Anda di halaman 1dari 136

literatur perikanan (ikhtiologi)

LITERATUR IKHTIOLOGI

Bismillahirrahmanirrahim,,,
Alhamdulillah , tidak terasa akhirnya kami siap juga dalam menyelesaikan niat dan tekad untuk
mempersiapkan kumpulan literature ini.Mudah-mudahan ini bisa sedikit membantu kita semua yang
sedang berjuang menuntut ilmu,sehing bisa bermanfaat bagi semua dan Negara ini.
Kami sadari masih banyak kekurangan dalam penyajian ini,untuk itu diharapka teman-teman mau
memberikan saran yang sifatnya membangun agar bisa disajikan yang lebih sempurna.dan bisa
disampaikan melalui E_mail kami di
" ebriekasaputra_bdp07@yahoo.com"
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,tetapi bangkit kembali setiap kali kita
jatuh.

Jangan tunda sampai besok apa yang bisa Anda lakukan sekarang.

Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat anda berikan bukan pada apa yang dapat Anda peroleh.

PERKEMBANGAN IKAN

Secara umum yang dimaksud dengan ikan adalah hewan vertebrata yang berdarah dingin yang hidup di
air, perkembangan dan keseimbangan menggunkan sirip pada umumnya bernapas dengan insang
sedangkan ilmu pengetahuan yang membahas tentang ikan dan segala aspek yang berhubungan
dengannya adalah Ikhtiologi (Ridwan, 1980).

Ikan adalah hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal) dimana
hidupnya dilingkungan air, pergerakan dan keseimbangan dengan menggunakan sirip serta pada
umumnya bernafas dengan insang. (Raharjo, 1980).

Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan perairan
diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21000 spesies
dan diperkirakan berkembang mencapai 28000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan
bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173
spsies(NELSON, 1984).

Para Ahli memperkirakan ada sekitar 20.000 spesies malahan ada yang menduga sampai 40.000 spesies
ikan yang mendiami permukaan bumi, menurut Lagler et al (1977) persentase masing-masing kelompok
dalam vertebrata sebagai berikut: Pisces (48,1%), Aves (20,7%), Reptilia (14,4%), Mammalia (10,8%)
dan Amphibia (6%). Ikan merupakan salah satu organisme yang termasuk kelompok vertebrata yang
beraneka ragam dan mendominasi kehidupan air di permukaan bumi.

Ikan adalah salah satu diantara organisme pada kelompok vertebrata dan yang paling besar jumlahnya.
Ikan mendominasi kehidupan di air seluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang berhasil dicatat
adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan akan berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah ikan
yang hidup dimuka bumi adalah 21.723 spesies (Nelson, 1984)

Nelson (1984) memperkirakan bahwa jumlah spesies ikan yang hidup dimuka bumi ini adalah 21.723
spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada di perkirakan sekitar 43.173 spesies. Namun hal
demikian harus dimaklumi bahwa penemuan spesies ikan baru terus berlangsung setiap tahun, dan jauh
lebih cepat dibandingkan dengan penemuan spesies hewan lain, seperti bangsa burung atau hewan
vertebrata lain (Davi dan Chounard, 1980).

Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal abad dari sejarah manusia. Daging
ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga pada daging-daging hewan ternak. Daging
ikan mudah dicerna dibandingkan tumbuh-tumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-
20%, sedangkan 50-80% berupa air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin
terutama hatinya. Vitamin tersebut dapat diperoleh dari plankton secara langsung maupun tidak
langsung, yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa ¾ dari permukaan bumi tertutup dari lautan
dan banyak perairan tawar yang dihuni bermacam-macam ikan (Djuanda, 1981).

Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan empat puluh ribu
spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia
baik laut, payau dan perairan tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan
mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya
sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai
dasar pengklasifikasian (Manda et al, 2005).
Dalam pereairan Indonesia yang sangat luas ini mengandung ± 6000 jenis ikan yang belum
teridentifikasi dan ini merupakan Sumberdaya hayati perikanan yang potensial bila dikelola secara
maksimal. Tanpa menggangu kelestarian sumberdaya tersebut sehingga akan memberikan sumbangan
yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat (Effendie, 1979).

Usaha perikanan

Usaha perikanan yang ada di Indonesia merupakan perpaduan antara usaha perikanan darat dan
perikanan laut. Ikan merupakan sumber protein yang paling murah dibanding dengan sumber protein
yang lainnya seperti telur, susu dan daging (DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS,
1996/1997).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600
Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha,
luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis
70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROPINSI RIAU, 2001).

Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan 3.241
pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai
Indragiri yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI,
2000).

Untuk propinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh
produksi prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten indragiri hulu,
Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (EVY, MUJIANTI dan SUJONO, 2001).

Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah
Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sektar 81% dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas
perairan Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha. Yang terdiri dari rawa, sungai sebesar 11,9 juta Ha,
1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan hal ini merupakan potensi yang sangat bagus
pengembangan usaha perikanan. (Nazaruddin, 1993).

Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan
mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia
di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan
hampir seragam, tetapi di tempat lain, terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang
lebih majemuk tidak teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003)

Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan daya rangsang alat untuk organ penglihatan
atau organ lateraling sebelum ikan terkait atau terjerat pada jaring (KLUST, 1987). Semakin kabur
suatu benda bagi mta ikan berarti kemampuan mata ikan untuk menangkap kekontrasan benda itu
terhadap latar belakang semakin berkurang. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor penglihatan itulah
yang paling penting yang menyebabkan ikan menghindar atau menubruk alat penagkapan (GUNARSO,
1985). Untuk itu bahan gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin.

Mengingat sangat mendesaknya kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari ikan, maka sudah
seharusnya memanfaatkan sumber-sumber hayati perairan yang ada dan dimanfaatkan semaksimal
mungkin karena akan dapat menunjang perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan
dan perbaikan gizi masyarakat. Potensi perikanan tidak ada artinya, apabila tidak dimanfaatkan secara
optimal dengan usaha perencanaan yang baik. Untuk itu diperlukan adanya suatu perencanaan suatu
produksi yang diinginkan dengan potensi yang ada, demi kelestarian sumberdaya perikanan. (Arsal,
1984).

Untuk memenuhi kebutuhan akan protein maka perlu di kembangkan usaha dalam sektor perikanan,
Syamsudin (1980) mengatakan perikanan merupakan daya upaya manusia untuk menggali sumber daya
hayati perairan guna dimanfaatkan bagi kepentingan dan memenuhi kebutuhan manusia baik itu dari
perairan laut maupun perairan umum. Dan usaha perikanan rakyat mencakup penangkapan serta
budidaya. Salah satu hasil perikanan tangkap adalah ikan biji nangka (Upeneus mullocensin) yang
biasanya terdapat didaerah perairan pantai dan perairan daerah pelagic. Ikan ini mempunyai bentuk fisik
yang hampir sama dengan ikan merah tetapi mempunyai ssepasang sungut dan dua sirip punggung.

WARDOYO (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi
lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas
toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya
kebutuhan oksigen untk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme

HAMIDY et al., (1983), menyatakan bahwa kecepatan arus merupakan parameter kualitas air yang
penting karena parameter ini dapat mempengaruhi parameter lingkungan yang lainnya. Parameter
lingkungan yang dipengaruhinya antar lain kandungan oksigen terlarut, karbondioksida bebas, suhu dan
jumlah makanan. Arus juga memegang peranan penting dalam menentukan tingkat suatu perairan.

GUNARSO (1985), menyatakan bahwa berhasilnya suatu usaha penangkapan banyka tergantung pada
sejumlah pengetahuan mengenai tingkah laku ikan agar kiata dapat menemukan adanya ikan sehingga
kita dapat menerapkan metoda, taktik maupun sesuatu desain alat penangkapan yang sesuai.

Sifat alat dalam menangkap ukuran dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi disebut selektifitas.
Sifat ini terutama tergantung dari prinsip yang dipakai dalam penangkapan, tapi juga tergantung pada
parameter desain alat seperti mata jaring, beban benang, materila dan ukuran benang, hanging ratio dan
kecepatan menarik. Ukuran mata jaring mempunyai pengaruh yang dalam selektifitas (FRIDMAN ,
1988). Ikan yang tertangkap tergantung dari besar mata jaring (DJUHANDA, 1981).

Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai salah satu bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu
dimana kandungan protein yang terdapat dalam tubuh ikan lebih besar dibandingkan lemak dan abu
yang mempunyai arti penting bagi manusia. Menurut Hadiwiyono (1993) daging ikan merupakan bahan
biologi yang secara kimiawi tersusun oleh unsur-unsur organik yang merupakan senyawa-senyawa yang
terdiri dari protein, lipid, vitamin dan enzim.

Menurut (WEBER dan BEAUFORT dalam SAANIN, 1968) telah diidentifikasi lebih kurang 4.000
jenis ikan yang tersebar diseluruh perairan Indonesia. Untuk perairan umum di Jawa, Kalimantan, dan
Sumatera ditemukan sekitar 500 jenis ikan air tawar yang hidup di rawa-rawa, sungai dan danau.

Widodo(1982) mengemukakan bahwa pengelolaan terhadap sumberdaya merupakan kegiatan terpadu


dan terencana,dimana peningkatan serta pengadaan fasilitas tempat pendaratan dan pelabuhan ,bantuan
penanaman modal berbagai kegiatan teknis seperti survey lapangan tentang potensi berbagai usaha
pengembangan perikanan yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Menurut Welcome(1985) ikan periran umum khususnya daerah aliran sungaiterdapat 2 kelompok yang
penting,yaitu ikan yang hidup di perairan lebak pada saat air surut(kemarau)dan periaran sungai.Untuk
menentukan lokasi reservoir di perairan lebak dapat di pilih cekungan tanah yang kedalamannya cukup
agar dapat pada saat musim kemarautidak mengalami kekeringan.Di sekeliling cekungan cukup banyak
vegetasi yang berfungsi sebagai nursery ground bagi ikan yang berasaldari induk memijah pada musim
kemarau dan musim penghujan.Selain itu,di daerah yang cukup tinggi fluktasi airnya antara musim
hujan dan kemarau agar pada musim hujan ikan menyebar luas ke seluruh penjuru perairan untuk
melakukan pemijahan.
.

MORFOLOGI IKAN

Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar)
dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan. Terminology yang
sangat baik digunakan pada ikan adalah terminology “nimina anatomica” yang dipubliksdiksn oleh
“world Association of veterinary Anatomists” (1968), sebap dapat menghindari kemungkinan terjadi
kerancuan dengan anatomi manusia.

Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung(D),
sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A), dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada
ikan(Kelas Chondrichtyes) disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal
yang terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang terletak di rawan
basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral
girdle) yang kuat dan dinamakan coracoscapula.

Secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk keseluruhan
individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem
integumen, sistem otot, sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan
sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya
(RAHARJO, 1980).

Bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh sistem rangka, sistem otot, dan satuan habitat
dimana ikan tersebut hidup. Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan beserta tampak lintangnya seperti: Pipih
mendatar, bentuk pipih (compressed), pipih (depressed), torpedo (fusiform), bentuk ular (anguiliform),
pipa (filiform), pita (taeniform), panah (sagitiform), bola (globiform) dan bentuk kepala picak, badan
pipih. (Tim Iktiologi, 1989).

Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari
sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis
ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
Ikan dari ordo Percomorphi mempunyai sirip perut yang terletak di bawah sirip dada, sirip punggung
biasanya ada dua yang didepannya disokong jari-jari keras sedangkan yang di belakang sebagian
disokong jari-jari lunak. Banyak dari jenis-jenis ordo ini terdapat di pasar seluruh Indonesia. (Djuhanda,
1981).

Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada
ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C).
kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang
lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara
sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.

Saanin (1984) menyatakan untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan sifat-sifatnya, tanda-tanda
dan bentuk serta bagian-bagian dari tubuh ikan yaitu rumus sirip, perbandingan panjang dengan tinggi,
bentuk garis rusuk dan jumlah garis sisik yang meliputi garis rusuk tersebut bentuk sisik dan gigi
beserta susunan tulang-tulang insang.

Saanin (1984) mengatakan bahwa untuk mengiedntifikasi ikan harus diperhatikan tanda-tanda, bentuk
dan bagian dari tubuh ikan yaitu urmus mulut dan sungut yang banyak mengalami modifikasi. Oleh
karena itu perbedaan ikan disebapkan oleh umur atau kadang-kadang oleh tempat hidupnya, maka tidak
akan mungkin memberikan ukuran, ukuran yang diberikan adalah perbandingan saja.

Menurut Tim Iktiologi (1989), bahwa bentuk tubuh ikan bervariasi meskipun demikian mempunyai
pola dasar yang sama yaitu “kepala-badan-ekor” pada umumnya bilateral simetris. Sebagai kekecualian
pada ordo Plauronectiformes yang mempunyai bentuk non bilateral simetris. Dimana secara garis besar
ikan yang ada di alam dikelompokkan menjadi dua yaitu Agnatha (ikan yang tidak berahang) dan
Gnathostomata (ikan yang memiliki rahang). Secara umum ikan dibagi atas tiga kelas yaitu:
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes.

Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes dimasukkan ke dalam Pisces, merupakan


kelompok hewan yang sangat besar dan banyak diminati orang, sehingga kelompok hewan ini mendapat
perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni iktiologi. (Romimohtarto, 2005).

PULUNGAN(1985) mengemukakan bahwa jenis-jenis ikan dari family siluridae merupakan ikan air
tawar yang pada umumnya menghuni perairan sungai, anak-anak sungai maupun danau-danau ukuran
kecil(bekas aliran sungai) dan sangat bersembunyi disela-sela daun tanaman air yang yang terdapat
disekitar tempat hidupnya
Djuhanda (1981) mengatakan ikan-ikan siluridae tubuhnya tidak bersisik, kulitnya lebih banyak
mengandung lender dan berwarna seperti warna Lumpur, kepala gepeng dank eras dengan mulut yang
lebar. Disekitar mulut terdapat 1-4 pasang sungut peraba.sirip dada mempunyai jari-jari sirip keras dan
ibasanya pinggirannya bergerigi esperti gergaji. Sirip punggung pada kebanyakan ikan ada dua, yang
edpan mempunyai udri tajam, seperti dada dan kedua macam duri.

HUET (1971) mengatakan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah keturunan, ketahanan tubuh terhadap penyakit dan kemampuan untuk memanfaatkan
makanan, sedangkan faktor eksternal adalah kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan bagi ikan.
Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk baik panjang maupun berat sesuai dengan perubahan waktu.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh makanan, ruang, suhu dan beberapa faktor
lainnya.

IKAN SUNGAI

1. ikan Paweh(Osteochilus hasselti)


KOTTELAT, WHITTEN, KARTIKASARI dan WIRDJOATMODJO (1993), mengklasifikasikan Ikan
Paweh (Osteochilus hasselti) kedalam Sub kelas Teleostei, Ordo Cypriniformes, Famili Cyprindae,
Genus Barbodes.
ikan Paweh (Osteochilus hasselti) dengan ciri-ciri bentuk tubuh pipih dan langsing, bilateral simetris,
tubuh berwarna kekuning-kuningan sedangkan bagian siripnya berwarna kemerah-merahan, memiliki
sepasang sungut yang pendek terletak di sudut mulut, kepalanya tumpul, tubuh diliputi sisik, bentuk
mulutnya subterminal, linea lateralis sempurna, siripnya terdiri dari jari-jari lemah mengeras dan jari-
jari lemah, (KOTTELAT et.al )

Ikan-ikan yang termasuk keluarga Cyprinid nyatanya memiliki bentuk tubuh yang bervariasi beberapa
jenis diantaranya tubuh berbentuk compressed seperti yang terdapat pada jenis Puntius, Osteochylus
dan Amblirychicthys.ikan Cyprinidae yang memiliki jari-jari lemah yang mengeras dan bergerigi pada
bagian belakangnya hanyalah ikan-ikan yang termasuk pada Genus Puntius. Jumlah gerigi itu penting
artinya untuk membedakan antar spesies yang satu denga yang lainnya (PULUNGAN, 1987).

Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) dengan ciri-ciri bentuk tubuh pipih dan langsing, bilateral simetris,
tubuh berwarna kekuning-kuningan sedangkan bagian siripnya berwarna kemerah-merahan, memiliki
sepasang sungut yang pendek terletak di sudut mulut, kepalanya tumpul, tubuh diliputi sisik, bentuk
mulutnya subterminal, linea lateralis sempurna, siripnya terdiri dari jari-jari lemah mengeras dan jari-
jari lemah, (KOTTELAT et.al).

Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) mempunyai bentuk agak memanjang dan pipih,batang ekor separuh
dari tinggi badan.Kepala kecil dan moncong tertutup rapatdan mempunyai dua pasang sungut,sisik agak
besar.Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik linea lateralis yang ke sepuluh.Sirip
punggung seperti tiang,jari-kari keempat kuat dan gigi ke belakang.Warna tubuh coklat kehijau-hijauan
pada bagian punggung dan berwarna putih di bagian perut,sirip ekor,anus serta perut berwarna
kemerah-merahan.Jari-jari disokong oleh A.7,D.17.P.9,V.9,C.19 (Delfirahim et el,1997)

2. IKAN SEPET SIAM(Trichogaster pectoralis)


Ikan sepat siam merupakan ikan yang memiliki habitat di perairan tawar.Ikan sepat siam adalah ikan
yang termasuk dalam Ordo:Anabantoidea,family:belontiidae,ganus trichogaster, dan spesies
Trichogaster pectoralis(Djuhanda,1981)

Ikan ini memiliki sirip punggung berbentuk sempurna,jumlah sirip unggung hanya satu,letak sirip
punggung di pertengahan,permulaan sirip punggung di belakang sirip perut,hubungan sirip punggung
dengan sirip ekor terpisah dengan sirip perut.Memiliki sirip perut tetapi yelah termofikasi berbentuk
seperti cambuk.Posisi dasr sirip dada oblique ,di bawah linea lateralis persis di bawah sudut tutup
insang ,posisi sirip perut dibandingkan dengan sirip dada sub abdominal.Sirip anus terpisah dengan sirip
ekor.Bagian pangkal sirip anus diliputi sisik.D.V11.11,P.11,A.X.38,C.16,V modifikasi.

Ikan Sepat Siam(Trichogaster pectoralis) merupakan kelompok ikan yang mempunyai pernafasan
tambahan berupa tulang tipis yang berlekuk-lekuk seperti buangan karang yang disebut Labirin dengan
mengambil oksigen lngsung dari udara.Sebagian dapat membangun karang yang berbusa yang berguna
untuk menyimpan telurnya di dalam mulut.Warna tubuh ikan ini dipengaruhi oleh jenis kelamin
reproduksi dan umurnya.Sirip punggung lebih kecil dari pada sirip dubur,mempunyai 6-8 jari-jari keras
dan 8-10 jari-jari lunak.Sirip duburnya mempunyai 10-12 jari-jaru keras ,33-38 jari-jari lunak.Sirip
perut memiliki 1 jari-jari lunak dan 3-4 jari-jari lunak ,satu diantaranya menjadi alat peraba yang
panjang seperti ijuk .Sirip dada mempunyai 9-10 jari-jari lunak .Terkadang pada bagian sirip punggung
dan sirip ekor yang lunak ada bulatan hitam.(Djuhanda,1981)

3. IKAN OMPOK(Ompok hypopthalmus)


Saanin(1981) menyatakan bahwa ikan Ompok termasuk ke dalam Pisces, Sub Kelas Teleostei,Ordo
Silunformes, Sub Ordo Siluroidea, Famili Silunidae, Genus Ompo dan spesies Ompo hypopthalmus
Ikan ompok merupakan ikan air tawar yang terglong dalam famili Silurudae,Jenis-jenis ikan ini udah
dikenali sebagian masyarakat yang berada dikawasan Sunda plat.Akan tetapi nama yang diberikan
kepada ikan selai sangat berfariasi dengan asal di mana jenis-jenis ikan ompok ini di dapat.
(Pulungan,1985)

Ikan Ompok mempunyai cirri-ciri sebagai berikut bentuk penampang punggung agak cembung dengan
bentuk penampang pungggung agak cembung dengan bentuk pipih memanjang dibedakan dari semua
jenis. Kepalanya panjang 4.6 – 5.3 kali lebih pendek dari panjang standar,sungut-sungutnya memendek,
kira-kira sampai setengah atau sepanjang diameter mata. Sirip dada lebih pendek dari pada kepala,
rahang bawah meruncing melampaui rahang atas. Ketika mulut ditutup, sirip punggung tidak terdapat.
(Weber dan Debeaufort, 1916; Saanin, 1984; Kottelat et al, 1993).

Ikan Ompok di danau merupakan salah satu jenis ikan selais yang ada di Raiu dan termasuk ikan jenis
air tawar yang hidup di sungai,anak sungai dan danau(oxbow lake) yang terdapat di sekitar aliran sungai
utama di daerah Riau(Pulungan et al,1985).

Ikan Ompok (Ompo hypopthalmus) merupakan ikan air tawar yang tergolong kedalam Famili Siluridae.
Jenis-jenis ikan ini sudah dikenali sebagian masyakat yang berada dikawsan Sunda plat. Akan tetapi
nama yang diberikan kepada ikan selai sangat berfariasi dengan asal dimana jemnis-jenis Ikan Ompok
ini di dapat (Pulungan, 1985).

4. IKAN TILAN(Mastacembelus naculatus)


Ikan tilan (Mastacembelus naculatus) merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk dalam Ordo
:Mastacembeludei,Family : Mastacembeludae,Denus : Mastacembelus,dan genus (Mastacembelus
naculatus) .

Menurut Kottelat et el(1992) ikan tilan mempunyai bentuk tubuh yang panjang seperti ular,tetapi
moncong berdaging besar,dan bentuk perut cembung.Pada tubuh ikan ini pita warna gelap lonjong
melintang,tidak ada bercak warna pada sirip ekor.

5. IKAN PUYUH/BETOK(Anabas testudineus)


Ikan puyuh (Anabas testudineus)adalah ikan air tawar yang termasuk kedalam Kelas Teleufei,Ordo
Labyrinthisi (SAANIN 1984) , Atau perciformes (KOTTELAT et al, 1993).Famili Anabantidae, Genus
anabas, Pol dan Species Anabas tustidineus (KOTTELAT et al, 1993).

Ikan puyuh termasuk kedalam kingdom animalia, Phylum Chordata, Kelas pisces, Ordo Labyrinthisi,
Famili Anabantidae, Genus Anabas dan Spesies Anabas testudineus(SAANIN, 1968).

6. IKAN SUBHAN(Puntius bulu)


Menurut Saanin(1981) ikan Subhan dapat diklasifikasikan ke dalam Kelas Pisces ,Sub Kelas Teleostei,
Ordo Ostariophysi, Sub Ordo Cyprinidea , Famili Cyprinidae, Sub famili Euprininae, Genus Puntius
dan spesies Puntiua bula.

Ikan Subhan mempunyai bentuk tubuh pipih compressed, panjang,mulut terminal dan protractile , tidak
bersungut dan mulut sempit ,garis linea lateralisnya sempurna ,sisik halus ,bentuk sisik cycloid , dan
terdapat noktah pada batang ekor.(Kottelate et el ,1993)

Hutaoea(1992)menyatakan bahwa ikan subhan memiliki ciri-ciri termasuk agnayha ,Kelas


Osteichtyes,bentuk tubuh bilateral simetris,pipih compressed ,kepala bersisik,posisi mulut
terminal.Teerdapat sepasang lubang hidung,mata terletak di sisi kanan dan kiri,mempunyai tutup insang
, mempunyai squama ,mempunyai tutup insang,banyak sirip punggung,dada ekor dan anus.

7. IKAN MOTAN(Thynnchtyys valianti)


Saanin (1984) mengklasifikasikan ikan motan sebagai berikut : Ordo Cypriniformes, Sub Ordo
Cypriniodei,Famili Cyprinidae, Genus Thynnchtyys dan spesies Thynnchtyys valianti.Ikan motan
dikenal dengan nama Kendie, Menanngin, Lambak, Ringan, Lumoh dan Pingan.
Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa jenis dari ikan ini adalah ukuran panjang tubuhnya lebih besar
dari pada tinggi tubuhnya,badannya ditutupi oleh sisik cycloid dan ctenoid ,sirip ekor bercagak dua,
bentuk tubuhnya bilateral simetris ,mulutnya sempit yang terletak di ujung depan depan kepala atau
agak ke bawah,moncongnya dapat di tonjolkan ke depan dan mempunyai gelembung renang yang
terbagi dua bagian, di mana bagian belakang lebih kecil dari pada bagian depan.

8. IKAN LOMEK
Ikan Lomek memiliki bentuk tubuh yang memanjang ,berkepala simetris,tidak bersisik ,memiliki alat
pernafasan tambahan.Bagian depan badannya terdapat penampang yang membulat sedang bagian
tengahmya dan belakang berbentuk pipih.Alat pernafasan tambahan terdapat di bagian kepala di dalam
rongga yang di bentuk oleh dua pelat tulang kapak.Insangnya berukuran kecil dan terdapat di bagian
kepala bagian belakang.Sirip ada 5 jenis yaitu sirip dada,punggung,anus ,ekor danperut.Sirip dadanya
berbentuk bulat agak memanjang dengan ujung meruncing.(Najiyati ,1997)

9. IKAN KATUNG(Peristolepis grooti)


Saanin (1981) mengklasifikasikan Ikan Katung sebagai berikut : Ordo Labyrintichi , Genus
Peristolepis , dan spesies Peristolepis grooti .

Ikan Katung mempunyai ciri-ciri diantaranya badan berbentuk lonjong ,bibirnya dapat ditonjolkan ke
depan (prortactile), badan dan kepala bersisik kasar ,mata terletak sedikit ke atas dari sudut
mulut(Djuhanda 1981).

10. IKAN SIPAKU(Cyclocheilichthys opogon)


Ikan sipaku (Cyclocheilichthys opogon) termasuk ke dalam Kelas Pisces,Ordo Cypriniformes, Family
Cyprinadae,Genus Cyclocheilichthys dan spesies Cyclocheilichthys opogon (Kottelate et al,1993)

Di beberapa daerah ikan sipaku dikenal dengan nama Bebras, Lawak, Lelawat, Genggehe, Redang, dan
Bungut punduk(Saanin,1984).
Ikan sipaku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:kepala berkenyut berurat syaraf, bagian atas kepala
berbentuk cekung, mulut mengarah ke bawah, tidak bersungut, jari-jari keras sirip berggig-gigi,antara
garis rusuk dan sirip pungggung 5-5,7 baris sisik,panjang kurang dari tiga kali tinggi,pangkal sirip
biasanya berbintik hitam,ikan yang masih hidup irisnya berwarna merah darah dan sirip berwarna
merah pucat.Permulaan sirip dorsal di posterior sedikit berbanding dengan permulaansirppelvis.Spina
sirip dubur yang ketiga lembut,batang ekor dikelilingi 16 sisik,titik hitam pada pangkal sirip ekor
terdapat bariasan titik hitam di sepanjang barisan sisik .Ikan ini memiliki ukuran 7-20 cm.

11. IKAN LELE DUMBO(Clarias gariepenus)


Menurut Weber dan Beafort(dalam Simanjuntak dan Waluyo,1989) klasifikasi ikan lele dumbo adalah
sebagai berikut Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei,Ordo Ostariophysii,Family
Clariidea,genus Clarias dan spesies Clarias gariepenus.Ikan lele dumbo dikenal juga sebagai gian cat
fish karena bentuknya besar dan panjang.

Suyanto(1992) menyatakan bahwa ika lele dumbo (Clarias gariepenus) merupakan salah satu jenis ikan
lele yang merupakan hasil kawin silang antara induk lele jantan asal Kenya(Clarias mosambicus).Pada
mulanya nama ilmiah ikan lele dumbo adalah Clarias fuscus dan kemuduan diganti menjadi Clarias
gariepenus.Penggantian nama ini berdasarkan atas sifat-sifat ikan jantan yang dominan diturunkan pada
anaknya.Dari hasil penyilangan ini ternyata keturunan ikan lele yang dihasilkan ternyata mempunyai
sifat-sifat yang unggul.

12. IKAN BETUTU

Klasifikasi ikan Betutu adalah: kelas teleostoi, ordo: perciformes, sub ordo: Gudidae, genus:
oxyeleotris, species: oxyeleotris marmorata. Ikan betutu memiliki cirri-ciri ekor bundar mulut superior
kepala picak mempunyai garis linea lateralis (kottelat et al, 1993.)

13. Ikan gurami(Ospronemus goramy)

Ikan gurami memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari setengah kali
panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13 jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 9-11
jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari keras dan dua diantara jari-jari lemahnya
memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada terdiri dari 2 jari-jari keras
yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal
ekor yang terdiri dari 30-33 keping sisik(Kottelat et al,1993).

Ikan gurami merupakan ikan yang suka berdiam diperairan yang tenang dan dalam seperti rawa, danau,
dan waduk. Selain diperairan tawar, ikan gurami dapat juga hidup diperairan payau yang kadar
garamnya rendah(susanto,1987),

Ikan Gurami menyukai keadaan perairan yang sedikit hangat yang biasanya terletak pada ketinggian
150-750 meter dpl.Kisaran temperatur 25-30ºC dan pH netral(Susanto,1987).

Bentuk tubuh compressed,osteichtyed ,bentuk kepala tumpul,mulut terminal ,lubang hidung dua
pasang(dirhinous),mempunyai tutup insang, dan lonjong agak tebal,bibirnya dapat ditonjolkan ke
depan,badan dan kepala bersisik keras-keras, warna tubuh putih kehijauan dan mengkilat waktu terkena
matahari,matanya terletak sedikit keras dari sudut mulut gurat sisi sempurna serta makanan utamanya
berupa tumbuh-tumbuhan.

14. ikan Ingir ingir(makrorer nigriceps)


Bentuk mulut pada ikan ini nonprotactile, ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau
sedikit dibelakang bola mata, keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir
bawah, bentuk bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul
jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang.

Manda et el,(2005) mengatakan bahwa mulut dan sungut pada ikan terdapat di bagian anterior kepala
dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkunan hidup di
lingkungannya di mana ikan-ikan itu berada.Sungut pada ikan bergungsi sebagai alat peraba dan
pendeteksi dalam rangka mencari makan.

15. ikan kapiek(Puntius schwanefeldi)

Klasifikasi ikan kapiek yaitu Ordo Ostariophyshi, family cyprinidae, genus Puntius, spesies puntius
schwanepeldi(Kottelate et al,1993).

Cirri-ciri ikan kapiek adalah bentuk tubuh simetris bilateral, bentuk tubuh pipih(compressed), bubir atas
tidak terpisah dengan rahang bawah. Mulut protactile, mempunyai sepasang lubang hidung.(SAANIN,
1984)

Secara umum ikan Kapiek dijumpai pada kedalaman 1,0 – 4,0 m, suhu antara 25 – 30 oC, kecerahan
antara 40 – 120 cm, pH berkisar 5 – 7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat – tempat yang
merupakan lubuk. Hidup pada dasar perairan berpasir Lumpur dan ditempat – tempat berbatu yang
banyak ditumbuhi tanaman air (Pulungan, 1987).

Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Blkr) termasuk spesies ikan air tawar penghuni daerah tropis yang
hidup di perairan sungai, danau dan rawa. Penyebarannya meliputi negara – negara India, Srilangka,
Malaysia dan Indonesia. Sedangakan di Indonesia ikan ini telah lama ditemukan di Sumatera dan
Kalimantan Barat ( Weber and de Beafourt, 1961).

Ikan Kapiek dapat diklasifikasikan ke dalam sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo
Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Puntius, spesies Puntius schwanefeldi Blkr (Weber and de
Beafourt, 1916). Ikan ini tergolong sebagai ikan pemakan segala makanan (omnivora) dan tidak
mengganggu jenis ikan kecil diperairan dimana dia hidup ( Djuhanda, 1981 dan Grazimek, 1973).

Dari segi biologi reproduksinya ikan ini tergolong pada ikan yang mempunyai tipe reproduksi
biseksual, dimana sperma dan telur berkembang secara terpisah pada individu yang berbeda, dengan
kata lain ikan jantan dan ikan betina berkembang sejak lahir atau menetas serta setiap individu akan
tetap sebagai jantan atau betina selama hidupnya ( Siregar, 1999). 

Ikan kapiek bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih seperti petak dengan
punggungyang abu-abukecoklatan dan perutnya putih mengkilat jumlah gurat sisiada 35-36 keping.
Gurat sisi sempurna, sirip punggung merah dengan bercak kehitaman. Pada ujungnya, sirip dadqa dan
perut berwarna nmerah, sirip ekor berwarma orange atau merah dengan pinggiran garis hitam atau
putihsepanjang cuping sirip ekor. (SAANIN 1984)
Ikan kapiek hidup di dasar perairan berpasir lumpur dan tempat berbatu yang banyak ditumbuhi
tanaman air.Distribusi ikan kapiek di indonesia terdapat hampir di seluruh perairan Pulau Sumatera ,di
samping itu juga Borneo.Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter,suhu 25-30
derajat celcius,kecerahan 40-120 cm,pH 5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang
merupakan lubuk.(EFFENDI,1979).

Ikan Kapiek memiliki cirri-ciri sebagai berikut:sirip punggung terdiri dari 4 jari-jari keras dan 8 jari-jari
lemah.Sirip anus terdiri dari 4 jari keras dan 5 jari-jari lemah.Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan
14-16 jari-jari lemah.Kerangka tubuh kuat melengkung mulai dari hidung sampai ke punggung.Panjang
baku 4,1-4,3 kali panjang kepala dan tinggi badan 2,3-2,4 kali panjang baku.Mulut di ujung
kepala(terminal)memiliki 2 sungut kecil.Sungut di sungut mulut dan di rahang atas ,daerah pipi sempit
terdapat 8-9 sisik antara garis rusuk dan sirip anus.Warna badan keputih-putihan bagian punggung
coklat kehijauan,tepi atas dan bawah sirip ekor terdapat garis hitam.Pada ikan muda ujung-ujung
sirionya berwarna merah,panjang maximum 23,5-24 cm (Webwr dan Beafort, 1916; Djuhanda,1981;
Saanin,1984; Pulungan et al,1986; dan Kottelat et el,1993)

Ikan Kapiek menurut (PULUNGAN, 2000) Adalah moncong menonjol kedepan dan tumpul,kepalah
bersegi tidak bersisik mata di bawah garis segi, mulut sub terminal, pada rahang atasa terdapat dua
lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir, bibir luar rahang atas di sudut mulut
menutupi lipatan bibir bawah, pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek di atas bibir
atas terdapat sungut pendek dan kecil, permukaan kepalah licin, garis rusuk sempurna 34-36
sisik.bentuk tubuh gepeng dan badannya tinggi, warna tubuh putih seperti perak dan punggung abu-abu
kecoklatan dan perutnya putih mengkilat (DJUHANDA, 1981).

Ikan kapiek (Puntius schwanefeldi) yang termasuk pada golongan Cyprinidae yang hidup di permukaan
air merupakan jenis ikan air tawar yang tergolong masih hidup secara alami di perairan dan digemari
masyarakat dalam keadaan segar maupun salai, karena rasa dagingnya yang cukup lezat dan gurih
sehingga ikan ini dijadikan ikan adat oleh masyarakat Kampar,dimana harganya itu relative mahal yaitu
sekitar Rp.15.000,-20.000/kg,dan Rp.20.000,- 25.000/kg dalam bentuk salai.

Ikan Kapiek menurut Pulungan (2000) adalah ikan yang moncong menonjol ke depan dan tumpul,
kepala bersegi tidak bersisik, mulut sub terminal, pada rahang atas terdapat dua lipatan bibir, pada
rahang bawah terdapat satu lipatan bibir,lipatan rahang atas di sudu mulut menutupi lipatan bibir
bawah.Pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek sekali,permukaan kepala licin
sekali,garis rusuk sempurna 34-36 sisk,bentuk badan memanjang persegi,perut mendatar dan bersisik.

Bentuk mulutnya protactile, ukuran mulutnya sedang, posisi mulut tegak lurus atau sedukit dibelakang
obla mata, ukuran bibirnya tebal. Keadaan bibirnya, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, bibir atas
bersambung dengan bibir bawah dan bentuk vivir atas tidak bergerigi.

Manda et al(2005). Mulut dan sungut pada ikan terletak pada bagian anterior kepala dengan bentuk dan
posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan hidup dimana ikan-ikan itu berada.
Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makanan.

Kriswantoro(1987) mengklasifikasikan ikan dengan ciri-ciri ikan kembung ini tergolong bilateral
simetris, memiliki bentuk seperti torpedo, bentuk kepala agak tumpul dengan sirip yang lengkap
memiliki sirip yang mengalami penyempurnaan seperti adifose fin dan finlet.

Ikan kapiek hidup pada dasar perairan berpasir dan berlumupur dan tempat berbatu yang banyak
ditumbuhi tanaman air. Effendi (1979) menyatakan bahwa distribusi ikan kapiek di Indonesia terdapat
hampir di seluruh perairan sumatra, disamping juga borneo. Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman
perairan 1-4 meter. Suhu 25-30 derajat selsius, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus
lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk.

16. IKAN NILA(Oreochromis niloticus)

Djarijah (1995) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata, Subphylum
Vertebtara, Klass Osteichtyes, Subklass Achanthoptherigi, Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea,
Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus.

Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari Plankton,
Tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan lain sebagainya ( Asmawi,
1986).

Menurut Sugiarto (1987) ikan Nila Orechromis niloticus termasuk ke dalam ordo Perciformes,Family
Cichlidae,Genus Oreochromis dan spesies Orechromis niloticus.Santoso(1996) mengatakan bahwa ikan
yang termasuk dalam genus orechromis adalah ikan yang bertugas mengerami telur dan menjaga
anaknya adalah sang induk betina.Contoh spesies lainnya antara lain: Oreochromis spilarus,
Oreochromis aereus, Oreochromis hantari, Oreochrommis mossambicus ,Oreochromis niloticus.

Ikan Nila merupakan ikan nila yang mempunyai bentuk yang agak memanjang pipih ke samping
.Warnanya putih kehitaman, makin ke bagian ventral warnanya akan semakin terang.Pada tubuh
terdapat 10 buah garis vertikal yang berwarna hijau kebiruan,sedangkan pada sirip ekor terdapat 8 buah
garis melintang yang ujungnya berwarna kemerahan.(Santoso,1996)

Mata ikan Nila tampak menonjol agak besar dan di pinggirnya berwarna hijau kebiruan.Letak mulut
terminal.Gurat sisi(Linea lateralis) terputus menjadi 2 bagian yanng terletak memanjang di atas sirip
dada.(Sugiarto,1987)

Ikan Nila mempunyai nama perdagangan yaitu nile tilapea.Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti pipih
compressed dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan
laut,tergolong ikan Palagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi,suka hidup bergerombol baik
perairan pantai maupun di lepas pantai .Kebiasaan makannya adalah memakan plankton besar atau
kasar,cepalopoda dan Sunyoto crustacea(Mandala,2005)
17. IKAN JUARO(Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae (SAANIN, 1984).
Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam (KOTTELAT
et al, 1993). Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk
penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (SOETIKNO dalam HENNYWATI,
1998).

18. IKAN jambal siam(Pangsius sutchi)

Jambal siam (patin) terklasifikasikan dalam ordo Ostariophyri, sub ordo Siluroide, famili Pangasidae,
genus Pangasius, spesies Pangsius sutchi. (Saanin, 1984). Ikan Jambal siam termasuk ke dalam genus
Pangasius dan famili Pangasidae (Robert and Vidthayanon, 1991). Morfologi ikan Jambal siam
mempunyai badan memanjang dan pipih, posisi mulut sub terminal,dan dilengkapi dengan 4 buah
sungut. Sirip punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai dari kepala
sampai pangkal sirip ekor. Bentuk sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih
dengan garis hitam ditengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm. (Sumantadinata, 1993).

Selanjutnya Khairuman dan Sudenda(2002) menyatakan genus Pangasius termasuk golongan ikan
karnivora(pemakan hewan).Ikan ini digolongkan sebagai sebagai ikan dasar atau demersal yang bersifat
nocturnal.Makanan ikan genus pangasius di alam antara lain berupa ikan-ikan kecil ,caving
detritus,serangga,udang-udangan dan mollusca.

Kottellate et el (1993) mengemukakan bahwa penyebaran ikan genus Pangasius dimulai dari India ,
Birma,Thailand, Kalimantan, Sumatera dan Jawa.

Kepala Jambal Siam biasanya lebar dengan mulut terletak di ujung dan mata agak di bawah sudut
mulut(Subagyo,1981).Sirip punggung terletak agak ke depan,antara sirip punggung dan sirip ekor
terdapat sirip tambahan yaitu sirip lemak.Panjang sirip dubur biasanya sepertiga dari panjang tubuh
,berwarna merah dengan sirip tengah berwarna merah dengan sirip tengan yang berwana hitamdan
mempunyai jari-jari yang berkisar antara 34-36 buah.Jari-jari sirip perutnya 8-9 buah.

19. IKAN SELAIS(kryptopterus apogon)

Ikan selais kryptopterus apogon Blkr, atau lebih dikenal dengan nama Selais Panjang Lampung
merupakan salah satu bagian potensi perairan Riau. Ikan ini masih tergolong ikan air tawar yang hidup
secara liar, namun demikian ikan ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting. Ikan ini telah
menjadi jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat.
20. IKAN LELE DUMBO(clarias gariepinus)

Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) termasuk kedalam filum Chordata, kelas Pisces, sub kelas
Teleoistei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidae, family Clariidae, genus Clarias, spesies Clarias
gariepinus (SUYANTO, 2002). Pada mulanya nama ilmiah ikan Lele Dumbo adalah Clarias fuscus dan
kemudian diganti menjadi Clarias gariepinus. Pengganti nama ini berdasarkan atas sifat-sifat induk
jantan yang dominan diturunkan kepada anaknya. Dari hasil penyilangan itu ternyata keturunan ikan
Lele yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat yang unggul (SUYANTO, 1992).

WEBER DAN BEAUFORT (1992), serta SAANIN (1984) Mengklasifikasikan Ikan Gabus (Channa
striata) dalam kelas Osteichthyes, ordo Labirinthici, Sub Ordo Ophiochepaloide, famili
Ophiocephilidae, dan genus Ophiochepalus serta spesies Ophiochepalus striatus.

Menurut VIVIEW et al (1985) bahwa cirri-ciri ikan lele dumbo mempunyai kulit yang tidak bersisik
(licin), berwarna gelap pada bagian punggung dan sisi tubuh.bila dalam keadaan stress kulitnya seperti
mosaic berwarna gelap dan tolol putih (terang).Mulut lebar sehingga memakan mangsannya yang
panjangnyaseperempat panjang tubuh ikan lele dumbo. Disekitar tubuhnya terdapat delapan buah
sungut yang berfungsi sebagai peraba.

21. IKAN PEPETEK(Leiognathus dussummieri),

Ikan pepetek (Leiognathus dussummieri), tergolong pada keluarga leiognathidae yang masih berkerabat
dengan keluarga Carangiadae. Jenis ini merupakan jenis ikan yang kecil, Panjang tubuhnya tidak lebih
dari 15 cm, Badanya tinggi dan bentuknya pipih. Daging dari jenis ini tidak begitu banyak, (Djuhanda,
1981).

22. ikan Toman (Ophiocephalus micropeltes)

Saanin (1986) mengklasifikasikan ikan Toman sebagai berikut kelas Osteichthyes, ordo labyrinthici,
subordo Ophiocephaloidei, famili Ophiocephalidae, genus Ophiocephalus dan species Ophiocephalus
micropeltes.

Asmawi (1986) menyatakan bahwa ikan toman memiliki cirri-ciri sebagai berikut : tubuhnya ditutupi
oleh sisik yang berwarna biru kehitam-hitaman pada bagian punggung dan bagian perut berwarna putih
cerah , pada ikan Toman muda disepanjang tubuhnya terdapat 2 garis hitam yang membujur, tapi pada
ikan yang sudah tua kedua garis tersebut hilang

23. IKAN GABUS(Channa striata.)


Saanin (1984), Ikan gabus diklasifikasikan kedalam ordo Labyrintichi, family Ophiocephaloidae, genus
Channa, Spesies Channa striata.

Ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan liar tawar yang potensial di dosmestikasi. Ikan ini sejak
lama dikenal sebagai ikan kosumsi yang cukup populer di semua pasar (Cahyono, 2000).

DJUHANDA (1981), mendeskripsikan Ikan Gabus ( Channa striata) memiliki bentuk tubuh hampir
bulat panjang, makin kebelakang makin menjadi gepeng. Punggungnya cembung, perutnya rata, sirip
punggung lebih panjang dari sirip dubur, sirip yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip
yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar dengan ujung membulat
disokong oleh 15-17 jari-jari lunak. Gurat sisi ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100
cm.

Kottelat et al (1993), Menyebutkan bahwa ikan gabus mempunayai warna gelap dan seluruh tubuhnya
ditutupi dengan sisik. Di bagian dadanya kulit tubuhnya

24. IKAN PANTAU(Rasbora argirotaenia)

Klasifikasi dari ikan pantau adalah sebagai berikut : Ordo : Cypriniformes, Famili : Cyprinidae, Genus :
Rasbora, Spesies : Rasbora argyrotaenia(Saanin,1984).

Menurut Djuhanda (1981) ikan Pantau mempunyai warna dasar keperakan yang cemerlang.Warna
siripnya yang kekunungan ditambah dengan masing-masing cuping sirip ekornya yang memiliki
memiliki pita warna hitam melintang.Bentuk tubuh dari tubuh ikan ini panjang membulat ,sisik-sisiknya
besar.Warna tubuh bagian atasnya kecoklatan –kecoklatan dan bagian bawahnya kekuning-kuningan
dipisahkan oleh gurat sisi yang menghitam mulai dari belakang tutup insang terus ke belakang
badan.Lubang mulut kecil,sekitar mulut tidak ada sungut peraba ,sepintas lalu kelihatan seperti
beunteur.

Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) termasuk dalam genus Rasbora mempunyai bentuk tubuh
memanjang hampir persegi dan ditutupi oleh sisik cycloid yang terdapat mulai dari belakang kepala
sampai kepangkal ekor. Perut membundar, sirip punggung berukuran pendek tidak memiliki jari-jari
lemak yang mengeras serta terletak di belakang sirip perut bercagak (forked), posisi mulut terminal dan
mulut tidak memiliki sungut. Ikan dengan posisi mulut terminal baik mengarah ke atas maupun
kebawah menurut WHITTEN dan KOTTELAT dalam PAMUNGKAS (2000) kemungkinan besar
hidup di lapisan tengah perairan.

Ikan Pantau memiliki bentuk tubuh mamanjang hampir persegi dan tubuhnya ditutupi oleh sisik cycloit.
Mempunyai bentuk mulut yang non proctractile yaitu mulut ikan yang tidak dapat disembulkan
kedepan. Mulutnya leber, sudut mulut dengan bola mata sedikit kebelakang bola mata. Bibir tebal dan
hanya bibir atas yang berlipatan. Bentuk bibir atas bergerigi serta moncong ikan yang tumpul. Ikan
Pantau ini tidak memiliki sungut. Ikan ini hidup secara bergerombol, tubuh berwarna putih punggung
agak kehitaman. Pada pertengahan punggung terdapat sirip punggung yang disokong oleh jari-jari sirip,
semua sirp berwarna kemerahan dan mempumyai bercakl hitam, sirip ekor bercagak panjang hampir
sam dengan tinggi badan.
Ciri meristik dari ikan rasbora adalah tidak bersungut, sirip dubur dengan 5 jari yang bercabang, mulut
agak kecil dengan berbonggol sambungan, tulang rahang bawah ,sambungan tulang rahang bawah (di
dagu) berbogol dengan rusuk dengan cekungan pada sambungan tulang rahang atas (SAANIN,1984)

Permulaan sirip punggung tepat dengan atas dasar permulaan sirip perut, badan dan keping sirip ekor
badan berbercak hitam,sirip punggung tidak berjari-jari keras yang bertulang dan terletak dibelakang
sirip perut, garis rusuk dengan bersiku membengkok kebawah dan legkap melalui bagian ekor sebelah
kebawah.
Ikan Pantau memiliki tubuh yang relatif kecil, Batang ekor dikelilingi 14 sisik, 1-11 sisik antara gurat
sisi dan awal sirip perut , garis warna gelap memanjang berawal dari operculum sampai pangkal sirip
ekor dan membatasi bagian belakang badannya.

25. Ikan tambakan (Hellostoma temmincki)

Ikan tambakan (Hellostoma temmincki) mempunyai bentuk tubuh gepeng (compressed) dan lonjong
agak tebal bibirnya dapat ditonjokna kedepan badan dank kepala bersisik keras, matanya sedikit keatas
dari sudut mulut, gurat sisik sempurna, sirip punggung, panjang tetapi tidak begitu lebar. Ikan tambakan
menyukai keadaan yang sedikit agak hangat yang biasanya terletak pada ketinggian 150-750 meter dari
permukaan laut kisarann temperature 25-30 drajat celcius dan pada pH netral (Susanto, 1991).

Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat dan biasanya terdapat pada ketinggian 150-
750 meter dari permukaan laut. Kisaran temperature 25-30derajat selsius dan pH netral (Susanto, 1984).
Ikan tambakan (helostoma temmincki) mempunyai bentuk mulut protactile yaitu bentuk mukut yang
dapat disembulkan, celah mulut horirzontal sangat kecil, rahang atas dan rahang bawah sama, bibir
tebal dan mempunyai gigi yang ujungnya tajam(Susanto, 1997).

26. Ikan Baung(Mystus nemurus)

Ikan Baung (Mystus nemurus CV) adalah jenis ikan perairan umum yang sedang di domestikasi untuk
dijadikan ikan budidaya (Gaffar dan Nasution, 1990).

Ikan Baung (Mystus nemurus CV) secara taksonomi diklasifikasikan kedalam phylum Chordata, kelas
pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones
atau Mystus dan spesies Mystus nemurus CV ( Kottelat et al, 1993).
Ikan baung yang terdapat didaerah riau mempunyai warna yang Abu-abu dengan pita tipis memanjang
yang berawal dari tutup insang hingga pangkal sirip ekor. Sungut hidung mencapai mata dan sungut
rahang atas memanjang hampir mencapai sirip ekor. Bagian atas kepala agak kasar, terdapat garis gelap
memanjang dan mempunyai titik hitam di ujung sirip lemah (Djuhanda, 1981).

Menurut Djadjadiredja et al (1977) Ikan baung mempunyai bentuk badan panjang dan tidak bersisik,
pada sirip dada terdapat tulang yang tajam dan bersungut, memiliki sirip adipose yang panjangnya kira-
kira sama dengan sirip dubur. Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai
dan tidak gemar dengan air yang jernih atau yang terlalu berlumpur (Inger dan Chin dalam Mohsin dan
Ambak, 1992 ).

Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak bersisik, kepala gepeng dan keras,
mulut lebar, pada rahag terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek,
mempunyai satu patil dan mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak
dan tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip dada mempunyai
jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat kuat dan bergerigi (Djuhanda, 1981).

Menurut Kottelat et al, (1993) bahwa Famili Bagridae adalah ikan berkumis air tawar yang terdapat
dikawasan Tropika Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur. Beberapa jenis memiliki kekhususan pola
warna berbentuk bercak atau garis, mereka tumbuh sangat besar dan bersifat nocturnal, yang hidup di
air keruh aktif sepanjang hari. Beberapa ikan bersuara katak pada waktu ditangkap, merupakan
penghuni dasar air dan memakan segala macam makanan.

Ciri-ciri morfologi ikan baung menurut Mohsin dan Ambak ( 1992 ) adalah : warna tubuhnya kelabu,
kepala lebar dan tinggi, rahang atas lebih sedikit daripada bawah duri sirip punggungdan duri sirip dada
bergerigi kebelakang, sirip adifose lebih pendek daripada sirip punggung, kumis mendibel memanjang
sampai ke sirip dada, kumis mental lebih pendek, sirip ekor becabang dan cuping atas kurang runcing.

Ikan Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh memanjang, licin dan
tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah yang terletak terpisah antara sirip punggung
dan sirip ekor. Mempunyai satu pasang sungut (kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut
rahang atas panjangnya hampir melampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000).

Ikan Baung (Mystus nemurus CV) mempunyai empat pasang sungut perabadan satu diantaranya
panjang sekali, terletak pada sudut rahang atas yang panjangnya mencapai sirip dubur. Sirip punggung
mempunyai dua jari-jari keras, satu diantaranya besar dan rumengmenjadi patil, sedangkan jari-jari
lunaknya ada tujuh buah, sirip dubur mempunyai 12-13 jari-jari lunak, sirip perut mempunyai 6 jari-jari
lunak dan dua jari-jari keras yang menjadi patil serta kepalanya besar. (Djuhanda, 1981).

Seterusnya Bleeker et al (1965), menambahkan bahwa selain sirip dada, sirip punggung berjari-jari
keras tajam dan berbisa, tulang rahang atas bergerigi, warna tubuh punggung agak kehitam-hitaman dan
bagian dada putih
Ikan Baung (Mystus nemurus) secara taksonomi diklasifikasikan kedalam phylum Chordata, kelas
Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones
atau Mystus dan spesies Mystus nemurus (Kottelat et al, 1993). Ikan ini hidup didasar perairan dan
bersifat omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak ikan, udang remis, insekta, molusca dan
rumput (Djadjadiredja, Hatimah dan Arifin, 1977).

Raharjo (1980), secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk
keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah,
sistem integumen, sistem otot,

Ikan Baung mempunyai empat sungut peraba dan satu diantaranya panjang sekali terletak pada sudut
rahang atas, panjangnya mencapai sirip dubur. Ikan ini memiliki kepala yang kasar (Djuhanda, 1981).

Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak bersisik, kepala gepeng dan keras,
mulut lebar, pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek,
mempunyai satu patil dan mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak
dan tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip dada mempunyai
jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat kuat dan bergerigi. (Kottelat et al, 1993).

Ikan ini hidup didasar perairan dan bersifat omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak ikan,
udang remis, insekta, molusca dan rumput ( Djadjadiredja, Hatimah Dan Arifin, 1977)

Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai dan tidak gemar dengan air yang
jernih atau yang terlalu berlumpur ( Inger dan Chin Dalam Mohsin Dan Ambak, 1992 ).

27. Ikan Barau

Ikan barau merupakan ikan dari famili Cyprinidae. Menurut Smith (1965). Famili cyiprinidae terbagi
atas empat subfamily yaitu cyprinidae, abraminae, rasborinae, carrinae. Ukuran ikan cyprinidae
beragam antara kurang 3-300 cm. spesies paling besar dalam famili cyprinidae ditemukan di Thailand
yaitu Catlocarpio siamensis yang dapat mencapai panjang hingga 300 cm. famili cyprinidae merupakan
famili ikan dengan genera terbesar yaitu sebanyak 194 genera dan 2070 spesies. Sejumlah 1850 spesies
ditemukan hidup di Afrika dan Eurasia dan 220 ditemukan hidup di North America (Robinson et.el,
1980).

Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara sirip punggung dan sirip
perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar. Pola-pola warna pada ikan dewasa dari
ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut hidup.

Ikan barau merupakan komponen penting sebagai fauna ikan di ekosistem perairan tawar Malaysia
(Abidin, 1986). Makanan ikan barau yaitu phytoplankton dari kelompok chlorophyta, diatom,
cyanophyta, zooplankton dan ikan. Sedangkan makanan kesukaan ikan ini adalah Synedra acus dari
kelompok chlorophyta.
Di Indonesia ikan ini dapat dijumpai di jawa, Sumatra, Kalimantan. Sedangkan diluar Indonesia ikan ini
dapat dijumpai di Malaysia , Thailand, dan Vietnam. Aktifitas pemijahan ikan barau dihubungkan
dengan menurunnya suhu perairan dan naiknya lapisan permukaan air dan meningkatnya turbiditas.
Ikan ini tergolong ikan yang dapat memijah sepanjang tahun, akan tetapi musim pemijahannya
cenderung ketika permulaan musim hujan yaitu dari bulan November sampai March tiap tahunnya.
(Abidin, 1986).

Ciri utama yang tergolong dalam famili Cyprinidae adalah mempunyai gigi parinx yang terdiri dari tiga
baris dan masing-masing baris terdiri dari delapan gigi atau kurang, bibir tipis, tidak mempunyai pailla,
rahang atas selalu dibatasi oleh preMaxilla, sirip dorsal mempunyai jari-jari keras (Nelson, 1984).

Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara sirip punggung dan sirip
perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar. Pola-pola warna pada ikan dewasa dari
ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut hidup.

28. ikan mas (Cyprinus carpio).


Menurut Saanin, (1968) klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut kelas pisces; ordo ostariophysi;
subordo Cyprinoidea; famili cyprinidae; subfamily ciprininae; genus cyprinusus ;spesies cyprinu carpio.

Ikan mas merupakan ikan yang memunyai nilai ekonomis yang tinggi, dagingnya banyak disukai orang,
mudah berkembang biak, dan mudah beradaptasi (Djatmika, 1986) sedangkan Lovell, Smitherman dan
Shel (1974) menyatakan ikan mas merupakan ikan yang mudah dipijahkan, dapat memanfaatkan
makanan buatan, relative tahann terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat dan mempunyai toleransi
yang besar terhadap kisaran suhu dan terhadap oksigen terlarut.

Huet,(1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar dam didanau-danau serta
perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini sangat peka terhadap perubahan kualitas
lingkungan dimana ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar dan tidak terlalu
dalam dan aliran air yang tidak terlalu deras.

IKAN LAUT

29. Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus)

Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) mempunyai klasifikasi yaitu: kelas Pisces, sub kelas
Teleostei, ordo Scombriformes, genus scomber dan Spesies Scomber negletus (SAANIN, 1984).
Ikan kembung perempuan(Scomber neglectus) termasuk ke dalam Ordo Percomorphi.Warna tubuh
bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral berwarna kuning keemasan.Yang membedakan
kembung perempuanfengan kembung jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik
hitam pada bagian dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain
tubuhnya lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki.Habitat kembung perempuan adalah pada air
laut(Saanin,1984)
Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar
perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas
tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan
makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO
dan SUNYOTO,1986).
Ciri lain dari morfologi ikan kembung Perempuan ini adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan
lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-
jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur, terdapat
sirip-sirp tambahan yang kecil (DJUHANDA, 1981).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi, (LAGLER et al., 1977) mengelompokkan fungsi-
fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian, penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna
persembunyian
meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna,
pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang
tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang
menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun
di lepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan
crustacea (KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).
Menurut TIM IKHTIOLOGI (1989), warna yang terdapat pada tubuh ikan tersebut disebabkan oleh
adanya schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan juga disebabkan oleh biochrome (pigmen
pembawa warna). Warna kuning yang terdapat pada ikan ini disebabkan karena adanya pigmen
chromolipoid, warna putih atau keperak-perakan yang terdapat pada tubuh bagian bawah dipengaruhi
oleh pigmen purin, sedangkan warna kebiru-biruan pada bagian atas linnea lateralisnya disebabkan
karena pengaruh pigmen pembawa warna yaitu pigmen indigoid.

30. IKANKAPAS-KAPAS(Geres punctatus)


Secara taksonomi ikan kapas-kapas diklasifikasikan ke dalam Ordo :Percomorphi, Famili Geridae,
Genus Geres dan spesies Geres punctatus yang merupkan kelompok ikan yang mempunyai ukuran
tubuh relative kecil ,bentuk badan pipih tegak dengan kepala melengkung,mulut terletak di ujung depan
kepala ,moncong dapat ditonjolkan ke depan,tubuh ditutupi oleh sisik berukuran besar, sirip dada
panjang dan runcing, warna tubuh keperakan.(Saanin,1981).
Ikan kapas-kapas mempunyai bentuk tubuh pipih dengan mulut tegak runcing ke depan,sirip ekor
bercagak,sirip dubur lebih pendekdari pada sirip punggung.Jari-jari kedua sirip punggung memanjang
seperti rambut.Jari-Jari sirip disokong oleh D.1X.10, A.111.7.Tubuh ditutupi oleh sisik yang berukuran
besar.Sirip dada panjang dan runcing.Warna tubuh keperakan(Kottelat et al,1993)

31. Ikan kembung laki-laki


Ikan kembung laki-laki termasuk kedalam kelas Condircthtyes mempunyai bentuk tubuh seperti
torpedo, tubuh simetris bilateral, sirip ekor bercagak dua dimana lekukan dari cagak tersebut dimulai
dekat pangkalnya. Dibelakan sirip ekor dan sirip anus terdapat sirip tambahan kecil. Sirip punggung
pada bagian depan seluruhnya disokog oleh jari-jari keras. Posisi mulut terminal dengan sifat
nonprotactile.
Sirip-sirip punggung dubur, perut dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga
dapat memperkecil daya gesekan pada air waktu ikan tersebut berenang cepat. (Djuanda, 1981)

32. Ikan kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus.)


Lagler et al (1977) dalam Mustamin (1997), sistematika pengklasifikasian ikan Kerapu Macan termasuk
kedalam filum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, kelas: Osteichthyes, Subkelas: Ctinopterigii, ordo:
Percomorphi, family: Serranidae, genus: Epinephelus dan spesies: Epinephelus fuscoguttatus.
Menurut Andreas dan Soeharmoko (1997), ciri-ciri morfologis ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) adalah bentuknya agak bulat memanjang dan mempunyai ukuran badan lebih tinggi, sirip
dada berwarna kemerahan dan sirip lainnya mempunyai tepi kecoklatan

33. IKAN SELAR KUNING(Caranx leptolepis)


Menurut Saanin(1968) ikan selar kuning diklasifikasikan pada ordo Percomorphi ,family Carangidae,
Genus Caranx ,spesies Caranx leptolepis.Bentuk tubuhnya kecil dari pada ikan-ikan lainnya.Panjang
tubuh hanya sampai 16 cm.Jenis ikan ini dikenal dengan adanya garis lebar berwarna kuning emas dari
mata sampai ekor.Ikam selar kuning terdapat hampir di seluruh lautan daerah indo_Pasifik.Jenis-jenis
ikan selar mempunyai arti ekonomi yang penting,banyak dijual di pasar sebagai ikan segar,akan tetapi
lebih banyak lagi dijual sebagai ikan pindang.

34. IKAN SEBELAH(Psettodes erumei.)


Bentuk tubuhnya pipih dan memanjang seperti lidah, sirip punggung dan anus menjadi satu dengan sirip
ekor. Kedua mata terdapat pada sebelah tubuh tubuh yang berwarna dan tubuh non bilateral simetris.
(Saanin, 1984).
Djuhanda (1981) Ikan sebelah mempunyai rahang dan susunan gigi pada kedua belah pihak dari tubuh
hampir serupa. Tubuhnya non bilateral simetris dan dapat diklasifikasikan ke dalam ordo: Heterostoma,
family: Psettidae, genus: Psettodes dan spesies: Psettodes erumei.

35. Ikan Lidah(Cynoglossus lingua)


Klasikikasi dari ikan lidah sebagai berikut Ordo:Pleuronectiformes ,Famili: Cynoglossidae
,Genus:Cynoglossus Spesies: Cynoglossus lingua
Menurut (Kottelat et al,1993) ikan ini hidup dilaut tropika tetapi beberapa terbatas hidupnya di air
tawar. Kedua mata terletak disamping kiri badan. Tidak memiliki sirip dada hanya sirip punggung yang
berkembang. Sirip punggung , dubur dan ekor bersatu.
Lubang mulut pada ikan ini sempit dan gigi pada sebelah badan yang tak berwarna lebih baik. Janis
ikan lidah di Indonesia tidak memiliki arti ekonomi penting karena jumlahnya yang sedikit dan
besarnya tidak seberapa (Djuhanda, 1981).
Menurut (Kotellat et al, 1993) ikan lidah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Animalia, Kelas
Pisces, Ordo Pleuronectiformes, Famili Cynoglossidae, Genus Cynoglossus, Spesies Cynoglossus
lingua.
Ikan ini hidup dilaut tropika tetapi beberapa terbatas hidupnya di air tawar. Kedua mata terletak
disamping kiri badan. Tidak memiliki sirip dada hanya sirip punggung yang berkembang. Sirip
punggung , dubur dan ekor bersatu (Kottelat et al, 1993)

36. Ikan tenggiri (Cybium commersoni)


Djuhanda (1981) mengklasifikasikan ikan Tenggiri dalam kelas Pisces, ordo Percomorphi, famili
Scombridae, genus Cybium dan spesies Cybium Commersoni. Ikan tenggiri (Cybium commersoni)
merupakan salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para
nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging
putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin
dan untuk daging putih banyak terdapat protein. (Hasan, 1984).
Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit
yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua,
letaknay berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah,
yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besar nya
dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan
sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan
kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam
dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut
beawarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai
150 cm (DJUHANDA, 1981).

37. Ikan Belanak(Mugil belanak)


Ikan Belanak bersisik cycloid atau ctenoid, bisa dengan jari-jari kecil di tepinya atau tidak, ujung
rahang atas melengkung ke bawah dan terlihat pada saat mulutnya tertutup. (FISHER and
WHITEHEAD dalam BENGEN, 1982).
Ikan belanak juga merupakan ikan yang habitatnya berasal dari air laut. Ikan belanak termasuk kedalam
Kelas Pisces, Ordo Perciformes, Famili Mugilidae, dan Spesies Mugil belanak. Jenis-jenis ikan belanak
diperairan pantai Indoneia digolongkan kedalam Genus Mugil (DJUAHANDA, 1981). Warna : Bagian
belakang berwarna kehijau-hijauan atau abu-abu kecoklatan, pada bagian sisi dan perut berwarna
keperakan; pinggiran belakang sirip ekor berwarna hitam; pada permulaan sirip dada terdapat spot biru
{Moolgarda delicatus (Alleyne & Macleay, 1877).

38. IKAN TERI(Stolephorus commersoni)


Ikan Teri (Stolephorus commersoni) tubuhnya ramping kecil, panjang kurang dari 12 meter, mulutnya
lebar sampai lewat belakang mata , rahang bawah lebih pendek dari pada rahan atas, moncongnya
tumpul.sirip dubur dimulai dari tepat di bawah belakang dari sirip punggung,. Jenis ikan teri ini
umumnya hidup di dekat pantai, tetapi pula yang masuk ke muara –muara sungai di air payau,
kebanyakan ikan teri hidup dalam bergerombolan sangat besar. Sebetulnya banyak sekali nama ikan teri
ini atau spesiesnya, ikan teri ini memmpunyai ari yang besar dalam perdagang indonesia dan bernilai
ekonomis (DJUHANDA ,1981)
39. IKAN MERAH(Lutianus erythropterus)
Menurut Saanin (1984), mengklasifikasikan ikan Merah dalam ordo: Percomorphi, family: Lucanidae,
genus: Lucanus dan spesies: Lutianus erythropterus. Dengan ciri-ciri kepala tumpul dan ekor berlekuk,
tubuh berwarna merah agak keputihan.
Alamsyah(1980) ikan Kakap Merah merupakan ikan yang termasuk ke dalam Ordo Perciformes,
Family Laboridae, dan genud Lutainus dan Spesies Lutianus erythropterus.Ikan ini merupakan ikan air
laut yang mempunyai sirip punggung yang sempurnayang terletak di depan sirip perut atau di belakang
kepala bagian anterior badan pada ikan tersebut.Sirip dada pada ikan merah oblique dan terletak di
bawah linea literalis di bawah sudut operculum.Sirip perut ikan ini berbentuk thorcic,sedangkan sirip
anus terpisah dengan sirip ekor dan bagian pangkalnya diliputi oleh sisik.Bentuk ekor ikan ini adalah
berlekuk tunggal.
Ikan merah (Lutjanus eryptropterus) adalah ikan yang berada di perairan luat.bentuk tubuh bilateral
simetris dengan klasifikasinya adalah Ordo Percomorphi, Famili Lucanidae, Genus lutjanus, Spesies
Lutjanus eryptropterus. Pada ikan merah mulutnya besar, dapat disembulkan kedepan, ujung belakang
dari rahang atas terletak dibawah sudut dari depan bola mata. Ikan merah ini mempunyai empat buah
sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan ekor. Warna sirip tersebut bewarna merah kelam
(DJUHANDA, 1981).
40. IKAN BANDENG(Chanos chanos)
Ikan Bandeng(Chanos chanos) dalam susunan taksonominya mempunyai Ordo Malacopterygh, Family
Chanidae,Genus Chanos dan Spesies Chanos chanos(Saanin,1984)
Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi oleh sisik dengan
jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak. Mulut sedang dan non protractile dengan
posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata dan tidak memiliki sungut.
Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh ramping ,badannya tertutup oleh sisik, jari-jari semuanya lunak
dan jumlah sirip punggung antara 14-16, pada sirip dubur antara 10-11,pada sirip dada antara 16-17 dan
pada sirip perut antara 11-12.Sirip ekor panjang dan bercagak.Jumlah sisik pada gurat sisi ada 75-80
keping.Mulutnya berukuran sedang dan nono protractile.dimana posisi mulut satu garis dengan sisi
bawah bola mata,bentuk tubuhnya seperti panah(Djuhanda,1981)

41. IKAN BIJI NANGKA(Upeneus mullocensin)


Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae, bentuk tubuhnya
hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini mempunyai banyak sifat-sifat yang sama,
hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian sirip punggung bagian depan dengan bagian belakang
tidak jelas. Gigi-gigi pada rahang runcing-runcing dan tersebar merata. Sirip punggung dan sirip anus
bersisik sedikit, mulutnya besar, dapat disembulkan ke muka, ujung belakang dari rahang atas terletak
dibawah sudut depan dari mata. Keping tulang lengkung insang depan berlekuk. Sirip ekor berlekuk,
sirip dada tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki tiga jari-jari keras, dan jumlah jari-jari
keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jari-jari keras dan 13 jari-jari lunak. Linnea
lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian bawah kepala didekat tenggorakan terdapat sepasang
sungut (Djuhanda, 1981).
42. IKAN KERAPU MACAN(Ephinephelus lauvina)
LAGLER et al. dalam ANONIMOUS (1998) Ikan kerapu macan (Ephinephelus lauvina) adalah ikan
yang termasuk kedalam Fanili serranidae. Ikan ini mempunyai sifat hermaprodite protoginous yaitu
pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonat) berjenis kelamin betina dan akan berubah
kelamin jantan setelah dewasa.ikan kerapu macan termasuk kedalam Ordo Percomorphi, Famili
serranidae, Genus ephinephelus, Spesies (Ephinephelus lauvina).
Murtidyo(1997) menyatakan ikan Kerapu macan lebih populer disebut predator,ikan kerapu
dikelompokkan menjadi dua jenis masing-masing diidentifikasikan dengan nama kerapu
macan(Ephinephelus lauvina).

43. IKAN ALU-ALAU(Sphyraena jello)


Ikan alu-alu terklarifikasi dalam phylum Chordate, kelas Pisces, ordo Perciformes, family
Sphyraenidae, genus Sphyraena, species Sphyraena jello. Bentuk tubuhnya bulat panjang dengan
kepalanya menirus kebagian moncong, mulutnya lebar, rahang bawah lebih panjang dari pada rahang
atas. kedua rahang serta langit-langit mempunyai gigi yan relatif besar dan tajam, badan dan kepala
pada pipi dan tutup insang ditutupi dengan sisik-sisik kecil, pinggir tubuh dan perutnya berwarna perak
dan mengkilat, tetapi punggungnya berwrna hijau abu-abu, mempunyai dua sirip punggung yang di
depan seluruhnya disokong oleh jari-jari keras dan sebanyak lima buah, dan yang belakang hanya
mempunyai satu jari-jari keras dan sebanyak sembilan jari-jari lunak, sirip ekor bercagak, berlekuk dua
dan mempunyai 17 jari-jari lunak, sirip dubur mempunyai satu jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak,
sirip dada letaknya lebih ke bawah, biasanya hidup di laut tropis dan sub tropis. (T. Djuhanda, 1981).

44. IKAN TENGGIRI.( Cybium commersoni)


Dalam Taksonominya ikan Tenggiri diklasifikasikan dalam Phylum Chordata,Class Osteichtyes, Ordo
Percomorphi, Family Scombridae, Genus Cybium dan Spesies Cybium commersoni(Saanin,1984)
Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikn yang banyak terdapat di Propinsi
Riau dari hasil utama bagi para nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu
daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak
mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein (HASAN,
1984).
Ikan ini termasuk ikan perenang tercepat dan juga termasuk ikan buas, predator dan karnivor.
Penyebarannya terdapat di laut Merah, dekat pantai Timur Afrika, Laut-laut India, Malaysia, Indonesia
dan sekitarnya yang banyak disukai orang-orang dan dipasar selain dijual segar banyak jua yang diasin
dan dipindang bahkan ada yang dibuat empek-empek dan kerupuk karena dagingnya yang begitu halus
dan gurih.
Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit
yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua,
letaknay berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah,
yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besar nya
dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan
sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan
kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam
dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut
beawarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai
150 cm (DJUHANDA, 1981).

45. IKAN BAWAL HITAM(Stromateus niger)


Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) tergolong pada keluarga Stromatidae yang berkerabat dengan
keluarga Carangidae. Bentuk tubuhnya pipih dengan badannya yang tinggi sehingga hampir menyerupai
bentuk belah ketupat. Ikan ini tubuhnya berwarna hitam, sirip punggung hanya satu mempunyai 5 jari-
jari keras dan 42-44 jari-jari lunak. Sirip dubur besarnya hampir sama dengan sirip punggung, disokong
oleh 3 jari-jari keras dan 35-39 jai-jari lunak. Sirip dada mempunyai 22 jari-jari lunak, bentuknya
melengkung dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan lebar. Sirip perut tidak
ada. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang dalam, pangkal sirip ekor bulat kecil. Gurat sisi
dibangunkan oleh sisik-sisik yang lebih besar dari pada sisik-sisik yang lainnya dari tubuh. Kalau di
lihat dari bentuk sirip dada, pangkal siripekor danstruktur gurat sisi, iakn ini mempunyai persamaan
dengan ikan-ikan dari keluarga Carangidae.
Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam posisi miring seperti ikan Sebelah. Panjang tubuhnya dapat
mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan makanan, dan mempunyai pasaran yang baik. Ikan ini
tidak banyak terdapat di dekat-dekat muara sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah
lautan. Jenis ikan-ikan ini terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan Cina. (T. Djuhanda, 1981).
Ikan Bawal (Stromateus Sp) ikan tergolong stromatidea yang berkerabat dengan Carangidae. Bentuk
badan pipih dengan badan yang panjang sehigga hampir menyerupai bentuk belah ketupat . Ikan Bawal
ini merupakan herbivora yang cendrung bersifat omnivora, selain suka melalap tumbuhan ia juga suka
memakan udang ataupun ikan-ikan kecil dan hewan lainnya (Tatang, 1981) .
Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat besar dan gepeng
seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh panjang D VII-VIII : 28-30, A
III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar perairan yang berlumpur sampai kedalaman
100 meter, umumnya dimuara-muara sungai besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih
perak bagian bawah. Siripnya agak gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang
lebih panjang. Ikan ini termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984)
Ikan Bawal Hitam dapat berenang dengan posisi miring seperti pada ikan sebelah.Panjang tubuhnya
dapat mencapai 60 cm,dagingnya baik sebagai bahan makanan,dan mempunyai pasaran yang baik.Ikan
ini tidak terdapat banyak di muara-muara sungai biasanya bergerombol banyak di tengah lautan .Jenis
ikan ini terdapat di Lautan India Indonesia,Malaysia,dan Cina (Djuhanda,1981)

46. IKAN TONGKOL(Euthynnus pelamis)


Ikan tongkol terklasifikasi dalam ordo Goboioida, family Scombridae, genus Euthynnus, spesies
Euthynnus pelamis .Ikan tongkol masih tergolong pada ikan Scombridae, bentuk tubuh seperti betuto,
dengan kulit yang licin .Sirip dada melengkung, ujngnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan
tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip
punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip
ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dari air
pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-
sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet. (T. Djuhanda, 1981).

47. IKAN HIU(Carcharias menissorah),


Ikan Hiu (Carcharias menissorah), terklasifikasi dalam phylum Chordata, kelas Pisces, sub kelas
Elasmobranchii, ordo Selachi, famili Carcharidae, genus Carcharias, dan spesies Carcharias menissorah.
Ciri-ciri ikan hiu berhabitat di perairan laut di sekitar gosong-gosong karang dan di depan muara
sungai, memiliki satu gigi runcing, memiliki bentuk tubuh bilateral simetris yang sagitiform, mulut
superior, dan memiliki lima kantung insang. Hiu jenis ini panjang tubuhnya tidak dapat melebihi dari 1
meter. (T. Djuhanda, 1981)

48. IKAN SELAR COMO(Caranx mate),


Ikan Selar como (Caranx mate), tergolong pada keluarga Carangidae. Tubuh ikan-ikan dari keluarga ini
bentuknya ada yang sedikit gepeng, ada yang lonjong, dan ada juga yang tinggi. Pangkal ekor kecil,
bentuknya bulat panjang. Biasanya mempunyai sisik-sisik kecil tipis dari jenis sikloid, atau ada juga
yang tidak bersisik. Gurat sisi sempurna, pada bagian depan melengkug ke atas, pada bagian belakang
melurus sampai di ujung ekor. Ada segolongan ikan-ikan dari keluarga Carangidae yang mempuntai
sisik-sisik gurat sisi yang besar-besar dan pada pinggiran belakangnya seolah-olah merupakan duri.
Gigi-gigi terdapat pada rahang-rahang, lidah dan langit-langit, bentuknya halus dan kecil-kecil. Sirip
punggung ada dua yang terpisah secara jelas, yang depan disokong oleh jari-jari keras saja, sedangkan
yang belakang mempunyai satu atau beberapa jari-jari keras saja dan banyak jari-jari lunak. Pada
beberapa jenis terdapat sirip tambahan pada sirip punggung dan sirip duburnya bagian belakang sekali,
yang merupakan jari-jari sirip lunak yang lepas-lepas dan membentuk sirip kecil-kecil. Sirip ekor cagak
dua dengan lekukan yang sangat dalam. Sirip duburnya lebar dan panjang, sama besarnya dengn sirip
punggung bagaian belakang. Sirip perut terletak tepat di bawah sirip dada dan sirip dadanya besar dan
kuat, terletak lebih ke bawah. Bentuk sirip dada pinggiran depannya melengkung ciut ke ujung dengan
bagaian pangkalnya yang kuat dan lebar. (T. Djuhanda, 1981).

49. IKAN LAYUR(Trychiurus savala)


Ikan Layur (Trychiurus savala) tergolong kepada keluarga Trichiuridae, bentuk tubuh panjang gepeng,
ekornya panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan sedikit
kuning. Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari
sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri
kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat karnivor, (Djuhanda, 1981).

50. IKAN TUNA (Thunnus alalunga )

Menurut Saanin (1984), klasisifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut Phylum Chordata,Sub phylum
Vertebrata Thunnus,Kelas Teleostei,Sub kelas Actinopterygii, Ordo : Perciformes,Sub ordo :
Scombroidae,Genus : Thunnus, Species : Thunnus alalunga (Albacore).
Tuna termasuk perenang cepat dan terkuat di antara ikan-ikan yang berangka tulang. Penyebaran ikan
tuna mulai dari laut merah, laut India,Malaysia, Indonesia dan sekitarnya. Juga terdapat di laut daerah
tropis dan daerah beriklim sedang (Djuhanda, 1981).
Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol),
dan vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin) Departemen of Health Education and Walfare (1972
yang diacu Maghfiroh, 2000)
Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara 45 – 50 % dari tubuh
ikan (Suzuki, 1981).
Daging merah pada ikan pelagis memungkinkan jenis ikan ini berenang pada kecepatan yang tetap
untuk memperoleh makanan dan untuk bermigrasi (Learson dan Kaylor, 1990).
Pigmen yang telah diisolasi dari grup ikan tuna adalah “ tunaxanthin “ dan pigmen tersebut merupakan
karakterisrtik utama ikan-ikan laut pada umumnya (Simpson, 1962).

51. Ikan Bawal Putih (Stromateus cinereus)


Ikan Bawal Putih (Stromateus cinereus) merupakan ikan yang tergolong pada keluarga Stromatidae
yang berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badannya yang tinggi
sehingga hampir menyerupai bentuk belah ketupat. Ikan bawal ini merupakan ikan herbivore yang
cenderung bersifat omnivore, selain suka melalap tumbuhan air ia juga suka memakan udang ataupun
ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. (Nelson,1984).
Ikan Bawal Putih merupakan jenis ikan yang habitatnya dari air laut. Dimana dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : ordo Perchomorphi, famili Stromateidae, genus Stromateus, spesies (Stromateus
cinerus).

52. Ikan Tamban

Menurut (Kottelat et al,1993) suku ini umumnya berukuran kecil dan merupakan ikan - ikan migran.
Beberapa jenis hidup terbatas di sungai-sungai atau muara. Beberapa jenis memiliki gigi tetapi
kebanyakan memakan plankton. Pada perutnya terdapat geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip
dubur. Sirip dada berpangkal dekat profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip ekor bercagak
kedalam, sirip punggung tunggal gurat sisi sangat pendek atau tidak ada samasekali dan sisik profil
perutnya bertaji
Suku ini umumnya berukuran kecil dan merupakan ikan –ikan migran. Beberapa jenis hidup terbatas di
sungai-sungai atau muara. Beberapa jenis memiliki gigi tetapi kebanyakan memakan plankton. Pada
perutnya terdapat geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip dubur. Sirip dada berpangkal dekat
profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip ekor bercagak kedalam, sirip punggung tunggal
gurat sisi sangat pendek atau tidak ada samasekali dan sisik profil perutnya bertaji (Kottelat, 1993).
53. IKAN GULAMAH (Pseudocienna amovensis)
Ika Gulamah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo Percomorphi, Sub Ordo Percoidea, Famili
Scienidae ,Genus Pseudocienna dan spesies Pseudocienna amovensis.
Menurut Weber et el (1993) ciri ikan Gulamah adalah bermulut lebar ,gigi-gigi besar dan kecil pada
rahangnya.Gigi besar pada pada bagian ujung rahang atas ,tanpa gigi taring.Memiliki gelembung
udara.Bentuknya lonjong atau lebih mirip wortel dan dilengkapi dengan tonjolan seperti akar pohon
yang berjumlah 22-29.Panjang urat sisi dapat mencapai 3 cm namun pada umumnya 25-30 cm. Sirip
punggung berjari-jari keras 10, diikuti dengan 1 jari-jari keras yangbersambung dengan 25-28 jari-jari
lemah .Sirip dubur berjari-jaru keras 2 dan 7 jari-jari lemah.Warna dasar yang dimiliki ikan ini adalah
putih keabuan dengan adanya strip-strip yang bergelombang.Terdapat di bagian atas badan suatu bentuk
kuning pucat memanjang di atas garis rusuk.Total hitam pada pangkal sirip dada juga pada penutup
inang.Sirip-sirip sebagian kuning sebagian gelap dan ukuran dapat mencapai 38 cm dan umumnya 25-
30 cm.

54. IKAN SENANGIN(Polynemus tetradactylus )


Menurut Kriswantoro dan Sunyoto (1986), nama lain Ikan Senangin di Inggris adalah Giant threadfin
(tasselfish), Indian Salmon. Di Indonesia disebut Kurau (Jabar), Baling, Kuro (Jawa), Laceh (Madura),
Senangin (Sumatra), Selangih (Sumatra Timur), dan Tikus-Tikus (Ambon).
Ikan Senangin (Polynemus tetradactylus ) diklasifikasikan kedalam ordo Percesoces, famili
Polynemidae, genus Polynemus, spesies Polynemus tetradactylus, Ikan Senangin mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: bentuk mulut non proctractile, ukuran mulut lebar, posisi mulut didepan bola mata,
ukuran bibir tipis dan tidak memiliki sungut.
Siregar (1979), mengatakan bahwa ikan senangin adalah ikan dengan badan yang panjang dan sedikit
gepeng. Tubuh ditutupi oleh sisik yang besar-besar. Sedangkan tutup insang, moncong dan bagian sirip
ditutupi oleh sisik yang halus.
Ikan senangin (Polynemus tetradactylus)tubuhnya berbentuk panjang sedikit gepeng badan ditutupi
sisik yang besar-besar sedangkan tutup insang moncong dan bagian siripnya ditutupi oleh sisik-sisik
yang halus.Warna tubuhnya hijau keperakan yang menjadi putik kekuning-kuningan pada pinggiran
tubuh dan bagian perutnya siripnya berwarna kekuning-kuningan,sisip punggung depan D.VII dan
sirippunggung belakang D.I.13,sirip ekor bercagak(SIREGAR,1979)

55. IKAN PARI(Trygon sephen)

Menurut Kottelate(1993) ikan Pari adalah ikan air laut yang memiliki sirip ekor seperti cambuk.Ikan
Pari adalah ikan yang termasuk dalam Ordo Batoidea,Family Trygonidea, dan Genus Trygon sedangkan
spesiesnya Trygon sephen.Ikan ini tidak mempunyai sirip punggung,sirip perut, sirip dada dan sirip
anus.Tetapi ikan pari mempunyai ekor seperti cambuk yang mempunyai duri yang berbisa.Ikan Pari
termasuk ikan Agnatha (Ikan tidak memiliki rahang).Ikan pari mempunyai mata dan lubang hidung
yang terletak pada bagian atas atau bagian depan dari kepalanya.Sedangkan mulut ,celah insang dan
lekuk hidung terletal di bagian bawah dari kepala ikan tersebut.
56. IKAN SARDIN(Sardinella sirin).
Menurut Saanin (1995) mengklasifikaikan ikan sardin berdasarkan sistem bleeker yatu:phylum
chordata, kelas piscas, sub kelas teleostei, ordo percomorfes, sub ordo combroidea, famili serranidae,
genus Sardinella, spesies Sardinella sirin.
Ikan Sardin (Sardinella sirin). Merupakan ikan yang tergolong pada keluarga Stromidae yang
berkerabat dengan keluarga Carangidae, bentuk badan panah dengan badan yang rendah. Merupakan
ikan herbivora yang cenderung bersifat omnivora, selain suka melahap tumbuhan air, ia juga suka
memakan udang atau ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. (Djuhanda, 1981).
Ikan Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang , Posisi sudut mulut satu garis
lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip punggung berbentuk sempurna dan
terletak dipertengahan dengan permulaan dasar didepan sirip perut, sirip dada dibawah linea lateralis,
sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit )Saanin 1986).
Bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16-18) + (12-14). Awal sirip punggung
sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat kearah moncong daripada kebatang sirip ekor. Sirip
punggung berjari-jari lemah 15-18, sedang sirip duburnya 18-20. Terdapat sirip tambahan pada sirip
perutnya. Tapisan insang halus berjumlah 36-42 pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di
perairan pantai, lepas pantai. Pemakan plankton halus, dapat mencapai panjang 23 cm, umumnya 17-18
cm. Warna tubuh biru kehijauan, putih perak bagian bawah, gelap bagian atas badan.

57. IKAN KAKAP(Lutjanus argentimaculatus).


Kottelat (1993) menyatakan ikan kakap lebih populer disebut predator,ikan kakap dikelompokkan
menjadi dua jenis yang masing-masing diidentifikasikan dengan nama kakap merah(Lutjanus
argentimaculatus).
58. Ikan Biji Nangka(Upeneus mullocensin.)
Klasifikasi ikan biji nangka adalah termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili: Mugilidae, genus:
Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin.(Saanin, 1984)
Ikan biji nagka (Upeneus mullocensin) hidup dilaut hangat. Ikan ini sering disebut belanak merah. Ikan
Biji nagka bertubuh panjang dan bersisik besar, bermulut kecil. Matanya terletak di sisi atas kepala.
Dibawah dagunya terdapat dua sungut peraba panjang untuk mencari makanan didasar laut. Sungut ini
dapat dimasukkan kedalam alur tenggorakannya bila tidak digunakan. biji nangka biasanya berwarna
merah dan kuning, ada yang dapat berubah warna (Shaw, 1990)
Moncong kepalanya tumpul, bibir yang berbentuk “V” jika dilihat dari depan terletak pada sudut
oncong. sisik-sisiknya besar, sirip punggung pertama memiliki empat duri dan terpisah dengan sirip
kedua yang hanya memiliki satu duri (Ommanney, 1985)
Tulang preorbital ¾ bidang antara bibir dan mata, sirip dubur memiliki 3 duri dan 9 jari-jari, 11 baris
sisik melintang badan, 27-32 deret ssik sepanjang sisi badan. (Kottelat et al, 1993)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) memiliki bentuk tubuh pipih agak panjang. Termasuk
kedalam ikan yang memiliki tulang sejati. Warna tubuh keseluruhan berwarna merah, memiliki jari-jari
sirip keras, lemah mengeras dan lemah. Tipe sisik ctenoid, lengkung insang berjumlah empat pasang,
tidak memiliki alat pernafasan tambahan, termasuk kedalam golongan physostome, bentuk gigi pada
mulut canine, molar dan viliform. Rangka terdiri dari tulang sejati.(Tim Iktiologi, 1989).
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) merupakan ikan yang tergolong sebagai ikan yang berasal dari
perairan laut. ikan ini bersisik dari operculum sampai pada batang ekor, mempunyai sisik yang
berbentuk ctenoid, ukuran mulut sedang, yaitu pada mulut dapat dimasuki oleh jari kelingking tangan.
Bentuk tubuh simetris bilateral yang apabila dibelah secara membujur maka akan didapat kedua belah
bagian tubuh sama dengan bagaakun yang lain. mempunyai linnea lateralis yang sempurna dari pangkal
eprculum sampai pada pangkal ekor. Ikan ini mempunyai sirip yang sempurna yang terdiri dari siri
punggung, sirip dada, sirip perut,sirip anus, dan sirip ekor, pada sirip punggung panjangnya mulai dari
pangkal sirip dada sampai pada pertengahan sirip anus, sirip ekornya bercagak.(Lagler et al, 1977)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae, bentuk tubuhnya
hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini mempunyai banyak sifat-sifat yang sama,
hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian sirip punggung bagian depan dengan bagian belakang
tidak jelas, mulutnya besar, dapat disembulkan ke muka, ujung belakang dari rahang atas terletak
dibawah sudut depan dari mata. Keping tulang lengkung insang depan berlekuk. Sirip ekor berlekuk,
sirip dada tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki tiga jari-jari keras, dan jumlah jari-jari
keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jari-jari keras dan 13 jari-jari lunak. Linnea
lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian bawah kepala didekat tenggorakan terdapat sepasang
sungut (Djuhanda, 1981).
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin)mempunyai Ciri-ciri: Memiliki sirip punggung, bentuk sirip
punggung sempurna, jumlah sirip punggung dua, letak sirip punggung dibelakang kepala bagian
anterior badan, permulaan dasar sirip punggung didepan sirip perut, sirip dada oblique, posisi sirip dada
dibawah linea lateralis persis dibelakang tutup insang, posisi sirip perut sub abdominal, sirip anus
terpisah dengan sirip ekor, sirip anus tidak diliputi sisik, sirip ekor berbentuk bercagak. (Alabaster and
Lloyod, 1982)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili: Mugilidae,
genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin. Yang merupakan kelompok ikan yang mempunyai
ukuran tubuh yang cukup bervriasi, bentuk badan pipih compressed, mulut terletak diujung depan
kepala, moncong dapat ditonjolan kedepan. Tubuh ditutupi oleh sisik-sisik berukuran besar, sirip dada
panjang dan runcing, warna tubuh kemerah-merahan.(Weber and Beuafort, 1921).

59. Ikan Parang-Parang


Bentuk tubuhnya pipih,sirip punggungnya berjari-jari lemah ,dubur berjari-jari keras,sirip dada berjari-
jari lemah begitu juga dengan sirip perut.Sirip perut jauh ke belakang ,di muka dubur tidak bergaris
tusuk,perut tidak bersisik,gigi seperti tulang(Indera Syahrir,1993)
Ikan parang-parang tergolong pada kelluarga Trichiuridae, bentuk tubuhnya panjang gepeng dan hampir
menyerupai bentuk pita(taeniform),ekornya panjang seperti pecut, kulitnya tidak bersisik ,warnanya
putih seperti perak,sedikit kekunung-kuningan. Sirip punggungnya satu dimulai dari belakang kepala
terus sampai ke ekor,jumlah jari-jari sirip lunaknya 140-150 buah.Sirip ekor tidak tumbuh.Sirip dubur
terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas.Sirip dada mempunyai 11 jari-jari lunak.Sirip perut tidak
ada .Rahang bawah lebih panjang dari pada rahang atasnya,kedua rahang bergigi yang kuat dan tajam-
tajam,bersifat carnivore,panjang tubuhnya bisa mencapai lebih dari satu meter(Djuhanda 1981)

60. ikan Tongkol (Ethynnus pelamis)


SAANIN (1984). Juga menyatakan bahwa ikan Tongkol (Ethynnus pelamis) adalah jenis ikan
Scombridae (ikan pelagis), secara taksonomi ikan tongkol diklasifikasikan ke dalam filum : Chordata,.
Sub filum : Vertebrata. Klas : Pisces. Sub klas : Feleostei. Ordo : Percomorphi. Famili : Scombridae.
Genus : Euthynnus. Spesies : Euthynnus pelamis.
Ikan Tongkol yang tergolong dalam family Scombridae mempunyai bentuk cerutu ,daging kulit yang
licin,sirip dada yang melengkung ,ujung tirus , pangkalnya lebar, sirip ekor cagak dua dengan kedua
ujungnya panjang dan pangkalnya bulat kecil(Djuhanda, 1981)
Menurut. RAHAYU. W. (1992) ikan tongkol termasuk dalam golongan ikan pelagis, perenang cepat,
mempunyai kadar lemak yang rendah, serta mempunyai komposisi daging yang terdiri daging merah
dan putih. Ikan tongkol masih dalam keluarga Scombridae, bentuk tubuh seperti cerucut, dengan kulit
licin dan sirip dada melengkung.
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti cerutu, dengan kulitnya yang
licin. Sirip dada melengkung, ujungnya tirus dan pangkalnya lebar.ekor bercagak duadengan kedua
ujungnya yang panjang.sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan
pada tubuh, sehingga sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat
memperkecil daya gesekan dengan air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Di belakang sirip
punggung dan dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil (DJUHANDA, 1981).
Menurut Kollete dan Nauen(1983) Euthynnus affinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:badan
berukuran sedang,memanjang seperti torpedo,mempunyai dua sirip punggung yang dipisahkan oleh
celah sempit, sirip pertama diikuti leh celah sempit,sirip punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip
tambahann,tidak memiliki gelembung renang ,warna tubuh pada bagian punggung gelap kebiruan dan
terdapat tanda-tanda garis merah terpecah dan tersusun rapi.
Ikan Tongkol terdapat di seluruh perairan hangat Indo-Pasifik barat, termasuk laut kepulauan dan laut
nusantara. Hidup di periaran epipelagik, merupakan spesies neuritik yang mendiami perairan dengan
kisaran suhu antara 18-29°C.Ikan ini cenderung membentuk kelompok (school) multi spesies
berdasarkan ukuran antara lain Thunnus albaceres kecil,Katsuwanus pelamis,Auxis sp.Terdiri dari 100-
5000 individu .Puncak musim pemijahan bervariasi tergantung pada daerah seperti perairan Filipina
bulan Maret-Mei, Perairan Afrika Timur pada pertengan musim barat daya sampai permulaan musim
musim tenggara atau Januari-Juli dan Perairan Indonesia diperkirakan pada bulan Agustus-Oktober.Ikan
ini merupkan predator yang rakus memakan barbagai ikan kecil,udang dan cepalopoda sebaliknya juga
memakan mangsa dari hiu dan marlin.Panjang baku maximum 100 cm dengan berat 13,6 kg,umumnya
60 cm .di Samudera Hindia usia 3 tahun panjang baku 50-65 cm(Kottelate dan Nauen ,1983).
Menurut Rahardjo(1980) Ikan Tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai mulut yang
berbentuk meruncing,langit-langit bergerigi,posisi D¹ dan D² berjauhan .Ikan Tongkol mempunyai
rangka tulang dan mempunyai sirip ekor yang bercagak.
Ikan Tongkol merupakan ikan yang masih tergolong pada keluarga Scombridae,yang mempunyai
bentuk tubuh seperti torpedo dengan kulit yang licin.Sirip dada pada ikan ini melengkung,dan
mempunyai sirip ekor yang bercagak(Nontji,1993)

DAFTAR PUSTAKA
Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan baung (Mystus
nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas
Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).

Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed. Butterwotrhs,
London.

ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua New Guinea

Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Di
Kabupaten Bengkalis. Riau.

ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota.


Jakarta. 14 halaman.

Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.

Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach and
development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn 30 pp

DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di Waduk PLTA Koto
Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang,
Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan).

Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178. Ottawa. 48 p.

Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University Press. New York.

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan
Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).

DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS. 1996/1997. Kebijaksanaan umum tentang


perikanan dan kelautan. Bengkalis. 27 hal

DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan
sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).

Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I. Direktorat
jendral perikanan. Jakarta

DJUHANDA, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.


EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber
Widya. Jakarta. 96 hal.

Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003.
Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal

FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Diterjemahkan Tim
Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang, Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal.

Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal Litbang, IX (4) :
69-75.

GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya dengan Fishing
Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.

HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983. Identifikasi dan
Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat Penelitian Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak
diterbitkan).

HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing (New Book) Ltd.
London.

KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan penangkapan iakn
Semarang, Semarang. 188 hal.

KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN., S. N. KARTIKASARI dan S. WIROATMODJO. 1993. Freswater


Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi).
Periplus Editions Limited. Munich, Germany. 293 hal.

KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.
Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley and Sons, inc.
New York. 506 p.

LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyologi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri. (tidak
diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.

MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia. Dewan Bahasa
dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 281 Halaman.

Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal

Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Situbondo. 190 hal.

Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan Intervensi
Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal.

Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.

Nontji.1993.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan.368 hal.

NOVRIYENNI. 1995. Inventarisasi Jenis Fitoplankton di Sungai Sail Kelurahan Tangkerang


Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. UNRI. Pekanbaru. 55 hal (tidak diterbitkan.
Ommanney.1985.The fishes.Tira pustaka: Jakarta.

Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588 Halaman

PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian
Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan).

PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto Panjang. Riau. Puasat
Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).

RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat


Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal.

RAHAYU. W. 1992. Tekhnologi Fermentasi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. IPB, Bogor140
hal

Ratna. E. 1997. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 150 hal.

Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo (Kalimantan barat, Indonesia). Calif.
Acad. Sci. Mem. 14:1-210

Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
Shaw, Jim. 1990. Kehidupan didalam air. Tira pustaka : Jakarta.

SIHOTANG, C. 1989. Limnologi I. fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal (tidak
diterbitkan).

SUBARDJA, D.S.B.B. ABDUL MALIK. H. SUHERMAN dan ASNAWATI (1995) Pengenalan Jenis
ikan di Perairan Umum Jambi Bagian I. Ikan-ikan sungai utama Batang Hari, Jambi. Dinas Perikanan
Provinsi Daerah Tingkat I, Jambi. 144 Halaman.

SUMANTADINATA, K. 1983 Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di indonesia.

Sunyoto. P dan Mustahal. 1997. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

SWINGLE. A. S. 1968. Standardization of Chemical and Analisys for Water and pond muds. FAO
World a Symposium on Warm Water Pond Fish culture. Fishery Report 44 (4) 397-421 pp.

Sweeta. I. N. 1975. Sifat-sifat air pada umumnya dan untuk budidaya ikan. T.C. Perikanan, Sukabumi
49 hal.

Syamsudin, A. R. 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara.Jakarta. 49 hal.


Tang, U., M., dan Effendie., 2000. Teknik budidaya Ikan Baung (Mystus nemurus). Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 76 hal.

Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. IPB Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan.
Bogor.

WARDOYO, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning
Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).

WEBER, M and L. F. de BEAUFORT. 1916. The Fishes of the Indo Australian Archipelago III. Brill
ltd. Leaden. 455 pp.

Welcomme,R.L.1985.River Fisheries.Fao Fish Technology Pap,330 pp.

Widodo,J.1982.Kontrol Terhadap Usaha Penangkapan Sebagai Salah Satu TeknikPengelolaan


Sumberdaya Perikanan.Terubuk V111(131).Himpunan Alumni Fakultas Perikanan Universitas
Riau.Pekanbaru.52 Hal.

YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar
Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau,
Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).
Diposkan oleh literatur ikhtiologi di 03.39 

1 KOMENTAR:

literatur ikhtiologi mengatakan...

ini tampilan literatur aku,,

silakan tinggalkan komentar anda,,

9 OKTOBER 2008 04.12

Poskan Komentar

LINK KE POSTING INI

Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

 
LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan rasa terima kasih  penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha
Kuasa karena atas rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
laporan yang berjudul “Sistem Syaraf dan Reporoduksi”  hingga selesai tepat pada
waktunya, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Asisten Dosen Laboraturium
Biologi Perikanan yang telah membantudalam pelaksanaan praktikum.

Penulis menyadari  bahwa laporan ini belum sepenuhnya memenuhi syarat


walaupun sudah diusahakan semaksimal mungkin untuk menyempurnakannya. Untuk
itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan ini.

Adapun  penyusunanan laporan ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk


mengikuti praktikum Ikhtiologi yang selanjutnya.

Demikian laporan ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagaimana


semestinya dan semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.

Pekanbaru, 6 Juni 2014


Pransiska Sinaga

DAFTAR ISI

Isi                                                                                                                     Hal
aman
KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. iv

 I.      PENDAHULUAN

1.1.     LatarBelakang..............................................................................................1
1.2.      Tujuan dan Manfaat...................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE


3.1.      Waktu dan Tempat........................................................................................ 4
3.2.      Bahan dan Alat............................................................................................. 4

3.3.      Metode Praktikum........................................................................................4

3.4.      Prosedur Praktikum.....................................................................................4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN               


4.1.Hasil..............................................................................................................5
      
4.2.Pembahasan...................................................................................
...................7

V. KESIMPULAN DAN SARAN


    
5.1.Kesimpulan.....................................................................................
...................9
  
5.2.Saran..............................................................................................
.....................9

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                          Hal
aman
1.       Morfologi Ikan Selar (Selaroidesleptolepis)............................................               5

2.      Morfologi ikan mas (cyprinus carpio)......................................................               6

3.      Hipofisa ikan mas  (Cyprinus carpio)........................................................               7

4.      Ovari atau testes ikan Selar kuning (Selaroides leptolepis)......................               7

5.      Otak ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)........................................               7


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                       Ha
laman
1.      Alat-alat yang digunakan selama praktikum......................................................... 12

  

I. PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Ilmu tentang perikanan atau ikhtiologi perlu dipelajari, selain ikan
merupakan salah satu sumberdaya yang penting, nilai-nilai kepentingan yang
lain dari ikan antara lain dapat memberikan manfaat untuk rekreasi, nilai
ekonomi atau bernilai komersial, dan juga memberikan pengetahuan  tentang
ikan yang merupakan kebutuhan informasi dasar untuk mengembangkan
perikanan baik dibidang budidaya, penangkapan, maupun pengolahannya, ilmu
pengetahuan tentang ikandimunculkan oleh rasa ingin tahu manusia dan
kebutuhan akan data base ikan bagi kepentingan perdagangan, industry maupun
pariwisata. Salah satu yang perlu dipelajari tentang ikan adalah system syaraf
dan reproduksinya.
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan
sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat
maritim yang mandiri.

1.2. Tujuan dan ManfaatPraktikum


Tujuan dari Praktikum Sistem Syaraf dan Reproduksi adalah untuk
mengetahui dan mengenal sistem syaraf dan reproduksi dari ikan selar kuning
dan ikan mas. Sedangkan manfaat dari praktikum ini adalah supaya para
praktikan dapat mengenal dan memahami secara langsung sistem syaraf dan
reproduksi pada ikan selar kuning dan ikan mas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah makhluk vertebrata yang berdarah dingin, bernafas dengan


insang dan bergerak dengan sirip, yang hidup diperairan. Dari semua spesies,
ikan memiliki bentuk tubuh dan bagian luar tubuh yang berbeda-beda sehingga
ikan dapat digolongkan dalam beberapa bagian. Meskipun ikan memiliki bentuk
tubuh yang bervariasi namun ikan mempunyai pola dasar yang sama yaitu
“kepala-badan-ekor”(Rahardjo, 2000)

Sistem saraf terdiri atas system saraf pusat  dan system saraf tepi. Pada
ikan dewasa, otaknya terdiri dari lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon (Yulia, 2004).

                   Otak pada ikan terbungkus oleh kota-kotak terletak di daerah kepala.


Kotak-kotak berperanan sebagai pelindung otak, karena otak merupakan organ
yang  lunak da lembut. Otak yang terdapat dalam tengkorak kepala dibedakan
menjadi cerebellum (otakkecil) dan cerebrum. (Mandaet al, 2005)

                   Ukuran warna gonad bervariasi tergantung  kematangan sel telur


tersebut. Beratnya biasanya mencapai 12 % dari berat tubuhnya. Kebanyakan
testis transparan dan putih. Sedangkan ovary kekuningan (Mandaet al, 2005).

                   Ovari pada ikan terdapat didalam tubuh ikan betina. Bentuknya juga
sangat bergantung pada rongga tubuh yang tersedia. Tetapi pada umumnya
mempunyai bentuk yang memanjang. Jumlahnya sepasang dan mengantung
pada mesenteries. Dengan posisi persis tepat dibawah tulang punggung dan
ginjal serta terdapat disamping gelembungu dara(Mandaet al, 2005)
                   Pada seksualitas ikan dipelajari tentang jenis kelamin dari suatu
spesies ikan karena individu setiap spesies ikan memiliki ciri – ciri khusus
sebagai penentu apakah individu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina.
Penampakan ciri – ciri tersebut dapat diketahui melalui pengamatan terhadap
organ reproduksi yang dimiliki dan juga dapat dilihat melalui penampakan ciri -
ciri pada permukaan tubuhnya.(Pulungan,2005) .

Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung
hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang,
sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar
(Cahyono, 2000).

                   Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum,


badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping
(Compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat di
sembulka, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu
pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam
(Susanto,2007).
III. BAHAN DAN METODE

3.1.  Waktu dan Tempat

Praktikum“ Sistem Syaraf dan Reproduksi” dilaksanakan pada hari


Senintanggal 02 Juni 2014 pukul 08.00-10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium
Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2.  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah nampan, serbet, alat tulis
lengkap, masker,sarung tangan buku penuntun praktikum, cutter, gunting bedah,
dan. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan Selar
Kuning(Selaroides leptolepis) dan ikan Mas ( Cyprinus carpio)

3.3.  MetodePraktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode pegamatan secara


langsung di Laboratorium Biologi Perikanan untuk mengetahui system syaraf
dan sistem reproduksi ikan yang diamati.

3.4 ProsedurPraktikum

Langkah-langkah dari prosedur praktikum ini sebagai berikut :

Letakkan ikan yang menjadi objek praktikum ke dalam nampan yang telah
disediakan, Gambar ikan semirip mungkin dengan yang aslinya. Kemudian
bedah kepala ikan untuk melihat hipofisa dan otaknya, setelah itu belah juga
perutnya untuk melihat ovari atau testes ikan tersebut
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.  Hasil

Klasifikasi dari Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) adalah  sebagai berikut :

No Jenis Ikan Habitat Klasifikasi Ikan

1. Ikan Selar Kuning Air Laut Kingdom: Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Famili : Carangiidae

Genus : Selaroides

Species : (Selaroides leptolepis)

Tabel 1. Klasifikasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)

Gambar 1.Mofologi ikanSelarKuning(Selaroidesleptolepis)

Keterangan :
TL=  15 cmSL=  13 cmBDH=   4  cm   FL  = 14 cm
                                                                       

Klasifikasi dari Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah  sebagai berikut :

No Jenis Ikan Habitat Klasifikasi Ikan

1. Ikan Mas Air Tawar Kingdom: Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Species : (Cyprinus carpio)

Tabel 2. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

                                                     

Gambar 2. Morfologi ikan mas ( Cyprinus carpio)

TL=  13 cm  SL=  10 cm  BDH=   6  cm   FL  = 12 cm
Gambar 3. Hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio)

                       

Gambar 4. Ovari atau testes SelarKuning (Selaroidesleptolepis)

Gambar 5. Otak  ikanSelar Kuning (Selaroides leptolepis)


4.2.  Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktium sistem syaraf dan reproduksi pada
ikan ini dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut:

            Ikan mas memilki hipofisa yang terletak pada bagaian bawah otak
diencephalon yang memiliki begitu banyak kegunaan, salah satu nya bisa
digunakan sebaggai perangsang telur untuk keluar pada proses pemijahan.
Ikan Selar Kuning mempunyai lubang insang yang besar, membran
insang tidak menggabungkan sisik kecil dan cycloid akan tetapi meruncing
menyerupai jarum. Jumlah celah insang cukup banyak. Secara umum warna
punggungnya biru kehijau-hujauan , bagian bawah keperak-perakan. Dua sirip
dorsal yang selalu dipisahkan pada juvenil-juvenil kecil, sirip anal dengan dua
duri, pertama anterior dipisahkan dari sirip lainnya. Sirip Caudal selalu
berbentuk seperti garpu. Garis lateral melengkung atau naik secara anterior lurus
secara posterior

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.  Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:

Sistem Syaraf pada ikan terbagi menjadi Sistem Cerebro Spinal dan
Sistem autonomik.  

Otak terdiri dari otak kecil (Cerebellum) dan Otak besar (Cerebrum).
Secara umum, Otak terbagi menjadi lima bagian, yaitu : Telencephalon,
Diencephalon, Mesencephalon, metencephalon, Dan Myelencephalon.

Organ Sensori ikan ada tiga, yaitu : Mata, Organ Pembau, Dan Organ
Pengecap.

Sistem reproduksi adalah sistem untuk mempertahankan/melestarikan


spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertil.

Organ-organ reproduksi terdiri dari:

Organ kelamin (gonad) : menghasilkan sel-sel kelamin (gamet).

Gonad jantan : testes, biasanya sepasang, kiri dan kanan.

Gonad betina : ovari/ovarium


5.2.  Saran

Agar  praktikum Ikhtiologi yang akan datang berjalan dengan lancar,


hendaknya  lama waktu praktikum ikhtiologi ditambah lagi agar lebih efektif dan
efisien, Diharapkan agar asisten dapat membantu dan membimbing praktikan.
Mudah-mudahan sarana dan prasarana laboratorium lebih memadai sehingga
tujuan dari praktikum lebih terarah dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A danIqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya.
Yayasan Citra Emulsi. Makassar.

Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,
Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II. Faperikan Press
Universitas Riau. Pekanbaru. 180 hal
Hutabarat,2002. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid Idan II. Bina
Cipta, Bandung.

Irmandy Syofyan, 2004. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan I, Tim Editor
Pekanbaru. 140 Hal 

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungandan Budijono. 2005. Penuntun


Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau.Pekanbaru.

PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto


Panjang. Riau. Pusat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan)

Penuntun  praktikum iktiologi 2014. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas


Riau.

Romimohtarto, K. 2008. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.

Susanto.2007. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta, 30-34 hal

Sutini.2006. Mekanisme Syaraf, Pencernaan, Dan Reproduksi Ikan. Artimedia.


Jambi

Yulia. 2004. Mekanisme Syaraf, Pencernaan, Dan Reproduksi Ikan. Artimedia.


Jambi
LAMPIRAN

Lampiran 1.Alat-alat yang digunakan :

                                                               

Alat tulis   

                                                                           Serbet
Nampan

                               

Sarung Tangan

 
                                                                                                                        

Tisu Gulung

  

Diposkan oleh fransiska sinaga di 21.57 Tidak ada komentar: 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PEKANBARUUNIVERSITAS RIAU

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Penggolongan,
Bentuk Tubuh dan Bagian Luar Tubuh Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang
telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten


pembimbing yaitu kak Nurbety Tarigan yang telah banyak membantu saya memberikan
arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.

Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan  pikiran saya untuk
membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak
kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.
    Pekanbaru,    April 2013

                                                                                                                                  Emelia
Nasution

I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ikthiologi adalah ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan segala aspek
kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika,
reproduksi, dll).

Ikan adalah hewan vertebrata yang hidup di air, bernafas dengan insang,
bergerak dengan sirip, bersifat poikiloterm dan memiliki linnea lateralis. Pada bagian
morfologi ikan, dapat dilihat secara jelas dan dapat dibedakan langsung bagian-bagian
tubuhnya. Ditinjau dari morfologinya, tubuh ikan dibagi atas tiga bagian, yakni kepala
(caput), badan (truncus) dan ekor (caudal). Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut
terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup insang) paling belakang. Pada ikan
bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh sistem rangka, sistem otot
dan habitat dimana ikan hidup karena beberapa spesies akan mengalami perubahan
bentuk tubuh secara berangsur-angsur, mulai dari larva hingga dewasa sehingga
bentuknya menyerupai bentuk induknya. Antara jenis yang satu dengan jenis lainnya
berbeda- beda. Perbedaan bentuk tubuh ini pada umumnya disebabkan oleh adanya
adaptasi terhadap habitat dan cara hidupnya.  Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan
tersebut dibagi dua yaitu:

a.                   Simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibelah dua secara membujur mulai dari ujung
kepala sampai ujung ekor, maka belahan sebelah kanan akan sama persis dengan
belahan sebelah kiri, yakni belahan sebelah kiri merupakan cerminan dari belahan
sebelah kanan.

b.                  Non simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibelah dua secara membujur mulai dari
ujung kepala sampai ujung ekor, maka belahan sebelah kanan tidak akan sama dengan
belahan sebelah kiri, yakni belahan sebelah kiri bukan cerminan dari belahan sebelah
kanan.

      Secara garis besar, ikan-ikan yang terdapat dialam terbagi atas dua grup, yakni
agnatha (ikan yang tidak berahang) dan gnathostomata (ikan yang memiliki rahang.

1.2  Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui penggolongan,


bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan dan sebagai informasi mengenai pembagian
bentuk tubuh ikan juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum Ikhtiologi

Adapun manfaat dari penulisan laporan  ini adalah kita dapat mengetahui
berbagai bentuk tubuh bagian luar dari tubuh ikan. Kita juga dapat membedakan
perbedaan antara ikan yang memiliki rahang dengan ikan yang tidak memiliki rahang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu manusia dan
kebutuhan akan data base ikan bagi kepentingan perdagangan, industri maupun
pariwisata. Ikan telah mampu bertahan hidup seiring dengan perkembangan variasi dari
tempat hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang bersih sampai pada air yang
bersalinitas lebih tinggi pada air laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras,
di dalam air yang sunyi dan gelap dan tidak terdapat hewan vertebrata lainnya dan di
lautan luas. Bagi ikan, air adalah media komunikasi mereka, tempat beranak dan
bertelur, tempat tidur, tempat bermain, toilet, panggung kehidupan dan kuburan bagi
mereka (Rajabnadia, 2009).

Secara garis besar ikan-ikan yang terdapat dialam terbagi atas dua grup yaitu 
aganatha (ikan yang tidak berahang) dan gnathostomata (ikan yang memiliki rahang).
Grup ikan tersebut dibagi kedalam tiga kelas, yakni kelas cephalospidomophi, kelas
condrichthyes dan kelas osteichthyes ( Manda, 2013).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar
ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-
jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.
(Wahyuningsih dan barus, 2006).
Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu
titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.

-          Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
ujung ekor.

-          Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)
hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir
karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

-          Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)
hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).

Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau atau


menyokong organ-organ tubuh. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh
ikan yang beraneka ragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tulang-tulang yang
membentuk sistem rangka berkaitan dengan terhadap lingkungannya secara terus
menerus (Rahardjo.dkk, 2011).

Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khusunya ikan,


maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan
mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya;
kulit juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan
pada beberapa jenis ikan tertentu (Burhanuddin, 2008).

III. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ikhtiologi mengenai “Penggolongan, Bentuk Tubuh dan Bagian Luar


Tubuh Ikan” dilaksanakan pada Jum’ats, 28 Maret 2013 pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 10.00 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam,
Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan baung sampah (Mystus
nemurus), belut (Monopterus albus), betok (Anabas testudineus), toman (Channa
micropaltes), tambakan (Helostoma temminckii), sepat rawa (Trichogaster trichopterus),
layur (Trichiurus savala), lidah (Cynoglossus lingua), kerapu macan (Ephinephelus
fuscoguttatus) dan serai (Caranx rotteri).  Adapun alat yang digunakan dalam praktikum
ini seperti nampan, buku gambar ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, serbet,
tissue dan alat tulis.

3.3  Metode Praktikum

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode


pengamatan langsung terhadap objek dengan menggunakan analisis secara in situ, yakni
sampel di beli di pasar kemudian dibawa ke Labortorium untuk diambil datanya.

3.4 Prosedur Praktikum


Sebelum masuk ke Laboratorium praktikan terlebih dahulu diperiksa oleh
asisten dari laporan, ikan-ikan yang akan dipraktikumkan dan semua praktikan
diwajibkan membawa ikan sampel yang telah ditentukan untuk masing-masing
kelompok. Tak hanya itu, praktikan juga diwajibkan untuk mengisi klasifikasi sesuai jenis
ikan sampel yang dibawanya pada buku praktikum ikhtiologi dan membawa serta alat
tulis yang lengkap serta tissue da serbet. Setelah semuanya lengkap praktikan
diperbolehkan masuk ke dalam laboratorium. Maka, asisten memberikan respon kepada
praktikan tentang materi-materi yang akan dipraktikumkan. Kemudian asisten
menjelaskan langkah-langkah mengamati sampel. Setelah itu masing-masing ikan
sampel  diletakkan diatas nampan untuk diamati lalu praktikan menggambarkan ikan-
ikan sampel secara utuh dengan posisi kepala disebelah kiri lalu masing-masing ikan
diberi keterangan seperti panjang baku (SL), panjang total (TL), panjang kepala (HdL) dan
tinggi badan (Bdh). Setelah gambarnya selesai, buat deskripsi dari masing-masing jenis
ikan dengan memperhatikan penggolongan, bentuk tubuh dan bagian luar tubuh ikan
serta  mulut dan sungut ikan yang dipraktikumkan.

Jika praktikum sudah selesai masing-masing kelompok praktikan diwajibkan


mencuci nampan yang mereka pakai dan membersihkan meja praktikum hingga bersih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

            Dari semua praktikum dan sepuluh ikan yang


dijadikan objek, diperoleh hasil sebagai berikut :

Ikan baung sampah (Mystus bimaculatus)


Gambar 1. Ikan baung sampah (Mystus bimaculatus)

Ukuran Morphometrik :

TL = 18cm, SL = 14 cm, BdH = 3,5 cm, HdL = 2,5 cm

Nama lokal ikan                : Baung sampah

Ordo                                  : Ostariophysi
Family                               : Bagridae

Genus                                : Mystus

Species                              : Mystus bimaculatus

Habitat                              : Air tawar

Deskripsi

            Termasuk kedalam grup gnathostomata (memiliki

rahang) dan ordo ostariophsy, bentuk tubuh bilateral simetris

(kepala picak badan pipih), kepala tumpul, posisi mulut terminal,

memiliki sungut 4 pasang, lubang hidung monorhinous, tidak

mempunyai sisik, memiliki sirip sempurna, bentuk mulut protactil,

ukuran mulut lebar, dan bibirnya tipis.

Ikan Serai (Caranx rotteri)


Gambar 2. Ikan serai (Caranx rotteri)

Ukuran Morphometrik :

TL = 14cm, SL = 12 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 3 cm

Nama lokal ikan                : Serai

Ordo                                  : Perciformes

Family                               : Carangidae

Genus                                : Caranx

Species                              : Caranx rotteri

Habitat                              : Air laut

Deskripsi

Termasuk grup gnathostomata, selain mempunyai sirip tambahan dari sirip


dubur dan sirip punggung bagian belakangnya, juga mempunyai tanda khas yang
merupakan sisik besar dan berduri, pada gurat sisinya melebar keatas dan kebawah
badan.

Ikan Betok (Anabas testudineus)

Gambar 3. Ikan Betok (Anabas testudineus)

Ukuran Morphometrik :

TL = 16,5 cm, SL = 13,5 cm, BdH = 5 cm, HdL = 4,5 cm


Nama lokal ikan                : Betok

Ordo                                  : Labyrinthici

Family                               : Anabantidae

Genus                                : Anabas

Species                              : Anabas testudineus

Habitat                              : Air tawar

Deskripsi

Termasuk grup gnathostomata, kelas osteichthyes, bentuk tubuh bilateral


simetris, bentuk tubuh compressed, bentuk kepala tumpul dan bersisik, bentuk mulut
terminal, dirhinous, mata terletak disisi kanan dan kiri daerah kepala, terdapat
operculum, sisik menutupi tubuh mulai dari kepala sampai pangkal ekor, memiliki Linnea
Lateralis dari operculum sampai ekor, memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut,
sirip anus dan sirip ekor, mulut berbentuk protactile, ukuran mulut lebar, posisi sudut
mulut tegak lurus di depan bola mata, Ukuran bibir tebal, hanya bibir rahang atas yang
berlipatan, Bibir atas bersambung dengan bibir bawah dan bentuk moncong berukuran
pendek, tumpul dan tidak terdapat duri.

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


Gambar 4. Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Ukuran Morphometrik :

TL = 15,5 cm, SL = 11,5 cm, BdH = 57cm, HdL = 4 cm

Nama lokal ikan                : Tambakan

Ordo                                  : Labyrinthici

Family                               : Anabantidae

Genus                                : Helostoma

Species                              : Helostoma temminckii

Habitat                              : Air tawar

Deskripsi

Termasuk grup gnathostomata, kelas osteichthyes, memiliki

rahang dan termasuk dirhinous. Bentuk tubuh ikan tambakan


kesamping (compresed) dan oval memanjang. Bentuk mulut

proctractile yaitu mulut dapat disembulkan, celah mulut horizintal

sangat kecil, rahang atas dan bawah sama, bibir tebal dan

mempunyai deretan gigi yang ujungnya tajam. Sisik tergolong

stenoid, jari-jari sirip dada pertama mengalami modifikasi berbentuk

benang memanjang. (Kordi, 2010)

Ikan Belut (Monopterus albus)

Gambar 5. Ikan Belut (Monopterus albus

Ukuran Morphometrik :

TL =   43 cm, BdH = 2,5 cm, HdL = 3  cm


Nama lokal ikan                : Belut

Ordo                                  : Synbrochoitea

Family                               : Synbranchidea

Genus                                : Monopterus

Species                              : Monopterus albus

Habitat                              : Air tawar

Deskripsi

Belut adalah jenis ikan yang mempunyai bentuk badan panjang dan mirip ular
namun tidak bersisik. Sirip punggung dan sirip dubur berubah bentuk menjadi sembulan
kulit yang tidak berjari-jari. Matanya kecil dan melengkung,  kulitnya licin mengeluarkan
lendir, giginya juga kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang
lebar di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor
yang sangat kecil, sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.

Ikan Lidah (Cynoglossus lingua)


Gambar 6. Ikan Lidah (Cynoglossus

Ukuran Morphometrik :

TL =  29 cm, BdH = 5,5  cm, HdL =   6cm

Nama lokal ikan                : Lidah

Ordo                                  : Heterosomata

Family                               : Soleidae

Genus                                : Cynoglossus

Species                              : Cynoglossus lingua

Habitat                              : Air laut


Deskripsi

Cynoglossus lingua memiliki karakteristik yaitu bentuk badan sangat pipih,


kedua matanya terletak di samping kiri badan,  tidak punya sirip dada, sirip punggung
dan sirip bersatu dengan sirip ekor. Pada umumnya mempunyai dua gurat sisi, terdapat
12 – 14 sisik  antara gurat sisi, sudut mulut lebih dekat ke arah moncong dari pada ke
arah tutup insang.

Ikan Toman (Channa microphaltes)

Gambar 7. Ikan Toman (Channa microphaltes)

Ukuran Morphometrik :
SL =  31 cm, BdH = 5,5  cm, HdL = 9,5   cm

Nama lokal ikan                : Toman

Ordo                                  : Perciformes

Family                               : Channide

Genus                                : Channa

Species                              : Channa microphaltes

Habitat                              : Air tawar

Deskripsi

Ikan toman (Channa microphaltes ) termasuk kedalam grup gnathostomata


(memiliki rahang), memiliki bantuk tubuh kepala picak dan badan pipih dan memiliki
lima  buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dada (pinnae pectoralis),
sirip perut (pinnae ventralis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae caudalis).
Sirip punggung panjangnya hampir kepangkal ekor dan sirip dubur  panjang hingga
kepangkal ekor. Sirip ekor mendatar dan berada di belakang dan linea lateralisnya lurus.

Ikan Sepat rawa (Trichogaster trichepterus)


Gambar 8. Ikan Sepat rawa (Trichogaster trichepterus)

Ukuran Morphometrik :

TL =   cm, SL =  cm, BdH =  cm, HdL =   cm

Nama lokal ikan                : Sepat rawa

Ordo                                  : Labyrinthici

Family                               : Anabantidae

Genus                                : Trichogaster

Species                              : Trichogaster trichepterus

Habitat                              : Air tawar


Deskripsi

Termasuk kedalam grup gnathostomata (memiliki rahang), bentuk tubuhnya


seperti ikan sepat siam yaitu tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda
yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip
punggung terdapat di atas bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua
bulatan hitam, satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke
dalam dua lekukan yang dangkal.

Ikan Layur (Trichiurus savala)

Gambar 9. Ikan Layur (Trichiurus sav


Ukuran Morphometrik :

TL = 57 cm, BdH = 6cm, HdL =  6 cm

Nama lokal ikan                : Layur

Ordo                                  : Pertromophi

Family                               : Trichiuridae

Genus                                : Trichiurus

Species                              : Trichiurus savala

Habitat                              : Air laut

Deskripsi

Termasuk dalam kelas osteichtyes, bentuk tubuhnya panjang gepeng, ekornya


panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan.
Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-
jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari
sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat
karnivor.
Ikan Kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Gambar 10. Ikan Kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus)

Ukuran Morphometrik :
TL = cm, SL = cm, BdH = cm, HdL =  cm

Nama lokal ikan                : Kerapu macan

Ordo                                  : Perchomorphi

Family                               : Serradinae

Genus                                : Ephinephelus

Species                              : Ephinephelus fuscoguttatus

Habitat                              : Air laut

Deskripsi

Termasuk dalam kelas osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip
dubur ikan berupa busur. Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau
kecokelatan. Badan dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan
atau coklat gelap. Bintik-bintik dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir.
Ukuran bintik semakin mengecil ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip
punggung ikan terdapat bercak besar kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)


atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut
berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang
atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.
Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).
Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

4.2 Pembahasan

  Ikan baung sampah (Mystus bimaculatus)    merupakan ikan yang hidup di air


tawar. Ikan jenis ini termasuk kedalam grup gnathostomata (memiliki rahang) dan ordo
ostariophsy, bentuk tubuh bilateral simetris (kepala picak badan pipih), kepala tumpul,
posisi mulut terminal, memiliki sungut 4 pasang, lubang hidung monorhinous, tidak
mempunyai sisik, memiliki sirip sempurna, bentuk mulut protactil, ukuran mulut lebar,
dan bibirnya tipis.

Ikan Serai (Caranx rotteri) termasuk grup gnathostomata, selain mempunyai


sirip tambahan dari sirip dubur dan sirip punggung bagian belakangnya, juga mempunyai
tanda khas yang merupakan sisik besar dan berduri, pada gurat sisinya melebar keatas
dan kebawah badan.

Ikan Betok (Anabas testudineus)  termasuk grup gnathostomata, kelas


osteichthyes, bentuk tubuh bilateral simetris, bentuk tubuh compressed, bentuk kepala
tumpul dan bersisik, bentuk mulut terminal, dirhinous, mata terletak disisi kanan dan kiri
daerah kepala, terdapat operculum, sisik menutupi tubuh mulai dari kepala sampai
pangkal ekor, memiliki Linnea Lateralis dari operculum sampai ekor, memiliki sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor, mulut berbentuk protactile,
ukuran mulut lebar, posisi sudut mulut tegak lurus di depan bola mata, Ukuran bibir
tebal, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, Bibir atas bersambung dengan bibir
bawah dan bentuk moncong berukuran pendek, tumpul dan tidak terdapat duri.

Betok hidup di danau, sungai, rawa-rawa dan genangan air lainnya. Betok tahan
terhadap kekeringan dan kekurangan oksigen. Kadang-kadang betok dapat hidup selama
1 minggu tanpa air, atau tinggal dalam lumpur ang masih mengandung air selama 1-2
bulan. Betok adalah ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan sehingga mampu
mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh karenanya ikan ini dapat hidup diair yang
minim oksigen. (Kordi, 2010).

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)  termasuk grup

gnathostomata, kelas osteichthyes, memiliki rahang dan termasuk

dirhinous. Bentuk tubuh ikan tambakan kesamping (compresed) dan

oval memanjang. Bentuk mulut proctractile yaitu mulut dapat

disembulkan, celah mulut horizintal sangat kecil, rahang atas dan

bawah sama, bibir tebal dan mempunyai deretan gigi yang ujungnya

tajam. Sisik tergolong stenoid, jari-jari sirip dada pertama


mengalami modifikasi berbentuk benang memanjang. Ikan ini juga

suka menempelkan bibir tebalnya pada benda apaun atau pada bibir

pasangannya, yang menyebabkan ikan ini mendapat

sebutan kissing gouramy. Tambakan adalah  ikan asli rawa-rawa,

sungai dan danau-danau yang bervegetasi lebat. Ikan tambakan juga

mampu menghirup oksigen langsung dari udara bebas karena

mempunyai alat pernafasan yang disebut labirin. Labirin merupakan

pengembangan dari insang pertama.  (Kordi, 2010).

Ikan Belut (Monopterus albus)  adalah jenis ikan yang mempunyai bentuk badan
panjang dan mirip ular namun tidak bersisik. Sirip punggung dan sirip dubur berubah
bentuk menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Matanya kecil dan
melengkung,  kulitnya licin mengeluarkan lendir, giginya juga kecil runcing berbentuk
kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya. Belut
mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil, sehingga
hampir tidak terlihat oleh mata.

Belut tergolong karnivor dan nocturnal. Anakan belut

memakan jasad renik, baik zooplankton maupun zoobenthos. Belut

yang lebih besar hingga dewasa memakan jenis hewan/binatang

yang lebh besar, seperti serangga, jentik, siput, cacing, udang kodok
dan ikan-ikan kecil. (Kordi, 2010).

Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) memiliki karakteristik yaitu bentuk badan sangat


pipih, kedua matanya terletak di samping kiri badan,  tidak punya sirip dada, sirip
punggung dan sirip bersatu dengan sirip ekor. Pada umumnya mempunyai dua gurat sisi,
terdapat 12 – 14 sisik  antara gurat sisi, sudut mulut lebih dekat ke arah moncong dari
pada ke arah tutup insang.

Ikan Toman (Channa microphaltes)  termasuk kedalam grup gnathostomata


(memiliki rahang), memiliki bantuk tubuh kepala picak dan badan pipih dan memiliki
lima  buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dada (pinnae pectoralis),
sirip perut (pinnae ventralis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae caudalis).
Sirip punggung panjangnya hampir kepangkal ekor dan sirip dubur  panjang hingga
kepangkal ekor. Sirip ekor mendatar dan berada di belakang dan linea lateralisnya lurus.

Ikan toman (Channa microphaltes) hidup diperairan tawar hingga payau. Ikan ini


mampu hidup diperairanang minim oksigen karena mampu mengambil oksgen langsung
dari udara dan ikan ini juga merupakan ikan karnivora yag memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. (Kordi, 2010).

Ikan Sepat rawa (Trichogaster trichepterus)  termasuk kedalam grup


gnathostomata (memiliki rahang), bentuk tubuhnya seperti ikan sepat siam yaitu
tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda yaitu lancip. Panjang
tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip punggung terdapat di atas
bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua bulatan hitam, satu di
tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke dalam dua lekukan
yang dangkal. Ikan ini hidup di air tawar.

Ikan Layur (Trichiurus savala)  termasuk dalam kelas osteichtyes, bentuk


tubuhnya panjang gepeng, ekornya panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik,
warnanya memutih keperak-perakkan. Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang
kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip
ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak
mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat karnivor. Ikan ini hidup di air tawar.

Ikan Kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) Termasuk dalam kelas


osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur.
Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan. Badan
dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap.
Bintik-bintik dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir. Ukuran bintik
semakin mengecil ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan
terdapat bercak besar kehitaman.

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed)


atau agak membulat. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut
berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang
atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat.
Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded).
Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit.

Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis
kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan
berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi
perairan di wilayah Indo-Pasifik.

 
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Ikhtiologi mengenai Penggolongan,


Bentuk Tubuh dan Bentuk Luar Tubuh Ikan adalah bahwa ikan yang terdapat di alam
mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, hal itu dapat
dilihat dari segi mulut, sirip, hidung, mata, bentuk tubuh, habitat maupun jenis
makanannya. Hal ini akan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas atau kebiasaan dari
pergerakan ikan itu sendiri. Bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh
sistem rangka, sistem otot dan satuan habitat dimana ikan-ikan itu hidup.

Disamping itu kita juga dapat  mengetahui secara langsung

bentuk suatu ikan apakah mulutnya berbentuk proctactile atau non

proctactile, bentuk-bentuk tubuh ikan, posisi mulut terhadap kepala,

memiliki sungut atau tidak, bersisik atau tidak,  bahkan letak

lobang hidung, mata maupun tutup insang/operculum.

5.2. Saran

Selaku manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan

kelemahan. Sebagai praktikan yang baru memulai bangku

perkuliahan, saya menyadari masih memiliki banyak

kekurangan dan memiliki banyak kendala dalam mengerjakan

laporan praktikum ini, hal ini karena kurangnya buku-buku yang

mendukung untuk kelancaran dan kemudahan

dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penyelesaian

laporan praktikum. Jadi, semoga untuk selanjutnya hal tersebut

dapat terpenuhi demi kesempurnaan penulisan berikutnya. Tentunya

arahan dan masukan dari para assisten juga sangat saya


butuhkan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya

pratikum selanjutnya.

           
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya.Yayasan Citra


Emulsi. Makassar.

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Kordi.K.2010. Panduan Lengkap Mmelihara Ikan Air Tawar.Lily

Publisher.Yogyakarta

Rajabnadia, L. Abdul. Buku Ajar Ichtyology. Fakultas Perikanan dan


Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Sulistiyono.2005. Morfologi Dasar Ikan. Mandala Pratama:


Jogjakarta.

Rahardjo.M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta.

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi.  Departemen Biologi


FMIPA USU,

Medan.
Sistem Reproduksi Ikan (Sistem
Anatomi Ikan)

Reproduksi pada ikan seperti halnya pada mahluk hidup lainnya, adalah
suatu proses alamiah dalam rangka pengelakan spesies. Reproduksi adalah
suatu proses makhluk hidup dalam usaha pengabdian spesies dan proses
pemunculan spesies dengan ciri atau sifat yang merupakan kombinasi perubahan
genetik. Ikan mengembangkan berbagai strategi reproduksi untuk mencapai
keberhasilan reproduksi. Disini organ-organ yang terkait dengan proses reproduksi
sangat berperan. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan perairan tempat
hunian ikan. Perubahan lingkungan akan memberikan efek yang berbeda pada spesies
ikan yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan melakukan perjalanan ruaya yang jauh
untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat dan tepat waktu untuk  kepastian
keberhasilan reproduksi terkait erat dengan peran sistem endoktrin.

Berdasarkan tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di bedakan


menjadi 3 tipe, yaitu :
         Biseksual
Biseksual dapat di artikan sebagai jenis ikan yang memiliki dua kelamin dalam satu
spesies atau dengan kata lain dapat di bedakan menjadi jantan dan betina. Pembedaan
ini dapat dilakukan dengan melihat ciri seksual primer dan sekunder nya. Ciri seksual
primer hanya bisa di lihat dengan melakukan pembedahan. Ciri seksual primer hanya
dapat ditandai oleh organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi; yaitu
testis dan saluran pada ikan jantan, dan ovarium dan saluranya pada ikan betina.
Sedangkan ciri seksual sekunder dapat dibedakan oleh dimorfise seksual atau melihat
ciri morfologi dari ikan tersebut dan dikromatisme seksual dengan melihat warna dari
ikan tersebut.
         Uniseksual
Uniseksual dapat diartikan sebagai organisme yang berkelamin tunggal. Pada beberapa
spesies ikan penentuan kelamin lebih mudah dilakukan karena semua individu
berkelamin betina. Contoh yang tepat mengenai fenomenan ini adalah kelompok ikan
molly-amazon (Poecillia formosa) merupakan ikan yang ditemukan pertama kali sebagai
ikan yang berkelamin betina. Molly-amazon bertindak sebagai parasit seksual terhadap
dua spesies lain dari genus yang sama. Sperma dari jantan dari jenis ikan inang
diperlukan untuk mengaktifkan perkembagan telur-telur molly-amazon, tetapi
penyatuan kromosom jantan dan betina tidak terjadi sehingga hanya terbentuk betina
yang secara genetik seragam. Pembentukan keturunan unuseksual ini disebut dengan
partenogenesis (partenos,perawan, dan genesis, kejadian). 
         Hermaprodit
Hermaprodit dapat diartikan sebagai sebuah organisme yang memiliki kelamin ganda.
Hermaprodit dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu hermaprodit singkroni,
hemaprodit protandi, dan hemaprodit protogini. Hermaprodit singkroni adalah golongan
ikan yang gonadnya terdapat sel kelamin jantan dan betina yang dapat aktif secara
bersamaan. Hemaprodit protandi adalah golongan ikan yang dalam hidupnya
mengalami perubahan jenis kelamin dari jantan menjadi betina misalnya ikan black 
porgy, ikan ini pada umur tiga tahun berubah dari kelamin jantan ke betina.
Hermaprodit Protogini adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami
perubahan dari jenis betina menjadi jantan misalnya Labroides dimidiatus.

Organ reproduksi ikan dinamakan dinamakan gonad. Pada ikan jantan


gonad disebutt dengan testis, pada ikan betina disebit dengan ovarium.
-          Testis (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya memanjang (longitudinal) pada
umumnya berpasangan. Beratnya bisa mencapai 12 % atau lebih dari bobot
tubuhnya.Kebanyakan testis berwarna putih atau kekuningan.
-          Ovarium berbentuk longitudinal. Letaknya internal dan biasanya berjumlah
sepasang. Jika dalam keadaan matang ovarium bisa mencapai 30-70% dari berat
tubuhnya. Warnanya pun berbeda-beda, sebagian besar berwarna keputih-putihan dan
menjadi kekuning-kuningan pada waktu matang. Kematangan testis dan ovarium
dipengaruhi oleh umur, spesies dan, ukuran.
Ikan memiliki siklus reproduksi yang berbeda satu dengan lainya misalnya saja ikan
salmon (Onchorhynchud ), lamprey laut ( Petromyzon marinus) dan sidat
( Anquilla  ) yang bereproduksi satu kali dalam hidupnya. Ada juga ikan yang
bereproduksi empat minggu sekali contohnya Ikan seribu (Lebistes reticulatus). Namun
ada juga ikan yang memijah dua sampai tiga kali dalam setahun misalnya ikan
mujair (Oreochromis mossambicus).

Dalam pemijahan ikan memiliki tempat pemijahan yang berbeda-beda,


Diantaranya:
1.      Memijah pada dasar perairan yang berbatu disebut golongan ikan Litophil.
2.      Memijah pada pasir disebut golongan ikan Psamophil.
3.      Memijah pada kolam air pada kolam terbuka disebut golongan ikan Pelagophil.
4.      Memijah pada cangkang yang telah mati biasanya disebut golongan ikan Ostrachophil.

Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya


pembuahandigolongkan menjadi tiga tipe, yaitu:
1.      Ovivar (bertelur)
Golongan ikan ovivar adalah ikan yang mengeluarkan telur pada saat pemijahan,
sebagian besar jenis ikan termasuk golongan ini. 
2.      Vivipar (beranak)
Golongan ikan vivipar adalah ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh
induknya dan perkembangan embrionya dipengaruhi oleh tali plasenta, contohnya
beberapa ikan elasmobranchii.
3.      Ovovivipar (bertelur beranak)
Golongan ikan ovovivipar adalah golongan ikan yang perkembangan embrionya berada
dalam tubuh, namun perkembangan embrionya tidak dipengaruhi oleh tali plasenta,
namun oleh kuning telur, contohnya ikan rockfish (Scorpaenidae).
Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, yaitu saat sel jantan memasuki
sel telur. Fertililasi sel telur dikatakan sempurna ketika inti sel telur dan spermatozoa
menyatu dalam sitoplasma telur, persatuan kedua inti sel tersebut mengakhiri proses
pembuahan dan membentuk zigot. Tahap perkembangan embrio ikan dimulai dari
Morula, Blastula, Gastrula, dan Organogenesis.
Diposkan oleh hendra gunawan di 10.40 Tidak ada komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Ikan Rainbow (Ikan Hias)

Ikan Rainbow berasal dari Papua dan sebagian benua Australia. Menurut Allen (1991),
beberapa jenis ikan rainbow merupakan ikan spesifik yang hidup di Papua maupun
Australia. Sementara Kottelat dkk.(1993) melaporkan ada 10 jenis rainbow yang khas
sulawesi yaitu jenis Telmatherina. Menurut informasi baru-baru ini ditemukan jenis ikan
rainbow yang baru dari Papua.

Morfologi dan Jenisnya

Ikan Rainbow tergolong famili melanotaeniidae yang terdiri dari enam genus, yaitu:

      1.       Chilatherina

      2.       Glossolepis

      3.       Iriatherina

      4.       Milanotaenia

      5.       Rhadinocentrus

      6.       Cairnsichthys

Ikan Rainbow merupakan hewan endemik di puau Papua, Australia, dan Sulawesi.

Jenis-jenis Ikan Rainbow

      A.      Rainbow Merah

      B.      Raibow Sulawesi
      C.      Rainbow Makuloci

      D.      dll

Semua jenis ikan rainbow bernilai ekspor yang baik.

Diposkan oleh hendra gunawan di 10.30 Tidak ada komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Sistem Pencernaan Ikan(Sistem


Anatomi Ikan)

Sebelumnya GPS membahas Sistem anatomi ikan yaitu pada Sistem


Reproduksiikan, Sistem Rangka Ikan, dan Sistem Integumen ikan, kali ini GPS akan sedikit
mengulas tentang Sistem Pencernaan Ikan dimana sistem pencernaan ini merupakan
salah satu dari sistem anatomi. Apa itu sistem anatomi ? Pada posting sebelumnya GPS
sudah pernah membahas mengenai apa itu sistem anatomi. Jika sobat belum sempat
baca artikelnya langsug saja Klik Anatomi Ikan (Anatomiadalah).

Baiklah langsung saja.

Saluran Pencernaan Ikan


Pada umumnya saluran pencernaan ikan yaitu mulai daari Mulut    Rongga mulut
  Esophagus    FaringKerongkongan  Lambung  Usus  Anus

Mari kita bahas satu per satu ... !!

      1.       Mulut

Mulut adalah organ yang pertama dan penting, namun jika dilihat mana yang terpenting
kita tidak bisa menentukannya, karena pada dasarnya semua urutan pencernaan dari
mulut sampai anus merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan jika salah
satu hilang makan akan berdampak buruk bahkan kematian.

Jenis atau ragam ikan yang ada di muka bumi ini sangatlah banyak dan berbeda-beda,
tentunya karena hal tersebut juga Mulut dari masing-masing jenis ikan akan berbeda.

          Tipe mulut ikan berdasarkan bentuknya:

a.       Mulut Penghisap, yaitu mulut yang memiliki ciri dengan bibir yang melebar dan
menebal.

b.      Mulut berparuh, yaitu mulut yang memiliki ciri mulut yang meruncing atau tumpul,
sebagai modifikasi dari bibir atau rahang.

c.       Mulut biasa, dimana perbedaan yang tidak terlalu jauh dari rongga mulut pada bagian
atas dan bawah.

Tipe mulut ikan berdasarkan letaknya:

a.       Terminal

Pada umumnya mulut ikan terletak di ujung kepala menghadap ke depan yang di


namakan tipe terminal. Contohnya ikan-ikan pelagik.

b.      b.      Sub terminal

Ikan yang mulutnya terletak sejajar kepala menghadap ke depan. Biasanya ikan yang


memiliki tipe mulut sub terminal yaitu ikan bagian dasar.

c.       Superior

Tipe mulut superior adalah mulut yang terletak di bawah kepala menghadap ke bawah.


Mulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar
perairan untuk menangkap mangsa yang lewat di atasnya. Contohnya ikan beta picta.

d.      Inferior
Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang relatip kecil
tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendpatkan makanan dengan cara mengisap, mereka
mempunyai mulut tipe inforior dan bibir yang berdaging tebal. Inferior merupakan tipe
mulut ikan yang terletak di bawah kepala menghadap ke bawah. Contoh ikan yang
memiliki tipe inferior adalah ikan patin.

**

Sebagai tambahan, pada bagian mulut juga sering kali dilengkapi dengan sungut yang
bentuk dan jumlahnya sangat bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika
ikan tersebut mencari makan. Sungut di lengkapi dengan saraf, untuk menemukan
makanan di antara material yang lunak.

Di dalam mulut sebagian ikan terdapat gigi rahang yang juga berperan dalam sistem
pencernaan. Berdasarkan bentuknya gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk, yaitu:

a.       Gigi cardiform berbentuk pendek, tajam dan runcing. Contohnnya pada famili


Ictaluridae dan serranidae.

b.      Gigi filiform mirip dengan gigi cardiform, hanya lebih panjang dan memberikan
gambaran seperti rumbai-rumbai, misalnya pada belone dan pterois.

c.       Gigi canine menyerupai gigi anjing bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau
melengkung dan disesuaikan untuk mencengkram.

d.      Gigi incisor mempunyai pinggiran yang tajam yang disesuaikan untuk memotong.

e.      Gigi molariform mempunyai permukaan rata digunakan untuk menumbuk dan


menggerus.

      2.       Esofagus

Esofagus berbentuk kerucut, pendek, mempunyai kemampuan untuk menggelembung,


terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit.
Pinggiran esophagus terdiri dari epithelium yang berlapis-lapis dan columnar, dengan
serjumlah sel atau kelenjar lender. Dinding esophagus dilengkapi secara khusus dengan
lapisan otot bergaris yang circular dan longitudinal. Kantung esophagus berfungsi
sebagai penghasil lendir.

      3.       Lambung

Pada ikan pemakan ikan lambung semata-mata berbentuk memanjang seperti pada ikan
gabus (ophiocephalus striatus), pada ikan belanak (Liza subhiridis) lambung
bermodifikasi menjadi alat penggiling, lambung tersebut berukuran kecil, tetapi
dindingnya sangat tebal dan berotot. Sebagian besar ikan mempunyai lambung.

      4.       Usus

Pada ikan karnifora usunya berukuran pendek, hal ini disebabkan karena makanan
berdaging dapat dicerna dengan lebih  mudah daripada tumbuhan. Sebaliknya usus ikan
herbifora panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan misalnya ikan nilem,
Osteochilus hasellti.

      5.       Anus

Adalah saluran pembuangan akhir zat sisa makanan yang telah dicerna oleh ikan
sepertihalnya pada hewan-hewan lain ataupun manusia.

Diposkan oleh hendra gunawan di 10.27 Tidak ada komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest
Senin, 03 Juni 2013

Jenis – Jenis Makanan Ikan


Jenis – Jenis Makanan Ikan
Kebiasaan makan (feeding habits) suatu jenis ikan mencakup dua hal, yaitu jenis-jenis
makanan dan cara makan dari ikan terkait. Pemahaman mengenai feeding habits
memiliki arti penting untuk memberikan jenis makanan yang cocok dan disukai ikan
sehingga makanan tersebut dapat termakan.
Pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan ikan sangat penting karena dengan
pengetahuan ini dapat dibuat makanan yang sesuai dengan sifat-sifat alami ikan yang
bersangkutan. Secara alami, makanan ikan dapat dibedakan menjadi 5 macam golongan,
yaitu makanan nabati, makanan hewani, makanan campuran nabati dan hewani,
plankton, serta detritus.
1. Makanan nabati
Makanan nabati adalah makanan yang berupa bahan tumbuh-tumbuhan berukuran
besar (makroskopik) yang mudah dilihat secara kasat mata. Ikan yang makanannya
berupa bahan-bahan nabati ini disebut ikan herbivora atau ikan vegetaris.
Beberapa contoh makanan nabati antara lain adalah ganggang benang atau alga filamen,
seperti Chaetomorpha, Enteromorpha, Cladophora, dan Spirogyra. Beberapa sayuran,
seperti kangkung air (Ipomoea aquatica), eceng gondok(Eichhornia erassipes), daun talas
(Colacasia esculenta), dan daun pepaya (Carica papaya) dapat dijadikan makanan nabati
untuk ikan.
Beberapa contoh jenis-jenis ikan herbivora atau vegetaris antara lain tawes (Puntius
javanicus), nilem (Osteochilus haselti), jelawat (Leptobarbus houeveni), sepat siam
(Trichogaster pectoralis), bandeng (Chanos chanos), gurami besar (Osphronemus
gouramy), dan baronang (Siganus javus).
Ikan-ikan herbivora pada umumnya mudah menerima makanan tambahan maupun
pakan buatan. Beberapa makanan tambahan yang diberikan, misalnya dedak halus,
bungkil kelapa, bungkil kacang, isi perut hewan ternak, dan sisa-sisa sayuran. Pemberian
makanan buatan sebaiknya dicampur bahan hijauan, seperti tepung daun turi, tepung
daun lamtoro, tepung daun singkong, dan tepung fitoplankton yang terbuat
dari Chlorella sp., Spirulina sp.,  dan  Tetraselmis sp.
2. Makanan hewani
Makanan hewani adalah makanan yang berasal dari bagian-bagian hewan makroskopik
atau makanan yang berdaging. Ikan- ikan yang makan bahan hewani dinamakan ikan
karnivora atau ikan pemakan daging. Kelompok ikan tersebut sering juga dinamakan
ikan buas. Daging yang diberikan dapat berupa bangkai maupun hewan hidup yang
berukuran kecil.
Hewan – hewan yang sering menjadi mangsa ikan karnivora antara lain jenis – jenis ikan
kecil, seperti ikan seribu (Lebistes reticulatus), kepala timah, sisik mulik atau ralan curing
(Panchax panchax), teri (Stolephorus commersonii), anakan ikan, siput-siput kecil, larva
serangga, dan cacing tubifek (cacing sutra atau cacing rambut).
Beberapa contoh ikan karnivora antara lain gabus (Ophiocephalus striatus), betutu
(Oxyeleotris marmorata), sidat (Anguilla spp), oskar (Astronotus ocellatus), belut sawah
(Monopterus albus), arwana (Schleropages formosus), kakap putih (Lares calcalifer),
kerapu (Ephinephelus sp.), kakap merah (Lutjanus argentimaculatus), dan cucut macan
(Galeocerdo rayneri).
Ikan-ikan karnivora umumnya agak sulit menerima makanan tambahan, terutama pakan
buatan. Jenis ikan ini biasanya menyukai makanan yang tanpa cincangan atau gilingan
daging ikan atau hewan-hewan lainnya yang masih segar. Apabila diberi makanan
buatan, ikan jenis ini membutuhkan latihan yang lama dan biasanya diberikan dalam
keadaan basah. Komposisinya harus banyak mengandung bahan hewani dan aromanya
cukup merangsang (aroma daging).

Read more: http://perikananindonesia.com/jenis-jenis-makanan-ikan/#ixzz2VE17ZLm1

Diposkan oleh hendra gunawan di 23.10 Tidak ada komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Label: hendra kepiting gokil

Lokasi: Lhokseumawe, Indonesia

Teknik Mancing Ikan Kerapu


Teknik Mancing Ikan Kerapu sebenarnya tidak susah untuk dipelajari. Paling penting kita
menyediakan alat pancing yang memadahi saja. 
Ikan kerapu sering disebut Grouper oleh orang bule ini merupakan salah satu jenis
konsumsi dan sangat digemari oleh banyak orang karena rasanya lezat dan struktur
dagingnya sangat lembut. Sehingga banyak sekali para pemancing menjadikan target
sasaran utama untuk melampiaskan hasrat mancing merka.

Cara jitu mancing ikan kerapu akan saya jelaskan pada artikel saya ini. Teknik
memancingnya hampir sama denganteknik mancing ikan kakap merah. Hanya tinggal
penerapan di lapangan saja dimana tiap-tiap angler mempunyai fariasi berbeda-beda
walaupun garis besarnya hampir sama. 

Cara dan teknik mancing ikan kerapu sebagai berikut:

Untuk syarat pertama memancing kerapu adalah menentukan spot


mancing yang benar.
Kerapu biasanya tinggal di bebatuan karang atau rumpon-rumpon buatan manusia.
Selain itu dia juga suka tinggal di tempat tertutup karena bersifat pendiam dan jarang
sekali berburu mangsa kecuali benar-benar dalam keadaan lapar atau sedang ingin
mempertahankan daerah teritorinya dengan cara menyerang musuhnya. Intinya jangan
berharap kita mancing dengan target kerapu tapi kita mancingnya dilaut berstruktur
dasarnya berupa hamparan pasir. Bisa juga di dasar laut berpasir mendapatkan kerapu,
tapi kemungkinannya sangat kecil dibanding kita memancing di spot berupa karang,
rumpon atau tonggak-tonggak. Khususnya daerah Jawa Tengah di
Kepulauan Karimunjawa masih banyak sekali hamparan karang luas. Jadi sangat mudah
sekali untuk memancing kerapu di Karimunjawa. 

Umpan mancing ikan kerapu


Dalam membahas umpan mancing kerapu sebenarnya juga tidak susah. Ikan ini
merupakan ikan rakus. Dia akan memakan apa saja di depannya yang menurut dia
pantas dan layak untuk dimakan. 
Irisan cumi, irisan tongkol dan irisan ikan apapun pasti dimakan kalau dia memang
benar-benar lapar. Asalkan baunya amis pasti menggugah selera makannya. Untuk
umpan live bait kita bisa menggunakan udang hidup, selar hidup, jenaha kecil, banyar
dan masih banyak lagi umpan live bait kesukaannya. 

Untuk lure dengan targat mancing kerapu, kita bisa menggunakan minnow berlidah
panjang karena minnow dengan lidah panjang akan menyelam lebih dalam dan pasti
bisa mendekati sarang atau rumah kerapu. Biasanya mancing kerapu dengan cara teknik
casting bisa dilakukan secara landbase di pinggir laut dimana di sekirtnya terdapat batu-
batuan atau karang. Berikut beberapa contoh minnow untuk mancing target kerapu: 
Banyak kejadian aneh yang sering terjadi seperti mancing dengan teknik trolling tapi
mndapatkan strike kerapu. Hal ini bisa terjadi jika umpan trolling memiliki lidah panjang
dan didukung dengan spot trolling yang tidak terlalu dalam. Terkadang juga ketika kita
menggunakan pancing kotrek untuk mencari target ikan-ikan kecil justru dapat hasil ikan
kerapu. Hal ini terjadi jika umpan kotrekan atau brandil kita terlalu rendah hingga
mendekati dasar laut. 
Bisa juga kita mancing ikan kerapu dengan menggunakan metal jig atau bisa juga
menggunakan inchiku yang kita mainkan di sekitar sarangnya. 

Fighting dengan ikan kerapu


Untuk mancing ikan dengan target ikan kerapu monster atau yang berukuran sangat
besar kita dianjurkan untuk menggunakan umpan live bait yang berukuran lebih besar
dari yang semestinya. Kalau kita sudah mengetahui jika spot yang kita tuju merupakan
spot yang bagus dan dihuni ikan kerapu berukuran monster, langsung saja gunakan
umpan live bait seperti contoh dengan ikan jenaha yang berukuran antara 1/4kg-1/2kg
dengan cara dikaitkan ke mata pancing dan dikasih pemberat sesuai dengan arus laut
yang terjadi ketika itu. Jika arus air bawah laut dalam keadaan mati, kita tidak perlu
menambahkan pemberat supaya umpan live bait bisa menghasilkan action yang
maksimal. Tapi jika arus bawah laut terlalu deras kita bisa menambahkan pemberat yang
agak besar supaya umpan live bait tidak hanyut terbawa arus karena ikan besar pasti
hanya menunggu mangsa di depan sarangnya. Kalau umpan kita tidak tepat di depan
matanya, dia tidak akan memakannya. Terkadang umpan sudah di depan matanya tetapi
ikan tersebut tidak mau menyambar umpan kita. 
Ikan kerapu memiliki tenaga yang sangat kuat ketika terjadi awal strike. Karena struktur
tubuhnya yang agak bulat sehingga sangat terasa berat sekali ketika kita mendapatkan
perlawanan ikan kerapu saat terjadi strike. Pada detik-detik pertama strike ikan kerapu,
itu sangat menentukan apakah kita bisa menyelesaikan perlawanan itu atau tidak. Jika
umpan kita dimakan ikan kerapu kemudian dia menggeret umpan masuk ke dalam
sarang atau rumahnya maka sangat sulit bagi kita untuk dapat mengeluarkan ikan
kerapu dari sarangnya. Ikan kerapu memiliki ekor yang sangat kuat, sehingga ketika kita
fight gengan ikan kerapu yang sudah membawa masuk umpan kita ke dalam sarangnya,
dia akan pegangan sangat kuat ke sarangnya dengan menggunakan ekornya dengan cara
membengkokkan ekornya. 

Untuk mengatasi hal itu perlu adanya kesabaran dari seorang angler. Bisa juga dengan
cara ditunggu sampai ikan kerapu keluar lagi dari sarangnya. Bisa juga menunggu sampai
ikan kerapu itu lemas dan melepaskan genggaman dari sarangnya. Biasanya seorang
pemancing pemula langsung main hajar padahal posisi ikan kerapu sudah masuk ke
dalam sarangnya. Hasilnya line akan banyak bergesekan dengan karang atau benda lain
yang bersifat tajam yang akan mengakibatkan senar atau line putus. Pupus sudah
harapan kita mendapatkan hasil ikan kerapu. 

Ikan kerapu merupakan ikan yang sangat mudah terkena dekompresi. Jika kita fight
dengan ikan kerapu kemudian kita hajar tanpa ampun, pasti dia akan mengalami
dekompresi yang mengakibatkan lidahnya menjulur keluar dan matanya juga melotot
keluar yang mengakibatkan dia tidak berdaya tanpa ada perlawanan sama sekali yang
bisa mengakibatkan kematian bagi ikan kerapu. Hal ini terjadi ketika kita memancing di
laut yang cukup dalam karena ada perbedaan tekanan air di setiap jarak kedalaman air
laut. 

Demikian telah saya jelaskan sedikit informasi menganai teknik ampuh dan jitu
memancing ikan kerapu. Semoga info ini bisa bermanfaat bagi para mancing mania di
Indonesia pada khususnya dan mancing mania di seluruh dunia pada umumnya. 

Salam strike mania.........


Diposkan oleh hendra gunawan di 23.01 Tidak ada komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

TEHNIK KULTUR Chlorella sp


A.      BIOLOGI Chlorella sp
1.         KLASIFIKASI
Chlorella merupakan alga hijau yang diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Chlorophyta
Kelas    : Chlorophyceae
Ordo     : Chlorococcaales

Family   : Chlorellacea
Genus    : Chlorella (Bougis, 1979)
Menurut habitat hidupnya ada dua macam Chlorella, yaitu Chlorella  yang hidup di air
tawar maupn yang hidup di air laut. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah C.
minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. virginica. 
2.         MORFOLOGI
Bentuk sel bulat atau bulat telur, merupakan alga bersel tunggal, tetapi kadang-kadang
dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar 2-8 mikron, berwarna hijau karena
klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya keras terdiri atas selulosa dan
pectin. Sel ini mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella dapat bergerak
tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak bergerak.

Gambar 1: Morfologi Chlorella sp

3.       SIFAT-SIFAT EKOLOGI DAN FISIOLOGI


Chlorella bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana, kecuali pada tempat
yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt.
salinitas 10-20 ppt merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhan alga ini. Alga ini
masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak tumbuh. Kisaran suhu 25-300C
merupakan kisaran suhu yang optimal.
Alga ini berproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan
pemisahana utospora dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan pertumbuhan
sel yang membesar. Periode selanjutnya adalah terjadinya peningkatan aktivitas sintesa
sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat
pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat
pemasakan akhir, yang akan disusul dengan pelepasan sel anak.
B.      PRINSIP KULTUR Chlorella sp
Salah satu contoh phytoplankton adalah Chlorella sp. Chlorella sp merupakan mikro alga
sehingga dalam dunia pembenihan sering hanya disebut alga. Kultur Chlorella sp murni
atau monospesifik species dimulai dari kegiatan isolasi kemudian dikembangkan secara
sedikit demi sedikit secara bertingkat. Media kultur yang digunakan mula-mula hanya
beberapa liter saja, kemudian berangsur-angsur meningkat ke volume yang lebih besar
hingga mencapai skala massal. Kultur hingga volume 3 liter masih dilakukan didalam
laboratorium sehingga sering disebut dengan kultur skala laboratorium. Selanjutnya
dilakukan kultur aut-door yang dapat mencapai volume 60-100 liter yang merupakan
tahapan kultur selanjutnya. Karena kultur ini menggunakan proses yang bertingkat-
tingkat dari volume kecil ke volume yang lebih besar, maka prinsip kultur ini disebut
dengan kultur bertingkat atau berlanjut.
Pertumbuhan Chlorella sp  sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara makro dan
mikro serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella sp antara lain cahaya, suhu, tekanan
osmotic, dan pH air.
Kultur Cholorella sp skala laboratorium biasanya memerlukan kondisi lingkungan
terkendali. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhannya optimal sehingga didapatkan bibit
yang bermutu tinggi untuk skala kultur selanjutnya.

Gambar 2: Kultur masal Chlorella sp.

C.      STERILISASI
1.         METODE STERILISASI
Pada dasarnya persiapan untuk kultur berbagai jenis phytoplankton adalah sama,
misalnya pada kultur Chlorella sp, yaitu sterilisasi alat dan bahan yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan. Ada lima metode sterilisasi, yakni:
a.        Sterilisasi Basah
Metode ini dilakukan dengan cara perebusan. Botol-botol kultur dan peralatan lain yang
akan digunakan direbus dengan air hingga mendidih selama 2 jam. Air yang akan
digunakan untuk kultur juga dapat disterilkan dengan cara ini.
b.        Sterilisasi dengan Autoclave dan Oven
Sterilisasi dengan autoclave pada dasarnya menggunakan uap air panas bertekanan,
sedangkan sterilisasi menggunakan oven menggunakan udara panas. Sterilisasi model ini
umumnya digunakan untuk mensterilkan alat-alat dan botol kultur yang terbuat dari
gelas.
c.         Sterilisasi dengan Penyaringan
Metode ini dilakukan untuk cairan/larutan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi,
misalnya vitamin, sehingga dilakukan penyaringan dengan sebuah saringan yang steril.
d.        Sterilisasi dengan Sinar Ultra Violet
Sinar UV dengan panjang gelombang 2000-3000 A dapat membunuh mikroorganisme
dengan cara menghancurkan struktur proteinnya. Metode ini banyak digunakan untk
mensterilkan ruang kerja dan air.
e.         Sterilisasi Kimia
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk sterilisasi ini adalah HCL, HgCl2, Alkohol,
Formalin, Phenol, Chlorin, dan sebagainya.

2.         CARA STERILISASI


a.        Sterilisasi Peralatan yang digunakan untuk isolasi Phytoplankton
Sterilisasi peralatan yang akan digunakan untuk isolasi dapat menggunakan autoclave
dengan suhu 1210C dan tekanan 1 kg/cm3 atau menggunakan oven pada suhu sekitar
1050C.
Mula-mula peralatan isolasi yang terdiri atas tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, dan
lain-lain dicuci dengan air tawar dan detergen yang kemudian diletakkan di rak dan
ditunggu hingga kering. Setelah kering, cawan petri dan pipet ukr dibungkus dengan
kertas krap, sedangkan tabung reaksi ditutp dengan karet penutup, terutama apabila
sterilisasinya menggunakan autoclave. Tetapi apabila menggunakan oven, peralatan
tidak perlu dibungkus kertas, cukup dimasukkan kedalam tabung stainless, kemudian
ditutup rapat dan dislotip dengan slotip tahan panas. Peralatan tersebut disusun dalam
autoclave kemudian ditutup rapat. Sterilisasi dengan autoclave berjalan 15 menit pada
suhu 1210C dengan tekanan 1 kg/cm3. Sedangkan menggunakan oven berjalan 5 jam
pada suhu 1050C.
b.        Sterilisasi Media Kultur
Sterilisasi media kultur dapat dilakukan dengan autoclave. Media yang akan disterilisasi
mula-mula dimasukkan kedalam botol atau erlenmayer bersih. Selanjutnya botol atau
erlenmayer tersebut ditutup dengan kapas atau gabus, dan diatasnya ditutup kembali
dengan aluminium foil dan diikat dengan slotip. Selanjutnya botol atau erlenmayer yang
telah berisi media tersebut disusun rapi dalam autoclave dan siap untuk disterilisasi.
c.         Sterilisasi Alat
Alat-alat yang cukup besar sehingga tidak dapat masuk kedalam autoclave atau oven,
dapat disterilkan dengan cara kimia, misalnya dengan HCl atau chlorine. Peralatan kultur
yang sudah dicuci bersih direndam dengan HCl 10% selama 2 hari, kemudian dibilas
dengan air tawar. Selain itu dapat dengan merendam peralatan pada larutan chlorine
150 mg/l selama 12-24 jam, kemudian dinetralisir dengan 40-50 mg/l Na-Thiosulfat dan
dibilas dengan air tawar hingga bau chlorine hilang.
d.        Sterilisasi Media tidak Tahan Panas
Media pengkaya yang tidak tahan panas, misalnya vitamin, disterilisasi dengan
penyaringan. Saringan yang digunakan 2,5-3 mikron. Media tersebut selanjutnya
ditempatkan dalam wadah yang steril dan ditutup rapat dengan aluminium foil.
e.         Sterilisasi pada Kultur semi Out-door dan Out-door/missal
Untuk kultur missal sterilisasi alat dan bahan dilakukan dengan cara chlorinisasi karena
cara ini lebih cepat, ekonomis, dan secara tekhnis mudah dilaksanakan. Cara chlorinisasi
tersebut adalah sebagai berikut: bak dicuci bersih dengan menggunakan
sabun/detergen lalu disterilkan dengan larutan Na-Thiosulfat 40-50 mg/l. Terakhir bak
dibilas dengan air tawar sampai bersih dan bau chlorine hilang.
Air sebagai media kultur juga dapat disterilkan dengan menggunakan chlorine. Air laut
yang akan digunakan sebelumnya disaring, lalu disterilkan dengan chlorine 60 mg/l
selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan larutan Na-Thiosulfat 20 mg/l untuk
menghilangkan sisa-sisa chlorine dalam air laut hingga bau chlorine hilang. Air yang telah
steril disimpan dalam bak yang tidak tembus sinar dan ditutup dengan penutup tidak
tembus sinar untuk mencegah pertumbuhan lumut atau phytoplankton lain yang tidak
dikehendaki.
D.       TEKHNIK BUDIDAYA Chlorella sp
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam kultur Chlorella sp, yaitu koleksi dan isolasi.
1.         Koleksi
Koleksi bertujuan untuk mendapatkan species Chlorella sp dari alam untuk dikultur
secara murni. Pengambilannya dialam dapat menggunakan plankton net. Chlorella
sp yang diperoleh dapat dikembangkan dengan menggunakan pupuk
2.         Isolasi
Ada beberapa metode untuk mengisolasi phytoplankton, khusus untk fitoplankton
jenis Chlorella sp menggunakan metode isolasi goresan. Metode ini sangat baik
digunakan untuk mengisolasi phytoplankton sel tunggal sepertiChlorella sp.
Metode ini menggunakan media agar-agar. Agar-agar sebanyak 1,5% dicampur dengan
air laut pada salinitas tertentu, kemudian dipanaskan hingga mendidih dan larut
sempurna berwarna kuning jernih.
Selama proses pemanasan harus diaduk terus menerus untuk mencegah terjadinya
kerak atau penggumpalan. Setelah pemanasan selesai, larutan agar-agar tersebut
kemudia diangkat dan ditunggu sampai agak dingin baru dilakukan pemupukan dengan
menggunakan pupuk Allen Miquel (untuk sekala laboratorium) dengan komposisi
KNO3 20,2 gr, Akuades 100 gr, sedangkan untuk skala massal ukuran 1-4 ton digunakan
pupuk teknis yang terdiri dari: KNO3 100 gr/ton, FeCl3 3 gr/ton, dan NaH2PO4. 10 H2O 10
gr/ton dan sesuai dosis yang diinginkan.

Gambar 3: Kultur Chlorella sp.

Larutan agar-agar yang telah dipupuk disterilisasi dengan autoclave (121 0C, 15 menit)
atau pengukusan sekitar 30 menit. Bahan-bahan pengkaya yang tidak tahan panas harus
disterilkan secara terpisah. Angkat dan biarkan agak dingin, sekitar 50 0C. Selanjutnya
dituangkan kedalam cawan petri yang sudah steril dengan tebal kurang lebih 3 mm atau
kedalam tabung reaksi yang sudah steril dalam posisi miring. Agar miring pada tabung
reaksi tersebut biasa digunakan untuk penyimpanan isolat. Selanjutnya dituang hingga
membeku.
Setelah media agar membeku, kemudian ditulari bibit Chlorella sp yang berasal dari air
sampel dengan cara goresan menggunakan ose yang telah dibakar dengan pembakar
spritus. Bibit digoreskan dalam media agar-agar pada cawan petri dengan pola zig-zag.
Untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme lain maka cawan petri ditutup atau
disegel dengan isolasi.
Untuk penumbuhan, cawan petri atau tabung reaksi tersbeut diletakkan pada rak kultur
serta disinari dengan dua buah lampu TL 40 watt secara terus menerus. Cawan petri
diletakkan dalam posisi terbalik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya proses
pengeringan akibat penyinaran dengan lampu TL secara terus menerus atau terjadinya
penetesan embun dari bagian tutup cawan petri ke media agar-agar.
Setelah beberapa hari inokulum akan tampak tumbuh pada goresan media agar-agar,
tetapi masih dicampur dengan phytoplankton jenis lain, kemudia dilakukan penggoresan
berulang-ulang pada media agar-agar yang sama sampai diperoleh bibit yang benar-
benar murni. Isolate yang diinkubasi dalam ruangan ber AC untuk menjaga kestabilan
suhu 25-27 0C. isolate juga dapat dipindah kecawan petri yang lain atau pada agar miring
dalam tabung reaksi apabila diperlukan.

Gambar 4: Isolasi Chlorella sp.

Hasil kultur murni dari media agar-agar dikembangkan pada media cair dalam tabung
reaksi dengan volume media kultur 10 ml. bibit diambil dengan jarum ose yang steril
kemudia dipindah ke tabung rekasi decara aseptis. Sebelumnya Chlorella sp yang
tumbuh pada permukaan agar-agar diperiksa lebih dahulu dengan cara memindahkan
phytoplankton pada gelas objek yang telah diberi media kultur 1 tetes. Selanjutnya
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Apabila phytoplankton yang diamati sesuai
dengan keinginan kemudian dilakukan inokulasi pada tabung reaksi yang berisi air laut
yang telah diperkaya oleh unsure hara dan ditumbuhkan. Larutan diaduk dengan cara
dikocok sesering mungkin selama masa kultur. Apabila bibit pada tabung reaksi tersebut
telah tumbuh dengan baik, maka phytoplankton tersebut (Chlorella sp) dapat
dikembangkan kedalam botol-botol kultur yang lebih besar.
E.      PERTUMBUHAN PLANKTON (Chlorella sp)
Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya
ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel
digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan phytoplankton dalam kultur
pakan alami. Ada empat fase pertumbuhan, yaitu:
1.         Fase Istirahat
Sesaat setelah penambahan inokulum kedalam media kultur, populasi tidak mengalami
perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat. Secara fisiologis
phytoplankton sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organism
mengalami metabolism, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan sel
belum meningkat.
2.         Fase Logaritmik/Eksponsial
Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi
kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.
3.         Fase Stasioner
Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan fase
logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian. Dengan demikian
penambahan dan pengurangan jumlah phytoplankton relative sama ata seimbang
sehingga kepadatan phytoplankton tetap.
4.         Fase Kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah sel menurun
secara geometric. Penurunan kepadatan phytoplankton ditandai dengan perubahan
kondisi optimum yang dipengaruhi temperature, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada,
dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.
F.       PENGHITUNGAN KEPADATAN PHYTOLANKTON (Chlorella sp)
Penghitungan kepadatan plankton digunakan sebagai salah atu ukuran mengetahui
pertumbuhan phytoplankton, mengetahui kepadatan bibit, kepadatan pada awal kultur,
dan kepadatan pada saat panen. Kepadatan phytoplankton dapat dihitung dengan
menggunakan Hemacytometer.
Hemacytometer banyak digunakan untuk menghitung sel-sel darah. Untuk dapat
mempergunakan alat-alat ini perlu alat yang lain yaitu mikroskop dan pipet tetes. Untuk
memudahkan penghitungan phytoplankton yang diamati biasanya menggunakan alat
bantu hand counter.
Hemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat dari gelas yang dibagi menjadi
kotak-kotak pada dua tempat bidang pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur sangkar
dengan sisi 1 mm, sehingga apabila ditutup dengan gelas penutup volume ruangan yang
terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1 mm atau 10-4 ml. Kotak bujur sangkar yang
mempunyai sisi 1 mm tersebut dibagi lagi menjadi 25 buah kotak bujur sangkar, yang
masing-masing dibagi lagi menjadi 16 kotak bujur sangkar kecil.
Cara penghitungan kepadatan phytoplankton dengan Hemacytometer adalah sebagai
berikut: Hemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue.
Kemudian gelas penutupnya dipasang. Phytoplankton yang akan dihitung kepadatannya
diteteskan dengan menggunakan pipet tetes pada bagian parit yang melintang hingga
penuh. Penetesan harus hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas
penutup. Selanjutnya Hemacytometer tersebut diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100 atau 400 kali dan dicari bidang yang berkotak-kotak. Untuk mengetahui
kepadatan phytoplankton dengan cara menghitung phytoplankton yang terdapat pada
kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm. apabila jumlah phytoplankton yang
didapat adalah N, maka kepadatan phytoplankton adalah N x 104 sel/ml.
G.      PEMANENAN
Berdasarkan pola pertumbuhan phytoplankton, maka pemanenan phytoplankton harus
dilakukan pada saat yang tepay yaitu pada saat phytoplankton tersebut mencapai
puncak populasi. Apabila pemanenan phytoplankton terlal cepat atau belum mencapai
puncak populasi, sisa zat hara masih cukup besar sehingga dapat membahayakan
organism pemangsa karena pemberian phytoplankton pada bak larva kebanyakan
dengan cara memindahkan massa air kultur phytoplankton. Sedangkan apabila
pemanenan terlambat maka sudah banyak terjadi kematian phytoplankton sehingga
kualitasnya turun. Khusus untuk phytoplankton jenis Chlorella sp pemanenan dilakukan
pada saat 4 hari karena phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi pada saat
hari ke 4 setelah pembibitan maka sebaiknya segera dipanen.
Pemanenan phytoplankton dapat dilakukan dengan berbagai macam alat sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah phytoplankton. Adapun peralatannya antara lain : centrifuge,
plate separator, dan berbagai macam filter. Pemanenan dapat dilakukan secara total
atau sebagian. Apabila panen dilakukan sebagian, phytoplankton yang telah siap
dipanen diambil sebanyak 2/3 bagian. Kemudian kedalam sisa phytoplankton yang 1/3
bagian tersebut ditambahkan air laut dengan salinitas tertentu (10-20 ppt). selanjutnya
dilakukan pemupukan sekitar ½ dosis. Panen sebagian ini sebaiknya dilakukan tidak lebih
dari tiga kali pada bak budidaya yang sama, setelah itu harus dilakukan panen total.
H.      PASCA PANEN
Chlorella sp yang telah dipanen memiliki banyak peranan yang sangat penting, baik
sebagai pakan alami larva terutama larva ikan kakap putih, ikan kakap merah, dan ikan
kerapu, juga sebagai green water pada pemeliharaan berbagai jenis larva. Bahkan kini
banyak digunakan dalam system pengolahan dan penanggulangan air limbah.Chlorella
sp ternyata sudah dikonsumsi manusia dan sangat mudah didapatkan dipasaran dalam
berbagai bentk, seperti tablet, sirup, permen, shampoo, sabun, handbody lotion, dan
lain-lain.
Hasil pemanenan dapat disimpan dalam bentuk kering didapat dari hasil penjemuran
phytoplankton konsentrat dibawah sinar matahari.penjemuran dilakukan dalam kotak
penjemuran bertenaga surya yang dapat menghasilkan udara panas dengan suhu sekitar
70 0C. Dengan suhu ini komposisi gizi phytoplankton terutama protein tidak
rusak.Chlorella sp yang kering yang didapat disimpan dalam botol-botol yang tertutup
rapat. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Phytoplankton
freeze (beku) didapat dari hasil penyimpanan phytoplankton yang telah dipadatkan
didalam freezer.
I.       PEMELIHARAAN STOK MURNI
Untuk memelihara kesinambungan kultur phytoplankton perlu dilakukan pemeliharaan
stok murni. Stok murni dapat disimpan dalam media agar-agar dan media cair serta
disimpan dalam lemari pendingin. Penyimpanan stok murni dalam media cair dilakukan
dalam tabung reaksi volume 10 ml, diberi pupuk dan tanpa aerasi, tetapi harus dilakukan
pengocokan setiap hari. Biakan stok murni ini diletakkan pada rak kultur dengan
pencahayaa lampu TL. Biakan stok murni ini harus diganti seminggu sekali. Penyimpanan
stok murni dalam lemari pendingin dapat bertahan sampai satu bulan, dan sebaiknya
segera digunakan dan diganti dengan stok murni yang baru.

Diposkan oleh hendra gunawan di 22.58 1 komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Mudah Budidaya Lobster Air Tawar


Cara Mudah Budidaya Lobster Air Tawar Lobster Air Tawar (LAT) atau Freshwater
Crayfish merupakan binatang air yang cukup mudah untuk dibudidayakan atau di
ternakan. Harga jual nya yang cukup fantastis, sekitar 150-250 ribu rupiah /kg, membuat
budidaya lobster air tawar menjanjikan keuntungan bila dilakukan dengan Cara
Budidaya Lobster air tawar yang benar dan baik. Habitat asli Lobster Air Tawar adalah di
sungai dan di rawa-rawa serta danau. Media yang dapat di gunakan untuk budidaya
lobster air tawar ini sangat bervariasi. Pada umumnya Lobster Air Tawar dibudidayakan
secara extensif pada kolam tanah. Pada budidaya secara extensif petani hanya menaruh
indukan pada kolam tersebut pada masa berkala kolam tersebut dikeringkan dan lobster
yang sudah memenuhi ukuran komersial akan dijual dan sisanya akan dikembelikan ke
kolam tanah tersebut. Pada budidaya secara intensif petani mulai memberi pakan ke
dalam kolam dengan berbagai macam makan sayur-sayuran termasuk pakan komersil.
Budidaya secara intensif memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan secara
extensive. Media lain yang sering digunakan adalah kolam semen atau kolam fiber
(Tank). Kolam semen dan kolam fiber ini banyak digunakan untukmembesarkan burayak
sampai berat sekitar 5 cm. Di Indonesia budidaya lobster air tawar banyak dilakukan
dalam sekala perumahan terutama pada pembenihan. Cara Budidaya lobster air tawar
sangat cepat dan gampang, tidak seperti udang windu atau udang galah yang relatif
lebih sedikit dan rumit. Orang awam pun dapat melakukannya sendiri baik dalam skala
usaha kecil maupun besar. Dengan sedikit modal dan kemauan yang kuat, setiap orang
dapat membudidayakan lobster air tawar. Lobster air tawar tidak mudah stres dan tidak
mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air, dan kebutuhan
oksigen terpenuhi maka lobster dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Jika
dilihat dari iklim dan siklus musimnya, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar
untuk melakukan budi daya lobster air tawar sepanjang tahun. Lobster air tawar yang
umumnya bertelur 4–5 kali dalam setahun dapat dimanfaatkan secara maksimal. Selain
kondisi iklim yang sangat mendukung, sumber pakan alami bagi lobster tersedia cukup
banyak di alam dan mudah diperoleh. Dengan pakan alami tersebut, lobster akan
tumbuh dengan cepat. Oleh karena budi daya lobster tidaklah sulit maka bisnis ini dapat
digunakan sebagai usaha sampingan. 1. SYARAT HIDUP LOBSTER AIR TAWAR Lobster air
tawar (LAT) pada umumnya dapat hidup pada selang parameter air yang lebar. Mereka
diketahui toleran terhadap kandungan oksigen terlarut sangat rendah. Akan tetapi untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik tentu tidak akan dapat dilakukan pada kondisi
demikian. Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka memerlukan kadar
oksigen terlarut lebih dari 4 ppm. 2. TEMPERATUR Lobster Air Tawar LAT juga toleran
terhadap suhu sangat dingin mendekati beku hingga suhu diatas 35 °C. Meskipun
demikian untuk LAT-LAT daerah tropis hendaknya dipelihara pada selang suhu 24 – 30° C
Pertumbuhan optimum akan dapat dicapai apabila mereka dipelihara pada selang suhu
25-29 °C. 3. pH DAN KESADAHAN Lobster Air Tawar LAT hidup pada perairan dengan
kisarn pH sedikit alkalin yaitu antara 7-9. Mereka jarang dijumpai berada diperairan
dengan pH kurang dari 7. Sedangkan kesadahan (kandungan kapur) air yang diperlukan
adalah sedang hingga tinggi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium
terlarut cukup tinggi untuk menjamin pembentukan cangkang mereka dengan baik. 4.
KUALITAS AIR Lobster Air Tawar Berbagai laporan menunjukkan bahwa LAT muda
sensitif terhadap kadar klorin tinggi. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk menuakan
air terlebih dahulu sebelum digunakan untuk LAT. LAT diketahui pula dapat
mengakumulasikan merkuri (Hg) dalam tubuhnya sehingga mereka sering dijadikan
sebagai indikator pencemaran lingkungan. LAT sensitif terhadap pestidida, terutama dari
golongan organoklorin, begitu pula residu-residu minyak. Hal ini hendaknya menjadi
perhatikan bagi mereka yang ingin membudidayakan LAT secara terbuka, agar terlebih
dahulu memeriksa dengan seksama sumber air yang akan digunakan Budidaya lobster
air tawar biasanya dibedakan menjadi usaha pembenihan Lobster Air Tawar dan usaha
pembesaran atau merupakan kesatuan dari keduanya. Pembenihan adalah
menghasilkan bibit atau anakan lobster air tawar hingga ukuran 2 Inci. Yang pertama kali
diperlukan adalah Induk Berkualitas yang tidak mudah terserang penyakit dan bukan
dari hasil perwakinan sedarah (inbreeding) pasalnya perkawainan sedarah akan
menghasilkan lobster berkelamin ganda atau intersex. Berikutnya adalah kolam untuk
perkawainan dengan ukuran maksimal 1m2 untuk 1 set (5 ekor betina 3 ekor jantan).
Medianya cukup mengunakan aquarium atau kolam semen. Pembesaran adalah
menghasilkan lobter ukuran konsumsi, Yang pertamakali dibutuhkan yaitu bibit lobster
air tawar ukuran 2 inci untuk pembesaran. Berikutnya adalah lahan yang yang cukup
luas dan sebaiknya merupakan kolam tanah dengan ukuran maksimal 1 M2 untuk 10
ekor. Jantan dan betina harus dipisahkan untuk mencegah perkawinan selama
pembesaran. Lobster jantan lebih cepat pertumbuhannya oleh karena itu pembesaran
sebaiknya dilakukan pada lobster jantan. PAKAN Lobster Air Tawar Agar
pertumbuhanLobster air tawar sesuai dengan yang diharapkan maka pakan yang
diberikan harus mengandung nutrisi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan Lobster
air tawar. Nutrisi yang dibutuhkan Lobster air tawar terdiri dari Protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Sekarang ini sudah banyak produsen-produsen yang
memproduksi pakan Lobster air tawar Jenis-Jenis Pakan Lobster Air Tawar Pakan alami,
biasanya dibudidayakan oleh peternak. Namun karena keterbatasan sarana dan
prasaran biasanya peternak merasa kesulitan. Pakan alami yang dibudidayakan
umumnya adalah chlorella, tetraselmis, dunaleilla, diatone, spirulina, artemia, kutu air,
jentik nyamuk, cacing rambut, cacing tanah dan cacing darah. Pakan buatan sendiri,
merupakan pakan yang diracik oleh peternak dari berbagai bahan seperti: tepung rebon,
tepung ikan, cacing, wortel, toge, kacang hijau dan keong mas. Pakan racikan bisa
dibentuk pellet atau pasta. Pakan komersil, yaitu pakan yang sudah jadi yang dioleh oleh
perusahaan pakan ikan Pemberian pakan sebaiknya 3% dari berat badan LAT dan
diberikan pada pagi atau sore hari. Jika pakan tidak habis sebaiknya dibuang pada saat
pemberian pakan berikutnya. Penyakit pada Lobster Air Tawar Walaupun Lobster air
tawar dikenal lebih tahan terhadap penyakit dibanding udang jenis lain, tidak berarti
Lobster air tawar bisa terbebas dari penyakit, penyakit ini biasanya disebabkan oleh
virus. Pada periode pembesaran virus yang menjadi penyebab penyakit pada Lobster air
tawar adalah: White Spot Disease (WSD) Penyakit yang disebabkan virus ini dapat
menyebabkan sisi kolam mati. Untuk mengantisipasi serangan virus ini beberapa cara
dapat dilakukan, yaitu: menghindari masuknya LAT yg terinfeksi mengurangi kepadatan
penebaran lobster di dalam kolam menjaga tingkat kada ammonia dan keasaman air
menghindari air yang sudah digunakan untuk budidaya udang lain membersihkan alat
yang sudah terinfeksi Ricketsia-like organism Lobster air tawar yang terinfeksi virus ini
biasanya melemah dan kadang-kadang ditandai dengan adanya bintik hitam atau biru
kehijaun pada eksokoletonnya. LAT yang mati karena virus ini badan dan kepala
terpisah. Jamur (Crayfish Plague) Lobster air tawar yang terinfeksi jamur ini umumnya
jenis astacus astacus yang berasal dari eropa. Penularannya bisa melalui kutu
asphanomices astaci atau bisa juga melalui peralatan yang digunakan Selain virus
tersebut di atas gangguan terhadap Lobster air tawar disebabkan oleh hama, seperti:
ular, tikus, burung, lele, dan ikan gurami Panen Hasil Lobster air tawar Panen sebaiknya
dilakukan pada suhu yang tidak terlalu panas, pagi atau sore atau malam hari. Beberapa
teknik panen yang biasa dilakuan pada usaha pembesaran adalah: 1. Flow Trapping
Caranya adalah sebagai berikut: - Turunkan air kolam sampai 2cm dan persembunyian
dikeluarkan dari kolam - Tempatkan kotak penampung di sisi kolam, tempat aerator
pada kotak penampung untuk mencegah kekurangan oksigen. Pasang papan dengan
posisi seperti papan luncur, dari dasar kolam ke sisi kolam tepat di atas kotak
penampung. - Alirkan air pada papan tersebut Naluri Lobster adalah mencari air segar,
dia akan menuju air yang mengalir dari papan dan memanjatnya setelah sampai atas
lobster akan jatuh ke kotak penampungan. 2. Perangkap Tikus Teknik ini menggunakan
perangkat tikus yang biasa digunakan di rumah, bagian pintu perangkapnya dig anti
dengan corong. Caranya adalah sebagai berikut: Sebelum panen LAT jangan diberi
makan Siapkan perangkap tikus yang telah dipasang umpan yang cukup untuk semua
LAT Umpan yang digunakan adalah ikan atau keong mas Untuk menimbulkan aroma
umpan dibakar dulu Memanen dengan cara ini air kolom tidak perlu diturunkan. TIPS
CARA BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR Tips 1 Budidaya Lobster air tawar: Gunakan
indukan berukuran fisik besar (dapat menghasilkan +/-500 s/d +/-900 per ekor 1 kali
bertelur)sebagai produksi bibit dan untuk mempercepat pertumbuhan bibit ukuran 2Cm
beri makanan ekstra berupa cacing sutra, dan berikan cacing tanah untuk mempercepat
proses bertelur untuk yang dikawainkan, kemudian perlu anda ketahui juga pada proses
pergantian kulit berarti proses pertumbuhan,(bertambah besar).Terutama pada proses
pembesaran di aquarium,oleh karena itu guna merangsang pergantian kulit sesering
mungkin seiring dengan seringnya anda melakukan pergantian air pada aquarium (tiap
3hari atau seMinggu 1kali) tergantung tingkat kekeruhan airnya. Tips 2 Budidaya Lobster
air tawar Lakukan pengawasan sesering mungkin, untuk menghidari serangan
sekelompok Lobster lain terhadap Lobster yang sedang mengalami proses ganti kulit
(moulting). Oleh karena pada saat proses moulting, disamping kondisinya yang
lemah,pada saat itu juga mengeluarkan cairan zat yang dapat merangsang sifat kanibal
dan melakukan penyerangan terhadap lobster yang sedang tidak berdaya. Dan berikan
juga pengaman pada tempat (Kolam atau Aquarium) agar Lobster tidak kabur karena
sifat pengembaraanya yang tinggi, dan dapat bertahan hidup hingga 8 s/d 12 jam diluar
kolam/aquarium. Tips 3 Budidaya Lobster air tawar Berikan makanan tambahan/ektra,
terutama pada malam hari, sekitar Pkl.19.00~21.00 secukupnya, periksa dan berikan
makan berupa pelet, bila sudah tidak terdapat sisa makanan yang diberikan pada waktu
sore hari. Hal ini dilakukan guna menghinadri saling menyerang diantara sesama
Lobster, oleh karena hewan ini mempuyai sifat kanibalisme yang sangat tinggi di
samping itu aktivitas kelompok hewan ini meningkat pada malam hari termasuk untuk
mencari mangsa. Jenis hewan ini tidak menebar bau anyir/amis seperti jenis udang atau
ikan lainnya, jadi budidaya ternak dapat/layak dilakukan dilingkungan rumah/tempat
tinggal. Tips 4 Budidaya Lobster air tawar Tentukan pilihan anda sebelum terjun ke dunia
bisnis Lobster Air Tawar ini oleh karena cara pengelolaannya terdiri dari beberapa
segmen, apakah anda sebagai : pedagang ; Ternak pembesaran ; Ternak pembibitan
;Ternak hobi/koleksi. hal ini perlu dilakukan agar langkah usaha yang anda jalankan bisa
lebih terfokus. Baca juga buku sebagai referensi yang mudah didapat, dan salah satu
penyedianya GRAMEDIA,yaitu Seri Agribisnis LOBSTER AIR TAWAR Pembenihan dan
Pembesaran, penulis; R Hondo Wiyanto/Rudi Hartono, cetakan Jakarta 2003 dan
Pembenihan Lobster Air Tawar Lokal Papua, penulis;Samuel Patasik, cetakan Jakarta
2004. Cara Budidaya Lobster air tawar Tips 5 Budidaya Lobster air tawar Apabila pilihan
Budidaya/ternak pembesaran,siapkan kolam untuk pembesaran mulailah dengan skala
kecil dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan tetang sifat sifat yang spesifk dari
hewan ini yang salah satunya adalah sifat kanibalisme yang tinggi.Agar skala resiko
penyusutan pupulasi yang diakibatkan kematian dan kekurang terampilan dapat ditekan
sekecil mungkin jika kelak memasuki usaha skla besar. Dan apa bila pengetahuan
tersebut sudah didapat, mulailah dengan prencanaan produksi untuk target panen
setiap bulan, untuk melihat ilustrasi perencanaan. Tips 6 Budidaya Lobster air tawar
Pilihan budidaya ternak pembibitan sama dengan halnya dengan langkah budidaya
pembesaran hanya pembibitan lebih sensitif lagi,sebaiknya biarkan s/d usia +/-1.5 bulan
baru pindahkan kekolam pembesaran. Hewan ini memang hidup lebih sesuai di iklim
tropis dengan suhu udara 24 sampai dengan 30 derajat celcius demikian juga kondisi air,
khusus untuk anak yang baru dipisahkan dari induknya (burayak) pergunakan alat atau
cairan pengukur Ph air, kemudian apa bila Ph air tidak ideal (Ph air ideal untuk LAT = 7
s/d 9 ) dapat diatasi dengan cara memberikan additive Ph up ataupun Ph Down, guna
mempetahankan Ph ideal. Semua perlengkapan untuk mengontrol keadaan Ph air bisa
didapat di tempat penjualan accessories ikan hias terdekat. Tips 7 Budidaya Lobster air
tawar Pilihan tempat,rencanakan lokasi penempatan aquarium maupun kolam
pemeliharaan pilih yang nuansanya tidak bising karena hewan ini mudah stress oleh hal-
2 yang demikian,terutama pada proses perkawinan dan kehamilan kemungkinan telur
yang dikandungan akan mudah rontok, sehingga akan menghambat proses pengembang
biakan yang diinginkan. Hindari lingkungan hama pemangsa, tikus, kucing, dan sejenis
nya,dengan memasang pelindung tutup kawat ayam dan sejenisnya. Ketinggian
permukaan air 15 s/d 20 Cm dan supply oksigen yang cukup dengan memasang
aerotor/air stone(gelembug-2 udara) dan Filter pump, agar selalu terjadi sirkulasi air
yang bersih.

Diposkan oleh hendra gunawan di 22.37 Tidak ada komentar: 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Entri (Atom)
Reloj Digital
info admin

hendra gunawan 
nama saya hendra gunawan lahir di kota lhokseumawe 29 januari
1994. lahir dari keluarga sederhana,bertempat tinggal di desa alue lim,
kec blang mangat lhokseumawe.
seorang mahasiswa di universitas malikussaleh-aceh utara. 
Lihat profil lengkapku
Lencana Facebook
Hendra Kepiting Gokil

Buat Lencana Anda

Arsip Blog Hendra

 ►  2015 (2)
 ►  2014 (4)
 ▼  2013 (51)
o ►  November (2)
o ►  Oktober (2)
o ►  September (11)
o ►  Agustus (10)
o ►  Juli (9)
o ▼  Juni (17)
 Sistem Reproduksi Ikan (Sistem Anatomi Ikan) ...

 Ikan Rainbow (Ikan Hias) Ikan Rainbow berasal dari...


 Sistem Pencernaan Ikan(Sistem Anatomi Ikan) Sebelu...
 Jenis – Jenis Makanan Ikan
 Teknik Mancing Ikan Kerapu
 TEHNIK KULTUR Chlorella sp
 Mudah Budidaya Lobster Air Tawar
 BUDIDAYA PAKAN ALAMI Tubifex sp.
 Marikultur
 TEKNIK BUDIDAYA IKAN HIAS OSKAR ( ASTRONOTUS
OCELL...
 BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla serrata)
 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
 12-pulau-terluar-rawan-dikuasai-negara-tetangga
 KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis)
 COD(Chemical Oxygen Demand), DO(Dissolved
Oxygen )...
 LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI
LAPORAN IKHTIOLOGI PEREDARAN DARAH & SYARAF IKAN BUJUK (Channa lucius) I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara miritim yang memiliki
perairan yang sangat luas. Perairan tersebut terdiri dari laut, sungai, payau, danau dan
lainnya. Jika kita berbicara tentang perairan sudah tentu tidak lepas dari organisme
yang hidup didalamnya, salah satunya ikan. Ikan secara taxonomi adalah makhluk hidup
bertulang belakang yang bernafas dengan insang, berdarah dingin, suhu tubuh sesuai
dengan lingkungan dan hidup di air. Perairan di muka bumi dapat dibedakan atas
perairan umum dan perairan asin (perairan laut), dimana perairan umum sebagian
besar materinya adalah perairan tawar, yang meliputi sungai, rawa, danau dan waduk.
Perairan umum (open waters) adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen
atau berkala digenangi air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis
pasang surut terendah ke arah daratan dimana badan air tersebut terbentuk secara
alami atau buatan. Laut memiliki sumberdaya alam yang penting untuk kehidupan di
masa kini dan akan datang. Sumberdaya disamping dieksploitasi bagi kebutuhan
manusia juga perlu dilestarikan. Ekosistem laut meliputi 3 aspek meliputi; fisika, kimia
dan biologi. Komponen dari ekosistem salah satunya adalah ikan, baik secara herbivora,
carnivora dan omnivora mempunyai peranan penting bagi manusia secara ekonomi dan
konsumsi. Menurut Pulungan (1985), jumlah spesiesikan yang tercatat didaerah Riau
diperkirakan mencapai 300 spesies. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu
dengan spesies yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan
identitas yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian.
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai
ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan,
pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian
sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri (Fujaya, 2004).
Wilayah Indonesia sebagian besar terdiri dari laut yang hampir 70% dari total luas
wilayah Indonesia keseluruhan adalah 5,8 juta km2, terdiri dari 2,8 juta km2 perairan
nusantara, 0,3 km2 perairan laut territorial dan 2,7 km2 perairan ZEE Indonesia dimana
Indonesia mempunyai hak pengelolaannya, dimana Indonesia memiliki garis pantai yang
panjangnya sekitar 81.000 km2 dan merupakan garis pantai yang terpanjang di dunia
setelah Canada serta memiliki 17.508 buah pulau (Dinas Perikanan TK I Provinsi Riau,
1977). Laut memiliki sumberdaya alam yang penting untuk kehidupan di masa kini dan
akan datang. Sumberdaya disamping dieksploitasi bagi kebutuhan manusia juga perlu
dilestarikan. Ekosistem laut meliputi 3 aspek meliputi; fisika, kimia dan biologi.
Komponen dari ekosistem salah satunya adalah ikan, baik secara herbivora, carnivora
dan omnivora mempunyai peranan penting bagi manusia secara ekonomi dan konsumsi.
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk melatih
mahasiswa agar dapat mengetahui bagaimana Sistem Peredaran Darah dan Syaraf pada
ikan, serta apa-apa saja organ yang berhubungan dengan sistem tersebut. Manfaat yang
diperoleh dari praktikum ini selain mengetahui klasifikasi serta morphometrik ikan,
juga dengan ini mahasiswa dapat mengetahui bentuk Sistem Peredaran Darah, dan
organ lain yang membantu sistem syaraf. II. TINJAUAN PUSTAKA Secara anatomi ikan
mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk keseluruhan individu,
adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem
integumen, sistem otot, sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem
pernapasan dan sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu
dengan yang lainnya (Raharjo, 1980). Rangka pada ikan berfungsi sebagai penegak
tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh
dan berperang dalam pembentukan butir darah. (Manda et al, 2005). Sistem peredaran
darah pada ikan terdiri dari Jantung (cor) merupakan pusat pemompa darah, Vena
(pembuluh darah) pembawa darah kejantung, Arteri (pembawa darah dari jantung) dan
Kapiler yang menghubungkan arteri dengan vena. Pada sebahagian besar ikan jantung
berada agak dibagian posterior insang. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang
disebut pericardium. Ukuran jantung bervariasi pada setiap jenis ikan. Jantung ikan
terdiri dari bagian : • Sinus Venusus, suatu kantong berdinding tipis tempat
perkumpulan darah yang dibawa oleh vena. • Atrium (Auricle), berdinding tipis
penampung darah dari sinus venusus. • Ventricle, berdinding tebal, penampung darah
dari atrium. • Conus Ateriosus dari sinilah darah dialirkan ke aorta ventralis. Pembuluh
darah (Vasa) berfungsi mengedarkan darah keseluruh tubuh. Aliran darah keluar dari
bulbus anteriosus melalui arteria besar yang disebut sebagai aorta ventralis, aliran
darah kemudian menuju insang dan bercabang-cabang halus disebut sebagai arteria
branchialis. Didalam indang arteria branchialis bercabang-cabang menjadi kapiler halus
yang berguna untuk pertukaran gas. Dari insang pembuluh kapiler itu bersatu lagi
menjadi pembuluh darah yang besar dan mengalir menuju aorta dorsalis yang
membujur searah dengan tulang punggung dan bercabang-cabang keseluruh tubuh dan
selanjutnya kembali kejantung melalui dua pembuluh darah balik (vena), kedua
pembuluh darah balik Vena tersebut yaitu, Vena cardialis anterior dan Vena cardialis
posterior. Organ pembentuk darah yaitu limpa, terbagi atas bagian cortex (bagian luar)
berwarna merah dan medulla (bagian dalam) berwarna putih, cortex membentuk
erythrocyt dan trombocyt, medulla membentuk lymphocyt dan granulocyt. Pada ikan
actinopterygii limpa juga berfungsi untuk melebur erythrocyt. Ginjal dapat berperan
membentuk thrombocyt. Secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang
bekerjasama dalam membentuk keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem
tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem integumen, sistem otot,
sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem
reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya
(Raharjo, 1980). Rangka pada ikan berfungsi sebagai penegak tubuh, menunjang atau
menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh dan berperang dalam
pembentukan butir darah. (Manda et al, 2005). Berdasarkan macam makanan yang
diambil oleh ikan, maka ikan dapat dibedakan menjadi ikan-ikan karnivora, herbivora,
omnivora serta ikan pemakan kotoran (Djuhanda, 1981). Menurut Pulungan et al (2005),
sistem syaraf pada ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem cerebro spinal dan
sistem autonomik. Sistem cerebro spinal terdiri dari otak dab spinal cord, sedangkan
bagian perifer terdiri dari syaraf spinal, syaraf cranial, dan organ sensori. Selain itu
otak ikan terbungkus oleh kotak otak terletak di daerah kepala. Kotak otak berperan
sebagai pelindung otak, karena otak merupakan organ yang lunak dan lembut.
Klasifikasi ikan Bujuk adalah Ordo : Malacopterygii, Famili : Chanidae, Genus : Channa,
Spesies : Channa lucius. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 03 Mei 2011 pukul 10.30 WIB sampai Selesai WIB,
di laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Ikan Bujuk (Channa lucius). Sedangkan alat yang dipakai pada saat melakukan
praktikum adalah nampan sebagai tempat meletakkan sampel ikan, penggaris untuk
mengetahui ukuran ikan guna mengetahui perbandingan gambar, buku gambar, pena,
pensil untuk alat menggambar objek yang dipraktikumkan juga gunting atau pisau untuk
membedah ikan. 3.3. Metode Praktikum Dalam praktikum, pengamatan dilakukan
dengan metode langsung terhadap ikan yang dipraktekkan tersebut, yaitu dengan
mengukur morphometrik ikan agar dalam menggambarnya diperoleh pergandingan yang
sesuai. Setelah itu diamati bagian dalam tubuh ikan dibedah terutama bagian yang
menyangkut sistem Peredaran Darah dan Syaraf. 3.4. Prosedur Praktikum Dalam
melakukan praktikum objek ikan yang akan diamati ditaruh diatas nampan dengan
posisi kepala ikan disebelah kiri. Sebelum digambar, terlebih dahulu diukur panjangnya
agar diperoleh perbandingan yang lebih tepat di atas kertas buku gambar. Kemudian
setelah itu ikan dibedah dibagian anus kearah atas dan seterusnya pemotongan
dilanjutkan hingga kebagian depan. Setelah bagian dalam dari ikan tampak, lalu
digamar. Kemudian digambar pula organ jantungnya. Kemudian setelah itu kepala ikan
dipotong dan dibedah pada bagian atasnya agar otak bagian dalam dapat dikeluarkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari hasil praktikum Sistem Peredaran Darah dan
Syaraf Pada ikan Bujuk maka di dapat hasil sebagai berikut. Klasifikasi ikan Bujuk
adalah Ordo : Malacopterygii, Famili : Chanidae, Genus : Channa, Spesies : Channa
lucius. Adapun gambar Morfologi ikan Bujuk ; 4.1.1. Ikan Bujuk (Channa lucius) Gambar
1. Ikan Bujuk (Channa lucius) 4.1.2. Jantung Ikan Bujuk (Channa lucius) Sisi ventral dari
jantung Irisan membujur jantung Sisi dorsal dari ventricle dan bulbus arteriosus setelah
atrium dibuang Gambar 2. Jantung Ikan Bujuk (Channa lucius) 4.1.3. Otak Ikan Bujuk
(Channa lucius) Lateral Dorsal Gambar 3. Otak Ikan Bujuk (Channa lucius) 4.2.
Pembahasan Pada sebagian besar ikan, jantung berada agak dibagian posterior insang.
Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang di sebut pericardium. Ukuran jantung
bervariasi pada setiap jenis ikan. Jantung ikan terdiri dari bagian : 1. Sinus venusus,
suatu kantong berdinding tipis tempat pengumpulan darah yang dibawa oleh vena. 2.
Atrium(auricle), berdinding tipis penampung darah dari sinus venusus. 3. Ventricle,
berdinding tebal, penampung darah dari atrium. 4. Conus arteriosus/ Bulbus arteriosus,
dari sini darah dialirkan ke aorta ventralis. Pembuluh-pembuluh darah pada ikan
berfungsi mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Aliran darah keluar dari bulbus
arteriosus melalui arteria besar yang di sebut sebagai aorta ventralis, aliran darah
kemudian menuju insang dan bercabang-cabang halus, disebut sebagai arteria
branchialis. Di dalam insang arteria branchialis bercabang-cabang menjadi kapiler halus
yang berguna untuk pertukaran gas(pengambilan O2 dan pelepasan CO2. Dari insang
pembuluh kapiler itu bersatu lagi menjadi pembuluh darah yang besar dan mengalir
menuju aorta dorsalis yang membujur searah dengan tulang punggung dan bercabang-
cabang keseluruh tubuh dan selanjutnya kembali kejantung melalui dua pembuluh
darah balik (vena), kedua pembuluh darah balik Vena tersebut yaitu, Vena cardialis
anterior dan Vena cardialis posterior. Organ pembentuk darah yaitu limpa, terbagi atas
bagian cortex (bagian luar) berwarna merah dan medulla (bagian dalam) berwarna
putih, cortex membentuk erythrocyt dan trombocyt, medulla membentuk lymphocyt
dan granulocyt. Pada ikan actinopterygii limpa juga berfungsi untuk melebur
erythrocyt. Ginjal dapat berperan membentuk thrombocyt. Sistem syaraf pada ikan
berupa adanya otak, yang bagi manjadi lima bagian, yaitu : talencephalon,
diencccephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Sistem syaraf
pada ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem cerebro spinal dan sistem autonomik.
Sistem cerebro spinal terdiri dari otak dab spinal cord, sedangkan bagian perifer terdiri
dari syaraf spinal, syaraf cranial, dan organ sensori. Selain itu otak ikan terbungkus
oleh kotak otak terletak di daerah kepala. Kotak otak berperan sebagai pelindung otak,
karena otak merupakan organ yang lunak dan lembut. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Pada sebagian besar ikan, jantung berada agak dibagian posterior insang.
Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang di sebut pericardium. Jantung ikan terdiri
dari bagian : • Sinus Venusus, suatu kantong berdinding tipis tempat perkumpulan
darah yang dibawa oleh vena. • Atrium (Auricle), berdinding tipis penampung darah
dari sinus venusus. • Ventricle, berdinding tebal, penampung darah dari atrium. •
Conus Ateriosus dari sinilah darah dialirkan ke aorta ventralis. Sistem syaraf pada ikan
berupa adanya otak, yang bagi manjadi lima bagian, yaitu : talencephalon,
diencccephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Selain itu otak
ikan terbungkus oleh kotak otak terletak di daerah kepala. Kotak otak berperan sebagai
pelindung otak, karena otak merupakan organ yang lunak dan lembut. 5.2. Saran Selaku
manusia biasa tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Saya sebagai praktikan
menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Kendala yang dihadapi karena kurangnya
buku-buku yang mendukung untuk kelancaran dan kemudahan dalam praktikum dan
dalam penyelesaian laporan. Jadi, mudah-mudahan untuk selanjutnya hal tersebut
diatas dapat terpenuhi demi kesempurnaan penulisan berikutnya. DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah., 1974. Ichthyology sistematika, IPB. Fakultas Perikanan Departemen
Perikanan. Bogor. 168 halaman. Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish
Breeding In Southeat Asia. IDRC-178. Ottawa. 48 p. Direktorat Jendral Perikanan
Departemen Pertanian.1979. Jakarta Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan, Armico. Bandung.
130 hal Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi,
Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press
Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal Fardiaz. S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 320 hal. Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley
and Sons, New York 524 p. Saanin.H., 1995. Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Jakarta,
520 hal. Saanin, H. 1986. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. bagian I dan II. Bina
Cipta, Jakarta. 245 hal Syamsudin, A. R. 1980. Pengantar Perikanan. Karya
Nusantara.Jakarta. 49 hal. Diposkan Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT  karena dengan rahmat
dan petunjuknya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai REPRODUKSI
KATAK. Makalah ini disusun mengacu pada buku-buku yang terkait dengan
reproduksi hewan dan lainnya.makhluk hidup melakukan reproduksi dengan
tujuan untuk memperoleh keturunan baru dan melestarikan hidupnya atau
keturunanya agar tidak punah, reproduksi tersebut tidak hanya terjadi pada
manusia, melainkan terjadi pada hewan maupun pada
tumbuhan.Perkembangbiakan pada manusia itu sendiri berfungsi untuk
menciptakan manusia individu baru dan memperbanyak keturunan guna
meneruskan dan mewariskan sifat dari induknya.
Proses perkembangbiakan ini biasa kita kenal dengan istilah “reproduksi”.
Reproduksi ini dapat terjadi melalui dua cara yaitu seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual adalah proses penciptaan individu baru atau keturunan
melalui peleburan gamet haploid untuk membentuk zigot(telor yang dibuahi),
yang diploid. Yang membutuhkan kerjasama antara gamet jantan (spermatozoa)
dan gamet betina (ovum), yang akan menghasilkan dan meningkatkan
keragaman genetik diantara keturunan dengan membangkitkan kombinasi unik
gen yang diwariskan dari kedua induknya. Sedangkan reproduksi aseksual yaitu
penciptaan individu baru yang semua gennya berasal dari satu induk tanpa
peleburan telur dan sperma. Namun reproduksi aseksual pada hewan ini lebih
jarang terjadi daripada tumbuhan.Pada makalah ini penulis akan membahas
tentang reproduksi pada amfibi . Di dalam makalah ini terdapat bagaimana
proses perkembangbiakan itu terjadi, bagaimana fase- fsenya, dll. Oleh karena
itu, saya membuat makalah ini dengan judul “SISTEM REPRODUKSI PADA
HEWAN”
 

1. Mendeskripsikan struktur anatomi testis ikan, katak, kadal, merpati, dan

marmot.

2. menyebutkan saluran reproduksi jantan pada ikan, katak, kadal, merpati,

dan marmot.

3. membuat skema lintasan sperma dari testis keluar tubuh.

4. mendeskripsikan organ kopulatoris untuk hewan yang melakukan

fertilisasi internal.

5. mendeskripsikan kelenjar seks asesori pada mamlia jantan.

6. Mendeskripsikan struktur anatomi ovarium ikan, katak, kadal, merpati,

dan marmot

7. Menyebutkan saluran reproduksi betina pada ikan, katak, kadal, merpati,

dan marmot

8. Mendeskripsikan organ reproduksi eksternal mamalia betina.

Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran

rreproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ


kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem

reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu)

dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin

luar (vulva) dan kelenjar susu (Tenzer, 2003:19)

Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,

perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya

perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik padda umumnya

melakukan fertilisasid\ di luar tubuh (fertilisasi eksterna), sedangkan hewan

darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi interna).

(Pratiwi,1996:101).

Bagi hewan yang melakukan fertilisasi interna dilengkapi dengan adanya

organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari

organisme jantan ke betina.

Untuk mempertahankan jenisnya maka, suatu organnisme akan melakukan

perkembangbiakan. Sistem yang berperan dalam perkembangbiakan hewan

adalah sistem reproduksi. Sistem reproduksi pada vertebrata adalah sistem

reproduksi seksual. Secara umum sistem reproduksi pada vertebrata terdiri

atas kelenjar kelamin (gonad), saluran reproduksi, dan kelenjar seks

aksesori (pada mamalia). Hewan-hewan yang melakuakan vertilisasi secara

internal, yang jantan memiliki organ kopulatoris yang berfungsi untuk

menyalurkan sperma dari organisme jantan ke saluran reproduksi betina.

Organ utama penyusun sistem reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan,

gonadnya berupa testis sedangkan pada yang betina disebut ovarium. Gonad

berfungsi sebagai penghasil sel kelamin (sel gamet). Gamet jantan disebut

spermatozoa sedang yang betina sel telur (ovum).

Perbandingan Sistem Reproduksi pada Vertebrata

1. Pisces Sistem Genitalia Jantan


a. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga

abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar.

Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.

b. Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus

bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis

dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian posterior duktus

aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan

terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada

Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka

secara terpisah. Sistem Genitalia Betina

a. Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada

anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya

ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah

sepasang.

b. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya

berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk

sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada

uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek dan

berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan

bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka. (Buku SH II,

diktat Asistensi Anatomi Hewan, Zoologi)

2. Amphibi Sistem Genitalia Jantan

a. Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan

oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di

bagian posterior rongga abdomen.

b. Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan

membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat

kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar

membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula

seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen

merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke

medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral
ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas

dijumpai. Sistem Genitalia Betina

a. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan

lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus

adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars

progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.

b. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok.

Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan

lubangnya yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah kaudal

mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya

bermuara di kloaka. (Buku SH II, diktat asistensi Anatomi Hewan).

3. Reptil Sistem Genitalia Jantan

a. Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah

sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah

satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan

membesar saat musim kawin.

b. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran

reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat

testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk

duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan

epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada

kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki

kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek. Sistem

Genitalia Betina

a. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian

permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna

vertebralis.

b. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka

ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di

kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin

yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal.

Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.


(Buku SH II, diktat Asistensi Anatomi Hewan, Zoologi).

4. Aves Sistem Genitalia Jantan

a. Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian

permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling

kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan

disimpan spermatozoa.

b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan

epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada

burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang

membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian

posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang

bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan

dengan epididimisyang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus

deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka. Sistem

Genitalia Betina

a. Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya

yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.

b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri,

bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh

mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah

infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom

sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah

magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang

mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland

untuk menghasilkan cangkang kapur. (Buku SH II, diktat Asistensi Anatomi

Hewan, Zoologi).

5. Mamalia Sistem Genitalia Jantan

a. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam

skrotum, dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran

testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut

Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga

abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal.


b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus

eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling

testis. Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu kea rah posteriorkorpuus

dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi

epididimis, duktud deferen, dan vesikula seminalis. Sistem Genitalia Betina

a. Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak

di dalam rongga pelvis.

b. Saluran reproduksi

Pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang berasal dari duktus

Muller. Oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang

mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan

bermuara di kloaka. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk

oviduk, uterus, dan vvagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk

infundibulum yang terbuka kearah rongga selom.

Ada 4 macam tipe uterus:

o Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke

vagina.

o Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan

satui lubang.

o Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara

ke vagina dengan satu lubang.

o Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.

Kelenjar seks asesori Jantan Vesika Seminalis

Berupa sepasang kantong yang dindingnya berkelok-kelok, salurannya

bermuara setelah bagian ampuladuktus deferen. Sekretnya berfungsi

sebagai sumber energi bagi sperma serta menetralkan sifat asam

vagina. Kelenjar Prostat

Pada mamalia merupakan kelenjar tunggal, terletak di bagian inferior

kantong urin, mengelilingi uretra prostetik. Kelenjar Cowper

Pada manusia berjumlah sepasang, ukurannya kecil, bentuknya menyerupia

kacang polong, terletak di bawahnya kelenjar prostat.

Organ Kopulatoris (Jantan)


1. Pisces

Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip

pelvis pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei

sirip anal memanjang membentuk gonopodium.

2. Amphibi

Tidak memiliki organ kopulatoris jarena fertilisasinya terjadi secara

eksternal.

3. Reptil

Semua reptil selain spenodon memilikiorgan kopulatoris, ular dan kadal

mempunyai hemi penis, sedangkan pada buaya penis.

4. Aves

Berupa penis yang serupa dengan penis pada kura-kura maupun buaya.

5. Mamalia

Pada monotremata mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan

untuk mamalia yang lebih tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum.

Organ Reproduksi Interna (Betina)

Vulva pada primata terdapat dua lapisan kulit, yaitu labia minora yang

terletak di tepi vestibulumyang terbuka. Pada kera dan manusia terdapat

labia mayora. Di bagian dinding ventral dari vestibula terdapat klitoris yang

homolog dengan penis. Di kedua sisi vesti bulum terdapat kelenjar seks

asesori yaitu kelenjar Bartholin.

Kelenjar Susu (Betina)

Kelenjar susu hanya terdapat pada mamalia. Kelenjar susu merupakan

modifikasi dari kelenjar keringat. Perkembangannya dikontrol oleh hormon

estrogen dan progesterone. Produksi susu dirangsang oleh hormon prolaktin,

sedangkan pengeluaran susu dirangsang oleh hormon oksitosin.

Reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu
organisme. Bayangkan apabila ada suatu organisme yang tidak melakukan
reproduksi, tentu saja akan menganggu keseimbangan alam. Ingat rantai makanan?
Bayangkanlah salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu akan tidak seimbang
proses alam ini. Yang akan menghancurkan sebuah ekosistem,atau bahkan
peradaban.
Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina
akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur.
Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini
bercampur di dalam air. Cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur
dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan. Ikan terkenal sebagai mahluk yang
mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang
merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila alam
tidak mengaturnya maka dunia akan sangat padat dengan ikan.

Cara reproduksi ikan yang ada antara lain :

1. Ovipar, sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan
berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya

2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan


oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.

3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di
dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh :
ikan-ikan livebearers

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan seksual ikan antara lain spesies,


ukuran, dan umur. Secara umum ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum kecil
dan jangka waktu hidup yang relatif pendek, akan mencapai kematangan kematangan
seksual lebih cepat dibandingkan ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih
besar.

Ada berbagai cara yang sudah dilakukan oleh orang-orang perikanan yang bekerja di
bidang akuaultur. Adanya pemijahan buatan dapat mempercepat produksi ikan di
sebuah tambak atau hatchery. Hal ini dilakukan untuk mengejar target pasar agar
kebutuhan konsumen terpenuhi. Dengan cara menyuntikan hormon untuk
mematangkan sel telur. Sehingga kita dapat mengawinkan ikan sesuai kebutuhan
yang kita inginkan.

1. Perkembangan Gamet Jantan Pada Ikan

Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya. Kelenjar


kelamin jantan disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara
luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular
yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobule yang
dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif.
Saluran sperma terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berbatasan dengan testis,
berguna untuk membuka lobule (juxta-testicular part) dan bagian lainnya adalah
saluran sederhana yang menghubungkan bagian posterior testis ke genital papilla.
Pada beberapa ikan, misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung seminal, tetapi
pada bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi
ion-ion cairan seminal dan mensekresi hormon.

2. Perkembangan Gamet Betina Pada Ikan

Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium.
Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui
pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi
pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses
meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II.

Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan


pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk
yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan
tetesan minyak (oil droplet). Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada
perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri atas
lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan
sejumlah kecil kolesterol.

3. Pembuahan (Fertilisasi) Pada Ikan

Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada
proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini
masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel
(haploid).

Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm).
Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel
pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang
masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan
bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofil
tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain
masuk.

Cara lain yang digunakan sel telur mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya
reaksi kortikal mikrofil menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang bertumpuk pada
saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi korteks juga berfungsi membersihkan korion
dari spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu proses pernafasan zigot
yang sedang berkembang.

Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan yaitu spermatozoa


yang tadinya tidak bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah
bersentuhan dengan air dan dengan bantuan ekornya, bergerak ke arah telur. Selain
itu, telur mengeluarkan zat gimnogamon yang berperan menarik spermatozoa ke
arahnya.

4. Pemijahan (Ovulasi) Ikan


Persiapan tempat pemijahan

Sebagian besar ikan memerlukan jenis substrat tertentu sebagai sarang untuk tempat
pemijahan. Tempat pemijahan dapat berupa cekungan, batu-batuan, vegetasi,
lumpur, sarang busa dan sebagainya Keberhasilan proses pemijahan berhubungan
erat dengan keberadaan substrat. Jika substrat yang sesuai tidak ditemukan, maka
proses pemijahan akan mengalami kegagalan atau penundaan.

Ikan Nocomis sp., Semotilus sp. dan Exoglossum sp. biasanya membuat sarang
dengan membuat timbunan kerikil, telur diletakkan di sela-sela kerikil kemudian
ditimbun lagi dengan kerikil baru. Kemudian sarang akan dijaga oleh ikan jantan. Ikan
sepat (Trichogaster pectoralis) dan ikan cupang (Betta imbilis) membuat sarang busa
sebelum memijah. Pemijahan berlangsung di bawah sarang busa, kemudian telur-
telur yang diserakkan diletakkan diantara sarang busa. Ikan jantan akan menjaga
telur-telur tersebut sampai menetas.

5. Kebutuhan Lingkungan untuk Memijah (trigger) Ikan

Pemijahan ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal (eksogenous) dan internal


(endogenous). Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap pematangan gonad akhir
dan ovulasi oosit. Faktor eksternal yang mempengaruhi reproduksi yaitu pendorong
dan penghambat hormone gonadotropin, gonadotropin pra ovulasi dan respon
ovarium terhadap GtH. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pemijahani
adalah photo periode, suhu, substrat untuk pemijahan dan hubungan dengan individu
lain.

Pada sebagian besar ikan teleostei, adanya perbedaan antara factor eksternal dan
internal akan mendorong ikan melakukan strategi reproduksi tertentu. Fuktuasi
kondisi lingkungan dapat mempengaruhi aktifitas neuroendokrin dan endokrin.
Sementara itu neuroendokrin dan endokrin berperan penting dalam merangsang
pematangan akhir oosit dirangsang.

Pada banyak kasus reproduksi ikan, sering ditemukan bahwa proses ovulasi ikan
tidak dapat berlangsung, meskipun proses vitellogenesis sudah sempurna.
Keberhasilan proses ovulasi ditentukan oleh mekanisme fisiologi, proses
metabolisme dan kesesuaian dengan faktor eksternal (kehadiran pejantan, substrat
untuk pemijahan, rendahnya ancaman predator dan sebagainya). Namun demikian
informasi tentang peran factor eksternal dalam proses reproduksi masih sangat
terbatas. Menurut Stacey (1984), beberapa faktor eksternal yang berperan penting
bagi keberhasilan proses reproduksi adalah:

1. Photo periode

Proses ovulasi pada beberapa ikan teleostei menunjukkan hubungan yang erat
dengan photoperiod. Ikan Oryzias latipes, perbedaan perlakuan photoperiod
menunjukkan tingkat GtH yang berbeda, kadar GtH dalam darah meningkat pada
photoperiod yang berubah-ubah (dari terang ke gelap dan sebaliknya). Tetapi pada
penerangan yang konstan (selalu terang atau gelap selalu) kadar GtH dalam darah
cenderung berfluktuasi. Photoperiod diduga berpengaruh secara langsung terhadap
mekanisme saraf yang menentukan waktu pemijahan bagi ikan laut.
Ikan cyprinidae yang hidup di daerah subtropik seperti Notemigonus crysoleucas,
Carassius auratus, Gila cypha dan Couesius plumbeus biasanya memijah pada akhir
musim semi dan awal musim panas. Proses gametogenesis disesuaikan dengan
suhu dan photo periode. Pada musim dingin gametogenesis berlangsung lambat,
kemudian semakin meningkat pada musim panas dan mencapai tahap
perkembangan sempurna pada musim semi.

Ikan Perca fluviatilis yang dipelihara pada laboratorium dengan photo periode 24 jam
menunjukkan kematian yang lebih tinggi 7,4% dibandingkan dengan photo periode 12
jam dan 18 jam (masing-masing 3,2% dan 3,3%). Selanjutnya dikatakan bahwa pada
photo periode yang lebih lama perkembangan gonad akan terhambat (terutama ikan
jantan).

2. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap berbagai fungsi sistem reproduksi ikan teleostei,


termasuk laju sekresi dan pembersihan GnRH, pengikatan GtH oleh gonad, siklus
harian GtH, sintesis dan katabolisme steroid, serta stimulasi GtH. Perubahan suhu
yang terlalu tinggi dapat menjadi trigger tingkah laku pemijahan ikan. Suhu juga
berpengaruh langsung dalam menstimulasi endokrin yang mendorong terjadinya
ovulasi.

Siklus reproduksi musiman pada ikan tropis cenderung dipengaruhi oleh adanya
hujan, bukan oleh suhu. Pada musim hujan akan banyak ditemukan daerah genangan
air seperti rawa banjiran yang berfungsi sebagai tempat pemijahan dan daerah
asuhan larva. Beberapa ikan tropis (seperti: mormyridae, cyprinidae), pada musim
hujan akan melakukan migrasi ke hulu sungai dan rawa banjiran untuk memijah.

Suhu juga berperan penting dalam reproduksi ikan Smallmouth Bass, suhu
mempengaruhi waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan.
Pada ikan ini fluktuasi suhu mempengaruhi tempat pembuatan sarang, jumlah telur
yang menetas dan tingkah laku menjaga anaknya. Suhu yang tidak stabil mendorong
induk ikan Smallmouth Bass melakukan penjagaan terhadap anak-anaknya yang baru
menetas.

Pada ikan Medaka (Oryzias latipes) lama waktu sintesis DNA tahap dini dalam
leptotene spermatocyte sampai spermatid tahap awal pada suhu 25°C adalah 5 hari,
sedangkan pada suhu 15°C memerlukan waktu 12 hari. Lama perkembangan
spermatid awal sampai spermatozoa adalah 7 hari (pada suhu 25°C) dan 8 hari (pada
suhu 15°C). Pada ikan Guppy lama waktu perkembangan leptotene tahap awal
menjadi spermatozoa adalah 125 hari pada suhu 25°C, sedangkan Poecillia shenops
lama waktu perkembangan leptotene tahap awal menjadi spermatozoa pada suhu
yang sama adalah 125 hari . Suhu lingkungan yang tinggi cukup menjadi trigger
dalam pematangan seksual ikan Brachyhypopomus pinnicaudatus yang hidup di
daerah subtropik.

Proses vitellogeneis pada ikan Goldfish yang dipelihara pada suhu kurang dari 14°C ,
tetapi tidak terjadi ovulasi. Ovulasi berlangsung dalam waktu sehari setelah suhu
ditingkatkan menjadi 20°C. peningkatan suhu air juga dapat mempercepat
vitellogenesis ikan Tinca tinca yang dipelihara pada kolam terbuka.
3. Substrat pemijahan

Mekanisme pengaturan ovulasi dipengaruhi oleh kebutuhan ikan terhadap jenis


substrat tertentu. Jika substrat yang sesuai belum ditemukan, maka ovulasi tidak
akan terjadi. Fenomena ini dapat dilihat pada ikan-ikan yang tempat pemijahannya
memerlukan jenis substrat tertentu.

Ikan Goldfish akan memijah dengan baik jika menemukan vegetasi untuk
menempelkan telurnya, jika ditemukan vegetasi maka ovulasi akan terhambat.
Stimulasi proses pemijahan beberapa spesies ikan dapat dilakukan dengan
pemberian “petrichor”, yaitu campuran berbagai bahan organik yang telah
dikeringkan. tanaman air dan akar pohon yang terendam air serin digunakan sebagai
subtrat untuk menempelkan telur oleh ikan Ikan Sumatra (Capoeta tetrazona) betina.
Pada saat pemijahan berlangsung, ikan jantan akan menempelkan sirip perutnya ke
tubuh ikan betina, sehingga sperma dan telur terlepas kemudian menempel pada
substrat.

4. Ketersediaan makanan

Komposisi protein merupakan faktor esensial yang dibutuhkan ikan untuk


pematangan gonad. menyatakan bahwa kadar protein 45% baik bagi perkembangan
gonad ikan Kakap Merah, sedangkan kadar protein 36% baik bagi ikan Trout
Lembayung.

Lemak adalah komponen pakan kedua setelah protein, pakan induk yang kekurangan
asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah. Tetapi
proporsi lemak yang relatif rendah dengan Ω3-HUFA tinggi dapat meningkatkan
kematangan gonad. Kadar HUFA yang baik bagi ikan Clarias batrachus adalah Ω6
sebanyak 0,26% dan Ω3 sebanyak 1,68% yang terkandung dalam kadar lemak rata-
rata 5,87 g/100g bobot kering pakan.

Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi karbohidrat pakan induk ikan lele adalah
serat kasar 3,19%-5,83% dan kadar abu 5,02%-6,15%. Mineral yang penting bagi
pematangan gonad adalah phospor (P), seng (Zn), dan mangan (Mn) Sedangkan
vitamin E berperan penting dalam pematangan gonad. Kandungan vitamin E dalam
pakan sebesar 24,5 IU/g pakan menunjukkan hasil terbaik bagi pematangan gonad
ikan Ekor kuning.

5. Faktor sosial (hubungan antar individu)

Interaksi antar individu dapat mempengaruhi tingkah lau reproduksi dan fertilitas.
Salah satu spesies chichlid Haplochromis burtoni, interaksi antara ikan jantan
mempengaruhi fungsi gonad. Mekanisme ini diatur oleh otak melalui saraf yang
mengatur pelepasan GnRH sesuai dengan status sosial ikan jantan. GnRH dikirim
oleh saraf hyphotalamus ke pituitary yang mengatur proses reproduksi melalui
pelepasan pituitary gonadotropin yang mengatur fungsi gonad Stimuli yang bersifat
visual dan kimia dari individu lain dapat meningkatkan frekuensi pemijahan. Stimuli ini
mendorong perkembangan ovarium tetapi tidak mempengaruhi ovulasi secara
langsung.
Pada ikan sepat (Trichogaster pectoralis), aktifitas ikan jantan yang sedang membuat
sarang dapat mempercepat ovulasi. Pada beberapa spesies ikan, ovulasi akan
terhambat jika kepadatan ikan pada suatu perairan sangat tinggi.

6. Salinitas

Pada ikan Black Bream (Acanthopagrus butcheri) salinitas tidak berpengaruh


terhadap pematangan gonad ikan jantan maupun betina. Tingkat plasma steroid ikan
betina tidak terpengaruh oleh salinitas, tetapi pada ikan jantan yang dipelihara
salinitas 35‰ daripada salinitas 5‰ pada bulan September, plasma 17,20b-
dihydroxy-4-progestero-3-one 17,20bP dan 11-ketotestosterone menunjukkan
peningkatan.

6. Pola pemijahan (reproduksi) Beberapa Jenis ikan

Tingkah laku dan proses reproduksi pada ikan merupakan hal yang sangat menarik
untuk dipelajari. Kami telas membuat ringkasan tentang pemijahan (perkawinan) ikan
berdasarkan jumlah pemijahan dalam satu tahun, pemilihan pasangan, jenis kelamin,
pembuatan dan tipe sarang, serta pemeliharaan anak dan lainnya. Tentu saja
mekanisme pemijahan pada ikan tidaklah sederhana, tetapi dipengaruhi banyak
faktor baik internal maupun eksternal. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk
mempermudah pemahaman kita tentang pemijahan ikan.

A. Kesempatan melakukan pemijahan

- Semelparous (memijah sekali kemudian mati)

contoh: lampreys, river eels (sidat/pelus), some knifefish (ikan pisau-pisau)

- Iteroparous (memijah beberapa kali sepanjang hidupnya)

1. Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali setiap tahun, tetapi
dengan masa pemijahan yang panjang. Pematangan telur tidak terjadi secara
bersamaan, sehingga telur yang dikeluarkan dan menetas pun tdak bersamaan.
contoh: ikan-ikan rivulines

2. Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. contoh: sebagian besar ikan
asuk dalam kategori ini (elasmobranch (ikan bertulang rawan), lungfishes (ikan
berparu-paru), perciforms, Betta spp. (ikan adu).

B. Pasangan dalam pemijahan

* */Promiscuous/*: ikan jantan dan betina masing-masing memiliki beberapa


pasangan dalam satu musim pemijahan. Jadi ikan jantan akan membuahi beberapa
ikan betina dan ikan betina akan dibuahi oleh beberapa pejantan, semacam
“swinger”. contoh: herring, livebearers, sticklebacks, surgeonfish

* */Polygamous Polygyny/*: ikan jantan memiliki beberapa pasangan dalam satu


musim pemijahan. contoh: sebagian besar jenis chichlids (mujahir), serranidae,
angelfish (maanvis), gurami.

* /*Polyandry */: ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim
pemijahan. contoh: anemone fishes (ingat anemone).
* /*Monogamy*/ : ikan memijah dengan pasangan yang sama selama beberapa
periode pemijahan contoh: serranus (jenis beronang), beberpa jenis cichlid (misalnya
ikan Oscar), jawfish, hamlets

C. Jenis kelamin

* */Gonochoristic/* : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang
kelamin) contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranch, cypriniforms,
salmoniforms).

* */Hermaphroditic/* : keungkinan terjadi perubahan kelamin setelah pematangan


gonad Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin yaitu jantan dan
betina). Contoh: rivulus, hamlet, serranus Sequential (ikan mengalami perubahan
kelamin dari jantan ke betina, atau sebaliknya)

1. Protandrous (ikan pada awalnya berjenis kelamin betina, kemudian berubah


menjadi jantan) + contoh: anemonefishes, lates calcalifer (ikan kakap).
2. Protogynous (jenis kelamin awal betina, kemudian berubah menjadi jantan).
contoh: Angelfishes, Ephinephelus sp.

D. Parthenogenetic (egg development occurs without fertilization)

* Gynogenetic: ikan jantan tidak membuahi ikan betina, tetapi hanya mengaktifkan
telurnya saja. contoh: Poeciliopsis, Poecilia Formosa (no male contribution, only egg
activation)

* Hybridogenetic: ikan jantan membuahi ikan betina pada satu musim pemijahan,
tetapi tidak pada musim pemajah berikutnya. contoh: Poeciliopsis (male contribution
discarded each generation)

E. Karakteristik jenis kelamin sekunder

* Monomorphic

* Sexually dimorphic

* Polymorphic

F. Persiapan sarang pemijahan

* Tidak membuat sarang, dilakukan oleh ikan yang cenderung meyerakkan


(menyebarkan) telurnya ke perairan. contoh: ikan salmon, ikan tawes dan nilem.

* Membuat dan menjaga sarangnya, contoh: ikan gobi, gurami, cichlid (mujahir).

G. Tempat terjadinya pembuahan

* External: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan
betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan.

* Internal:pembuahan terjadi didalam tubuh ikan betina, ada coetus.


contoh:elasmobranch, livebearer

* Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex
lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot
sperma pejantan tangguh. Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di
mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberpa jenis cichlids, ikan arwana.

H. Pengasuhan oleh induk

Siapa bilang cuma manusia yang bisa mengasuh anaknya, ikan juga bisa.

* Induk tidak mengasuh anaknya, contoh: sebagian besar species ikan

* Ikan jantan menjaga dan mengasuh anaknya, contoh: ikan cupang (Betta sp.), sea
catfishes, greenlings

* Betina mengasuh anaknya:

o Ovipar tanpa pengasuhan pasca pemijahan, contoh: Oreochromis

o Ovovivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: rock fishes


(Sebastes)

o Vivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: elasmobranch,


Poecillia

* Pengasuhan bersama ikan jantan dan betina, contoh: discus, cichlasoma

* Bantuan oleh juvenil lainnya: beberapa jeniscichlid Afrika.

Sistem genitalia pada ikan berfungsi untuk melakukan perkembangbiakan. Organ utama pada
ikan jantan berupa testis yang nantinya akan menghasilkan spermatozoa. Organ utama pada
ikan betina berupa ovarium yang nantinya akan menghasilkan ovum. Ketika gamet jantan
yaitu spermatozoa dan gamet betina yaitu ovum bila terjadi pembuahan akan menghasilkan
zigot (individu baru) dan terjadi perkembangan embrio di dalam telur.
Karakteristik organ reproduksi pada ikan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Primer
Organ reproduksi primer pada ikan jantang berupa gonad yang akan menghasilkan hormon.
2. Sekunder
Organ reproduksi sekunder yaitu :
            Organ Tambahan         : Saluran reproduksi ( ovipositor, clasper )
            Aksesoris                     : Benuk, ukuran, warna tubuh, dll.

Ciri – ciri testis ikan :


1. Berpasangan pada coeloem ( Cyclostomata – berdekatan, Elasmobranchia –
bersatu pada posterior )
2. Lonjong, licin, kuat, lebih kecil daripada ovarium.
3. Terletak pada dinding dorsal bagian tubuh
4. Tergantung pada dorsal mesenterium (meschorchium)
5. Warna putih kekuningan dan halus.
6. Berat dapat mencapai 12 % dari berat tubuh atau lebih.

Tipe testis ikan :


1. Lobular (Teleostei)
Biasanya tipe ini dimiliki oleh ikan telostei. Gabungan lobul – lobul yang terpisah, kulit luar
berupa jaringan fibrious.
Lobul : proses meiosis spermatogonia primer --- spermatozoa.
1. Tubular (Guppy)
Biasanya tipe ini dimiliki oleh ikan guppy. Merupakan bagian yang berdiri sendiri

Ciri – ciri ovarium ikan :


1. Berpasangan dalam coeloem (Elasmobranchia --- ovarium kiri tidak tumbuh.
Cyclostomata --- ovarium bersatu pada medial)
2. Bentuk lonjong dan berubah saat matang telur.
3. Tergantung pada dorsal messenterium (mesovarium).
4. Berwarna putih sebelum matang, dan berwarna kekuningan pada saat
matang.
5. Berat pada saat matang dapat mencapi 70 % dari berat tubuh.

Tipe ovarium ikan :


1. Syncronic
Ovarium mengandung oocyte dengan stadia perkembangan yang sama --- berpijah
sekali. Contoh: Anguilla (sidat)
1. Syncronic sebagian
Ovarium mengandung dua populasi oocyte dengan stadia perkembangan yang berbeda ---
musim berpijah pendek. Contoh : ikan trout
1. Asyncronic (Metachrome)
Ovarium mengandung oocyte dengan seluruh perkembangan stadia --- memijah beberapa
kali selam musim pemijahan yang lama. Contoh : Oreochromis
Teleostei --- rongga ovarium menyatu dengan oviduct
Teleostei ovipar --- rongga ovarium tempat menampung ovum yang matang.

Proses pembuahan pada elasmobranchii :


1. Ovum dan ovarium matang (jumlah dan ukuran kuning telur).
2. Celah vertikal antara lapisan pengikat felciform terbuka pada pleuroperitoneal
ke dalam oviduct.
3. Ovum keluar menuju oviduct dan terjadi pembuahan.
4. Shell gland pada bagian atas oviduct melapisi ovum.
5. Jaringan mesotubarium (frontal oviduct) berkembang saat gonad matang.
6. Ventral oviduct berkembang --- uterus.
7. Ovum terbuahi berkembang --- embrio.
8. Pengeluaran anak melalui kloaka.

Organ ciri seksual sekunder tidak berhubungan dengan kegiatan reproduksi. Organ seksual
sekunder pada ikan yaitu :
1. Bentuk tubuh jantan / betina lebih besar.
2. Buncak pemijahan pada ikan jantan.
3. Sirip ekor lebih panjang pada ikan jantan.
4. Warna tubuh lebih cemerlang pada ikan jantan.

Beberapa alat bantu pemijahan pada ikan yaitu :


1. Gonopodium pada ikan seribu (Lebister reticulatus).
2. Modifikasi sirip dada heterochir pada Xenodexia  untuk memegang
gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan untuk masuk ke oviduct
betina.
3. Sirip perut yang termodifikasi menjadi myxopterygium (clasper) pada
elasmobranchii menjamin fertilisasi internal.
4. Tenaculum (semacam clasper yang terdapat pada bagian atas kepala) pada
ikan Chimera.
5. Ovipositor pada ikan Rhodes dan Careproctus.
 (Pisces)
Ikan adalah anggota vertebrata  poikilotermik  (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Untuk meneruskan keturunan
tentu saja ikan perlu bereproduksi.
Ovary

  Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur sendiri, ada
yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh
seekor induk. Ikan yang memiliki ukuran telur besar contohnya ikan Nila dan Arwana, akan
memiliki jumlah telur yang lebih sedikit disbanding dengan ikan yang ukuran telurnya kecil
seperti ikan Cupang dan Mas. Hal ini disebabkan oleh kapasitas yang dimiliki si induk untuk
menampung telur. Ukuran telur ikan banyak ditentukan oleh ukuran kuning telurnya. Makin
besar kuning telur makin besar pula peluang embrio untuk bertahan hidup.
  Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga
abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe
ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.

  Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang


memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior
dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada
Teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian
posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka.

Testis
  Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah
tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi
dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut
akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas
deferens menuju celah/ lubang urogenital.

  Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh
mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang
dan seringkali berlobus.

  Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan


menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus
deferen. Bahian posterior duktus aferen berdilatasi membentukvesikula seminalis, lalu dari
sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka.
Pada Teleosteisaluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara

terpisah.

Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di dalam (internal
fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun demikian kebanyakan
jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external fertilization).
Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar. Ikan jenis ovipar
mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh “si jantan”. Proses pembuahan
sel telur (oosit) oleh sel sperma berlangsung diluar tubuh ikan dimana sperma memasuki sel
telur melalui sebuah lubang yang disebut dengan mikrofil. Umumnya hanya satu sperma
yang dapat masuk ke dalam sebuah sel telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma
disebut zigot.

Sebaliknya ikan yang melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan
jenis ini berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan
betina (internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, kemudian
melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan yang berkembangbiak
secara ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti platy, guppy, dan molly.
Kelangsungan hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan yang dihasilkan setiap
kelahiran tidak dapat banyak karena daya dukung induk terbatas (seperti pada halnya
manusia).

Proses kawinnya ikan didahului dengan pematangan sel-sel telur pada betina dan sel-sel
sperma dalam testis pada ikan jantan. Selanjutnya proses kawin (spawning) pada ikan ini
berlangsung secara alamiah/insting.

Diketahui ada cara lain dalam perkembangbiakan ikan yang direkayasa oleh manusia. Proses
ini disebut “kawin suntik”. Namun proses ini umumnya adalah untuk mematangkan gonad
pada ikan yang dirangsang sedemikian rupa sehingga si ikan mudah mengeluarkan telurnya
dan mempercepat proses fertilisasi.

Pada sebagian besar ikan, betina dan jantan merupakan individu terpisah. Akan tetapi, pada
beberapa famili, seperti Sparidae dan Serrinadae, jantan dan betinanya bisa terdapat pada
satu invidu sehinga mereka dapat melakukan pembuahan sendiri. Fenomena ini dikenal
sebagai hermaphroditic. Pada hermaphroditic, telur dan sperma sama-sama dihasilkan (baik
pada waktu sama, maupun berbeda), selanjutnya mereka kawin dengan jenis hermaprodit
lainnya. Pembuahan sendiri secara eksternal bisa terjadi pada ikan hermaphrodit yang akan
mengeluarkan telur dan sperma secara simultan. Pada jenis hermaphrodit yang lain
pembuahan internal sendiri juga dapat berlangsung.

a.      Organ Reproduksi

Organ reproduksi katak jantan berbeda dengan katak betina. Pada katak
jantan terdapat sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih-putihan) terletak
disebelah atas ginjal. Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang
terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggntungnya yang disebut
mesovarium.

b. Metamorvosis Katak

Kelompok ampibi misalnya katak, merupakan jenis hewan ovivar. Katak


jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di
luar tubuh. Pada saat kawin katak jantan dan katak betina akan melakukan
ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan
menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke
dalam air dengan menyemprotkan sel-sel gametnya keluar tubuh(frandson rd,1992).
Setiap ovum yang keluar akan dilapisi selaput telur (membrane vitelin). Sebelumnya
ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepsang akan ditampung oleh suatu
corong. Perjalanan ovun dilanjutkan melalui oviduk.

Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat kantung yang
mengembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah
dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan bermuara pada kantong kloaka.

Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Seperma yang di hasilkan berjumlah sepasang dan
di salirkan kedalam vasdeverens. Vas deveren katak jantan bersatu dengan ureter .
Dari vasdeveren sperma lalu bermuara ke kloaka. Setelah terjadi vertilisasi eksternal,
ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk
gumpalan telur. Gumpalan telur yang dibuahi kemudian akan berkembang menjadi
berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan
melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.makanannya berupa fitoplankton
sehingga berudu tahap awal merupakan herbivore. Yang kemudian berkembang
menjadi insektivora. Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-
paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, ekor semakin memendek dan
akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorphosis katak selesai.  

Sistem Endokrin

-Pengertian sistem endokrin

Sistim endokrin adalah sistem control kelenjar tanpa saluran (ductles) yang
menghasilakn hormone yang tersilkurasi ditubuh untuk mempengaruhi organ-organ
lain. Hormone bertindak sebagai pembawa pesan dan dibawa oleh aliran darah ke
berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnnya akan menerjemahkan pesan tersebut
menjadi suatu tundakan.

-Beberapa kelenjar endokrin

RKatak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi


intern yang di sebut hormone. Fungsinya mengatur dam mengontrol fungsi-fingsi
tubuh, merangsang baik yang bersifat mengaktifkan atau mengerem pertumbuhan,
mengaktifkan beracam-macam jaringan dan berpengaruh pada tingkah laku mahluk.
Pada daar otak terdapat glandula pituitaria, bagian anterior ini pada
larvamenghasilkan hormone pertumbuhan. Hormone ini mengontrol pertumbuhan
tubuh terutama panjang tulang. Pada katak dewasa bagian anterior glandula
pituitaria ini menghasilkan hormone yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel
kelamin. Bagian tengah akan menghasilkan akan menghasilkan hormone intermedine
yang mempunyai pebufon dalam pengaturan kromotofora dalam kulit. Bagian
posterior pituitaria menghasilkan suatu hormone yang mengatur paengambilan air.
Glandulae piroydea yang terdapat dibelakang tulang rawan hyoid
menghasilkan hormone thyroid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar
pancreas menghasilkan hormone insulin yang mengatur metabolisme (memacu
pengubahan glukosa menjadi glikogen) pada permukaan ginjal terdapat glandula
suprarenalis atau glandula adrenalis yang kerjanya berlawanan dengan
insulin(mengubah glikogen menjadi glukosa). (Kastak and Schusterman, 1998).

Sistem Syaraf

Sistem syaraf pada katak terdiri atas syaraf pusat dan syaraf tepi. Syaraf pusat
tersusun atas otak dan tali spinal. Sedangkan saraf tepi terdiri atas syaraf cranial,
syaraf spinal. Otak dan tali spinal dibungkus oleh dua membrane yang tebal yaitu
durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiameter yang batasan dengan
jaringan syaraf

Jenis reproduksi yang terjadi pada vertebrata adalah reproduksi seksual.

System reproduksi pada vertebrata secara umum terdiri atas kelenjar

kelamin, saluran reproduksi dan kelenjar seks asesori. Hewan yang

melakuakan fertilisasi internal dilengkapi dengan organ kopulatoris pada

yang jantan.

Organ utama penyusun system reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan

gonadnya disebut testis, sedang pada hewan betina disebut ovarium. Pada

mamlia jantan dilengkapi dengan adanya kelenjar asesori yang menghasilkan

cairan sebagai medium sperma.sedang pada betina terdapat uterus, khusus

pada mamlia terdapat 4 macam tipe uterus:

o Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke

vagina.

o Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan

satui lubang.

o Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara

ke vagina dengan satu lubang.

o Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga


Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan

Biologi UM

Tenser, Amy. 2003. Bahan Ajar: Strutur Hewan II. Malang. Dirjen Dikti

Tim Asistensi. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta.

Jurusan Zoologi UGM

Dikutip Oleh : http://irfaneverhad.blogspot.com/search/label/IPA

Anda mungkin juga menyukai