MODUL 1
BERAT BADAN MENURUN
OLEH :
KELOMPOK 9
(TUTOR : dr. Risma Juniarni Asif)
Komang Ayu Sadhvita Dewi K1A1 18 006
Siti Hardianti Rahayu K1A1 18 007
Rosyida K1A1 18 008
Ariani K1A1 18 009
Nur Aksa K1A1 18 010
Firzah Auliyah K1A1 18 083
Nur Zakiyah Sunardi Putri K1A1 18 084
Reisyah Mutmarani K1A1 18 085
Wa Ode Sri Rezeky Amal Janna K1A1 18 086
Didik Suprawati K1A1 18 111
1
I. KASUS
Skenario : Berat Badan Menurun
2
8. Jelaskan diagnosis diferensial dan diagnosis sementara dari kasus pada
skenario!
9. Jelaskan penatalaksanaan dari diagnosis sementara!
10. Apakah ada hubungan antara jenis obat yang dikonsumsi dengan penurunan
berat badan?
11. Jelaskan golongan obat penurun gula darah yang dapat menurunkan berat
badan secara drastis!
3
V. JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan Anatomi, histologi, biokimia, dan fisiologi organ terkait!
A. ANATOMI
1. HIPOTALAMUS DAN HIPOFISIS
Hipotalamus merupakan bagian diensefalon paling ventral, terletak di
bawah thalamus dan ventromedialis dari subtalamus. Hipotalamus membentuk
lantai bagian bawah dinding lateral ventrikel ketiga, di bawah sulkus
hipotalamikus. Di dasar otak, bagian-bagian dari hipotalamus dapat terlihat
ditempati area kecil yang dikelilingi oleh krus serebri, kiasma optikum dan
traktus optikus. Pada garis tengah tepat di bagian kaudal kiasma optikum,
terletak area yang sedikit meninggi yaitu tuber sinereum, di mana dari bagian
ujung nyater dapat tangkai halus yaitu infundibulum (prosesus infundibularis)
atau tangkai kelenjar hipofisis.
4
2. KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid adalah suatu kelenjar endokrin yang terdiri atas dua
buah lobus yang simetris berbentuk konus dengan ujung di sebelah cranial
kecil dan ujung di sebelah caudal besar. Antara kedua lobus tersebut
dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berukuran kira-kira 5 cm dibungkus
oleh fascia propria yang disebut true capsula dan di sebelah luarnya lagi
dibungkus oleh fascia pretrachoalis membentuk false capsula.
5
Innervasinya berasal dari ganglion cervicalis medius dan ganglion
cervicalis inferior (simpatis).
3. PANKREAS
6
Pada pancreas vena-vena sesuai dengan arteri-arterinya dan bermuara
melalui v. mesenterica superior dan v. splenica ke dalam v. portae hepatis.
4. KELEJAR SUPRARENALIS
7
Kelenjar suprarenalis mendapat vaskularisasi arteri dari a. suprarenalis
superior (cabang a. phrenica inferior), a. suprarenalis media (cabang langsung
aorta abdominalis), a. suprarenalis inferior (cabang a. renalis). Arteri tersebut
tidak masuk pada hilus suprarenalis tetapi pada permukaan lainnya.
Sedangkan vaskularisasi vena berasal dari v. suprarenalis sinistra bermuara ke
v. renalis sinistra. Aliran limfa kelenjar suprarenalis mengikuti v. suprarenalis
ke nl. paraaortici. Kelenjar suprarenal dipersarafi simpatis dari n. splanchnicus
thoracis, ke cortex dan medulla, tidak ada innervasi parasimpatis.
B. HISTOLOGI
1. HIPOFISIS / KELENJAR PITUITARI
a. Adenohipofisis
Adenohipofisis yang berasal dari epitel memiliki tiga subdivisi : pars
distalis, pars tuberalis, dan pars intermedia. Pars distalis adalah bagian
hipofisis terbesar. Pars tuberalis mengelilingi tangkai saraf (neural
stalk), atau infundibulum. Pars intermedia adalah suatu lapisan sel tipis
antara pars distalis dan neurohipofisis. Bagian ini mencerminkan sisa
kantong hipofisis (Rathke) yang menjadi rudimenter pada manusia tapi
menonjol pada mamalia lain.
8
Pada gambar dibawah ini terlihat banyak kapiler sisnusoid dan
berbagai jenis sel di pars distalis. Sel kromofob memiliki sitoplasma
homogen berwarna pucat dan pada normalnya lebih kecil daripada
kromofil. Sitoplasma kromofil berwarna kemerahan di asidofil dan
kebiruan di basofil.
Gambar 1 : Hipofisis potongan pars distalis, pars tuberalis dan pars nervosa
Sel-sel di Adenohipofisis
9
Gambar 2 : Jenis Sel di Hipofisis
10
Neuron (badan sel) akson-akson ini terletak di nukleus supraoptik
dan paraventrikel (kumpulan neuron) di hipotalamus. Akson tak bermielin
menjulur dari hipotalamus ke dalam neurohipofisis memberntuk traktus
hipotalamohipofisialis dan sebagian besar neurohipofisis. Akson-akson ini
juga berakhir di dekat kapiler berpori di pars nervosa.
Neuron di hipotalamus mula-mula mensintesis hormone yang
dibebaskan dari neurohipofisis. Hormone-hormon ini berikatan dengan
glikoprotein pengangkut (neurofisin) dan kemudian dipindahkan dari
hipotalamus turun menelusuri akson (transport aksonal) ke neurohipofisis.
Di sini, hormon menumpuk dan disimpan di ujung-ujung akson tak
bermielin yang menggembung disebut dengan badan Herring. Jika
diperlukan, hormon dari neurohipofisis secara langsung dibebaskan
kedalam kapiler berpori pars nervosa oleh impuls saraf dari hipotalamus.
2. KELENJAR ADRENAL / SUPRARENAL
11
a. Korteks Adrenal
Korteks adrenal memperlihatkan tiga zona konsntrik : zona
glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis
• Zona glomerulosa adalah suatu zona tipis di bawah kapsul kelenjar
adrenal. Bagian ini terdiri dari sel-sel yang membentuk kelompok-
kelompok kecil.
• Zona fasikulata terleta di tengah dan merupakan zona paling tebal dari
korteks adrenal. Zona ini memperlihatkan kolom-kolom vertical
berketebalan satu sel disamping kapiler lurus. Lapisan ini ditandati
oleh sel berwarna pucat karena meningkatnya keberadaan butir lemak.
• Zona retikularis adalah baian paling dalam yang berdampingan
dengan medulla adrenal. Sel-sel di zona ini tersusun dalam korda atau
gumpalan.
Diketiga zona, sel-sel sekretorik berada di kapiler berpori. Sel-sel
di zona-zona korteks adrenal tersebut menghasilkan tiga kelas hormon
steroid : mineralkortikoid, glukokortikoid, dan hormon seks.
b. Medulla Adrenal
Medulla terletak di bagian tengah kelenjar adrenal. Sel-sel di
medulla adrenal, yang jga mebentuk korda-korda kecil, adalah modifikasi
neuron simpatis pascaganglion yang telah kehilangan akson dan dendrite
pada perkembangannya. Sel-sel tersebut menjadi sel sekretorik yang
12
membentuk dan mengeluarkan katekolamin (terutama epinefrin dan
noreprinefrin). Akson praganglion neuron simpatis menyarafi sel-sel
medulla adrenal, yang dikelilingi oleh jejaring kapiler ekstensif.
Karenanya, pengeluaran epinefrin dan norepinefrin dari medulla adrenal
sangat efisien dan di bawah kendali langsung divisi simpatis sistem saraf
autonom. Di medulla adrenal terdapat sel ganglion.
3. KELENJAR TIROID
13
Gambar 5: Kelenjar tiroid
4. PANKREAS
a. Pankreas Eksokrin
Pankreas adalah organ lunak yang terletak di posterior lambung.
Kaput (kepala) pankreas terletak di lengkung duodenum, dan kauda (ekor)
pankreas menjulur di rongga abdomen hingga ke limpa. Sebaian besar
pankreas adalah kelenjar eksokrin . unit sekretorik eksokrin atau asinus
mengandung sel-sel asinus berbentuk pyramid, yang aspeknya terisi oleh
granula sekretorik. Granula-granula ini mengandung precursor beberapa
enzim pencernaan pankreas yag disekresikan ke dalam lumen usus melalui
duktus eksretorik dalam bentuk inaktif.
Asinus sekretorik pankreas dibagi menjadi beberapa lobulus dan
disatukan dengan jaringan ikat longgar. Duktus eksretorius di pankreas
eksokrin berawal dari bagian tengah asinus sebagai sel sentrasinus pucat,
yang bersambungan dengan sel pelapis duktus menyatu untuk membentuk
duktus interlobularis di jaringan ikat yang kemudian menyatu untuk
membentuk duktus interlobularis yang lebih besar dan mengalirkan isinya
ke duktus pankreatikus utama. Duktus eksretorius pankreas tidak
14
memperlihatkan gambaran bergaris pada sel-selnya, dan tidak terdapat
duktus striata.
b. Pankreas endokrin
Bagian endokrin pankreas tersebar diantara asinus eksokrin sebagai
unit-unit terisolasi yang pucat dan mempunyai banyak pembuluh darah
yang dinamai pulau (islet) pankreas (langerhans). Masing-masing pulau
dikelilingi oleh serat halus jaringan ikut reticular. Dengan pulasan
imunohistokimia khusus, dapat diidentifikasi empat jenis sel di masing-
masing pulau pankreas : sel alfa, sel beta, sel deta dan polipeptida
pankreas (PP). Sel utama adalah alfa, beta, dan delta. Sel-sel lain di pula
pankreas, termasuk sel PP, dianggap sebaai sel minor.
Sel alfa membentuk sekitar 20% bagian pulau terutama terdapat
disekitar perifer pulau. Sel beta adalah sel terbanyak, membentuk sekitar
70% dari sel-sel pulau langerhans dan terutama terkonsentrasi dibagian
tengah pulau. Jenis sel sisanya memiliki jumlah terbatas dan terletak di
berbagai lokasi di seluruh pulau.
15
C. BIOKIMIA
1. HIPOFISIS
16
Dua hormon kelenjar hipofisis posterior yaitu oksitosin dan
vasopressin. Oksitosin bekerja pada otot polos rahim dan kelenjar susu,
menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan dan mendukung
pelepasan ASI selama menyusui sedangkan untuk vasopressin (juga
disebut sebagai hormon antidiuretik) meningkatkan reabsorbsi air di ginjal
dan memicu penyempitan pembuluh darah, sehingga meningkatkan
tekanan darah.
2. PANKREAS
17
Mekanisme pengeluaran insulin dari dalam sel
3. KELENJAR TIROID
Pada hormon dari kelenjar tiroid bukan hanya berperan bagian dari
sistem imun tubuh tetapi membant untuk mendorong lipolisis. Hormon-
hormon lain mempercepat pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan
adipose dan meningkatkankadar asam lemak bebas di dalam plasma
dengan meningkatkan laju lipolisis simpanan triasil gliserol. Hormon
hormon ini mencakup epinefrin, noreepinefrin, glukagon, ACTH, MSH,
TSH, GH, dan vasopressin. Banyak hormon ini yang mengaktifkan lipase
sensitive hormon. Agak optimalnya, sebagian besar lipolitik ini
memerlukan keberadaan glukokorikoid dan hormon tiroid. Hormon-
hormon ini bersifat fasilitatorik atau permisif yang erat kaitannya dengan
faktor endokrin lipolitik lainnya.
18
4. KELENJAR ADRENAL
D. FISIOLOGI
1. HIPOTALAMUSDAN HIPOFISIS
a. Hipotalamus
Hipotalamus tidak bekerja langsung menghasilkan efek fisiologis,
tetapi mengeluarkan hormon hormon yang fungsinya untuk
melepaskan atau menghambat hormon stimulator dari hipofisis.
Hormon hormon yang dikeluarkan adalah TRH (Thyrotropin dan
prolactin), CRH (Corticotropin), GnRH (Gonadotropin), GHRH
(Growth Hormone), GHIH (Growth Hormone dan TSH), PRH
(Prolactin), dan PIH (Prolactin).
19
Fungsi dari hipotalamus adalah :
1. Regulasi sekresi hormon hipofisis
2. Mengontrol fungsi sistem saraf otonom
3. Mengontrol regulasi temperatur tubuh
4. Mengatur food and water intake
5. Mengatur tidur dan terjaga
6. Berpengaruh pada tingkah laku serta emosional
b. Hipofisis Posterior
Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu sistem
neuroendokrin yang terdiri dari suatu populasi neuron neurosekretorik
yang badan selnya terletak di dua kelompok di hipotalamus, yaitu
nukleus supraoptikus dan nukleus paraventrikel. Akson dari neuron-
neuron ini turun melalui tangkai penghubung tipis untuk berakhir di
kapiler di hipofisis posterior. Secara fungsional dan anatomis, hipofisis
posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus.
Hipofisis posterior sebenarnya tidak menghasilkan hormon apapun.
Bagian ini hanya menyimpan dan setelah mendapat rangsangan yang
sesuai, mengeluarkan dua hormon peptida kecil, yaitu vasopresin dan
oksitosin yang disintesis oleh badan sel neuron di hipotalamus ke
dalam darah. Hormon yang disintesis dikemas dalam granula
sekretorik yang diangkut oleh motor molekular menuruni sitoplasma
akson dan disimpan di terminal neuron di hipofisis posterior. Setiap
ujung saraf ini menyimpan vasopresin atau oksitosin.
1) Oksitosin
Fungsi :
• Menstimulasikontraksi uterus padaakhirkehamilan
• Menstimulasipelepasan ASI dariKelenjarMammae
2) ADH (Anti Diuretic Hormone) = Vasopressin
Fungsi :
• Meningkatkanreabsorbsi air olehTubulusGinjal
20
• Menurunkanproduksikeringat
• Menyebabkanvasokonstriksi
c. Hipofisis Anterior
Tidak seperti hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon yang
disintesis oleh hipotalamus, hipofisis anterior itu sendiri membentuk
hormon-hormon yang akan dibebaskannya ke dalam darah.
1) Growth Hormon (GH)
▪ Merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak
▪ Meningkatkan penghematan glukosa
▪ Merangsang anabolisme protein
▪ Merangsang mobilisasi lemak untuk energi
2) Thyroid-stimulating hormone (TSH): Merangsang sekresi Hormon
T3 dan T4 oleh Kelenjar Tiroid
3) ACTH : meningkatkan sekresi kortisol oleh korteks adrenal
4) Prolaktin : Mendorong perkembangan payudara dan stimulasi
produksi susu oleh kelenjar mammae
5) Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Pada wanita :
▪ Menginisiasi pertumbuhan ovum dalam folikel ovarium
▪ Meningkatkan sekresi estrogen oleh sel folikel
Pada laki-laki :Menginisiasi produksi sperma dalam testis
6) Luteinizing Hormone (LH)
Pada wanita :
▪ Menyebabkan ovulasi
▪ Menyebabkan folikel ovarium ruptur menjadi corpus luteum
▪ Meningkatkan sekresi estrogen dan progesterone
Pada laki-laki: Meningkatkan sekresi testosteron oleh sel
interstisial testis.
21
2. KELENJAR TIROID
a. Sel folikel menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium
yang berasal dari asam amino tirosin : T4 (Tetraiodotironin atau
tiroksin) dan T3 (Triiodotironin). Efek T3 dan T4:
1) Laju metabolisme dan produksi panas meningkat
2) Peningkatan aktivitas saraf simpatis
3) Meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga
curah jantung meningkat
4) Peningkatan pertumbuhan dan perkembangan SSP
22
❑ Fungsi Endokrin
Diantara sel eksokrin terdapat kelompok-kelompok sel endokrin
yang disebut pulau langerhans, yang membentuk 1-2% total massa
pankreas. Pulau langerhans terdiri atas 5 sel, yaitu :
Sel α (alfa) 25% : menghasilkan hormon glukagon
Sel β (beta) 60% : tempat sintesis dan sekresi insulin
Sel δ (delta) : tempat sintesis somatostatin
Sel F : sekresi polipeptida pankreas
Fungsi hormon insulin
• Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
• Menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan asam amino darah
serta mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut
Fungsi insulin terhadap metabolisme karbohidrat:
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar glukosa darah
dan mendorong penyimpanan karbohidrat :
1) Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel
2) Insulin merangsang glikogenesis di otot rangka dan hati
3) Insulin menghambat glikogenolisis
4) Insulin menghambat glukoneogenesis
Fungsi insulin terhadap metabolisme lemak:
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar asam lemak dari
darah dan mendorong penyimpanan trigliserida :
1) Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam
jaringan lemak
2) Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak
melalui rekrutmen GLUT-4. Glukosa berfungsi sebagai prekursor
untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah
untuk membentuk trigliserida
3) Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya
menggunakan turunan asam lemak dan glukosa untuk sintesis
trigliserida
23
4) Insulin menghambat lipolisis, mengurangi pembebasan asam
lemak dari jaringan lemak ke dalam darah
Fungsi insulin terhadap metabolisme protein:
Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan
sintesis protein melalui beberapa efek :
1) Insulin mendorong transpor aktif asam amino dari darah ke dalam
otot dan jaringan lain
2) Insulin meningkatkan lanju inkorporasi asam amino menjadi
protein dengan merangsang perangkat pembentuk protein yang
ada di sel
3) Insulin menghambat penguraian protein (proteolisis)
Fungsi Hormon Glukagon
• Sebagian besar efek glukagon berlawanan dengan insulin
• Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Efek hormon glukagon
a. Pada karbohidrat, menyebabkan peningkatan produksi dan
pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah
meningkat (menurunkan glikogenesis, glikonenolisis dan
merangsang glukoneogenesis)
b. Pada lemak, mendorong lipolisis, menghambat sintesis trigliserida
dan meningkatkan produksi keton hati (ketogenesis) dengan
mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton
c. Pada protein, menghambat sintesis protein di hati serta
mendorong penguraian protein hepatic
Fungsi Somatostatin
Menghambat pelepasan hormon sel pulau Langerhans lainnya
melalui aksi parakrinlokal
menghambat pelepasan GH dan TSH di kelenjar hipofisis anterior
Menghambat sekresi HCI oleh sel parietal lambung
Fungsi Polipeptida Pankreas
• Merangsang aktivitas sel chief lambung;
24
• Menghambat sekresi empedu, sekresi enzim pankreas dan
bikarbonat.
• Menghambat morilitas usus
4. KELEJAR SUPRARENALIS
a. Korteks adrenal menghasilkan hormone steroid. Berdasarkan efek
kerja primernya, steroid adrenal di bagimenjadi 3,yaitu:
1) Mineralkortikoid
2) Glukokortikoid,
3) Hormonseksidentikatauserupadengan yang dihasilaknoleh gonad
(testis pada pria, ovarium pada wanita)
25
Efek lain
a. Epinefrin bekerja pada susunan safar pusat untuk menimbulkan
keadaan terjaga dan meningkatkan kewaspadaan
b. Epinefrin maupun norepinefrin menyebabkan pengeluaran
keringat yang membantu tubuh membuang panas tambahan
yang dihasilkan oleh aktivitas otot.
c. Dilatasi pupil dan pendataran lensa dalam menyesuaikan mata
utuk penglihatan lebih luas sehingga ancaman keseluruhan dapat
cepat diketahui.
d. Norepinefrin (20%dari katekolamin).
26
2. Jelaskan mengenai Diabetes Melitus tipe 1, Diabetes Melitus tipe 2, dan
Diabetes Melitus tipe lain!
Tipe Etiologi
DM Tipe 1 Destruksi sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi
insulin absolut
• Melalui proses imunologik (Otoimunologik)
• Idiopatik
DM Tipe 2 Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin
DM Tipe lain • Defek genetik fungsi sel β
• Defek genetik kerja insulin
• Penyakit eksokrin pankreas:
- Pankreatitis
- Trauma/Pankreatektom
- Neoplasma
- Cistic Fibrosis
- Hemokromatosis
• Endokrinopati:
- Akromegali
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
- Hipertiroidisme
• Diabetes karena obat/zat kimia:
Glukokortikoid,
hormon tiroid,
asam nikotinat,
pentamidin,
vacor,
tiazid,
27
dilantin,
interferon
• Diabetes karena infeksi
• Diabetes Imunologi (jarang)
• Sidroma genetik lain.
28
hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas
dengan gen-gen yang merupakan faktor predisposisi untuk DM Tipe 2.
Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang
berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang
cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi,
awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
“Resistensi Insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya
hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan.
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga
timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang
berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β
Langerhans secara otoimun sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1.
Dengan demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe 2
hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab itu dalam penanganannya
umumnya tidak memerlukan terapi pemberian insulin.
C. Diabetes Melitus tipe lain
Diabetes yang terjadi akibat penyebab lainnya, bukan bagian dari tipe 1
maupun tipe 2.
29
Menurut data dari kementrian kesehatan RI tahun 2013, proporsi penderita
diabetes mellitus meningkat seiring meningkatnya usia. Proporsi Toleransi
Glukosa Terganggu meningkat seiring usia hingga tertinggi pada kelompok
usia 65-74 tahun kemudian edikit menurun. Sedangkan proporsi Glukosa
Darah Puasa Terganggu meningkat seiring usia hingga tertinggi pada
kelompok usia 55-64 tahun kemudian sedikit menurun pada kelompok usia
selanjutnya.
Menurut jenis kelamin, proporsi penderita diabetes mellitus dan toleransi
glukosa terganggu lebih tinggi pada wanita, sedangkan glukosa darah puasa
terganggu lebih tinggi pada laki-laki.
30
Pada pengendalian kadar glukosa darah yang semakin intenfis, risiko
hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) semakin meningkat, pemberian
obat penurun glukosa darah dapat secara tiba-tiba menyebabkan kadar
glukosa darah menurun dibawah batas normal sehingga suplai glukosa ke
jaringan ikut menurun, termasuk ke jaringan serebral. Apabila suplai
glukosa ke otak tidak adekuat dapat mengganggu fisiologi dari otak yang
bermanifetsasi pada keluhan pusing dan mata berkunang-kunang.
31
abnormal.Apabila glukosa tidak mampu mencukupi kebutuhan
metabolisme tubuh, maka tubuh menggunakan glikogen dan protein
sebagai bahan bakar penggantinya. Akibatnya, massa otot menurun
dan berat badanpun menurun.
• Pengaruh hormon kortisol
Salah satu hormon yang mengatur regulasi berat badan adalah
kortisol. Apabila terjadi penurunan kortisol, akan berakibat pada
menurunnya metabolisme dalam tubuh. Penurunan kortisol ini sendiri
dapat disebabkan oleh desktruksi korteks adrenal. Penurunan
metabolisme dalam tubuh akan mengakibatkan penurunan jumlah
energi yang diperoleh (ATP menurun). Hal ini memicu terjadinya
pemecahan di dalam otot sendiri, sehingga massa otot berkurang.
Penurunan massa otot ini pada akhirnya akan menyebabkan penurunan
berat badan.
32
6. Hormon apa saja yang mempengaruhi penurunan berat badan?
33
B. Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Pernapasan,
Suhu
• Inspeksi: Gelisah, tremor, rasa lemah, keringat berlebih, sesak napas,
kelemahan otot.
• Palpasi: Pembesaran kelenjar tyroid
• Perkusi: -
• Auskultasi: Jantung berdebar
C. Pemeriksaan penunjang
• Antropometri: Berat badan menurun, Indeks Massa Tubuh menurun
• Pemeriksaan laboratorium:
- Pengukuran hormon tiroid
Hanya sekitar 1% hormon tiroid berada dalam keadaan ‘bebas’ dan
aktif secara metabolik karena baik T3maupun T4terikat kuat dengan
protein transpor dalam plasma. Assay T3maupun T4‘total’ terutama
mengukur hormon yang terikat protein. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai keadaan yang memengaruhi konsentarasi protein.Pada
hipertiroidisme, kadar T3 maupunkadar T4 tinggi. pengukuran
hormon penstimulasi tiroid (TSH) Pengukuran TSH merupakan tes
fungsi tiroid yang paling banyak digunakan. Pengukuran ini relatif
tidak terganggu oleh interfensi assay dan dapat dipercaya dalam
memprediksi fungsi tiroid sesuai prinsip umpan balik negatif. Oleh
karena itu, pada hipertiroidisme konsentrasi TSH rendah bahkan tidak
dapat terdeteksi. Pemeriksaan biokimiawi lain untuk fungsi tiroid
seperti pemeriksaan TRH jarang digunakan karena assay TSH yang
sangat sensitive.
34
• Menilai alergi obat :
Pemeriksaan penunjang yang khusus untuk alergi obat tebagi
menjadi pemeriksaan in vivo seperti tes intradermal untuk igE dan in
vitro seperti pemeriksaan serum triptase, RAST, dan Enzyme linked
Immunosorbent Assay (ELISA). Beberapa pemeriksaan penunjang
khusus yang penting untuk menunjang diagnosis alergi obat adalah tes
kulit untuk reaksi hipersensitivitas cepat (lgE), tes tempel, tes
provokasi atau tes dosing, radioallergosorbent test (RAST), mengukur
lgG atau lgM yang spesifik untuk obat, mengukur aktivasi komplemen,
mengukur pelepasan histamin atau mediator lain dari basofil,
mengukur mediator seperti histamin, prostaglandin, leukotrien,
triptase, transformasi limfosit, uji toksisitas leukosit, evaluasi dengan
bantuan komputer.
35
8. Jelaskan diagnosis diferensial dan diagnosis sementara dari kasus pada
skenario!
A. HIPOGLIKEMIA
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
36
4. Intake kalori yang sangat kurang.
5. Hipogliemia reaktif.
6. Infeksi berat, kaner yang lanjut, gagal ginjal, gagal hepar.
7. Insufisiensi adrenal.
8. Kelainan kongenital yang yang menyebabkan sekresi insulin berlebihan
(pada bayi).
9. Hepatoma, mesothelioma, fibrosarcoma.
10. Insulinoma.
DIAGNOSIS
GEJALA KLINIS
Terjadi oleh karena dua penyebab utama yakni: 1. Terpacunya aktivitas saraf
otonom, terutama simpatis, 2. Tidak adekuatnya suplai glukosa ke jaringan
serebral sehingga menimbulkan gejala neurogenik seperti:
1. Gemetaran
2. Kulit lembab dan pucat
3. Rasa cemas
4. Keringat berlebihan
5. Rasa lapar
6. Mudah rangsang
7. Penglihatan kabur atau kembar
Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah <60 mg/dL,
meskipun pada orang tertentu sudah dirasakan diatas kadar tersebut (<70
37
mg/dL). Tapi pada umumnya pada kadar GD <50 mg/dL telah memberi
dampak pada fungsi serebral.
KOMPLIKASI
Pada tahap lanjut, hipoglikemia akan memberikan gejala defisiensi glukosa pada
jaringan serebral (gejala neuroglikopenik) yakni:
1. Sulit berfikir
2. Bingung
3. Sakit kepala
4. Kejang-kejang
5. Koma
Bila keadaan hipoglikemia tidak cepat teratasi, maka dapat menimbulkan
kecacatan bahkan kematian.
PENATALAKSANAAN
38
- Untuk insufisiensi adrenal, suntikan hidrokortison intramuskuler
berperan dalam memacu proses gluconeogenesis.
- Pada anak-anak suntikan growth hormone
PROGNOSIS
Cukup banyak kejadian hipoglikemi luput dari pengamatan pasien dan dokter
disebabkan spectrum gambaran klinis yang cukup lebar serta kurangnya
pemahaman pasien terhadap hipoglikemi tersebut. Dimana bila hipoglikemia tidak
cepat teratasi, maka dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian.
DEFINISI
Diabetes melitus tipe 2 adalah jenis yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi
pada usia diatas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun.
Sekitar 90-95% penderita diabetes adalah penderita diabetes tipe 2.
Pada diabetes tipe 2, pancreas masih bias membuat insulin, tetapi kualitas
insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.
Pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin itu,
menurunkan glukosa, memperbaiki pengolahan gula di hati, dan lain-lain.
ETIOLOGI
Diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin
banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan.
Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik
yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara
39
autoimun seperti diabetes mellitus tipe 1. Defisiensi fungsi insulin pada penderita
diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relative dan tidak absolut.
EPIDEMIOLOGI
DIAGNOSIS
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
40
KOMPLIKASI
a. Komplikasi Akut
Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan
dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga
komplikasi tersebut adalah:
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga
60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang berlebihan, atau aktifitas
fisik yang berat.
2) Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak.
3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non ketotik
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of
awareness).
Komplikasi Kronik
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ dalam
tubuh. Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim digunakan adalah :
Komplikasi Makrovaskuler
41
2) Penyakit Serebrovaskuler
Komplikasi Mikrovaskuler
1) RetinopatiDiabetik
2) Nefropati
42
3) Neuropati Diabetes
PROGNOSIS
Prognosis diabetes mellitus usia lanjut tergantung pada beberapa hal dan
tidakselamanya buruk. Pada usia lanjut DM yang terawat baik prognosisnya baik,
pada pasien diabetes mellitus usia lanjut yang jatuh dalam keadaan koma
hipoglikemik atau hiperosmolar prognosisnya kurang baik. Hipoklikemik pada
pasien usia lanjut biasanya berlangsung lama dan serius dengan akibat kerusakan
otak yang permanen. Karena hiperosmolar adalah komplikasi yang sering
ditemukan pada usia lanjut dan angka kematian yang tinggi.
C. TIROKTOKSIKOSIS
DEFINISI
43
Penyebab lain adalah tiroiditis, penyakit tropoblastis, pemakaian yodium yang ber
lebihan, atau obat hormon tiroid
ETIOLOGI
44
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes TSHs, tes TSH generasi ke tiga dapat mendeteksi TSH pada
kadar yg sangat rendah → pemeriksaan tunggal
• Tes FT4 bila TSHs abnormal (FT4 > sensitif FT3) digunakan untuk
konfirmasi hipotiroidisme
• Tes T3 untuk membantu diagnosis hipertiroidismedgn kadar T4
normal
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
1. Obat Antitiroid
- Propiltiourasil (PTU) dosis awal 300-600 mg/hari, dosis maksima2.000
mg/hari
- Metimazol dosis wal 20-40 mg/hari
- Indikasi:
- Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada
pasien muda dengan strauma ringan – sedang dan tirotoksikosis
- Untuk mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan iodium radioaktif
- Persiapan tiroidektomi
- Pasien hamil, lanjut usia
- Krisis tiroid
2. Penyakit adrenergik beta
- Pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi
eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian antitiroid
- Propanol dosis 40- 200 mg dalam 2 – 3 dosis
- Pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4 – 6 minggu. Setelah
eutiroid tercapai pemantauan setiap 3 -6 bulan sekali: memantau gejala
dan tanda klinis, serta lab
- FT4 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat antitiroid dikurangi
dosisnya dan di pertahankan dosis terkecil yang masih memberikan
45
keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan di
hentikan, dan di nilai apakah terjadi remisi.
- Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid dihentikan,
pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari tetap
eutiroid atau terjadi relaps
BEDAH
Indikasi:
- Pasien usia muda dengan strauma besar dan tidak respons dengan
antitiroid
- Wanita hamil trimester kedua yang memerlukan obat dosis tinggi
- Alergi terhadap obat antitiroid, dan tidak dapat menerima terapi iodium
radioaktif
- Adenoma toksis, straumamultinodosatoksis
- Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
KOMPLIKASI TIROTOKSIKOSIS
46
kan dimasukkan ke dalam sel oleh insulin bersama-sama dengan kalium
(K channel ATP-ase).
- Komplikasi akibat pengobatan. Komplikasi ini biasanya akibat overtreat
ment dan akibat efek samping obat (agranulositosis dan hepatotoksis).
PROGNOSIS
Cenderung tidak mengalami remisi pada laki-laki usia <40 tahun dengan
ukuran gondok yang besar dan tirotoksikosis yang klinis lebih berat (didapatkan
titer antibodi reseptor TSH yang tinggi)
47
pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik,
dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
2) Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu
makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing
individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium
kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari.
3) Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing
selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat
aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan meningkatkan sensitifitas insulin
B. Penatalaksanaan Farmakologis
48
1) Profil Obat antihiperglikemia Oral yang beredar di Indonesia
49
50
2) Obat Suntikan
51
10. Apakah ada hubungan antara jenis obat yang dikonsumsi dengan
penurunan berat badan?
Ada beberapa golongan obat Diabetes Melitus yang memiliki efak
samping menurunkan Berat Badan yaitu obat golongan biguanid
contohnya metformin dimana obat ini dapat menurunkan BB ringan dan
sedang akibat penekanan nafsu makan dan menurunkan hiperinsulinemia
akibat resistensi insulin, golongan glukagon like peptide (GLP-1 reseptor )
contohnya exenaside yang memiliki efek samping menurunkan BB dan
golongan sodium glucose co transporter 2 ( SGLT-2 inhibitor ) contohnya
canagliflozine.
52
11. Jelaskan golongan obat penurun gula darah yang dapat menurunkan
berat badan secara drastis!
53
Daftar Pustaka
Alan, Crossman dan David Neary. Edisi kelima Neuroanatomi: Buku Ajar
Ilustrasi Berwarna. Singapura: Elsevier.
Paulsen, Friedrich dan Jens Waschke. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Jakarta:
EGC.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2006. Obat-Obat Penting. Jakarta : Depkes
RI
54