SKENARIO C
KELOMPOK 1
Tutor : dr. Thia Prameswarie, M.Biomed
Nama Anggota :
Vira Mega Sari 702017009
Handani Gusli 702018093
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario C Blok XV
Semester 5. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan
tugas- tugas selanjutnya. Dalam penyelesaian tugas tutorial ini, kami banyak
mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. dr. Thia Prameswarie, M.Biomed, selaku pembimbing tutorial kami
2. Semua anggota dan pihak yang terkait dalam pembuatan laporan ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu
dalam lindungan Allah SWT Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial...............................................................................................5
2.2 Skenario Kasus...........................................................................................5
2.3 Klarifikasi Istilah........................................................................................6
2.4 Identifikasi Masalah....................................................................................8
2.5 Prioritas Masalah........................................................................................9
2.6 Analisis Masalah.......................................................................................10
2.7 kesimpulan................................................................................................43
2.8 Kerangka Konsep......................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
jumlahnya masih normal. Ada demam dan mual, nyeri selama BAK tidak
ada. Ny. S pernah merasakan BAK keluar pasir. Ny. S sering menahan BAK
dan kurang minum air. BAB biasa. Riwayat kencing manis tidak ada, riwayat
hipertensi ada sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, tampak sakit berat
Tanda vital : TD 160/90 mmHg, Nadi 100x/menit, reguler, isi dan
tegangan cukup, RR 24x/menit, torakoabdominal, reguler,
suhu 38oC, VAS 9
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra tidak pucat, sklera tidak
kuning. Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung : Simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas jantung dalam
batas normal.
HR : 100 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Simetris, pergerakan hemitoraks kanan = kiri, Stem
fremitus kanan = kiri, Sonor pada kedua paru, Vesiculer
(+) normal, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, Hepar & lien tak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka dekstra,
ballotement (-)
Nyeri ketok CVA dekstra (+), Bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (+)
Ekstremitas : Edema pretibia (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap dan Kimia Darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm³
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000/mm³
Leukosit : 16.000/mm³ HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 15 mm/jam BSS : 105 mg/dl
6
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dL Creatinin : 2,5 mg/dl
SGOT : 23 U/l SGPT : 36 U/l
Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 11-12/LPB Leukosit : 15-18
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)
7
(Dorland, 2015)
10 Silinder Cetakan yang dibentuk dari protein yang mengandung
gel di tubulus renalis, tercetak sesuai dengan bentuk
lumen tubulusnya (Dorland, 2015).
11 Sedimen Endapan yang terbentuk secara spontan
8
Stem fremitus kanan = kiri, Sonor pada kedua paru,
Vesiculer (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, Hepar & lien tak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka dekstra,
ballotement (-)
Nyeri ketok CVA dekstra (+), Bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (+)
Ekstremitas : Edema pretibia (-/-)
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap dan Kimia Darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm³
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000/mm³
Leukosit : 16.000/mm³ HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 15 mm/jam BSS : 105 mg/dl
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dL Creatinin : 2,5 mg/dl
SGOT : 23 U/l SGPT : 36 U/l
Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 11-12/LPB Leukosit : 15-18
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)
9
2.6 Analisis Masalah
1. Ny. S, perempuan usia 40 tahun, bekerja sebagai teller di sebuah bank,
datang ke UGD RSMP karena merasa nyeri yang semakin hebat di
pinggang kanan sejak 8 jam yang lalu sehingga hampir pingsan. Keluhan
nyeri pinggang kanan mulai dialami sejak 2 hari yang lalu dan dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul.
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang terlibat pada kasus?
Jawab:
Anatomi Ginjal:
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm
dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada
orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang
tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar
disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya
yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan
keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh
getah bening, saraf, dan ureter. (Snell, 2012)
Gambar 1. Ren
Anatomi internal ginjal dari dalam keluar, renal pelvis, medulla dan
korteks :
1) Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang
menghubungkan medula dengan ureter.
10
2) Medulla renalis merupakan bagian tengah ginjal, terdiri dari 8-
18 piramida. Bagian apeks dari piramida adalah papilla .
3) Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal
dan area juxtamedullari. (Snell, 2012)
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan
nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron
yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta
nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus,
tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
(Snell, 2012).
Gambar 2. Glomerulus
(Snell, R. S. 2012).
Fisiologi ginjal
11
- Fungsi regulasi : mengatur keseimbangan cairan, elektrolit,
dan asam basa dalam tubuh
- Fungsi eksresi : eksresi produk sisa metabolisme dan
senyawa asing
- Fungsi hormonal : mensekresikan hormone renin dan
eritropoeitin
- Fungsi metabolic : mengubah vitamin D
menjadi bentuk aktif (Sherwood, 2014).
12
(Eroschenko, 2016)
2. Histologi Ureter
13
sedentary lifestyle menjalani gaya hidup yang tidak sehat, termasuk
kurangnya aktivitas luar ruangan yang memadai dan asupan cairan.
Namun, penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antara
batu saluran kemih dan orang dengan pekerjaan fisik lebih. Risiko
urolitiasis pada orang yang bekerja di luar ruangan atau terpapar suhu
tinggi, seperti pekerja di industri baja, pramugari, petani, penambang,
pekerja tambang atau pengemudi, dua kali lebih mungkin menderita
urolitiasis daripada orang yang bekerja di suhu kamar (Liu et al,
2018).
Makna nyeri hebat pada bagian pinggang kanan 8 jam yang lalu
menunjukkan telah terjadi nyeri kolik akibat obstruksi ureter pada
saluran kemih oleh batu karena aktivitas peristaltik ureter untuk
mengeluarkan batu pada saluran kemih. Organ pada pinggang kanan
yang menyebabkan nyeri kemungkinan adalah ginjal kanan yang
mengalami peradangan. Inflamasi akut pada organ padat traktus
urogenitalia seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan
karena regangan kapsul yang membungkus organ tersebut (Purnomo,
2012).
14
3. Keganasan (multipel mieloma, kanker metastase, limfoma atau
leukemia, tumor spinal, tumor retropritonel atau tumor primer
vertebra).
4. Penyakit ginjal (nefrolitiasis, pielonefritis, abses perinefrik).
5. Kelainan gastrointestinal (pancreatitis, kholesistitis, ulkus
peptikum).
6. Penyakit organ pelvis (prostatitis, endometriosis, pelvic
inflammatory diseases). (Putra, 2017).
g. Apa makna keluhan nyeri pinggang sebelah kanan mulai dialami sejak
2 hari yang lalu dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang
timbul?
Jawab :
Nyeri yang semakin hebat dan terlokalisasi yang meningkat,
memuncak dapat dan hilang timbul merupakan nyeri kolik
(Cartwright dan Knudson, 2018). Kolik terjadi ketika ada
penyumbatan di bagian dalam tubuh yang memiliki lumen, seperti
15
usus, kantong empedu, rektum, ginjal, atau ureter. Untuk mencoba
menghilangkan obstruksi pada tubuh, otot-otot berkontraksi dengan
kuat di sekitarnya, dan kejang ini menyebabkan rasa sakit. Beberapa
penghalang paling umum yang menyebabkan kolik adalah batu
empedu dan batu ginjal (Cartwright,2018).
16
BAB biasa. Riwayat kencing manis tidak ada, riwayat hipertensi ada sejak
5 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat.
a. Apa makna dari BAKnya keruh, frekuensi sering, namun jumlahnya
masih normal?
Jawab:
- BAK keruh yaitu mengindikasikan piuria (terdapat leukosit dalam
jumlah tertentu di dalam urine). Pada kasus termasuk piuria
makroskopis karena terlihat secara kasat mata urine berwarna keruh
akibat leukosit yang terdapat di dalam urine.
b. Apa makna dari ada demam dan mual, nyeri selama BAK tidak ada.
Ny. S pernah merasakan BAK keluar pasir?
Jawab:
Ny. S mengalami demam kemungkinan mengalami infeksi pada
saluran kemih nya (ureter) akibat adanya batu saluran kemih yang
mengiritasi lapisan epitel ureter sehingga terjadi proses peradangan
dengan pelepasan mediator inflamasi, menstimulasi prostaglandin
dan meningkatkan termostat di hipotalamus sehingga terjadi
demam. Sedangkan mual disebabkan nyeri kolik.
Nyeri selama BAK tidak ada menunjukkan bila tidak ada obstruksi
terutama di vesika urinaria (vesikolitiasis). Vesikolitiasis ditandai
dengan gejala klinis berupa disuria atau nyeri saat BAK.
17
terbentuk pada ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis),
vesica urinaria (vesicolithiasis), dan uretra (urethrolithiasis). Jika
kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian besar
berasal dari ginjal. Urolitiasis adalah penyebab umum adanya
keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis,
atau inguinal dan dapat disertai dengan kristaluria (urin yang keluar
disertai pasir atau batu). BAK pasir ini dapat disebabkan oleh
adanya kontraksi pada ureter yang terdapat batu sehingga
menyebabkan batu yang ada pada ureter ini terkikis dan ikut keluar
bersama urin (Nahdi,2016).
18
e. Bagaimana patofisiologi dari BAK nya yang keruh dan frekuensi nya
sering?
Jawab:
Faktor resiko (pekerjaan, umur, jenis kelamin, dan kebiasaan
menahan kencing serta jarang minum) meningkat supersaturasi /
kristalisasi zat tidak terlarut dalam urin Membentuk endapan
membentuk inti batu (di ginjal) Agregasi & menarik bahan lain
ukuran batu membesar Terbawa aliran urin masuk ke ureter
Menempel di epitel mukosa ureter Membentuk retensi kristal &
mengendapkan bahan lain pada agregat tersebut terbentuk batu
ureter Oklusi ureter terjadi proses inflamasi yang
menyakibatnkan jejas atau luka di ureter aktivasi makrofag
Mengaktivasi sel T Mengaktivasi sel B → produksi Ab
Mengaktivasi C3a & C5a degranulasi sel mast lokal Melepas
vasoaktif amin Vasodilatasi & ekstravasasi limfosit & neutrofil
Melewati barrier epitel mukosa ureter Leukosit pada urin urin
keruh. (Agency. 2018).
19
batu meningkat → supersaturasi urin meningkat → presipitasi
Kristal→ pembentukan inti batu (nukleasi) → agregasi Kristal dan
bahan lain → agregrasi kristal membesar dan masih rapuh → agregasi
kristal yang tajam turun ikut aliran urin ke ureter → agregasi kristal
berhenti di ureter tengah (di tempat ureter menyilang dengan arteri
iliaca rongga pelvis) → agregasi Kristal yang tajam menempel pada
sel epitel ureter yang terluka → retensi Kristal → batu semakin
membesar → menyebabkan obstruksi saluran kemih (>5mm) → aliran
urine terhambat untuk pengeluaran → urin terperangkap di ginjal dan
saluran kemih → urin yang terperangkap menjadi media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri → terjadi infeksi saluran kemih di ureter
→ infeksi menyebar secara ascending ke ginjal → pengeluaran
mediator inflamasi monosit & makrofag → sekresi pirogen endogen
(IL3, IL6, TNF , IFN) → pengeluaran asam arakidonat dan sekresi
PGE2 → peningkatan set point di hipotalamus→ Demam (McCance,
2017).
Pembentukan batu pada saluran kemih obstruksi saluran kemih
distensi dan gerakan peristaltic nyeri kolik menekan system
gastrointestinal mual (Purnomo, 2012).
Faktor Resiko (sering menahan BAK, kurang minum, kurang
aktivitas) → Stasis Urine → Supersaturasi → mengendap membentuk
kristal batu → ukuran batu kecil → keluar bersama urine → BAK
berpasir (McCance, 2017).
20
leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
Frekuensi sering, sebagai akibat dari infeksi ascendens yang
mengenai vesika urinaria sehingga menyebabkan vesika urinaria
sensitive terhadap urin dan kompensasi tubuh untuk mengeluarkan
batu pada ureter (uretrolithiasis) (Purnomo, 2012).
h. Apa makna Ny. S sering menahan BAK dan kurang minum air dan
BAB biasa?
Jawab:
Sering menahan bak dan kurang minum air dapat menjadi faktor resiko
terjadinya batu saluran kemih. Penyakit batu saluran kemih adalah
penyakit yang banyak di derita oleh penduduk di dunia. Pembentukan
batu saluran kemih di pengaruhi oleh faktor intrinsik (usia, riwayat
keluarga menderita batu saluran kemih dan jenis kelamin) dan
ekstrinsik (geografi, iklim dan temperatur, intake cairan, diet,
pekerjaan, stres, kegemukan (obesitas), kebiasaan menahan buang air
kemih). masuknya cairan yang sedikit dapat emnyebabkan
pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran
air kemih serta dapat menimbulkan agregasi pembentukan batu (setiati,
2017)
i. Apa hubungan dari sering menahan BAK dan kurang minum air
dengan keluhan yang di kasus?
Jawab:
Kebiasaan menahan BAK dapat menyebabkan adanya statis air kemih
maka dapat terjadi pengendapan kristal batu saluran kemih.
Kemudian,bahan-bahan organic dan anorganik yang terlarut dalam
urine dapat mengkristal dan membentuk batu yang menyumbat
saluran kemih. Kristalisasi terjadi apabila ada penambahan yang bisa
mengkristal dalam air dan pH tertentu, 24 sehingga terjadi suatu
kejenuhan dan selanjutnya menjadi kristal. Bertambahnya bahan yang
dapat mengkristal yang disekresikan oleh ginjal maka pada suatu saat
akan terjadi kejenuhan sehingga terbentuk kristal. (Ratu, 2012)
21
Makna kurangnya minum yang dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih, spasme otot polos untuk melawan suatu hambatan.
(Nahdi TF, 2013) BAB biasa maknanya saluran cerna normal, bukan
infeksi yang berpindah. (Purnomo, 2016) jadi sering menahan bak ini
merupakan kemungkinan penyebab terbentuknya batu dan kurangnya
minum air ini merupakan factor resiko yang dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih, spasme (ketegangan ) otot polos untuk
melawan suatu hambatan. (Ratu, 2012)
j. Apa dampak dari Ny. S sering menahan BAK dan kurang minum air?
Jawab:
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air
minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor
hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang
memiliki risiko tinggi terkena BSK. Dehidrasi kronik menaikkan
gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan
pH air kemih. Air sangat penting dalam proses pembentukan BSK.
Apabila seseorang kekurangan air minum maka dapat terjadi
supersaturasi bahan pembentuk BSK. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya BSK. , dehidrasi dapat memicu infeksi saluran kemih.
Hibridasi yang tidak cukup dapat memberi tekanan pada ginjal,
jantung dan sistem kekebalan tubuh. Bila system kekebalan tubuh
melemah, bakteri bisa berkembang biak jauh lebih masuk saluran
kemih.
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air
kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK).
ISK yang disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah
menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air
kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal. Kebiasaan menahan
buang air kecil terutama pada saat aktivitas tertentu seperti perjalanan
jauh dan pekerjaan. Hal ini tentu menyebabkan seseorang rentan
22
terhadap infeksi saluran kemih. statis urin merupakan factor penyebab
terjadinya infeksi saluran kemih. Dalam keadaan normal,
pengosongan kandung kemih secara komplit dan berkalikali akan
membilas keluar setiap organism sebelum organisme tersebut sempat
memperbanyak diri dan menginvasi jaringan sekitar. Hal ini tumbuh
dan berkembang dalam saluran kemih karena urin merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Jika urin ditahan dan cenderung
tidak dikeluarkan maka mikroorganisme yang ada di kandung kemih
akan memperbanyak diri dan menginvasi jaringan sekitar sehingga
dapat menimbulkan ISK (Lina & Lestari, 2019).
k. Apa makna riwayat kencing manis tidak ada, riwayat hipertensi ada
sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat?
Jawab:
Riwayat kencing manis tidak ada kencing manis merupakan
faktor risiko dari nefrolitiasis, sehingga nefrolitiasis pada kasus ini
bukan disebabkan karena faktor dm.
Riwayat hipertensi ada sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin
minum obat hipertensi merupakan faktor risiko terbentuknya
batu saluran kemih. pada hipertensi, akan terjadi ekskresi kalsium
yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan terbentuknya batu
saluran kemih (McCance, 2017).
23
Berwarna coklat tua sampai hitam. Keras dan biasanya mempunyai
permukaan kasar terutama batu yang besar.
3. Batu fosfat
Batu yang didapatkan pada operasi ginjal sebagian besar merupakan
batu oksalat dan batu fosfat. Berwarna putih sampai abu-abu,
biasanya ksar dan lebih mudah dihancurkan daripada batu oksalat
dan batu urat. Dapat merupakan campuran kalsium fosfat,
magnesium fosfat, aluminium magnesium fosfat (triple phosphate)
4. Batu karbonat
Jarang terdapat, bentuknya agak kecil, berwarna putih dan abu-abu
dengan permukaan licin
5. Batu sistin
Dapat terbentuk pada sistinuria. Warnanya putih, kuning atau
kehijauan dan agak lunak. Batu jenis ini jarang terdapat
6. Batu xantin
Lebih jarang terdapat daripada batu sistin. Berwarna cpklat sampai
merah dan lebih besar daripada batu sistin.
(Purnomo, 2019).
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, tampak sakit berat
Tanda vital : TD 160/90 mmHg, Nadi 100x/menit, reguler,
isi
dan tegangan cukup, RR 24x/menit,
torakoabdominal, reguler, suhu 38oC, VAS 9
Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva palpebra tidak pucat, sklera tidak kuning.
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O
Toraks
Jantung : Simetris, ictus kordis tidak terlihat, batas
jantung dalam batas normal.
HR : 100 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Simetris, pergerakan hemitoraks kanan = kiri,
24
Stem fremitus kanan = kiri, Sonor pada kedua paru,
Vesiculer (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, Hepar & lien tak teraba
Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka dekstra,
ballotement (-)
Nyeri ketok CVA dekstra (+), Bising usus (+) normal
Nyeri tekan suprapubis (+)
Ekstremitas : Edema pretibia (-/-)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan keadaan
spesifik?
Jawab:
Pada Kasus Nilai Normal Interpretasi
Diastol : 60-90
25
peristaltic otot polos system kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
Peningkatan peristaltic itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
Demam
26
Batu ginjal
Batu pada ureter
Obstruksi ureteropelvic junction
Abses ginjal
Infeksi saluran kemih
(Mody dan Juthani-Mehta, 2014) (McAninch dan Tom, 2020).
Penyakit lain:
Reflux vesicoureteral
Appendicitis retrocecal
Abses retroperitoneal
Penyakit anemia sickle cell menghambat aliran darah ke
ginjal nyeri ketok CVA (Agabegi et al, 2020).
27
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap dan Kimia Darah:
Hemoglobin : 13,8 g/dl Eritrosit : 4.780.000 /mm³
Hematokrit : 40 vol % Trombosit : 531.000/mm³
Leukosit : 16.000/mm³ HJ : 0/1/1/90/6/2 %
LED : 15 mm/jam BSS : 105 mg/dl
Cholesterol : 185 mg/dl HDL : 29 mg/dl
LDL : 103 mg/dl Trigliceride : 150 mg/dl
Uric acid : 4 mg/dl K : 3,8 mmol/l
Na : 133 mmol/l Calsium : 14 mmol/l
Ureum : 31 mg/dL Creatinin : 2,5 mg/dl
SGOT : 23 U/l SGPT : 36 U/l
Urinalisis:
Epitel : (+) Silinder : (-)
Eritrosit : 11-12/LPB Leukosit : 15-18
Protein : (+) Glukosa : (-)
Sedimen : (++) Nitrit : (+)
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan darah lengkap dan kimia
darah?
Jawab:
Pada Kasus Keadaan Normal Interpretasi
Hemoglobin 13,8 g/dl 12 gr/dl - 14 gr/dl (P) Normal
Hematokrit 40 vol % 40-50 vol % (P) Normal
Leukosit 16.000/mm3 5000-10.000/mm3 Leukositosis
28
Eritrosit 4.780.000/mm 4,0 – 5,0 jt/mm3 Normal
3
Trombosit 531.000/mm3 150.000- Trombositosis
400.000/mm3
HJ 0/1/1/90/6/2 % 0-1/1-3/2-6/50-70/20- Netrofil batang
40/2-8 % menurun,
Netrofil segment
meningkat
Limfositopenia
(shift to the right)
LED 15 mm/jam 0-10 mm/jam Meningkat
BSS 105 mg/dl 70-110 mg/dl Normal
Cholesterol 185 mg/dl < 200 mg/dl Normal
LDL 103 mg/dl Optimal: < 100 mg/dl Hampir optimal
Hampir optimal: 100-
129 mg/dl
HDL 29 mg/dl 45-65 mg/dl Menurun
Trigliserida 150 mg/dl 10-140 mg/dl Meningkat
Uric acid 4 mg/dl 2,4-5,7 mg/dl Normal
Na 133 mmol/l 135-145 mmol/l Berkurang sedikit
(normal)
K 3,8 mmol/l 3,5-5 mmol/l Normal
Calsium 14 mmol/l 1-1,4 mmol/l Meningkat
Ureum 31 mg/dl 20-40 mg/dl Normal
Creatinin 2,5 mg/dl 0,5-1,1 mg/dl Meningkat
SGOT 23 U/l 5-35 U/l Normal
SGPT 36 U/l 7-56 U/l Normal
29
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan
urinalisis? Jawab:
Urinalisis: Interpretasi
30
c. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan darah lengkap
dan kimia darah?
Jawab:
Pem. Darah lengkap
Faktor risiko (pekerjaan & usia) imobilisasi statis urin &
ketidakeimbangan zat-zat organic dan anorganik yg terlarut dlm urin
pengendapan kalsium dalam pelvic renal kristalisasi&
supersaturasi urin kristal yang mengadakan presipitat membentuk
inti batu (nucleus) akan mengadakan agregasi (mengumpul) dan
menarik bahan-bahan lain kristal menjadi besar agregat kristal
akan menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
(tahanan) kristal) membentuk batu cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih terjadi obstruksi BATU SALURAN KEMIH
(nefrolitiasis) Risiko ISK Pyelonefritis penurunan fungsi ginjal
Creatinin (+)
31
d. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemerksaan
urinalisis? Jawab:
Pem urin rutin
32
pengendapan kalsium dalam pelvic renal kristalisasi&
supersaturasi urin kristal yang mengadakan presipitat membentuk
inti batu (nucleus) akan mengadakan agregasi (mengumpul) dan
menarik bahan-bahan lain kristal menjadi besar agregat kristal
akan menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
(tahanan) kristal) membentuk batu cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih terjadi obstruksi BATU SALURAN KEMIH
(nefrolitiasis) risiko infeksi pielonefritismikroorganisme
mengeluarkan enzim yg dapat merubah nitrat menjadi nitrit Nitrit
urin (+) (Price Sylvia A, Wilson Lorraine M.2012)
33
6. Bagaimana cara mendiagnosis?
Jawab:
a) Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri yang menghebat dipinggang kiri sejak 6 jam lalu
sehingga hampir pingsan
Perjalanan penyakit : Nyeri pinggang kanan dialami sejak 1 hari lalu dan
nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul
Keluhan tambahan : BAK keruh, frekuensi sering jumlah normal, demam,
mual
Riwayat BAK keluar pasir
Kebiasaan : Sering menahan kencing, kurang minum air
b) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Kompos mentis tampak sakit berat
Tanda vital : Demam T 380 C, VAS 9
c) Keadaan spesifik
Abdomen : Nyeri tekan (+) regio lumbal dan hipokondriaka kanan
Nyeri ketok CVA kanan (+)
d) Pemeriksaan
penunjang Darah lengkap
Urinalisis
Radiologi (BNO): Tampak bayangan batu radioopak di ureter kanan
ukuran 12 mm
USG Ginjal dan TUG: hidronefrosis kanan (McCance, 2017).
34
7. Bagaimana diagnosis banding?
Jawab:
Nyeri + + +
Pinggang
Kiri
Nyeri hilang + +/- +
timbul
Nyeri - - +
menjalar
hingga
keperut
kanan bawah
BAK + - +
berpasir
Nyeri BAK - - -
Mual + + +
Nyeri tekan + + +
lumbal
Nyeri Ketok + + +
CVA
35
8. Apa saja pemeriksaan penunjang?
Jawab:
1. Pielografi intra vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Juga
untuk mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu
non-opak yang tidak terlihat oleh foto polos abdomen.
2. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV yaitu pada
keadaan seperti allergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang
hamil. Terlihat gambaran echoic shadow jika terdapat
batu
3. CT scan
Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat
gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat
lokasi dimana terjadinya obstruksi.
4. BNO
BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut
khususnya pada sistem urinaria.
(Purnomo, 2019).
36
kemih ke ginjal dan sistem pengumpulannya (Belyayeva, M, Jeong,
JM, 2021).
Urolitiasis adalah suatu kondisi yang terjadi ketika batu-batu ini
keluar dari pelvis ginjal dan pindah ke sisa sistem pengumpul urin,
yang meliputi ureter, kandung kemih, dan uretra (Thakore, P, Liang,
TH. 2021).
b. Epidemiologi
Jawab:
Urolithiasis merupakan masalah kesehatan yang umum sekarang
ditemukan. Diperkirakan 10% dari semua individu dapat menderita
urolitiasis selama hidupnya, meskipun beberapa individu tidak
menunjukkan gejala atau keluhan. Setiap tahunnya berkisar 1 dari
1000 populasi yang dirawat di rumah sakit karena menderita
urolitiasis. Laki-laki lebih sering menderita urolitiasis dibandingkan
perempuan, dengan rasio 3:1. Dan setiap tahun rasio ini semakin
menurun. Dari segi umur, yang memiliki risiko tinggi menderita
urolitiasis adalah umur diantara 20 dan 40 tahun (Yolanda, 2018).
c. Etiologi
Jawab:
Penyebab utama pielonefritis akut adalah bakteri gram negatif, yang
paling umum adalah Escherichia coli. Bakteri gram negatif lain yang
menyebabkan pielonefritis akut termasuk Proteus, Klebsiella, dan
Enterobacter.Pada kebanyakan pasien, organisme yang menginfeksi
akan berasal dari flora tinja mereka. Bakteri dapat mencapai ginjal
dengan 2 cara: penyebaran hematogen dan melalui infeksi asendens
dari saluran kemih bagian bawah. Penyebaran hematogen lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi pada pasien dengan obstruksi
ureter atau pasien dengan sistem imun yang lemah dan lemah.
Kebanyakan pasien akan mendapatkan pielonefritis akut melalui
infeksi ascending. Ascending infeksi terjadi melalui beberapa
langkah. Bakteri pertama-tama akan menempel pada sel epitel
37
mukosa uretra dan kemudian akan berjalan ke kandung kemih
melalui uretra baik melalui instrumentasi atau infeksi saluran kemih
yang lebih sering terjadi pada wanita. ISK lebih sering terjadi pada
wanita daripada pria karena uretra yang lebih pendek, perubahan
hormonal, dan jarak yang dekat dengan anus.Obstruksi saluran
kemih yang disebabkan oleh sesuatu seperti batu ginjal juga dapat
menyebabkan pielonefritis akut. Obstruksi aliran urin dapat
menyebabkan pengosongan yang tidak lengkap dan stasis urin yang
menyebabkan bakteri berkembang biak tanpa dikeluarkan. Penyebab
pielonefritis akut yang kurang umum adalah refluks vesikoureteral,
yang merupakan kondisi bawaan di mana urin mengalir mundur dari
kandung kemih ke ginjal (Belyayeva, M, Jeong, JM, 2021)
d. Faktor risiko
Jawab:
Urolithiasis dapat terjadi ketidakseimbangan komposisi urin
seperti saat asupan carian kurang. Selain itu, dapat meningkat
risikonya apabila anda memiliki faktor risiko sebagai berikut
Faktor risiko intrinsik (bawaaan / bakat dari dalam tubuh tehadap
batu ginjal)
Berusia 20-50 tahun
Jenis kelamin laki-laki
Testosterone dapat meningkatkan produksi oksalat sehingga
rentan terhadap batu kalsium oksalat, sebaliknya wanita memiliki
kadar sitrat urin lebih tinggi ang dapat menghambat pembentukan
kalsium oksalat
Memiliki riwayat batu ginjal pada keluarga
Adanya kelainan bawaan dalam keluarga seperti sistinuria, renal
tubular asidosis dapat meningkatkan terjadinya batu ginjal. Selain
itu terdapat gen-gen tertentu yang memang dapat meningkatkan
risiko individu mengalami batu ginjal.
38
Kelainan bentuk ginjal atau saluran kemih lainnya
Kelainan seperti ginjal tapal kuda, ginjal polikistik, medullary
sponge kidney, penyempitan/obstruksi saluran kemih,
menyebabkan individu rentan mengalami batu ginjal
Penyakit komorbid Batu ginjal sering terjadi pada pasien dengan
diabetes mellitus, obesitas, gout (asam urat), hiperpartiorid serta
bila sering mengalami infeksi saluran kemih berulang. Beberapa
penyakit saluran cerna juga dapat berkaitan dengan kejadian batu
ginjal seperti penyakit Chron’s, kondisi malabsorbsi, dan riwayat
pemotongan sebagian saluran cerna.
Faktor risiko ekstrinsik (dari luar tubuh atau lingkungan)
Lokasi tempat tinggal atau tempat kerja yang panas sehingga
rentan dehidrasi. Akibatnya urin menjadi pekat.
Asupan minum rendah <1.2 L.hari
Makan-makanan yang tinggi kadar oksalat, asam urat, kadar garam
Pola hidup sedenter juga meningkatkan risiko terhadap batu ginjal
Penggunaan obat-obatan tertentu seperti suplemen kalsium,
vitamin C dosis tinggi
(IAUI, 2018).
e. Manifestasi
klinis Jawab:
Pada pieolonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai
mengigil,gejala saluran cerna seperti mual,muntah dan diare.Tekanan
darah pada umumnya masih normal,dapat ditemukan nyeri
pinggang.Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang.Pada
bayi baru lahir manifetasi klinis hanya muncul gejala yang tidak
spesifik berupa penurunan nafsu makan,anak menjadi rewel,ikterik
,dan penurunan nafsu makan (Pardede,2011)
39
f. Patofisiologi
Jawab:
Patofisiologi pyelonephritis/pielonefritis adalah infeksi saluran
kemih pada bagian parenkim dan pelvis ginjal akibat penjalaran
bakteri dari saluran kemih bawah ataupun penyebaran secara
hematogen.
Pyelonephritis merupakan infeksi saluran kemih bagian atas yang
disebabkan oleh invasi bakteri pada parenkim renal. Pyelonephritis
biasanya berawal dari infeksi saluran kemih bagian bawah yang
menjalar ke atas akibat penatalaksanaan yang tidak tepat (ascending
infection). Namun, invasi bakteri ini dapat pula disebabkan oleh
adanya penyebaran hematogen, misalnya pada endokarditis.
Pada pyelonephritis, faktor virulensi dari bakteri berperan terhadap
terjadinya proses patogenesis pyelonephritis, yaitu penempelan
bakteri pada epitelial, yang diikuti oleh terjadinya respon inflamasi
akibat bakteri. Berikut adalah contoh proses yang terjadi pada
bakteri yang paling sering menjadi penyebab pyelonephritis,
uropathogenic Escherichia coli (UPEC).
40
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu
yang berada didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalisesmelalui insisi pada kulit.
b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkanalat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah
tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar,
sehingga perlu alat pemecah batu.
d. Ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alatkeranjang Dormia).
41
13. Apa Standar Kompetensi Dokter Umum (SKDU) pada kasus?
Jawab:
3A (Bukan gawat darurat)
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)
ن خ ي
َ ما وا ْلف والن َها ِر ِ ت َلف ْ ْلَ ض َ ي َْنف ُع ِب َما ا ْل َب ِ ي تَ ْ ج ِري
ْلق َوات ال واخ ْر وا ال ل ْي ِ ل ْل ك ال ِتي ر
س
ح
ّلالُ أَ ْن و َما الن اس َفأَ ْح „ م ال س م ا َْْل ْر و م ْوت َ ِ م دَا ب „ة
َز َ ل َيا ء ْن َما ِء َن ِب َْعد َبث َها ’ ْن ها
ما ِه ي ل
ض
وا ْْلَ ض س َما ِء َ ب سخ و س ال ’ ر َيا و ص ِريف َ ْ ع ِقلُو َ ن ْو
ِ
ْر ت ال ْي َ ن ا ْل ُم ِر ال حا ِح ب ت „م ل
ل َق َيا
Artinya :
43
2.7 Kesimpulan
Ny. S, perempuan berusia 40 tahun, mengeluhkan kolik renalis, BAK nya keruh dan
berpasir, frekuensinya sering, dengan demam dan mual, nyeri ketok CVA karena
mengalami Pyelonefritis + sistitis et causa ureterolithiasis dextra
44
2.8 Kerangka Konsep
Inflamasi
Ureterolithias Inflamasi
Ascending
is Descending
(pielonefritis) (sistitis)
Reaksi
inflamasi
(demam)
45
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, A., Marco Manza Adi Putra, 2016. Nefrolitiasis. Major. FK Univ.
Lampung 5, 69–73.
Sja’bani M. 2014. Batu saluran kemih dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
II, edisi VI. Jakarta:Internapublishing. Hal: 2123-2129.
46
Alelign, T., & Petros, B. 2018. Kidney Stone Disease: An Update on Current
Concepts. Advances in urology. Article ID 3068365, 12 pages
Agabegi, S.S., et al. 2020. Step-up to medicine. Philadelphia: Wolters Kluwer.
Stone, C K. dan Roger L.H. 2017. Current diagnosis & treatment. New York:
McGraw-Hill Education.
Mody, L. dan Juthani-Mehta, M. 2014. Urinary tract infections in older women: a
clinical review. JAMA. 311(8):844-854.
McAninch, J.W., and Tom, F.L. 2020. Smith & Tanagho's general urology. New
York: McGraw-Hill.
Cartwright, S.L. dan Knudson, M.P. 2018. Evaluation of Acute Abdominal Pain
in Adults. American Family Physician. 77(7): 971-978.
Casazza, B.A. 2012. Diagnosis and Treatment of Acute Low Back Pain. American
Family Physician. 85(4):343-350.
Liu, Y., et al. 2018. Epidemiology of urolithiasis in Asia. Asian journal of
urology. 5(4), 205–214.
Lina, L. F. & Lestari, D. P., 2019. Analisis Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan Penyebab pada Pasien di Poliklinik Urologi RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Bengkulu, 7(1).
Sja’bani M. 2014. Batu saluran kemih dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
II, edisi VI. Jakarta:Internapublishing. Hal: 2123-2129.
47
48