
Lampiran 4 Hasil SPSS

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha N of Items


Based on
Standardized
Items

.617 .474 62

pendidikan ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 18 16.7 16.7 16.7

SMP 39 36.1 36.1 52.8

SMA 47 43.5 43.5 96.3

PT 4 3.7 3.7 100.0

Total 108 100.0 100.0

jumlah anggota keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 orang 4 3.7 3.7 3.7

3-5 orang 98 90.7 90.7 94.4

> 5 orang 6 5.6 5.6 100.0


Total 108 100.0 100.0

pendapatan keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rp.< 500.000 9 8.3 8.3 8.3

Rp. 500.000-1.000.000 25 23.1 23.1 31.5

Rp.1.000.000-2.000.000 40 37.0 37.0 68.5

Rp. > 2.000.000 34 31.5 31.5 100.0

Total 108 100.0 100.0

75
jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 50 46.3 46.3 46.3

PEREMPUAN 58 53.7 53.7 100.0

Total 108 100.0 100.0

kelompok umur perkawinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=21 75 69.4 69.4 69.4

22-35 31 28.7 28.7 98.1

>=36 2 1.9 1.9 100.0

Total 108 100.0 100.0

KELOMPOK UMUR ANAK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0-2 BULAN 2 1.9 1.9 1.9

3-5BULAN 4 3.7 3.7 5.6

6-8BULAN 3 2.8 2.8 8.3

9-11 BULAN 7 6.5 6.5 14.8

12-17 BULAN 19 17.6 17.6 32.4

18-23 BULAN 10 9.3 9.3 41.7

24-35 BULAN 20 18.5 18.5 60.2

36-47 BULAN 22 20.4 20.4 80.6

48-60 21 19.4 19.4 100.0

Total 108 100.0 100.0

76
kategori gizi TB/U

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SANGAT PENDEK (<-3SD) 13 12.0 12.0 12.0

PENDEK ((-3) - (-2) SD) 29 26.9 26.9 38.9

NORMAL ((-2) - (2) SD) 63 58.3 58.3 97.2

TINGGI (>2SD) 3 2.8 2.8 100.0

Total 108 100.0 100.0

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Stunting .398 108 .000 .618 108 .000
interprestasi praktik PHBS .497 108 .000 .473 108 .000
interprestasi sikap PHBS .408 108 .000 .670 108 .000
interprestasi pengetahuan .535 108 .000 .308 108 .000
PHBS
a. Lilliefors Significance Correction

77
nama desa * kategori gizi TB/U Crosstabulation

kategori gizi TB/U

SANGAT
PENDEK (<- PENDEK ((-3) - NORMAL ((-2) -
3SD) (-2) SD) (2) SD) TINGGI (>2SD) Total

nama desa Ungkal Count 0 3 6 0 9

% within nama desa .0% 33.3% 66.7% .0% 100.0%

babakan asem Count 1 4 4 0 9

% within nama desa 11.1% 44.4% 44.4% .0% 100.0%

Cacaban Count 0 6 3 0 9

% within nama desa .0% 66.7% 33.3% .0% 100.0%

cibeureuyeuh Count 0 2 7 0 9

% within nama desa .0% 22.2% 77.8% .0% 100.0%

Cibubuan Count 1 2 6 0 9

% within nama desa 11.1% 22.2% 66.7% .0% 100.0%

Cipamekar Count 3 1 4 1 9

% within nama desa 33.3% 11.1% 44.4% 11.1% 100.0%

conggeang kulon Count 1 1 6 1 9

% within nama desa 11.1% 11.1% 66.7% 11.1% 100.0%

conggean wetan Count 1 3 4 1 9

% within nama desa 11.1% 33.3% 44.4% 11.1% 100.0%

Jambu Count 2 1 6 0 9

% within nama desa 22.2% 11.1% 66.7% .0% 100.0%

karanglayung Count 1 3 5 0 9

% within nama desa 11.1% 33.3% 55.6% .0% 100.0%

Narimbang Count 3 1 5 0 9

% within nama desa 33.3% 11.1% 55.6% .0% 100.0%

Padaasih Count 0 2 7 0 9

% within nama desa .0% 22.2% 77.8% .0% 100.0%


Total Count 13 29 63 3 108

% within nama desa 12.0% 26.9% 58.3% 2.8% 100.0%

78
Correlations

stunting interprestasi interprestasi interprestasi sikap


praktik PHBS pengetahuan PHBS PHBS

Correlation Coefficient 1.000 .038 .034 .045

Stunting Sig. (2-tailed) . .696 .724 .643

N 108 108 108 108

Correlation Coefficient .038 1.000 .115 .103

interprestasi praktik PHBS Sig. (2-tailed) .696 . .236 .288

Spearm N 108 108 108 108


an's rho Correlation Coefficient .034 .115 1.000 .011

interprestasi pengetahuan PHBS Sig. (2-tailed) .724 .236 . .907

N 108 108 108 108

Correlation Coefficient .045 .103 .011 1.000

interprestasi sikap PHBS Sig. (2-tailed) .643 .288 .907 .

N 108 108 108 108

79

Anda mungkin juga menyukai