Anda di halaman 1dari 5

Etiologi Down Syndrome

Berdasarkan hasil penemuan Leujene dkk pada tahun 1959 disimpulkan bahwa
semua penyandang Down Syndrome memiliki 1 kromosom ekstra pada kromosom
nomor 21 di dalam sel tubuhnya. Kelebihan ini membuat Down Syndrome disebut
juga dengan kejadian Trisomi-21. Adapun kejadian kromosom ekstra ini biasanya
dikaitkan dengan kejadian non-disjunction atau kelainan pada saat pembelahan sel
kromosom. Penemuan berikutnya menyatakan bahwa kejadian translocation dan
mosaicism juga bisa menyebabkan Down Syndrome (Soetjiningsih, 1995).
Ada 3 tipe Down Syndrome yang diketahui, antara lain :
1. Trisomi-21.
Down Syndrome biasanya disebabkan oleh kelainan pembelahan sel yang
disebut non-disjunction. Non-disjunction atau kegagalan berpisahnya kromosom
ini menyebabkan embrio memiliki 3 unit koromosom nomor 21 yang pada orang
normal hanya 2 unit. Saat embrio berkembang, kromosom ekstra tersebut
berimplikasi hampir di seluruh sel tubuh individu. Down Syndrome jenis ini
merupakan 95% dari seluruh kasus Down Syndrome di dunia (NDSS, 2011).

Gambar 1. Kromosom pada individu Down Syndrome dengan tipe Trisomi-21

2. Translokasi.
Down Syndrome tipe ini ditandai dengan menempelnya kromosom
lain pada kromosom 21, biasanya adalah kromosom 14. Tipe ini merupakan 4%
dari seluruh kasus Down Syndrome di seluruh dunia (NDSS, 2011). Salah satu
penyebab terjadinya translokasi kromosom adalah adanya kromosom berlebih
yang dibawa dari sel sperma ayah atau sel telur ibu. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa Down Syndrome tipe ini diturunkan secara genetik oleh orang tua yang
bersifat karier (Massachusetts General Hospital, 2019).
Gambar 2. Kromosom pada individu Down Syndrome dengan tipe Translokasi

3. Mosaik.
Pada tipe ini ada dua jenis sel yang bergabung. Beberapa sel mengandung 46
kromosom biasa dan beberapa sel lain mengandung kromosom 47. Sel-sel dengan
47 kromosom memiliki kromosom 21 yang berlebih. Tipe ini merupakan 1% dari
seluruh kasus Down Syndrome di dunia. Penelitian menunjukkan bahwa orang
yang terkena tipe ini kondisinya lebih ringan dibandingkan dengan tipe yang
lainnya (NDSS, 2011). Tipe ini bisa terjadi karena penyebab acak. Ketika sel
membelah, beberapa sel menerima kelebihan kromosom 21 namun yang lain
tidak. Dan tidak diketahui yang mana atau berapa banyak sel yang memiliki 47
kromosom (trisomi-21) dan sel yang memiliki 46 kromosom (normal). Tipe ini
tidak bersifat herediter atau tidak diturunkan dari orang tua (Massachusetts
General Hospital, 2019).

Gambar 3. Kromosom pada individu Down Syndrome dengan tipe Mosaik

DAPUS :
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC
National Down Syndrome Society. 2011. About Down Syndrome. (Online).
Tersedia : [3 Maret 2021]
Massachusetts General Hospital. 2019. Mosaic Down Syndrome. (Online).Tersedia :
https://www.ndss.org/about-down-syndrome/down-syndrome/ [3 Maret 2021]
https://www.massgeneral.org/children/down-syndrome/mosaic-down-syndrome
[3 Maret 2021]
Massachusetts General Hospital. (2019). Translocation Down Syndrome. (Online).
Tersedia:https://www.massgeneral.org/children/news/mass-general-study-finds-
that-adults-with-down-syndrome-achieve-minimal-health-enhancing-physical-
activity [3 Maret 2021]
Impi, Berlinda. (2015). Laporan KTI Bab 2. (Online). Tersedia :
http://eprints.undip.ac.id/46303/3/Impi_Belinda_22010111140175_Lap.KTI_B
ab2.pdf [3 Maret 2021]

Patofisologi
Tubuh manusia memiliki sel di dalamnya terdapat nucleus, dimana materi genetik
disimpan dalam gen. Gen membawa kode yang bertanggung jawab atas semua sifat
yang diwarisi oleh orang tua kemudian dikelompokkan bersama batang seperti
struktur yang disebut kromosom. Biasanya, inti dri setiap sel mengandung 23 pasang
kromosom. Down syndrome terjadi ketika seorang individu memiliki salinan ekstra
yang terjadi pada kromosom 21 (Hazmi, 2014).
Selama masa pembuahan, cedera otak biasa terjadi bila ada faktor genetik yang
mempengaruhi, seperti kelainan kromosom yang menyebabkan kelainan otak pada
anak down syndrome. Anak yang 16 mengalami cedera otak kehilangan kemampuan
untuk menyerap informasi (sensorik) dan merespon informasi (motorik) (Indriasari,
2011).
Kromosom dapat dianggap sebagai pengaruh penting untuk perkembangan otak
dank arena kelainan kromosom dapat menganggu perkembangan otak pada semua
tahap. Seperti perkembangan otak di ganglia basal, hipotalamus mengalami gangguan
neurologis (Bremner and Wachs, 2010). Ganglia basal memiliki peran kompleks
dalam mengontrol gerakan selain memiliki fungsi-fungsi non-motorik yang masih
belum diketahui. Secara khusus, ganglia basal penting dalam perkembangan tonus
otot di seluruh tubuh. Pada down syndrome ganglia basal tidak berkembang dengan
baik untuk melaksanakan peran-peran integratif yang kompleks (Irfan, 2010).
Kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal yang
mengatur embryogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian
lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya
menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya
penyimpangan perkembangan fisik (kelainan otot), sistem saraf pusat (penglihatan,
pendengaran, keseimbangan) dan kecerdasan yang terbatas (Ratna, 2013).
Otak anak-anak down syndrome menunjukkan karakteristik dari ketidakdewasaan
neurologis dalam hal convolutions (penggabungan) yang lebih kecil dari korteks
serebral dan mengurangi mielinasi misalnya, 17 lobus frontal dan cerebellum
(Lauteslager, 2004). Neuron di korteks terlalu sedikit, terutama dari lobus temporal,
tetapi juga di lobus frontal, parietal dan oksipital. Pada anak down syndrome
menunjukkan penurunan di korteks oksipital sekitar 50% dan peningkatan dari satu
setengah kali dalam ukuran inti sel dalam neuron yang tersisa, dalam hal ini gangguan
koneksi dalam proses diferensiasi sel. Hal lain menggambarkan ada gangguan dalam
struktur dendrite neuron piramidal di korteks motorik.
Area korteks motorik merupakan tempat asal kortikospinalis dan kortikobulbaris,
umumnya dianggap daerah yang perangsangannya cepat menghasilkan gerakan
tersendiri. Kortek yang paling dikenal adalah korteks motorik di girus prasentalis.
Namun terdapat daerah motorik suplementer diatas tepi superior sulkus singulatum di
sisi medial hemisfer yang mencapai korteks pramotorik di permukaan lateral otak.
Selain gangguan struktural, pengembangan neuron tampak normal selama kehamilan,
namun setelah kehamilan jumlah dendrit berkurang dibandingkan dengan anak
normal pada umumnya (Irfan, 2010).
Keterlambatan mengidentifikasi atlantoaxial dan atlanto-occipital yang tidak
stabil dapat mengakitabkan kerusakan pada saraf spinal yang irreversible. Gangguan
pendengaran, visus, retardasi mental dan defek yang lain akan menyebabkan
keterbatasan kepada anak-anak dengan down syndrome dalam meneruskan
kelangsungan hidup. Mereka juga akan menghadapi masalah dalam pembelajaran,
proses membangunkan 18 upaya berbahasa, kemampuan interpersonal dan
kemampuan motorik (Villarroya et al, 2012).

Manifestasi Klinis
Berat pada bayi baru lahir dengan penyakit down syndrome pada umumnya
kurang dari normal, perkiraan 20% kasus down syndrome ini lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita down sydrome memiliki
penampilan yang khas :
1. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang
kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).
2. Lesi pada iris mata (Bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak matanya
ke atas dan kelopak mata berlipat-lipat (lipatan epikantus) serta jarak pupil yang
lebar.
3. Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal
serta leher pendek
4. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease (kelainan
jantung bawaan). Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal dimana bayi dapat
meninggal dengan cepat
5. Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal dan kerap
terlanjur serta mulut yang selalu terbuka
6. Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali
hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Telapak tangan ada
hanya satu lipatan
7. Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
8. Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung kedalam (Plantar
Crease)
9. Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
10. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita Down
Sydrome tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa)
11. Keterbelakangan mental
12. Hiper fleksibilitas
13. Bentuk palatum yang tidak normal
14. Kelemahan otot namun tidak semua ciri-ciri diatas akan terpenuhi pada penderita
penyakit down syndrome, berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit
down syndrome juga dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang
normal.

Anda mungkin juga menyukai