Anda di halaman 1dari 7

Kepiting Bakau (Scylla sp.

)
Kepiting bakau adalah hewan berkulit keras dari kelas Crustacea, ordo
Decaphoda, familia Portunidae dan Genus Scylla. Crustacea merupakan hewan
berkulit keras sehingga pertumbuhannya dicirikan oleh proses ganti kulit
(moulting). Ordo Dechapoda ditandai dengan adanya 10 buah (lima pasang) kaki,
pasangan kaki pertama disebut capit yang berperan sebagai alat
penangkap/pemegang makanan, pasangan kaki kelima berbentuk seperti kipas
(pipih) berfungsi sebagai kaki renang dan pasangan kaki selebihnya sebagai kaki
jalan. Dengan capit dan kaki jalan, kepiting bisa berlari cepat di darat dan
berbekal kaki renang dapat berenang dengan cepat di air sehingga tergolong
Swimming Crab (Portunidae). Genus Scylla ditandai oleh bentuk carapace yang
oval dengan bagian depan memiliki 9 duri pada sisi kiri dan kanan serta 4 duri di
antara kedua matanya. Rajungan memakan beragam jenis makanan yang dapat
dibagi menjadi 4 kategori/kelompok yaitu: plankton, moluska, daging. Kelompok
makanan yang paling dominan adalah plankton dan yang paling rendah adalah
moluska (Rangka, 2007).
Dactylus

Propondus
Mata
Carpus

Kerapaks

Kaki jalan

Kaki renang

Klasifikasi Kepiting Bakau menurut (Rahmawati, 2019) adalah sebagai


berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa kepiting bakau memiliki 5
pasang kaki. Dimana 4 pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Hal ini sesuai
dengan Rangka (2007), yang menyatakan bahwa Kepiting bakau adalah hewan
berkulit keras dari kelas Crustacea, ordo Decaphoda, familia Portunidae dan
Genus Scylla. Crustacea merupakan hewan berkulit keras sehingga
pertumbuhannya dicirikan oleh proses ganti kulit (moulting). Ordo Dechapoda
ditandai dengan adanya 10 buah (lima pasang) kaki, pasangan kaki pertama
disebut capit yang berperan sebagai alat penangkap/pemegang makanan, pasangan
kaki kelima berbentuk seperti kipas (pipih) berfungsi sebagai kaki renang dan
pasangan kaki selebihnya sebagai kaki jalan.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa habitat dari kepiting bakau
ialah perairan estuari atau perairan bakau. Hal ini sesuai dengan Suryani (2006)
yang menyatakan sebagian besar siklus hidupnya berada diperairan pantai
meliputi muara atau estuarin, perairan bakau dan sebagian kecil di laut untuk
memijah. Jenis ini biasanya lebih menyukai tempat yang agak berlumpur dan
berlubang-lubang di daerah hutan mangrove. Disebutkan juga bahwa beberapa
jenis kepiting yang dapat dimakan ditemukan hidup melimpah diperaira estuarin
dan kadang-kadang terlihat hidup bersama dengan portunidae lainnya dalam satu
kawasan. Distribusi kepiting menurut kedalaman hanya terbatas pada daerah
litoral dengan kisaran kedalaman 0 – 32 meter dan sebagian kecil hidup di laut
dalam.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa perbedaan kepiting jantan
dan betina dapat dilihat dari bentuk bagian abdomentnya. Perbedaan kepiting
jantan dan betina adalah kepiting jantan mempunyai abdoment yang berbentuk
agak lancip menyerupai segi tiga sama kaki, sedangkan pada kepiting betina
deagak membundar dan melebar. Hal ini sesuai dengan Rahmawati (2019) yang
menyatakan secara umum morfologi kepiting bakau dapat dikenali dengan ciri
sebagai berikut yaitu seluruh tubuhnya tertutup oleh cangkang, terdapat 6 buah
duri diantara sepasang mata, dan 9 duri disamping kiri dan kanan mata,
mempunyai sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa Cheliped (kaki yang
bercapit) dapat mencapai ukuran 2 kali panjang karapas, mempunyai 3 pasang
kaki jalan, mempunyai sepasang kaki renang dengan bentuk pipih, kepiting jantan
mempunyai abdoment yang berbentuk agak lancip menyerupai segi tiga sama
kaki, sedangkan pada kepiting betina deagak membundar dan melebar.

Rajungan (Portunus pelagicus)


Rajungan memiliki ciri-ciri morfologi kepiting rajungan yaitu mempunyai
bentuk warna yang sangat menarik, bagian sebelah kiri dan kanan karapaksnya
terdapat duri besar. Dari sisi belakang matanya berjumlah Sembilan buah
(termasuk duru besar). Rajungan jantan karapasnya berwarna dasar biru ditaburi
bintik-bintik putih beraneka raham bentuknya sedangkan rajungan betina hijau
kotor dengan bintikbintik seperti jantan. rajungan dapat dikenal melalui bentuk
tubuhnya yang lebar dan melintang. Ciri khas yang dimiliki adalah karapaksnya
yang berbentuk pipih atau agak cembung dan berbentuk heksagonal atau agak
persegi. Perutnya atau abdomennya terlipat ke depan di bawah karapaksnya.
Abdomen jantan sempit dan meruncing ke depan, sedangkan betina bentuk
abdomennya membulat penuh dengan embelan yang gunanya untuk menyimpan
telur (Lino, 2013).
Dactylus

Propondus
Mata Antena
Carpus
Kaki jalan

Kerapaks

Kaki renang

Klasifikasi Rajungan menurut (Rahmawati, 2019) adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ciri-ciri dari rajungan yaitu
memiliki bintik-bintik pada kerapasnya. Hal ini sesuai dengan Lino (2013) yang
menyatakan ciri-ciri morfologi kepiting rajungan yaitu mempunyai bentuk warna
yang sangat menarik, bagian sebelah kiri dan kanan karapaksnya terdapat duri
besar. Dari sisi belakang matanya berjumlah Sembilan buah (termasuk duru
besar). Rajungan jantan karapasnya berwarna dasar biru ditaburi bintik-bintik
putih beraneka raham bentuknya sedangkan rajungan betina hijau kotor dengan
bintikbintik seperti jantan. rajungan dapat dikenal melalui bentuk tubuhnya yang
lebar dan melintang.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ciri dari Rajungan adalah
memiliki kerapas yang berbentuk pipih dan berbentu Heksagonal atau agak
persegi. Hal ini sesuai dengan Lino (2013) yang menyatakan ciri khas yang
dimiliki adalah karapaksnya yang berbentuk pipih atau agak cembung dan
berbentuk heksagonal atau agak persegi. Perutnya atau abdomennya terlipat ke
depan di bawah karapaksnya. Abdomen jantan sempit dan meruncing ke depan,
sedangkan betina bentuk abdomennya membulat penuh dengan embelan yang
gunanya untuk menyimpan telur.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa habitat dari Rajungan ialah
perairan yang bersubstrat pasir ataupun pasir berlumpur. Hal ini sesuai dengan
Lino (2013) yang menyatakan rajungan dapat hidup pada habitatnya yang
beranekaragam seperti pantai dengan pasir, pasir berlumpur, pasir putih atau pasir
berlumpur laut di pulau karang 9 dan juga di laut terbuka. Rajungan dapat
ditemukan pula di daerah bakau, di tambak-tambak, air payau yang berdampingan
dengan laut terbuka dan sering ditemukan berenang dekat permukaan dan juga
ditemukan pada kedalaman kurang dari 1 meter sampai kedalaman dari 65 meter.
kepiting biru (rajungan) hidup sebagai binatang dewasa di daerah-daerah estuaria
dan teluk pantai. Rajungan betina berimigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih
tinggi untuk menetaskan telurnya dan begitu stadium larvanya dilewati, kepiting
muda bermigrasi kembali ke hulu estuaria.

Kepiting Biola (Uca spp.)


Kepiting genus Uca atau kepiting biola jenis kepiting dari kelompok Ordo
Decapoda dan termasuk kedalam famili Ocypodidae merupakan fauna unik, yang
berukuran kecil ukurannya hanya sekitar 2-3 cm. Aktivitasnya hidup didalam
lubang keluar masuk lubang dan turun mencari makan ketika air laut surut pada
substrat mangrove serta dapat beradaptasi dengan lingkungan laut yang terkena
pasang surut sepanjang hari. Ciri spesifik kepiting biola adanya dimorfisme
seksual dan asimetris pada capit yang tidak dimiliki oleh jenis kepiting lainnya
(Sari et al., 2018).
Mata Antena
Rostrum
Kerapaks
Kaki jalan

Kaki renang

Klasifikasi Kepiting Biola menurut Farihah (2016) adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Ocypodidae
Genus : Uca
Spesies : Uca forcipata
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa kepiting biola memiliki
ukuran yang kecil dibandingkan dengan kepiting bakau dan rajungan dimana
kepiting yang kami amati berukuran 3cm. Hal ini sesuai dengan
Sari et al (2018) yang menyatakan kepiting genus Uca atau kepiting biola jenis
kepiting dari kelompok Ordo Decapoda dan termasuk kedalam famili Ocypodidae
merupakan fauna unik, yang berukuran kecil ukurannya hanya sekitar 2-3 cm. Ciri
spesifik kepiting biola adanya dimorfisme seksual dan asimetris pada capit yang
tidak dimiliki oleh jenis kepiting lainnya.
Berdasakan hasil praktikum diketahui bahwa kepiting biola jantan
memiliki sepasang capit yang asimetris. Dimana terdapat salah satu capit yang
berukuran lebih besar dari capit lainnya. Hal ini sesuai dengan Pratiwi (2007)
yang menyatakan ciri kepiting Uca yang menonjol adalah pada jantan salah satu
capitnya berukuran sangat besar, tidak seimbang dengan ukuran capit yang lain
dimana berukuran sangat kecil. Biasanya capit tersebut digunakan sebagai alat
bertempur dengan sesama kepiting jantan. Sedangkan kepiting betina memiliki 2
buah capit yang berukuran kecil,sehingga dapat lebih mudah untuk makan dan
mencari makanan daripada kepiting jantan.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa kepitingbiola memiliki
habitat di daerah intertidal dan sekitar perairan yang terdapat mangrove. Hal ini
sesuai dengan Natania et al (2017) yang menyatakan habitat Uca spp. di daerah
intertidal, terutama di sekitar hutan mangrove dan pantai berpasir. Kepiting ini
ditemukan di pantai terlindung dekat teluk yang besar atau laut terbuka, kadang-
kadang hanya terlindung oleh karang atau lumpur laut. Uca spp. merupakan salah
satu kepiting kecil, semi-terrestrial yang memiliki peran penting dalam ekologi
mangrove tropis. Kepiting biola berperan dalam menjaga keseimbangan rantai
makanan dan siklus nitrogen dalam ekosistem mangrove. Lubang kepiting
meningkatkan aerasi, memudahkan pengeringan tanah, dan menunjang pertukaran
unsur hara antara sedimen dan perairan pasang surut.

Daftar Pustaka
Lino, D. W. 2013. Perbandingan Hasil Tangkapan Bubu Rajungan yang
Dioperasikan pada Siang dan Malam di Perairan Pantai Parepare Sulawesi
Selatan. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin, Makasar.

Natania, T., N. E. Herliany, A. B. Kusuma. 2017. Struktur Komunitas Kepiting


Biola (Uca spp.) di Ekosistem Mangrove Desa Kahyapu Pulau Enggano.
Jurnal Enggano. 2 (1).

Pratiwi, R. 2007. Jenis dan Sebaran Uca spp. (Crustacea: Decapoda: Ocypodidae)
di Daerah Mangrove Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jurnal
Perikanan. 9 (2).

Rachmawati, R. I. 2019. Pembesaran Kepiting Bakau (Syclla serata). Program


Studi Teknologi Program Akuakultur. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.
Rangka, N. A. 2007. Status Usaha Kepiting Bakau Ditinjau dari Aspek Peluang
dan Prospeknya. Neptunus. 14 (1).
Sari, I. P., H. Prayogo, Burhanuddin. 2018. Keanekaragaman Jenis Kepiting Biola
(Uca spp.) di Hutan Mangrove “Mempawah Mangrove Park” Desa Pasir
Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah. Jurnal Hutan Lestari.
6 (4).
Suryani, M. 2006. Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal) dalam
Ekosistem Mangrove di Pulau Enggano Provinsi Bengkulu. [Tesis].
Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai