Anda di halaman 1dari 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Biologi Perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
keadaan ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas (hadir kealam) kemudian
makan, tumbuh, bermain, bereproduksi dan akhirnya mengalami kematian secara
alami atau oleh karna factor lain. Biologi Perikanan ini merupakan pengetahuan
dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika populasi ikan, pengembangan
spesies ikan dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami kepunahan
di perairan lainnya (Diliana, 2015).
Ikan merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang, beberapa
jenis ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang
(gelembung udara). Ikan merupakan organisme yang mempunyai kemampuan
bergerak sehingga tidak tergantung pada arus yang kuat atau genangan air yang
disebabkan oleh angin, mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya
sendiri. Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi
jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pengenalan
struktur ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang
merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis
ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.
(Safitri, 2017).
Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi
jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan ten-tang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pengenalan
struktur ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang
merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis
ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.
Ikan merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang, beberapa jenis
ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang
(gelembung udara). Ikan merupakan organisme yang mempunyai kemampuan
bergerak sehingga tidak tergantung pada arus yang kuat atau genangan air yang
2

disebabkan oleh angin, mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya
sendiri (Safitri,2017).
Ikan merupakan salah satu makhluk hidup yang secara umum
bereproduksi secara seksual. Dalam proses reproduksinya, ikan mempunyai
tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku meminang
dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap telur dan anak-anaknya. Pada
tulisan ini, diuraikan secara singkat mengenai tingkah laku reproduksi ikan
tersebut. Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu proses alam dalam
usaha mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ada dua cara
berbeda pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi
secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena bertemunya
gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (sel telur) dalam suatu proses
pembuahan (fertilisasi), sedangkan pada reproduksi aseksual, keturunan yang
terbentuk tanpa melalui proses pembuahan (Fahmi, 2010).
Ikan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam tingkah laku meminang
(courtship) dan tingkah laku kawinnya (Mating). Dalam tingkah laku tersebut,
ikan jantan dan betina dewasa sama-sama melepaskan sperma dan telur melalui
bermacam cara agar terjadi pembuahan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Selain dapat memberikan ketepatan waktu dalam pelepasan sperma dan telur agar
pembuahan dapat berhasil baik, tingkah laku meminang juga dapat menjamin dua
individu yang berpasangan tersebut berasal dari jenis yang sama. Individu jantan
dari setiap jenis ikan mempunyai tanda-tanda atau sinyal tersendiri yang hanya
dimengerti oleh betina dari jenisnya. Begitu pula ikan betina mempunyai sinyal-
sinyal khusus yang hanya dimengerti oleh individu jantannya (Fahmi, 2010).
Ikan platy pedang (Xiphophorus helleri) merupakan salah satu ikan air
tawar yang banyak dibudidayakan sebagai ikan hias oleh petani ikan hias. Ikan
platy pedang (Xiphophorus helleri) mempunyai ciri warna yang menarik. Warna
pada ikan platy pedang sangat mempengaruhi nilai ekonomisnya. Warna indah
pada ikan hias disebabkan oleh kromatofor (sel pigmen) yang terletak pada
lapisan epidermis, yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan dan aktifitas seksual. Kromatofor dapat diklasifikasikan menjadi 5
3

kategori warna dasar yaitu melanofor, eritrofor, xantofor, leukofor, dan iridofor
(Rachmawati et al., 2016).
Apabila seekor individu ikan berbuat kesalahan dengan melakukan
perkawinan dengan individu dari jenis lain, maka telur atau spermanya hanya
akan terbuang percuma. Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang hidup bersama di
dalam lingkup area yang sama, mempunyai tingkah laku meminang dan tingkah
laku kawin yang berbeda-beda, sehingga mereka hanya dapat melakukan
perkawinan dengan pasangan dari jenis yang sama. Karakter individu yang diukur
meliputi ukuran panjang (panjang total dan panjang cagak, dalam cm), bobot
tubuh dalam keadaan segar (dalam gram), sex (jenis kelamin), tingkat kematangan
gonad, dan bobot gonad segar (dalam gram). Tingkat kematangan gonad
ditentukan secara visual mengikuti skala kematangan gonad standard (five point
maturity scale for partial spawners) yang terbagi menjadi TKG I (dara), TKG II
(dara berkembang), TKG III (mulai matang), TKG IV (matang) dan TKG V
(mijah). Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara)
(Fahmi, 2010).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui dan melihat secara langsung perbedaan ciri seksual primer
dan sekunder ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri) jantan dan betina.
2.Untuk mengetahui pola tingkah laku reproduksi ikan Platy Pedang
(Xiphophorus helleri)
3.Untuk mengetahui lamanya waktu yang diperlukan ikan Platy Pedang
(Xiphophorus helleri) untuk melakukan pemijahan

Manfaat Praktikum
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat masuk untuk
mengikuti praktikum biologi perikanan dan untuk menambah wawasan praktikan
mengenai tingkah laku reproduksi dari ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri).
4

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri)


Ikan Plati Pedang (Xiphophorus helleri) termasuk ke dalam family
Poecilidae yang berasal dari Amerika Serikat. Ikan plati pedang adalah salah satu
ikan hias air tawar yang cukup populer dan termasuk dalam golongan Livebearers,
yaitu ikan yang berkembang biak melalui pembuahan secara internal. Tidak
seperti kebanyakan ikan yang bertelur, Livebearers bertelur di dalam tubuh
kemudian terjadi pembuahan secara internal dan telur dierami di dalam tubuh
hingga menetas selanjutnya barulah melahirkan. Ikan plati pedang jantan memiliki
bentuk ekor belakang yang unik, yaitu bagian bawah ekor belakang yang
memanjang dan menyerupai bentuk pedang. Sedangkan ikan plati pedang betina
memiliki bentuk ekor belakang normal seperti ikan plati pada umumnya. Ukuran
maksimal ikan ini dapat mencapai 10 cm untuk betina dan 12 cm untuk jantan
(Irawan, 2017).
Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri) adalah jenis ikan hias air tawar
yang banyak diminati oleh masyarakat dan memiliki harga yang terjangkau. Ada
beberapa alasan mengapa ikan Platy Pedang diterima oleh banyak orang yang
membudidayakannya, selain keindahan bentuk, warna, mudah dikembangbiakkan,
ikan ini juga bersifat sosial yang tinggi sehingga dapat hidup berdampingan damai
dengan ikan hias lain dalam akuarium. Warna merupakan salah satu parameter
dalam penentuan nilai ikan hias. Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka
semakin tinggi nilainya. Dengan demikian para pencinta ikan hias akan berusaha
untuk mempertahankan keindahan warna tersebut (Fahriza et al., 2016).
Ikan Platy Pedang merupakan ikan yang dapat beradaptasi dengan
berbagai kondisi kualitas air. Tingkat reproduksi dari Ikan Platy Pedang ini sendiri
juga dapat menyebabkan tingginya hasil tangkapan ikan ini disemua titik, dimana
Ikan Platy Pedang dapat bereproduksi dengan cepat yaitu dalam selang waktu 1
bulan ikan ini akan dapat bereproduksi kembali. induk Ikan Platy Pedang betina
dapat menghasilkan sekitar 80-125 ekor dengan interval pemijahan untuk
memijah kembali terkadang membutuhkan waktu reporduksi sampai satu bulan
(Taradhipa et al., 2018).
5

Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri) ini memiliki sifat yang ramah
dan tidak agresif, oleh karena itu sangat cocok digunakan sebagai ikan hias pada
aquascaping. Ikan platy dapat hidup pada pH 7,0 – 8,0, pada suhu 20 – 26 °C.
Ikan Platy dapat diberi pakan buatan maupun alami. Ikan ini sangat mudah
beradaptasi dan memiliki toleransi yang baik dalam berbagai kondisi lingkungan
tempat hidupnya. Platy menyukai habitat dengan banyak tanaman, karena ikan ini
cenderung berenang dan berkembang biak diantara tetanaman. Ikan ini menyukai
arus sedang (Nata, 2017).
Ikan platy pedang termasuk ikan omnivora, tetapi lebih cenderung
menyukai makanan dari tumbuh-tumbuhan. Makanan harus tersedia sejak fase
larva, oleh karena itu kebanyakan pembudidaya ikan terlebih dahulu telah
menyediakan atau melakukan kultur pakan alami sebelum memijahkan ikan.
Adapun beberapa jenis pakan alami yang sering diberikan pada fase larva ikan
antara lain Paramecium, Infusoria, Vinegar Eel, Artemia, Kutu Air, Jentik
Nyamuk, Cacing Sutra, Cacing Darah (Blood Worm), dan lain sebagainya
(Irawan, 2017).
Proses reporduksi Ikan Platy Pedang berlangsung sangat cepat, Platy
Pedang betina mampu memiliki kemampuan untuk menyimpan spermanya hingga
1 tahun, sehingga terkadang ditemukan Platy Pedang betina dapat berkali-kali
melahirkan tanpa kehadiran jantan selama persediaan sperma masih tersedia.
Anak Platy Pedang akan menjadi induk setelah berumur 3–5 bulan. Ikan ini
memiliki kebiasaan makan sebagai bottom feeder atau mencari makan pada dasar
perairan. Ikan Mas dialam juga hidup menepi sambil mengincar makanan berupa
binatangbinatang kecil yang biasanya hidup dilapisan lumpur tepi danau atau
sungai (Taradhipa et al., 2018).

Tingkah Laku Reproduksi Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri)


Semua tingkah laku ikan itu merupakan hasil sejumlah rangsangan motoris
yaitu rangsangan eksternal dan rangsangan internal berasal dari sekresi hormon,
sedangkan rangsangan luar berasal dari berbagai macam sumber seperti faktor
lingkungan, zat kimia dan lain-lain yang dimediasikan melalui organ-organ
sensori dari visual. Begitu ikan memperlihatkan suatu tindakan sebenarnya
merupakan suatu fenomena yang dinamik, termasuk tingkah laku "hibernasi" dan
6

"aestivasi" musim panas. Sebagai tambahan terhadap fungsi dalam pengaturan


tingkah laku, sistem hormon juga mengatur perkembangan sifat seksual sekunder
yang berhubungan erat dengan interaksi tingkah laku. Yang memegang peranan
penting dalam sifat seksual sekunder ini adalah steroid yang dihasilkan gonad. Hal
ini meliputi pewarnaan tubuh dalam pemijahan sebagai daya tarik pasangannya,
persaingan antara ikan-ikan jantan, mempertahankan isolasi reproduksi dan
bentuk-bentuk structural pada tubuh yang meliputi timbulnya semacam jerawat di
atas kepala pada masa pemijahan , modifikasi sirip seperti gonopodium ikan
famili poeciliidae temasuk sifat seksual pada ikan yang dipengaruhi steroid
(Aris dan Hidayat, 2016).
Tingkah laku ikan yang hendak ditangkap merupakan hal yang penting
dalam hubungannya dengan meningkatkan hasil tangkapan. Tingkah laku renang
ikan yang menunjang bidang penangkapan antara lain adalah distribusi dan ruaya
ikan, tingkah laku berkelompok (schooling behaviour), keragaman renang,
kebiasaan makan, pola menyelamatkan diri, serta berbagai pola tingkah laku
lainnya yang memungkinkan ikan dapat tertangkap maupun meloloskan diri dari
suatu alat tangkap. Selain itu pengetahuan tentang tingkah laku ikan juga sebagai
bahan pertimbangan penting dalam pengelolaan sumberdaya perairan. Tingkah
laku ikan yang menjaga keturunannya dapat dikatakan relatif lebih banyak
variasinya dari pada ikan ovipar, terutama tingkah laku pasca pemijahan. macam
tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan diantaranya ialah aktifitas mencari
makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis,
mencari pasangan), gerakan-gerakan rayuan dan lain-lain (Putri, 2018).
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap
individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan
berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini.
Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi
lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap
tahun. Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan
telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya
mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan memiliki
7

ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya.
Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai
konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah (Putra et al., 2010).
Pengamatan tingkah laku ikan memijah berkaitan dengan waktu ikan
melakukan pemijahan (siang atau malam hari), tingkah laku ikan sebelum, saat,
dan setelah pemijahan serta jumlah telur yang dikeluarkan tiap jam pada hari
pemijahan. Pengamatan tingkah laku memijah yang dilakukan secara massal
maupun individual menggunakan perbandingan rasio pemijahan jantan:betina.
Masing-masing wadah pemijahan diberi aerasi. Selain itu, untuk mengetahui
tingkah laku memijah setiap induk, maka dilakukan pula pengamatan dengan
memijahkan induk secara berpasangan. Selama pengamatan, induk diberi pakan
komersial berbentuk tepung (Herjayanto et al., 2016).
Pada masa pemijahan , tingkah laku ikan dapat dibagi menjadi tiga fase,
yaitu tinkah laku pada fase pra pemijahan, tingkah laku pada fase pemijahan dan
tingkah laku pada fase pasca pemijahan. Tingkah laku reproduksi ini dipengruhi
oleh sifat ikan itu sendiri, apakah ikan itu melakukan perlindungan terhadap
keturunannya atau tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya dapat
dikatakan relatif lebih banyak variasinya dari pada ikan ovipar, terutama tingkah
laku pasca pemijahan. macam tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan
diantaranya ialah aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi
feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan), gerakan-gerakan rayuan
dan lain-lain. Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah bersamaan
dengan pengeluaran produk seksual ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-
bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh,
gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan,
penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina ke dalam sarang, gua, bagian
pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Tingkah laku ikan pada
fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan sarang,
penjagaan sarang yang berisi telur yang telah dibuahi atau telur yang sedang
berkembang, menjauhi daerah pemijahan dan lain-lain (Aris dan Hidayat, 2016).
Dalam akuarium, kombinasi ideal ikan Swordtail adalah 3 betina untuk 1
jantan. Alat kelamin jantan disebut gonopodium, terletak di bagian sirip perut.
8

Saat kawin. Swordtail jantan secara konstan akan mengejar betina sambil
“mencium” area sirip perut betina. Tidak lama setelah itu mereka akan
melancarkan serangan dengan menginseminasi sperma lewat gonopodium
mereka. Proses kawin ini berlangsung sangat cepat. Swordtail betina memiliki
kemampuan menyimpan sperma hingga 1 tahun, sehingga terkadang ditemukan
Swordtail betina dapat berkali-kali melahirkan tanpa kehadiran jantan selama
persediaan sperma masih ada. Swordtail sangat produktif. Seekor betina dapat
melahirkan antara 2-50 anak. Selang 28 hari kemudian mereka dapat melahirkan
batch berikutnya. Setelah dilahirkan, anakan sebaiknya dipisah dengan ikan
dewasa, karena sangat sering ditemukan kasus ikan dewasa memakan anak yang
baru lahir. Dari sejak lahir, setiap anak Swordtail sepenuhnya mampu berenang
dan makan. Anak ikan biasanya bersembunyi di sekitar tanaman air. Anak
swordtail akan menjadi induk setelah berumur 3-5 bulan (Taradhipa et al., 2018).
Faktor kematian telur yang tinggi disebabkan karena kualitas telur yang
buruk dan disebabkan oleh induk ikan yang masih muda dengan umur antara 6-8
bulan dengan bobot rata rata jantan 4-6gram dan betina 7-8gram yang belum
memiliki kualitas telur dan sperma yang baik karena masih perlu beradaptasi
dengan lingkungan, dan faktor genetik karena tidak diketahui induk koridoras
berdasarkan persilangan induk yang bagus atau tidak, dugaan lain juga
dikarenakan penanganan manusia yang kurang baik pada saat pemeliharaan telur,
lama jarak untuk memindahkan substrat ke wadah berpengaruh terhadap
pemeliharaan telur. Derajat pembuahan pada ikan sangat ditentukan oleh kualitas
telur, spermatozoa, media dan penanganan manusia dan menurut Tang dan juga
menambahkan kualitas telur dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur induk dan genetika. Faktor Faktor
eksternal meliputi pH, suhu, cahaya, kepadatan dan polusi, tetapi faktor eksternal
tidak mempengaruhi karena semua faktor eksternal dalam keadaan terkontrol
(Amjad et al., 2017).

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


9

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 22 November 2019


pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Budidaya Perairan
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ember hitam untuk tempat
pemijahan ikan, aerator untuk memberikan oksigen pada ikan, cok sambung untuk
menyalakan aerator ikan, camera digital yang digunakan untuk
mendokumentasikan praktikum, alat tulis untuk mencatat hasil dari pengamatan
dan terpal sebagai penutup wadah.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah induk jantan dan betina
Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri), tumbuhan air seperti kiambang sebagai
tempat telur menempel, air alam sebagai habitat ikan dan kutu air sebagai pakan
ikan.

Prosedur Praktikum
Prosedur dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diendapkan air alam sehari sebelum ikan dimasukkan.
3. Disiapkan aerator sebagai penghasil oksigen.
4. Disiapkan tumbuhan air yang akan diletakkan ke dalam wadah.
5. Dimasukkan ikan secara aklimasi ke dalam wadah yang airnya telah
diendapkan selama satu hari.
6. Ditutup dengan terpal agar memberikan kesan gelap pada habitatnya.
7. Didokumentasikan setiap hari tingkah laku ikan yang akan melakukan
pemijahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
10

Gambar 1.Ikan Lele (Clarias batracus)

Gambar 1. Ikan Platy Pedang Jantan (Xiphophorus helleri)

Gambar 2. Ikan Platy Pedang Betina (Xiphophorus helleri)


Menurut Irawan (2017), klasifikasi ikan platy pedang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygi
Ordo : Cyprinodontiformes
Famili : Poecilidae
Genus : Xiphophorus
Species : Xiphophorus helleri

Tabel 1. Pengamatan pada Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri)


No Hari ke Jam Keterangan
11

1 1 11.12 Ikan jantan dan ikan betina sudah terlihat


berenang bebas serta sudah mulai mendekati satu
sama lain.

1 16.36 Ikan Jantan dan ikan betina terlihat berenang


serta ada yang dibawah tumbuhan air
bersembunyi.

2 2 11.10 Ikan jantan dan ikan betina terlihat sedang


berinteraksi dengan berenang bersama dibawah
tumbuhan air.

2 17.05 Ikan jantan dan ikan betina terlihat berenang dan


belum ada tanda tanda ikan bertelur.

3 3 12.23 Ikan betina dan ikan jantan terlihat berenang


dibawah tumbuhan air dan belum ada tanda tanda
bertelur.

3 16.00 Ikan jantan dan ikan betina terlihat berenang dan


belum ada tanda tanda ikan bertelur.

4 4 11.00 Ikan betina dan ikan jantan terlihat berenang


dibawah tumbuhan air dan belum ada tanda tanda
bertelur.

4 16.45 Ikan jantan dan ikan betina terlihat berenang


serta ikan jantan sudah mulai mendekati ikan
betina tapi ikan belum ada yang bertelur.

5 5 11.30 Ikan jantan dan ikan betina terlihat sedang


berenang serta ikan jantan mengejar ikan betina
tapi blm ada tanda bertelur.

5 17.20 Ikan jantan dan betina terlihat berenang dan


terlihat ada gelebung dipinggir wadah.

6 6 10.00 Ikan jantan dan ikan betina terlihat sedang


berenang serta ikan jantan mengejar ikan betina
tapi blm ada tanda bertelur.
12

6 14.00 Ikan jantan dan ikan betina terlihat sedang


bersembunyi di bawah tumbuhan air serta
gelembung sudah mulai terlihat.

7 7 11.00 Ikan Jantan terlihat mengejar betina didalam


wadah

7 17.05 Ikan Jantan dan Betina terlihat masih seperti


biasa didalam wadah

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum, ikan jantan dan ikan betina platy pedang
dapat dibedakan berdasarkan warna dan bentuk siripnya. Dimana sirip ekor ikan
jantan lebih meruncing dibandingkan sirip ekor betina yang tumpul seperti ikan
pada umunya. Hal ini sesuai dengan Irawan (2017) yang menyatakan Ikan platy
pedang jantan memiliki bentuk ekor belakang yang unik, yaitu bagian bawah ekor
belakang yang memanjang dan menyerupai bentuk pedang. Sedangkan ikan platy
pedang betina memiliki bentuk ekor belakang normal seperti ikan plati pada
umumnya. Ukuran maksimal ikan ini dapat mencapai 10 cm untuk betina dan 12
cm untuk jantan.
Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa ikan platy pedang
merupakan ikan yang menyukai tempat yang memiliki banyak tanaman dan
berarus sedang dan hal ini berpengaruh dalam proses pemijahan. Hal ini sesuai
dengan Nata (2017) yang menyatakan ikan platy dapat hidup pada pH 7,0 – 8,0,
pada suhu 20 – 26 °C. Ikan Platy dapat diberi pakan buatan maupun alami. Ikan
ini sangat mudah beradaptasi dan memiliki toleransi yang baik dalam berbagai
kondisi lingkungan tempat hidupnya. Platy menyukai habitat dengan banyak
tanaman, karena ikan ini cenderung berenang dan berkembang biak diantara
tetanaman. Ikan ini menyukai arus sedang.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ikan platy edang bettina
mampu menyimpan sperman hingga 1 tahun sehingga ikan betina mampu
melahirkan tanpa kehadiran jantan. Hal ini sesuai dengan Taradhipa et al (2018)
yang menyatakan proses reporduksi Ikan Platy Pedang berlangsung sangat cepat,
13

Platy Pedang betina mampu memiliki kemampuan untuk menyimpan spermanya


hingga 1 tahun, sehingga terkadang ditemukan Platy Pedang betina dapat berkali-
kali melahirkan tanpa kehadiran jantan selama persediaan sperma masih tersedia.
Anak Platy Pedang akan menjadi induk setelah berumur 3–5 bulan.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ikan Platy Pedang
merupakan golongan livebearers. Dimana golongan ini melakukan pengeraman
telur didalam tubuh induk lalu mengeluarkan larva ikannya pada waktu
penetasannya. Hal ini sesuai dengan Irawan (2017) yang menyatakan ikan plati
pedang adalah salah satu ikan hias air tawar yang cukup populer dan termasuk
dalam golongan Livebearers, yaitu ikan yang berkembang biak melalui
pembuahan secara internal. Tidak seperti kebanyakan ikan yang bertelur,
Livebearers bertelur di dalam tubuh kemudian terjadi pembuahan secara internal
dan telur dierami di dalam tubuh hingga menetas selanjutnya barulah melahirkan.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ikan platy pedang mampu
menghasilkan larva ikan sebanyak 80-125 ekor. Hal ini sesuai dengan
Taradhipa et al (2018) yang menyatakan Ikan Platy Pedang dapat bereproduksi
dengan cepat yaitu dalam selang waktu 1 bulan ikan ini akan dapat bereproduksi
kembali. induk Ikan Platy Pedang betina dapat menghasilkan sekitar 80-125 ekor
dengan interval pemijahan untuk memijah kembali terkadang membutuhkan
waktu reporduksi sampai satu bulan.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah:


1. Ciri primer ikan platy pedang jantan adalah dengan adanya lubang
dibagian bawah perutnya dan akan mengeluarkan cairan berwarna putih.
Ciri primer ikan platy pedang betina adalah adanya lubang dibagian
abdomen ikan dan jika ditekan akan mengeluarkan cairan seperti telur. Ciri
sekunder ikan platy pedang jantan adalah pada bagian ekor ikan jantan
14

berbentuk runcing menyerupai pedang sedangkan pada ikan betina


ekornya akan berbentuk tumpul seperti ikan pada umumnya.
2. Tingkah laku ikan platy pedang saat akan memijah ikan platy pedang
betina akan menari-nari dengan mengepak-ngepakan siripnya untuk
menarik jantan agar mendekatinya dan ikan jantan akan mengejar betina
sambil “mencium” area sirip perut betina.
3. Lamanya waktu yang diperlukan ikan platy pedang untuk memijah adalah
selama hari.

DAFTAR PUSTAKA

Amjad, J., A. Yustiati, A. A. H. Suryana, Rosidah dan I. Zidni. 2017. Tingkat


Keberhasilan Pemijahan Ikan Koridoras Albino (Corydoras aeneus)
dengan Substrat yang Berbeda pada Kolam Semen. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 8 (2).

Aris, T., dan R. Hidayat. 2016. Paper Adaptasi Reproduksi Ikan. Fakultas Ilmu
Perikanan dan Kelautan. Universitas Brawijaya.

Diliana, S.Y. 2015. Tugas Biologi Perikanan Seksualitas Ikan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran, Jatinangor.
15

Fahmi. 2010. Tingkah Laku Reproduksi Pada Ikan. Oseana. 30 (1).


ISSN : 0216 – 1877.

Fahriza, A., H, Alawi dan Sukendi. 2016. The Effect of Light Difference and Feed
that Provided to Improve The Quality of Fish Colour, Growth and
Survival rate for Platy Fish (Xiphophorus helleri). Media Neliti.

Herjayanto, Muh., O. Carman, D. T. Soelistyowati. 2016. Tingkah laku memijah,


potensi reproduksi ikan betina, dan optimasi teknik pemijahan ikan
pelangi Iriatherina werneri Meinken, 1974. Jurnal Iktiologi Indonesia.
16 (2).

Irawan, R. 2017. Pengaruh Penambahan Tepung Bunga Marigold (Tagetes sp.)


sebagai Sumber Karotenoid untuk Meningkatkan Kecerahan Warna Ikan
Plati Pedang (Xyphophorus helleri). [Skripsi]. Universitas Lampung,
Lampung.

Nata, T, D. 2017. Efektivitas Tepung Ulat Hongkong (Tenebrio Molitor) Sebagai


Pengganti Tepung Ikan Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan
Benih Ikan Platy (Xiphophorus maculatus). Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung.

Putra, R. M., U. Bulanin, L. Deswati. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan yang


Berbeda Terhadap Aspek Reproduksi Ikan Platy
(Xiphophorus maculates). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta, Padang.
Putri, S, R. 2018. Pengaruh Penambahan Tepung Wortel (Daucus sp) Dan Tepung
Labu Kuning (Cucurbita Sp) Pada Pakan Buatan Terhadap Kualitas
Warna Ikan Platy Pedang (Xyphophorus helleri). Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

Rachmawati, D., I, Samidjan dan Pinandoyo. 2016. Analisis Tingkat Kecerahan


Warna Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri) Melalui Penambahan
Astaxanthin Dengan Dosis Berbeda pada Pakan Komersial. Pena
Akuatika. 13(1).
Safitri, R. 2017. Deskripsi Morfologi Ikan Yang Tertangkap di Aliran Sungai
Percut. Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus.

Taradhipa, I. G. A. D. O., I. W. Arthana, G. R. A. Kartika. 2018. Keanekaragaman


Jenis dan Sebaran Ikan di Danau Bali. Current Trends in Aquatic
Science. 1 (1).

Anda mungkin juga menyukai