Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO C

KELOMPOK 1
Tutor : dr. Thia Prameswarie, M.Biomed

Nama Anggota :
Vira Mega Sari 702017009
Handani Gusli 702018093

Mira Miranda 702019018


Mey Azizah Dhea Rianti 702019026

Nanda Kristania Abelfa 702019031


M. Robby Meliansyah 702019044

Ikke Permata Sari 702019057


Alda Ridho Amurothalliba 702019073

Agnes Melianti 702019076


Tri Kurnia 702019083
Muhammad Ryan Fadila 702019100

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario C Blok XV
Semester 5. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan
tugas- tugas selanjutnya. Dalam penyelesaian tugas tutorial ini, kami banyak
mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. dr. Thia Prameswarie, M.Biomed, selaku pembimbing tutorial kami
2. Semua anggota dan pihak yang terkait dalam pembuatan laporan ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu
dalam lindungan Allah SWT Amin.

Palembang, November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial...............................................................................................5
2.2 Skenario Kasus...........................................................................................5
2.3 Klarifikasi Istilah........................................................................................6
2.4 Identifikasi Masalah....................................................................................8
2.5 Prioritas Masalah........................................................................................9
2.6 Analisis Masalah.......................................................................................10
2.7 kesimpulan................................................................................................43
2.8 Kerangka Konsep......................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Urinaria dan Genitalia Maskulina adalah blok XV pada
tengah semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Selain itu juga
sebagaimana kita ketahui bahwa program pembelajaran di FK UMP ini
menggunakan sistem pembelajaran KBK. Sehingga diharapkan lulusan
dokter dari FK UMP menjadi dokter yang mampu berkomunikasi efektif
sebagai pemenuhan standar kompetensi dokter yang Unggul dan Islami,
tidak hanya kepada pasiennya tetapi juga kepada lingkungan kerjanya sebagai
dokter yang unggul, dan hubungan kepada Sang Pencipta sebagaimana
diajarkan dalam Fakultas Kedokteran Muhamadiyah Palembang. Pada
kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang berjudul
“Pinggangku Ditusuk-Tusuk” guna melatih kemampuan mahasiswa.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan kepada tutor yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang dipaparkan dalam skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Thia Prameswarie,
M.Biomed Moderator : Muhammad Ryan Fadila
Sekretaris Papan : Nanda Kristania Abelfa
Sekretaris Meja : Mira Miranda
Anggota : Vira Mega Sari
Handani Gusli
Mey Azizah Dhea Rianti
M. Robby Meliansyah
Ikke Permata Sari
Alda Ridho Amurothalliba
Agnes Melianti
Tri Kurnia
Waktu Tutorial : Senin, 15 November 2021
Pukul 13.00 WIB - Selesai
Peraturan :
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial
2.Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat
3.Tepat waktu

2.2 Skenario Kasus


Skenario C Blok 15 Angkatan 2019
“Pinggangku Ditusuk-tusuk“

Ny. S, perempuan usia 40 tahun, bekerja sebagai teller di sebuah bank,


datang ke UGD RSMP karena merasa nyeri yang semakin hebat di pinggang
kanan sejak 8 jam yang lalu sehingga hampir pingsan. Keluhan nyeri
pinggang kanan mulai dialami sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan hilang timbul. BAKnya keruh, frekuensi sering, namun

5
jumlahnya masih normal. Ada demam dan mual, nyeri selama BAK tidak
ada. Ny. S pernah merasakan BAK keluar pasir. Ny. S sering menahan BAK
dan kurang minum air. BAB biasa. Riwayat kencing manis tidak ada, riwayat
hipertensi ada sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, tampak sakit berat
Tanda vital : TD 160/90 mmHg, Nadi 100x/menit, reguler, isi dan
tegangan cukup, RR 24x/menit, torakoabdominal, reguler,
suhu 38oC, VAS 9
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra tidak pucat, sklera tidak
kuning. Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung : Simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas jantung dalam
batas normal.
HR : 100 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Simetris, pergerakan hemitoraks kanan = kiri, Stem
fremitus kanan = kiri, Sonor pada kedua paru, Vesiculer
(+) normal, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, Hepar & lien tak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka dekstra,
ballotement (-)
Nyeri ketok CVA dekstra (+), Bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (+)
Ekstremitas : Edema pretibia (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap dan Kimia Darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm³
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000/mm³
Leukosit : 16.000/mm³ HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 15 mm/jam BSS : 105 mg/dl

6
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dL Creatinin : 2,5 mg/dl
SGOT : 23 U/l SGPT : 36 U/l

Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 11-12/LPB Leukosit : 15-18
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)

2.3 Klarifikasi Istilah


No Istilah Makna
1 Nyeri Perasaan tidak nyaman atau menderita yang disebabkan
oleh rangsangan pada ujung-ujung saraf tertentu
(Dorland, 2015)
2 Iktus Kordis Denyutan jantung pada apeks jantung.
3 BAK berpasir Sedimen atau kerikil dalam urin (Dorland, 2015).
(Uropsammus)
4 Ballotement Suatu Teknik pemeriksaan secara bimanual untuk
menilai kecurigaan terhadap pembesaran ginjal.

5 Edema pretibial Pengumpulan cairan secara abnormal dalam ruang


jaringan di daerha tungkai (Dorland, 2015).
6 CVA Tempat pemeriksaan nyeri ketuk untuk mengetahui
(costovertebral kelainan pada ginjal (Dorland. 2015)
angle)
7 Nitrit Tiap garam atau ester asam nitrat (Dorland, 2015).
8 Vesikuler Memiliki frekuensi bunyi yang rendah, seperti bunyi
napas pada paru selama ventilasi (Dorland, 2015).
9 Torakoabdominal Merupakan gabungan dari pernapasan dada dan perut

7
(Dorland, 2015)
10 Silinder Cetakan yang dibentuk dari protein yang mengandung
gel di tubulus renalis, tercetak sesuai dengan bentuk
lumen tubulusnya (Dorland, 2015).
11 Sedimen Endapan yang terbentuk secara spontan

12 VAS (visual Skala yang sering digunakan untuk menilai intensitas


analog scale) nyeri

2.4 Identifikasi Masalah


1. Ny. S, perempuan usia 40 tahun, bekerja sebagai teller di sebuah bank,
datang ke UGD RSMP karena merasa nyeri yang semakin hebat di
pinggang kanan sejak 8 jam yang lalu sehingga hampir pingsan. Keluhan
nyeri pinggang kanan mulai dialami sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul.
2. BAKnya keruh, frekuensi sering, namun jumlahnya masih normal. Ada
demam dan mual, nyeri selama BAK tidak ada. Ny. S pernah merasakan
BAK keluar pasir. Ny. S sering menahan BAK dan kurang minum air.
BAB biasa. Riwayat kencing manis tidak ada, riwayat hipertensi ada sejak
5 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, tampak sakit berat
Tanda vital : TD 160/90 mmHg, Nadi 100x/menit, reguler,
isi
dan tegangan cukup, RR 24x/menit,
torakoabdominal, reguler, suhu 38oC, VAS 9
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra tidak pucat, sklera tidak kuning.
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung : Simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas
jantung dalam batas normal.
HR : 100 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Simetris, pergerakan hemitoraks kanan = kiri,

8
Stem fremitus kanan = kiri, Sonor pada kedua paru,
Vesiculer (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, Hepar & lien tak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka dekstra,
ballotement (-)
Nyeri ketok CVA dekstra (+), Bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (+)
Ekstremitas : Edema pretibia (-/-)

4. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap dan Kimia Darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm³
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000/mm³
Leukosit : 16.000/mm³ HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 15 mm/jam BSS : 105 mg/dl
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dL Creatinin : 2,5 mg/dl
SGOT : 23 U/l SGPT : 36 U/l

Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 11-12/LPB Leukosit : 15-18
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)

2.5 Prioritas Masalah


No 1, karena keluhan utama berupa nyeri pinggang yang apabila tidak
ditatalaksana dengan cepat akan menimbulkan komplikasi dan juga
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien.

9
2.6 Analisis Masalah
1. Ny. S, perempuan usia 40 tahun, bekerja sebagai teller di sebuah bank,
datang ke UGD RSMP karena merasa nyeri yang semakin hebat di
pinggang kanan sejak 8 jam yang lalu sehingga hampir pingsan. Keluhan
nyeri pinggang kanan mulai dialami sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul.
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang terlibat pada kasus?
Jawab:
Anatomi Ginjal:
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm
dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada
orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang
tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar
disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya
yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan
keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh
getah bening, saraf, dan ureter. (Snell, 2012)

Gambar 1. Ren
Anatomi internal ginjal dari dalam keluar, renal pelvis, medulla dan
korteks :
1) Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang
menghubungkan medula dengan ureter.

10
2) Medulla renalis merupakan bagian tengah ginjal, terdiri dari 8-
18 piramida. Bagian apeks dari piramida adalah papilla .
3) Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal
dan area juxtamedullari. (Snell, 2012)
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan
nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron
yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta
nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus,
tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
(Snell, 2012).

Gambar 2. Glomerulus
(Snell, R. S. 2012).

Fisiologi ginjal

Ginjal merupakan organ pembentuk urine. Ginjal berjumlah 2


buah terletak di kiri dan kanan. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang dan terletak retroperitoneal. Ginjal akan mengolah plasma
yang mengalair masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin,
menahan bahan-bahan tertentu, mengeliminasi bahan-bahan yang
tidak diperlukan ke dalam urine.
Fungsi ginjal :

11
- Fungsi regulasi : mengatur keseimbangan cairan, elektrolit,
dan asam basa dalam tubuh
- Fungsi eksresi : eksresi produk sisa metabolisme dan
senyawa asing
- Fungsi hormonal : mensekresikan hormone renin dan
eritropoeitin
- Fungsi metabolic : mengubah vitamin D
menjadi bentuk aktif (Sherwood, 2014).

b. Bagaimana histologi yang terlibat pada kasus?


Jawab:
1. Histologi ginjal
Pada potongan sagital ini, ginjal dibagi menjadi korteks (berwarna
gelap) dan medulla (berwarna terang). Disebelah luar, korteks
dilapisi oleh jaringan ikat ireguler padat, kapsul ginjal.
1. Korteks mengandung tubulis kontortus proksimal dan distal,
glomerulus, dan medullary rays. Dikorteks juga terdapat arteri
interlobularis dan vena interlobularis.
2. Medulla terdiri dari pyramid-piramid ginjal, bagian basal masing-
masing pyramid terletak dekat dengan korteks dan apeksnya
membentuk papilla ginjal yang menonjol ke dalam struktur
berbentuk corong, calyx minor yang merupakan bagian ureter
yang melebar.

Gambar 1. Histologi Ginjal

12
(Eroschenko, 2016)

2. Histologi Ureter

a. Tunika mukosa (lapisan dalam)


Di lapisi epitel transisional dengan jaringan ikat longgar yang
membentuk lamina propria di bawahnya.
b. Tunika muskularis
Terdiri dari 3 lapisan otot polos yaitu:
1. Lapisan otot longitudinal (dalam)
2. Lapisan otot sirkular (tengah)
3. Lapisan otot longitudinal (luar)
c. Tunika adventitia
Terdiri dari jaringan ikat longgar.
(Eroschenko, 2016)

c. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan pada


kasus? Jawab:
Secara keseluruhan, kejadian batu saluran kemih meningkat
seiring bertambahnya usia, yang memuncak pada kelompok usia 30-
60 tahun dan menurun setelahnya. Alasan mengapa populasi usia
paruh baya rentan terhadap urolitiasis adalah karena mereka
melakukan pekerjaan yang lebih melelahkan daripada yang lain, dan
selanjutnya mengakibatkan asupan cairan yang lebih sedikit dan
tingkat dehidrasi yang lebih tinggi (Liu et al, 2018).
Pasien dengan urolithiasis umumnya terjadi pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan dengan ratio sekitar 1,3 sampai 5,
salah satu penyebabnya adalah adanya peningkatan kadar hormon
testosteron dan penurunan kadar hormon estrogen pada laki-laki
dalam pembentukan batu. Namun pada wanita muda belakangan ini
angka kejadian nya meningkat (Liu et al, 2018).
Peran pekerjaan atau tingkat pendidikan pada urolitiasis masih
kontroversial. Beberapa peneliti menemukan orang dengan pekerjaan
menetap (biasanya dengan tingkat pendidikan tinggi) lebih rentan
terhadap urolitiasis. Kemungkinan penyebabnya adalah orang dengan

13
sedentary lifestyle menjalani gaya hidup yang tidak sehat, termasuk
kurangnya aktivitas luar ruangan yang memadai dan asupan cairan.
Namun, penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antara
batu saluran kemih dan orang dengan pekerjaan fisik lebih. Risiko
urolitiasis pada orang yang bekerja di luar ruangan atau terpapar suhu
tinggi, seperti pekerja di industri baja, pramugari, petani, penambang,
pekerja tambang atau pengemudi, dua kali lebih mungkin menderita
urolitiasis daripada orang yang bekerja di suhu kamar (Liu et al,
2018).

d. Apa makna Ny. S, perempuan usia 40 tahun, datang ke UGD RSMP


karena merasa nyeri yang semakin hebat di pinggang kanan sejak
8 jam yang lalu sehingga hampir pingsan?
Jawab:

Makna nyeri hebat pada bagian pinggang kanan 8 jam yang lalu
menunjukkan telah terjadi nyeri kolik akibat obstruksi ureter pada
saluran kemih oleh batu karena aktivitas peristaltik ureter untuk
mengeluarkan batu pada saluran kemih. Organ pada pinggang kanan
yang menyebabkan nyeri kemungkinan adalah ginjal kanan yang
mengalami peradangan. Inflamasi akut pada organ padat traktus
urogenitalia seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan
karena regangan kapsul yang membungkus organ tersebut (Purnomo,
2012).

e. Bagaimana etiologi dari keluhan utama?


Jawab:
Secara umum etiologi dari nyeri pinggang adalah sebagai berikut:
1. Kelainan kongenital (kifosis berat, skoliosis berat dan transisional
vertebra).
2. Kelainan mechanical (lumbar sprain atau strain, degenerasi diskus
atau faset sendi, Hernisasi diskus, Spinal stenosis, fraktur kompresif
karena osteoporosis, fraktur traumatik).

14
3. Keganasan (multipel mieloma, kanker metastase, limfoma atau
leukemia, tumor spinal, tumor retropritonel atau tumor primer
vertebra).
4. Penyakit ginjal (nefrolitiasis, pielonefritis, abses perinefrik).
5. Kelainan gastrointestinal (pancreatitis, kholesistitis, ulkus
peptikum).
6. Penyakit organ pelvis (prostatitis, endometriosis, pelvic
inflammatory diseases). (Putra, 2017).

f. Bagaimana patofisiologi dari nyeri pinggang pada kasus?


Jawab:
Faktor predisposisi (Pekerjaan imobilitas (terlalu sering duduk
→kalsium tulang banyak dilepaskan ke darah), Usia, Jenis
kelamin(kadar kalsium urin ↑), Hereditier dan Lingkungan →
Peningkatan ekstresi bahan pembuatan batu →Ketidakseimbangan
kelarutan dengan pengendapan garam →Supersaturasi urin
meningkat→Terbentuknya inti batu (presipitasi kristal)
→Agregrasi bahan pembentuk batu + bahan lain → Agregrasi
berlanjut dan terbentuklah batu → Menuju kaliks minor mengikuti
aliran urin →Batu tersebut akan didorong oleh gerakan peristaltik
otot pelvi kaliks (sistem kalises)→ Terjadi oklusi ureter → ↑
Aktivasi peristatik ureter sebagai usaha untuk mengeluarkan batu
→ ↑ Tekanan Intraluminal → Peregangan dari terminal saraf →
Nyeri → Hilang timbul (karena gerakan peristatik) (Agency.
2018).

g. Apa makna keluhan nyeri pinggang sebelah kanan mulai dialami sejak
2 hari yang lalu dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang
timbul?
Jawab :
Nyeri yang semakin hebat dan terlokalisasi yang meningkat,
memuncak dapat dan hilang timbul merupakan nyeri kolik
(Cartwright dan Knudson, 2018). Kolik terjadi ketika ada
penyumbatan di bagian dalam tubuh yang memiliki lumen, seperti

15
usus, kantong empedu, rektum, ginjal, atau ureter. Untuk mencoba
menghilangkan obstruksi pada tubuh, otot-otot berkontraksi dengan
kuat di sekitarnya, dan kejang ini menyebabkan rasa sakit. Beberapa
penghalang paling umum yang menyebabkan kolik adalah batu
empedu dan batu ginjal (Cartwright,2018).

h. Bagaimana hubungan nyeri pinggang yang semakin hebat sejak 8 jam


yang lalu dengan keluhan nyeri pinggang kanan yang mulai dialami
sejak 2 hari yang lalu?
Jawab:
Maknanya terjadi progresivitas dari penyakit dan keluhan yang
dialami pasien. Nyeri kolik renal atau nyeri pinggang yang sangat
hebat umumnya semakin memburuk seiring denagn waktu, terus
menerus dan dapat disertai nyeri yang sangat hebat Oleh karena itu
nyeri yang awalnya tidak terlalu berta bertambah buruk menjadi rasa
nyeri yang sangat berat hingga terasa sampai ingin pingsan (Agency.
2018).

i. Apa saja kemungkinan penyakit dengan keluhan nyeri pinggang pada


kasus?
jawab:
a. Pielonefritis akut
b. Pielonefritis kronik
c. Tumor ginjal
d. Nephrolithiasis
e. Kolik saluran cerna
f. Apendisitis akut
(Sjamsuhidajat & de Jong, 2010)

2. BAKnya keruh, frekuensi sering, namun jumlahnya masih normal. Ada


demam dan mual, nyeri selama BAK tidak ada. Ny. S pernah merasakan
BAK keluar pasir. Ny. S sering menahan BAK dan kurang minum air.

16
BAB biasa. Riwayat kencing manis tidak ada, riwayat hipertensi ada sejak
5 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat.
a. Apa makna dari BAKnya keruh, frekuensi sering, namun jumlahnya
masih normal?
Jawab:
- BAK keruh yaitu mengindikasikan piuria (terdapat leukosit dalam
jumlah tertentu di dalam urine). Pada kasus termasuk piuria
makroskopis karena terlihat secara kasat mata urine berwarna keruh
akibat leukosit yang terdapat di dalam urine.

- Frekuensinya sering : sebagai akibat dari infeksi ascendens yang


mengenai vesika urinaria sehingga menyebabkan vesika urinaria
sensitive terhadap urin dan kompensasi tubuh untuk mengeluarkan
batu pada ureter (uretrolithiasis).

- Jumlah urin masih normal yaitu Tubuh masih dapat


mengkompensasi batu dan infeksi yang terjadi, sehingga output urin
masih dalam batas normal (Purnomo, 2019).

b. Apa makna dari ada demam dan mual, nyeri selama BAK tidak ada.
Ny. S pernah merasakan BAK keluar pasir?
Jawab:
Ny. S mengalami demam kemungkinan mengalami infeksi pada
saluran kemih nya (ureter) akibat adanya batu saluran kemih yang
mengiritasi lapisan epitel ureter sehingga terjadi proses peradangan
dengan pelepasan mediator inflamasi, menstimulasi prostaglandin
dan meningkatkan termostat di hipotalamus sehingga terjadi
demam. Sedangkan mual disebabkan nyeri kolik.

Nyeri selama BAK tidak ada menunjukkan bila tidak ada obstruksi
terutama di vesika urinaria (vesikolitiasis). Vesikolitiasis ditandai
dengan gejala klinis berupa disuria atau nyeri saat BAK.

Maknanya Ny. S mengalami urolithiasis. Urolithiasis adalah proses


terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Kalkuli dapat

17
terbentuk pada ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis),
vesica urinaria (vesicolithiasis), dan uretra (urethrolithiasis). Jika
kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian besar
berasal dari ginjal. Urolitiasis adalah penyebab umum adanya
keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis,
atau inguinal dan dapat disertai dengan kristaluria (urin yang keluar
disertai pasir atau batu). BAK pasir ini dapat disebabkan oleh
adanya kontraksi pada ureter yang terdapat batu sehingga
menyebabkan batu yang ada pada ureter ini terkikis dan ikut keluar
bersama urin (Nahdi,2016).

c. Bagaimana karakteristik dari urine yang


normal? Jawab:
Jumlah urin normal rata-rata 1 sampai 2 liter sehari, tetapi berbeda-
beda sesuai jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah
pula bila terlampau banyak protein yang dimakan, sehingga tersedia
cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan urea. Urin normal
berwarna bening orange pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya
berkisar dari 1.010 sampai 1.025. (Pearce. E.C, 2009)

d. Apa saja etiologi dari BAK yang keruh dan frekuensinya


sering? Jawab:
Kekeruhan pada urin umumnya dapat disebabkan oleh bakteri,
eritrositleukosit, cairan getah bening, lipid, lendir, ragi, kristal atau
endapangaram amorf. Karbonat atau fosfat amorf ada dalam urine
dengan jumlah besar dan menyebabkan urine menjadi keruh, mungkin
terjadi sesudah seseorang makan banyak. Namun, kekeruhan akan
hilang jika urine diberikan asam asetat encer (pengasaman). Leukosit
tetap dapat membentuk kekeruhan walaupun setelah dilakukan
pengasaman. Adanya eritrosit yang menimbulkan kekeruhan akan
terlihat dengan pemeriksaan mikroskopis (Riswanto & Rizki, 2015).

18
e. Bagaimana patofisiologi dari BAK nya yang keruh dan frekuensi nya
sering?
Jawab:
Faktor resiko (pekerjaan, umur, jenis kelamin, dan kebiasaan
menahan kencing serta jarang minum)  meningkat supersaturasi /
kristalisasi zat tidak terlarut dalam urin  Membentuk endapan
membentuk inti batu (di ginjal) Agregasi & menarik bahan lain
 ukuran batu membesar  Terbawa aliran urin masuk ke ureter 
Menempel di epitel mukosa ureter  Membentuk retensi kristal &
mengendapkan bahan lain pada agregat tersebut  terbentuk batu
ureter  Oklusi ureter  terjadi proses inflamasi yang
menyakibatnkan jejas atau luka di ureter  aktivasi makrofag 
Mengaktivasi sel T  Mengaktivasi sel B → produksi Ab 
Mengaktivasi C3a & C5a  degranulasi sel mast lokal  Melepas
vasoaktif amin  Vasodilatasi & ekstravasasi limfosit & neutrofil 
Melewati barrier epitel mukosa ureter  Leukosit pada urin  urin
keruh. (Agency. 2018).

Faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan) →


ekskresi bahan pembentuk batu meningkat → supersaturasi urin
meningkat → presipitasi Kristal→ pembentukan inti batu (nukleasi)
→ agregasi Kristal dan bahan lain → agregrasi kristal membesar dan
masih rapuh → agregasi kristal yang tajam turun ikut aliran urin ke
ureter → agregasi kristal berhenti di ureter → menutup parsial ureter
→ membentuk retensi urin → keinginan untuk mengeluarkan urin
meningkat → karena tertutup parsial, urin keluar tetapi tidak
keseluruhaan → frekuensi BAK meningkat (Agency. 2018).

f. Bagaimana patofisiologi dari demam, mual dan BAK berpasir pada


pasien?
Jawab:
Faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan kurang
minum air dan sering menahan BAK) → ekskresi bahan pembentuk

19
batu meningkat → supersaturasi urin meningkat → presipitasi
Kristal→ pembentukan inti batu (nukleasi) → agregasi Kristal dan
bahan lain → agregrasi kristal membesar dan masih rapuh → agregasi
kristal yang tajam turun ikut aliran urin ke ureter → agregasi kristal
berhenti di ureter tengah (di tempat ureter menyilang dengan arteri
iliaca rongga pelvis) → agregasi Kristal yang tajam menempel pada
sel epitel ureter yang terluka → retensi Kristal → batu semakin
membesar → menyebabkan obstruksi saluran kemih (>5mm) → aliran
urine terhambat untuk pengeluaran → urin terperangkap di ginjal dan
saluran kemih → urin yang terperangkap menjadi media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri → terjadi infeksi saluran kemih di ureter
→ infeksi menyebar secara ascending ke ginjal → pengeluaran
mediator inflamasi monosit & makrofag → sekresi pirogen endogen
(IL3, IL6, TNF , IFN) → pengeluaran asam arakidonat dan sekresi
PGE2 → peningkatan set point di hipotalamus→ Demam (McCance,
2017).
Pembentukan batu pada saluran kemih  obstruksi saluran kemih 
distensi dan gerakan peristaltic  nyeri kolik  menekan system
gastrointestinal  mual (Purnomo, 2012).
Faktor Resiko (sering menahan BAK, kurang minum, kurang
aktivitas) → Stasis Urine → Supersaturasi → mengendap membentuk
kristal batu → ukuran batu kecil → keluar bersama urine → BAK
berpasir (McCance, 2017).

g. Bagaimana hubungan dari keluhan BAK keruh, frekuensinya sering,


namun jumlahnya masih normal dengan keluhan nyeri pinggang yang
dialami pasien?
Jawab:

Hubungannya adalah merupakan manifestasi klinis dari


ureterolithiasis atau nefrolithiasis, keluhan yang paling sering
dirasakan oleh pasien adalah nyeri pinggang. BAK keruh didapatkan
pada pemeriksaan sedimen urine yang menunjukkan adanya;

20
leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
Frekuensi sering, sebagai akibat dari infeksi ascendens yang
mengenai vesika urinaria sehingga menyebabkan vesika urinaria
sensitive terhadap urin dan kompensasi tubuh untuk mengeluarkan
batu pada ureter (uretrolithiasis) (Purnomo, 2012).

h. Apa makna Ny. S sering menahan BAK dan kurang minum air dan
BAB biasa?
Jawab:
Sering menahan bak dan kurang minum air dapat menjadi faktor resiko
terjadinya batu saluran kemih. Penyakit batu saluran kemih adalah
penyakit yang banyak di derita oleh penduduk di dunia. Pembentukan
batu saluran kemih di pengaruhi oleh faktor intrinsik (usia, riwayat
keluarga menderita batu saluran kemih dan jenis kelamin) dan
ekstrinsik (geografi, iklim dan temperatur, intake cairan, diet,
pekerjaan, stres, kegemukan (obesitas), kebiasaan menahan buang air
kemih). masuknya cairan yang sedikit dapat emnyebabkan
pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran
air kemih serta dapat menimbulkan agregasi pembentukan batu (setiati,
2017)

i. Apa hubungan dari sering menahan BAK dan kurang minum air
dengan keluhan yang di kasus?
Jawab:
Kebiasaan menahan BAK dapat menyebabkan adanya statis air kemih
maka dapat terjadi pengendapan kristal batu saluran kemih.
Kemudian,bahan-bahan organic dan anorganik yang terlarut dalam
urine dapat mengkristal dan membentuk batu yang menyumbat
saluran kemih. Kristalisasi terjadi apabila ada penambahan yang bisa
mengkristal dalam air dan pH tertentu, 24 sehingga terjadi suatu
kejenuhan dan selanjutnya menjadi kristal. Bertambahnya bahan yang
dapat mengkristal yang disekresikan oleh ginjal maka pada suatu saat
akan terjadi kejenuhan sehingga terbentuk kristal. (Ratu, 2012)

21
Makna kurangnya minum yang dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih, spasme otot polos untuk melawan suatu hambatan.
(Nahdi TF, 2013) BAB biasa maknanya saluran cerna normal, bukan
infeksi yang berpindah. (Purnomo, 2016) jadi sering menahan bak ini
merupakan kemungkinan penyebab terbentuknya batu dan kurangnya
minum air ini merupakan factor resiko yang dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih, spasme (ketegangan ) otot polos untuk
melawan suatu hambatan. (Ratu, 2012)

j. Apa dampak dari Ny. S sering menahan BAK dan kurang minum air?
Jawab:
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air
minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor
hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang
memiliki risiko tinggi terkena BSK. Dehidrasi kronik menaikkan
gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan
pH air kemih. Air sangat penting dalam proses pembentukan BSK.
Apabila seseorang kekurangan air minum maka dapat terjadi
supersaturasi bahan pembentuk BSK. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya BSK. , dehidrasi dapat memicu infeksi saluran kemih.
Hibridasi yang tidak cukup dapat memberi tekanan pada ginjal,
jantung dan sistem kekebalan tubuh. Bila system kekebalan tubuh
melemah, bakteri bisa berkembang biak jauh lebih masuk saluran
kemih.
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air
kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK).
ISK yang disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah
menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air
kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal. Kebiasaan menahan
buang air kecil terutama pada saat aktivitas tertentu seperti perjalanan
jauh dan pekerjaan. Hal ini tentu menyebabkan seseorang rentan

22
terhadap infeksi saluran kemih. statis urin merupakan factor penyebab
terjadinya infeksi saluran kemih. Dalam keadaan normal,
pengosongan kandung kemih secara komplit dan berkalikali akan
membilas keluar setiap organism sebelum organisme tersebut sempat
memperbanyak diri dan menginvasi jaringan sekitar. Hal ini tumbuh
dan berkembang dalam saluran kemih karena urin merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Jika urin ditahan dan cenderung
tidak dikeluarkan maka mikroorganisme yang ada di kandung kemih
akan memperbanyak diri dan menginvasi jaringan sekitar sehingga
dapat menimbulkan ISK (Lina & Lestari, 2019).

k. Apa makna riwayat kencing manis tidak ada, riwayat hipertensi ada
sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat?
Jawab:
 Riwayat kencing manis tidak ada  kencing manis merupakan
faktor risiko dari nefrolitiasis, sehingga nefrolitiasis pada kasus ini
bukan disebabkan karena faktor dm.
 Riwayat hipertensi ada sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin
minum obat  hipertensi merupakan faktor risiko terbentuknya
batu saluran kemih. pada hipertensi, akan terjadi ekskresi kalsium
yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan terbentuknya batu
saluran kemih (McCance, 2017).

l. Apa saja jenis batu yang terbentuk dari traktus


urinarius? Jawab:
 Jenis Batu

1. Batu asam urat


Paling sering ditemukan, biasanya multiple, permukaan halus,
berwarna kuning sampai coklat kemerahan
2. Batu oksalat
Merupakan batu yang terbanyak didapatkan setelah batu asam urat.

23
Berwarna coklat tua sampai hitam. Keras dan biasanya mempunyai
permukaan kasar terutama batu yang besar.
3. Batu fosfat
Batu yang didapatkan pada operasi ginjal sebagian besar merupakan
batu oksalat dan batu fosfat. Berwarna putih sampai abu-abu,
biasanya ksar dan lebih mudah dihancurkan daripada batu oksalat
dan batu urat. Dapat merupakan campuran kalsium fosfat,
magnesium fosfat, aluminium magnesium fosfat (triple phosphate)
4. Batu karbonat
Jarang terdapat, bentuknya agak kecil, berwarna putih dan abu-abu
dengan permukaan licin

5. Batu sistin
Dapat terbentuk pada sistinuria. Warnanya putih, kuning atau
kehijauan dan agak lunak. Batu jenis ini jarang terdapat
6. Batu xantin
Lebih jarang terdapat daripada batu sistin. Berwarna cpklat sampai
merah dan lebih besar daripada batu sistin.
(Purnomo, 2019).

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, tampak sakit berat
Tanda vital : TD 160/90 mmHg, Nadi 100x/menit, reguler,
isi
dan tegangan cukup, RR 24x/menit,
torakoabdominal, reguler, suhu 38oC, VAS 9
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra tidak pucat, sklera tidak kuning.
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung : Simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas
jantung dalam batas normal.
HR : 100 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Simetris, pergerakan hemitoraks kanan = kiri,

24
Stem fremitus kanan = kiri, Sonor pada kedua paru,
Vesiculer (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, Hepar & lien tak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka dekstra,
ballotement (-)
Nyeri ketok CVA dekstra (+), Bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (+)
Ekstremitas : Edema pretibia (-/-)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan keadaan
spesifik?
Jawab:
Pada Kasus Nilai Normal Interpretasi

Kesadaran kompos Kompos mentis Normal


mentis

Tampak sakit berat Abnormal

TD 120/80 mmHg Sistol : 100-130 Normal

Diastol : 60-90

Nadi 100x /menit 60-100 x/menit Normal

RR 24 x/menit 20-24 x/menit Normal

Suhu 38 C 36,5-37,5 C Subfebris

VAS 9 Nyeri Hebat

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik dan


keadaan spesifik?
jawab:
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi
batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas
pada Jaringan sekitar Nyeri kolik juga karena adanya aktivitas

25
peristaltic otot polos system kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
Peningkatan peristaltic itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).

Demam

Demam terjadi karena adanya infeksi pyelonephritis yang


menyebabkan demam (Purnomo, 2012)

c. Bagaimana prosedur pemeriksaan CVA?


Jawab:
 .Melakukan perkusi abdomen

 Posisi pasien duduk membelakangi pemeriksa atau berbaring


(tengkurap)
 Tangan kiri pronasi diletakkan di CVA
 Tangan kanan dikepalkan dan dengan perlahan memukul tangan
kiri
 Dinilai: nyeri ketok CVA (+): jika timbul nyeri saat dipukul.

Sudut kostovertebra (yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir


dengan tulang vertebra). Pembesaran ginjal karena hidronefrosis
atau tumor ginjal, mungkin teraba pada palpasi dan terasa nyeri
pada perkusi (Purnomo, 2012).

d. Pada kondisi apa saja nyeri ketok CVA


ditemukan? Jawab:
Sering diindikasikan dengan patologi ginjal, contoh:
 Pyelonephritis akut

26
 Batu ginjal
 Batu pada ureter
 Obstruksi ureteropelvic junction
 Abses ginjal
 Infeksi saluran kemih
(Mody dan Juthani-Mehta, 2014) (McAninch dan Tom, 2020).
Penyakit lain:
 Reflux vesicoureteral
 Appendicitis retrocecal
 Abses retroperitoneal
 Penyakit anemia sickle cell  menghambat aliran darah ke
ginjal  nyeri ketok CVA (Agabegi et al, 2020).

e. Bagaimana cara penilaian dari VAS?


Jawab:
VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai
intensitas nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm
dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan rentangan makna:
Skala Vas Interpretasi
0 – <10 mm Tidak nyeri
10 - <30 mm Nyeri ringan
30 - <70 mm Nyeri sedang
70 - <90 mm Nyeri berat
90 - 100 mm Nyeri sangat berat
Cara penilaiannya adalah penderita menandai sendiri dengan pensil
pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang
dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna
dari setiap skala tersebut. Penentuan skor VAS dilakukan dengan
mengukur jarak antara ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri
hingga ke titik yang ditunjukkan pasien (Suwondo, Meliala, Sudadi,
2017).

27
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap dan Kimia Darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm³
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000/mm³
Leukosit : 16.000/mm³ HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 15 mm/jam BSS : 105 mg/dl
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dL Creatinin : 2,5 mg/dl
SGOT : 23 U/l SGPT : 36 U/l

Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 11-12/LPB Leukosit : 15-18
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan darah lengkap dan kimia
darah?
Jawab:
Pada Kasus Keadaan Normal Interpretasi
Hemoglobin 13,8 g/dl 12 gr/dl - 14 gr/dl (P) Normal
Hematokrit 40 vol % 40-50 vol % (P) Normal
Leukosit 16.000/mm3 5000-10.000/mm3 Leukositosis

28
Eritrosit 4.780.000/mm 4,0 – 5,0 jt/mm3 Normal
3
Trombosit 531.000/mm3 150.000- Trombositosis
400.000/mm3
HJ 0/1/1/90/6/2 % 0-1/1-3/2-6/50-70/20- Netrofil batang
40/2-8 % menurun,
Netrofil segment
meningkat
Limfositopenia
(shift to the right)
LED 15 mm/jam 0-10 mm/jam Meningkat
BSS 105 mg/dl 70-110 mg/dl Normal
Cholesterol 185 mg/dl < 200 mg/dl Normal
LDL 103 mg/dl Optimal: < 100 mg/dl Hampir optimal
Hampir optimal: 100-
129 mg/dl
HDL 29 mg/dl 45-65 mg/dl Menurun
Trigliserida 150 mg/dl 10-140 mg/dl Meningkat
Uric acid 4 mg/dl 2,4-5,7 mg/dl Normal
Na 133 mmol/l 135-145 mmol/l Berkurang sedikit
(normal)
K 3,8 mmol/l 3,5-5 mmol/l Normal
Calsium 14 mmol/l 1-1,4 mmol/l Meningkat
Ureum 31 mg/dl 20-40 mg/dl Normal
Creatinin 2,5 mg/dl 0,5-1,1 mg/dl Meningkat
SGOT 23 U/l 5-35 U/l Normal
SGPT 36 U/l 7-56 U/l Normal

29
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan
urinalisis? Jawab:
Urinalisis: Interpretasi

Epitel: (+) Sel-sel abnormal


epithel
positif
berada di
dalam
urin
Eritrosit : 5-9 11-12 Hematuria
sel/LPB /LPB
Protein : (+) Negatif Proteinuria

Sedimen: (++) ; endapan; Abnormal


adanya
unsur
organik
seperti sel
epithel,
leukosit,
eritrosit
serta
unsur
anorganik
seperti
bahan
amorf,
kristal
asam urat,
ca oxalat,
triple
fosfat, dsb
Silinder: (-) - Normal

Leukosit: 8-10 15-18 Abnormal

Glukosa: (-) - Normal

Nitrit (-) (+) Abnormal

30
c. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan darah lengkap
dan kimia darah?
Jawab:
Pem. Darah lengkap
Faktor risiko (pekerjaan & usia)  imobilisasi  statis urin &
ketidakeimbangan zat-zat organic dan anorganik yg terlarut dlm urin
pengendapan kalsium dalam pelvic renal kristalisasi&
supersaturasi urin kristal yang mengadakan presipitat membentuk
inti batu (nucleus)  akan mengadakan agregasi (mengumpul) dan
menarik bahan-bahan lain  kristal menjadi besar  agregat kristal
akan menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
(tahanan) kristal)  membentuk batu cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih  terjadi obstruksi BATU SALURAN KEMIH
(nefrolitiasis) Risiko ISK  Pyelonefritis penurunan fungsi ginjal
 Creatinin (+)

Faktor risiko (pekerjaan & usia)  imobilisasi  statis urin &


ketidakeimbangan zat-zat organic dan anorganik yg terlarut dlm urin
pengendapan kalsium dalam pelvic renal kristalisasi&
supersaturasi urin kristal yang mengadakan presipitat membentuk
inti batu (nucleus)  akan mengadakan agregasi (mengumpul) dan
menarik bahan-bahan lain  kristal menjadi besar  agregat kristal
akan menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
(tahanan) kristal)  membentuk batu cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih  terjadi obstruksi BATU SALURAN KEMIH
(nefrolitiasis) Risiko ISK  Pyelonefritis penurunan fungsi
ginjal  LGF menurun  Proteinuria (+)  hipoprotein  ↑
trigliserida

Faktor risiko (pekerjaan & usia)  imobilisasi  merangsang ↑


paratiroid hormone  ↑ penyerapan Calsium dari tulang ke
dalam darah  Hiperkalsemia  ↑ Calsium (Price Sylvia A,
Wilson Lorraine M.2012)

31
d. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemerksaan
urinalisis? Jawab:
Pem urin rutin

Faktor risiko (pekerjaan & usia)  imobilisasi  statis urin &


ketidakeimbangan zat-zat organic dan anorganik yg terlarut dlm urin
pengendapan kalsium dalam pelvic renal kristalisasi&
supersaturasi urin kristal yang mengadakan presipitat membentuk
inti batu (nucleus)  akan mengadakan agregasi (mengumpul) dan
menarik bahan-bahan lain  kristal menjadi besar  agregat kristal
akan menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
(tahanan) kristal)  membentuk batu cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih  terjadi obstruksi BATU SALURAN KEMIH
(nefrolitiasis) mengaktivasi peristaltik otot polos sal. Kemih untuk
mengeluarkan batu melukai sal. Kemih  hematuria  eritrosit
urin (+)

● Faktor risiko (pekerjaan & usia)  imobilisasi  statis urin &


ketidakeimbangan zat-zat organic dan anorganik yg terlarut dlm urin
pengendapan kalsium dalam pelvic renal kristalisasi&
supersaturasi urin kristal yang mengadakan presipitat membentuk
inti batu (nucleus)  akan mengadakan agregasi (mengumpul) dan
menarik bahan-bahan lain  kristal menjadi besar  agregat kristal
akan menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
(tahanan) kristal)  membentuk batu cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih  terjadi obstruksi BATU SALURAN KEMIH
(nefrolitiasis) mengaktivasi peristaltik otot polos sal. Kemih untuk
mengeluarkan batu terjadi pergesekan antara batu dan epitel
sal.kemih  melukai sal. Kemih  rx. Inflamasi respon imun
mengeluarkan mediator inflamasi  Epitel urin (+), Leukosituria,
Sedimen (+)

Faktor risiko (pekerjaan & usia)  imobilisasi  statis urin &


ketidakeimbangan zat-zat organic dan anorganik yg terlarut dlm urin

32
pengendapan kalsium dalam pelvic renal kristalisasi&
supersaturasi urin kristal yang mengadakan presipitat membentuk
inti batu (nucleus)  akan mengadakan agregasi (mengumpul) dan
menarik bahan-bahan lain  kristal menjadi besar  agregat kristal
akan menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
(tahanan) kristal)  membentuk batu cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih  terjadi obstruksi BATU SALURAN KEMIH
(nefrolitiasis) risiko infeksi  pielonefritismikroorganisme
mengeluarkan enzim yg dapat merubah nitrat menjadi nitrit  Nitrit
urin (+) (Price Sylvia A, Wilson Lorraine M.2012)

5. Radiologi (BNO): Tampak bayangan batu radioopak di ureter kanan


ukuran 12 mm
USG Ginjal dan TUG: hidronefrosis kanan.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan radiologi dan usg ginjal dan
TUG?
Jawab:
Radiologi (BNO): Tampak bayangan batu radioopak di ureter kanan
ukuran 12 mm
Interpretasi : Batu terlihat dengan pemeriksaan sinar X dimana pada
kasus dengan BNO. Batu yang terbentuk pada ureter kanan ukuran 12
mm dan jenis batu adalah kalsium (kalsium fosfat atau kalsium
oksalat).
USG Ginjal dan TUG : Hidronefrosis kanan
Interpretasi : Hidronefrosis menggambarkan pelebaran hidrostatik
dari pelvis renalis dan calyx akibat dari obstruksi aliran urine, yang
dimana terjadi penumpukan cairan/urine (McCance, 2017).

33
6. Bagaimana cara mendiagnosis?
Jawab:
a) Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri yang menghebat dipinggang kiri sejak 6 jam lalu
sehingga hampir pingsan
Perjalanan penyakit : Nyeri pinggang kanan dialami sejak 1 hari lalu dan
nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
Keluhan tambahan : BAK keruh, frekuensi sering jumlah normal, demam,
mual
Riwayat BAK keluar pasir
Kebiasaan : Sering menahan kencing, kurang minum air
b) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Kompos mentis tampak sakit berat
Tanda vital : Demam T 380 C, VAS 9
c) Keadaan spesifik
Abdomen : Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka kanan
Nyeri ketok CVA kanan (+)
d) Pemeriksaan
penunjang Darah lengkap
Urinalisis
Radiologi (BNO): Tampak bayangan batu radioopak di ureter kanan
ukuran 12 mm
USG Ginjal dan TUG: hidronefrosis kanan (McCance, 2017).

34
7. Bagaimana diagnosis banding?
Jawab:

Keluhan Nefrolithiasis Pielonefritis Ureterolitiasis

Nyeri + + +
Pinggang
Kiri
Nyeri hilang + +/- +
timbul
Nyeri - - +
menjalar
hingga
keperut
kanan bawah
BAK + - +
berpasir
Nyeri BAK - - -

Mual + + +

Demam +/- + +/-

Nyeri tekan + + +
lumbal

Nyeri Ketok + + +
CVA

35
8. Apa saja pemeriksaan penunjang?
Jawab:
1. Pielografi intra vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Juga
untuk mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu
non-opak yang tidak terlihat oleh foto polos abdomen.
2. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV yaitu pada
keadaan seperti allergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang
hamil. Terlihat gambaran echoic shadow jika terdapat
batu
3. CT scan
Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat
gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat
lokasi dimana terjadinya obstruksi.
4. BNO
BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut
khususnya pada sistem urinaria.
(Purnomo, 2019).

9. Apa working diagnosis pada kasus? Pyelonefritis + sistitis et causa


ureterolithiasis dextra
a. Definisi
Jawab:
Pielonefritis akut adalah infeksi bakteri yang menyebabkan
peradangan pada ginjal dan merupakan salah satu penyakit ginjal
yang paling umum. Pielonefritis terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi saluran kemih ascending (ISK) yang menyebar dari kandung

36
kemih ke ginjal dan sistem pengumpulannya (Belyayeva, M, Jeong,
JM, 2021).
Urolitiasis adalah suatu kondisi yang terjadi ketika batu-batu ini
keluar dari pelvis ginjal dan pindah ke sisa sistem pengumpul urin,
yang meliputi ureter, kandung kemih, dan uretra (Thakore, P, Liang,
TH. 2021).
b. Epidemiologi
Jawab:
Urolithiasis merupakan masalah kesehatan yang umum sekarang
ditemukan. Diperkirakan 10% dari semua individu dapat menderita
urolitiasis selama hidupnya, meskipun beberapa individu tidak
menunjukkan gejala atau keluhan. Setiap tahunnya berkisar 1 dari
1000 populasi yang dirawat di rumah sakit karena menderita
urolitiasis. Laki-laki lebih sering menderita urolitiasis dibandingkan
perempuan, dengan rasio 3:1. Dan setiap tahun rasio ini semakin
menurun. Dari segi umur, yang memiliki risiko tinggi menderita
urolitiasis adalah umur diantara 20 dan 40 tahun (Yolanda, 2018).

c. Etiologi
Jawab:
Penyebab utama pielonefritis akut adalah bakteri gram negatif, yang
paling umum adalah Escherichia coli. Bakteri gram negatif lain yang
menyebabkan pielonefritis akut termasuk Proteus, Klebsiella, dan
Enterobacter.Pada kebanyakan pasien, organisme yang menginfeksi
akan berasal dari flora tinja mereka. Bakteri dapat mencapai ginjal
dengan 2 cara: penyebaran hematogen dan melalui infeksi asendens
dari saluran kemih bagian bawah. Penyebaran hematogen lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi pada pasien dengan obstruksi
ureter atau pasien dengan sistem imun yang lemah dan lemah.
Kebanyakan pasien akan mendapatkan pielonefritis akut melalui
infeksi ascending. Ascending infeksi terjadi melalui beberapa
langkah. Bakteri pertama-tama akan menempel pada sel epitel

37
mukosa uretra dan kemudian akan berjalan ke kandung kemih
melalui uretra baik melalui instrumentasi atau infeksi saluran kemih
yang lebih sering terjadi pada wanita. ISK lebih sering terjadi pada
wanita daripada pria karena uretra yang lebih pendek, perubahan
hormonal, dan jarak yang dekat dengan anus.Obstruksi saluran
kemih yang disebabkan oleh sesuatu seperti batu ginjal juga dapat
menyebabkan pielonefritis akut. Obstruksi aliran urin dapat
menyebabkan pengosongan yang tidak lengkap dan stasis urin yang
menyebabkan bakteri berkembang biak tanpa dikeluarkan. Penyebab
pielonefritis akut yang kurang umum adalah refluks vesikoureteral,
yang merupakan kondisi bawaan di mana urin mengalir mundur dari
kandung kemih ke ginjal (Belyayeva, M, Jeong, JM, 2021)

d. Faktor risiko
Jawab:
Urolithiasis dapat terjadi ketidakseimbangan komposisi urin
seperti saat asupan carian kurang. Selain itu, dapat meningkat
risikonya apabila anda memiliki faktor risiko sebagai berikut
 Faktor risiko intrinsik (bawaaan / bakat dari dalam tubuh tehadap
batu ginjal)
 Berusia 20-50 tahun
 Jenis kelamin laki-laki
Testosterone dapat meningkatkan produksi oksalat sehingga
rentan terhadap batu kalsium oksalat, sebaliknya wanita memiliki
kadar sitrat urin lebih tinggi ang dapat menghambat pembentukan
kalsium oksalat
 Memiliki riwayat batu ginjal pada keluarga
Adanya kelainan bawaan dalam keluarga seperti sistinuria, renal
tubular asidosis dapat meningkatkan terjadinya batu ginjal. Selain
itu terdapat gen-gen tertentu yang memang dapat meningkatkan
risiko individu mengalami batu ginjal.

38
 Kelainan bentuk ginjal atau saluran kemih lainnya
Kelainan seperti ginjal tapal kuda, ginjal polikistik, medullary
sponge kidney, penyempitan/obstruksi saluran kemih,
menyebabkan individu rentan mengalami batu ginjal
 Penyakit komorbid Batu ginjal sering terjadi pada pasien dengan
diabetes mellitus, obesitas, gout (asam urat), hiperpartiorid serta
bila sering mengalami infeksi saluran kemih berulang. Beberapa
penyakit saluran cerna juga dapat berkaitan dengan kejadian batu
ginjal seperti penyakit Chron’s, kondisi malabsorbsi, dan riwayat
pemotongan sebagian saluran cerna.
 Faktor risiko ekstrinsik (dari luar tubuh atau lingkungan)
 Lokasi tempat tinggal atau tempat kerja yang panas sehingga
rentan dehidrasi. Akibatnya urin menjadi pekat.
 Asupan minum rendah <1.2 L.hari
 Makan-makanan yang tinggi kadar oksalat, asam urat, kadar garam
 Pola hidup sedenter juga meningkatkan risiko terhadap batu ginjal
 Penggunaan obat-obatan tertentu seperti suplemen kalsium,
vitamin C dosis tinggi
(IAUI, 2018).

e. Manifestasi
klinis Jawab:
Pada pieolonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai
mengigil,gejala saluran cerna seperti mual,muntah dan diare.Tekanan
darah pada umumnya masih normal,dapat ditemukan nyeri
pinggang.Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang.Pada
bayi baru lahir manifetasi klinis hanya muncul gejala yang tidak
spesifik berupa penurunan nafsu makan,anak menjadi rewel,ikterik
,dan penurunan nafsu makan (Pardede,2011)

39
f. Patofisiologi
Jawab:
Patofisiologi pyelonephritis/pielonefritis adalah infeksi saluran
kemih pada bagian parenkim dan pelvis ginjal akibat penjalaran
bakteri dari saluran kemih bawah ataupun penyebaran secara
hematogen.
Pyelonephritis merupakan infeksi saluran kemih bagian atas yang
disebabkan oleh invasi bakteri pada parenkim renal. Pyelonephritis
biasanya berawal dari infeksi saluran kemih bagian bawah yang
menjalar ke atas akibat penatalaksanaan yang tidak tepat (ascending
infection). Namun, invasi bakteri ini dapat pula disebabkan oleh
adanya penyebaran hematogen, misalnya pada endokarditis.
Pada pyelonephritis, faktor virulensi dari bakteri berperan terhadap
terjadinya proses patogenesis pyelonephritis, yaitu penempelan
bakteri pada epitelial, yang diikuti oleh terjadinya respon inflamasi
akibat bakteri. Berikut adalah contoh proses yang terjadi pada
bakteri yang paling sering menjadi penyebab pyelonephritis,
uropathogenic Escherichia coli (UPEC).

10. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


Jawab:

Farmakologi (terapi kuratif) :

1. Paracetamol tab 3x500mg


2. Pemberian antibiotik bisa disesuaikan dengan kultur urin, bisa
diberikan terapi empiris untuk kasus berat berupa antibiotik
ampicillin 500mg IV setiap 6 jam.
3. IV: 30 mg sebagai dosis tunggal atau 30 mg setiap 6 jam;
tidak melebihi 120 mg/hari.
4. Konsul ke dokter spesialis urologi
5. Menghilangkan batu saluran kemih :

40
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu
yang berada didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalisesmelalui insisi pada kulit.
b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkanalat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah
tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar,
sehingga perlu alat pemecah batu.
d. Ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alatkeranjang Dormia).

Non-farmakologi : ISK adalah minum air putih minimal 2 liter/hari


bila fungsi ginjal normal serta menjaga higienitas genitalian eksterna.

Rehabilitasi : Fokus pengobatan adalah harus memperbaiki dehidrasi,


mengobati infeksi saluran kemih, mencegah terjadinya jaringan parut,
mengidentifikasi pasien dengan ginjal fungsional soliter, dan
mengurangi risiko cedera ginjal akut akibat nefrotoksisitas kontras,
terutama pada pasien. dengan azotemia yang sudah ada sebelumnya
(kreatinin > 2 mg/dL), diabetes, dehidrasi, atau multiple myeloma.
Hidrasi intravena yang adekuat sangat penting untuk meminimalisi
efek nefrotoksik dari media kontras (Sja’bani, 2014).

11. Apa saja komplikasi pada kasus?


Jawab:
Komplikasi sistitis dapat berupa, Pielonefritis, Pembentukan abses ginjal
atau perinefrik, Trombosis vena ginjal, Sepsis , Gagal ginjal akut ,
Pielonefritis emfisematous (Li R, Leslie SW, 2021).

12. Bagaimana prognosis pada kasus?


Jawab:
Prognosis pada kasus yaitu Dubia et Bonam

41
13. Apa Standar Kompetensi Dokter Umum (SKDU) pada kasus?
Jawab:
3A (Bukan gawat darurat)
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

14. Bagaimana Nilai-Nilai Islam (NNI) pada kasus?


Jawab:
Dari abuhurairahra.Rasulullah shallallahualaaihiwassalam bersabda:
“ Tidak menimpa seorang muslim berupa kepayahan, kesakitan, dukacita,
kesedihan, penyakit, kesempitan, bahkan duri yang menusuknya kecuali
Allah akan menghapuskan dosa dosanya yang telah lalu.”
( HR. Bukhari )

QS. Al Baqarah Ayat 164

‫ن‬ ‫خ ي‬
‫َ ما‬ ‫وا ْلف والن َها ِر ِ ت َلف ْ ْلَ ض‬ ‫َ ي َْنف ُع ِب َما ا ْل َب ِ ي تَ ْ ج ِري‬
‫ْلق‬ ‫َوات‬ ‫ال‬ ‫واخ ْر وا‬ ‫ال ل ْي ِ ل‬ ‫ْل ك‬ ‫ال ِتي‬ ‫ر‬
‫س‬
‫ح‬
‫ّلالُ أَ ْن و َما الن اس‬ ‫َفأَ ْح „ م ال س م‬ ‫ا َْْل ْر‬ ‫و م ْوت‬ َ ‫ِ م‬ ‫دَا ب „ة‬
‫َز َ ل‬ ‫َيا ء ْن َما ِء َن‬ ‫ِب‬ َ‫ْعد‬ ‫َبث َها‬ ‫’ ْن ها‬
‫ما‬ ‫ِه‬ ‫ي‬ ‫ل‬
‫ض‬
‫وا ْْلَ ض س َما ِء َ ب سخ و س ال ’ ر َيا و ص ِريف‬ َ ‫ْ ع ِقلُو َ ن ْو‬
ِ
‫ْر ت ال ْي َ ن ا ْل ُم ِر ال حا ِح ب ت‬ ‫„م ل‬
‫ل َق َيا‬

Artinya :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya


malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
42
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

43
2.7 Kesimpulan
Ny. S, perempuan berusia 40 tahun, mengeluhkan kolik renalis, BAK nya keruh dan
berpasir, frekuensinya sering, dengan demam dan mual, nyeri ketok CVA karena
mengalami Pyelonefritis + sistitis et causa ureterolithiasis dextra

44
2.8 Kerangka Konsep

Faktor risiko (kurang minum air, sering menahan


BAK, pekerjaan pegawai bank)
Mual
Mengalami infeksi Nyeri
Kolik

Agregasi kristal batu di saluran kemih

Inflamasi
Ureterolithias Inflamasi
Ascending
is Descending
(pielonefritis) (sistitis)
Reaksi
inflamasi
(demam)

45
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, A., Marco Manza Adi Putra, 2016. Nefrolitiasis. Major. FK Univ.
Lampung 5, 69–73.

Purnomo B.Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV Sagung Seto.

McCance. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : ELSEVIER

Sja’bani M. 2014. Batu saluran kemih dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
II, edisi VI. Jakarta:Internapublishing. Hal: 2123-2129.

Yolanda, S. 2018. What is Urolithiasis. News Medical Life Sciences.


https://www.news-medical.net/health/What-is-Urolithiasis.aspx.
Armed Forces Health Surveillance Center. 2011. Urinary Stones, Active
Component, U.S. Armed Forces. Medical Surveillance Monthly
Report (MSMR). December; Vol 18 (No12): 6-9.
Putra T, R. 2018. Pendekatan Diagnosis Nyeri Pinggang. Jurnal Kedokteran FK
UNUD
Silalahi, M .2020. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Batu Saluran Kemih Pada di Poli Urologi RSAU dr. Esnawan
Antariksa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Volume 12 Nomor 2 Tahun
2020, hal 205-212.
Simanullang, P. 2019. Karakteristik Pasien Batu Saluran Kemih di Rumah Sakit
Martha Friska Pulo Brayan Medan Tahun 2015 s/d 2017. Jurnal
Darma Agung Volume XXVII Nomor 1 Tahun 2019, hal 807-813
Vijaya, T., Kumar, M.S., Ramarao, N.V., Babu, A.N., & Ramarao N. (2013).
Urolithiasis and Its Causes-Short Review. The Journal of
Phytopharmacology; 2(3) : 1-6
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakata: PT

Gramedia Pustaka Utama

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). 2018. Panduan Penatalaksanaan Klinis


Batu Saluran Kemih. Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi
Indonesia.

46
Alelign, T., & Petros, B. 2018. Kidney Stone Disease: An Update on Current
Concepts. Advances in urology. Article ID 3068365, 12 pages
Agabegi, S.S., et al. 2020. Step-up to medicine. Philadelphia: Wolters Kluwer.
Stone, C K. dan Roger L.H. 2017. Current diagnosis & treatment. New York:
McGraw-Hill Education.
Mody, L. dan Juthani-Mehta, M. 2014. Urinary tract infections in older women: a
clinical review. JAMA. 311(8):844-854.
McAninch, J.W., and Tom, F.L. 2020. Smith & Tanagho's general urology. New
York: McGraw-Hill.
Cartwright, S.L. dan Knudson, M.P. 2018. Evaluation of Acute Abdominal Pain
in Adults. American Family Physician. 77(7): 971-978.
Casazza, B.A. 2012. Diagnosis and Treatment of Acute Low Back Pain. American
Family Physician. 85(4):343-350.
Liu, Y., et al. 2018. Epidemiology of urolithiasis in Asia. Asian journal of
urology. 5(4), 205–214.
Lina, L. F. & Lestari, D. P., 2019. Analisis Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan Penyebab pada Pasien di Poliklinik Urologi RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Bengkulu, 7(1).

Permatasari, A. A. D. & Sholihin, R. M., 2021. Diagnostik Urolithiasis. Jurnal


Farmasi dan Kesehatan, 10(1), pp. 35-46.

Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine.


Yogyakarta: Pustaka Rasmedia

Sja’bani M. 2014. Batu saluran kemih dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
II, edisi VI. Jakarta:Internapublishing. Hal: 2123-2129.

47
48

Anda mungkin juga menyukai