Anda di halaman 1dari 40

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN

KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)


DI PERAIRAN SELAT SUNDA

WAHYUNI EKA SAPUTRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Pertumbuhan dan
Reproduksi Ikan Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di
Perairan Selat Sunda adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Bogor, September 2017

Wahyuni Eka Saputri


C24130039
ABSTRAK
WAHYUNI EKA SAPUTRI. Pola Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Kembung
lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di Perairan Selat Sunda. Dibimbing
oleh ZAIRION dan MENNOFATRIA BOER.

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan salah satu


komoditi ikan ekonomis tinggi di Indonesia. Tingkat pemanfaatan ikan ini terindikasi
tinggi setiap tahun di perairan Selat Sunda, sehingga diperkirakan dapat menurunkan
ketersediaannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji pola pertumbuhan dan
aspek reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat
Sunda. Jumlah total contoh ikan kembung lelaki yang diambil selama penelitian
sebanyak 369 ikan betina dan 497 ikan jantan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pola pertumbuhan ikan kembung lelaki yaitu alometrik negatif, rasio
kelamin tidak 1:1 yaitu sebesar 1,34:1. Hasil analisis ukuran pertama kali matang
gonad ikan betina dan jantan masing-masing adalah 220 mm dan 243 mm.
Musim pemijahan ikan kembung lelaki terjadi pada bulan Mei sampai September
dengan puncak pemijahan pada bulan Juni dan Agustus, dan tipe pemijahan
terindikasi bersifat partial spawner. Potensi reproduksi ikan kembung lelaki
berkisar antara 7 650 – 82 940 butir.

Kata Kunci : ikan kembung lelaki, pertumbuhan, reproduksi, Selat Sunda

ABSTRACT

WAHYUNI EKA SAPUTRI. Growth pattern and reproduction of Indian


mackarel (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) in Sunda Strait. Supervised by
ZAIRION and MENNOFATRIA BOER.

Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) was one of high economical fish


commodity in Indonesia. The rate use of this fish was high indicated every year in
Sunda strait, thus it was predicted to decrease in term of the availability. The
purpose of this research was to reviewing growth pattern and reproduction aspects
of Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) in Sunda strait. The number of
Indian Mackerel sampel which was taken during the research was 369 female and
497 male. The result of this research showed that growth pattern of Indian
Mackerel was negative allometric. Sex ratio was not 1:1, but 1.34:1. Size at first
sexual maturity female and male fish of ripe gonads were 220 mm and 243 mm.
Spawning season of male Indian Mackerel occurred during May to September
with a peak spawning period in June and August, and spawning types was
indicated partial spawner. The reproduction potential of Indian Mackerel ranges
from 7 650 – 82 940 eggs.

Keywords: growth , indian mackerel, reproduction, Sunda Strait


POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN
KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)
DI PERAIRAN SELAT SUNDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
penyusunan skripsi yang berjudul Pola Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di Perairan Selat Sunda
ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK.
2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas biaya penelitian melalui Biaya
Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Anggaran 2016, Nomor:
079/SP2H/LT/DRPM/II/2016, Penelitian Strategis Aplikasi, Penelitian
Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, IPB dengan judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi
Sumberdaya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda,
Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi
(sebagai ketua peneliti) dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA (sebagai
anggota peneliti).
3. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan saran selama perkuliahan.
4. Dr Ir Zairion, MSc selaku pembimbing I dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer
DEA selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukkan
dan saran selama penyusunan skripsi.
5. Dr Yonvitner, SPi MSi selaku dosen penguji dan Dr Ali Mashar, SPi MSi
selaku perwakilan Program Studi Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan.
6. Keluarga; Bapak Sukiyo, Ibu Sugiyanti, dan Novi Riski Yanti serta saudara-
saudara tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan dalam
penyelesaian perkuliahan di Manajemen Sumberdaya Perairan.
7. Bapak Una dan Bapak Suminta yang telah membantu dalam pengumpulan
ikan. Tim BOPTN 2016 khususnya Eka, Yuni, Ratna, Neri, Ridho, Ka Dinta,
Ka Yuyun, Mba Nur; Riska F, Apong, Nabila dan teman-teman MSP 50
yang telah memberi semangat dan dukungan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2017

Wahyuni Eka Saputri


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii


DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu 2
Pengumpulan Data 3
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil 8
Pembahasan 13
KESIMPULAN DAN SARAN 17
Kesimpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 30
DAFTAR TABEL

1 Penentuan Tingkat Kematangan Gonad ikan menurut FAO (1974) 4


2 Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 10
3 Perbandingan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) dari beberapa hasil penelitian 14
4 Perbedaan aspek biologi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastelliger
kanagurta) dari beberapa hasil penelitian 15

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian dan daerah penangkapan ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Sunda 3
2 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 3
3 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) (a) betina dan (b) jantan 9
4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) (a) betina dan (b) jantan 10
5 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan waktu pengamatan; (a) betina dan (b) jantan 11
6 Indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina dan jantan berdasarkan waktu pengamatan 12
7 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina
dan jantan berdasarkan waktu pengamatan 12
8 Distribusi frekuensi diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan selang kelas 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Klasifikasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 20


2 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) jantan dan betina, dan ukuran panjang ikan berdasarkan
waktu pengambilan contoh 21
3 Uji Chi-square ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 22
4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di perairan Selat Sunda 23
5 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di perairan Selat Sunda berdasarkan waktu pengamatan 25
6 Indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan waktu 26
7 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
berdasarkan waktu 26
8 Distribusi diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) TKG VI di perairan Selat Sunda 27
9 Fekunditas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 28
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan salah satu


sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan pantai Indonesia yang memiliki daerah
penyebaran dengan jumlah terbesar di perairan Laut Jawa, Sulawesi, Sumatera
Barat, dan Selat Malaka (DJPT 2011). Ikan ini juga merupakan komoditas
perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting, yang mana ikan kembung lelaki
banyak ditangkap untuk dikonsumsi dan merupakan sumber nilai gizi yang baik
karena dapat menjadi pemenuhan kebutuhan protein masyarakat.
Salah satu daerah penangkapan ikan kembung lelaki adalah perairan Selat
Sunda dan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan Banten. PPP
tersebut memiliki produksi perikanan dan sektor ekonomi yang cukup baik, serta
memiliki letak yang cukup strategis sehingga memiliki kemudahan akses ke
beberapa perairan seperti Laut Jawa, Selat Sunda dan Samudera Hindia. Alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan kembung lelaki adalah purse
seine, jaring rampus, gillnet, bagan, pancing, dan payang. Ikan kembung lelaki
termasuk salah satu ikan yang didaratkan di PPP tersebut dengan jumlah produksi
yang tinggi karena merupakan sumberdaya paling banyak ditangkap setelah ikan
tongkol dan mempunyai peranan penting bagi produksi perikanan laut di wilayah
tersebut (Boer dan Aziz 2007).
Tingkat permintaan masyarakat yang tinggi mengakibatkan penangkapan
ikan kembung lelaki di perairan Selat Sunda cenderung tidak terkendali, karena
hasil tangkapan merupakan prioritas bagi nelayan. Hal tersebut diperkuat dengan
data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang (2014) produksi hasil
tangkapan ikan kembung lelaki di Selat Sunda pada tahun 2007 hingga 2014
mengalami penurunan dari 1 913,50 ton menjadi 1 654,31 ton. Tidak jarang pada
ikan yang matang gonad dan siap memijah juga ikut tertangkap. Hal ini pula
dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan populasi, dan dikhawatirkan akan
mengancam kelestarian atau kepunahan di masa yang akan datang, sehingga perlu
adanya perencanaan pengelolaan.
Pengetahuan mengenai pola pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung
lelaki merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mendukung upaya
pengelolaan sumberdaya ikan tersebut. Penelitian mengenai ikan kembung lelaki
di perairan Selat Sunda sebelumnya telah dilakukan oleh Fandri (2012),
Permatachani (2014), Siregar (2015), dan Permatasari (2016), namun dengan
adanya perbedaan waktu pada penelitian mengenai pola pertumbuhan dan aspek
reproduksinya diharapkan dapat dijadikan sebagai bentuk monitoring, dan
pembanding dengan penelitian sebelumnya serta dapat melengkapi tambahan
informasi dengan pembaharuan data agar menghasilkan data yang lebih akurat.

Perumusan Masalah

Tingginya permintaan pasar terhadap ikan kembung lelaki menyebabkan


laju eksploitasi terhadap ikan ini semakin tinggi. Tekanan eksploitasi ikan
kembung lelaki yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan populasi dan
2

ketidakseimbangan nisbah kelamin. Diduga daerah dan musim pemijahan yang


tidak terlindungi dari aktivitas penangkapan dapat mengganggu proses pemijahan.
Hal ini dapat mendorong ikan untuk pindah ke daerah yang lebih jauh, sehingga
daerah penangkapan akan semakin jauh dan terhambatnya penambahan individu
baru. Keberhasilan reproduksi sangat penting karena mempengaruhi tingkat
rekruitmen untuk mempertahankan stok. Permasalahan ini perlu diatasi dengan
perbaikan pola penangkapan dan pemanfaatan ikan kembung lelaki yang
didasarkan pada pola pertumbuhan dan aspek biologi reproduksi. Aspek biologi
reproduksi ini terdiri atas, rasio kelamin, ukuran pertama kali matang gonad,
musim pemijahan, faktor kondisi, tipe pemijahan, dan potensi reproduksi, penting
untuk dilakukan sebagai salah satu dasar pengelolaan ikan kembung lelaki di
perairan Selat Sunda sehingga terwujud pengelolaan perikanan yang lestari.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola pertumbuhan dan aspek


reproduksi ikan kembung lelaki (R. kanagurta) dari perairan Selat Sunda. Aspek
reproduksi meliputi rasio kelamin, ukuran pertama kali matang gonad, musim
pemijahan, faktor kondisi, tipe pemijahan, dan potensi reproduksi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bentuk monitoring


khususnya tentang pola pertumbuhan dan aspek reproduksi yang dibutuhkan
sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan ikan kembung lelaki (R.
kanagurta) di Selat Sunda agar kelestariannya tetap terjaga dengan
mempertimbangkan kedua aspek tersebut.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi


Banten. Pengambilan contoh dilakukan selama 5 bulan, pada bulan Mei 2016
hingga September 2016 dengan selang waktu pengambilan contoh satu bulan.
Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Gambar 1 menunjukkan lokasi penelitian dan daerah
penangkapan ikan kembung lelaki di Selat Sunda.
3

Gambar 1 Lokasi penelitian dan daerah penangkapan ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Sunda

Pengumpulan Data

Pengumpulan ikan contoh


Pengumpulan data primer diperoleh dengan metode penarikan contoh acak
sederhana (PCAS), yang mewakili ikan ukuran kecil, sedang dan besar. Ikan
kembung lelaki (Gambar 2) yang diperoleh merupakan hasil tangkapan di perairan
Selat Sunda menggunakan alat tangkap purse seine dengan ukuran mata jaring
sebesar 1 inci atau 25,4 mm dan didaratkan di PPP Labuan, Banten. Ikan contoh
yang diambil berkisar antara 150 - 200 ekor, tergantung pada kelimpahan ikan
pada tiap waktu pengambilan contoh. Setelah ikan contoh diperoleh, kemudian
ikan yang sudah diamati ciri umum dan disesuaikan dengan klasifikasinya
(Lampiran 1) tersebut dimasukkan ke dalam cool box yang sudah berisi es batu
yang digunakan sebagai pengawet ikan untuk kemudian dianalisis di
Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Institut Pertanian Bogor.

Gambar 2 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


4

Pengukuran panjang dan bobot


Ikan kembung lelaki yang telah diperoleh kemudian diukur panjang total
(mm) dengan menggunakan penggaris dengan nilai satuan terkecil 1 mm, dan
ditimbang bobot tubuhnya dengan menggunakan timbangan dengan nilai satuan
terkecil 1 gram.

Penentuan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad


Ikan contoh yang telah diukur panjang dan bobot kemudian dibedah untuk
melihat morfologi gonad dari masing-masing ikan contoh sehingga jenis kelamin
dan Tingkat kematangan gonad (TKG) dapat ditentukan. Kemudian bobot gonad
total ditimbang menggunakan timbangan gonad yang memiliki nilai satuan
terkecil 0,0001 gram. Gonad dengan tingkat kematangan VI diawetkan dengan
larutan formalin 5%. Tahap perkembangan gonad ikan kembung lelaki ditentukan
secara morfologi sesuai dengan klasifikasi yang digunakan (Tabel 1).

Tabel 1 Penentuan Tingkat Kematangan Gonad ikan menurut FAO (1974)


TKG Tahapan Matang Gonad Ciri – ciri morfologi
I Dara Organ seksual sangat kecil berdekatan di
bawah tulang punggung. Testes dan ovarium
transparan, tidak berwarna sampai abu-abu.
Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
II Dara berkembang Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah.
Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari
panjang rongga bawah. Telur satu persatu
dapat terlihat dengan kaca pembesar.
III Perkembangan I Testes dan ovarium bentuknya bulat telur,
kemerah-merahan dengan pembuluh darah
kapiler. Mengisi kira-kira setengah ruang ke
bagian bawah. Telur dapat terlihat oleh mata
seperti serbuk putih.
IV Perkembangan II Testes putih kemerah-merahan. Tak ada pati
jantan atau sperma kalau bagian perut
ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-
merahan. Telur jelas dapat dibedakan,
bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-
kira 2/3 ruang bawah.
V Bunting Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes
warnanya putih. Telur bentuknya bulat,
beberapa dari padanya jernih dan masak.
VI Mijah Telur dan sperma keluar dengan sedikit
tekanan. Kebanyakan telurnya berwarna
jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat
telur tinggal dalam ovarium.
VII Mijah / Salin Belum kosong sama sekali. Tak ada telur
yang bentuknya bulat telur.
VIII Salin / Spent Testes dan ovarium kosong dan berwarna
merah. Beberapa telur dalam keadaan sedang
dihisap kembali.
5

Estimasi fekunditas dan diameter telur


Pengukuran diameter telur dilakukan pada gonad ikan betina TKG VI.
Gonad dibagi menjadi tiga bagian, yaitu posterior, tengah, dan anterior. Gonad
contoh diambil sebagian dari ketiga bagian tersebut. Jumlah telur yang diukur
sebanyak 50 butir dari masing-masing gonad contoh dan disusun di kaca preparat.
Selanjutnya pengukuran diameter telur dilakukan menggunakan mikroskop
binokuler majemuk dengan perbesaran 10x10 yang telah dilengkapi dengan
mikrometer okuler yang memiliki nilai satuan terkecil 10 µ. Data diameter telur
hasil pengamatan menggunakan mikroskop diubah ke dalam satuan milimeter
dikalikan 0,01 sebagai hasil kalibrasi perbesaran mikroskop dengan rumus sebagai
berikut.

Keterangan:
D : diameter telur (mm)
d : diameter yang terlihat di mikroskop

Analisis Data

Hubungan panjang dan bobot


Hubungan panjang bobot diasumsikan mengikuti pola hukum kubik
berdasarkan dua parameter yang dijadikan analisis. Menurut Effendie (1979),
analisis hubungan panjang bobot ikan kuniran digunakan rumus sebagai berikut.

a (1)

W adalah bobot ikan (g), a adalah intersep (perpotongan kurva hubungan panjang
bobot dengan sumbu y), L adalah panjang total ikan (cm), dan b adalah penduga
pola pertumbuhan panjang bobot. Untuk menduga a dan b digunakan persamaan
regresi linear sederhana.

Y = b0 + b1X

Y sebagai Log W dan X sebagai Log L. Sedangkan b1 dan b0 masing-masing


dihitung dengan rumus sebagai berikut.

∑ni i yi ∑ni n
i ∑i yi
n
∑ni n
i n (∑i i)

dan

b0 = Ӯ - b1X

sehingga a = 10b0 dan b = b1.


6

Pola pertumbuhan dapat diduga melalui nilai b yang diuji terhadap nilai 3,
dengan hipotesis
 H0: b=3, yaitu pola petumbuhan bersifat isometrik (pertumbuhan panjang
sama dengan pertumbuhan bobot)
 H1: b≠3
Pola pertumbuhan bersifat alometrik dengan dua kemungkinan. Jika nilai
b>3, maka pertumbuhan bobot lebih dominan atau alometrik positif. Jika
nilai b<3, maka pertumbuhan panjang lebih dominan atau alometrik
negatif.

Hipotesis di atas kemudian diuji dengan menggunakan uji t-student sebagai


berikut.

-3
thitung | | (2)
S

Sb adalah galat baku dugaan dari nilai b yang merupakan akar dari s . Nilai s
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

s
(3)
∑ni n
i - n(∑i i)

Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang


kepercayaan 95%. Pengambilan keputusan jika t hitung > ttabel maka tolak hipotesis
nol (H0) dan jika thitung < ttabel gagal tolak atau terima hipotesis nol (H0) (Walpole
1992).

Rasio kelamin
Rasio kelamin dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah jantan dan
betina dari ikan contoh. Menurut Effendie (1979), analisis untuk mengetahui
keseimbangan rasio kelamin ikan jantan dan betina dirumuskan sebagai berikut.

(4)
B

adalah nisbah kelamin (jantan terhadap betina), J adalah jumlah ikan jantan,
dan B adalah jumlah ikan betina.
Setelah didapatkan rasio kelamin antara ikan jantan dan betina, kemudian
diuji kembali menggunakan uji Chi-square ( ) sehingga diketahui keseimbangan
populasi (Steel dan Torrie 1989). Berikut persamaan untuk uji Chi-square.
n
( )
∑ (5)
i

x2 adalah nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri
7

sebaran Chi-square, oi adalah jumlah frekuensi ikan jantan dan betina yang
teramati, ei adalah jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina.

Ukuran pertama kali matang gonad (Lm)


Estimasi ukuran pertama kali matang gonad (Lm) diduga dengan metode
Spearman-Karber seperti yang diusulkan oleh Udupa (1986) sebagai berikut.

* ( )+ ( ∑ ) (6)

dengan Lm = antilog m dan selang kepercayaan 95% bagi log m dibatasi sebagai
berikut.
pi qi
Lm = √ ∑ (7)
ni -

m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai
tengah kelas panjang yang terakhir dimana ikan telah matang gonad, x adalah
log pertambahan panjang pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang
gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang, ke-i, ni
adalah jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1 – pi.

Musim pemijahan
Musim pemijahan ikan diduga berdasarkan distribusi tingkat kematangan
gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG) per-waktu pengamatan.
Menurut Effendie (1979), indeks kematangan gonad dapat diukur dengan
membandingkan bobot gonad dengan bobot tubuh.
Bg
IK (8)
Bt

IKG adalah indeks kematangan gonad (%), Bg adalah bobot gonad (gram), Bt
adalah bobot tubuh ikan (gram).

Faktor kondisi
Faktor kondisi dihitung berdasarkan data panjang total dan bobot ikan.
Faktor kondisi merupakan keadaan atau nilai dari kemontokkan ikan. Rumus
untuk mencari nilai faktor kondisi dibedakan berdasarkan pola pertumbuhan ikan.
Jika pola pertumbuhan ikan adalah isometrik (b=3), maka faktor kondisi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1979).

K 3 (9)

ika pola pertum uhan ikan adalah alometrik ( ≠3), maka faktor kondisi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
8

K (10)
a

FK adalah faktor kondisi, W adalah bobot ikan (g), L adalah panjang total ikan
(mm), a adalah intersep, b adalah kemiringan.

Tipe pemijahan
Tipe pemijahan ikan dapat diketahui dengan melihat sebaran diameter telur.
Distribusi tersebut harus menyebar normal kemudian ditentukan jumlah modus
yang terbentuk. Sebaran normal diameter telur yang memiliki satu puncak modus
dapat mengindikasikan ikan tersebut memiliki tipe pemijahan secara total
spawner sedangkan dua atau lebih mengindikasikan tipe pemijahan secara partial
spawner (Effendie 2002).

Potensi reproduksi
Fekunditas digunakan untuk menduga potensi reproduksi. Potensi
reproduksi dapat dipergunakan untuk memperkirakan banyaknya ikan yang akan
dihasilkan atau produktivitas reproduksi. Sebelum gonad ikan betina dengan
TKG VI yang telah diawetkan dihitung fekunditasnya, gonad dikeringkan terlebih
dahulu. Gonad dibagi menjadi tiga bagian, yaitu posterior, tengah, dan anterior.
Selanjutnya dari ketiga bagian tersebut masing-masing diambil gonad contoh.
Gonad contoh diencerkan dalam cawan petri dengan 10 ml air. Telur yang telah
diencerkan dalam cawan petri diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet tetes.
Jumlah fekunditas dihitung secara sensus dengan bantuan hand tally counter.
Fekunditas dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1979) .

(11)

F adalah fekunditas (butir telur), G adalah bobot gonad (g), V adalah volume
pengenceran (ml), X adalah rata-rata jumlah telur gonad contoh (butir), Q adalah
bobot gonad contoh (g).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hubungan panjang bobot


Pendugaan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki betina dan jantan
berdasarkan hasil uji-t, memiliki nilai thit>ttabel yaitu dengan nilai masing-masing
sebesar 10,31>1,96 dan 10,38>1,96 yang berarti memiliki pola pertumbuhan
allometrik negatif (b<3). Nilai koefisien determinasi ikan kembung lelaki
9

menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki baik betina maupun jantan memiliki
hubungan yang sangat erat. Grafik hubungan panjang dan bobot ikan kembung
lelaki betina dan jantan, dan ukuran panjang ikan berdasarkan waktu pengambilan
contoh disajikan pada Lampiran 2. Grafik hubungan panjang dan bobot ikan
kembung lelaki betina dan jantan disajikan pada Gambar 3.

(a)

(b)

Gambar 3 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) (a) betina dan (b) jantan

Rasio kelamin
Rasio kelamin ikan kembung lelaki tidak 1:1 pada semua waktu
pengambilan contoh. Jumlah ikan jantan lebih banyak dibandingkan ikan betina
pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus, sedangkan pada bulan September terjadi
sebaliknya. Jumlah keseluruhan contoh ikan kembung lelaki yang diamati adalah
866 ekor, yang terdiri dari ikan kembung lelaki betina dan jantan masing-masing
sebanyak 369 ekor dan 497 ekor. Rasio total perbandingan ikan jantan dan betina
yang diperoleh adalah 1,34:1. Hasil Uji Chi-square dengan selang kepercayaan
95% (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perbandingan ikan kembung lelaki jantan
dan betina tidak 1:1. Rasio kelamin ikan kembung lelaki berdasarkan waktu
pengambilan contoh disajikan pada Tabel 2.
10

Tabel 2 Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


Pengambilan Jumlah Sampel (n) Rasio Uji Chi-Square
Ket.
contoh sampel (N) Jantan betina Kelamin
26 Mei 2016 200 116 84 1:0,72 5,12 Tolak H0
22 Jun 2016 216 154 62 1:0,40 39,19 Tolak H0
24 Jul 2016 150 79 71 1:0,89 0,43 Terima H0
10 Agu 2016 150 79 71 1:0,89 0,43 Terima H0
01 Sep 2016 150 69 81 1:1,17 0,96 Terima H0
Total 866 497 369 1:0,74 18,92 Tolak H0
2
tabel 3,84
Keterangan: H0 = perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina 1 : 1; H1 = perbandingan
antara jumlah ikan jantan dan betina tidak 1 : 1.

Ukuran pertama kali matang gonad


Ukuran pertama kali matang gonad pada ikan kembung lelaki betina dan
jantan di Selat Sunda, yaitu 220 mm dan 243 mm (Lampiran 4). Ukuran rata-rata
pertama kali matang gonad ikan betina maupun jantan berada pada selang kelas
panjang total 220-224 mm dan 240-244 mm. Ukuran pertama kali matang gonad
ikan kembung lelaki betina dan jantan disajikan pada Gambar 4.

(a)

(b)
Gambar 4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) (a) betina dan (b) jantan
11

Musim pemijahan
Berdasarkan pengamatan secara morfologi diperoleh TKG I hingga TKG
VI. Frekuensi ikan kembung lelaki betina dengan TKG matang gonad ditemukan
pada setiap bulan pengamatan (Lampiran 5), sehingga pemijahan terindikasi
berlangsung dari bulan Mei-September. Frekuensi relatif ikan kembung lelaki
betina TKG VI tertinggi ditemukan pada bulan Juni sebesar 56,45%. Frekuensi
ikan kembung lelaki jantan dengan TKG VI juga ditemukan pada setiap bulan
pengamatan, dengan frekuensi relatif tertinggi ditemukan pada bulan Agustus
sebesar 16,45%. Gambar 5 merupakan persentase tingkat kematangan gonad ikan
kembung lelaki jantan dan betina.
Nilai IKG rata-rata juga bervariasi pada setiap waktu pengamatan (Gambar
6). Nilai rata-rata indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki betina tertinggi
terdapat pada bulan Juni sebesar 2,7540, sedangkan pada ikan kembung lelaki
jantan tertinggi pada bulan Agustus sebesar 0,7578 (Lampiran 6).

(a)

(b)
Gambar 5 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan waktu pengamatan; (a) betina dan (b) jantan
12

Gambar 6 Indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) betina dan jantan berdasarkan waktu pengamatan

Faktor Kondisi
Nilai faktor kondisi digunakan untuk melihat tingkat kemontokkan ikan.
Nilai faktor kondisi ikan kembung lelaki betina dan jantan disajikan dalam
Gambar 7. Nilai faktor kondisi rata-rata ikan kembung lelaki betina berkisar
antara 0,9988-1,007 dan pada jantan berkisar antara 1,003-1,128 (Lampiran 7).
Nilai faktor kondisi rata-rata tertinggi ikan betina terjadi pada bulan Agustus dan
pada ikan jantan pada bulan Juli.

Gambar 7 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina


dan jantan berdasarkan waktu pengamatan

Tipe pemijahan
Nilai distribusi diameter telur dapat menentukan tipe pemijahan ikan yaitu
dengan melihat modus yang dihasilkan pada grafik distribusi frekuensi diameter
telur. Distribusi frekuensi diameter telur ikan kembung lelaki disajikan dalam
Gambar 8. Berdasarkan sebaran frekuensi diameter telur dapat diketahui bahwa
diameter telur ikan kembung lelaki memiliki dua modus, yaitu pada selang kelas
0,253-0,303 dan 0,559-0,609 mm (Lampiran 8). Hal ini mengindikasikan bahwa
tipe pemijahan ikan kembung lelaki adalah partial spawner.
13

Gambar 8 Distribusi frekuensi diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) berdasarkan selang kelas

Potensi reproduksi
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dikeluarkan pada saat memijah
dan digunakan untuk mengestimasi potensi reproduksi. Secara umum fekunditas
meningkat sesuai dengan ukuran bobot tubuh ikan betina. Berdasarkan analisis
fekunditas, potensi reproduksi ikan kembung lelaki berkisar antara 7 650-82 940
butir dengan rata-rata 47 700 butir (Lampiran 9).

Pembahasan

Hubungan panjang bobot menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Pola


pertumbuhan ikan kembung lelaki (R. kanagurta) betina dan jantan yaitu
alometrik negatif (b<3). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Permatachani (2014), Siregar (2015), dan Safarini (2013) yang menyatakan bahwa
ikan kembung lelaki (R. kanagurta) di perairan Selat Sunda dan Teluk Banten,
mempunyai pola pertumbuhan yang bersifat alometrik negatif (Tabel 3). Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2016) di perairan Selat Sunda
menunjukkan pola pertumbuhan alometrik positif pada ikan kembung lelaki (R.
kanagurta).
Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki betina dan jantan pada bulan Mei,
Juni, Agustus, dan September adalah sama yaitu alometrik negatif, sedangkan
pada bulan Juli berbeda yaitu isometrik pada ikan kembung lelaki jantan dan
alometrik negatif pada ikan kembung lelaki betina. Hal tersebut berbeda dengan
penelitian sebelumnya oleh (Permatasari 2016) yaitu didapatkan pola pertumbuhan
ikan kembung lelaki betina dan jantan pada bulan April, Juli, dan Agustus yaitu
alometrik positif, sedangkan pada bulan Mei dan Juni sama yaitu alometrik negatif.
Arrafi et al. (2016) menyatakan bahwa pola pertumbuhan ikan kembung lelaki di
perairan Aceh Barat cukup bervariasi secara temporal yaitu dengan nilai b yang
didapatkan berkisar antara 2,62 sampai 3,44.
14

Tabel 3 Perbandingan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) dari beberapa hasil penelitian
Sumber Tahun Lokasi n Nilai b Pola pertumbuhan
Penelitian Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan
Safarini 2012 Teluk 338 376 2,65 2,71 Alo (-) Alo (-)
(2013) Banten
Permatachani 2013 Selat 357 360 2,88 2,73 Alo (-) Alo (-)
(2014) Sunda
Siregar 2014 Selat 147 333 2,88 2,52 Alo (-) Alo (-)
(2015) Sunda
Permatasari 2015 Selat 305 532 3,19 3,11 Alo (+) Alo (+)
(2016) Sunda
Penelitian ini 2016 Selat 369 497 2,58 2,63 Alo (-) Alo (-)
Sunda
Keterangan : n = jumlah ikan contoh, Alo (-) = alometrik negatif, Alo (+) = alometrik positif

Pola pertumbuhan isometrik adalah pertumbuhan panjang dengan bobot


seimbang, sedangkan alometrik negatif adalah pertumbuhan panjang lebih
mendominasi daripada bobot tubuhnya (Effendie 2002). Ozvarol et al. (2010)
menyatakan bahwa nilai b secara langsung berkaitan dengan bobot yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi, seperti suhu, keberadaan makanan, kondisi
pemijahan dan karakteristik habitat. Nilai b yang berada di luar kisaran angka
2,4-3,5 menunjukkan bahwa ikan tersebut memiliki bentuk tubuh yang berada di
luar batas kebiasaan bentuk ikan secara umum (Effendie 2002).
Rasio kelamin dapat digunakan untuk melihat populasi ikan dalam
mempertahankan kelestariannya Rasio kelamin yang seimbang (1:1) sering
digunakan sebagai indikator biologi, berkaitan dengan keseimbangan jumlah
populasi ikan jantan dengan betina untuk menunjang keberhasilan reproduksi
(Effendie 2002). Adapun seringkali terjadi perbedaan dari pola 1:1. Hal ini
berkaitan dengan pemijahan ikan yang diduga secara eksternal dengan fekunditas
ikan betina yang tinggi, sehingga memerlukan populasi ikan jantan yang lebih dari
betina. Perubahan rasio kelamin saat frekuensi relatif TKG VI tertinggi
disebabkan tingkah laku ikan saat memijah. Rasio kelamin tersebut
mengindikasikan satu ekor ikan betina akan dibuahi oleh dua ekor ikan jantan
(Pangau 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio kelamin ikan kembung lelaki (R.
kanagurta) di perairan Selat Sunda berada dalam keadaan tidak 1:1, karena ikan
jantan lebih mendominasi hampir di setiap waktu pengamatan. Hasil ini sesuai
dengan pengamatan ikan kembung lelaki di beberapa perairan, di antaranya
perairan Ratnagiri Coast India, Teluk Banten, Teluk Mayalibit Papua, dan Selat
Sunda (Tabel 4). Ketidakseimbangan rasio kelamin ini telah ditemukan pula
dalam penelitian sebelumnya oleh oleh Permatachani (2014), Siregar (2015), dan
Permatasari (2016) pada Tabel 4, bahwa populasi ikan kembung lelaki jantan
lebih mendominasi dibandingkan ikan betina di perairan Selat Sunda. Perbedaan
rasio kelamin disebabkan oleh perbedaan tingkah laku bergerombol, faktor
penangkapan, dan kondisi lingkungan sehingga terjadi penyimpangan rasio
kelamin antara ikan betina dan jantan (Effendie 2002; Safarini 2013).
15

Tabel 4 Perbedaan aspek biologi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) dari beberapa hasil penelitian
Sumber Lokasi JK Rasio Puncak Tipe Potensi
Lm
Kelamin musim pemijahan Reproduksi
(mm) pemijahan (butir)
Gangga Central B - 174 Mei, Juni, Partial 10521 -
(2010) Kelara J November Spawner 92279
Coast
Fandri Selat B - - Mei, Juli, Partial -
(2012) Sunda J September spawner
Bhendarkar Ratnagiri B 1,29 : 1 206 November, Partial 55264 -
et al. (2013) Coast J 198 Januari Spawner 314568
India
Oktaviani Teluk B 1 : 1,26 207 November, Partial -
(2013) Mayalibit J 196 Februari spawner
Papua
Safarini Teluk B 1 : 1,11 201 Juli Total 9058 -
(2013) Banten J 211 spawner 55181
Permatachani Selat B 0,9 : 1 243 Oktober Total -
(2014) Sunda J spawner
Siregar Selat B 1 : 2,79 185 Mei, Partial 7797 -
(2015) Sunda J 192 Agustus spawner 34454
Permatasari Selat B 1 : 1,74 203 Juni, Partial 5001 -
(2016) Sunda J 201 Agustus spawner 96530
Penelitian ini Selat B 1 : 1,34 220 Juni, Partial 7655 -
(2017) Sunda J 243 Agustus spawner 82944
Keterangan : B=betina, J=jantan

Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki betina dan jantan
masing–masing 220 mm dan 243 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki betina lebih kecil dibandingkan
ikan kembung lelaki jantan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Siregar (2015) terhadap ikan kembung lelaki di perairan Selat Sunda, begitu juga
dengan penelitian (Bhendarkar et al. 2013) di perairan Ratnagiri Coast India dan
penelitian di berbagai tempat lainnya (Tabel 4). Namun, hasil ini berbeda dengan
hasil pengamatan sebelumnya (Permatasari 2016), ukuran pertama kali matang
gonad ikan jantan lebih kecil dibandingkan dengan betina.
Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad berbeda dengan tahun
sebelumnya diduga karena perbedaan penggunaan klasifikasi dalam penentuan
tingkat kematangan gonad, selain itu perbedaan ukuran panjang ikan yang
tertangkap dapat menyebabkan hal tersebut. Novitriana et al. (2004) menyatakan
bahwa perbedaan ukuran pertama kali matang gonad dapat disebabkan oleh
perbedaan lama hidup ikan. Selain hal tersebut, setiap spesies ikan memiliki
waktu pertama kali matang gonad yang berbeda ukurannya (Affandi dan Tang
2002). Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad disebabkan adanya
persaingan memperebutkan makanan antara ikan kembung lelaki jantan dan betina
(Gangga 2010).
Musim pemijahan ikan kembung lelaki pada penelitian ini terjadi pada
bulan Mei hingga September dengan puncak musim pemijahan diduga pada bulan
16

Juni dan Agustus. Hal ini didukung pula dengan penelitian sebelumnya
Permatasari (2016), Siregar (2015), begitu juga dengan penelitian Ganga (2010)
terhadap ikan kembung lelaki di Central Kelara Coast (Tabel 4). Berbeda dengan
penelitian Oktaviani (2013), dan Safarini (2013) pada Tabel 4. Musim pemijahan
ikan kembung lelaki terindikasi memiliki waktu pemijahan sepanjang tahun
dilihat dari penelitian sebelumnya telah dilakukan. Menurut Ganga (2010) musim
pemijahan ikan tergantung oleh kondisi lingkungan (suhu, salinitas, dan iklim)
yang menguntungkan untuk ikan tersebut memijah.
Nilai indeks kematangan gonad dapat di hubungkan dengan nilai tingkat
kematangan gonad. Menurut Sulistiono et al. (2006) indeks kematangan gonad
meningkat sesuai dengan perkembangan gonadnya dan menurun kembali setelah
ikan memijah. Nilai indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki betina
tertinggi pada bulan Juni dan pada jantan yaitu bulan Agustus. Perbedaan trend
pada bulan Juni diduga disebabkan oleh terdapatnya bias pada saat waktu
pengambilan contoh berlangsung. Ikan contoh yang diambil pada bula Juni diduga
ukuran ikannya tidak terlalu beragam sehingga didapatkan jumlah antara ikan
jantan dan betina dengan tingkat kematangan gonad yang cukup signifikan.
Faktor kondisi adalah suatu keadaan yang menyatakan kemontokan ikan
(Lagler 1961 in Effendie 1979). Menurut Effendie (2002) bahwa nilai faktor
kondisi <1, tergolong ikan yang pipih atau tidak gemuk sementara nilai faktor
kondisi 1–3, tergolong ikan yang bentuk badannya kurang pipih. Hasil penelitian
ini juga sesuai dengan Sivadas et al. (2006) bahwa faktor kondisi ikan kembung
lelaki di Calicut, India berkisar 0,90–1,18. Nilai faktor kondisi ikan kembung
lelaki betina dan jantan tertinggi pada bulan Agustus dan Juli. Hal tersebut diduga
karena asupan makanan yang berlebih dan berat gonad yang kecil, sehingga
makanan yang masuk digunakan untuk pertumbuhan tubuh ikan. Ikan kembung
lelaki betina dengan TKG VI dominan ditemukan pada bulan Mei dan Juni, hal
tesebut didukung dengan nilai faktor kondisi yang rendah. Rendahnya nilai faktor
kondisi dapat juga disebabkan pengalihan energi cadangan yang tersedia dari
lemak dan jaringan otot untuk perkembangan gonad (Al-Nahdi et al. 2009).
Tipe pemijahan juga dapat diidentifikasi dengan melihat bagaimana
frekuensi musim pemijahan. Berfluktuasinya TKG VI di setiap waktu
pengamatan serta ditemukannya dua kelompok ukuran diameter telur,
mengindikasikan tipe pemijahan ikan kembung lelaki adalah partial spawner.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dan penelitian yang dilakukan di
berbagai lokasi yang berbeda (Tabel 4), namun berbeda dengan (Permatachani
2014) yang menyatakan bahwa tipe pemijahan ikan kembung lelaki adalah total
spawner, hal tersebut terjadi diduga karena adanya perbedaan jumlah ikan contoh
yang dianalisis dan adanya perbedaan periode waktu dalam melakukan
pengambilan ikan contoh. Partial spawner merupakan pemijahan secara bertahap
atau sebagian demi sebagian telur dikeluarkan serta berlangsung selama beberapa
waktu dalam satu musim pemijahan (Effendie 1979).
Tipe pemijahan ikan secara parsial dapat memiliki keuntungan yaitu untuk
terjaganya stok di perairan. Hal ini menunjukkan suatu strategi ikan untuk
memelihara kelangsungan hidup keturunannya dan mempertahankan populasinya.
Tingkat kegagalan reproduksi pada ikan-ikan partial spawner dibandingkan
dengan total spawner lebih rendah karena waktu pemijahan yang dilakukan dalam
17

beberapa kali sehingga masih dapat ditanggulangi apabila ada faktor lingkungan
yang tidak mendukung (Unus and Omar 2010).
Penelitian ini menunjukkan nilai fekunditas yang tinggi pada ikan kembung
lelaki sehingga dapat mengindikasikan ikan kembung lelaki memiliki potensi
reproduksi yang tinggi pula. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh
Permatasari (2016) dan Siregar (2015), serta penelitian lainnya (Tabel 3) yang
juga memiliki nilai fekunditas yang tinggi, namun berbeda-beda. Fekunditas pada
setiap individu betina tergantung pada umur, variasi ukuran, spesies, dan kondisi
lingkungan, seperti ketersediaan makanan (Unus and Omar 2010).
Alternatif perencanaan pengelolaan untuk keberlanjutan sumberdaya ikan
kembung lelaki di perairan Selat Sunda, yaitu pengaturan ukuran mata jaring, dan
waktu penangkapan. Peraturan ukuran mata jaring alat tangkap ikan kembung
lelaki dibuat untuk menghindari tertangkapnya ikan yang sedang mengalami
matang gonad. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diduga bahwa musim
pemijahan ikan kembung lelaki terjadi pada bulan Mei hingga September dengan
puncak musim pemijahan pada bulan Juni dan Agustus. Pengelolaan yang
dilakukan dalam pengaturan waktu penangkapan, yaitu penangkapan ikan
kembung lelaki sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah puncak musim
pemijahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki betina dan jantan adalah alometrik
negatif. Rasio kelamin ikan kembung lelaki tidak 1:1. Ikan kembung lelaki
jantan mencapai ukuran pertama kali matang gonad lebih kecil dibandingkan
betina. Musim pemijahan terjadi sepanjang waktu pengamatan dengan puncak
musim pemijahan diduga terjadi pada bulan Juni dan Agustus. Faktor kondisi
ikan kembung lelaki tertinggi pada bulan Juli. Tipe pemijahan terindikasi partial
spawner dan potensi reproduksi berkisar antara 7 650-82 940 butir telur.

Saran

Pengelolaan alternatif yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian ikan


kembung lelaki (R. kanagurta) di perairan Selat Sunda yaitu dengan mengurangi
penangkapan ikan pada saat puncak musim pemijahan pada bulan Juni dan
Agustus. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam jangka waktu satu tahun
terhadap ikan kembung lelaki, sehingga dapat menggambarkan aspek reproduksi
ikan kembung lelaki yang lebih faktual. Pengamatan histologis terhadap gonad
ikan kembung lelaki juga perlu sebagai data penentuan Tingkat Kematangan
Gonad (TKG) yang lebih tepat.
18

DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru : Unri Press
Al-Nahdi A, Al-Marzouqi A, Al-Rasadi E, Grouneveld JC. 2009. The size
composition, reproductive biology, age and growth of largehead
cutlassfish Trichiurus lepturus Linnaeus from the Arabian Sea coast of
Oman. Indian Journal of Fish 56 (2): 73–79.
Arrafi M, Ambak MA, Rumeaida MP, Muchlisin ZA. 2016. Biology of Indian
Mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1817) in the Western Wasters
of Aceh. Iranian Journal of Fisheries Sciences 15 (3): 957–72.
Bhendarkar MP, Naik SD, Mohite SA, Kulkarni GN. 2013. Reproductive biology
of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier 1817) of Ratnagiri
Coast, Mahrashtra, India. Journal Discovery Science 3 (9): 55-77.
Boer M, Aziz KA. 2007. Gejala tangkap lebih perikanan pelagis kecil di perairan
Selat Sunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 14 (2):
167-172.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Dewi
Sri.
Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka
Nusatama.
Collette BB, Nauen CE. 1983. An Annotated and Illustrated Catalogue of Tunas,
Mackerels, Bonitos, and related species known to date. FAO Species
Catalogue. 2 (125): 48p.
[DJPT] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2011. Statistik Perikanan
Tangkap Indonesia, 2010. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2014. Statistik
Perikanan Tangkap Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2014.
Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Manajemen Sumberdaya
Perairan. Institut Pertanian Bogor.
[FAO] Food And Agriculture Organization of the United Nations. 1974. Manual
of Fisheries Part 2 - methods of resources investigation and ther
application. FAO Fisheries Technical Paper.
[FAO] Food And Agriculture Organization of The United Nations. 2001. The
living marine resources of the western Central Pacific. FAO species
identification guide for fishery purposes. 6 (4): 3381-4218.
Gangga U. 2010. Investigastions on the biology of Indian Mackerel Rastrelliger
kanagurta (Cuvier) along the Central Kerala coast with special reference
maturation, feeding and lipid dynamic [thesis]. India (IN) : Cochin
University of Sciene and Technology.
Novitriana R, Ernawati Y, Rahardjo MF. 2004. Aspek pemijahan ikan petek,
Leiognathus equulus, Forsskal, 1775 (Fam. Leiognathidae) di pesisir
Mayangan Subang, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia 4 (1): 7–13.
Ozvarol ZAB, Balci BA, Tasli MGA, Kaya Y, Pehlivan M. 2010. Age, growth
and reproduction of goldband goatfish (Upeneus moluccensis Bleeker
(1855)) from the Gulf of Antalya (Turkey). Journal of Animal and
Veterinary Advances. 9(5): 939–945.
19

Oktaviani D. 2013. Etnozoologi, biologi reproduksi ikan Lema Rastrelliger


kanagurta (Cuvier, 1816) Di Teluk Mayalibit, Kab. Raja Ampat, Papua
Barat, Indonesia [thesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Pangau CC. 2016. Biologi reproduksi ikan kembung (Rastrelliger faughni Matsui,
1967) di perairan Selat Sunda [skripsi]. Manajemen Sumberdaya Perairan.
Institut Pertanian Bogor.
Permatachani A. 2014. Kajian stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta
Cuvier, 1817) di perairan Selat Sunda [skripsi]. Manajemen Sumberdaya
Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Permatasari Z. 2016. Biologi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier, 1817) di perairan Selat Sunda [skripsi]. Manajemen
Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Safarini D. 2013. Potensi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta
Cuvier 1817) dari perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siregar MS. 2015. Status stok sumberdaya ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier,1817) di perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sivadas M, Radhakrishnan PN, Balasubramanian KK, Bhaskaran MM. 2006.
Lenght weight relationship, relative condition, size at first maturity, and
sex ratio of Indian Mackerel Rastrelliger kanagurta from Calicut. Journal
of the Marine Biological Association of India 48 (2): 247–77.
Steel RGD, Torrie JH. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika:suatu pendekatan
biometric [Terjemahan dari Principles and Procedures of Statistic:a
Biometrics Approach], penerjemah: Sumantri B. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Sulistiono, Purnamawati E, Ekosafitri KH, Affandi R, and Sjafei DS. 2006.
Kematangan gonad dan kebiasaan makanan ikan janjan bersisik
(Parapocryptes sp.) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Ilmu-
Ilmu Perikanan Indonesia. 13 (2): 97–105.
Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity of
fishes Fishbyte. (2): 8–10.
Unus F, Omar SBA. 2010. Analisis fekunditas dan diameter telur ikan malalugis
biru (Decapterus macarellus Cuvier, 1833) di perairan Kabupaten Banggai
Kepulauan, Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan. 20 (1): 37–43.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika, edisi ke-3 [Terjemahan dari
Introduction to statistic 3rd edition], penerjemah: Sumantri B. Jakarta
(ID): Gramedia Pustaka Utama
20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Klasifikasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) adalah ikan yang memiliki


daerah penyebaran mencakup Indo-Barat pasifik, Laut Merah, Afrika Timur
sampai Indonesia, Ryukyu, Australia, Melanisia, Somalia, hingga memasuki Laut
Mediterranean melalui Terusan Suez (Collette and Nauen 1983). Klasifikasi ikan
kembung menurut FAO (2001) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger kanagurta
Nama Lokal : Kembung lelaki (Indonesia), Banyar (Banten)
Nama Internasional : Indian mackerel

Ikan kembung lelaki (R. kanagurta) memiliki bentuk tubuh yang


memanjang dan agak pipih, bagian kepala lebih panjang dari lebar tubuh ikan.
Panjang tubuh ikan ini bisa mencapai 35 cm. Ikan ini memiliki warna gelap yang
memanjang pada bagian atas tubuh dan terdapat warna keemasan pada specimen
yang masih segar. Memiliki bintik hitam di dekat bagian bawah sirip punggung,
sirip punggung berwarna kekuningan dengan ujung hitam, sirip ekor dan sirip
dada berwarna kekuningan (Collette and Nauen 1983). Perbedaan ikan ini dengan
ikan kembung lainnya adalah ikan kembung lelaki memiliki lebih banyak totol
hitam dibagian atas tubuhnya sedangkan ikan kembung, dan ikan kembung
perempuan memiliki perut yang lebih besar dibandingkan ikan kembung lelaki.
21

Lampiran 2 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) jantan dan betina, dan ukuran panjang ikan
berdasarkan waktu pengambilan contoh
1. Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
jantan dan betina

a) Betina

b) Jantan
22

Lampiran 2 (lanjutan)
2. Ukuran panjang total ikan kembung lelaki berdasarkan waktu
Panjang total ikan sampel (mm)
Waktu sampling
Maksimum Minimum Rata-rata STDEV
Mei 274 110 176,8450 38.8737
Juni 242 180 216,1991 11.0126
Juli 230 125 180,6867 28.3857
Agustus 288 189 227,6067 20.2444
September 250 140 201,5600 23.0853

Lampiran 3 Uji Chi-square ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Jumlah Sampel (n)


Waktu ei χ2 hitung Keterangan
Jantan Betina
Mei 116 84 100 5,12 Tolak H0
Juni 154 62 108 39,19 Tolak H0
Juli 79 71 75 0,43 Terima H0
Agustus 79 71 75 0,43 Terima H0
September 69 81 75 0,96 Terima H0
Total 497 369 433 18,92 Tolak H0
Keterangan: H0 = perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina 1 : 1; H1 = perbandingan
antara jumlah ikan jantan dan betina tidak 1 : 1.

α = 0,05
V = n-1
= 2-1
=1
2
χ tabel (0,05;1) = 3,84

Apa ila nilai χ2 hit > χ2 tabel maka tolak H0, yang berarti rasio jumlah
ikan jantan dan etina tidak : , namun apa ila nilai χ 2 hit < χ2 tabel maka terima
H0, yang berati rasio jumlah ikan jantan dan betina 1 : 1.
23

Lampiran 4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Sunda
1. Ikan kembung lelaki betina
Jumlah
Selang Nilai Jumlah ikan X(i+1)-
Log Nt Nb/Ni 1-Pi Pi*Qi Pi*Qi/Ni-1
Kelas tengah ikan matang Xi
gonad
(Nt) (Ni) (Nb) (Pi) (Qi)
110-114 112 2,049 0 0 0 0,019 1 0 0
115-119 117 2,068 0 0 0 0,018 1 0 0
120-124 122 2,086 8 1 0,125 0,017 0,875 0,109 0,016
125-129 127 2,104 2 0 0 0,017 1 0 0
130-134 132 2,121 17 2 0,118 0,016 0,882 0,103 0,006
135-139 137 2,137 3 0 0 0,016 1 0 0
140-144 142 2,152 7 0 0 0,015 1 0 0
145-149 147 2,167 5 1 0,2 0,015 0,8 0,16 0,04
150-154 152 2,182 5 0 0 0,014 1 0 0
155-159 157 2,196 8 1 0,125 0,014 0,875 0,109 0,016
160-164 162 2,210 6 0 0 0,013 1 0 0
165-169 167 2,223 7 0 0 0,013 1 0 0
170-174 172 2,236 11 0 0 0,012 1 0 0
175-179 177 2,248 5 0 0 0,012 1 0 0
180-184 182 2,260 2 0 0 0,012 1 0 0
185-189 187 2,272 3 0 0 0,011 1 0 0
190-194 192 2,283 11 3 0,273 0,011 0,727 0,198 0,020
195-199 197 2,294 17 4 0,235 0,011 0,765 0,179 0,011
200-204 202 2,305 46 13 0,283 0,011 0,717 0,202 0,005
205-209 207 2,316 31 9 0,290 0,010 0,710 0,206 0,007
210-214 212 2,326 31 8 0,258 0,010 0,742 0,191 0,006
215-219 217 2,336 27 6 0,222 0,010 0,778 0,172 0,007
220-224 222 2,346 33 15 0,455 0,010 0,545 0,247 0,008
225-229 227 2,356 9 6 0,667 0,009 0,333 0,222 0,028
230-234 232 2,365 33 20 0,606 0,009 0,394 0,238 0,007
235-239 237 2,375 14 4 0,286 0,009 0,714 0,204 0,016
240-244 242 2,384 5 3 0,6 0,009 0,4 0,24 0,06
245-249 247 2,393 8 2 0,25 0,009 0,75 0,187 0,027
250-254 252 2,401 3 3 1 0,009 0 0 0
255-259 257 2,410 4 3 0,75 0,008 0,25 0,187 0,063
260-264 262 2,418 2 1 0,5 0,008 0,5 0,25 0,25
265-269 267 2,427 1 0 0 0,008 1 0 0
270-274 272 2,435 2 0 0 0,008 1 0 0
275-279 277 2,442 0 0 0 0,008 1 0 0
280-284 282 2,450 2 0 0 0,008 1 0 0
285-289 287 2,458 1 0 0 0,008 1 0 0
24

Lampiran 4 (lanjutan)
Jumlah
Nilai Jumlah ikan
Selang Log Nt Nb/Ni X(i+1) 1-Pi
tengah ikan matang Pi*Qi Pi*Qi/Ni-1
Kelas gonad -Xi

(Nt) (Ni) (Nb) (Pi) Qi


290-294 292 2,465 0 0 0 0 1 0 0
Total 84,698 369 105 7.242 0,416 29,758 3,411 0,591
Rata-rata 2,289 9,973 2,838 0,196 0,011 0,804 0,092 0,016
* ( )+ ( ∑ )
m = 2,418 + (0,011/2)-(0,011*7,241)
m = 2,3424
Lm = antilog m
Lm = 220 mm

2. Ikan kembung lelaki jantan

Nilai Jumlah Jumlah


Selang Log ikan Nb/Ni X(i+1)- 1-Pi
tengah ikan Pi*Qi Pi*Qi/Ni-1
Kelas Nt matang Xi
gonad
(Nt) (Ni) (Nb) (Pi) (Qi)
110-114 112 2,049 1 0 0 0.019 1 0 0
115-119 117 2,068 2 0 0 0,018 1 0 0
120-124 122 2,086 4 0 0 0,017 1 0 0
125-129 127 2,104 3 0 0 0,017 1 0 0
130-134 132 2,121 19 1 0,053 0,016 0,947 0,050 0,003
135-139 137 2,137 6 0 0 0,016 1 0 0
140-144 142 2,152 9 1 0,111 0,015 0,889 0,099 0,012
145-149 147 2,167 9 0 0 0,015 1 0 0
150-154 152 2,182 6 0 0 0,014 1 0 0
155-159 157 2,196 11 1 0,091 0,014 0,909 0,083 0,008
160-164 162 2,210 13 1 0,077 0,013 0,923 0,071 0,006
165-169 167 2,223 4 1 0,25 0,013 0,75 0,188 0,063
170-174 172 2,236 13 0 0 0,012 1 0 0
175-179 177 2,248 8 1 0,125 0,012 0,875 0,109 0,016
180-184 182 2,260 3 0 0 0,012 1 0 0
185-189 187 2,272 2 0 0 0,011 1 0 0
190-194 192 2,283 24 3 0,125 0,011 0,875 0,109 0,005
195-199 197 2,294 36 4 0,111 0,011 0,889 0,099 0,003
200-204 202 2,305 42 5 0,119 0,011 0,881 0,105 0,003
205-209 207 2,316 35 5 0,143 0,010 0,857 0,122 0,004
210-214 212 2,326 58 7 0,121 0,010 0,879 0,106 0,002
215-219 217 2,336 38 7 0,184 0,010 0,816 0,150 0,004
220-224 222 2,346 59 7 0,119 0,010 0,881 0,105 0,002
25

Lampiran 4 (lanjutan)
Jumlah
Selang Nilai Log Jumlah ikan X(i+1)-
Nb/Ni 1-Pi Pi*Qi Pi*Qi/Ni-1
Kelas tengah Nt ikan matang Xi
gonad
(Nt) (Ni) (Nb) (Pi) (Qi)
225-229 227 2,356 33 2 0,061 0,009 0,939 0,057 0,002
230-234 232 2,365 18 4 0,222 0,009 0,778 0,173 0,010
235-239 237 2,375 15 5 0,333 0,009 0,667 0,222 0,016
240-244 242 2,384 7 2 0,286 0,009 0,714 0,204 0,034
245-249 247 2,393 4 2 0,5 0,009 0,5 0,25 0,0833
250-254 252 2,401 4 1 0,25 0,009 0,75 0,187 0,062
255-259 257 2,410 0 0 0 0,008 1 0 0
260-264 262 2,418 3 1 0,333 0,008 0,667 0,222 0,111
265-269 267 2,427 5 2 0,4 0,008 0,6 0,24 0,06
270-274 272 2,435 1 0 0 0,008 1 0 0
275-279 277 2,442 1 0 0 0,008 1 0 0
280-284 282 2,450 0 0 0 0,008 1 0 0
285-289 287 2,458 1 0 0 0,008 1 0 0
290-294 292 2,465 0 0 0 0 1 0 0
Total 84,698 497 63 4,013 0,416 32,987 2,951 0,508
Rata-rata 2,289 13,432 1,703 0,108 0,011 0,892 0,080 0,014

* ( )+ ( ∑ )
m = 2,426 + (0,011/2)-(0,011*4,013)
m = 2,386
Lm = antilog m
Lm = 243 mm

Lampiran 5 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) di perairan Selat Sunda berdasarkan waktu pengamatan

1. Ikan kembung betina


TKG (individu)
Waktu Pengamatan Jumlah
I II III IV V VI
Mei 21 12 12 9 12 18 84
Juni 4 14 1 1 7 35 62
Juli 14 31 13 3 3 7 71
Agustus 4 26 23 9 4 5 71
September 20 24 17 6 1 13 81
26

Lampiran 5 (lanjutan)

2. Ikan kembung jantan


TKG (individu)
Waktu Pengamatan Jumlah
I II III IV V VI
Mei 34 21 18 9 12 18 116
Juni 28 28 51 41 5 1 154
Juli 22 33 20 1 1 2 79
Agustus 2 18 23 10 13 13 79
September 37 41 36 10 4 22 69

Lampiran 6 Indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) berdasarkan waktu

IKG rata-rata STDEV


Waktu Pengamatan
Betina Jantan Betina Jantan
Mei 0,9771 0,5243 0,9319 0,4757
Juni 2,7540 0,6106 1,5601 0,6198
Juli 0,9335 0,5326 1,4858 0,8407
Agustus 0,8780 0,7578 1,4264 0,6316
September 1,9624 0,7006 2,7613 0,8422

Lampiran 7 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


berdasarkan waktu

FK rata-rata STDEV
Waktu Pengamatan
Betina Jantan Betina Jantan
Mei 0,9988 1,0058 0,1486 0,1081
Juni 1,0050 1,0039 0,1005 0,0882
Juli 1,0057 1,1281 0,1104 0,1148
Agustus 1,0075 1,0042 0,1279 0,0914
September 1,0073 1,0082 0,1212 0,1219
27

Lampiran 8 Distribusi diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) TKG VI di perairan Selat Sunda

Tabel distribusi diameter telur TKG VI

Max 0,97
Min 0,1
Count 11250
Jk 14,449
C 0,05
Cp 0,051

Keterangan :
Max : Nilai data terbesar
Min : Nilai data terkecil
Count : Banyaknya data
Jk : Jumlah kelas
C : Lebar kelas
Cp : Jarak kelas

Selang kelas (mm) Nilai tengah (mm) Frekuensi (butir)


0,1-0,15 0,125 85
0,151-0,201 0,176 262
0,202-0,252 0,227 857
0,253-0,303 0,278 1731
0,304-0,354 0,329 1431
0,355-0,405 0,38 1374
0,406-0,456 0,431 1190
0,457-0,507 0,482 1039
0,508-0,558 0,533 802
0,559-0,609 0,584 1314
0,61-0,66 0,635 609
0,661-0,711 0,686 266
0,712-0,762 0,737 136
0,763-0,813 0,788 137
0,814-0,864 0,839 14
0,865-0,915 0,89 2
0,916-0,966 0,941 0
0,967-1,017 0,992 1
28

1. Uji Normsep distribusi diameter telur

Lampiran 9 Fekunditas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


Waktu Panjang Bobot Fekunditas
No sampel
pengamatan (mm) (cm) (mg) (g) (butir telur)
Mei 34 200 20 8800 88 37157
44 197 19,7 8200 82 22195
45 203 20,3 9200 92 17247
49 204 20,4 8900 89 26931
127 250 25 22100 221 46690
129 245 24,5 17800 178 36094
131 251 25,1 18600 186 53476
133 220 22 13200 132 46009
134 253 25,3 18300 183 58570
136 246 24,6 18900 189 45842
138 223 22,3 14800 148 44066
143 257 25,7 21100 211 61082
162 259 25,9 21900 219 53508
166 230 23 14700 147 77609
183 190 19 7700 77 9338
184 198 19,8 8000 80 13025
187 200 20 8400 84 27033
188 193 19,3 8200 82 12460
Juni 2 205 20,5 8800 88 15270
3 230 23 12500 125 49427
8 238 23,8 13100 131 50764
9 220 22 11200 112 82944
27 215 21,5 10200 102 37842
37 217 21,7 9500 95 27346
43 221 22,1 12100 121 14596
49 225 22,5 11800 118 47299
55 222 22,2 10200 102 26996
56 215 21,5 12700 127 32722
71 210 21 9200 92 37590
73 233 23,3 13400 134 70179
88 232 23,2 13700 137 82027
89 220 22 12200 122 78918
91 242 24.2 13300 133 78238
94 220 22 11200 112 63694
99 220 22 11000 110 43576
102 230 23 13300 133 59777
103 232 23,2 12700 127 52213
107 230 23 13800 138 69300
29

Lampiran 9 (lanjutan)
Waktu Panjang Bobot Fekunditas
No sampel
pengamatan (mm) (cm) (mg) (g) (butir telur)
110 210 21 11000 110 15745
117 230 23 11500 115 82131
119 210 21 10700 107 68788
125 230 23 13300 133 33047
126 210 21 13000 130 63142
129 235 23,5 10300 103 55062
132 230 23 14200 142 74624
134 230 23 12900 129 54971
135 235 23,5 13000 130 53641
137 200 20 10100 101 40525
139 230 23 13000 130 39169
141 214 21,4 12300 123 56826
151 205 20,5 10300 103 38471
155 190 19 9000 90 7655
157 230 23 13000 130 36623
Juli 1 207 20,7 11200 112 58125
10 204 20,4 10800 108 42006
23 224 22,4 12700 127 58613
37 220 22 4300 43 55629
46 216 21,6 12100 121 57452
58 212 21,2 10800 108 61584
116 204 20,4 10600 106 60391
Agustus 21 220 22 11300 113 39863
57 200 20 10800 108 37193
121 225 22,5 13400 134 53574
125 220 22 12800 128 51342
141 231 23,1 12500 125 52135
6 240 24 13500 135 78866
21 225 22,5 12000 120 61650
34 225 22,5 11200 112 67928
September 55 235 23,5 13000 130 40767
102 230 23 12200 122 42500
108 205 20,5 10600 106 37118
125 200 20 10000 100 48688
133 230 23 11100 111 48899
Min 7650
Maks 82940
Rata-rata 47720
STDEV 18930
30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 1995,


dari pasangan Bapak Sukiyo dan Ibu Sugiyanti. Penulis
adalah putri pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal
ditempuh di TK Islam An-Nisa (2000-2001), SDN Ciganjur
02 pagi (2001-2007), SMPN 131 Jakarta (2007-2010),
SMAN 109 Jakarta (2010-2013). Pada tahun 2013 penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN undangan dan diterima di Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi
Asisten Praktikum Avertebrata Air pada tahun ajaran 2014/2015 dan 2016/2017.
Penulis juga aktif di beberapa organisasi di IPB yaitu anggota DIKSOSKEMAH
(Pendidikan Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa) BEM FPIK (2014-2015),
anggota KESMAH (Kesejahteraan Mahasiswa) BEM FPIK (2015-2016). Penulis
juga aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan di
lingkungan kampus IPB seperti bendahara umum PORIKAN 2015, sekretaris
divisi humas GPK 2015, sekretaris divisi medis PORIKAN 2016, dan lain-lain.
Untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis
melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul Pola Pertumbuhan dan
Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di
Perairan Selat Sunda di bawah bimbingan Dr Ir Zairion, MSc dan Prof Dr Ir
Mennofatria Boer, DEA.

Anda mungkin juga menyukai