Anda di halaman 1dari 19

Prinsip-prinsip Ekologi dan Evolusi

A. Interaksi ekologi
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dan
lingkungannya, serta akibat yang ditimbulkannya. Ekologi mempelajari distribusi dan
kelimpahan organisme tersebut, dan mekanisme pola yang menentukan penyebarannya.
1.

Sumber daya yang bisa diperbaharui dan tidak bisa diperbaharui


Fungsi dari sumber daya sangat penting dalam studi ekologi. Sumber daya adalah

material yang melimpah di alam yang dapat dibatasi keterbatasan, pertumbuhan,


ataupun perkawinan. Makanan, tempat, dan nutrien anorganik tak terlarut berpotensi
membatasi sumber daya. Sumber daya yang bisa habis terkuras dan lama tak tersedia
adalah sumber daya yang tidak bisa diperbaharui. Sumber daya yang terus tersedia
secara berkelanjutan adalah sumber daya yang bisa diperbaharui.
B. Hierarki ekologi
Ekologi mempelajari berbagai tingkat interaksi hierarki, termasuk individual,
populasi, spesies, komunitas, ekosistem. Proses ekologi harus dipelajari pada tingkattingkat hierarki. Tingkatan penting, dari universal sampai spesifik, yaitu :
1. Tingkat individu
Individu adalah organisme yang secara psikologi independen dari organisme lain.
Pada tingkat individu, kita diminta untuk memahami bagaimana organisme bertahan
dibawah bebagai macam kondisi kimiawi fisik, dan bagaimana individu menemukan
tempat perlindungan dan pasangan, menghindari predator, dan menemukan makanan.
2. Tingkat populasi
Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang bereaksi
terhadap faktor lingkungan yang sama. Pada tingkat populasi, kita ingin memahami
persoalan seperti seberapa besar seharusnya populasi menghasilkan anggota muda agar

populasi tersebut bertahan. Kita juga tertarik pada populasi yanag memiliki varietas
genetik yang cukup untuk adaptasi evolusi dalam perubahan lingkungan.
3. Tingkat komunitas
Komunitas merupakan sekelompok populasi dari spesies yang berbeda dan hidup di
tempat yang sama. Pada tingkat ini, kita tertarik pada interkasi antar spesies yang
mungkin dipengaruhi ukuran populasi yang ada.
4.

Tingkat ekosistem
Ekosistem merupakan habitat keseluruhan, termasuk seluruh segi abiotik dan

seluruh spesies hidup yang ada di dalamnya.


5.Tingkat biosfer
Biosfer merupakan segala bentuk interaksi kehidupan di Bumi dan lingkungannya.
C. Predasi
Ada 2 tipe predator dalam memangsa mangsanya, yaitu tipe mobile dan stasioner.
Dalam lingkungan laut, predator dengan tipe memangsa stasioner di antaranya anemone
dan coelenterate lainnya. Sedangkan ikan, bintang laut, kelompok gastropoda, burung,
dan kepiting merupakan jenis predator mobile. Setiap individu memiliki metode mencari
mangsa yang berbeda-beda.
Sebagian besar predator mampu mengkonsumsi berbagai mangsa. Pada Digging
snail, misalnya, dapat mengkonsumsi berbagai teritip dan berbagai jenis kerang. Berangberang laut menyelam dan mengambil sea-urchin, abalone, dan invertebrate bentik besar
lainnya. Densitas makanan secara keseluruhan menurun, membayar untuk menjadi
kurang pemilih dan memperluas jangkauan mangsa. Kesimpulan ini dapat diubah jika ada
beberapa biaya dalam belajar untuk beralih dari satu item mangsa lain. Misalnya, siput
mungkin mengembangkan pencetakan penciuman pada jenis mangsa yang diberikan.
Mungkin biaya lebih untuk mengubah pencetakan ini daripada terus memburu item
mangsa asli. Kekenyangan, atau batas-batas kegiatan pencernaan, mungkin juga penting.
hewan predator mungkin melewatkan mangsa jika usus predator yang mengisi dan dapat
dikaitkan lagi untuk saat ini .

Waktu yang dihabiskan di tempat makanan juga merupakan daerah penting dari
keputusan

yang

mempengaruhi

total

asupan

pemangsa

mangsa.

Dengan

mempertimbangkan Pasifik Timur spinosa laut hippasteria, yang mengkhususkan diri


pada subtidal bintang laut Ptilosarcus gurneyi. Pena laut ditemukan di petak tanah yang
kecil padat ukuran yang berbeda. Jika bintang laut menghabiskan waktu yang lama di
sepetak laut pena yang sudah sebagian habis, mungkin menginvestasikan banyak waktu
panen daerah dengan sedikit imbalan per satuan waktu. Alternatif lainnya, bintang laut
mungkin meninggalkan petak tanah yang kecil pertama dan menemukan yang lain, petak
tanah yang kecil yang lebih kaya. Teori mencari makan optimal memprediksi bahwa
waktu yang dihabiskan di sepetak mangsa harus meningkatkan dengan peningkatan
waktu tempuh antara petak tanah yang kecil. Ini sangat masuk akal intuitif, karena
peningkatan waktu tempuh mengurangi kesempatan keseluruhan untuk mendapatkan
makanan. Itu tidak layak menemukan petak tanah yang kecil yang baru kecuali makanan
di dalamnya sesuai dengan waktu perjalanan. Membayangkan makan penyu hijau di
tempat tidur rumput laut. Jika ada banyak tempat tidur lain rumput laut yang mudah
dijangkau, maka akan berpindah ke salah satu tempat tidur setelah di petak tanah yang
kecil saat ini menjadi sulit untuk menemukannya. Jika jarak antara tempat tidur rumput
jauh, tetapi, itu akan membuat untuk tinggal lebih lama, karena perjalanan ke petak tanah
yang lain relatif jauh dalam hal waktu hilangnya makanan.
Perilaku mencari makan juga sangat dipengaruhi oleh adanya predator. Ketika moluska
kerang yang menyedot-makan, mereka harus mengekspos sifon mereka. Hal ini membuat
mereka mangsa bentik ikan karnivora. Paparan siphon yang demikian dapat
menyebabkan kerugian, dan ketidakmampuan untuk memberi makan sampai organ telah
ulang. Oleh karena itu, pengumpul seperti moluska kerang ini harus memodulasi perilaku
makan mereka untuk mengakomodasi potensi kerusakan yang bisa dilakukan kepada
mereka oleh predator. Sebagian, hal ini dapat dicapai dengan modulasi frekuensi makan,
tetapi predasi juga telah membawa seleksi alam untuk berbagai sifat predator
menghindari.

D. Menghindari Predator
Sebuah strategi yang paling jelas untuk menghindari predasi adalah crypsis, atau
berbaur dengan latar. Berbagai hewan, termasuk banyak ikan, krustasea, dan cumi,
menggunakan kromatofora, yaitu sel-sel yang dapat dengan cepat mengubah warna
mereka. Flounders, misalnya, dapat berubah dalam beberapa detik pola warna permukaan
dorsal mereka untuk mencocokkan pasir atau bawah berbintik-bintik.
Sebagian besar spesies samar telah tetap warna yang menjemukan dan berbaur
dengan baik dengan latar. Misalnya, siput biasanya menyatu dengan latar substrat berbatu
mereka; misalnya, saya bahkan melihat populasi siput oranye dalam area granit oranye di
Skotlandia. Banyak spesies berbaur dengan latar melalui penutup kamuflase. Untuk
menyamarkan permukaan dorsal, kepiting dekorator (spider crab) mengambil fragmen
rumput laut, spons, bryozoan, dan senyawa ascidian, dan seluruh anemone. Rostrum dan
sisi karapas dihiasi dengan setae doyan. Kepiting biasanya menghabiskan hari bergerak
dan menekan bagian bawah, dengan cakarnya terlipat di bawah permukaan ventral. Pada
malam hari, adalah waktu yang aman untuk melakukannya, bergerak secara terbuka dan
mencari makan.
Sejumlah spesies menunjukkan warna menipu dan perilaku. Banyak ikan karang kecil
memiliki bintik-bintik posterior besar. Predator yang tertipu menyerang posterior ikan
seperti yang berenang melarikan diri ke arah yang berlawanan. Cumi, sotong, dan kelinci
laut Aplysia menyemprotkan tinta gelap, yang menyembunyikan pelarian mereka.
Banyak spesies menanggapi predator dengan cara respon pelarian sangat spesifik, dan
beberapa khusus untuk mendeteksi dan menghindari predator spesies tertentu. Ikan dan
kepiting mendeteksi predator visual dan dapat menjauh dengan cepat. Banyak
invertebrata bentik lamban tanggapan melarikan diri. Misalnya, ketika kontak dengan
bintang laut, kerang melarikan diri dengan menutup katup mereka cepat dan mengusir air
melalui lubang jet di kedua sisi engsel. Beberapa anemon bereaksi terhadap bintang laut
dengan mengangkat dari substrat dan berenang ke dalam kolom air. Untuk melarikan diri
dari sebagian besar bintang laut Pycnopodia, di laut Pasifik teripang Parastichopus
californicus dengan kontrak kasar yang otot dinding tubuh dan mata air dari bawah, ke

dalam air. Kerang Spisula menggali keras membalik kakinya dan secara harfiah dapat
naik melalui laut mendekat.
E. Sistem Pertahanan Diri
1. Pertahanan Mekanik
Pertahanan mekanik merupakan salah satu cara beradaptasi yang umum dalam
mempertahankan tubuh dari predator. Di beberapa kasus, kekuatan sederhana dari dinding
tubuh atau kekakuan yang dihasilkan dari struktur bagian dalam dapat dibuktukan sangat
efektif. Di berbagai rumput laut tropis (Halimeda, Pennicillus), bagian thallus-nya
diperkuat dengan kalsium karbonat. Dikombinasikan dengan pertahanan kimia di beberapa
kasus, kekuatan tersebut efektif untuk menghalangi predator. Banyak gastropoda yang
memiliki cangkang yang tebal, dimana dapat mencegah ikan predator. Sebagian besar ikan
memiliki duri, beberapa ada yang beracun. Contohnya, kelompok dari family
Scorpaenidae, termasuk scorpion fish dan stone fish dilengkapi dengan duri yang beracun.
Dalam kasus stone fish di terumbu karang Pacific, racunnya cukup membahayakan dan
dapat membunuh orang dewasa. Bulu babi Karibia Diadema antillarum memiliki duri
tajam yang panjang dengan duri terbalik. Duri-duri tersebut menghalangi banyak predator,
tapi beberapa ikan menggigit bulu babi dan tampak selamat setelah tertusuk oleh durinya.
Di beberapa spesies, predator menyebabkan pertumbuhan pertahanan mekanik. Seperti
pertahanan induksi dapat membuktikan keuntungan untuk mangsanya, dimana mungkin
sumberdaya terbuang ketika tidak ada predator. Sumberdaya tersebut mungkin dapat
digunakan untuk pertumbuhan atau perkembangan. Pertahanan induksi khusus digunakan
untuk spesies yang sessile, yang akan menempatkan mereka kea rah serangan predator.
Contohnya, Bryozoa sessile Membranipora membrabacea, dimana hidup berupa lembaran
individu-individu di permukaan yang keras, yang biasanya diserang oleh siput laut khusus,
Doridella steinbergae. Serangannya dapat mengakibatkan produksi bagian perifer dari
koloni yang memiliki tulang yang dilengkapi dengan duri (gambar 3.7). Durinya dapat
mengurangi pemangsaan sekitar 40 persen, tetapi seluruh koloni tumbuh lebih lambat
daripada koloni yang tidak terlihat oleh predator. Pertahanan induksi juga dapat digunakan
untuk menghalangi pesaing intraspesifik dan interspesifik.

Berbagai macam masalah yang dihadapi oleh organisme juga dihadapi oleh teritip acorn,
Chthamalus anisopoma, dimana hidup di Teluk California. Teritip ini tediri dari dua
bentuk, kerucut dan membungkuk(membulat). Bentuk kerucut merupakan yang khas dari
kebanyakan teritip acorn. Di kasus bentuk membungkuk, pada dasarnya teritip tumbuh
dengan tepi aperture yang berorientasi tegak lurus (daripada sejajar). Bentuk pertumbuhan
yang protektif diakibatkan oleh adanya siput karnivora Achantina angelica, dimana
keberadaannya melimpah secara spasial. Orang mungkin bertanya kenapa teritip tidak
selalu menghasilkan bentuk yang membungkuk. Tampaknya, bentuk yang melengkung ini
dihasilkan dengan mengorbankan fekunditas dan pertumbuhan somatic. Dengan demikian,
terdapat keuntungan untuk menjadi bentuk kerucut ketika tingkat predasi rendah. Situasi
ini yang menstabilkan kehadiran dari dua bentuk tersebut.
Banyak spesies kekurangan induksi pertahanan, tapi mungkin ada variasi genetic di
tingkat penguatan mekanik. Ini terjadi pada stickleback berduri tiga Gasterosteus
aculeatus, ikan yang umum berada di lingkungan dekat pesisir pantai, estuaria, dan danau.
Terdapat tiga bentuk yang diketahui, muali dari bentuk piringan kuat hingga satu piring
lateral yang tidak betulang (gambar 3.9). Bentuk berlapis terjadi di perairan dimana
karnivora yang lebih umum. Ikan ini juga memiliki sepasang duri bagian dorsal yang dapat
mengeras dan ini dapat membantu untuk menghalangi ular dan ikan predator.
Di berbagai kasus belum jelas antara cangkang yang menebal atau adanya duri yang
berkembang dari variasi genetis oleh seleksi alam atas bentuk yang tidak dilindungi, atau
pertahanan induksi. Kami akan kembali dengan diskusi kami tentang variasi morfologi di
populasi laut yang lalu.
2. Pertahanan Dengan Racun
Zat aktif dari spesies yang umum dan berbagai stimulant digunakan oleh manusia
sebagai hasil dari respon evolusioner dari berbagai tumbuhan kepada predator. Nikotin,
kafein, dan mustard adalah beberapa dari sekian banyak zat. Karena komponen ini tidak
sering digunakan oleh beberapa tumbuhan dalam proses metabolism, setidaknya ketika
konsentrasinya meningkat dapat digunakan untuk pertahanan kimia, yang sering disebut
dengan senyawa sekunder.

Senyawa racun yang diproduksi meliputi sekresi asam oleh rumput laut dan
tunikata, dan pembuatan senyawa oleh species tanaman laut yang lebih tinggi, rumput laut,
dan hewan. Zat ini biasanya di sintesis oleh organisme, walaupun beberapa hewan dapat
mengkonsumsi tanaman beracun dan menyimpan zat racun dalam tubuhnya, praktek yang
dapat menghalangi hewan pemangsa. Contohnya, kelinci laut Aplysia dapat memakan alga
Laurencia dan organisme halogen ini menyerap gumpalan terpen, yang sangat beracun.
Jadi, kelinci laut ini juga beracun.
3. Pertahanan Dengan Menyamar
Banyak dari organisme laut yang beracun yang mencolok daripada samar-samar.
Tunikata hitam beracun Phallusia nigra mudah terlihat berlawanan dengan latar belakang
pada umumnya : terumbu karang putih atau pasir. Tunik tersebut dapat mengandung
sebanyak satu persen vanadium, logam yang beracun tinggi, dan tunikata juga dapat
menghasilkan vakuola asam sulfat. Banyak spesies tropis beracun yang merah cerah atau
kuning. Tunikata Panama yang asam Rhopaela birklandii adalah biru elektrik terang.
Beberapa bivalvia memiliki struktur bentuk tentakel yang mencolok dan hamper terlihat
untuk menggoda ikan. Spesies bivalvia Lima mungkin memiliki tentakel mantel yang dapat
autotomy, melepaskan, yang tidak disukai. Ikan menggigit tentakel tersebut dan meludah
mereka keluar, meninggalkan hewan terluka. Kemudian berenang menjauh.

F. Komensalisme
Spesies komensal memperoleh manfaat dari spesies lain, namun kembali tidak
bermanfaat. Hubungan komensal mungkin fakultatif atau wajib. Spesies komensal
fakultatif tidak sepenuhnya tergantung pada spesies tunggal tertentu, tetapi dapat hidup
pada berbagai spesies. Teritip, misalnya, dapat menetap dan hidup pada berbagai jenis
kerang, atau teritip lain, rumput laut, atau bahkan batu. Di sisi lain, komensal wajib bisa
hidup hanya dengan spesies tertentu lainnya. Perkamen cacing Atlantik utara bagian barat
Chaetopterus sering berisi kepiting komensal Pinnixa chaetopterans, yang mengendap dan
menyerang tabung cacing sebagai larva. Kepiting akhirnya tumbuh terlalu besar untuk
meninggalkan tabung, dan makan makanan yang tersapu oleh arus yang dihasilkan oleh

cacing parapodia. Liang dari Pasifik timur echiurid cacing Urechis caupo sering
mengandung ikan gobiid, sebuah polychaete polynoid, dan kepiting pinnotherid.
Polychaete pakan pada beberapa kantong lendir dibangun oleh Urechis untuk makan
suspensi. Ikan dan polychaete mungkin berasal perlindungan dari predator dan juga
mungkin memakan detritus dan mangsa di liang.
Beberapa commensals menggunakan spesies lain sebagai tempat melekat. Berbagai
macam hewan dan tumbuhan yang melekat pada ikan, mamalia laut, dan penyu. Teritip
Paus dari keluarga Coronulidae melampirkan paus dan memakan fitoplankton sebagai paus
berenang. Remora adalah ikan dengan sirip punggung yang sangat dimodifikasi menjadi
pengisap, yang melekat pada hiu atau kura-kura laut. Remora melampirkan hiu pelagis,
namun dapat dengan cepat memisahkan diri untuk memakan makanan hiu. Sebaliknya,
ikan percontohan tidak memiliki pengisap khusus, namun berkumpul di sekitar hiu dan
makan sisa-sisa mereka.
G. Mutualisme
Sebuah mutualisme adalah asosiasi antara dua atau lebih spesies yang saling
menguntungkan. Banyak spesies laut yang sering ditemukan di mana saling
menguntungkan jelas. Hubungan seperti ini mungkin mulai sebagai interaksi fakultatif,
tetapi variasi genetik memungkinkan ketergantungan lengkap. Varian genetik yang saling
bergantung mungkin memiliki lebih banyak keturunan daripada yang tidak berpartisipasi di
dalamnya.
Kebanyakan mutualisme adalah suatu keseimbangan antara perlindungan terhadap
predasi di satu sisi spesies dan beberapa manfaat lainnya di sisi spesies lainnya di dalamm
mutualisme. Salah satu mutualisme paling luar biasa di terumbu karang yaitu antara udang
pembersih atau ikan pembersih dengan sebagian besar spesies ikan. Udang pembersih atau
ikan pembersih makan dengan cara mengambil ectoparasit pada ikan yang menempel di
ikan secara teratur. Ikan Labroides dimidiatus mengurus stasiun pembersihan yang
dikunjungi sekitar 50 spesies ikan setiap harinya. Pelanggan tertarik karena gerakan
bergelombang dari si ikan ini. Ikan Aspidonotus taeniatus meniru gerakan ini, namun
daripada mengambil parasit, ikan ini menyerang ikan yang datang dan menggigit sirip
mereka.

H. Parasitisme
Parasitisme terjadi ketika salah satu spesies hidup dengan mengorbankan individu dari
spesies lain, idealnya tanpa mengkonsumsi inangnya secara penuh sebagai makanan dan
dengan demikian membunuh inangnya.
Parasit hidup dengan mengorbankan spesies lainnya dan mendapatkan nutrisi atau tempat
berlindung dengan melukai inangnya. Ectoparasit hidup dengan menempel di bagian luar
permukaan tubuh. Sebaliknya, endoparasit hidup di dalam tubuh dan mengambil alih
sirkulasi pembuluh atau pertumbuhan di dalam organ atau jaringan. Jika suatu parasit tidak
efektif dalam memanfaatkan inangnya, parasit lain dapat masuk dan menggantikan mereka
melalui persaingan. Jika mereka terlalu efektif , mereka dapat membunuh inangnya atau
membawa inangnya menuju kepunahan.
1. Parasit dari invertebrate sering mempengaruhi reproduksi inangnya.
Beberapa parasit nampak lebih mempengaruhi organ reproduksi dari inangnya
dibandingkan dengan organ lainnya. Hasilnya, Inang dapat bertahan hidup namun mandul.
Contohnya Sacculina yang memiliki cirri khas larva crustacean planktonik yang
menyerang jaringan lemak dari organ reproduksi dari inang kepitingnya dan menyebar.
Parasit ini menggunakan lemak untuk reproduksinya sendiri, dengan mengorbankan
inangnya, yang kemungkinan tidak memiliki gonad yang berfungsi.
2. Parasit sering memiliki siklus hidup yang rumit yang bergantung dengan lebih dari satu
spesies inangnya.
Karena inangnya mati pada akhirnya, atau karena kematiannya dipercepat karena
keberadaan parasit, parasit harus berpindah ke inang lainnya. Hasilnya, parasit memiliki
siklus hidup yang rumit, dengan morfologi yang sangat berbeda disesuaikan dengan
fungsinya di lingkungan mikro yang sangat berbeda. Ada kebahayaan dalam
ketergantungan di inang yang banyak, karena satah satu inang mungkin tidak ada atau sulit
dicaritahu letaknya.

I. Tingkat Populasi
Ukuran populasi merujuk ke jumlah suatu organism di suatu daerah. Kepadatan
populasi merujuk ke jumlah individu per satuan luas(/m2), atau per satuan volum (/m3)
dan memberikan gambaran tentang tingkat kesesakan, atau gambaran tingkat akses
individu terhadap sumber daya yang langka seperti makanan dan ruang. Untuk
menghitung jumlah bahan dalam suatu populasi, kita sering mengukur kepadatan dengan
aturan dari biomassa, yaitu massa individu per meter persegi (g/m2).
1. Perubahan populasi berasal dari kelangsungan hidup, kelahiran, kematian, imigrasi,
dan emigrasi
Kelangsungan hidup dewasa adalah faktor utama dalam perubahan populasi. Jika tingkat
kelangsungan hidup tinggi maka ukuran populasi saat itu berperan utama dalam
menggambarkan ukuran populasi di masa yang akan datang. Kelahiran dan suksesnya
kelangsungan hidup anak muda juga jelas pentingnya. Waktu generasi adalah jangka
waktu antara kelahiran dengan reproduksi pertama. Imigrasi dan emigrasi para dewasa
juga mempengaruhi perubahan kelimpahan populasi. Kita dapat menggambarkan
kemungkinan kelangsungan hidup dari tingkat umur yang berbeda dengan menggunakan
grafik yang dikenal dengan kurva kelangsungan hidup (survivorship curve).
2. Sumber daya yang terbatas akan mempengaruhi pertumbuhan populasi
Jika sumber daya tak terbatas dan tidak ada bencana alam seperti badai, maka suatu
populasi dapat meningkat tanpa batas. Dalam dunia nyata, makana atau ruang akan habis
pada akhirnya. Dengan sumberdaya yang semakin langka, keterbatasan sumber daya dari
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan reproduksi akan terjadi.
3. Populasi sering bermetapopulasi, ini merupakan serangkaian sub-populasi yang saling
berhubungan, beberapa di antaranya dapat berkontribusi dalam jumlah proporsional besar
untuk individu yang bermetapopulasi secara keseluruhan
Hal itu masuk akal karena dinamika populasi dan perbedaan generik akan sangat
dikendalikan oleh hubungan timbal balik antara populasi-populasi. Maka bisa dipastikan
bahwa pencampuran lengkap individu di setiap generasi akan menekan perbedaan genetik
antara populasi-populasi, karena perubahan yang terjadi dalam satu generasi akan meluas

penyebarannya. Penyebaran secara luas tahap larva pada planktonic mungkin terjadi pada
situasi tersebut. Satu-satunya perbedaan antara subpopulasi karena subpopulasi harus
berkembang dalam rentang waktu satu generasi. Misalnya, predator memiliki mangsa
berupa individu berbeda dari satu populasi ke populasi yang berikutnya. Dalam satu
populasi, predator-predator yang besar mungkin membunuh semua mangsa baik individu
kecil; tetapi dalam populasi lain, kehadiran predator kecil mungkin memberikan
kekebalan pada individu terbesar.Oleh karena itu anda mungkin hanya menemukan
mangsa hewan kecil pada populasi pertama dan hanya hewan besar dipopulasi kedua.
Point yang penting adalah bahwa dalam setiap generasi, tahap penyebaran yang kuat akan
bercampur pada subpopulasi tersebut.Ada adaptasi local untuk berbagai tipe dari
predator, oleh karena itu, sangat sulit.Kemungkinan setiap individu untuk bereaksi dan
membela diri akan berbeda-beda terhadap resiko berbagi jenis predator dan
memungkinkan dirinya untuk berkembang pada plastisitas fenotipnya.maka semua proses
mungkin akan didominasi oleh penyebaran dari "daratan". Subpopulation untuk pulau
daerah terumbu karang ( gambar 3.17b ) subpopulation dapat menghasilkan individu
tetapi mereka tidak akan memberikan kontribusi yang hampir sama dengan banyak
keturunan metapopulation terutama untuk terumbu karang yang paling utama.
Jika Anda mempertimbangkan subpopulasi tertentu, mungkin menjadi sumber
penampung atau akan menghilang dalam metapopulation.Sebuah sumber adalah
subpopulasi yang akan memberikan kontribusi proporsional lebih pada individu di
metapopulation tersebut. Hal ini dapat terjadi ketika reproduksi dan penyebaran yang
sangat tinggi dalam subpopulasi lokal.Kehilangan populasi terjadi ketika subpopulasi
menerima imigran dari populasi lain tetapi tidak memberikan kontribusi individu untuk
metapopulation tersebut.Pengujian yang jelas diberikan pada kematian semua imigran ke
dalam hilangnya subpopulasi dan kegagalan individu lokal untuk bereproduksi.
Pemikiran tentang Metapopulasi sangat sesuai untuk sistem di laut, di mana
penyebaran larva antara subpopulasi yang relatif terisolasi adalah umum.Sebuah contoh
menarik baru-baru ini ditemukan dalam sebuah studi dari kelas gastropoda pada
Mangrove pusat Queensland, Australia. Di zona intertidal siput arboreal Littoraria Filosa
(gambar 3.18a)terdapat biasanya pada daun bakau dan mampu bertahan terhadap
kekeringan.Siput ini memiliki jenis kelamin terpisah, yang bersanggama, dan penyebaran

larva planktotrophic yang berenang di air selama sekitar satu bulan. Stephen dan Ruth
Mckillup4 telah mengamati populasi selama beberapa tahun dan menemukan bahwa siput
terlihat memiliki siklus tahunan;kebanyakan siput dewasa mati selama periode mulai dari
penyebaran larva sampai menetap,dan ada sedikit hubungan temporal antara generasigenerasi.Mereka terkejut ketika mereka mulai menyelidiki pohon bakau individu (lihat
Bab 14 untuk penjelasan hutan manggrove)dan menemukan bahwa siput di pohon
terisolasi (misalnya, siput di pohon-pohon yang terisolasi hanya 10-15 m dari hutan)yang
tidak semusim, dan terus hidup setelah reproduksi. Itu jelas bahwa siput di hutan
mangrove utama tidak "diprogram untuk mati"; tapi,kemudian,mengapa tidak mati sama
sekali?Ternyata,spesies yang belum dideskripsikan dari pemakan daging lalat adalah
penyebab utama.Setelah lalat betina bertelur dan menjadi larva kemudian merangkak
dekat cangkang keong,larva akan merangkak ke kulit siput dan menggerogoti tubuh
siput.Secara terus-menerus di hutan bakau, proses ini sangat efektif sehingga tidak ada
siput yang selamat.Lebih buruk dari itu, setelah pemeriksaan lebih lanjut terlihat jelas
bahwa tidak ada siput ini yang pernah berhasil bereproduksi. Penyelesaian larva harus
datang dari beberapa sumber lain.
Pohon-pohon bakau yang terisolasi ternyata memberikan jawabannya. Beberapa
siput diparasiti oleh lalat, mungkin karena angin mencegah lalat dari lokasi pohon yang
terisolasi. Siput berkembang biak dengan baik. Sekarang jika kita kembali ke ide
metapopulation kami, kami bisa menyamakan situasi ini untuk skema daratan pulauinreverse (gambar 3.19) Populasi utama didistribusikan dalam karang besar di hutan
mangrove sebenarnya.
J. Variasi Spasial
Pola spasial adalah fitur yang berguna atas populasi alam. Distribusi spasial adalah
tipe ukuran dari jenis jarak diantara antar individu. Mengingat setiap meter persegi batu
ditepi pantai terdapat beberapa kerang-kerangan. Jika setiap kerang memiliki kesempatan
yang sama berada di satu tempat atau ditempat lainnya, maka populasi itu dinamakan
Distribusi Acak. Gambar 3.20 menampikan distribusinya, dimana memiliki tampilan
seperti percikan butiran garam secara acak. Jika terjadi lebih banyak kerang dalam salah
satu sub-area, dan daerah lain akan terdapat jarak jarak kosong akan disebut aggregated

distribusi Gambar 3.20 c . jika sub-area yang sama berisi semjulah individu yang tetap
atau setidaknya jumlahnya hampir sama dinamakan Distribusi seragam, dmana idealnya
terlihat seperti jaring. Gambar 3.20 b.
Distribusi spasial berguna karena distribusi ini memberikan hipotesis mengenai
pengaruh mekanisme populasi alam. Hal tersebut jarang terjadi pada populasi yang
memiliki distribusi acak. Biasa terjadi ketika larval penyelesaian dari air kolom adalah
acak atau berpindah seperti lumpur yang pindah kepermukaan. Distribusi seragam terjadi
ketika binatang memaksimalkan jarak antara satu dengan yang lainnya dan akan
membentuk suatu wilayah, sebagai contoh larca dari cacing Spirorbis borealis berdiam
pada rumput laut pada lajur air, biaany akan bergerak bebas menjauh dari tempat larva
sebelumnya sebelum bermetamofosis menjadi cacing dewasa. Pada suatu kejadian dpat
terlihat susunan yang seragam dari tiny spiral tubes dari daun rumput laut. Perkumpulan
akan menyatan beberapa bagian macam keidaksempurnaan mengenai lingkungan. Tetapi
organisme yang secara sosial tertarik dengan yang lainnya untuk berteman atau bersatu,
atau membentuk perkumpulan yang berguna untuk melindungi diri dari predator.
Hubungan spasial dapat terjadi jika
1. Ada perbedaan lingkungan yang mempengaruhi pertahanan hidup atau perbedaan
pilihan sub-habitat.
2. Populasi berpindah pada sebuah arah perpindahan (perpindahan pada kepadatan dapat
tercermin contohnya ada bagian akhir migrasi ikan).
3. Sebuah proses acak yang terjadi dimana terkadang dapat menyebabkan terjadi pola
sapasial tidak acak.
Seluruh anggota kelompok telah membagikan karakter evolusi dimana bagian . dimana
menyatukan mereka dengan keturunan dan membedakan mereka dari kelompok
kelompok lain. dengan demikian , moluska memiliki cangkang luar kalsium karbonat,
membedakan dalam hal mematuhi dari anggota filum lainnya . Arthopods seperti
serangga , tapal kuda, dan udang , semua memiliki kutikula luar, jarak segmentasi, dan
pelengkap bersama. Kami berpendapat bahwa banyak karakter anggota yang lebih unik
dari sebuah kelompok dapat berbagi, semakin besar kemungkinan bahwa kelompok
berevolusi dari nenek moyang. Gagasan ini memungkinkan kita untuk membangun

hubungan pohon evolusi, atau cladograms, seperti gambar 3.21 , yang menunjukkan
hubungan beberapa makhluk hipotetis alami. Tercatat bahwa kami tidak yakin tentang
sejarah yang tepat , seperti yang leluhur. Kita hanya dapat mengatakan
siapa yang lebih dekat.
Analisis makhluk nyata mengarah pada kompleksitas yang tinggi, analisis tersebut
mengarah pada analisis tentang hubungan evolusi. Kelompok-kelompok disatukan oleh
ketetapan-ketetapan dari karakter-karakter unik yang berevolusi bersama. Jadi saat Anda
melihat ke 'hulu' yaitu di dasar pohon, Anda dihadapkan dengan organisme yang
memiliki ciri-ciri yang menyatukan semua kelompok 'hilir'.
K. Sifat Dasar Genetik Dari Organisme
Variabel organisme laut bersifat universal dalam bentuk, warna, dan biokimia.
polimorfisme adalah variasi yang dapat diidentifikasi dalam hal serangkaian bentuk
berbeda. Dalam kasus lain, variasi dapat diukur hanya sebagai variasi yang berkelanjutan,
seperti perbedaan ukuran tubuh, atau ukuran proporsional sirip. Kita harus membedakan
antara genotipe dan fenotipe. Genotipe mengacu pada gen yang menjadi ciri individu atau
orang-orang yang berfungsi untuk mengendalikan sifat tertentu , seperti warna mata.
Sebaliknya, fenotip adalah bentuk organisme membutuhkan. Misalnya ada kemungkinan
bahwa semua individu berambut coklat dalam populasi manusia tidak akan memiliki
genotipe yang sama . Sebaliknya, orang-orang dengan rambut abu-abu atau pirang
mungkin memiliki genotipe yang identik.
Variasi morfologi dalam suatu populasi dapat dijelaskan dengan persamaan sederhana :
morfologi variasi = variasi dijelaskan oleh faktor genetik + variasi dijelaskan oleh faktor
lingkungan + interaksi antara faktor genetik dan envvironmental.
Jika kita melihat variasi dalam suatu populasi, kita perlu menyadari bahwa banyak
dari populasi tersebut tidak ada sama sekali hubungannya dengan variasi genetik.
Dampak lingkungan seperti status gizi dan iklim mikro mengubah arah pertumbuhan dan
perkembangan hewan dengan genotipe yang identik. Bubur variasi yang kita lihat dalam
populasi alami muncul karena ada pewarisan gen yang berbeda. di dalam moluska, warna
kulit adalah contoh mencolok. Bagaimanapun juga seringkali komponen genetik dan

nongenetic turut menentukan ciri. Ukuran tubuh adalah contoh yang berguna. Ciri-ciri ini
selalu dikendalikan secara terpisah oleh gen, namun lingkungan juga memiliki dampak
yang besar.
Sangat penting untuk menyadari bahwa gen yang ada tidak memberikan garansi
untuk tetap konstan. Genotipe yang sama bisa saja memiliki perbedaan fenotip di dalam
lingkungan yang berbeda-beda. Hal ini diketahui sebagai interaksi lingkungan oleh
genotip.
Dalam beberapa kasis, variasi yang tergantung pada genetic locus atau lokasi
tunggal pada material gen atau DNA. Dalam kasis ini, individual memiliki dua gen untuk
sifat, satumewarisi dari ayah dan satu dari ibu. Gen ini mungkin identik atau gen tersebut
memiliki varian yang berbeda atau alleles. Jika ada dua alleles, a dan b, maka
kemungkinan ada tiga genotip; aa, ab, dan bb. Ketiga varian ini mungkin terlihat berbeda
atau salah satu allele terlihat lebih dominan. Contohnya, jika allele a adalah dominan,
maka genotip aa dan ab bisa jadi memiliki fenotip yang identik.
Kerang Mytilus edulis dapat berwarna biru-hitam atau coklat karena kontrol dari
gen tunggak locus dengan tua allele. Allele coklat adalah lebih dominan jika dibanding
biru-hitam dan heterozygote, dimana mewarisi satu allele coklat dan satu allele biruhitam yang mana kerang itu menjadi berwarna coklat. Dalam kebanyakan sifat, banyak
genetik lokus ada dalam kendali. Contohnya adalah ukuran tubuh biasnya dikendalikan
oleh banyak lokus. Dalam kasus ini, komponen genetik dapat ditemukan melalui
mempelajaritingkat kemiripan antara sanik korelasi dari suatu sifat antara orang tua dan
anak . Misalnya , dapat memberikan komponen genetik . Gambar 3.23 menunjukkan
korespondensi antara jumlah vertebra pada ibu dan keturunan eelpout Zoarces viviparus.
Korelasinya tinggi, dan kami menyimpulkan bahwa variasi dalam sifat yang oleh
karenanya sebagian besar dengan variasi genetik ada beberapa jenis variasi umum
diamati pada populasi laut. Jumlah kromosom dapat variabel dalam populasi alami.
Atlantik pengeboran snaol Nucella lapillus adalah variabel di krom beberapa nomor saat
ditemui dalam derajat dofferent paparan gelombang. Banyak spesies memiliki
polimorfisme warna. Polymorphins ini dapat dijelaskan terutama oleh variasi genetik.

Variasi biokimia dan sifat psikologi ( misalnya kehadiran protein tertentu,


berbagai tingkat konsumsi oksigen ) adalah umum dan polymorphims enzim terjadi
secara luas. Urutan DNA yang sekarang digunakan secara aktif untuk menentukan apakah
populasi memiliki urutan yang unik yang menjadi indikasi bahwa mereka agak terisolasi
dari populasi lainnya. Ini akan menjadi awal dari proses isolasi yang menghasilkan
spesiasi.
L. Kelangsungan Hidup Organisme
Kelangsungan hidup relative dan reproduksi genotype yang diberikan adalah
kebugaran. Adaptasi terjadi ketika seleksi alam karena evolusioner mengubah sebuah
populasi, yang akan meningkatkan kemampuan tipe anggota populasi untuk dilakukan di
lingkungannya. Kita biasanya menilai kinerja dengan respek terhadap fungsi atau
kegunaan. Seperti melawan sengatan panas.
Variasi

dapat

dipertahankan

oleh

pergeseran

lingkungan,

yang

dapat

menguntungkan suatu varian genetic dan yang lainnya. Selain itu, sebuah lingkungan
yang kompleks dapat mendukung beberapa varian genetic, tetapi di habitat mikro yang
berbeda. Di beberapa kasus, sebuah gen yang disukai hanya karena jarang, yang akan
menyebabkan pergeseran balik dinamis frekuensi gen. proses ini, dikenal sebagai seleksi
frekuensi tergantung, harus bekerja umuumnya ketika morphs langka yang disukai
dikawin. Akhirnya, variasi tingkat gen dapat dipertahankan jika heterozygotes yang
disukai diseleksi alam.hal ini cenderung untuk menjaga alel dalam populasi, karena
seleksi untuk homozygotes, atau organism dengan identik alel untuk sifat di lokus genetic
akan mendukung satu alel dengan mengorbankan yang lain. Akhirnya, imigrasi berbagai
varian genetic dari populasi berdekatan dapat meningkatkan variabilitas.
Meskipun seleksi alam dimana-mana dalam populasi alam, kejadian cak juga dapat
mempengaruhi genetika populasi laut. Apabila populasinya sangat kecil, kesempatan
acara dapat menyebabkan hilangnya varian tertentu dari populasi. Hasil ini, lebih
mungkin ketika ada sedikit perbedaan dalam kebugaran antara genotype, telah diklaim
terutama untuk beberapa variasi biokimia protein.

1. Genotype tunggal dapat memiliki kapasitas untuk berkembang menjadi jelas dengan
morfologi berbeda
Genotipe diberikan membuat mengambil bentuk yang berbeda di bawah keadaan yang
berbeda, dikontrol ketat oleh keadaan lingkungan. Fenomena ini dikenal sebagai
plastisitas fenotipik, yang merupakan kemampuan genotype tungggal untuk
berkembang menjadi bentuk berbeda, biasanya sebagai tanggapan terhadap keadaan
lingkungan. Satu dapat benar mengatakan bahwa populasi telah berevolusi individu yang
plastic dan mampu menanggapi keadaan masing masing. Setiap individu memiliki,
dalam keadaan siap, kapasitas untuk merespon situasi local. kami mengalami plastisitas
fenotipik tersebut dalam diskusi kita pertahanan diinduksi. Banyak organisme laut dapat
tumbuh duri, meningkatkan ketebalan shell, atau mengubah morfologi sepenuhnya dalam
merespon atau menanggapi predator. Bekerja dengan dianna padilla dan rekan telah
menunjukkan bahwa siput herbivora benar-benar dapat mengubah morfologi gigi makan
mereka hanya dengan beralih dari satu makanan alga yang lain.
Itu Sangat Menarik Untuk Bertanya Mengapa Beberapa Spesies Menunjukkan Plastisitas
Dan Dapat Beradaptasi Dengan Segala Situasi, sedangkan dalam kasus lain morph hidup
berdampingan secara genetik berbeda dalam populasi alami, dengan masing-masing
morph menjadi lebih cocok untuk fungsi dalam situasi yang berbeda. Ini cukup
pertanyaan yang mendalam, dan evolusi plastisitas fenotipik merupakan bidang penelitian
aktif. Dalam kedua kasus, Anda dapat membayangkan bahwa mungkin ada biaya besar.
Jika Anda fenotip plastic, Anda mungkin dapat menghasilkan berbagai morfologi, dengan
tidak satupun dari mereka benar. Dengan kata lain, Anda akan menjadi jack-of-allperdagangan tapi tidak menguasai apapun. Jika lingkungan sangat tidak terduga dan tidak
jelas bahwa Anda akan atau tidak akan menghadapi situasi tertentu, maka plastisitas
fenotipik mungkin dipilih untuk. Dalam satu set stabil habitat mikro, di sisi lain,
polimorfisme genetik untuk individu khusus mungkin dipilih, dengan asumsi bahwa
morphs khusus memiliki efisiensi yang lebih besar daripada yang dapat dicapai Teluk
bentuk fenotip plastik.
2. Kesempatan Geografis Di Frekuensi Varian Genetik yang disebut Sebuah Kemerosotan

Itu adalah umum untuk anggota spesies yang berbeda dari satu tempat ke tempat
morfologi, warna, atau ukuran. Ketika perbedaan tersebut jelas dan diskrit, spesies dapat
dibagi menjadi subspecies. lebih sering, variasi lebih kontinyu. misalnya, polimorfisme
warna dalam otot, dijelaskan erlier, menunjukkan peningkatan dalam bentuk coklat
sebagai salah satu bergerak ke selatan. Variasi geografis tersebut juga sering terjadi pada
polimorfisme biokimia. Setiap perubahan dalam frekuensi geografis dikenal sebagai
sebuah kemerosotan. Gambar 3.24 menunjukkan perubahan frekuensi alel pada lokus
enzim sebagai salah satu sampel jambul purpurescens blenny anoplarchus di lintang yang
berbeda di wilayah Puget suara.
Variasi Clinal dapat ditemukan di banyak skala geografis. Perbedaan varian
genetik warna dan protein biokimia dapat ditemukan pada tingkat yang berbeda dari
pantai berbatu surut. Variasi ini mungkin karena seleksi alam jangka pendek pada larva
yang telah menetap sepanjang pantai, tapi selamat berbeda-beda, tergantung pada
genotipe. Pada skala yang lebih besar, clines ditemukan biasanya di sepanjang skala dari
100 - 1000 km di sepanjang pantai. Clines tersebut mungkin juga disebabkan perbedaan
seleksi alam di sepanjang pantai, tapi isolasi antara masyarakat pesisir yang berdekatan
dapat menyebabkan mereka untuk dibesar-besarkan. Karena sebagian besar garis pantai
di laut memiliki orientasi utara-selatan, populasi differencesin genetik di lintang yang
berbeda mungkin sering berhubungan dengan diferensial kinerja pada temperatur laut
yang berbeda.
3. Spesies baru biasanya origionate setelah spesies dibagi oleh penghalang geografis
Untuk spescies baru berasal, biasanya diperlukan untuk penghalang untuk
mengisolasi spesies menjadi dua atau lebih populasi. Jika penghalang ini berumur
pendek, populasi akan menyambung kembali. Jika penghalang ini lagi-hidup, dan
terutama jika populasi berbeda secara genetik, maka mereka mungkin relatif tidak
kompatibel ketika menghubungkan kembali. Keturunan populasi persilangan antara
populasi akan kurang subur dibandingkan salib dalam populasi. Hal ini akan
menyebabkan seleksi untuk kawin dengan seseorang anak sendiri, menyebabkan
perbedaan genetik antara populasi jauh, dimana spesies terpisah akan berkembang.
Dalam beberapa kasus kita bisa melihat efek baru-baru ini hambatan tersebut. Banyak

pasang spesies yang serumpun ditemukan di kedua sisi tanah genting dari panama, yaitu
hanya sekitar 3 juta tahun. Sejumlah pars penghalang pesisir mungkin telah diperbesar
oleh evolusi penduduk lokal untuk beradaptasi dengan rezim yang sangat berbeda suhu
utara (dingin) dan selatan (hangat) dari Cape. Dalam banyak kasus, spesies baru
berevolusi sangat mirip bahwa mereka adalah identik, atau hampir tidak bisa dibedakan,
morfologis. Spesies seperti, yang dikenal sebagai saudara spesies, sangat umum di
kalangan spesies laut. Meskipun spesies saudara mungkin memiliki rentang geografis
yang terpisah, banyak kasus co-kejadian telah ditemukan. Sebagai contoh, polychaete
Annelida cacing "spesies" Capitella capitata lumpur yang tinggal sekarang dikenal terdiri
dari beberapa spesies terkait erat, yang tidak dapat dibedakan dengan mudah sebagai
orang dewasa, tetapi sangat berbeda dalam tahap larva, dan juga dalam jumlah
kromosom.

Anda mungkin juga menyukai