Anda di halaman 1dari 23

INHOUSE TRAINING TRIASE

KEGAWATDARURATAN IGD
RS ISLAM SUNAN KUDUS
18 OKTOBER & 25 OKTOBER 2019
Latar Belakang
 Triase berasal dari bahasa perancis Trier,yang berarti untuk
memilih atau memilah. Triage sistem pertama kali digunakan
untuk memprioritaskan perawatan medis selama perang
napoleon pada abad ke-18.
PRINSIP TRIASE

 Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah


yang tidak sedikit dengan resiko cedera dan tingkat survive
yang beragam. Pertolongan harus disesuaikan dengan sumber
daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber
daya lainnya. Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah
korban untuk memberikan prioritas pertolongan.
 Petugas triage harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan
kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama
pelayanan kepada pasien sesuai dengan ketentuan yang ada
untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak
berdasarkan urutan kedatangan pasien.
KLASIFIKASI TRIASE
 Triase dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Triase kondisi luar biasa (KLB) atau bencana
2. Triase kejadian biasa
Triase Kejadian luar biasa (KLB) dan
bencana
 Prioritas I atau Emergensi – MERAH (kasus berat)
 Prioritas II atau urgent – KUNING (kasus sedang)
 Prioritas III atau non urgent – HIJAU (kasus ringan)
 Prioritas 0 (nol) –HITAM (kasus meninggal)
Prioritas I atau Emergensi – MERAH
(kasus berat)
 Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan
evaluasi segera, perdarahan berat, pasien dibawa ke ruang
operasi waktu tunggu nol menit.
 Misalnya : asfiksia, cedera servikal, cedera pada maksila,
trauma kepala dengan koma dan proses syok yang cepat,
fraktur terbuka, luka bakar >30 %, syok tipe apapun.
Prioritas II atau urgent – KUNING
(kasus sedang)
 Pasien dengan penyakit yang akut, mungkin membutuhkan
brankard, kursi roda atau jalan kaki waktu tunggu 30 menit,
area kritikal care.
 Misalnya : trauma torak non asfiksia, fraktur tertutup pada
tulang panjang, luka bakar terbatas < 30% , cedera pada
bagian/ jaringan lunak.
Prioritas III atau non urgent – HIJAU
(kasus ringan)
 Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis
yang minimal, luka lama, kondisi yang timbul sudah lama.
Prioritas 0 (nol) –HITAM (kasus
meninggal)

Pasien dengan tidak ada respon pada semua rangsang dan


tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktifitas jantung,
tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
Triase kejadian biasa
 Menggunakan metode Australian Triage Scale (ATS) sebagai berikut :
 ATS 1 adalah kondisi yang mengancam jiwa (atau resiko besar mengalami kemunduran)
dan perlu intervensi yang cepat dan agresif. 0 menit
 ATS 2 adalah :
 pasien dengan kondisi yang cukup serius atau mengalami kemerosotan secara cepat
yang apabila tidak ditangani dalam 10 menit dapat mengancam jiwa atau
mengakibatkan kegagalan organ.
 pasien yang dengan pemberian obat yang dimana hasil ahkirnya sangat tergantung dari
seberapa cepat obat itu diterima oleh pasien ( misalnya : trombolisis, antiracun)
 ATS 3 adalah pasien yang datang dengan kondisi yang mungkin akan bekembang menjadi
mengancam nyama atau menimbulkan kecacatan bila tidak ditangani dalam waktu 30
menit
 ATS 4 adalah pasien dengan kondisi yang dapat mengalami kemerosotan atau akan
menghasilkan outcome yang berbeda bila dalam 1 jam pasien belum ditangani. Gejala
berkepanjangan.
 ATS 5 adalah kondisi pasien yang sudah kronis dengan gejala yang minor, dimana hasil
akhirnya tidak akan berbeda bila penanganan ditunda sampe 2 jam setelah kedatangan.
ATS LEVEL 1 :
 Immediately life-threatening (Dengan segera mengancam nyawa)
 Pemeriksaan pada kategori ini antara lain :
 Henti Jantung, nadi tidak teraba, pucat dan akral dingin
 Henti Napas
 Ada sumbatan jalan napas
 Frekuensi pernapasan (RR) < 10x/menit, Sianosis
 Distress / Kesukaran pernapasan yang sangat berat (extreme)
 Tekanan darah < 80 (dewasa) atau syok pada anak/bayi
 Tidak respon atau hanya respon nyeri (GCS < 9)
 Kejang terus menerus atau berkepanjangan
 Overdosis IV dan tidak responsif
 Hipoventilasi
 Gangguan perilaku berat dengan ancaman segera terhadap
kekerasan yang berbahaya
ATS LEVEL 2 :
 Imminently life-threatening (Dalam waktu dekat akan mengancam nyawa)
 Pemeriksaan pada kategori ini antara lain :
 Resiko sumbatan Jalan Napas
 Stridor berat atau produksi air liur berlebih yang membahayakan
 Distress / kesukaran pernapasan berat, Frekuensi nafas > 32
x/menit
 Gangguan Sirkulasi :
 Kulit berkeringat atau berubah warna karena perfusi yang buruk
Detak jantung < 50 atau > 150 (dewasa)
 Hipotensi dengan gangguan hemodinamik Kehilangan darah > 2
Liter.
 Nyeri dada kardiak
 Nyeri sangat hebat – apapun penyebabnya
 Kadar Gula Darah < 2 mmol/l atau < 55 mg/dl
 Mengantuk, penurunan respon (GCS < 13)
 Hemiparese akut dan disfasia akut
 Demam dengan tanda-tanda letargi (semua umur)
 Terkena zat asam atau basa pada mata – membutuhkan irigasi
 Multitrauma mayor (membutuhkan respon cepat dari tim
terorganisasi)
 Trauma lokal berat – Fraktur mayor, amputasi
 Riwayat penyakit resiko tinggi
 Konsumsi obat penenang atau zat toksik lainnya secara signifikan
 Envenomation (tergigit hewan beracun) yang signifikan /
berbahaya
ATS LEVEL 3 :
 Potentially life-threatening or important time-critical treatment or severe pain
(Berpotensi mengancam nyawa, kondisi yang mungkin akan bekembang
menjadi mengancam nyama atau menimbulkan kecacatan bila tidak
ditangani dalam waktu 30 menit).
 Pemeriksaan pada kategori ini antara lain :
 Hipertensi berat
 Kehilangan cukup banyak darah – apapun penyebabnya 1-2 Liter
 Sesak napas sedang, RR 24 – 32 x/menit, suara pernafasan mengi
 Saturasi O2 90 – 95%
 Kadar Gula Darah > 16 mmol/l atau >288mg/dl
 Riwayat kejang (saat ini sadar)
 Semua demam pada pasien imunosupresi misalnya pasien onkologi, Rx steroid
 Muntah terus menerus
 Dehidrasi
 Cedera Kepala dengan kehilangan kesadaran sesaat
 Nyeri sedang sampai berat – apapun penyebabnya, yang membutuhkan analgesik
 Nyeri dada non-kardiak dengan tingkat keparahan sedang
 Nyeri perut tanpa ciri-ciri resiko tinggi – tingkat keparahan sedang atau pasien usia
> 65 tahun
 Trauma ekstremitas sedang – deformitas, laserasi yang parah,
 Ekstremitas – Perubahan sensasi, tidak ada pulsasi
 Trauma – Riwayat penyakit resiko tinggi tanpa resiko tinggi lainnya
 Neonatus stabil
 Anak beresiko
 Perilaku / Psikiatrik:
 Sangat tertekan, resiko menyakiti diri sendiri Psikotik akut atau gangguan
pikiran
 Krisis situasional, sengaja menyakiti diri sendiri Agitasi / menarik diri /
berpotensi agresif
ATS LEVEL 4 :
 Potentially life-serious or situational urgency or significant
complexity (berpotensi menjadi kondisi serius atau situasional
urgensi atau tingkat kompleksitas yang signifikan)
 Pemeriksaan pada kategori ini antara lain :
 Perdarahan ringan
 Aspirasi benda asing, tanpa distress pernapasan
 Cedera dada tanpa nyeri pada tulang iga atau distress pernapasan
 Kesulitan menelan, tanpa distress pernapasan
 Cedera kepala ringan, tidak kehilangan kesadaran
 Nyeri sedang, dengan beberapa faktor resiko
 Muntah atau diare tanpa dehidrasi
 Inflamasi atau benda asing pada mata – penglihatan normal
 Trauma ekstremitas minor – pergelangan kaki terkilir,
kemungkinan patah tulang, laserasi tidak terkomplikasi yang
membutuhkan investigasi atau intervensi – tanda vital normal,
nyeri ringan / sedang
 Gips terlalu ketat, tanpa kerusakan neurovaskuler
 Sendi bengkak dan panas
 Nyeri perut tidak spesifik
 Perilaku / Psikiatrik :
 Masalah kesehatan mental semi-urgent
 Dalam observasi dan/atau tidak ada resiko langsung terhadap
diri sendiri maupun orang lain
ATS LEVEL 5 :
 Less urgent (Kurang mendesak) adalah kondisi pasien yang sudah
kronis dengan gejala yang minor, dimana hasil akhirnya tidak akan
berbeda bila penanganan ditunda sampe 2 jam setelah kedatangan
 Nyeri minimal tanpa ciri-ciri beresiko tinggi
 Riwayat penyakit resiko rendah dan saat ini asimtomatik
 Gejala minor dari penyakit stabil yang ada
 Gejala minor dari kondisi dengan resiko rendah
 Luka minor – lecet kecil, laserasi ringan (tidak membutuhkan jahitan)
 Dijadwalkan kontrol misalnya pada kontrol luka, perban kompleks
 Imunisasi
 Perilaku / Psikiatrik :
 Pasien yang dikenal dengan gejala kronis Krisis sosial, pasien baik secara klinis
 Untuk pasien anak-anak digunakan standard yang berbeda, karena kondisi pada anak
jauh lebih berbahaya daripada dewasa.
SISTEM TRIASE
 Sistem yang digunakan adalah START :
Simple Triage And Rapid Treatment, system yang
memungkinkan paramedik memilah korban
dalam waktu yang singkat kira-kira 30 detik.
Sistem START didesain untuk membantu
penolong menemukan pasien yang menderita luka
berat.
 Yang perlu diobservasi : Respiration, Perfusion,
dan Mental Status (RPM) :
Respiration / pernafasan
 Jika pasien bernafas kemudian tentukan frekuensi
pernafasannya, jika lebih dari 20 per menit, korban ditandai
merah. Korban ini menunjukkan tanda-tanda primer syok
dan butuh pertolongan segera. Jika pasien bernafas dan
frekuensinya kurang dari 20 per menit, segera lakukan
observasi selanjutnya. Jika pasien tidak bernafas, dengan
cepat bersihkan mulut korban dari benda asing.
Perfusion atau sirkulasi
 Bertujuan untuk mengecek apakah jantungnya masih
memiliki kemampuan untuk mensirkulasikan darah dengan
adekuat, dengan cara mengecek denyut nadi. Jika denyut nadi
lemah dan tidak teratur korban ditandai merah. Jika denyut
nadi telah teraba segera lakukan observasi status mentalnya.
Mental status
 Untuk mengetesnya dapat dilakukan dengan memberikan
instruksi yang mudah pada korban tersebut : “bukamata” atau
“tutupmata”.
Sekian
dan
terimakasih
semoga
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai