ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
penyusunan skripsi yang berjudul Pola Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di Perairan Selat Sunda
ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK.
2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas biaya penelitian melalui Biaya
Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Anggaran 2016, Nomor:
079/SP2H/LT/DRPM/II/2016, Penelitian Strategis Aplikasi, Penelitian
Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, IPB dengan judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi
Sumberdaya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda,
Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi
(sebagai ketua peneliti) dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA (sebagai
anggota peneliti).
3. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan saran selama perkuliahan.
4. Dr Ir Zairion, MSc selaku pembimbing I dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer
DEA selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukkan
dan saran selama penyusunan skripsi.
5. Dr Yonvitner, SPi MSi selaku dosen penguji dan Dr Ali Mashar, SPi MSi
selaku perwakilan Program Studi Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan.
6. Keluarga; Bapak Sukiyo, Ibu Sugiyanti, dan Novi Riski Yanti serta saudara-
saudara tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan dalam
penyelesaian perkuliahan di Manajemen Sumberdaya Perairan.
7. Bapak Una dan Bapak Suminta yang telah membantu dalam pengumpulan
ikan. Tim BOPTN 2016 khususnya Eka, Yuni, Ratna, Neri, Ridho, Ka Dinta,
Ka Yuyun, Mba Nur; Riska F, Apong, Nabila dan teman-teman MSP 50
yang telah memberi semangat dan dukungan penyusunan skripsi ini.
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian dan daerah penangkapan ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Sunda 3
2 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 3
3 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) (a) betina dan (b) jantan 9
4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) (a) betina dan (b) jantan 10
5 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan waktu pengamatan; (a) betina dan (b) jantan 11
6 Indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina dan jantan berdasarkan waktu pengamatan 12
7 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina
dan jantan berdasarkan waktu pengamatan 12
8 Distribusi frekuensi diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan selang kelas 13
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Pengumpulan Data
Keterangan:
D : diameter telur (mm)
d : diameter yang terlihat di mikroskop
Analisis Data
a (1)
W adalah bobot ikan (g), a adalah intersep (perpotongan kurva hubungan panjang
bobot dengan sumbu y), L adalah panjang total ikan (cm), dan b adalah penduga
pola pertumbuhan panjang bobot. Untuk menduga a dan b digunakan persamaan
regresi linear sederhana.
Y = b0 + b1X
∑ni i yi ∑ni n
i ∑i yi
n
∑ni n
i n (∑i i)
dan
b0 = Ӯ - b1X
Pola pertumbuhan dapat diduga melalui nilai b yang diuji terhadap nilai 3,
dengan hipotesis
H0: b=3, yaitu pola petumbuhan bersifat isometrik (pertumbuhan panjang
sama dengan pertumbuhan bobot)
H1: b≠3
Pola pertumbuhan bersifat alometrik dengan dua kemungkinan. Jika nilai
b>3, maka pertumbuhan bobot lebih dominan atau alometrik positif. Jika
nilai b<3, maka pertumbuhan panjang lebih dominan atau alometrik
negatif.
-3
thitung | | (2)
S
Sb adalah galat baku dugaan dari nilai b yang merupakan akar dari s . Nilai s
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
s
(3)
∑ni n
i - n(∑i i)
Rasio kelamin
Rasio kelamin dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah jantan dan
betina dari ikan contoh. Menurut Effendie (1979), analisis untuk mengetahui
keseimbangan rasio kelamin ikan jantan dan betina dirumuskan sebagai berikut.
(4)
B
adalah nisbah kelamin (jantan terhadap betina), J adalah jumlah ikan jantan,
dan B adalah jumlah ikan betina.
Setelah didapatkan rasio kelamin antara ikan jantan dan betina, kemudian
diuji kembali menggunakan uji Chi-square ( ) sehingga diketahui keseimbangan
populasi (Steel dan Torrie 1989). Berikut persamaan untuk uji Chi-square.
n
( )
∑ (5)
i
x2 adalah nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri
7
sebaran Chi-square, oi adalah jumlah frekuensi ikan jantan dan betina yang
teramati, ei adalah jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina.
* ( )+ ( ∑ ) (6)
dengan Lm = antilog m dan selang kepercayaan 95% bagi log m dibatasi sebagai
berikut.
pi qi
Lm = √ ∑ (7)
ni -
m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai
tengah kelas panjang yang terakhir dimana ikan telah matang gonad, x adalah
log pertambahan panjang pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang
gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang, ke-i, ni
adalah jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1 – pi.
Musim pemijahan
Musim pemijahan ikan diduga berdasarkan distribusi tingkat kematangan
gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG) per-waktu pengamatan.
Menurut Effendie (1979), indeks kematangan gonad dapat diukur dengan
membandingkan bobot gonad dengan bobot tubuh.
Bg
IK (8)
Bt
IKG adalah indeks kematangan gonad (%), Bg adalah bobot gonad (gram), Bt
adalah bobot tubuh ikan (gram).
Faktor kondisi
Faktor kondisi dihitung berdasarkan data panjang total dan bobot ikan.
Faktor kondisi merupakan keadaan atau nilai dari kemontokkan ikan. Rumus
untuk mencari nilai faktor kondisi dibedakan berdasarkan pola pertumbuhan ikan.
Jika pola pertumbuhan ikan adalah isometrik (b=3), maka faktor kondisi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1979).
K 3 (9)
ika pola pertum uhan ikan adalah alometrik ( ≠3), maka faktor kondisi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
8
K (10)
a
FK adalah faktor kondisi, W adalah bobot ikan (g), L adalah panjang total ikan
(mm), a adalah intersep, b adalah kemiringan.
Tipe pemijahan
Tipe pemijahan ikan dapat diketahui dengan melihat sebaran diameter telur.
Distribusi tersebut harus menyebar normal kemudian ditentukan jumlah modus
yang terbentuk. Sebaran normal diameter telur yang memiliki satu puncak modus
dapat mengindikasikan ikan tersebut memiliki tipe pemijahan secara total
spawner sedangkan dua atau lebih mengindikasikan tipe pemijahan secara partial
spawner (Effendie 2002).
Potensi reproduksi
Fekunditas digunakan untuk menduga potensi reproduksi. Potensi
reproduksi dapat dipergunakan untuk memperkirakan banyaknya ikan yang akan
dihasilkan atau produktivitas reproduksi. Sebelum gonad ikan betina dengan
TKG VI yang telah diawetkan dihitung fekunditasnya, gonad dikeringkan terlebih
dahulu. Gonad dibagi menjadi tiga bagian, yaitu posterior, tengah, dan anterior.
Selanjutnya dari ketiga bagian tersebut masing-masing diambil gonad contoh.
Gonad contoh diencerkan dalam cawan petri dengan 10 ml air. Telur yang telah
diencerkan dalam cawan petri diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet tetes.
Jumlah fekunditas dihitung secara sensus dengan bantuan hand tally counter.
Fekunditas dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1979) .
(11)
F adalah fekunditas (butir telur), G adalah bobot gonad (g), V adalah volume
pengenceran (ml), X adalah rata-rata jumlah telur gonad contoh (butir), Q adalah
bobot gonad contoh (g).
Hasil
menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki baik betina maupun jantan memiliki
hubungan yang sangat erat. Grafik hubungan panjang dan bobot ikan kembung
lelaki betina dan jantan, dan ukuran panjang ikan berdasarkan waktu pengambilan
contoh disajikan pada Lampiran 2. Grafik hubungan panjang dan bobot ikan
kembung lelaki betina dan jantan disajikan pada Gambar 3.
(a)
(b)
Rasio kelamin
Rasio kelamin ikan kembung lelaki tidak 1:1 pada semua waktu
pengambilan contoh. Jumlah ikan jantan lebih banyak dibandingkan ikan betina
pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus, sedangkan pada bulan September terjadi
sebaliknya. Jumlah keseluruhan contoh ikan kembung lelaki yang diamati adalah
866 ekor, yang terdiri dari ikan kembung lelaki betina dan jantan masing-masing
sebanyak 369 ekor dan 497 ekor. Rasio total perbandingan ikan jantan dan betina
yang diperoleh adalah 1,34:1. Hasil Uji Chi-square dengan selang kepercayaan
95% (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perbandingan ikan kembung lelaki jantan
dan betina tidak 1:1. Rasio kelamin ikan kembung lelaki berdasarkan waktu
pengambilan contoh disajikan pada Tabel 2.
10
(a)
(b)
Gambar 4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) (a) betina dan (b) jantan
11
Musim pemijahan
Berdasarkan pengamatan secara morfologi diperoleh TKG I hingga TKG
VI. Frekuensi ikan kembung lelaki betina dengan TKG matang gonad ditemukan
pada setiap bulan pengamatan (Lampiran 5), sehingga pemijahan terindikasi
berlangsung dari bulan Mei-September. Frekuensi relatif ikan kembung lelaki
betina TKG VI tertinggi ditemukan pada bulan Juni sebesar 56,45%. Frekuensi
ikan kembung lelaki jantan dengan TKG VI juga ditemukan pada setiap bulan
pengamatan, dengan frekuensi relatif tertinggi ditemukan pada bulan Agustus
sebesar 16,45%. Gambar 5 merupakan persentase tingkat kematangan gonad ikan
kembung lelaki jantan dan betina.
Nilai IKG rata-rata juga bervariasi pada setiap waktu pengamatan (Gambar
6). Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki betina tertinggi
terdapat pada bulan Juni sebesar 2,7540, sedangkan pada ikan kembung lelaki
jantan tertinggi pada bulan Agustus sebesar 0,7578 (Lampiran 6).
(a)
(b)
Gambar 5 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan waktu pengamatan; (a) betina dan (b) jantan
12
Faktor Kondisi
Nilai faktor kondisi digunakan untuk melihat tingkat kemontokkan ikan.
Nilai faktor kondisi ikan kembung lelaki betina dan jantan disajikan dalam
Gambar 7. Nilai faktor kondisi rata-rata ikan kembung lelaki betina berkisar
antara 0,9988-1,007 dan pada jantan berkisar antara 1,003-1,128 (Lampiran 7).
Nilai faktor kondisi rata-rata tertinggi ikan betina terjadi pada bulan Agustus dan
pada ikan jantan pada bulan Juli.
Tipe pemijahan
Nilai distribusi diameter telur dapat menentukan tipe pemijahan ikan yaitu
dengan melihat modus yang dihasilkan pada grafik distribusi frekuensi diameter
telur. Distribusi frekuensi diameter telur ikan kembung lelaki disajikan dalam
Gambar 8. Berdasarkan sebaran frekuensi diameter telur dapat diketahui bahwa
diameter telur ikan kembung lelaki memiliki dua modus, yaitu pada selang kelas
0,253-0,303 dan 0,559-0,609 mm (Lampiran 8). Hal ini mengindikasikan bahwa
tipe pemijahan ikan kembung lelaki adalah partial spawner.
13
Potensi reproduksi
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dikeluarkan pada saat memijah
dan digunakan untuk mengestimasi potensi reproduksi. Secara umum fekunditas
meningkat sesuai dengan ukuran bobot tubuh ikan betina. Berdasarkan analisis
fekunditas, potensi reproduksi ikan kembung lelaki berkisar antara 7 650-82 940
butir dengan rata-rata 47 700 butir (Lampiran 9).
Pembahasan
Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki betina dan jantan
masing–masing 220 mm dan 243 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki betina lebih kecil dibandingkan
ikan kembung lelaki jantan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Siregar (2015) terhadap ikan kembung lelaki di perairan Selat Sunda, begitu juga
dengan penelitian (Bhendarkar et al. 2013) di perairan Ratnagiri Coast India dan
penelitian di berbagai tempat lainnya (Tabel 4). Namun, hasil ini berbeda dengan
hasil pengamatan sebelumnya (Permatasari 2016), ukuran pertama kali matang
gonad ikan jantan lebih kecil dibandingkan dengan betina.
Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad berbeda dengan tahun
sebelumnya diduga karena perbedaan penggunaan klasifikasi dalam penentuan
tingkat kematangan gonad, selain itu perbedaan ukuran panjang ikan yang
tertangkap dapat menyebabkan hal tersebut. Novitriana et al. (2004) menyatakan
bahwa perbedaan ukuran pertama kali matang gonad dapat disebabkan oleh
perbedaan lama hidup ikan. Selain hal tersebut, setiap spesies ikan memiliki
waktu pertama kali matang gonad yang berbeda ukurannya (Affandi dan Tang
2002). Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad disebabkan adanya
persaingan memperebutkan makanan antara ikan kembung lelaki jantan dan betina
(Gangga 2010).
Musim pemijahan ikan kembung lelaki pada penelitian ini terjadi pada
bulan Mei hingga September dengan puncak musim pemijahan diduga pada bulan
16
Juni dan Agustus. Hal ini didukung pula dengan penelitian sebelumnya
Permatasari (2016), Siregar (2015), begitu juga dengan penelitian Ganga (2010)
terhadap ikan kembung lelaki di Central Kelara Coast (Tabel 4). Berbeda dengan
penelitian Oktaviani (2013), dan Safarini (2013) pada Tabel 4. Musim pemijahan
ikan kembung lelaki terindikasi memiliki waktu pemijahan sepanjang tahun
dilihat dari penelitian sebelumnya telah dilakukan. Menurut Ganga (2010) musim
pemijahan ikan tergantung oleh kondisi lingkungan (suhu, salinitas, dan iklim)
yang menguntungkan untuk ikan tersebut memijah.
Nilai indeks kematangan gonad dapat di hubungkan dengan nilai tingkat
kematangan gonad. Menurut Sulistiono et al. (2006) indeks kematangan gonad
meningkat sesuai dengan perkembangan gonadnya dan menurun kembali setelah
ikan memijah. Nilai indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki betina
tertinggi pada bulan Juni dan pada jantan yaitu bulan Agustus. Perbedaan trend
pada bulan Juni diduga disebabkan oleh terdapatnya bias pada saat waktu
pengambilan contoh berlangsung. Ikan contoh yang diambil pada bula Juni diduga
ukuran ikannya tidak terlalu beragam sehingga didapatkan jumlah antara ikan
jantan dan betina dengan tingkat kematangan gonad yang cukup signifikan.
Faktor kondisi adalah suatu keadaan yang menyatakan kemontokan ikan
(Lagler 1961 in Effendie 1979). Menurut Effendie (2002) bahwa nilai faktor
kondisi <1, tergolong ikan yang pipih atau tidak gemuk sementara nilai faktor
kondisi 1–3, tergolong ikan yang bentuk badannya kurang pipih. Hasil penelitian
ini juga sesuai dengan Sivadas et al. (2006) bahwa faktor kondisi ikan kembung
lelaki di Calicut, India berkisar 0,90–1,18. Nilai faktor kondisi ikan kembung
lelaki betina dan jantan tertinggi pada bulan Agustus dan Juli. Hal tersebut diduga
karena asupan makanan yang berlebih dan berat gonad yang kecil, sehingga
makanan yang masuk digunakan untuk pertumbuhan tubuh ikan. Ikan kembung
lelaki betina dengan TKG VI dominan ditemukan pada bulan Mei dan Juni, hal
tesebut didukung dengan nilai faktor kondisi yang rendah. Rendahnya nilai faktor
kondisi dapat juga disebabkan pengalihan energi cadangan yang tersedia dari
lemak dan jaringan otot untuk perkembangan gonad (Al-Nahdi et al. 2009).
Tipe pemijahan juga dapat diidentifikasi dengan melihat bagaimana
frekuensi musim pemijahan. Berfluktuasinya TKG VI di setiap waktu
pengamatan serta ditemukannya dua kelompok ukuran diameter telur,
mengindikasikan tipe pemijahan ikan kembung lelaki adalah partial spawner.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dan penelitian yang dilakukan di
berbagai lokasi yang berbeda (Tabel 4), namun berbeda dengan (Permatachani
2014) yang menyatakan bahwa tipe pemijahan ikan kembung lelaki adalah total
spawner, hal tersebut terjadi diduga karena adanya perbedaan jumlah ikan contoh
yang dianalisis dan adanya perbedaan periode waktu dalam melakukan
pengambilan ikan contoh. Partial spawner merupakan pemijahan secara bertahap
atau sebagian demi sebagian telur dikeluarkan serta berlangsung selama beberapa
waktu dalam satu musim pemijahan (Effendie 1979).
Tipe pemijahan ikan secara parsial dapat memiliki keuntungan yaitu untuk
terjaganya stok di perairan. Hal ini menunjukkan suatu strategi ikan untuk
memelihara kelangsungan hidup keturunannya dan mempertahankan populasinya.
Tingkat kegagalan reproduksi pada ikan-ikan partial spawner dibandingkan
dengan total spawner lebih rendah karena waktu pemijahan yang dilakukan dalam
17
beberapa kali sehingga masih dapat ditanggulangi apabila ada faktor lingkungan
yang tidak mendukung (Unus and Omar 2010).
Penelitian ini menunjukkan nilai fekunditas yang tinggi pada ikan kembung
lelaki sehingga dapat mengindikasikan ikan kembung lelaki memiliki potensi
reproduksi yang tinggi pula. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh
Permatasari (2016) dan Siregar (2015), serta penelitian lainnya (Tabel 3) yang
juga memiliki nilai fekunditas yang tinggi, namun berbeda-beda. Fekunditas pada
setiap individu betina tergantung pada umur, variasi ukuran, spesies, dan kondisi
lingkungan, seperti ketersediaan makanan (Unus and Omar 2010).
Alternatif perencanaan pengelolaan untuk keberlanjutan sumberdaya ikan
kembung lelaki di perairan Selat Sunda, yaitu pengaturan ukuran mata jaring, dan
waktu penangkapan. Peraturan ukuran mata jaring alat tangkap ikan kembung
lelaki dibuat untuk menghindari tertangkapnya ikan yang sedang mengalami
matang gonad. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diduga bahwa musim
pemijahan ikan kembung lelaki terjadi pada bulan Mei hingga September dengan
puncak musim pemijahan pada bulan Juni dan Agustus. Pengelolaan yang
dilakukan dalam pengaturan waktu penangkapan, yaitu penangkapan ikan
kembung lelaki sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah puncak musim
pemijahan.
Kesimpulan
Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki betina dan jantan adalah alometrik
negatif. Rasio kelamin ikan kembung lelaki tidak 1:1. Ikan kembung lelaki
jantan mencapai ukuran pertama kali matang gonad lebih kecil dibandingkan
betina. Musim pemijahan terjadi sepanjang waktu pengamatan dengan puncak
musim pemijahan diduga terjadi pada bulan Juni dan Agustus. Faktor kondisi
ikan kembung lelaki tertinggi pada bulan Juli. Tipe pemijahan terindikasi partial
spawner dan potensi reproduksi berkisar antara 7 650-82 940 butir telur.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru : Unri Press
Al-Nahdi A, Al-Marzouqi A, Al-Rasadi E, Grouneveld JC. 2009. The size
composition, reproductive biology, age and growth of largehead
cutlassfish Trichiurus lepturus Linnaeus from the Arabian Sea coast of
Oman. Indian Journal of Fish 56 (2): 73–79.
Arrafi M, Ambak MA, Rumeaida MP, Muchlisin ZA. 2016. Biology of Indian
Mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1817) in the Western Wasters
of Aceh. Iranian Journal of Fisheries Sciences 15 (3): 957–72.
Bhendarkar MP, Naik SD, Mohite SA, Kulkarni GN. 2013. Reproductive biology
of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier 1817) of Ratnagiri
Coast, Mahrashtra, India. Journal Discovery Science 3 (9): 55-77.
Boer M, Aziz KA. 2007. Gejala tangkap lebih perikanan pelagis kecil di perairan
Selat Sunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 14 (2):
167-172.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Dewi
Sri.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka
Nusatama.
Collette BB, Nauen CE. 1983. An Annotated and Illustrated Catalogue of Tunas,
Mackerels, Bonitos, and related species known to date. FAO Species
Catalogue. 2 (125): 48p.
[DJPT] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2011. Statistik Perikanan
Tangkap Indonesia, 2010. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2014. Statistik
Perikanan Tangkap Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2014.
Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Manajemen Sumberdaya
Perairan. Institut Pertanian Bogor.
[FAO] Food And Agriculture Organization of the United Nations. 1974. Manual
of Fisheries Part 2 - methods of resources investigation and ther
application. FAO Fisheries Technical Paper.
[FAO] Food And Agriculture Organization of The United Nations. 2001. The
living marine resources of the western Central Pacific. FAO species
identification guide for fishery purposes. 6 (4): 3381-4218.
Gangga U. 2010. Investigastions on the biology of Indian Mackerel Rastrelliger
kanagurta (Cuvier) along the Central Kerala coast with special reference
maturation, feeding and lipid dynamic [thesis]. India (IN) : Cochin
University of Sciene and Technology.
Novitriana R, Ernawati Y, Rahardjo MF. 2004. Aspek pemijahan ikan petek,
Leiognathus equulus, Forsskal, 1775 (Fam. Leiognathidae) di pesisir
Mayangan Subang, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia 4 (1): 7–13.
Ozvarol ZAB, Balci BA, Tasli MGA, Kaya Y, Pehlivan M. 2010. Age, growth
and reproduction of goldband goatfish (Upeneus moluccensis Bleeker
(1855)) from the Gulf of Antalya (Turkey). Journal of Animal and
Veterinary Advances. 9(5): 939–945.
19
LAMPIRAN
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger kanagurta
Nama Lokal : Kembung lelaki (Indonesia), Banyar (Banten)
Nama Internasional : Indian mackerel
a) Betina
b) Jantan
22
Lampiran 2 (lanjutan)
2. Ukuran panjang total ikan kembung lelaki berdasarkan waktu
Panjang total ikan sampel (mm)
Waktu sampling
Maksimum Minimum Rata-rata STDEV
Mei 274 110 176,8450 38.8737
Juni 242 180 216,1991 11.0126
Juli 230 125 180,6867 28.3857
Agustus 288 189 227,6067 20.2444
September 250 140 201,5600 23.0853
α = 0,05
V = n-1
= 2-1
=1
2
χ tabel (0,05;1) = 3,84
Apa ila nilai χ2 hit > χ2 tabel maka tolak H0, yang berarti rasio jumlah
ikan jantan dan etina tidak : , namun apa ila nilai χ 2 hit < χ2 tabel maka terima
H0, yang berati rasio jumlah ikan jantan dan betina 1 : 1.
23
Lampiran 4 (lanjutan)
Jumlah
Nilai Jumlah ikan
Selang Log Nt Nb/Ni X(i+1) 1-Pi
tengah ikan matang Pi*Qi Pi*Qi/Ni-1
Kelas gonad -Xi
Lampiran 4 (lanjutan)
Jumlah
Selang Nilai Log Jumlah ikan X(i+1)-
Nb/Ni 1-Pi Pi*Qi Pi*Qi/Ni-1
Kelas tengah Nt ikan matang Xi
gonad
(Nt) (Ni) (Nb) (Pi) (Qi)
225-229 227 2,356 33 2 0,061 0,009 0,939 0,057 0,002
230-234 232 2,365 18 4 0,222 0,009 0,778 0,173 0,010
235-239 237 2,375 15 5 0,333 0,009 0,667 0,222 0,016
240-244 242 2,384 7 2 0,286 0,009 0,714 0,204 0,034
245-249 247 2,393 4 2 0,5 0,009 0,5 0,25 0,0833
250-254 252 2,401 4 1 0,25 0,009 0,75 0,187 0,062
255-259 257 2,410 0 0 0 0,008 1 0 0
260-264 262 2,418 3 1 0,333 0,008 0,667 0,222 0,111
265-269 267 2,427 5 2 0,4 0,008 0,6 0,24 0,06
270-274 272 2,435 1 0 0 0,008 1 0 0
275-279 277 2,442 1 0 0 0,008 1 0 0
280-284 282 2,450 0 0 0 0,008 1 0 0
285-289 287 2,458 1 0 0 0,008 1 0 0
290-294 292 2,465 0 0 0 0 1 0 0
Total 84,698 497 63 4,013 0,416 32,987 2,951 0,508
Rata-rata 2,289 13,432 1,703 0,108 0,011 0,892 0,080 0,014
* ( )+ ( ∑ )
m = 2,426 + (0,011/2)-(0,011*4,013)
m = 2,386
Lm = antilog m
Lm = 243 mm
Lampiran 5 (lanjutan)
FK rata-rata STDEV
Waktu Pengamatan
Betina Jantan Betina Jantan
Mei 0,9988 1,0058 0,1486 0,1081
Juni 1,0050 1,0039 0,1005 0,0882
Juli 1,0057 1,1281 0,1104 0,1148
Agustus 1,0075 1,0042 0,1279 0,0914
September 1,0073 1,0082 0,1212 0,1219
27
Max 0,97
Min 0,1
Count 11250
Jk 14,449
C 0,05
Cp 0,051
Keterangan :
Max : Nilai data terbesar
Min : Nilai data terkecil
Count : Banyaknya data
Jk : Jumlah kelas
C : Lebar kelas
Cp : Jarak kelas
Lampiran 9 (lanjutan)
Waktu Panjang Bobot Fekunditas
No sampel
pengamatan (mm) (cm) (mg) (g) (butir telur)
110 210 21 11000 110 15745
117 230 23 11500 115 82131
119 210 21 10700 107 68788
125 230 23 13300 133 33047
126 210 21 13000 130 63142
129 235 23,5 10300 103 55062
132 230 23 14200 142 74624
134 230 23 12900 129 54971
135 235 23,5 13000 130 53641
137 200 20 10100 101 40525
139 230 23 13000 130 39169
141 214 21,4 12300 123 56826
151 205 20,5 10300 103 38471
155 190 19 9000 90 7655
157 230 23 13000 130 36623
Juli 1 207 20,7 11200 112 58125
10 204 20,4 10800 108 42006
23 224 22,4 12700 127 58613
37 220 22 4300 43 55629
46 216 21,6 12100 121 57452
58 212 21,2 10800 108 61584
116 204 20,4 10600 106 60391
Agustus 21 220 22 11300 113 39863
57 200 20 10800 108 37193
121 225 22,5 13400 134 53574
125 220 22 12800 128 51342
141 231 23,1 12500 125 52135
6 240 24 13500 135 78866
21 225 22,5 12000 120 61650
34 225 22,5 11200 112 67928
September 55 235 23,5 13000 130 40767
102 230 23 12200 122 42500
108 205 20,5 10600 106 37118
125 200 20 10000 100 48688
133 230 23 11100 111 48899
Min 7650
Maks 82940
Rata-rata 47720
STDEV 18930
30
RIWAYAT HIDUP