LITERATUR IKHTIOLOGI
Bismillahirrahmanirrahim,,,
Alhamdulillah , tidak terasa akhirnya kami siap juga dalam menyelesaikan niat dan tekad untuk
mempersiapkan kumpulan literature ini.Mudah-mudahan ini bisa sedikit membantu kita semua yang
sedang berjuang menuntut ilmu,sehing bisa bermanfaat bagi semua dan Negara ini.
Kami sadari masih banyak kekurangan dalam penyajian ini,untuk itu diharapka teman-teman mau
memberikan saran yang sifatnya membangun agar bisa disajikan yang lebih sempurna.dan bisa
disampaikan melalui E_mail kami di
" ebriekasaputra_bdp07@yahoo.com"
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,tetapi bangkit kembali setiap kali kita
jatuh.
Jangan tunda sampai besok apa yang bisa Anda lakukan sekarang.
Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat anda berikan bukan pada apa yang dapat Anda peroleh.
PERKEMBANGAN IKAN
Secara umum yang dimaksud dengan ikan adalah hewan vertebrata yang berdarah dingin yang hidup di
air, perkembangan dan keseimbangan menggunkan sirip pada umumnya bernapas dengan insang
sedangkan ilmu pengetahuan yang membahas tentang ikan dan segala aspek yang berhubungan
dengannya adalah Ikhtiologi (Ridwan, 1980).
Ikan adalah hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal) dimana
hidupnya dilingkungan air, pergerakan dan keseimbangan dengan menggunakan sirip serta pada
umumnya bernafas dengan insang. (Raharjo, 1980).
Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan perairan
diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21000 spesies
dan diperkirakan berkembang mencapai 28000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan
bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173
spsies(NELSON, 1984).
Para Ahli memperkirakan ada sekitar 20.000 spesies malahan ada yang menduga sampai 40.000 spesies
ikan yang mendiami permukaan bumi, menurut Lagler et al (1977) persentase masing-masing kelompok
dalam vertebrata sebagai berikut: Pisces (48,1%), Aves (20,7%), Reptilia (14,4%), Mammalia (10,8%)
dan Amphibia (6%). Ikan merupakan salah satu organisme yang termasuk kelompok vertebrata yang
beraneka ragam dan mendominasi kehidupan air di permukaan bumi.
Ikan adalah salah satu diantara organisme pada kelompok vertebrata dan yang paling besar jumlahnya.
Ikan mendominasi kehidupan di air seluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang berhasil dicatat
adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan akan berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah ikan
yang hidup dimuka bumi adalah 21.723 spesies (Nelson, 1984)
Nelson (1984) memperkirakan bahwa jumlah spesies ikan yang hidup dimuka bumi ini adalah 21.723
spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada di perkirakan sekitar 43.173 spesies. Namun hal
demikian harus dimaklumi bahwa penemuan spesies ikan baru terus berlangsung setiap tahun, dan jauh
lebih cepat dibandingkan dengan penemuan spesies hewan lain, seperti bangsa burung atau hewan
vertebrata lain (Davi dan Chounard, 1980).
Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal abad dari sejarah manusia. Daging
ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga pada daging-daging hewan ternak. Daging
ikan mudah dicerna dibandingkan tumbuh-tumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-
20%, sedangkan 50-80% berupa air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin
terutama hatinya. Vitamin tersebut dapat diperoleh dari plankton secara langsung maupun tidak
langsung, yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa ¾ dari permukaan bumi tertutup dari lautan
dan banyak perairan tawar yang dihuni bermacam-macam ikan (Djuanda, 1981).
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan empat puluh ribu
spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia
baik laut, payau dan perairan tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan
mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya
sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai
dasar pengklasifikasian (Manda et al, 2005).
Dalam pereairan Indonesia yang sangat luas ini mengandung ± 6000 jenis ikan yang belum
teridentifikasi dan ini merupakan Sumberdaya hayati perikanan yang potensial bila dikelola secara
maksimal. Tanpa menggangu kelestarian sumberdaya tersebut sehingga akan memberikan sumbangan
yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat (Effendie, 1979).
Usaha perikanan
Usaha perikanan yang ada di Indonesia merupakan perpaduan antara usaha perikanan darat dan
perikanan laut. Ikan merupakan sumber protein yang paling murah dibanding dengan sumber protein
yang lainnya seperti telur, susu dan daging (DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS,
1996/1997).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600
Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha,
luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis
70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROPINSI RIAU, 2001).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan 3.241
pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai
Indragiri yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI,
2000).
Untuk propinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh
produksi prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten indragiri hulu,
Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (EVY, MUJIANTI dan SUJONO, 2001).
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah
Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sektar 81% dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas
perairan Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha. Yang terdiri dari rawa, sungai sebesar 11,9 juta Ha,
1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan hal ini merupakan potensi yang sangat bagus
pengembangan usaha perikanan. (Nazaruddin, 1993).
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan
mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia
di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan
hampir seragam, tetapi di tempat lain, terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang
lebih majemuk tidak teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003)
Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan daya rangsang alat untuk organ penglihatan
atau organ lateraling sebelum ikan terkait atau terjerat pada jaring (KLUST, 1987). Semakin kabur
suatu benda bagi mta ikan berarti kemampuan mata ikan untuk menangkap kekontrasan benda itu
terhadap latar belakang semakin berkurang. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor penglihatan itulah
yang paling penting yang menyebabkan ikan menghindar atau menubruk alat penagkapan (GUNARSO,
1985). Untuk itu bahan gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin.
Mengingat sangat mendesaknya kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari ikan, maka sudah
seharusnya memanfaatkan sumber-sumber hayati perairan yang ada dan dimanfaatkan semaksimal
mungkin karena akan dapat menunjang perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan
dan perbaikan gizi masyarakat. Potensi perikanan tidak ada artinya, apabila tidak dimanfaatkan secara
optimal dengan usaha perencanaan yang baik. Untuk itu diperlukan adanya suatu perencanaan suatu
produksi yang diinginkan dengan potensi yang ada, demi kelestarian sumberdaya perikanan. (Arsal,
1984).
Untuk memenuhi kebutuhan akan protein maka perlu di kembangkan usaha dalam sektor perikanan,
Syamsudin (1980) mengatakan perikanan merupakan daya upaya manusia untuk menggali sumber daya
hayati perairan guna dimanfaatkan bagi kepentingan dan memenuhi kebutuhan manusia baik itu dari
perairan laut maupun perairan umum. Dan usaha perikanan rakyat mencakup penangkapan serta
budidaya. Salah satu hasil perikanan tangkap adalah ikan biji nangka (Upeneus mullocensin) yang
biasanya terdapat didaerah perairan pantai dan perairan daerah pelagic. Ikan ini mempunyai bentuk fisik
yang hampir sama dengan ikan merah tetapi mempunyai ssepasang sungut dan dua sirip punggung.
WARDOYO (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi
lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas
toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya
kebutuhan oksigen untk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme
HAMIDY et al., (1983), menyatakan bahwa kecepatan arus merupakan parameter kualitas air yang
penting karena parameter ini dapat mempengaruhi parameter lingkungan yang lainnya. Parameter
lingkungan yang dipengaruhinya antar lain kandungan oksigen terlarut, karbondioksida bebas, suhu dan
jumlah makanan. Arus juga memegang peranan penting dalam menentukan tingkat suatu perairan.
GUNARSO (1985), menyatakan bahwa berhasilnya suatu usaha penangkapan banyka tergantung pada
sejumlah pengetahuan mengenai tingkah laku ikan agar kiata dapat menemukan adanya ikan sehingga
kita dapat menerapkan metoda, taktik maupun sesuatu desain alat penangkapan yang sesuai.
Sifat alat dalam menangkap ukuran dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi disebut selektifitas.
Sifat ini terutama tergantung dari prinsip yang dipakai dalam penangkapan, tapi juga tergantung pada
parameter desain alat seperti mata jaring, beban benang, materila dan ukuran benang, hanging ratio dan
kecepatan menarik. Ukuran mata jaring mempunyai pengaruh yang dalam selektifitas (FRIDMAN ,
1988). Ikan yang tertangkap tergantung dari besar mata jaring (DJUHANDA, 1981).
Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai salah satu bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu
dimana kandungan protein yang terdapat dalam tubuh ikan lebih besar dibandingkan lemak dan abu
yang mempunyai arti penting bagi manusia. Menurut Hadiwiyono (1993) daging ikan merupakan bahan
biologi yang secara kimiawi tersusun oleh unsur-unsur organik yang merupakan senyawa-senyawa yang
terdiri dari protein, lipid, vitamin dan enzim.
Menurut (WEBER dan BEAUFORT dalam SAANIN, 1968) telah diidentifikasi lebih kurang 4.000
jenis ikan yang tersebar diseluruh perairan Indonesia. Untuk perairan umum di Jawa, Kalimantan, dan
Sumatera ditemukan sekitar 500 jenis ikan air tawar yang hidup di rawa-rawa, sungai dan danau.
Menurut Welcome(1985) ikan periran umum khususnya daerah aliran sungaiterdapat 2 kelompok yang
penting,yaitu ikan yang hidup di perairan lebak pada saat air surut(kemarau)dan periaran sungai.Untuk
menentukan lokasi reservoir di perairan lebak dapat di pilih cekungan tanah yang kedalamannya cukup
agar dapat pada saat musim kemarautidak mengalami kekeringan.Di sekeliling cekungan cukup banyak
vegetasi yang berfungsi sebagai nursery ground bagi ikan yang berasaldari induk memijah pada musim
kemarau dan musim penghujan.Selain itu,di daerah yang cukup tinggi fluktasi airnya antara musim
hujan dan kemarau agar pada musim hujan ikan menyebar luas ke seluruh penjuru perairan untuk
melakukan pemijahan.
.
MORFOLOGI IKAN
Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar)
dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan. Terminology yang
sangat baik digunakan pada ikan adalah terminology “nimina anatomica” yang dipubliksdiksn oleh
“world Association of veterinary Anatomists” (1968), sebap dapat menghindari kemungkinan terjadi
kerancuan dengan anatomi manusia.
Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung(D),
sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A), dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada
ikan(Kelas Chondrichtyes) disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal
yang terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang terletak di rawan
basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral
girdle) yang kuat dan dinamakan coracoscapula.
Secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk keseluruhan
individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem
integumen, sistem otot, sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan
sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya
(RAHARJO, 1980).
Bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh sistem rangka, sistem otot, dan satuan habitat
dimana ikan tersebut hidup. Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan beserta tampak lintangnya seperti: Pipih
mendatar, bentuk pipih (compressed), pipih (depressed), torpedo (fusiform), bentuk ular (anguiliform),
pipa (filiform), pita (taeniform), panah (sagitiform), bola (globiform) dan bentuk kepala picak, badan
pipih. (Tim Iktiologi, 1989).
Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari
sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis
ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
Ikan dari ordo Percomorphi mempunyai sirip perut yang terletak di bawah sirip dada, sirip punggung
biasanya ada dua yang didepannya disokong jari-jari keras sedangkan yang di belakang sebagian
disokong jari-jari lunak. Banyak dari jenis-jenis ordo ini terdapat di pasar seluruh Indonesia. (Djuhanda,
1981).
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada
ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C).
kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang
lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara
sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
Saanin (1984) menyatakan untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan sifat-sifatnya, tanda-tanda
dan bentuk serta bagian-bagian dari tubuh ikan yaitu rumus sirip, perbandingan panjang dengan tinggi,
bentuk garis rusuk dan jumlah garis sisik yang meliputi garis rusuk tersebut bentuk sisik dan gigi
beserta susunan tulang-tulang insang.
Saanin (1984) mengatakan bahwa untuk mengiedntifikasi ikan harus diperhatikan tanda-tanda, bentuk
dan bagian dari tubuh ikan yaitu urmus mulut dan sungut yang banyak mengalami modifikasi. Oleh
karena itu perbedaan ikan disebapkan oleh umur atau kadang-kadang oleh tempat hidupnya, maka tidak
akan mungkin memberikan ukuran, ukuran yang diberikan adalah perbandingan saja.
Menurut Tim Iktiologi (1989), bahwa bentuk tubuh ikan bervariasi meskipun demikian mempunyai
pola dasar yang sama yaitu “kepala-badan-ekor” pada umumnya bilateral simetris. Sebagai kekecualian
pada ordo Plauronectiformes yang mempunyai bentuk non bilateral simetris. Dimana secara garis besar
ikan yang ada di alam dikelompokkan menjadi dua yaitu Agnatha (ikan yang tidak berahang) dan
Gnathostomata (ikan yang memiliki rahang). Secara umum ikan dibagi atas tiga kelas yaitu:
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes.
PULUNGAN(1985) mengemukakan bahwa jenis-jenis ikan dari family siluridae merupakan ikan air
tawar yang pada umumnya menghuni perairan sungai, anak-anak sungai maupun danau-danau ukuran
kecil(bekas aliran sungai) dan sangat bersembunyi disela-sela daun tanaman air yang yang terdapat
disekitar tempat hidupnya
Djuhanda (1981) mengatakan ikan-ikan siluridae tubuhnya tidak bersisik, kulitnya lebih banyak
mengandung lender dan berwarna seperti warna Lumpur, kepala gepeng dank eras dengan mulut yang
lebar. Disekitar mulut terdapat 1-4 pasang sungut peraba.sirip dada mempunyai jari-jari sirip keras dan
ibasanya pinggirannya bergerigi esperti gergaji. Sirip punggung pada kebanyakan ikan ada dua, yang
edpan mempunyai udri tajam, seperti dada dan kedua macam duri.
HUET (1971) mengatakan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah keturunan, ketahanan tubuh terhadap penyakit dan kemampuan untuk memanfaatkan
makanan, sedangkan faktor eksternal adalah kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan bagi ikan.
Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk baik panjang maupun berat sesuai dengan perubahan waktu.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh makanan, ruang, suhu dan beberapa faktor
lainnya.
IKAN SUNGAI
Ikan-ikan yang termasuk keluarga Cyprinid nyatanya memiliki bentuk tubuh yang bervariasi beberapa
jenis diantaranya tubuh berbentuk compressed seperti yang terdapat pada jenis Puntius, Osteochylus
dan Amblirychicthys.ikan Cyprinidae yang memiliki jari-jari lemah yang mengeras dan bergerigi pada
bagian belakangnya hanyalah ikan-ikan yang termasuk pada Genus Puntius. Jumlah gerigi itu penting
artinya untuk membedakan antar spesies yang satu denga yang lainnya (PULUNGAN, 1987).
Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) dengan ciri-ciri bentuk tubuh pipih dan langsing, bilateral simetris,
tubuh berwarna kekuning-kuningan sedangkan bagian siripnya berwarna kemerah-merahan, memiliki
sepasang sungut yang pendek terletak di sudut mulut, kepalanya tumpul, tubuh diliputi sisik, bentuk
mulutnya subterminal, linea lateralis sempurna, siripnya terdiri dari jari-jari lemah mengeras dan jari-
jari lemah, (KOTTELAT et.al).
Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) mempunyai bentuk agak memanjang dan pipih,batang ekor separuh
dari tinggi badan.Kepala kecil dan moncong tertutup rapatdan mempunyai dua pasang sungut,sisik agak
besar.Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik linea lateralis yang ke sepuluh.Sirip
punggung seperti tiang,jari-kari keempat kuat dan gigi ke belakang.Warna tubuh coklat kehijau-hijauan
pada bagian punggung dan berwarna putih di bagian perut,sirip ekor,anus serta perut berwarna
kemerah-merahan.Jari-jari disokong oleh A.7,D.17.P.9,V.9,C.19 (Delfirahim et el,1997)
Ikan ini memiliki sirip punggung berbentuk sempurna,jumlah sirip unggung hanya satu,letak sirip
punggung di pertengahan,permulaan sirip punggung di belakang sirip perut,hubungan sirip punggung
dengan sirip ekor terpisah dengan sirip perut.Memiliki sirip perut tetapi yelah termofikasi berbentuk
seperti cambuk.Posisi dasr sirip dada oblique ,di bawah linea lateralis persis di bawah sudut tutup
insang ,posisi sirip perut dibandingkan dengan sirip dada sub abdominal.Sirip anus terpisah dengan sirip
ekor.Bagian pangkal sirip anus diliputi sisik.D.V11.11,P.11,A.X.38,C.16,V modifikasi.
Ikan Sepat Siam(Trichogaster pectoralis) merupakan kelompok ikan yang mempunyai pernafasan
tambahan berupa tulang tipis yang berlekuk-lekuk seperti buangan karang yang disebut Labirin dengan
mengambil oksigen lngsung dari udara.Sebagian dapat membangun karang yang berbusa yang berguna
untuk menyimpan telurnya di dalam mulut.Warna tubuh ikan ini dipengaruhi oleh jenis kelamin
reproduksi dan umurnya.Sirip punggung lebih kecil dari pada sirip dubur,mempunyai 6-8 jari-jari keras
dan 8-10 jari-jari lunak.Sirip duburnya mempunyai 10-12 jari-jaru keras ,33-38 jari-jari lunak.Sirip
perut memiliki 1 jari-jari lunak dan 3-4 jari-jari lunak ,satu diantaranya menjadi alat peraba yang
panjang seperti ijuk .Sirip dada mempunyai 9-10 jari-jari lunak .Terkadang pada bagian sirip punggung
dan sirip ekor yang lunak ada bulatan hitam.(Djuhanda,1981)
Ikan Ompok mempunyai cirri-ciri sebagai berikut bentuk penampang punggung agak cembung dengan
bentuk penampang pungggung agak cembung dengan bentuk pipih memanjang dibedakan dari semua
jenis. Kepalanya panjang 4.6 – 5.3 kali lebih pendek dari panjang standar,sungut-sungutnya memendek,
kira-kira sampai setengah atau sepanjang diameter mata. Sirip dada lebih pendek dari pada kepala,
rahang bawah meruncing melampaui rahang atas. Ketika mulut ditutup, sirip punggung tidak terdapat.
(Weber dan Debeaufort, 1916; Saanin, 1984; Kottelat et al, 1993).
Ikan Ompok di danau merupakan salah satu jenis ikan selais yang ada di Raiu dan termasuk ikan jenis
air tawar yang hidup di sungai,anak sungai dan danau(oxbow lake) yang terdapat di sekitar aliran sungai
utama di daerah Riau(Pulungan et al,1985).
Ikan Ompok (Ompo hypopthalmus) merupakan ikan air tawar yang tergolong kedalam Famili Siluridae.
Jenis-jenis ikan ini sudah dikenali sebagian masyakat yang berada dikawsan Sunda plat. Akan tetapi
nama yang diberikan kepada ikan selai sangat berfariasi dengan asal dimana jemnis-jenis Ikan Ompok
ini di dapat (Pulungan, 1985).
Menurut Kottelat et el(1992) ikan tilan mempunyai bentuk tubuh yang panjang seperti ular,tetapi
moncong berdaging besar,dan bentuk perut cembung.Pada tubuh ikan ini pita warna gelap lonjong
melintang,tidak ada bercak warna pada sirip ekor.
Ikan puyuh termasuk kedalam kingdom animalia, Phylum Chordata, Kelas pisces, Ordo Labyrinthisi,
Famili Anabantidae, Genus Anabas dan Spesies Anabas testudineus(SAANIN, 1968).
Ikan Subhan mempunyai bentuk tubuh pipih compressed, panjang,mulut terminal dan protractile , tidak
bersungut dan mulut sempit ,garis linea lateralisnya sempurna ,sisik halus ,bentuk sisik cycloid , dan
terdapat noktah pada batang ekor.(Kottelate et el ,1993)
8. IKAN LOMEK
Ikan Lomek memiliki bentuk tubuh yang memanjang ,berkepala simetris,tidak bersisik ,memiliki alat
pernafasan tambahan.Bagian depan badannya terdapat penampang yang membulat sedang bagian
tengahmya dan belakang berbentuk pipih.Alat pernafasan tambahan terdapat di bagian kepala di dalam
rongga yang di bentuk oleh dua pelat tulang kapak.Insangnya berukuran kecil dan terdapat di bagian
kepala bagian belakang.Sirip ada 5 jenis yaitu sirip dada,punggung,anus ,ekor danperut.Sirip dadanya
berbentuk bulat agak memanjang dengan ujung meruncing.(Najiyati ,1997)
Ikan Katung mempunyai ciri-ciri diantaranya badan berbentuk lonjong ,bibirnya dapat ditonjolkan ke
depan (prortactile), badan dan kepala bersisik kasar ,mata terletak sedikit ke atas dari sudut
mulut(Djuhanda 1981).
Di beberapa daerah ikan sipaku dikenal dengan nama Bebras, Lawak, Lelawat, Genggehe, Redang, dan
Bungut punduk(Saanin,1984).
Ikan sipaku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:kepala berkenyut berurat syaraf, bagian atas kepala
berbentuk cekung, mulut mengarah ke bawah, tidak bersungut, jari-jari keras sirip berggig-gigi,antara
garis rusuk dan sirip pungggung 5-5,7 baris sisik,panjang kurang dari tiga kali tinggi,pangkal sirip
biasanya berbintik hitam,ikan yang masih hidup irisnya berwarna merah darah dan sirip berwarna
merah pucat.Permulaan sirip dorsal di posterior sedikit berbanding dengan permulaansirppelvis.Spina
sirip dubur yang ketiga lembut,batang ekor dikelilingi 16 sisik,titik hitam pada pangkal sirip ekor
terdapat bariasan titik hitam di sepanjang barisan sisik .Ikan ini memiliki ukuran 7-20 cm.
Suyanto(1992) menyatakan bahwa ika lele dumbo (Clarias gariepenus) merupakan salah satu jenis ikan
lele yang merupakan hasil kawin silang antara induk lele jantan asal Kenya(Clarias mosambicus).Pada
mulanya nama ilmiah ikan lele dumbo adalah Clarias fuscus dan kemuduan diganti menjadi Clarias
gariepenus.Penggantian nama ini berdasarkan atas sifat-sifat ikan jantan yang dominan diturunkan pada
anaknya.Dari hasil penyilangan ini ternyata keturunan ikan lele yang dihasilkan ternyata mempunyai
sifat-sifat yang unggul.
Klasifikasi ikan Betutu adalah: kelas teleostoi, ordo: perciformes, sub ordo: Gudidae, genus:
oxyeleotris, species: oxyeleotris marmorata. Ikan betutu memiliki cirri-ciri ekor bundar mulut superior
kepala picak mempunyai garis linea lateralis (kottelat et al, 1993.)
Ikan gurami memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari setengah kali
panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13 jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 9-11
jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari keras dan dua diantara jari-jari lemahnya
memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada terdiri dari 2 jari-jari keras
yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal
ekor yang terdiri dari 30-33 keping sisik(Kottelat et al,1993).
Ikan gurami merupakan ikan yang suka berdiam diperairan yang tenang dan dalam seperti rawa, danau,
dan waduk. Selain diperairan tawar, ikan gurami dapat juga hidup diperairan payau yang kadar
garamnya rendah(susanto,1987),
Ikan Gurami menyukai keadaan perairan yang sedikit hangat yang biasanya terletak pada ketinggian
150-750 meter dpl.Kisaran temperatur 25-30ºC dan pH netral(Susanto,1987).
Bentuk tubuh compressed,osteichtyed ,bentuk kepala tumpul,mulut terminal ,lubang hidung dua
pasang(dirhinous),mempunyai tutup insang, dan lonjong agak tebal,bibirnya dapat ditonjolkan ke
depan,badan dan kepala bersisik keras-keras, warna tubuh putih kehijauan dan mengkilat waktu terkena
matahari,matanya terletak sedikit keras dari sudut mulut gurat sisi sempurna serta makanan utamanya
berupa tumbuh-tumbuhan.
Manda et el,(2005) mengatakan bahwa mulut dan sungut pada ikan terdapat di bagian anterior kepala
dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkunan hidup di
lingkungannya di mana ikan-ikan itu berada.Sungut pada ikan bergungsi sebagai alat peraba dan
pendeteksi dalam rangka mencari makan.
Klasifikasi ikan kapiek yaitu Ordo Ostariophyshi, family cyprinidae, genus Puntius, spesies puntius
schwanepeldi(Kottelate et al,1993).
Cirri-ciri ikan kapiek adalah bentuk tubuh simetris bilateral, bentuk tubuh pipih(compressed), bubir atas
tidak terpisah dengan rahang bawah. Mulut protactile, mempunyai sepasang lubang hidung.(SAANIN,
1984)
Secara umum ikan Kapiek dijumpai pada kedalaman 1,0 – 4,0 m, suhu antara 25 – 30 oC, kecerahan
antara 40 – 120 cm, pH berkisar 5 – 7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat – tempat yang
merupakan lubuk. Hidup pada dasar perairan berpasir Lumpur dan ditempat – tempat berbatu yang
banyak ditumbuhi tanaman air (Pulungan, 1987).
Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Blkr) termasuk spesies ikan air tawar penghuni daerah tropis yang
hidup di perairan sungai, danau dan rawa. Penyebarannya meliputi negara – negara India, Srilangka,
Malaysia dan Indonesia. Sedangakan di Indonesia ikan ini telah lama ditemukan di Sumatera dan
Kalimantan Barat ( Weber and de Beafourt, 1961).
Ikan Kapiek dapat diklasifikasikan ke dalam sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo
Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Puntius, spesies Puntius schwanefeldi Blkr (Weber and de
Beafourt, 1916). Ikan ini tergolong sebagai ikan pemakan segala makanan (omnivora) dan tidak
mengganggu jenis ikan kecil diperairan dimana dia hidup ( Djuhanda, 1981 dan Grazimek, 1973).
Dari segi biologi reproduksinya ikan ini tergolong pada ikan yang mempunyai tipe reproduksi
biseksual, dimana sperma dan telur berkembang secara terpisah pada individu yang berbeda, dengan
kata lain ikan jantan dan ikan betina berkembang sejak lahir atau menetas serta setiap individu akan
tetap sebagai jantan atau betina selama hidupnya ( Siregar, 1999).
Ikan kapiek bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih seperti petak dengan
punggungyang abu-abukecoklatan dan perutnya putih mengkilat jumlah gurat sisiada 35-36 keping.
Gurat sisi sempurna, sirip punggung merah dengan bercak kehitaman. Pada ujungnya, sirip dadqa dan
perut berwarna nmerah, sirip ekor berwarma orange atau merah dengan pinggiran garis hitam atau
putihsepanjang cuping sirip ekor. (SAANIN 1984)
Ikan kapiek hidup di dasar perairan berpasir lumpur dan tempat berbatu yang banyak ditumbuhi
tanaman air.Distribusi ikan kapiek di indonesia terdapat hampir di seluruh perairan Pulau Sumatera ,di
samping itu juga Borneo.Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter,suhu 25-30
derajat celcius,kecerahan 40-120 cm,pH 5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang
merupakan lubuk.(EFFENDI,1979).
Ikan Kapiek memiliki cirri-ciri sebagai berikut:sirip punggung terdiri dari 4 jari-jari keras dan 8 jari-jari
lemah.Sirip anus terdiri dari 4 jari keras dan 5 jari-jari lemah.Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan
14-16 jari-jari lemah.Kerangka tubuh kuat melengkung mulai dari hidung sampai ke punggung.Panjang
baku 4,1-4,3 kali panjang kepala dan tinggi badan 2,3-2,4 kali panjang baku.Mulut di ujung
kepala(terminal)memiliki 2 sungut kecil.Sungut di sungut mulut dan di rahang atas ,daerah pipi sempit
terdapat 8-9 sisik antara garis rusuk dan sirip anus.Warna badan keputih-putihan bagian punggung
coklat kehijauan,tepi atas dan bawah sirip ekor terdapat garis hitam.Pada ikan muda ujung-ujung
sirionya berwarna merah,panjang maximum 23,5-24 cm (Webwr dan Beafort, 1916; Djuhanda,1981;
Saanin,1984; Pulungan et al,1986; dan Kottelat et el,1993)
Ikan Kapiek menurut (PULUNGAN, 2000) Adalah moncong menonjol kedepan dan tumpul,kepalah
bersegi tidak bersisik mata di bawah garis segi, mulut sub terminal, pada rahang atasa terdapat dua
lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir, bibir luar rahang atas di sudut mulut
menutupi lipatan bibir bawah, pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek di atas bibir
atas terdapat sungut pendek dan kecil, permukaan kepalah licin, garis rusuk sempurna 34-36
sisik.bentuk tubuh gepeng dan badannya tinggi, warna tubuh putih seperti perak dan punggung abu-abu
kecoklatan dan perutnya putih mengkilat (DJUHANDA, 1981).
Ikan kapiek (Puntius schwanefeldi) yang termasuk pada golongan Cyprinidae yang hidup di permukaan
air merupakan jenis ikan air tawar yang tergolong masih hidup secara alami di perairan dan digemari
masyarakat dalam keadaan segar maupun salai, karena rasa dagingnya yang cukup lezat dan gurih
sehingga ikan ini dijadikan ikan adat oleh masyarakat Kampar,dimana harganya itu relative mahal yaitu
sekitar Rp.15.000,-20.000/kg,dan Rp.20.000,- 25.000/kg dalam bentuk salai.
Ikan Kapiek menurut Pulungan (2000) adalah ikan yang moncong menonjol ke depan dan tumpul,
kepala bersegi tidak bersisik, mulut sub terminal, pada rahang atas terdapat dua lipatan bibir, pada
rahang bawah terdapat satu lipatan bibir,lipatan rahang atas di sudu mulut menutupi lipatan bibir
bawah.Pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek sekali,permukaan kepala licin
sekali,garis rusuk sempurna 34-36 sisk,bentuk badan memanjang persegi,perut mendatar dan bersisik.
Bentuk mulutnya protactile, ukuran mulutnya sedang, posisi mulut tegak lurus atau sedukit dibelakang
obla mata, ukuran bibirnya tebal. Keadaan bibirnya, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, bibir atas
bersambung dengan bibir bawah dan bentuk vivir atas tidak bergerigi.
Manda et al(2005). Mulut dan sungut pada ikan terletak pada bagian anterior kepala dengan bentuk dan
posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan hidup dimana ikan-ikan itu berada.
Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makanan.
Kriswantoro(1987) mengklasifikasikan ikan dengan ciri-ciri ikan kembung ini tergolong bilateral
simetris, memiliki bentuk seperti torpedo, bentuk kepala agak tumpul dengan sirip yang lengkap
memiliki sirip yang mengalami penyempurnaan seperti adifose fin dan finlet.
Ikan kapiek hidup pada dasar perairan berpasir dan berlumupur dan tempat berbatu yang banyak
ditumbuhi tanaman air. Effendi (1979) menyatakan bahwa distribusi ikan kapiek di Indonesia terdapat
hampir di seluruh perairan sumatra, disamping juga borneo. Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman
perairan 1-4 meter. Suhu 25-30 derajat selsius, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus
lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk.
Djarijah (1995) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata, Subphylum
Vertebtara, Klass Osteichtyes, Subklass Achanthoptherigi, Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea,
Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus.
Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari Plankton,
Tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan lain sebagainya ( Asmawi,
1986).
Menurut Sugiarto (1987) ikan Nila Orechromis niloticus termasuk ke dalam ordo Perciformes,Family
Cichlidae,Genus Oreochromis dan spesies Orechromis niloticus.Santoso(1996) mengatakan bahwa ikan
yang termasuk dalam genus orechromis adalah ikan yang bertugas mengerami telur dan menjaga
anaknya adalah sang induk betina.Contoh spesies lainnya antara lain: Oreochromis spilarus,
Oreochromis aereus, Oreochromis hantari, Oreochrommis mossambicus ,Oreochromis niloticus.
Ikan Nila merupakan ikan nila yang mempunyai bentuk yang agak memanjang pipih ke samping
.Warnanya putih kehitaman, makin ke bagian ventral warnanya akan semakin terang.Pada tubuh
terdapat 10 buah garis vertikal yang berwarna hijau kebiruan,sedangkan pada sirip ekor terdapat 8 buah
garis melintang yang ujungnya berwarna kemerahan.(Santoso,1996)
Mata ikan Nila tampak menonjol agak besar dan di pinggirnya berwarna hijau kebiruan.Letak mulut
terminal.Gurat sisi(Linea lateralis) terputus menjadi 2 bagian yanng terletak memanjang di atas sirip
dada.(Sugiarto,1987)
Ikan Nila mempunyai nama perdagangan yaitu nile tilapea.Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti pipih
compressed dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan
laut,tergolong ikan Palagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi,suka hidup bergerombol baik
perairan pantai maupun di lepas pantai .Kebiasaan makannya adalah memakan plankton besar atau
kasar,cepalopoda dan Sunyoto crustacea(Mandala,2005)
17. IKAN JUARO(Pangasius polyuranodon)
Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae (SAANIN, 1984).
Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam (KOTTELAT
et al, 1993). Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk
penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (SOETIKNO dalam HENNYWATI,
1998).
Jambal siam (patin) terklasifikasikan dalam ordo Ostariophyri, sub ordo Siluroide, famili Pangasidae,
genus Pangasius, spesies Pangsius sutchi. (Saanin, 1984). Ikan Jambal siam termasuk ke dalam genus
Pangasius dan famili Pangasidae (Robert and Vidthayanon, 1991). Morfologi ikan Jambal siam
mempunyai badan memanjang dan pipih, posisi mulut sub terminal,dan dilengkapi dengan 4 buah
sungut. Sirip punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai dari kepala
sampai pangkal sirip ekor. Bentuk sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih
dengan garis hitam ditengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm. (Sumantadinata, 1993).
Selanjutnya Khairuman dan Sudenda(2002) menyatakan genus Pangasius termasuk golongan ikan
karnivora(pemakan hewan).Ikan ini digolongkan sebagai sebagai ikan dasar atau demersal yang bersifat
nocturnal.Makanan ikan genus pangasius di alam antara lain berupa ikan-ikan kecil ,caving
detritus,serangga,udang-udangan dan mollusca.
Kottellate et el (1993) mengemukakan bahwa penyebaran ikan genus Pangasius dimulai dari India ,
Birma,Thailand, Kalimantan, Sumatera dan Jawa.
Kepala Jambal Siam biasanya lebar dengan mulut terletak di ujung dan mata agak di bawah sudut
mulut(Subagyo,1981).Sirip punggung terletak agak ke depan,antara sirip punggung dan sirip ekor
terdapat sirip tambahan yaitu sirip lemak.Panjang sirip dubur biasanya sepertiga dari panjang tubuh
,berwarna merah dengan sirip tengah berwarna merah dengan sirip tengan yang berwana hitamdan
mempunyai jari-jari yang berkisar antara 34-36 buah.Jari-jari sirip perutnya 8-9 buah.
Ikan selais kryptopterus apogon Blkr, atau lebih dikenal dengan nama Selais Panjang Lampung
merupakan salah satu bagian potensi perairan Riau. Ikan ini masih tergolong ikan air tawar yang hidup
secara liar, namun demikian ikan ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting. Ikan ini telah
menjadi jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat.
20. IKAN LELE DUMBO(clarias gariepinus)
Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) termasuk kedalam filum Chordata, kelas Pisces, sub kelas
Teleoistei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidae, family Clariidae, genus Clarias, spesies Clarias
gariepinus (SUYANTO, 2002). Pada mulanya nama ilmiah ikan Lele Dumbo adalah Clarias fuscus dan
kemudian diganti menjadi Clarias gariepinus. Pengganti nama ini berdasarkan atas sifat-sifat induk
jantan yang dominan diturunkan kepada anaknya. Dari hasil penyilangan itu ternyata keturunan ikan
Lele yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat yang unggul (SUYANTO, 1992).
WEBER DAN BEAUFORT (1992), serta SAANIN (1984) Mengklasifikasikan Ikan Gabus (Channa
striata) dalam kelas Osteichthyes, ordo Labirinthici, Sub Ordo Ophiochepaloide, famili
Ophiocephilidae, dan genus Ophiochepalus serta spesies Ophiochepalus striatus.
Menurut VIVIEW et al (1985) bahwa cirri-ciri ikan lele dumbo mempunyai kulit yang tidak bersisik
(licin), berwarna gelap pada bagian punggung dan sisi tubuh.bila dalam keadaan stress kulitnya seperti
mosaic berwarna gelap dan tolol putih (terang).Mulut lebar sehingga memakan mangsannya yang
panjangnyaseperempat panjang tubuh ikan lele dumbo. Disekitar tubuhnya terdapat delapan buah
sungut yang berfungsi sebagai peraba.
Ikan pepetek (Leiognathus dussummieri), tergolong pada keluarga leiognathidae yang masih berkerabat
dengan keluarga Carangiadae. Jenis ini merupakan jenis ikan yang kecil, Panjang tubuhnya tidak lebih
dari 15 cm, Badanya tinggi dan bentuknya pipih. Daging dari jenis ini tidak begitu banyak, (Djuhanda,
1981).
Saanin (1986) mengklasifikasikan ikan Toman sebagai berikut kelas Osteichthyes, ordo labyrinthici,
subordo Ophiocephaloidei, famili Ophiocephalidae, genus Ophiocephalus dan species Ophiocephalus
micropeltes.
Asmawi (1986) menyatakan bahwa ikan toman memiliki cirri-ciri sebagai berikut : tubuhnya ditutupi
oleh sisik yang berwarna biru kehitam-hitaman pada bagian punggung dan bagian perut berwarna putih
cerah , pada ikan Toman muda disepanjang tubuhnya terdapat 2 garis hitam yang membujur, tapi pada
ikan yang sudah tua kedua garis tersebut hilang
Ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan liar tawar yang potensial di dosmestikasi. Ikan ini sejak
lama dikenal sebagai ikan kosumsi yang cukup populer di semua pasar (Cahyono, 2000).
DJUHANDA (1981), mendeskripsikan Ikan Gabus ( Channa striata) memiliki bentuk tubuh hampir
bulat panjang, makin kebelakang makin menjadi gepeng. Punggungnya cembung, perutnya rata, sirip
punggung lebih panjang dari sirip dubur, sirip yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip
yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar dengan ujung membulat
disokong oleh 15-17 jari-jari lunak. Gurat sisi ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100
cm.
Kottelat et al (1993), Menyebutkan bahwa ikan gabus mempunayai warna gelap dan seluruh tubuhnya
ditutupi dengan sisik. Di bagian dadanya kulit tubuhnya
Klasifikasi dari ikan pantau adalah sebagai berikut : Ordo : Cypriniformes, Famili : Cyprinidae, Genus :
Rasbora, Spesies : Rasbora argyrotaenia(Saanin,1984).
Menurut Djuhanda (1981) ikan Pantau mempunyai warna dasar keperakan yang cemerlang.Warna
siripnya yang kekunungan ditambah dengan masing-masing cuping sirip ekornya yang memiliki
memiliki pita warna hitam melintang.Bentuk tubuh dari tubuh ikan ini panjang membulat ,sisik-sisiknya
besar.Warna tubuh bagian atasnya kecoklatan –kecoklatan dan bagian bawahnya kekuning-kuningan
dipisahkan oleh gurat sisi yang menghitam mulai dari belakang tutup insang terus ke belakang
badan.Lubang mulut kecil,sekitar mulut tidak ada sungut peraba ,sepintas lalu kelihatan seperti
beunteur.
Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) termasuk dalam genus Rasbora mempunyai bentuk tubuh
memanjang hampir persegi dan ditutupi oleh sisik cycloid yang terdapat mulai dari belakang kepala
sampai kepangkal ekor. Perut membundar, sirip punggung berukuran pendek tidak memiliki jari-jari
lemak yang mengeras serta terletak di belakang sirip perut bercagak (forked), posisi mulut terminal dan
mulut tidak memiliki sungut. Ikan dengan posisi mulut terminal baik mengarah ke atas maupun
kebawah menurut WHITTEN dan KOTTELAT dalam PAMUNGKAS (2000) kemungkinan besar
hidup di lapisan tengah perairan.
Ikan Pantau memiliki bentuk tubuh mamanjang hampir persegi dan tubuhnya ditutupi oleh sisik cycloit.
Mempunyai bentuk mulut yang non proctractile yaitu mulut ikan yang tidak dapat disembulkan
kedepan. Mulutnya leber, sudut mulut dengan bola mata sedikit kebelakang bola mata. Bibir tebal dan
hanya bibir atas yang berlipatan. Bentuk bibir atas bergerigi serta moncong ikan yang tumpul. Ikan
Pantau ini tidak memiliki sungut. Ikan ini hidup secara bergerombol, tubuh berwarna putih punggung
agak kehitaman. Pada pertengahan punggung terdapat sirip punggung yang disokong oleh jari-jari sirip,
semua sirp berwarna kemerahan dan mempumyai bercakl hitam, sirip ekor bercagak panjang hampir
sam dengan tinggi badan.
Ciri meristik dari ikan rasbora adalah tidak bersungut, sirip dubur dengan 5 jari yang bercabang, mulut
agak kecil dengan berbonggol sambungan, tulang rahang bawah ,sambungan tulang rahang bawah (di
dagu) berbogol dengan rusuk dengan cekungan pada sambungan tulang rahang atas (SAANIN,1984)
Permulaan sirip punggung tepat dengan atas dasar permulaan sirip perut, badan dan keping sirip ekor
badan berbercak hitam,sirip punggung tidak berjari-jari keras yang bertulang dan terletak dibelakang
sirip perut, garis rusuk dengan bersiku membengkok kebawah dan legkap melalui bagian ekor sebelah
kebawah.
Ikan Pantau memiliki tubuh yang relatif kecil, Batang ekor dikelilingi 14 sisik, 1-11 sisik antara gurat
sisi dan awal sirip perut , garis warna gelap memanjang berawal dari operculum sampai pangkal sirip
ekor dan membatasi bagian belakang badannya.
Ikan tambakan (Hellostoma temmincki) mempunyai bentuk tubuh gepeng (compressed) dan lonjong
agak tebal bibirnya dapat ditonjokna kedepan badan dank kepala bersisik keras, matanya sedikit keatas
dari sudut mulut, gurat sisik sempurna, sirip punggung, panjang tetapi tidak begitu lebar. Ikan tambakan
menyukai keadaan yang sedikit agak hangat yang biasanya terletak pada ketinggian 150-750 meter dari
permukaan laut kisarann temperature 25-30 drajat celcius dan pada pH netral (Susanto, 1991).
Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat dan biasanya terdapat pada ketinggian 150-
750 meter dari permukaan laut. Kisaran temperature 25-30derajat selsius dan pH netral (Susanto, 1984).
Ikan tambakan (helostoma temmincki) mempunyai bentuk mulut protactile yaitu bentuk mukut yang
dapat disembulkan, celah mulut horirzontal sangat kecil, rahang atas dan rahang bawah sama, bibir
tebal dan mempunyai gigi yang ujungnya tajam(Susanto, 1997).
Ikan Baung (Mystus nemurus CV) adalah jenis ikan perairan umum yang sedang di domestikasi untuk
dijadikan ikan budidaya (Gaffar dan Nasution, 1990).
Ikan Baung (Mystus nemurus CV) secara taksonomi diklasifikasikan kedalam phylum Chordata, kelas
pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones
atau Mystus dan spesies Mystus nemurus CV ( Kottelat et al, 1993).
Ikan baung yang terdapat didaerah riau mempunyai warna yang Abu-abu dengan pita tipis memanjang
yang berawal dari tutup insang hingga pangkal sirip ekor. Sungut hidung mencapai mata dan sungut
rahang atas memanjang hampir mencapai sirip ekor. Bagian atas kepala agak kasar, terdapat garis gelap
memanjang dan mempunyai titik hitam di ujung sirip lemah (Djuhanda, 1981).
Menurut Djadjadiredja et al (1977) Ikan baung mempunyai bentuk badan panjang dan tidak bersisik,
pada sirip dada terdapat tulang yang tajam dan bersungut, memiliki sirip adipose yang panjangnya kira-
kira sama dengan sirip dubur. Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai
dan tidak gemar dengan air yang jernih atau yang terlalu berlumpur (Inger dan Chin dalam Mohsin dan
Ambak, 1992 ).
Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak bersisik, kepala gepeng dan keras,
mulut lebar, pada rahag terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek,
mempunyai satu patil dan mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak
dan tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip dada mempunyai
jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat kuat dan bergerigi (Djuhanda, 1981).
Menurut Kottelat et al, (1993) bahwa Famili Bagridae adalah ikan berkumis air tawar yang terdapat
dikawasan Tropika Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur. Beberapa jenis memiliki kekhususan pola
warna berbentuk bercak atau garis, mereka tumbuh sangat besar dan bersifat nocturnal, yang hidup di
air keruh aktif sepanjang hari. Beberapa ikan bersuara katak pada waktu ditangkap, merupakan
penghuni dasar air dan memakan segala macam makanan.
Ciri-ciri morfologi ikan baung menurut Mohsin dan Ambak ( 1992 ) adalah : warna tubuhnya kelabu,
kepala lebar dan tinggi, rahang atas lebih sedikit daripada bawah duri sirip punggungdan duri sirip dada
bergerigi kebelakang, sirip adifose lebih pendek daripada sirip punggung, kumis mendibel memanjang
sampai ke sirip dada, kumis mental lebih pendek, sirip ekor becabang dan cuping atas kurang runcing.
Ikan Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh memanjang, licin dan
tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah yang terletak terpisah antara sirip punggung
dan sirip ekor. Mempunyai satu pasang sungut (kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut
rahang atas panjangnya hampir melampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000).
Ikan Baung (Mystus nemurus CV) mempunyai empat pasang sungut perabadan satu diantaranya
panjang sekali, terletak pada sudut rahang atas yang panjangnya mencapai sirip dubur. Sirip punggung
mempunyai dua jari-jari keras, satu diantaranya besar dan rumengmenjadi patil, sedangkan jari-jari
lunaknya ada tujuh buah, sirip dubur mempunyai 12-13 jari-jari lunak, sirip perut mempunyai 6 jari-jari
lunak dan dua jari-jari keras yang menjadi patil serta kepalanya besar. (Djuhanda, 1981).
Seterusnya Bleeker et al (1965), menambahkan bahwa selain sirip dada, sirip punggung berjari-jari
keras tajam dan berbisa, tulang rahang atas bergerigi, warna tubuh punggung agak kehitam-hitaman dan
bagian dada putih
Ikan Baung (Mystus nemurus) secara taksonomi diklasifikasikan kedalam phylum Chordata, kelas
Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones
atau Mystus dan spesies Mystus nemurus (Kottelat et al, 1993). Ikan ini hidup didasar perairan dan
bersifat omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak ikan, udang remis, insekta, molusca dan
rumput (Djadjadiredja, Hatimah dan Arifin, 1977).
Raharjo (1980), secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk
keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah,
sistem integumen, sistem otot,
Ikan Baung mempunyai empat sungut peraba dan satu diantaranya panjang sekali terletak pada sudut
rahang atas, panjangnya mencapai sirip dubur. Ikan ini memiliki kepala yang kasar (Djuhanda, 1981).
Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak bersisik, kepala gepeng dan keras,
mulut lebar, pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek,
mempunyai satu patil dan mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak
dan tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip dada mempunyai
jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat kuat dan bergerigi. (Kottelat et al, 1993).
Ikan ini hidup didasar perairan dan bersifat omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak ikan,
udang remis, insekta, molusca dan rumput ( Djadjadiredja, Hatimah Dan Arifin, 1977)
Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai dan tidak gemar dengan air yang
jernih atau yang terlalu berlumpur ( Inger dan Chin Dalam Mohsin Dan Ambak, 1992 ).
Ikan barau merupakan ikan dari famili Cyprinidae. Menurut Smith (1965). Famili cyiprinidae terbagi
atas empat subfamily yaitu cyprinidae, abraminae, rasborinae, carrinae. Ukuran ikan cyprinidae
beragam antara kurang 3-300 cm. spesies paling besar dalam famili cyprinidae ditemukan di Thailand
yaitu Catlocarpio siamensis yang dapat mencapai panjang hingga 300 cm. famili cyprinidae merupakan
famili ikan dengan genera terbesar yaitu sebanyak 194 genera dan 2070 spesies. Sejumlah 1850 spesies
ditemukan hidup di Afrika dan Eurasia dan 220 ditemukan hidup di North America (Robinson et.el,
1980).
Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara sirip punggung dan sirip
perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar. Pola-pola warna pada ikan dewasa dari
ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut hidup.
Ikan barau merupakan komponen penting sebagai fauna ikan di ekosistem perairan tawar Malaysia
(Abidin, 1986). Makanan ikan barau yaitu phytoplankton dari kelompok chlorophyta, diatom,
cyanophyta, zooplankton dan ikan. Sedangkan makanan kesukaan ikan ini adalah Synedra acus dari
kelompok chlorophyta.
Di Indonesia ikan ini dapat dijumpai di jawa, Sumatra, Kalimantan. Sedangkan diluar Indonesia ikan ini
dapat dijumpai di Malaysia , Thailand, dan Vietnam. Aktifitas pemijahan ikan barau dihubungkan
dengan menurunnya suhu perairan dan naiknya lapisan permukaan air dan meningkatnya turbiditas.
Ikan ini tergolong ikan yang dapat memijah sepanjang tahun, akan tetapi musim pemijahannya
cenderung ketika permulaan musim hujan yaitu dari bulan November sampai March tiap tahunnya.
(Abidin, 1986).
Ciri utama yang tergolong dalam famili Cyprinidae adalah mempunyai gigi parinx yang terdiri dari tiga
baris dan masing-masing baris terdiri dari delapan gigi atau kurang, bibir tipis, tidak mempunyai pailla,
rahang atas selalu dibatasi oleh preMaxilla, sirip dorsal mempunyai jari-jari keras (Nelson, 1984).
Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara sirip punggung dan sirip
perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar. Pola-pola warna pada ikan dewasa dari
ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut hidup.
Ikan mas merupakan ikan yang memunyai nilai ekonomis yang tinggi, dagingnya banyak disukai orang,
mudah berkembang biak, dan mudah beradaptasi (Djatmika, 1986) sedangkan Lovell, Smitherman dan
Shel (1974) menyatakan ikan mas merupakan ikan yang mudah dipijahkan, dapat memanfaatkan
makanan buatan, relative tahann terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat dan mempunyai toleransi
yang besar terhadap kisaran suhu dan terhadap oksigen terlarut.
Huet,(1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar dam didanau-danau serta
perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini sangat peka terhadap perubahan kualitas
lingkungan dimana ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar dan tidak terlalu
dalam dan aliran air yang tidak terlalu deras.
IKAN LAUT
Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) mempunyai klasifikasi yaitu: kelas Pisces, sub kelas
Teleostei, ordo Scombriformes, genus scomber dan Spesies Scomber negletus (SAANIN, 1984).
Ikan kembung perempuan(Scomber neglectus) termasuk ke dalam Ordo Percomorphi.Warna tubuh
bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral berwarna kuning keemasan.Yang membedakan
kembung perempuanfengan kembung jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik
hitam pada bagian dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain
tubuhnya lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki.Habitat kembung perempuan adalah pada air
laut(Saanin,1984)
Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar
perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas
tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan
makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO
dan SUNYOTO,1986).
Ciri lain dari morfologi ikan kembung Perempuan ini adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan
lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-
jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur, terdapat
sirip-sirp tambahan yang kecil (DJUHANDA, 1981).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi, (LAGLER et al., 1977) mengelompokkan fungsi-
fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian, penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna
persembunyian
meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna,
pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang
tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang
menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun
di lepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan
crustacea (KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).
Menurut TIM IKHTIOLOGI (1989), warna yang terdapat pada tubuh ikan tersebut disebabkan oleh
adanya schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan juga disebabkan oleh biochrome (pigmen
pembawa warna). Warna kuning yang terdapat pada ikan ini disebabkan karena adanya pigmen
chromolipoid, warna putih atau keperak-perakan yang terdapat pada tubuh bagian bawah dipengaruhi
oleh pigmen purin, sedangkan warna kebiru-biruan pada bagian atas linnea lateralisnya disebabkan
karena pengaruh pigmen pembawa warna yaitu pigmen indigoid.
Menurut Saanin (1984), klasisifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut Phylum Chordata,Sub phylum
Vertebrata Thunnus,Kelas Teleostei,Sub kelas Actinopterygii, Ordo : Perciformes,Sub ordo :
Scombroidae,Genus : Thunnus, Species : Thunnus alalunga (Albacore).
Tuna termasuk perenang cepat dan terkuat di antara ikan-ikan yang berangka tulang. Penyebaran ikan
tuna mulai dari laut merah, laut India,Malaysia, Indonesia dan sekitarnya. Juga terdapat di laut daerah
tropis dan daerah beriklim sedang (Djuhanda, 1981).
Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol),
dan vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin) Departemen of Health Education and Walfare (1972
yang diacu Maghfiroh, 2000)
Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara 45 – 50 % dari tubuh
ikan (Suzuki, 1981).
Daging merah pada ikan pelagis memungkinkan jenis ikan ini berenang pada kecepatan yang tetap
untuk memperoleh makanan dan untuk bermigrasi (Learson dan Kaylor, 1990).
Pigmen yang telah diisolasi dari grup ikan tuna adalah “ tunaxanthin “ dan pigmen tersebut merupakan
karakterisrtik utama ikan-ikan laut pada umumnya (Simpson, 1962).
Menurut (Kottelat et al,1993) suku ini umumnya berukuran kecil dan merupakan ikan - ikan migran.
Beberapa jenis hidup terbatas di sungai-sungai atau muara. Beberapa jenis memiliki gigi tetapi
kebanyakan memakan plankton. Pada perutnya terdapat geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip
dubur. Sirip dada berpangkal dekat profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip ekor bercagak
kedalam, sirip punggung tunggal gurat sisi sangat pendek atau tidak ada samasekali dan sisik profil
perutnya bertaji
Suku ini umumnya berukuran kecil dan merupakan ikan –ikan migran. Beberapa jenis hidup terbatas di
sungai-sungai atau muara. Beberapa jenis memiliki gigi tetapi kebanyakan memakan plankton. Pada
perutnya terdapat geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip dubur. Sirip dada berpangkal dekat
profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip ekor bercagak kedalam, sirip punggung tunggal
gurat sisi sangat pendek atau tidak ada samasekali dan sisik profil perutnya bertaji (Kottelat, 1993).
53. IKAN GULAMAH (Pseudocienna amovensis)
Ika Gulamah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo Percomorphi, Sub Ordo Percoidea, Famili
Scienidae ,Genus Pseudocienna dan spesies Pseudocienna amovensis.
Menurut Weber et el (1993) ciri ikan Gulamah adalah bermulut lebar ,gigi-gigi besar dan kecil pada
rahangnya.Gigi besar pada pada bagian ujung rahang atas ,tanpa gigi taring.Memiliki gelembung
udara.Bentuknya lonjong atau lebih mirip wortel dan dilengkapi dengan tonjolan seperti akar pohon
yang berjumlah 22-29.Panjang urat sisi dapat mencapai 3 cm namun pada umumnya 25-30 cm. Sirip
punggung berjari-jari keras 10, diikuti dengan 1 jari-jari keras yangbersambung dengan 25-28 jari-jari
lemah .Sirip dubur berjari-jaru keras 2 dan 7 jari-jari lemah.Warna dasar yang dimiliki ikan ini adalah
putih keabuan dengan adanya strip-strip yang bergelombang.Terdapat di bagian atas badan suatu bentuk
kuning pucat memanjang di atas garis rusuk.Total hitam pada pangkal sirip dada juga pada penutup
inang.Sirip-sirip sebagian kuning sebagian gelap dan ukuran dapat mencapai 38 cm dan umumnya 25-
30 cm.
Menurut Kottelate(1993) ikan Pari adalah ikan air laut yang memiliki sirip ekor seperti cambuk.Ikan
Pari adalah ikan yang termasuk dalam Ordo Batoidea,Family Trygonidea, dan Genus Trygon sedangkan
spesiesnya Trygon sephen.Ikan ini tidak mempunyai sirip punggung,sirip perut, sirip dada dan sirip
anus.Tetapi ikan pari mempunyai ekor seperti cambuk yang mempunyai duri yang berbisa.Ikan Pari
termasuk ikan Agnatha (Ikan tidak memiliki rahang).Ikan pari mempunyai mata dan lubang hidung
yang terletak pada bagian atas atau bagian depan dari kepalanya.Sedangkan mulut ,celah insang dan
lekuk hidung terletal di bagian bawah dari kepala ikan tersebut.
56. IKAN SARDIN(Sardinella sirin).
Menurut Saanin (1995) mengklasifikaikan ikan sardin berdasarkan sistem bleeker yatu:phylum
chordata, kelas piscas, sub kelas teleostei, ordo percomorfes, sub ordo combroidea, famili serranidae,
genus Sardinella, spesies Sardinella sirin.
Ikan Sardin (Sardinella sirin). Merupakan ikan yang tergolong pada keluarga Stromidae yang
berkerabat dengan keluarga Carangidae, bentuk badan panah dengan badan yang rendah. Merupakan
ikan herbivora yang cenderung bersifat omnivora, selain suka melahap tumbuhan air, ia juga suka
memakan udang atau ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. (Djuhanda, 1981).
Ikan Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang , Posisi sudut mulut satu garis
lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip punggung berbentuk sempurna dan
terletak dipertengahan dengan permulaan dasar didepan sirip perut, sirip dada dibawah linea lateralis,
sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit )Saanin 1986).
Bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16-18) + (12-14). Awal sirip punggung
sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat kearah moncong daripada kebatang sirip ekor. Sirip
punggung berjari-jari lemah 15-18, sedang sirip duburnya 18-20. Terdapat sirip tambahan pada sirip
perutnya. Tapisan insang halus berjumlah 36-42 pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di
perairan pantai, lepas pantai. Pemakan plankton halus, dapat mencapai panjang 23 cm, umumnya 17-18
cm. Warna tubuh biru kehijauan, putih perak bagian bawah, gelap bagian atas badan.
DAFTAR PUSTAKA
Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan baung (Mystus
nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas
Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).
Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed. Butterwotrhs,
London.
ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua New Guinea
Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Di
Kabupaten Bengkalis. Riau.
Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.
Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach and
development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn 30 pp
DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di Waduk PLTA Koto
Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang,
Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan).
Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178. Ottawa. 48 p.
Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University Press. New York.
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan
Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).
DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan
sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).
Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I. Direktorat
jendral perikanan. Jakarta
Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber
Widya. Jakarta. 96 hal.
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003.
Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal
FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Diterjemahkan Tim
Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang, Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal.
Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal Litbang, IX (4) :
69-75.
GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya dengan Fishing
Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.
HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983. Identifikasi dan
Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat Penelitian Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak
diterbitkan).
HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing (New Book) Ltd.
London.
KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan penangkapan iakn
Semarang, Semarang. 188 hal.
KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.
Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley and Sons, inc.
New York. 506 p.
LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p.
Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyologi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri. (tidak
diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.
MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia. Dewan Bahasa
dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 281 Halaman.
Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal
Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan Intervensi
Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal.
Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.
Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588 Halaman
PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian
Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan).
PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto Panjang. Riau. Puasat
Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).
RAHAYU. W. 1992. Tekhnologi Fermentasi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. IPB, Bogor140
hal
Ratna. E. 1997. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 150 hal.
Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo (Kalimantan barat, Indonesia). Calif.
Acad. Sci. Mem. 14:1-210
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
Shaw, Jim. 1990. Kehidupan didalam air. Tira pustaka : Jakarta.
SIHOTANG, C. 1989. Limnologi I. fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal (tidak
diterbitkan).
SUBARDJA, D.S.B.B. ABDUL MALIK. H. SUHERMAN dan ASNAWATI (1995) Pengenalan Jenis
ikan di Perairan Umum Jambi Bagian I. Ikan-ikan sungai utama Batang Hari, Jambi. Dinas Perikanan
Provinsi Daerah Tingkat I, Jambi. 144 Halaman.
Sunyoto. P dan Mustahal. 1997. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.
SWINGLE. A. S. 1968. Standardization of Chemical and Analisys for Water and pond muds. FAO
World a Symposium on Warm Water Pond Fish culture. Fishery Report 44 (4) 397-421 pp.
Sweeta. I. N. 1975. Sifat-sifat air pada umumnya dan untuk budidaya ikan. T.C. Perikanan, Sukabumi
49 hal.
Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. IPB Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan.
Bogor.
WARDOYO, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning
Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).
WEBER, M and L. F. de BEAUFORT. 1916. The Fishes of the Indo Australian Archipelago III. Brill
ltd. Leaden. 455 pp.
YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar
Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau,
Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).
Diposkan oleh literatur ikhtiologi di 03.39
1 KOMENTAR:
literatur ikhtiologi mengatakan...
Poskan Komentar
LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha
Kuasa karena atas rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
laporan yang berjudul “Sistem Syaraf dan Reporoduksi” hingga selesai tepat pada
waktunya, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Asisten Dosen Laboraturium
Biologi Perikanan yang telah membantudalam pelaksanaan praktikum.
DAFTAR ISI
Isi Hal
aman
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan dan Manfaat...................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.3. Metode Praktikum........................................................................................4
3.4. Prosedur Praktikum.....................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
aman
1. Morfologi Ikan Selar (Selaroidesleptolepis)............................................ 5
Lampiran Ha
laman
1. Alat-alat yang digunakan selama praktikum......................................................... 12
I. PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Ilmu tentang perikanan atau ikhtiologi perlu dipelajari, selain ikan
merupakan salah satu sumberdaya yang penting, nilai-nilai kepentingan yang
lain dari ikan antara lain dapat memberikan manfaat untuk rekreasi, nilai
ekonomi atau bernilai komersial, dan juga memberikan pengetahuan tentang
ikan yang merupakan kebutuhan informasi dasar untuk mengembangkan
perikanan baik dibidang budidaya, penangkapan, maupun pengolahannya, ilmu
pengetahuan tentang ikandimunculkan oleh rasa ingin tahu manusia dan
kebutuhan akan data base ikan bagi kepentingan perdagangan, industry maupun
pariwisata. Salah satu yang perlu dipelajari tentang ikan adalah system syaraf
dan reproduksinya.
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan
sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat
maritim yang mandiri.
Sistem saraf terdiri atas system saraf pusat dan system saraf tepi. Pada
ikan dewasa, otaknya terdiri dari lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon (Yulia, 2004).
Ovari pada ikan terdapat didalam tubuh ikan betina. Bentuknya juga
sangat bergantung pada rongga tubuh yang tersedia. Tetapi pada umumnya
mempunyai bentuk yang memanjang. Jumlahnya sepasang dan mengantung
pada mesenteries. Dengan posisi persis tepat dibawah tulang punggung dan
ginjal serta terdapat disamping gelembungu dara(Mandaet al, 2005)
Pada seksualitas ikan dipelajari tentang jenis kelamin dari suatu
spesies ikan karena individu setiap spesies ikan memiliki ciri – ciri khusus
sebagai penentu apakah individu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina.
Penampakan ciri – ciri tersebut dapat diketahui melalui pengamatan terhadap
organ reproduksi yang dimiliki dan juga dapat dilihat melalui penampakan ciri -
ciri pada permukaan tubuhnya.(Pulungan,2005) .
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung
hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang,
sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar
(Cahyono, 2000).
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah nampan, serbet, alat tulis
lengkap, masker,sarung tangan buku penuntun praktikum, cutter, gunting bedah,
dan. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan Selar
Kuning(Selaroides leptolepis) dan ikan Mas ( Cyprinus carpio)
3.3. MetodePraktikum
3.4 ProsedurPraktikum
Letakkan ikan yang menjadi objek praktikum ke dalam nampan yang telah
disediakan, Gambar ikan semirip mungkin dengan yang aslinya. Kemudian
bedah kepala ikan untuk melihat hipofisa dan otaknya, setelah itu belah juga
perutnya untuk melihat ovari atau testes ikan tersebut
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Carangiidae
Genus : Selaroides
Gambar 1.Mofologi ikanSelarKuning(Selaroidesleptolepis)
Keterangan :
TL= 15 cmSL= 13 cmBDH= 4 cm FL = 14 cm
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
TL= 13 cm SL= 10 cm BDH= 6 cm FL = 12 cm
Gambar 3. Hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas memilki hipofisa yang terletak pada bagaian bawah otak
diencephalon yang memiliki begitu banyak kegunaan, salah satu nya bisa
digunakan sebaggai perangsang telur untuk keluar pada proses pemijahan.
Ikan Selar Kuning mempunyai lubang insang yang besar, membran
insang tidak menggabungkan sisik kecil dan cycloid akan tetapi meruncing
menyerupai jarum. Jumlah celah insang cukup banyak. Secara umum warna
punggungnya biru kehijau-hujauan , bagian bawah keperak-perakan. Dua sirip
dorsal yang selalu dipisahkan pada juvenil-juvenil kecil, sirip anal dengan dua
duri, pertama anterior dipisahkan dari sirip lainnya. Sirip Caudal selalu
berbentuk seperti garpu. Garis lateral melengkung atau naik secara anterior lurus
secara posterior
Sistem Syaraf pada ikan terbagi menjadi Sistem Cerebro Spinal dan
Sistem autonomik.
Otak terdiri dari otak kecil (Cerebellum) dan Otak besar (Cerebrum).
Secara umum, Otak terbagi menjadi lima bagian, yaitu : Telencephalon,
Diencephalon, Mesencephalon, metencephalon, Dan Myelencephalon.
Organ Sensori ikan ada tiga, yaitu : Mata, Organ Pembau, Dan Organ
Pengecap.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A danIqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya.
Yayasan Citra Emulsi. Makassar.
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,
Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II. Faperikan Press
Universitas Riau. Pekanbaru. 180 hal
Hutabarat,2002. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid Idan II. Bina
Cipta, Bandung.
Irmandy Syofyan, 2004. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan I, Tim Editor
Pekanbaru. 140 Hal
Romimohtarto, K. 2008. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Alat tulis
Serbet
Nampan
Sarung Tangan
Tisu Gulung
PEKANBARUUNIVERSITAS RIAU
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Penggolongan,
Bentuk Tubuh dan Bagian Luar Tubuh Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk
membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak
kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.
Pekanbaru, April 2013
Emelia
Nasution
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikthiologi adalah ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan segala aspek
kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika,
reproduksi, dll).
Ikan adalah hewan vertebrata yang hidup di air, bernafas dengan insang,
bergerak dengan sirip, bersifat poikiloterm dan memiliki linnea lateralis. Pada bagian
morfologi ikan, dapat dilihat secara jelas dan dapat dibedakan langsung bagian-bagian
tubuhnya. Ditinjau dari morfologinya, tubuh ikan dibagi atas tiga bagian, yakni kepala
(caput), badan (truncus) dan ekor (caudal). Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut
terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup insang) paling belakang. Pada ikan
bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh sistem rangka, sistem otot
dan habitat dimana ikan hidup karena beberapa spesies akan mengalami perubahan
bentuk tubuh secara berangsur-angsur, mulai dari larva hingga dewasa sehingga
bentuknya menyerupai bentuk induknya. Antara jenis yang satu dengan jenis lainnya
berbeda- beda. Perbedaan bentuk tubuh ini pada umumnya disebabkan oleh adanya
adaptasi terhadap habitat dan cara hidupnya. Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan
tersebut dibagi dua yaitu:
a. Simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibelah dua secara membujur mulai dari ujung
kepala sampai ujung ekor, maka belahan sebelah kanan akan sama persis dengan
belahan sebelah kiri, yakni belahan sebelah kiri merupakan cerminan dari belahan
sebelah kanan.
b. Non simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibelah dua secara membujur mulai dari
ujung kepala sampai ujung ekor, maka belahan sebelah kanan tidak akan sama dengan
belahan sebelah kiri, yakni belahan sebelah kiri bukan cerminan dari belahan sebelah
kanan.
Secara garis besar, ikan-ikan yang terdapat dialam terbagi atas dua grup, yakni
agnatha (ikan yang tidak berahang) dan gnathostomata (ikan yang memiliki rahang.
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah kita dapat mengetahui
berbagai bentuk tubuh bagian luar dari tubuh ikan. Kita juga dapat membedakan
perbedaan antara ikan yang memiliki rahang dengan ikan yang tidak memiliki rahang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu manusia dan
kebutuhan akan data base ikan bagi kepentingan perdagangan, industri maupun
pariwisata. Ikan telah mampu bertahan hidup seiring dengan perkembangan variasi dari
tempat hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang bersih sampai pada air yang
bersalinitas lebih tinggi pada air laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras,
di dalam air yang sunyi dan gelap dan tidak terdapat hewan vertebrata lainnya dan di
lautan luas. Bagi ikan, air adalah media komunikasi mereka, tempat beranak dan
bertelur, tempat tidur, tempat bermain, toilet, panggung kehidupan dan kuburan bagi
mereka (Rajabnadia, 2009).
Secara garis besar ikan-ikan yang terdapat dialam terbagi atas dua grup yaitu
aganatha (ikan yang tidak berahang) dan gnathostomata (ikan yang memiliki rahang).
Grup ikan tersebut dibagi kedalam tiga kelas, yakni kelas cephalospidomophi, kelas
condrichthyes dan kelas osteichthyes ( Manda, 2013).
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar
ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-
jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.
(Wahyuningsih dan barus, 2006).
Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu
titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
ujung ekor.
- Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae)
hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir
karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.
- Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)
hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan baung sampah (Mystus
nemurus), belut (Monopterus albus), betok (Anabas testudineus), toman (Channa
micropaltes), tambakan (Helostoma temminckii), sepat rawa (Trichogaster trichopterus),
layur (Trichiurus savala), lidah (Cynoglossus lingua), kerapu macan (Ephinephelus
fuscoguttatus) dan serai (Caranx rotteri). Adapun alat yang digunakan dalam praktikum
ini seperti nampan, buku gambar ikhtiologi, buku penuntun praktikum ikhtilogi, serbet,
tissue dan alat tulis.
4.1 Hasil
Ukuran Morphometrik :
Ordo : Ostariophysi
Family : Bagridae
Genus : Mystus
Deskripsi
Ukuran Morphometrik :
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Caranx
Deskripsi
Ukuran Morphometrik :
Ordo : Labyrinthici
Family : Anabantidae
Genus : Anabas
Deskripsi
Ukuran Morphometrik :
Ordo : Labyrinthici
Family : Anabantidae
Genus : Helostoma
Deskripsi
sangat kecil, rahang atas dan bawah sama, bibir tebal dan
Ukuran Morphometrik :
Ordo : Synbrochoitea
Family : Synbranchidea
Genus : Monopterus
Deskripsi
Belut adalah jenis ikan yang mempunyai bentuk badan panjang dan mirip ular
namun tidak bersisik. Sirip punggung dan sirip dubur berubah bentuk menjadi sembulan
kulit yang tidak berjari-jari. Matanya kecil dan melengkung, kulitnya licin mengeluarkan
lendir, giginya juga kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang
lebar di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor
yang sangat kecil, sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.
Ukuran Morphometrik :
Ordo : Heterosomata
Family : Soleidae
Genus : Cynoglossus
Ukuran Morphometrik :
SL = 31 cm, BdH = 5,5 cm, HdL = 9,5 cm
Ordo : Perciformes
Family : Channide
Genus : Channa
Deskripsi
Ukuran Morphometrik :
Ordo : Labyrinthici
Family : Anabantidae
Genus : Trichogaster
Ordo : Pertromophi
Family : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Deskripsi
Ukuran Morphometrik :
TL = cm, SL = cm, BdH = cm, HdL = cm
Ordo : Perchomorphi
Family : Serradinae
Genus : Ephinephelus
Deskripsi
Termasuk dalam kelas osteichtyes, bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip
dubur ikan berupa busur. Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau
kecokelatan. Badan dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan
atau coklat gelap. Bintik-bintik dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir.
Ukuran bintik semakin mengecil ke arah mulut. Adapun punggung dan pangkal sirip
punggung ikan terdapat bercak besar kehitaman.
4.2 Pembahasan
Betok hidup di danau, sungai, rawa-rawa dan genangan air lainnya. Betok tahan
terhadap kekeringan dan kekurangan oksigen. Kadang-kadang betok dapat hidup selama
1 minggu tanpa air, atau tinggal dalam lumpur ang masih mengandung air selama 1-2
bulan. Betok adalah ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan sehingga mampu
mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh karenanya ikan ini dapat hidup diair yang
minim oksigen. (Kordi, 2010).
bawah sama, bibir tebal dan mempunyai deretan gigi yang ujungnya
suka menempelkan bibir tebalnya pada benda apaun atau pada bibir
Ikan Belut (Monopterus albus) adalah jenis ikan yang mempunyai bentuk badan
panjang dan mirip ular namun tidak bersisik. Sirip punggung dan sirip dubur berubah
bentuk menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Matanya kecil dan
melengkung, kulitnya licin mengeluarkan lendir, giginya juga kecil runcing berbentuk
kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya. Belut
mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil, sehingga
hampir tidak terlihat oleh mata.
yang lebh besar, seperti serangga, jentik, siput, cacing, udang kodok
dan ikan-ikan kecil. (Kordi, 2010).
Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis
kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan
berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi
perairan di wilayah Indo-Pasifik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
pratikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Publisher.Yogyakarta
Medan.
Sistem Reproduksi Ikan (Sistem
Anatomi Ikan)
Reproduksi pada ikan seperti halnya pada mahluk hidup lainnya, adalah
suatu proses alamiah dalam rangka pengelakan spesies. Reproduksi adalah
suatu proses makhluk hidup dalam usaha pengabdian spesies dan proses
pemunculan spesies dengan ciri atau sifat yang merupakan kombinasi perubahan
genetik. Ikan mengembangkan berbagai strategi reproduksi untuk mencapai
keberhasilan reproduksi. Disini organ-organ yang terkait dengan proses reproduksi
sangat berperan. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan perairan tempat
hunian ikan. Perubahan lingkungan akan memberikan efek yang berbeda pada spesies
ikan yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan melakukan perjalanan ruaya yang jauh
untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat dan tepat waktu untuk kepastian
keberhasilan reproduksi terkait erat dengan peran sistem endoktrin.
Ikan Rainbow berasal dari Papua dan sebagian benua Australia. Menurut Allen (1991),
beberapa jenis ikan rainbow merupakan ikan spesifik yang hidup di Papua maupun
Australia. Sementara Kottelat dkk.(1993) melaporkan ada 10 jenis rainbow yang khas
sulawesi yaitu jenis Telmatherina. Menurut informasi baru-baru ini ditemukan jenis ikan
rainbow yang baru dari Papua.
Ikan Rainbow tergolong famili melanotaeniidae yang terdiri dari enam genus, yaitu:
1. Chilatherina
2. Glossolepis
3. Iriatherina
4. Milanotaenia
5. Rhadinocentrus
6. Cairnsichthys
Ikan Rainbow merupakan hewan endemik di puau Papua, Australia, dan Sulawesi.
A. Rainbow Merah
B. Raibow Sulawesi
C. Rainbow Makuloci
D. dll
1. Mulut
Mulut adalah organ yang pertama dan penting, namun jika dilihat mana yang terpenting
kita tidak bisa menentukannya, karena pada dasarnya semua urutan pencernaan dari
mulut sampai anus merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan jika salah
satu hilang makan akan berdampak buruk bahkan kematian.
Jenis atau ragam ikan yang ada di muka bumi ini sangatlah banyak dan berbeda-beda,
tentunya karena hal tersebut juga Mulut dari masing-masing jenis ikan akan berbeda.
a. Mulut Penghisap, yaitu mulut yang memiliki ciri dengan bibir yang melebar dan
menebal.
b. Mulut berparuh, yaitu mulut yang memiliki ciri mulut yang meruncing atau tumpul,
sebagai modifikasi dari bibir atau rahang.
c. Mulut biasa, dimana perbedaan yang tidak terlalu jauh dari rongga mulut pada bagian
atas dan bawah.
a. Terminal
c. Superior
d. Inferior
Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang relatip kecil
tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendpatkan makanan dengan cara mengisap, mereka
mempunyai mulut tipe inforior dan bibir yang berdaging tebal. Inferior merupakan tipe
mulut ikan yang terletak di bawah kepala menghadap ke bawah. Contoh ikan yang
memiliki tipe inferior adalah ikan patin.
**
Sebagai tambahan, pada bagian mulut juga sering kali dilengkapi dengan sungut yang
bentuk dan jumlahnya sangat bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika
ikan tersebut mencari makan. Sungut di lengkapi dengan saraf, untuk menemukan
makanan di antara material yang lunak.
Di dalam mulut sebagian ikan terdapat gigi rahang yang juga berperan dalam sistem
pencernaan. Berdasarkan bentuknya gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk, yaitu:
b. Gigi filiform mirip dengan gigi cardiform, hanya lebih panjang dan memberikan
gambaran seperti rumbai-rumbai, misalnya pada belone dan pterois.
c. Gigi canine menyerupai gigi anjing bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau
melengkung dan disesuaikan untuk mencengkram.
2. Esofagus
3. Lambung
Pada ikan pemakan ikan lambung semata-mata berbentuk memanjang seperti pada ikan
gabus (ophiocephalus striatus), pada ikan belanak (Liza subhiridis) lambung
bermodifikasi menjadi alat penggiling, lambung tersebut berukuran kecil, tetapi
dindingnya sangat tebal dan berotot. Sebagian besar ikan mempunyai lambung.
4. Usus
Pada ikan karnifora usunya berukuran pendek, hal ini disebabkan karena makanan
berdaging dapat dicerna dengan lebih mudah daripada tumbuhan. Sebaliknya usus ikan
herbifora panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan misalnya ikan nilem,
Osteochilus hasellti.
5. Anus
Adalah saluran pembuangan akhir zat sisa makanan yang telah dicerna oleh ikan
sepertihalnya pada hewan-hewan lain ataupun manusia.
Read more: http://perikananindonesia.com/jenis-jenis-makanan-ikan/#ixzz2VE17ZLm1
Lokasi: Lhokseumawe, Indonesia
Cara jitu mancing ikan kerapu akan saya jelaskan pada artikel saya ini. Teknik
memancingnya hampir sama denganteknik mancing ikan kakap merah. Hanya tinggal
penerapan di lapangan saja dimana tiap-tiap angler mempunyai fariasi berbeda-beda
walaupun garis besarnya hampir sama.
Untuk lure dengan targat mancing kerapu, kita bisa menggunakan minnow berlidah
panjang karena minnow dengan lidah panjang akan menyelam lebih dalam dan pasti
bisa mendekati sarang atau rumah kerapu. Biasanya mancing kerapu dengan cara teknik
casting bisa dilakukan secara landbase di pinggir laut dimana di sekirtnya terdapat batu-
batuan atau karang. Berikut beberapa contoh minnow untuk mancing target kerapu:
Banyak kejadian aneh yang sering terjadi seperti mancing dengan teknik trolling tapi
mndapatkan strike kerapu. Hal ini bisa terjadi jika umpan trolling memiliki lidah panjang
dan didukung dengan spot trolling yang tidak terlalu dalam. Terkadang juga ketika kita
menggunakan pancing kotrek untuk mencari target ikan-ikan kecil justru dapat hasil ikan
kerapu. Hal ini terjadi jika umpan kotrekan atau brandil kita terlalu rendah hingga
mendekati dasar laut.
Bisa juga kita mancing ikan kerapu dengan menggunakan metal jig atau bisa juga
menggunakan inchiku yang kita mainkan di sekitar sarangnya.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya kesabaran dari seorang angler. Bisa juga dengan
cara ditunggu sampai ikan kerapu keluar lagi dari sarangnya. Bisa juga menunggu sampai
ikan kerapu itu lemas dan melepaskan genggaman dari sarangnya. Biasanya seorang
pemancing pemula langsung main hajar padahal posisi ikan kerapu sudah masuk ke
dalam sarangnya. Hasilnya line akan banyak bergesekan dengan karang atau benda lain
yang bersifat tajam yang akan mengakibatkan senar atau line putus. Pupus sudah
harapan kita mendapatkan hasil ikan kerapu.
Ikan kerapu merupakan ikan yang sangat mudah terkena dekompresi. Jika kita fight
dengan ikan kerapu kemudian kita hajar tanpa ampun, pasti dia akan mengalami
dekompresi yang mengakibatkan lidahnya menjulur keluar dan matanya juga melotot
keluar yang mengakibatkan dia tidak berdaya tanpa ada perlawanan sama sekali yang
bisa mengakibatkan kematian bagi ikan kerapu. Hal ini terjadi ketika kita memancing di
laut yang cukup dalam karena ada perbedaan tekanan air di setiap jarak kedalaman air
laut.
Demikian telah saya jelaskan sedikit informasi menganai teknik ampuh dan jitu
memancing ikan kerapu. Semoga info ini bisa bermanfaat bagi para mancing mania di
Indonesia pada khususnya dan mancing mania di seluruh dunia pada umumnya.
Family : Chlorellacea
Genus : Chlorella (Bougis, 1979)
Menurut habitat hidupnya ada dua macam Chlorella, yaitu Chlorella yang hidup di air
tawar maupn yang hidup di air laut. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah C.
minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. virginica.
2. MORFOLOGI
Bentuk sel bulat atau bulat telur, merupakan alga bersel tunggal, tetapi kadang-kadang
dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar 2-8 mikron, berwarna hijau karena
klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya keras terdiri atas selulosa dan
pectin. Sel ini mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella dapat bergerak
tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak bergerak.
Gambar 1: Morfologi Chlorella sp
C. STERILISASI
1. METODE STERILISASI
Pada dasarnya persiapan untuk kultur berbagai jenis phytoplankton adalah sama,
misalnya pada kultur Chlorella sp, yaitu sterilisasi alat dan bahan yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan. Ada lima metode sterilisasi, yakni:
a. Sterilisasi Basah
Metode ini dilakukan dengan cara perebusan. Botol-botol kultur dan peralatan lain yang
akan digunakan direbus dengan air hingga mendidih selama 2 jam. Air yang akan
digunakan untuk kultur juga dapat disterilkan dengan cara ini.
b. Sterilisasi dengan Autoclave dan Oven
Sterilisasi dengan autoclave pada dasarnya menggunakan uap air panas bertekanan,
sedangkan sterilisasi menggunakan oven menggunakan udara panas. Sterilisasi model ini
umumnya digunakan untuk mensterilkan alat-alat dan botol kultur yang terbuat dari
gelas.
c. Sterilisasi dengan Penyaringan
Metode ini dilakukan untuk cairan/larutan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi,
misalnya vitamin, sehingga dilakukan penyaringan dengan sebuah saringan yang steril.
d. Sterilisasi dengan Sinar Ultra Violet
Sinar UV dengan panjang gelombang 2000-3000 A dapat membunuh mikroorganisme
dengan cara menghancurkan struktur proteinnya. Metode ini banyak digunakan untk
mensterilkan ruang kerja dan air.
e. Sterilisasi Kimia
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk sterilisasi ini adalah HCL, HgCl2, Alkohol,
Formalin, Phenol, Chlorin, dan sebagainya.
Larutan agar-agar yang telah dipupuk disterilisasi dengan autoclave (121 0C, 15 menit)
atau pengukusan sekitar 30 menit. Bahan-bahan pengkaya yang tidak tahan panas harus
disterilkan secara terpisah. Angkat dan biarkan agak dingin, sekitar 50 0C. Selanjutnya
dituangkan kedalam cawan petri yang sudah steril dengan tebal kurang lebih 3 mm atau
kedalam tabung reaksi yang sudah steril dalam posisi miring. Agar miring pada tabung
reaksi tersebut biasa digunakan untuk penyimpanan isolat. Selanjutnya dituang hingga
membeku.
Setelah media agar membeku, kemudian ditulari bibit Chlorella sp yang berasal dari air
sampel dengan cara goresan menggunakan ose yang telah dibakar dengan pembakar
spritus. Bibit digoreskan dalam media agar-agar pada cawan petri dengan pola zig-zag.
Untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme lain maka cawan petri ditutup atau
disegel dengan isolasi.
Untuk penumbuhan, cawan petri atau tabung reaksi tersbeut diletakkan pada rak kultur
serta disinari dengan dua buah lampu TL 40 watt secara terus menerus. Cawan petri
diletakkan dalam posisi terbalik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya proses
pengeringan akibat penyinaran dengan lampu TL secara terus menerus atau terjadinya
penetesan embun dari bagian tutup cawan petri ke media agar-agar.
Setelah beberapa hari inokulum akan tampak tumbuh pada goresan media agar-agar,
tetapi masih dicampur dengan phytoplankton jenis lain, kemudia dilakukan penggoresan
berulang-ulang pada media agar-agar yang sama sampai diperoleh bibit yang benar-
benar murni. Isolate yang diinkubasi dalam ruangan ber AC untuk menjaga kestabilan
suhu 25-27 0C. isolate juga dapat dipindah kecawan petri yang lain atau pada agar miring
dalam tabung reaksi apabila diperlukan.
Hasil kultur murni dari media agar-agar dikembangkan pada media cair dalam tabung
reaksi dengan volume media kultur 10 ml. bibit diambil dengan jarum ose yang steril
kemudia dipindah ke tabung rekasi decara aseptis. Sebelumnya Chlorella sp yang
tumbuh pada permukaan agar-agar diperiksa lebih dahulu dengan cara memindahkan
phytoplankton pada gelas objek yang telah diberi media kultur 1 tetes. Selanjutnya
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Apabila phytoplankton yang diamati sesuai
dengan keinginan kemudian dilakukan inokulasi pada tabung reaksi yang berisi air laut
yang telah diperkaya oleh unsure hara dan ditumbuhkan. Larutan diaduk dengan cara
dikocok sesering mungkin selama masa kultur. Apabila bibit pada tabung reaksi tersebut
telah tumbuh dengan baik, maka phytoplankton tersebut (Chlorella sp) dapat
dikembangkan kedalam botol-botol kultur yang lebih besar.
E. PERTUMBUHAN PLANKTON (Chlorella sp)
Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya
ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel
digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan phytoplankton dalam kultur
pakan alami. Ada empat fase pertumbuhan, yaitu:
1. Fase Istirahat
Sesaat setelah penambahan inokulum kedalam media kultur, populasi tidak mengalami
perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat. Secara fisiologis
phytoplankton sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organism
mengalami metabolism, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan sel
belum meningkat.
2. Fase Logaritmik/Eksponsial
Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi
kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.
3. Fase Stasioner
Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan fase
logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian. Dengan demikian
penambahan dan pengurangan jumlah phytoplankton relative sama ata seimbang
sehingga kepadatan phytoplankton tetap.
4. Fase Kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah sel menurun
secara geometric. Penurunan kepadatan phytoplankton ditandai dengan perubahan
kondisi optimum yang dipengaruhi temperature, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada,
dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.
F. PENGHITUNGAN KEPADATAN PHYTOLANKTON (Chlorella sp)
Penghitungan kepadatan plankton digunakan sebagai salah atu ukuran mengetahui
pertumbuhan phytoplankton, mengetahui kepadatan bibit, kepadatan pada awal kultur,
dan kepadatan pada saat panen. Kepadatan phytoplankton dapat dihitung dengan
menggunakan Hemacytometer.
Hemacytometer banyak digunakan untuk menghitung sel-sel darah. Untuk dapat
mempergunakan alat-alat ini perlu alat yang lain yaitu mikroskop dan pipet tetes. Untuk
memudahkan penghitungan phytoplankton yang diamati biasanya menggunakan alat
bantu hand counter.
Hemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat dari gelas yang dibagi menjadi
kotak-kotak pada dua tempat bidang pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur sangkar
dengan sisi 1 mm, sehingga apabila ditutup dengan gelas penutup volume ruangan yang
terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1 mm atau 10-4 ml. Kotak bujur sangkar yang
mempunyai sisi 1 mm tersebut dibagi lagi menjadi 25 buah kotak bujur sangkar, yang
masing-masing dibagi lagi menjadi 16 kotak bujur sangkar kecil.
Cara penghitungan kepadatan phytoplankton dengan Hemacytometer adalah sebagai
berikut: Hemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue.
Kemudian gelas penutupnya dipasang. Phytoplankton yang akan dihitung kepadatannya
diteteskan dengan menggunakan pipet tetes pada bagian parit yang melintang hingga
penuh. Penetesan harus hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas
penutup. Selanjutnya Hemacytometer tersebut diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100 atau 400 kali dan dicari bidang yang berkotak-kotak. Untuk mengetahui
kepadatan phytoplankton dengan cara menghitung phytoplankton yang terdapat pada
kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm. apabila jumlah phytoplankton yang
didapat adalah N, maka kepadatan phytoplankton adalah N x 104 sel/ml.
G. PEMANENAN
Berdasarkan pola pertumbuhan phytoplankton, maka pemanenan phytoplankton harus
dilakukan pada saat yang tepay yaitu pada saat phytoplankton tersebut mencapai
puncak populasi. Apabila pemanenan phytoplankton terlal cepat atau belum mencapai
puncak populasi, sisa zat hara masih cukup besar sehingga dapat membahayakan
organism pemangsa karena pemberian phytoplankton pada bak larva kebanyakan
dengan cara memindahkan massa air kultur phytoplankton. Sedangkan apabila
pemanenan terlambat maka sudah banyak terjadi kematian phytoplankton sehingga
kualitasnya turun. Khusus untuk phytoplankton jenis Chlorella sp pemanenan dilakukan
pada saat 4 hari karena phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi pada saat
hari ke 4 setelah pembibitan maka sebaiknya segera dipanen.
Pemanenan phytoplankton dapat dilakukan dengan berbagai macam alat sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah phytoplankton. Adapun peralatannya antara lain : centrifuge,
plate separator, dan berbagai macam filter. Pemanenan dapat dilakukan secara total
atau sebagian. Apabila panen dilakukan sebagian, phytoplankton yang telah siap
dipanen diambil sebanyak 2/3 bagian. Kemudian kedalam sisa phytoplankton yang 1/3
bagian tersebut ditambahkan air laut dengan salinitas tertentu (10-20 ppt). selanjutnya
dilakukan pemupukan sekitar ½ dosis. Panen sebagian ini sebaiknya dilakukan tidak lebih
dari tiga kali pada bak budidaya yang sama, setelah itu harus dilakukan panen total.
H. PASCA PANEN
Chlorella sp yang telah dipanen memiliki banyak peranan yang sangat penting, baik
sebagai pakan alami larva terutama larva ikan kakap putih, ikan kakap merah, dan ikan
kerapu, juga sebagai green water pada pemeliharaan berbagai jenis larva. Bahkan kini
banyak digunakan dalam system pengolahan dan penanggulangan air limbah.Chlorella
sp ternyata sudah dikonsumsi manusia dan sangat mudah didapatkan dipasaran dalam
berbagai bentk, seperti tablet, sirup, permen, shampoo, sabun, handbody lotion, dan
lain-lain.
Hasil pemanenan dapat disimpan dalam bentuk kering didapat dari hasil penjemuran
phytoplankton konsentrat dibawah sinar matahari.penjemuran dilakukan dalam kotak
penjemuran bertenaga surya yang dapat menghasilkan udara panas dengan suhu sekitar
70 0C. Dengan suhu ini komposisi gizi phytoplankton terutama protein tidak
rusak.Chlorella sp yang kering yang didapat disimpan dalam botol-botol yang tertutup
rapat. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Phytoplankton
freeze (beku) didapat dari hasil penyimpanan phytoplankton yang telah dipadatkan
didalam freezer.
I. PEMELIHARAAN STOK MURNI
Untuk memelihara kesinambungan kultur phytoplankton perlu dilakukan pemeliharaan
stok murni. Stok murni dapat disimpan dalam media agar-agar dan media cair serta
disimpan dalam lemari pendingin. Penyimpanan stok murni dalam media cair dilakukan
dalam tabung reaksi volume 10 ml, diberi pupuk dan tanpa aerasi, tetapi harus dilakukan
pengocokan setiap hari. Biakan stok murni ini diletakkan pada rak kultur dengan
pencahayaa lampu TL. Biakan stok murni ini harus diganti seminggu sekali. Penyimpanan
stok murni dalam lemari pendingin dapat bertahan sampai satu bulan, dan sebaiknya
segera digunakan dan diganti dengan stok murni yang baru.
hendra gunawan
nama saya hendra gunawan lahir di kota lhokseumawe 29 januari
1994. lahir dari keluarga sederhana,bertempat tinggal di desa alue lim,
kec blang mangat lhokseumawe.
seorang mahasiswa di universitas malikussaleh-aceh utara.
Lihat profil lengkapku
Lencana Facebook
Hendra Kepiting Gokil
► 2015 (2)
► 2014 (4)
▼ 2013 (51)
o ► November (2)
o ► Oktober (2)
o ► September (11)
o ► Agustus (10)
o ► Juli (9)
o ▼ Juni (17)
Sistem Reproduksi Ikan (Sistem Anatomi Ikan) ...
marmot.
dan marmot.
fertilisasi internal.
dan marmot
dan marmot
reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu)
dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin
(Pratiwi,1996:101).
organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari
Organ utama penyusun sistem reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan,
gonadnya berupa testis sedangkan pada yang betina disebut ovarium. Gonad
berfungsi sebagai penghasil sel kelamin (sel gamet). Gamet jantan disebut
Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka
sepasang.
berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk
uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek dan
bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka. (Buku SH II,
seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen
medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral
ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah
satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan
reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat
Genitalia Betina
vertebralis.
yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal.
disimpan spermatozoa.
Genitalia Betina
a. Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya
mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland
Hewan, Zoologi).
testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut
dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi
b. Saluran reproduksi
Pada monotremata oviduk uviduk hanya sebelah kiri yang berasal dari duktus
o Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke
vagina.
o Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan
satui lubang.
o Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara
vagina. Kelenjar Prostat
Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip
2. Amphibi
eksternal.
3. Reptil
4. Aves
Berupa penis yang serupa dengan penis pada kura-kura maupun buaya.
5. Mamalia
untuk mamalia yang lebih tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum.
Vulva pada primata terdapat dua lapisan kulit, yaitu labia minora yang
labia mayora. Di bagian dinding ventral dari vestibula terdapat klitoris yang
homolog dengan penis. Di kedua sisi vesti bulum terdapat kelenjar seks
Reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu
organisme. Bayangkan apabila ada suatu organisme yang tidak melakukan
reproduksi, tentu saja akan menganggu keseimbangan alam. Ingat rantai makanan?
Bayangkanlah salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu akan tidak seimbang
proses alam ini. Yang akan menghancurkan sebuah ekosistem,atau bahkan
peradaban.
Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina
akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur.
Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini
bercampur di dalam air. Cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur
dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan. Ikan terkenal sebagai mahluk yang
mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang
merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila alam
tidak mengaturnya maka dunia akan sangat padat dengan ikan.
1. Ovipar, sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan
berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya
3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di
dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh :
ikan-ikan livebearers
Ada berbagai cara yang sudah dilakukan oleh orang-orang perikanan yang bekerja di
bidang akuaultur. Adanya pemijahan buatan dapat mempercepat produksi ikan di
sebuah tambak atau hatchery. Hal ini dilakukan untuk mengejar target pasar agar
kebutuhan konsumen terpenuhi. Dengan cara menyuntikan hormon untuk
mematangkan sel telur. Sehingga kita dapat mengawinkan ikan sesuai kebutuhan
yang kita inginkan.
Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium.
Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui
pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi
pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses
meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II.
Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada
proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini
masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel
(haploid).
Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm).
Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel
pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang
masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan
bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofil
tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain
masuk.
Cara lain yang digunakan sel telur mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya
reaksi kortikal mikrofil menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang bertumpuk pada
saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi korteks juga berfungsi membersihkan korion
dari spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu proses pernafasan zigot
yang sedang berkembang.
Sebagian besar ikan memerlukan jenis substrat tertentu sebagai sarang untuk tempat
pemijahan. Tempat pemijahan dapat berupa cekungan, batu-batuan, vegetasi,
lumpur, sarang busa dan sebagainya Keberhasilan proses pemijahan berhubungan
erat dengan keberadaan substrat. Jika substrat yang sesuai tidak ditemukan, maka
proses pemijahan akan mengalami kegagalan atau penundaan.
Ikan Nocomis sp., Semotilus sp. dan Exoglossum sp. biasanya membuat sarang
dengan membuat timbunan kerikil, telur diletakkan di sela-sela kerikil kemudian
ditimbun lagi dengan kerikil baru. Kemudian sarang akan dijaga oleh ikan jantan. Ikan
sepat (Trichogaster pectoralis) dan ikan cupang (Betta imbilis) membuat sarang busa
sebelum memijah. Pemijahan berlangsung di bawah sarang busa, kemudian telur-
telur yang diserakkan diletakkan diantara sarang busa. Ikan jantan akan menjaga
telur-telur tersebut sampai menetas.
Pada sebagian besar ikan teleostei, adanya perbedaan antara factor eksternal dan
internal akan mendorong ikan melakukan strategi reproduksi tertentu. Fuktuasi
kondisi lingkungan dapat mempengaruhi aktifitas neuroendokrin dan endokrin.
Sementara itu neuroendokrin dan endokrin berperan penting dalam merangsang
pematangan akhir oosit dirangsang.
Pada banyak kasus reproduksi ikan, sering ditemukan bahwa proses ovulasi ikan
tidak dapat berlangsung, meskipun proses vitellogenesis sudah sempurna.
Keberhasilan proses ovulasi ditentukan oleh mekanisme fisiologi, proses
metabolisme dan kesesuaian dengan faktor eksternal (kehadiran pejantan, substrat
untuk pemijahan, rendahnya ancaman predator dan sebagainya). Namun demikian
informasi tentang peran factor eksternal dalam proses reproduksi masih sangat
terbatas. Menurut Stacey (1984), beberapa faktor eksternal yang berperan penting
bagi keberhasilan proses reproduksi adalah:
1. Photo periode
Proses ovulasi pada beberapa ikan teleostei menunjukkan hubungan yang erat
dengan photoperiod. Ikan Oryzias latipes, perbedaan perlakuan photoperiod
menunjukkan tingkat GtH yang berbeda, kadar GtH dalam darah meningkat pada
photoperiod yang berubah-ubah (dari terang ke gelap dan sebaliknya). Tetapi pada
penerangan yang konstan (selalu terang atau gelap selalu) kadar GtH dalam darah
cenderung berfluktuasi. Photoperiod diduga berpengaruh secara langsung terhadap
mekanisme saraf yang menentukan waktu pemijahan bagi ikan laut.
Ikan cyprinidae yang hidup di daerah subtropik seperti Notemigonus crysoleucas,
Carassius auratus, Gila cypha dan Couesius plumbeus biasanya memijah pada akhir
musim semi dan awal musim panas. Proses gametogenesis disesuaikan dengan
suhu dan photo periode. Pada musim dingin gametogenesis berlangsung lambat,
kemudian semakin meningkat pada musim panas dan mencapai tahap
perkembangan sempurna pada musim semi.
Ikan Perca fluviatilis yang dipelihara pada laboratorium dengan photo periode 24 jam
menunjukkan kematian yang lebih tinggi 7,4% dibandingkan dengan photo periode 12
jam dan 18 jam (masing-masing 3,2% dan 3,3%). Selanjutnya dikatakan bahwa pada
photo periode yang lebih lama perkembangan gonad akan terhambat (terutama ikan
jantan).
2. Suhu
Siklus reproduksi musiman pada ikan tropis cenderung dipengaruhi oleh adanya
hujan, bukan oleh suhu. Pada musim hujan akan banyak ditemukan daerah genangan
air seperti rawa banjiran yang berfungsi sebagai tempat pemijahan dan daerah
asuhan larva. Beberapa ikan tropis (seperti: mormyridae, cyprinidae), pada musim
hujan akan melakukan migrasi ke hulu sungai dan rawa banjiran untuk memijah.
Suhu juga berperan penting dalam reproduksi ikan Smallmouth Bass, suhu
mempengaruhi waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan.
Pada ikan ini fluktuasi suhu mempengaruhi tempat pembuatan sarang, jumlah telur
yang menetas dan tingkah laku menjaga anaknya. Suhu yang tidak stabil mendorong
induk ikan Smallmouth Bass melakukan penjagaan terhadap anak-anaknya yang baru
menetas.
Pada ikan Medaka (Oryzias latipes) lama waktu sintesis DNA tahap dini dalam
leptotene spermatocyte sampai spermatid tahap awal pada suhu 25°C adalah 5 hari,
sedangkan pada suhu 15°C memerlukan waktu 12 hari. Lama perkembangan
spermatid awal sampai spermatozoa adalah 7 hari (pada suhu 25°C) dan 8 hari (pada
suhu 15°C). Pada ikan Guppy lama waktu perkembangan leptotene tahap awal
menjadi spermatozoa adalah 125 hari pada suhu 25°C, sedangkan Poecillia shenops
lama waktu perkembangan leptotene tahap awal menjadi spermatozoa pada suhu
yang sama adalah 125 hari . Suhu lingkungan yang tinggi cukup menjadi trigger
dalam pematangan seksual ikan Brachyhypopomus pinnicaudatus yang hidup di
daerah subtropik.
Proses vitellogeneis pada ikan Goldfish yang dipelihara pada suhu kurang dari 14°C ,
tetapi tidak terjadi ovulasi. Ovulasi berlangsung dalam waktu sehari setelah suhu
ditingkatkan menjadi 20°C. peningkatan suhu air juga dapat mempercepat
vitellogenesis ikan Tinca tinca yang dipelihara pada kolam terbuka.
3. Substrat pemijahan
Ikan Goldfish akan memijah dengan baik jika menemukan vegetasi untuk
menempelkan telurnya, jika ditemukan vegetasi maka ovulasi akan terhambat.
Stimulasi proses pemijahan beberapa spesies ikan dapat dilakukan dengan
pemberian “petrichor”, yaitu campuran berbagai bahan organik yang telah
dikeringkan. tanaman air dan akar pohon yang terendam air serin digunakan sebagai
subtrat untuk menempelkan telur oleh ikan Ikan Sumatra (Capoeta tetrazona) betina.
Pada saat pemijahan berlangsung, ikan jantan akan menempelkan sirip perutnya ke
tubuh ikan betina, sehingga sperma dan telur terlepas kemudian menempel pada
substrat.
4. Ketersediaan makanan
Lemak adalah komponen pakan kedua setelah protein, pakan induk yang kekurangan
asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah. Tetapi
proporsi lemak yang relatif rendah dengan Ω3-HUFA tinggi dapat meningkatkan
kematangan gonad. Kadar HUFA yang baik bagi ikan Clarias batrachus adalah Ω6
sebanyak 0,26% dan Ω3 sebanyak 1,68% yang terkandung dalam kadar lemak rata-
rata 5,87 g/100g bobot kering pakan.
Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi karbohidrat pakan induk ikan lele adalah
serat kasar 3,19%-5,83% dan kadar abu 5,02%-6,15%. Mineral yang penting bagi
pematangan gonad adalah phospor (P), seng (Zn), dan mangan (Mn) Sedangkan
vitamin E berperan penting dalam pematangan gonad. Kandungan vitamin E dalam
pakan sebesar 24,5 IU/g pakan menunjukkan hasil terbaik bagi pematangan gonad
ikan Ekor kuning.
Interaksi antar individu dapat mempengaruhi tingkah lau reproduksi dan fertilitas.
Salah satu spesies chichlid Haplochromis burtoni, interaksi antara ikan jantan
mempengaruhi fungsi gonad. Mekanisme ini diatur oleh otak melalui saraf yang
mengatur pelepasan GnRH sesuai dengan status sosial ikan jantan. GnRH dikirim
oleh saraf hyphotalamus ke pituitary yang mengatur proses reproduksi melalui
pelepasan pituitary gonadotropin yang mengatur fungsi gonad Stimuli yang bersifat
visual dan kimia dari individu lain dapat meningkatkan frekuensi pemijahan. Stimuli ini
mendorong perkembangan ovarium tetapi tidak mempengaruhi ovulasi secara
langsung.
Pada ikan sepat (Trichogaster pectoralis), aktifitas ikan jantan yang sedang membuat
sarang dapat mempercepat ovulasi. Pada beberapa spesies ikan, ovulasi akan
terhambat jika kepadatan ikan pada suatu perairan sangat tinggi.
6. Salinitas
Tingkah laku dan proses reproduksi pada ikan merupakan hal yang sangat menarik
untuk dipelajari. Kami telas membuat ringkasan tentang pemijahan (perkawinan) ikan
berdasarkan jumlah pemijahan dalam satu tahun, pemilihan pasangan, jenis kelamin,
pembuatan dan tipe sarang, serta pemeliharaan anak dan lainnya. Tentu saja
mekanisme pemijahan pada ikan tidaklah sederhana, tetapi dipengaruhi banyak
faktor baik internal maupun eksternal. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk
mempermudah pemahaman kita tentang pemijahan ikan.
1. Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali setiap tahun, tetapi
dengan masa pemijahan yang panjang. Pematangan telur tidak terjadi secara
bersamaan, sehingga telur yang dikeluarkan dan menetas pun tdak bersamaan.
contoh: ikan-ikan rivulines
2. Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. contoh: sebagian besar ikan
asuk dalam kategori ini (elasmobranch (ikan bertulang rawan), lungfishes (ikan
berparu-paru), perciforms, Betta spp. (ikan adu).
* /*Polyandry */: ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim
pemijahan. contoh: anemone fishes (ingat anemone).
* /*Monogamy*/ : ikan memijah dengan pasangan yang sama selama beberapa
periode pemijahan contoh: serranus (jenis beronang), beberpa jenis cichlid (misalnya
ikan Oscar), jawfish, hamlets
C. Jenis kelamin
* */Gonochoristic/* : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang
kelamin) contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranch, cypriniforms,
salmoniforms).
* Gynogenetic: ikan jantan tidak membuahi ikan betina, tetapi hanya mengaktifkan
telurnya saja. contoh: Poeciliopsis, Poecilia Formosa (no male contribution, only egg
activation)
* Hybridogenetic: ikan jantan membuahi ikan betina pada satu musim pemijahan,
tetapi tidak pada musim pemajah berikutnya. contoh: Poeciliopsis (male contribution
discarded each generation)
* Monomorphic
* Sexually dimorphic
* Polymorphic
* Membuat dan menjaga sarangnya, contoh: ikan gobi, gurami, cichlid (mujahir).
* External: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan
betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan.
* Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex
lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot
sperma pejantan tangguh. Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di
mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberpa jenis cichlids, ikan arwana.
Siapa bilang cuma manusia yang bisa mengasuh anaknya, ikan juga bisa.
* Ikan jantan menjaga dan mengasuh anaknya, contoh: ikan cupang (Betta sp.), sea
catfishes, greenlings
Sistem genitalia pada ikan berfungsi untuk melakukan perkembangbiakan. Organ utama pada
ikan jantan berupa testis yang nantinya akan menghasilkan spermatozoa. Organ utama pada
ikan betina berupa ovarium yang nantinya akan menghasilkan ovum. Ketika gamet jantan
yaitu spermatozoa dan gamet betina yaitu ovum bila terjadi pembuahan akan menghasilkan
zigot (individu baru) dan terjadi perkembangan embrio di dalam telur.
Karakteristik organ reproduksi pada ikan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Primer
Organ reproduksi primer pada ikan jantang berupa gonad yang akan menghasilkan hormon.
2. Sekunder
Organ reproduksi sekunder yaitu :
Organ Tambahan : Saluran reproduksi ( ovipositor, clasper )
Aksesoris : Benuk, ukuran, warna tubuh, dll.
Organ ciri seksual sekunder tidak berhubungan dengan kegiatan reproduksi. Organ seksual
sekunder pada ikan yaitu :
1. Bentuk tubuh jantan / betina lebih besar.
2. Buncak pemijahan pada ikan jantan.
3. Sirip ekor lebih panjang pada ikan jantan.
4. Warna tubuh lebih cemerlang pada ikan jantan.
Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur sendiri, ada
yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh
seekor induk. Ikan yang memiliki ukuran telur besar contohnya ikan Nila dan Arwana, akan
memiliki jumlah telur yang lebih sedikit disbanding dengan ikan yang ukuran telurnya kecil
seperti ikan Cupang dan Mas. Hal ini disebabkan oleh kapasitas yang dimiliki si induk untuk
menampung telur. Ukuran telur ikan banyak ditentukan oleh ukuran kuning telurnya. Makin
besar kuning telur makin besar pula peluang embrio untuk bertahan hidup.
Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga
abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe
ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
Testis
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah
tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi
dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut
akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas
deferens menuju celah/ lubang urogenital.
Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh
mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang
dan seringkali berlobus.
terpisah.
Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di dalam (internal
fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun demikian kebanyakan
jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external fertilization).
Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar. Ikan jenis ovipar
mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh “si jantan”. Proses pembuahan
sel telur (oosit) oleh sel sperma berlangsung diluar tubuh ikan dimana sperma memasuki sel
telur melalui sebuah lubang yang disebut dengan mikrofil. Umumnya hanya satu sperma
yang dapat masuk ke dalam sebuah sel telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma
disebut zigot.
Sebaliknya ikan yang melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan
jenis ini berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan
betina (internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, kemudian
melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan yang berkembangbiak
secara ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti platy, guppy, dan molly.
Kelangsungan hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan yang dihasilkan setiap
kelahiran tidak dapat banyak karena daya dukung induk terbatas (seperti pada halnya
manusia).
Proses kawinnya ikan didahului dengan pematangan sel-sel telur pada betina dan sel-sel
sperma dalam testis pada ikan jantan. Selanjutnya proses kawin (spawning) pada ikan ini
berlangsung secara alamiah/insting.
Diketahui ada cara lain dalam perkembangbiakan ikan yang direkayasa oleh manusia. Proses
ini disebut “kawin suntik”. Namun proses ini umumnya adalah untuk mematangkan gonad
pada ikan yang dirangsang sedemikian rupa sehingga si ikan mudah mengeluarkan telurnya
dan mempercepat proses fertilisasi.
Pada sebagian besar ikan, betina dan jantan merupakan individu terpisah. Akan tetapi, pada
beberapa famili, seperti Sparidae dan Serrinadae, jantan dan betinanya bisa terdapat pada
satu invidu sehinga mereka dapat melakukan pembuahan sendiri. Fenomena ini dikenal
sebagai hermaphroditic. Pada hermaphroditic, telur dan sperma sama-sama dihasilkan (baik
pada waktu sama, maupun berbeda), selanjutnya mereka kawin dengan jenis hermaprodit
lainnya. Pembuahan sendiri secara eksternal bisa terjadi pada ikan hermaphrodit yang akan
mengeluarkan telur dan sperma secara simultan. Pada jenis hermaphrodit yang lain
pembuahan internal sendiri juga dapat berlangsung.
a. Organ Reproduksi
Organ reproduksi katak jantan berbeda dengan katak betina. Pada katak
jantan terdapat sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih-putihan) terletak
disebelah atas ginjal. Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang
terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggntungnya yang disebut
mesovarium.
b. Metamorvosis Katak
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat kantung yang
mengembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah
dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan bermuara pada kantong kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Seperma yang di hasilkan berjumlah sepasang dan
di salirkan kedalam vasdeverens. Vas deveren katak jantan bersatu dengan ureter .
Dari vasdeveren sperma lalu bermuara ke kloaka. Setelah terjadi vertilisasi eksternal,
ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk
gumpalan telur. Gumpalan telur yang dibuahi kemudian akan berkembang menjadi
berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan
melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.makanannya berupa fitoplankton
sehingga berudu tahap awal merupakan herbivore. Yang kemudian berkembang
menjadi insektivora. Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-
paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, ekor semakin memendek dan
akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorphosis katak selesai.
Sistem Endokrin
Sistim endokrin adalah sistem control kelenjar tanpa saluran (ductles) yang
menghasilakn hormone yang tersilkurasi ditubuh untuk mempengaruhi organ-organ
lain. Hormone bertindak sebagai pembawa pesan dan dibawa oleh aliran darah ke
berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnnya akan menerjemahkan pesan tersebut
menjadi suatu tundakan.
Sistem Syaraf
Sistem syaraf pada katak terdiri atas syaraf pusat dan syaraf tepi. Syaraf pusat
tersusun atas otak dan tali spinal. Sedangkan saraf tepi terdiri atas syaraf cranial,
syaraf spinal. Otak dan tali spinal dibungkus oleh dua membrane yang tebal yaitu
durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiameter yang batasan dengan
jaringan syaraf
yang jantan.
Organ utama penyusun system reproduksi adalah gonad. Pada hewan jantan
gonadnya disebut testis, sedang pada hewan betina disebut ovarium. Pada
o Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke
vagina.
o Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan
satui lubang.
o Bikornuat; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara
DAFTAR PUSTAKA
Biologi UM
Tenser, Amy. 2003. Bahan Ajar: Strutur Hewan II. Malang. Dirjen Dikti