LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA

MASYARAKAT SUNDA TERBAGI MENJADI DUA BAGIAN, YAITU :

1. MASYARAKAT GOLONGAN BANGSAWAN

2. MASYARAKAT GOLONGAN BIASA.

PEMILIHAN GOLONGAN MENGACU PADA CARA MAKAN DAN MINUM MASYARAKAT BIASA YANG MEMILIKI KEKHASAN

YANG DIAKIBATKAN OLEH LINGKUNGAN HIDUP KEBUTUHAN UNTUK MAKAN DAN MINUM HAL YANG UTAMA. TETAPI

BUDAYA MASYARAKAT SUNDA YANG BERBEDA MENYEBABKAN JENIS MAKANAN DAN MINUMAN SERTA SISTEM

PELAYANAN YANG BERBEDA PULA SESUAI DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA.

MASYARAKAT GOLONGAN BIASA MEMILIKI PANDANGAN HIDUP TENTANG ALAM YAITU, HERAYATI(1986:25)

1. UNTUK MENCAPAI KEHIDUPAN YANG BAIK, PERLU ADANYA KESEIMBANGAN DAN KESELARASAN YANG DAPAT

DICAPAI DENGAN KETENTRAMAN DAN KEDAMAIAN ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN

2. KEHIDUPAN YANG BAIK JUGA MEMPUNYAI MAKSUD TERCAPAINYA KESELAMATAN DAN KEAMANAN DALAM

LINGKUNGAN KEHIDUPAN
 3. PRINSIP KESEDERHANAAN MENJADI UKURAN BAGI ORANG SUNDA DALAMMENCAPAI TUJUAN HIDUPNYA.

SEDERHANA DALAM ARTI TIDAK BERLEBIHAN, SEPERTI DIKEMUKAKAN DALAM UNGKAPAN MAKAN SEKEDAR

TIDAK LAPAR, MINUM SEKEDAR TIDAK HAUS.

HAL INI BERARTI MASYARAKAT SUNDA MEMILIKI USAHA UNTUK MENYELARASKAN HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA.

MENURUT DIT. JEN PARIWISATA : BAHWA MASYARAKAT SUNDA MEMPUNYAI KEPERCAYAAN BAHWA ALAM SEMESTA

TERBAGI MENJADI DUNIA BAWAH, DUNIA TENGAH DAN DUNIA ATAS. DUNIA TENGAH MERUPAKAN PUSAT DAN

MANUSIA MENETAPKAN DIRINYA SEBAGAI PUSAT ALAM SEMESTA. ARTINYA BAHWA MANUSA MENJADI PUSAT

KEHIDUPAN YANG HARUS MEMELIHARA KESEIMBANGAN DAN KEAMANAN DI DALAM ALAM MELALUI TINGKAH

LAKUNYA. JADI SETIAP KEHIDUPAN SELALU MENGARAH DAN MENCERMINKAN HUBUNGANNYA DENGAN ALAM.

LETAK DAN KEADAAN ALAM

PROPINSI JAWA BARAT MERUPAKAN PROPINSI YANG PERTAMA KALI DIBENTUK DI INDONESIA, YAKNI PADA TAHUN 1925

DENGAN NAMA PROVINCE WEST JAVA. SEBELUM LAHIR ISTILAH TERSEBUT, WILAYAH INI DIKENAL DENGAN NAMA

TANAH SUNDA ATAU PASUNDAN. LETAK PROPINSI INI ANTARA 550 - 7050 LINTANG SELATAN DAN 10448 - 10848

BUJUR TIMUR.
LUAS JAWA BARAT YAITU 4.385.239,238 HA YANG MENURUT FUNGSINYA TERBAGI ATAS : (21,3)

PERSAWAHAN 1.071.098,109

TANAH DARAT 2.053.368,459

TANAH PERBUKITAN 316.000,000

TANAH HUTAN 944.872.670

SECARA GEOGRAFIS, JAWA BARAT DISEBELAH TIMUR BERBATASAN DENGAN SUNGAI CILANDUY TERUS KE UTARA

HINGGA SEBELAH TIMUR CIREBON. DI SEBELAH UTARA BERBATASAN DENGAN LAUT JAWA, DI SEBELAH BARAT

BERBATASAN DENGAN SELAT SUNDA DAN DI SEBELAH SELATAN BERBATASAN DENGAN DENGAN LAUT INDONESIA.

JAWA BARAT BAGIAN UTARA MEMANJANG DARI DAERAH SERANG DI BANTEN TERUS KE TIMUR SAMPAI CIREBON

MERUPAKAN DARATAN RENDAH YANG SEBAGIAN BESAR DIJADIKAN SEBAGAI TANAH PERSAWAHAN. DARATAN INI

DIBATASI DENGAN PANTAI YANG LANDAI DI SEBELAH UTARA. SEDANGKAN DI SEBELAH SELATAN MULAI DARI SEBELAH

SELATAN PANDEGLANG, BOGOR, PURWAKARTA DAN SUBANG MERUPAKAN DAERAH PEGUNUNGAN DENGA GUNUNG-

GUNUNG BERAPI BAIK YANG MASIH AKTIF MAUPUN YANG MATI. DI DAERAH INI TERDAPAT DARATAN TINGGI, ANTARA

LAIN DARATAN TINGGI CIANJUR.

DARATAN TINGGI BANDUNG MEMANJANG DARI PADALARANG HINGGA CICALENGKA SEPANJANG 50KM, DENGAN

LEBAR 20KM. SEBAGIAN BESAR DARI DARATAN TINGGI INI DIJADIKAN SAWAH. DEMIKIAN PULA DENGAN DARATAN

TINGGI LAINNYA SEPERTI DARATAN TINGGI GARUT YANG DIKELILINGI OLEH PEGUNUNGAN YANG SEBAGIAN BESAR

DJADIKAN SAWAH.

FAUNA DAN FLORA

ALAM BINATANG DI JAWA BARAT DAPAT DIKELOMPOKAN SEBAGAI BERIKUT

BINATANG LIAR YANG DILINDUNGI : BADAK, BATENG, RUSA, BABI HUTAN, KANCIL, MACAN TUTUL, ANJING HUTAN,

WAUWAU, JENIS-JENIS BURUNG DAN KERA.

BINATANG TERNAK YANG DIPELIHARA : SAPI, BABI, KERBAU, KUDA, DOMBA, AYAM, DAN JENIS-JENIS UNGGAS.

PERIKANAN DARAT DAN LAUT : IKAN MAS, MUJAIR SEPAT SIAM, BANDENG, TAWES, NILEM, GURAMI, BELANAK,

BELUT, LELE, IKAN NILA.

ALAM TUMBUH-TUMBUHAN DAPAT DIKELOMPOKKAN SEPERTI BERIKUT:

TANAMAN PANGAN :TANAMAN PALAWIJA (JAGUNG, KETELA POHON, KETELA RAMBAT, KACANG TANAH, KACANG

KEDELAI, KACANG HIJAU, DAN WIJEN)

 TANAMAN SAYURAN :KENTANG, KUBIS, POTSAI, TOMAT, WORTEL, BAWANG DAUN, LOBAK, BUNCIS

TANAMAN BUAH :ALPOKAT, JERUK, DUKUH, DURIAN, JAMBU, MANGGA, NANAS, PSANG, RAMBUTAN, SALAK, DAN

SAWO.

TANAMAN PERKEBUNAN : TEH, KINA, TEBU, COKLAT, KELAPA, SAWIT, KOPI, CENGKEH,DLL

TANAMAN PRODUKSI YANG TERDAPAT DI HUTAN: JATI, PINUS, RASAMALA, MAESOPSIS, DAMAR, MAHONI, BAKAU,

JABON, DLL.

TANAMAN HU=IAS YANG TERDIRI DARI BUNGA : ROS, DAHLIA, SEDAP MALAM, SINYONAKAL, PACARKELING, DAN

NUSA INDAH.

TANAMAN REMPAH: LADA, PALA, CABE, DLL

SISTEM MATA PENCAHARIAN

DI DARATAN RENDAH BAGIAN UTARA, PERTANIAN YANG DILAKUKAN OLEH PENDUDUK DIUSAHAKAN SECARA

MONOKULTUR DAN JENIS TANAMAN YANG DITANAM IYALAH PADI.

DI DAERAH PEGUNUNGAN, PERTANIAN BERSIFAT MULTIKULTUR. PENDUDUK MENANAM ANEKA RAGAM

TANAMAN DI KEBUN-KEBUN DAN PALAWIJA. SEHABIS PANEN, SAWAH-SAWAH DAPAT DITANAMI DENGAN
 TANAMAN SAYURAN, KETELA RAMBAT, KETELA POHON, TOMAT, ATAU DIJADIKAN SEBAGAI BALONG (KOLAM

IKAN). SELAIN PANEN, DI DAERAH INI MENGISI WAKTUNYA DENGAN MELAKUKAN USAHA KECIL-KECILAN DI

RUMAH DENGAN MEMBUAT ANYAM-ANYAMAN DARI BAMBU, PANDAN, ATAU MEMBUAT BATA. BARANG-BARANG

KERAJINAN TANGAN BISA DIJUAL KE PASAR DAN HASILNYA DIPERGUNAKAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN

POKOK ATAU TAMBAHAN.

DI DAERAH PERTANIAN DI SEPANJANG PANTAI UTARA (CIREBON, INDRAMAYU, KARAWANG), PENDUDUK

MELAKUKAN USAHA-USAHA BERTANI DI SAMPING MENANGKAP IKAN DILAUT. KEDUA JENIS PEKERJAAN ITU

DILAKUKAN SECARA BERGANTIAN. PADA MUSIM TANAM, MEREKA PERGI KE SAWAH, SEDANGKAN PADA MUSIM

SELESAI PANEN, WAKTU YANG KOSONG DIPERGUNAKAN UNTUK PERGI KE LAUT. TERKADANG TANPA

MENGHIRAUKAN MUSIM TANAM ATAU PANEN ITU, PENDUDUK PANTAI UTARA ( TERUTAMA DI DAERAH

INDRAMAYU), MENGADAKAN SEMACAM PEMBAGIAN PEKERJAAN. SEMENTARA PENDUDUK LAKI-LAKI PERGI

KELAUT, WANITA BEKERJA DI SAWAH DAN ANAK-ANAK PEREMPUAN MELAKUKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN

SAMPINGAN LAINNYA MISALNYA MEMBATIK.

SISTEM KEMASYARAKATAN

DI DESA-DESA DI DAERAH JAWA BARAT, TERDAPATPEMBAGIAN KERJA YANG LEBIH TEGAS ANTARA KELURGA

BATIH. SI ISTRI MEENGURUSI RUMAH DAN MEMPERSIAPKAN MAKANAN UNTUK SUAMI DAN ANAK-ANAK. KADANG

MEMBANTU SUAMI BEKERJA DI SAWAH DAN LADANG MENGERJAKAN PEKERJAAN YANG BISA DIKERJAKAN OLEH

WANITA SEPERTI TANDUR, NGARAMBET, MENUAI PADI, ATAU MUUHAN YAKNI MEMASUKKAN BIBIT PADI ATAU

JAGUNG KE DALAM LUBANG TUGAL. SEDANGKAN SUAMI MELAKUKAN PEKERJAAN SEPERTI MENCANGKUL,

NGAWULUKU, MEMBUAT PAGAR ATAU SELOKAN.

SISTEM RELIGI DAN SISTEM PENGETAHUAN

ORANG SUNDA MERUPAKAN GOLONGAN TERBESAR PENGANUT AGAMA ISLAM DI JAWA BARAT. MEREKA PADA

UMUMNYA PATUH MENJALANKAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN AGAMA ISLAM SEPERTI SALAT LIMA WAKTU, PUASA

DI BULAN SUCI RAMADHAN DAN HASRAT UNTUK MENUNAIKAN IBADA HAJI.

ORANG SUNDA PADA UMUMNYA MASIH PERCAYA KEPADA HAL-HAL YANG GAIB YANG DIANGGAP DAPAT

MENDATANGKAN KESENANGAN, SEPERTI POHON-POHON BESAR, SUMBER AIR, BATU-BATU YANG BELUM

DIGANGGU MANUSIA ATAU MAKAM-MAKAM KUNO YANG TERMSHUR.

 ORANG SUNDA MEMILIKI SISTEM PENGETAHUAN TETANG PERGANTIAN MUSIM YAKNI MUSIM KEMARAU DAN

MUSIM PENGHUJAN. PENGETAHUAN INI DIMILIKI SECARA TURUN MENURUN DAN DIGUNAKAN DALAM BIDANG

PERTANIAN, TERUTAMA DALAM HAL BERTANAM PADI DI SAWAH. PENGETAHUAN ORANG SUNDA MENUNJUKAN

KESAMAANNYADENGAN PENGETAHUAN DI TANAH JAWA, SEHINGGA ADA ANGGAPAN BAHWA PENGETAHUAN

TERSEBUT BERASAL DARI SANA.

KESENIAN

KESENIAN ORANG SUNDA YANG ADA KAITANNYA DENGAN SENI BANGUNAN (ARSITEKTUR) ADALAH SENI TANGAN.

SUDAH PULUHAN TAHUN JAWA BARAT DIKENAL SEBAGAI PEMBUAT JENIS KERAJINAN TANGAN SEPERTI TERBUAT DARI

KAYU, BAMBU, ROTAN, TANAH, BATU, TANDUK, RUMPUT, BULU, KULIT, TULANG, BESI, DAN BIJI-BIJIAN. DAN SALAH SATU

JENIS KERAJINAN TANG YANG PALING MENOJOL YAITU WAYANG GOLEK YAITU BONEKA KAYU YANG DIBUAT KHUSUS

UNTUK PERTUNJUKAN WAYANG YANG MENCERITAKAN KISAH-KISAH TENTANG MAHABARATA DAN RAMAYANA
SENI UKIR LAINNYA ADALAH SENI PEMBUATAN TOPENG-TOPENG (KEDOK) YANG SERING DIPERTUNJUKKAN TARI

SEPERTI TARI TOPENG YANG BERASAL DARI CIREBON. CONTOH TOPENG LAINNYA YAITU:

TOPENG ARJUNA

TOPENG SEMAR

BUTA BUBARJAMAN

TOPENG SAMBA

TOPENG RAHWANA

SALEMBARAN DAN TOPENG BALAKUTAK

RAGAM HIAS
ADA BEBERAPA JENIS RAGAM HIAS ANTARA LAIN :

FLORA

KAWUNG RUCUK BUNG KELIANGAN

BERBENTUK BENTUK
TUMBUHAN MENYERUPAI
MUDA YANG DAUN
BARU TUMBUH KELIANGAN.
DALAM KEADAAN LIANG BERARTI
MOTIF KAWUNG BANYAK RUNCING- DAUN KERING.
DIJUMPAI PADA KAYU-KAYU RUNCING KE KELIANGAN
MELINTANG PADA BANGUNAN- ATAS BIASANYA DIPAKAI PADA
BANGUNAN TEMPAT PERTEMUAN. DIPAKAI PADA TIANG-TIANG.
TIANG- TIANG.

KANGKUNGAN PATRAN SIMBAR

WARNA DARI RAGAM HIAS INI
BERBENTUK PADA UMUMNYA TIDAK
DAUN-DAUNAN MEMILIKI WARNA YANG
BENTUK DAUN DAN BATANG YANG TIDAK MENGIKAT. WARNA YANG
TUMBUH-TUMBUHAN JENIS TERATUR DUPILIH SESUAI DENGAN
KANGKUNG YANG BENTUKNYA. WARNA ASLI. SEPERTI
MENJALAR.BIASA DIPAKAI SERING
TUMBUHAN : HIJAU, MERAH,
PADA BANJEN (TEPI KELILING) DIPAKAI DI
KUNING.
MISAL PADA TEMBOK PINTU DINDING KAYU
GERBANG. BERUKIR
 FAUNA
MOTIF HIASAN DENGAN BENTUK
MOTIF GAJAH ( LIMAN) MOTIF KERBAU BINATANG INI BANYAK DIPAKAI
PADA DINDING KAYU (GEBYOG)
PADA RUMAH-RUMAH
GOLONGAN BANGSAWAN.

KERBAU DIGAMBARKAN
DENGAN BENTUK KEPALANYA
SAJA DENGAN KEDUA
GAJAH DIGAMBARKAN TANDUKNYA MENGHADAP
DENGAN POSISI BERGERAK KEDEPAN. KERBAU
DENGAN KEEMPAT KEEMPAT MELAMBANGKAN KESUBURAN
KAKINYA TERGAMBAR TANAH.
DENGAN JELAS. GAJAH
MELAMBANGKAN KEKUATAN.
 ALAM

MOTIF WADASAN MEGASUMIRAT MEGAMENDUNG

MOTIF DENGAN BENTUK-BENTUK MOTIF MEGAMENDUNG BENTUK

MOTIF WADASAN MEGA YANG BERCAHAYA BERSIH, MEGA YANG KERUH TATKALA
BERPANGKAL PADA MOTIF MELAMBANGKAN SUASANA HATI MENJELANG HUJAN, BENTUKNYA
UTAMA. YANG TERANG BENDERANG. MENGGANTUNG KEBAWAH
KARENA SARAT DENGAN UAP AIR,
MELAMBANGKAN SUASANA HATI
YANG MURUNG.
 RAGAM HIAS LAINNYA
TERDAPAT JENIS RAGAM HIAS LAINNYA YANG DIJUMPAI PADA BANGUNAN LAMA (TRADISIONAL) SEPERTI ANTARA
LAIN :
SWASTIKA
RAGAM HIAS INI MERUPAKAN
PENGISI BIDANG DENGAN
GAMBAR-GAMBAR BERGARIS
LURUS.
SARIGSIG
BENTUK TULANG-TULANG
SAYAP BURUNG (KALONG)
MENYERUPAI HURUF W
ANGEN WAJIKAN
POTONGAN KAYU YANG
DISUSUN MENJADI POLA GARIS
LURUS DAN MELINTANG POLA INI MENYERUPAI BENTUK
SEBAGAI PENGISI LUBANG WAJIK (JAJARAN GENJANG)
ANGIN DI PINTU ATAU JENDELA
RUMAH TEMPAT TINGGAL.
POLA INI BANYAK DIGUNAKAN
PADA LUBANG ANGIN DIATAS
PINTU/JENDELA.
RUSUK IKAN
BENTUK GARIS-GARIS SEJAJAR
DISUSUN MENYERUPAI RUSUK
IKAN.
KERAJINAN

INDUSTRI KERAJINAN BAMBU

INDUSTRI KERAJINAN BAMBU TERBESAR DI JAWA BARAT YAITU DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERJUMLAH 2.342 UNIT. INDUSTRI

TERBESAR DI 19 KECAMATAN DENGAN JUMLAH YANG TERBANYAK TERDAPAT DI KECAMATAN SALAWU YAITU 390 UNIT (16.65%)

DAN PALING SEDIKIT TERDAPAT DI KECAMATAN TARAJU BERJUMLAH 11 UNIT (0,47%)

SEMENTARA TERDAPAT 12 KECAMATAN YANG TIDAK MEMILIKI INDUSTRI BAMBU YAITU:

CIKALONG, PANTENGAH, BOJONGGAMBIR, SODONGHILIR, SUKARAJA, SALOPA, CINEAM, CIPEDES, CIHIDEUNG, DAN JAMANIS.
CARA MAKAN DAN MINUM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA

KEBUTUHAN UTAMANYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA ADALAH KEBUTUHAN UNTUK MAKAN DAN

MINUM, DAN KEBUTUHAN LAINNYA AKAN DIPENUHI SESUDAH KEBUTUHAN MAKAN DAN MINUM TERPENUHI.

SEBAGAI SALAH SATU SUKU YANG SUDAH TUA DI INDONESIA, MASYARAKAT SUNDA INI MEMILIKI CARA MAKAN

DAN MINUM YANG KHAS, MULAI DARI JENIS MAKANAN, MINUMAN, CARA PENYAJIAN MAKAN DAN MINUMNYA

SAMPAI PADA TEMPAT ATAU AREA YANG DIPAKAI UNTUK MAKAN DAN MINUM.

MAKANAN KHAS YANG DIMILIKI OLEH MASYARAKAT SUNDA ADA BEBERAPA JENIS. SESUAI DENGAN POLA

KEHIDUPANNYA, YAITU MASYARAKAT SUNDA BENAR-BENAR MENYATU DENGAN ALAM, SEHINGGA JENIS

MAKANANNYA DI DOMINASI OLEH MAKANAN-MAKANAN YANG BERBAHAN DASAR DARI ALAM, YAITU SEPERTI

SAYURAN DI OLAH MAUPUN DI OLAH DENGAN BUMBU KHAS SEPERTI : LALAPAN, LOTEK, KAREDOK DLL.

UNTUK MAKANAN LAIN YANG MENJADI CIRI KHAS MASYARAKAT SUNDA ADALAH IKAN GURAME BAIK DI BAKAR

MAUPUN DI GORENG. HAL INI DIKARENAKAN SEBAGIAN BESAR MASYARAKAT SUNDA MEMILIKI KOLAM DI

LADANG YANG MEMELIHARA IKAN GURAME, BAIK UNTUK DIJUAL MAUPUN UNTUK DI MAKAN SENDIRI.

UNTUK CARA PENYAJIAN MAKANANNYA ADALAH DENGAN CARA DISAJIKAN DIRUANG MAKAN DAN DILAYANI.,

YAITU ISTRI MEMASAK DAN DIBANTU OLEH ANAK PEREMPUANMENYIAPKAN MAKANAN KEMUDIAN

DISAJIKANDAN DI TATA DI RUANG MAKANUNTUK KEMUDIAN DIMAKAN BERSAMA SELURUH ANGGOTA

 KELUARGA. BEGITU PULA SETELAH SELESAI MAKAN ISTRI DIBANTU OLEH ANAK PEREMPUANNYA MEREKA

KEMBALI MEMBERSIHKAN RUANG MAKAN YANG SUDAH SELESAI DIGUNAKAN.

RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA

RUMAH TINGGAL BAGI MASYARAKAT SUNDA BERFUNGSI SEBAGAI TEMPAT TINGGAL YANG DAPAT MEMENUHI

KEBUTUHAN MANUSIA. SELAIN DAPAT MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DARI CUACA JUGA DAPAT MENAMPUNG

DAN MENDUKUNG KEGIATAN MANUSIA YANG TINGGAL DIDALAMNYA.

RUMAH TINGGAL SEBAGAI WUJUD FISIK KEBUDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT TIDAK LEPAS DARI MANUSIA

SEBAGAI FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI KONSEP TATA RUANGNYA.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ANTARA LAIN :

1. FAKTOR SOSIAL MASYARAKAT ( TERKAIT DENGAN KEPERCAYAAN DAN AGAMA MASYARAKAT

SETEMPAT).

2. MATA PENCAHARIAN.

3. KONDISI ALAM DAN LINGKUNGAN.

KOMUNIKASI MANUSIA DENGAN MANUSIA LAIN MEWUJUDKAN HUBUNGAN SOSIAL ANTARA SESEORANG DENGAN

ORANG LAINNYA. SESEORANG DENGAN KELOMPOK, ANTARA KELOMPOK YANG SATU DENGAN KELOMPOK
 LAINNYA. KOMUNIKASI KELOMPOK YANG JUMLAHNYA KECIL MAKA RUANGAN YANG DIBUTUHKAN JUGA

RELATIF KECIL. SEPERTI TERAS RUMAH. SEDANGKAN KOMUKASI ANTAR SESEORANG DENGAN ORANG LAIN PADA

SEBUAH KELUARGA MEMBUTUHKAN RUANGAN UNTUK BERKUMPUL DI DALAM RUMAH.

DALAM RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA DIDASARI OLEH DUA ASPEK, YAITU:

1. ASPEK KEPERCAYAAN

MENURUT DIT. JEN. PARIWISATA MENGATAKAN BAHWA MASYARAKAT SUNDA MEMPUNYAI KEPERCAYAAN

BAHWA ALAM SEMESTA TERBAGI MENJADI DUNIA BAWAH, DUNIA TENGAH DAN DUNIA ATAS. DUNIA

TENGAH MERUPAKAN PUSAT DAN MANUSIA MENEMPATKAN DIRINYA SEBAGAI PUSAT ALAM SEMESTA.

ARTINYA BAHWA MANUSIA MENJADI PUSAT KEHIDUPAN YANG HARUS MEMELIHARA KESEIMBANGAN DAN

KEAMANAN DI DALAM ALAM MELALUI TINGKAH LAKUNYA. JADI SETIAP KEHIDUPAN SELALU MENGARAH

DAN MENCERMINKAN HUBUNGANNYA DENGAN ALAM. DAN PEMBAGIAN RUMAH BERDASARKAN ASPEK

KEPERCAYAAN INI DAPATDILIHAT PADA GAMBAR BERIKUT.

 PEMBAGIAN RUMAH BERDASARKAN ASPEK KEPERCAYAAN.

SUMBER: HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

2. ASPEK FUNGSI

MASYARAKAT SUNDA MEMBAGI RUMAH DAN HALAMANNYA (RUANG DALAM DAN RUANG LUAR),

MENJADI DUA DAERAH, SESUAI FUNGSI ANGGOTA KELUARGA, YAITU BAGIAN DEPAN MENJADI BAGIAN

ATAU DAERAH LAKI-LAKI, SEDANGKAN DAERAH BELAKANGA ADALAH DAERAH WANITA. BERIKUT AKAN

DI URAIKAN PEMBAGIAN DAERAH DI DALAM RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA.

 PEMBAGIAN RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA

SUMBER : HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

RUMAH ORANG SUNDA INI DIBANGUN DIATAS PERMUKIMAN TANAH ? 40CM SAMPAI 60CM, PEMBANGUNAN INI

DIPENGARUHI OLEH KEPERCAYAAN DAN KEKUATAN ALAM. YANG ARTINYA RUMAH SEBAGAI KEKUATAN

NETRAL ANTARA DUNIA BAWAH DAN DUNIA ATAS, OLEH KARENA ITU HARUS TERLETAK DI TENGAH ANTARA

KEDUANYA DAN TIDAK BOLEH MENYENTUH TANAH. SEHINGGA BERDASARKAN KEPERCAYAAN ITU, RUMAH

TINGGAL MASYARAKAT SUNDA DISEBUT DENGAN RUMAH PANGGUNG. BAHKAN TIANG-TIANG YANG
 MERUPAKAN KAKI RUMAH HARUS DIBERI ALAS BATU YANG DISEBUT UMPAK SUPAYA TIDAK LANGSUNG

MENGENAI TANAH, YANG JUGA SEBAGAI PENOPANG BEBAN SELURUH RUMAH.

PEMBAGIAN RUMAH PADA MASYARAKAT SUNDA YANG DIBEDAKAN BERDASARKAN GOLONGAN YANG DIPAKAI

PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA YAITU :

1. GOLONGAN BANGSAWAN

DENAH RUMAH MASYARAKAT SUNDA GOLONGAN BANGSAWAN

SUMBER: HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

 DENAH RUMAH DI ATAS ADALAH DENAH PEMBAGIAN RUANG PADA RUMAH GOLONGAN BANGSAWAN, PADA

DENAH DIATAS TERDAPAT BANYAK RUANGAN YANG TIAP RUANGNYA MEMILIKI LUASAN YANG CUKUP

LUAS DAN YANG TERUTAMA ADALAH RUANG TAMU. HAL INI DIKARENAKAN GOLONGAN BANGSAWAN

LEBIH MENGUTAMAKAN HUBUNGAN SOSIAL DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT. BERIKUT SKEMA

HUBUNGAN RUANG YANG MENGHUBUNGKAN RUANG YANG SATU DENGAN YANG LAIN BERDASARKAN

PENGELOMPOKAN.

SKEMA HUBUNGAN ANTAR RUANG PADA RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA GOLONGAN BANGSAWAN.

SUMBER : HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

RUMAH TERSEBUT DIKELOMPOKAN MENJADI DAERAH UMUM YANG DISEBUT SEBAGAI DAERAH LAKI-LAKI

YAITU DAERAH YANG TERLETAK DIBAGIAN DEPAN, DAERAH SEMI PRIVAT YAITU BAGIAN DAERAH ANTARA

DAERAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN, YANG MANA KEGIATAN KOMUNIKASI DIANTARANYA TERJADI.

SEDANGKAN DAERAH PRIVAT ADALAH KAMAR TIDUR PEMILIKNYA. DAERAH PRIVAT DAN DAERAH SEMI

PRIVAT INI TERLETAK DI TENGAH YANG DISEBUT SEBAGAI DAERAH NETRAL. UNTUK DAERAH SERVIS

ADALAH DAERAH PEREMPUAN, YAITU SEBAGAI PUSAT KEGIATAN UNTUK MEMASAK DAN MENCUCI,

DAERAH INI TERLETAK DI DAERAH BELAKANG RUMAH.

PEMBAGIAN DAERAH RUMAH MASYARAKAT SUNDA GOLONGAN BANGSAWAN

SUMBER : HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI,1993

TAMPAK DEPAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL MILIK GOLONGAN BANGSAWAN PADA MASYARAKAT SUNDA

SUMBER : HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI,1993

2. GOLONGAN BIASA
 DENAH RUMAH MASYARAKAT SUNDA GOLONGAN RAKYAT BIASA

SUMBER : HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

GOLONGAN MASYARAKAT SUNDA BIASA LEBIH MENGUTAMAKAN RUANG KELUARGA MEREKA YANG LUAS

DIBANDINGKAN DENGAN AREA PUBLIK YANG DIPAKAI UNTUK BERSOSIALISASI DENGAN MASYARAKAT

SETEMPAT LAINNYA. DAN HUBUNGAN ANTAR RUANGNYA DAPAT DILIHAT JELAS PADA SKEMA HUBUNGAN

RUANG BERIKUT;
SKEMA HUBUNGAN ANTAR RUANG PADA RUMAH TINGGAL GOLONGAN RAKYAT BIASA

SUMBER: HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI,1993

DARI RUANG-RUANG TERSEBUT DAPAT DIKELOMPOKAN SEBAGAI BERIKUT

PEMBAGIAN DAERAH RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA GOLONGAN RAKYAT BIASA

SUMBER : HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

 TAMPAK DEPAN RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA GOLONGAN RAKYAT BIASA.

SUMBER: HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

SEPERTI YANG TERLIHAT PADA GAMBAR, PEMBAGIAN DAERAH PADA RUMAH TINGGAL MASYARAKAT

SUNDA GOLONGAN RAKYAT BIASA DI ATAS, LAKI-LAKI MERUPAKAN DAERAH UMUM YANG BERFUNGSI

UNTUK BERSOSIALISASI DENGAN WARGA SETEMPAT. YANG DIMAKSUD DENGAN DAERAH LAKI-LAKI

ADALAH PADA AREA TERAS. AREA TERAS TERSEBUT DAPAT DILIHAT PADA GAMBAR DIBAWAH INI:
 TERAS SEBAGAI TEMPAT BERSOSIALISASI DENGAN WARGA SEKITAR.

SUMBER : HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI, 1993

UNTUK AREA LAINNYA YANG PENTING ADALAH RUANG DAPUR. RUANG DAPUR INI MERUPAKAN RUANG

YANG PALING MEMBUTUHKAN PERTUKARAN UDARA YANG BAIK BILA DIBANDINGKAN DENGAN RUANG-

RUANG YANG LAINNYA. PADA RUMAH TRADISI SUNDA LUBANG VENTILASI DIBUAT PADA DINDING DAN

PINTU DENGAN CARA MENJARANGKAN JARAK PEMASANGAN BAMBU, SEPERTI YANG TERLIHAT PADA

GAMBAR DIBAWAH INI:

 LUBANG VENTILASI DI DINDING DAPUR

SUMBER: HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI,1993

 PINTU DAPUR YANG BERFUNGSI SEBAGAI LUBANG VENTILASI

SUMBER: HASIL FOTO OBSERVASI TETTY SEKARYATI,1993

MASYARAKAT SUNDA MEMILIKI CIRI KHAS YAITU MUDAH MENERIMA PERUBAHAN YANG DATANG DARI LUAR

DAERAHNYA., TETAPI KARENA MEREKA MEMEGANG TEGUH AGAMA DAN KEPERCAYAAN YANG TELAT TURUN

MENURUN DIANUTNYA, MAKA PERUBAHAN TERSEBUT MEREKA ADOPSI DAN MEREKA SESUAIKAN DENGAN

AGAMA DAN ADAT ISTIADAT YANG DI ANUT DAN MENJADI BUDAYA MILIK MASYARAKAT SUNDA.

DALAM PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL, BAHAN-BAHAN YANG MASYARAKAT SUNDA GUNAKAN ADALAH

BAHAN-BAHAN YANG BERASAL DARI ALAM YANG ADA DI SEKITAR DAERAH MASYARAKAT SUNDA TINGGAL.,
 SEPERTI KAYU ATAU BAMBU YANG DIPAKAI SEBAGAI TIANG PENYANGGA DAN LAINNYA., KARENA MASYARAKAT

SUNDA PERCAYA BAHWA ALAM MERUPAKAN DARI KEHIDUPAN.

DARI BENTUAKAN RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA DAPAT DILIHAT, PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL INI

MEMAKAI BAHAN YANG BERASAL DARI ALAM SEHINGGA TERLIHAT ALAMI DAN MENYATU DENGAN ALAM. HAL

INI DAPAT DILIHAT MELALUI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT :

1. PADA ATAP

ATAP TERLIHAT DI EKSPOSE YANG MEMAKAI BAHAN DARI IJUK ATAU JERAMI YANG DIIKAT MENJADI

SATU DAN DITATA SUPAYA PADA SAAT HUJAN AIR TIDAK MENETES PADA RUANGAN YANG ADA

DIBAWAHNYA. PADA MASYARAKAT SUDA MENGENAL BEBERAPA BENTUKAN ATAP YANG DIPAKAI PADA

RUMAH TINGGAL ORANG SUNDA, YAITU: TIPE ATAP JOLOPONG (ATAP BENTUK INI YANG KEBANYAKAN

DIPAKAI OLEH MASYARAKAT SUNDA), TIPE JOGO ANJING, TIPE BADAK HEUAY, TIPE PERAHU KUMUREP,

TIPE JULANG NGAPAK, TIPE BUKA PALAYU, DAN TIPE BUKA PONGPOK.

2. PADA DINDING

BAHAN YANG DIPAKAI ADALAH DARI BAMBU YANG DIANYAM DAN BUKAN DARI BATU BATA.

3. PADA LANTAI
 LANTAI RUMAH TINGGAL MEMAKAI PENUTUP LANTAI DARI PLESTERAN SEMEN DAN PASIR.NAMUN ADA

JUGA YANG SUDAH MEMAKAI BATAKO SEBAGAI PENUTUP LANTAINYA.

4. PADA RAGAM HIAS

RAGAM HIAS YANG DIPAKAI UNTUK MENGHIASI RUMAH JUGA MEMAKAI BAHAN ALAM YAITU KAYU,

DAN MEMILIKI BENTUKAN-BENTUKAN YANG SEDERHANA.

UNTUK SISTEM PELAYANAN MAKANAN DAN MINUMAN PADA RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA ADALAH

SEBAGAI BERIKUT

JALUR SISTEM PELAYANAN MAKANAN PADA RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA

HAL INI SESUAI DENGAN PRINSIP HIDUP MASYARAKAT SUNDA, YAITU KESEDERHANAAN, KEKELUARGAAN, DAN

KEPERCAYAAN SERTA AGAMA YANG DIANUT OLEH MASYARAKAT SETEMPAT. SEHINGGA DAPAT DISIMPULKAN

BAHWA DIDALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI MASYARAKAT SUNDA TIDAK LEPAS DARI ALAM LINGKUNGANNYA,
 MASYARAKAT INI MEMILIKI KEPERCAYAAN BAHWA ADA KEKUATAN YANG MELEBIHI KEKUATAN MANUSIA YANG

DATANG DAN BERASAL DARI ALAM. DAN PADA AKHIRNYA SEMUANYA DARI ALAM KEMBALI PADA ALAM.

SAUNG

SAUNG MERUPAKAN BANGUNAN YANG DIPAKAI OLEH MASYARAKAT SUNDA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI TEMPAT

MAKAN DAN MINUM YANG BERADA DI ALAM TERBUKA.

SAUNG INI DIBANGUN DIANTARA TANAH PERTANIAN ATAU SAWAH YANG BERFUNGSI SEBAGAI TEMPATU

BERTEDUH DAN SEBAGAI TEMPAT BERKUMPULNYA KELUARGA PARA PETANI PADA SAAT MAKAN SIANG. PADA

SAAT MAKAN SIANG, BIASANYA PARA PETANI INI DISEDIAKAN MAKANAN YANG TELAH DIBAWA DARI RUMAH

YANG DIANTAR KE SAUNG DAN DITATA RAPIH OLEH ISTRI ATAU ANAK PEREMPUAN MEREKA.
 JALUR SISTEM PELAYANAN MAKANAN ANTARA RUMAH TINGGAL DENGAN SAUNG MASYARAKAT SUNDA

CARA MAKAN MINUM PARA PETANI SUNDA ADALAH DENGAN DUDUK BERSAMA KELUARGA DIA ATAS SAUNG DAN

DUDUK POSISI BERSILA DIA ATAS SAUNG (LESEHAN). HAL INI DIKARENAKAN TIDAK MEMUNGKINKANNYA

MELETAKKAN ALAT BANTU MAKAN MINUM SEPERTI MEJA DAN KURSI, MENGINGAT SAUNG TERSEBUT TIDAK LUAS

UNTUK MENAMPUNG SEMUANYA.

FAKTOR LAINNYA KARENA MASYARAKAT PETANI SUNDA LEBIH MENGUTAMAKAN KENYAMANAN DAN

KEBERSAMAAN, DAN BUKAN MEMENTINGKAN CARA MAKAN MINUM YANG MODERN. POSISI BERSILA YANG

DIMAKSUD ADALAH SEPERTI YANG TERLIHAT PADA GAMBAR DIBAWAH INI

YANG DIMAKSUD DENGAN SAUNG SEPERTI PADA GAMBAR BERIKUT

SAUNG
 DENAH SAUNG

PEMAKAIAN BAHAN-BAHAN ALAMI TERSEBUT DAPAT DILIHAT MELALUI APLIKASINYA PADA BANGUNAN YANG

RUMAH TINGGAL MAUPUN SAUNG SEBAGAI TEMPAT PARA PETANI UNTUK MAKAN DAN BERISTIRAHAT SETELAH

SEHARIAN BEKERJA DI SAWAH. PADA LANTAI BAHAN YANG DIPAKAI ADALAH BAHAN ALAMI KAYU YANG DITATA

BERJAJAR. KEMUDIA DIALASI DENGAN TIKAR SUPAYA SERAT KAYU TIDAK MELUKAI KULIT KITA. DINDING JUGA

MEMAKAI BAHAN DARI KAYU, WALAUPUN BUKAN DINDING YANG SESUNGGUHNYA, TETAPI DINDING YANG

MEMBATASI ANTARA RUANG DALAM SAUNG DAN RUANG LUAR SAUNG. PADA SAUNG, DINDING DIBENTUK DARI

TIANG-TIANG PENYANGGA YANG KEMUDIA DIBERI PENYEKAT DARI ANYAMAN BAMBU YANG BERFUNGSI UNTUK
 MENAHAN PANAS DARI LUAR SIANG HARI. KEMUDIAN ATAP SAUNG YANG JUGA TERBENTUK DARI IJUK YANG

DIIKAT DAN DITATA RAPIH SAMA SEPERTI ATAP RUMAH TINGGAL, YANG BERFUNGSI UNTUK MENAHAN SINAR

MATAHARI PADA SIANG HARI DAN MENAHAN AIR HUJAN PADA SAAT MUSIM HUJAN. HAL DI ATAS DAPAT DILIHAT

MELALUI GAMBAR-GAMBAR BERIKUT

LANTAI YANG DI ALASI TIKAR DINDING TERBUKA ATAP DARI IJUK

DARI BAHAN YANG DIPAKAI SEMUANYA MENGGUNAKAN BAHAN ALAMI, SEHINGGA MEMBERIKAN WARNA DAN

SUASANA YANG MENYATU DENGAN ALAM. HAL INI MENUNJUKAN BAHWA MASYARAKAT SUNDA
MEMANFAATKAN BAHAN-BAHAN ALAM UNTUK MEMBUAT RUMAH TINGGAL DAN SAUNG. YANG MANA

SEMUANYA KEMBALI KE ALAM DAN MENYATU DENGAN ALAM, KARENA MASYARAKAT SUNDA PERCAYA BAHWA

ADA KEKUATAN YANG MELEBIHI MANUSIA YANG BERASAL DARI ALAM.

KESIMPULAN DARI LITERATUR MASYARAKAT SUNDA

1. SIFAT RUANG / BANGUNAN

a. RUMAH TINGGAL : TERTUTUP

b. SAUNG : TERBUKA, MENYATU DENGAN ALAM

2. JENIS PELAYANAN MAKANAN

a. RUMAH TINGGAL :

JALUR SISTEM PELAYANAN PADA RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA

b. SAUNG :

JALUR SISTEM PELAYANAN ANTARA RUMAH TINGGAL DAN SAUNG MASYARAKAT SUNDA
 PADA DASARNYA SISTEM PELAYANAN YANG DIPAKAI PADA RUMAH TINGGAL MAUPUN PADA

SAUNG MILIK MASYARAKAT SUNDA ADALAH SAMA, HANYA SAJA BERBEDA PADA TEMPAT AKHIR

PENYAJIANNYA DAN CARA MAKANNYA.

3. SIKAP DUDUK PADA SAAT MAKAN

a. RUMAH TINGGAL : SIKAP DUDUK DI KURSI

b. SAUNG : SIKAP DUDUK LESEHAN

4. KARAKTER SUNDA

a. RUMAH TINGGAL

ASPEK PEMBENTUKAN RUANG

o DINDING : DINDING PADA RUMAH TINGGAL MASYARAKAT SUNDA, KHUSUSNYA

MASYARAKAT GOLONGAN BIASA MENGGUNAKAN BAHAN BAMBU YANG DIANYAM

(GEDHEG),DENGAN BENTUK YANG SIMETRIS DAN PENGGUNAAN FINISHING CAT WARNA

PUTIH (BIASANYA MENGGUNAKAN KAPUR UNTUK MENGECATNYA).

 o LANTAI: LANTAI PADA RUMAH TINGGAL INI MEMAKAI PENUTUP DARI PLESTERAN DARI

CAMPURAN BAHAN ANTARA SEMEN DAN PASIR, ADA JUGA YANG SUDAH BATAKO SEBAGAI

PENUTUP LANTAINYA.

o PLAFON: SEBAGIAN BESAR MASYARAKAT SUNDA MEMAKAI BENTUKAN PLAFON YANG

DISEBUT DENGAN JOLOPONG DENGAN RANGKA ATAP YANG DIEKSPOSE. BAHAN YANG

DIGUNAKAN SEBAGAI RANGKA ADALAH DARI BAHAN KAYU DENGAN PENUTUP GENTENG

TANPA FINISHING.

o PERABOT: PERABOT YANG DIGUNAKAN OLEH MASYARAKAT PADA RUMAH TINGGAL INI

UNTUK KEBUTUHAN MAKAN DAN MINUM ADALAH MEJA DAN KURSI YANG TERBUAT DARI

BAHAN BAMBU DENGAN BENTUKAN YANG SEDERHANA SESUAI DENGAN KEBUTUHAN

PEMILIK TANPA FINISHING

UTILITAS

o SISTEM PENGAHAWAAN: SISTEM PENGAHAWAAN YANG DIPAKAI PADA RUMAH TINGGAL INI

ADALAH SISTEM PENGHAWAAN ALAMI. PERGANTIAN UDARA DIDAPAT DARI BANYAKNYA

JUMLAH VENTILASI YANG DIBUAT PADA SELURUH AREA RUMAH TINGGAL, TERUTAMA PADA

RUANG DAPUR.
 o SISTEM PENCAHAYAAN: UNTUK SISTEM PENCAHAYAAN PADA RUMAH TINGGAL

MASYARAKAT SUNDA JUGA MENGGUNAKAN SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI PADA SIANG

HARI.

a. SAUNG

ASPEK PEMBENTUKAN RUANG

o DINDING: SAUNG TIDAK MEMILIKI DINDING, NAMUN HANYA PAGAR PEMBATAS TANPA

FINISHING, SUPAYA ORANG YANGA ADA DIDALAMNYA LEBIH AMAN. BIASANYA PADA

SAUNG DIBERI KERAI BERFUNGSI SEBAGAI PENAHAN PANAS SINAR MATAHARI PADA SIANG

HARI.

o LANTAI : LANTAI PADA SAUNG TERBUAT DARI BAHAN KAYU YANG DITATA SEJAJAR

MELINTANG TANPA FINISHING, DAN DIBERI ALAS TIKAR SUPAYA LEBIH NYAMAN.

o PLAFON: PLAFON YANG DIPAKAI PADA SAUNG ADALAH BENTUKAN YANG SEDERHANA,

DENGAN RANGKA DARI BAMBU ATAU KAYU TANPA FINISHING DENGAN PEMAKAIAN ATAP

DARI IJUK DAN RANGKA ATAP YANG DIEKSPOSE.

o PERABOT: TIDAK ADA PERABOT YANG DIPAKAI PADA SAUNG SEBAGAI PENDUKUNG

KEGIATAN MAKAN DAN MINUM. HAL INI DISEBABKAN KETERBATASAN TEMPAT YANG TIDAK
 MEMUNGKINKAN DILETAKKANNYA PERABOT PADA SAUNG, SEHINGGA KEGIATAN MAKAN

DAN MINUM DILAKUKAN DENGAN POSISI DUDUK LESEHAN.

UTILITAS

o SISTEM PENGHAWAAN: TIDAK ADA SISTEM PENGHAWAAN KHUSUS MENGINGAT SAUNG

MEMILIKI SIFAT RUANG YANG TERBUKA DAN MENYATU DENGAN ALAM.

o SISTEM PENCAHAYAAN: BEGITU PULA DENGAN SISTEM PENCAHAYAAN, PADA SAUNG TIDAK

MEMAKAI BANTUAN ALAT PENCAHAYAA, KARENA CAHAYA LANGSUNG DIDAPAT DARI

SINAR MATAHARIPADA WAKTU SIANG HARI.

5. FAKTOR DASAR YANG DIPENGARUHI YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM POLA PENATAAN RUANG,

BENTUK SERTA STRUKTUR RUMAH TINGGALYAITU: ALAMI, KEKELUARGAAN, DAN SEDERHANA. KETIGA

FAKTOR TERSEBUT MERUPAKAN KEBIASAAN SEHARI-HARI MASYARAKAT SUNDA DALAM MENJALANI

KEHIDUPAN.
 DAFTAR REFERENSI

Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

DitJen Pariwisata Jawa Barat. 1981. Tipe Rumah Tradisional di Khas Sunda Jawa Barat. Bandung

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Balai Pustaka. Jakarta: Balai Pustaka.

Kotler, Philip. 1996. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM

Lawson, Fred. 1973. Restaurant Planning and Design. London: Von NosTrand Reinhold Company.

Marsum, WA.1999. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Nazir, Moh, , PhD.1998. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sekaryati, Tetty. 1993. Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Masyarakat Sunda di Sumedang Ditinjau Dari Gaya Hidupnya.

Bandung.

Soekresno.2001. Management Food and Beverage Service Hotel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.