Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Biologi Perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
keadaan ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas (hadir kealam) kemudian
makan, tumbuh, bermain, bereproduksi dan akhirnya mengalami kematian secara
alami atau oleh karna factor lain. Biologi Perikanan ini merupakan pengetahuan
dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika populasi ikan, pengembangan
spesies ikan dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami kepunahan
di perairan lainnya (Diliana, 2015).
Ikan merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang, beberapa
jenis ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang
(gelembung udara). Ikan merupakan organisme yang mempunyai kemampuan
bergerak sehingga tidak tergantung pada arus yang kuat atau genangan air yang
disebabkan oleh angin, mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya
sendiri. Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi
jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pengenalan
struktur ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang
merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis
ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.
(Safitri, 2017).
Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi
jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan ten-tang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pengenalan
struktur ikan tidak lepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang
merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis
ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.
Ikan merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang, beberapa jenis
ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang
(gelembung udara). Ikan merupakan organisme yang mempunyai kemampuan
bergerak sehingga tidak tergantung pada arus yang kuat atau genangan air yang
2

disebabkan oleh angin, mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya
sendiri (Safitri,2017).
Ikan merupakan salah satu makhluk hidup yang secara umum
bereproduksi secara seksual. Dalam proses reproduksinya, ikan mempunyai
tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku meminang
dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap telur dan anak-anaknya. Pada
tulisan ini, diuraikan secara singkat mengenai tingkah laku reproduksi ikan
tersebut. Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu proses alam dalam
usaha mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ada dua cara
berbeda pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi
secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena bertemunya
gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (sel telur) dalam suatu proses
pembuahan (fertilisasi), sedangkan pada reproduksi aseksual, keturunan yang
terbentuk tanpa melalui proses pembuahan (Fahmi, 2010).
Ikan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam tingkah laku meminang
(courtship) dan tingkah laku kawinnya (Mating). Dalam tingkah laku tersebut,
ikan jantan dan betina dewasa sama-sama melepaskan sperma dan telur melalui
bermacam cara agar terjadi pembuahan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Selain dapat memberikan ketepatan waktu dalam pelepasan sperma dan telur agar
pembuahan dapat berhasil baik, tingkah laku meminang juga dapat menjamin dua
individu yang berpasangan tersebut berasal dari jenis yang sama. Individu jantan
dari setiap jenis ikan mempunyai tanda-tanda atau sinyal tersendiri yang hanya
dimengerti oleh betina dari jenisnya. Begitu pula ikan betina mempunyai sinyal-
sinyal khusus yang hanya dimengerti oleh individu jantannya (Fahmi, 2010).
Ikan platy pedang (Xiphophorus helleri) merupakan salah satu ikan air
tawar yang banyak dibudidayakan sebagai ikan hias oleh petani ikan hias. Ikan
platy pedang (Xiphophorus helleri) mempunyai ciri warna yang menarik. Warna
pada ikan platy pedang sangat mempengaruhi nilai ekonomisnya. Warna indah
pada ikan hias disebabkan oleh kromatofor (sel pigmen) yang terletak pada
lapisan epidermis, yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan dan aktifitas seksual. Kromatofor dapat diklasifikasikan menjadi 5
3

kategori warna dasar yaitu melanofor, eritrofor, xantofor, leukofor, dan iridofor
(Rachmawati et al., 2016).
Apabila seekor individu ikan berbuat kesalahan dengan melakukan
perkawinan dengan individu dari jenis lain, maka telur atau spermanya hanya
akan terbuang percuma. Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang hidup bersama di
dalam lingkup area yang sama, mempunyai tingkah laku meminang dan tingkah
laku kawin yang berbeda-beda, sehingga mereka hanya dapat melakukan
perkawinan dengan pasangan dari jenis yang sama. Karakter individu yang diukur
meliputi ukuran panjang (panjang total dan panjang cagak, dalam cm), bobot
tubuh dalam keadaan segar (dalam gram), sex (jenis kelamin), tingkat kematangan
gonad, dan bobot gonad segar (dalam gram). Tingkat kematangan gonad
ditentukan secara visual mengikuti skala kematangan gonad standard (five point
maturity scale for partial spawners) yang terbagi menjadi TKG I (dara), TKG II
(dara berkembang), TKG III (mulai matang), TKG IV (matang) dan TKG V
(mijah). Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara)
(Fahmi, 2010).

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui fase-fase proses terbentuknya suatu individu ikan Platy
Pedang (Xiphophorus helleri).
2. Untuk mengetahui fase-fase daur hidup pada ikan Platy Pedang
(Xiphophorus helleri).
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hidup
ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri).

Manfaat praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai sumber informasi mengenai
awal daur hidup pada ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri), serta sebagai
syarat untuk mengikuti praktikal Biologi Perikanan.

TINJAUAN PUSTAKA
4

Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri)


Ikan Plati Pedang (Xiphophorus helleri) termasuk ke dalam family
Poecilidae yang berasal dari Amerika Serikat. Ikan plati pedang adalah salah satu
ikan hias air tawar yang cukup populer dan termasuk dalam golongan Livebearers,
yaitu ikan yang berkembang biak melalui pembuahan secara internal. Tidak
seperti kebanyakan ikan yang bertelur, Livebearers bertelur di dalam tubuh
kemudian terjadi pembuahan secara internal dan telur dierami di dalam tubuh
hingga menetas selanjutnya barulah melahirkan. Ikan plati pedang jantan memiliki
bentuk ekor belakang yang unik, yaitu bagian bawah ekor belakang yang
memanjang dan menyerupai bentuk pedang. Sedangkan ikan plati pedang betina
memiliki bentuk ekor belakang normal seperti ikan plati pada umumnya. Ukuran
maksimal ikan ini dapat mencapai 10 cm untuk betina dan 12 cm untuk jantan
(Irawan, 2017).
Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri) adalah jenis ikan hias air tawar
yang banyak diminati oleh masyarakat dan memiliki harga yang terjangkau. Ada
beberapa alasan mengapa ikan Platy Pedang diterima oleh banyak orang yang
membudidayakannya, selain keindahan bentuk, warna, mudah dikembangbiakkan,
ikan ini juga bersifat sosial yang tinggi sehingga dapat hidup berdampingan damai
dengan ikan hias lain dalam akuarium. Warna merupakan salah satu parameter
dalam penentuan nilai ikan hias. Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka
semakin tinggi nilainya. Dengan demikian para pencinta ikan hias akan berusaha
untuk mempertahankan keindahan warna tersebut (Fahriza et al., 2016).
Ikan Platy Pedang merupakan ikan yang dapat beradaptasi dengan
berbagai kondisi kualitas air. Tingkat reproduksi dari Ikan Platy Pedang ini sendiri
juga dapat menyebabkan tingginya hasil tangkapan ikan ini disemua titik, dimana
Ikan Platy Pedang dapat bereproduksi dengan cepat yaitu dalam selang waktu 1
bulan ikan ini akan dapat bereproduksi kembali. induk Ikan Platy Pedang betina
dapat menghasilkan sekitar 80-125 ekor dengan interval pemijahan untuk
memijah kembali terkadang membutuhkan waktu reporduksi sampai satu bulan
(Taradhipa et al., 2018).
Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri) ini memiliki sifat yang ramah
dan tidak agresif, oleh karena itu sangat cocok digunakan sebagai ikan hias pada
5

aquascaping. Ikan platy dapat hidup pada pH 7,0 – 8,0, pada suhu 20 – 26 °C.
Ikan Platy dapat diberi pakan buatan maupun alami. Ikan ini sangat mudah
beradaptasi dan memiliki toleransi yang baik dalam berbagai kondisi lingkungan
tempat hidupnya. Platy menyukai habitat dengan banyak tanaman, karena ikan ini
cenderung berenang dan berkembang biak diantara tetanaman. Ikan ini menyukai
arus sedang (Amjad, 2017).
Ikan platy pedang termasuk ikan omnivora, tetapi lebih cenderung
menyukai makanan dari tumbuh-tumbuhan. Makanan harus tersedia sejak fase
larva, oleh karena itu kebanyakan pembudidaya ikan terlebih dahulu telah
menyediakan atau melakukan kultur pakan alami sebelum memijahkan ikan.
Adapun beberapa jenis pakan alami yang sering diberikan pada fase larva ikan
antara lain Paramecium, Infusoria, Vinegar Eel, Artemia, Kutu Air, Jentik
Nyamuk, Cacing Sutra, Cacing Darah (Blood Worm), dan lain sebagainya
(Irawan, 2017).
Proses reporduksi Ikan Platy Pedang berlangsung sangat cepat, Platy
Pedang betina mampu memiliki kemampuan untuk menyimpan spermanya hingga
1 tahun, sehingga terkadang ditemukan Platy Pedang betina dapat berkali-kali
melahirkan tanpa kehadiran jantan selama persediaan sperma masih tersedia.
Anak Platy Pedang akan menjadi induk setelah berumur 3–5 bulan. Ikan ini
memiliki kebiasaan makan sebagai bottom feeder atau mencari makan pada dasar
perairan. Ikan Mas dialam juga hidup menepi sambil mengincar makanan berupa
binatangbinatang kecil yang biasanya hidup dilapisan lumpur tepi danau atau
sungai (Taradhipa et al., 2018).

Daur Hidup Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri)


Anak ikan yang baru ditetaskan tersebut dinamakan larva, dengan
tubuhnya yang belum sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya.
Sehubungan dengan perkembangan larva ini, terdapat dua tahap perkembangan
yaitu prolarva dan postlarva. Prolarva biasanya masih mempunyai kantung
kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya
belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya
dan kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkang telur ini tidak punya
sirip perut yang nyata melainkan hanya bentuk tonjolan saja. Mulut dan rahang
6

belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus. Sistem
pernafasan dan peredaran darah tidak sempurna. Makanannya didapatkan dari sisa
kuning telur yang belum habis dihisap. Adakalanya larva ikan yang baru
ditetaskan letaknya dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya masih
mengandung minyak. Apabila kuning telur tersebut telah habis dihisap, larva akan
kembali seperti biasa (Irawan, 2017).
Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena
masih mengandung kuning telur. Setelah 3 - 5 hari anak ikan baru dapat diberi
makanan berupa kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan. Setelah itu pada
minggu kedua diberikan makanan jentik nyamuk, kemudian diberi makanan pellet
yang di haluskan. Pemberian makanan diberikan 2 kali sehari pagi dan sore.
Kotoran dibersihkan setiap 2 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang
pada waktu penyiponan sebanyak 10 sampai 20% diganti dengan air yang baru
Seleksi jenis kelamin dapat dilakukan setelah anak ikan berumur dua bulan
dengan cara melihat ciri kelamin sekundernya seperti sirip ekor lebih panjang,
warna lebih bagus dan sirip anal yang runcing (Nurlina et al., 2016)
Pada pembuahan secara internal ini, kebanyakan telur-telur yang telah
dibuahi di dalam tubuh ikan betina tetap berada di dalam tubuh induknya hingga
menetas. Telur-telur tersebut mempunyai kuning telur yang cukup banyak sebagai
cadangan makanan bagi embrio yang sedang berkembang. Banyak ikan yang
bereproduksi secara internal, membiarkan anak-anaknya yang telah menetas tetap
berada di dalam tubuh induknya untuk berkembang hingga menjadi cukup besar
dan kuat untuk dilahirkan. Dalam beberapa kasus, organ reproduksi pada ikan
betina dimodifikasi agar dapat memberikan zat-zat makanan pada embrio yang
berkembang di dalam tubuh induk. sementara tubuh embrio tersebut telah
diadaptasikan untuk menerima dan menggunakannya. Contoh ikan bertulang
sejati yang melakukan pembuahan secara internal dan melahirkan anaknya adalah
ikan Coelacanth, atau yang dikenal sebagai ikan fosil hidup (Fahmi, 2010).
Ikan platy akan mulai memiliki bentuk yang mirip dengan ikan yang lebih
dewasa. Selain itu bisa dikatakan kadang fase ikan muda ini adalah tanda di
mulainya proses metamorfosis pada ikan. Pada ikan muda kita sudah menemukan
berbagai macam jenis organ yang bisa kita temukan pada ikan dewasa. Meskipun
7

ada beberapa organ yang belum mengalami perkembangan secara penuh. Pada
proses metamorfosis dari larva menuju ikan muda bisa dikatakan merupakan
proses yang sangat berbahaya. Pada tahapan ini kemungkinan untuk timbulnya
kematian sangat besar. Maka kadang jumlah larva yang berhasil untuk berubah
menjadi ikan muda tidak terlalu banyak (Wahyudewantoro, 2017).
Faktor kematian telur yang tinggi disebabkan karena kualitas telur yang
buruk dan disebabkan oleh induk ikan yang masih muda dengan umur antara 6-8
bulan dengan bobot rata rata jantan 4-6gram dan betina 7-8gram yang belum
memiliki kualitas telur dan sperma yang baik karena masih perlu beradaptasi
dengan lingkungan, dan faktor genetik karena tidak diketahui induk koridoras
berdasarkan persilangan induk yang bagus atau tidak, dugaan lain juga
dikarenakan penanganan manusia yang kurang baik pada saat pemeliharaan telur,
lama jarak untuk memindahkan substrat ke wadah berpengaruh terhadap
pemeliharaan telur. Derajat pembuahan pada ikan sangat ditentukan oleh kualitas
telur, spermatozoa, media dan penanganan manusia dan menurut Tang dan juga
menambahkan kualitas telur dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur induk dan genetika. Faktor Faktor
eksternal meliputi pH, suhu, cahaya, kepadatan dan polusi, tetapi faktor eksternal
tidak mempengaruhi karena semua faktor eksternal dalam keadaan terkontrol
(Amjad et al., 2017).
Stadia larva merupakan fase awal daur kehidupan bagi ikan. Stadia larva
ini diawali dari penetasan telur hingga terbentuknya bagian atau organ tubuh
seperti ekor dan sirip, meskipun belum terbentuk secara sempurna. Larva adalah
biota perairan yang bersifat planktonik dan termasuk ke dalam jenis
meroplankton, dimana sebagian siklus hidupnya hidup sebagai plankton dan
sebagian lagi berkembang menjadi organisme dewasa. Larva berukuran sangat
kecil (mikroskopis), transparan, dan bentuk tubuh masih sulit dibedakan dengan
ukuran dewasa. Keberadaan larva ikan di perairan memiliki peranan cukup
penting. Kelimpahan dan penyebaran larva ikan dapat menentukan kondisi atau
status sumberdaya ikan yang ada pada suatu perairan, hal tersebut dikarenakan
larva ikan merupakan fase pertama kehidupan dimana ikan akan berkembang
menjadi ikan dewasa (Ramadhian et al., 2016).
8

Perkembangan telur di dalam ovarium secara umum meliputi empat tahap,


yakni tahap awal pertumbuhan, tahap pembentukan kantung kuning telur,tahap
vitellogenesis dan tahap pematangan akhir. Tahap awal pertumbuhan dapat
diketahui dengan terjadinya pelepasan hormon gonadotropin yang dicirikan
dengan bertambahnya ukuran nukleus dan nukleolus. Selanjutnya yakni tahap
pembentukan kantung kuning telur. Pada tahap vitellogenesis, ditandai dengan
bertambahnya volume sitoplasma yang berasal dari dalam sel yaitu kuning telur.
Tahap akhir yakni tahap pematangan akhir, yang dicirikan dengan adanya
pergerakan inti sel telur ke tepi dan akhirnya melebur. Kuning telur terbentuk di
dalam sel telur yang berguna sebagai makanan bagi embrio. Tahap awal
perkembangan telur, telur sangat rentan terhadap gangguan khususnya gangguan
mekanik. Gangguan ini terjadi pada saat membersihkan telur dari kotoran,
memasukkan telur ke corong penetasan dan gerakan telur akibat debit air yang
terlalu besar (Ardiansyah, 2018).
Ikan platy akan mulai memiliki bentuk yang mirip dengan ikan yang lebih
dewasa. Selain itu bisa dikatakan kadang fase ikan muda ini adalah tanda di
mulainya proses metamorfosis pada ikan. Pada proses metamorfosis dari larva
menuju ikan muda bisa dikatakan merupakan proses yang sangat berbahaya. Pada
tahapan ini kemungkinan untuk timbulnya kematian sangat besar. Maka kadang
jumlah larva yang berhasil untuk berubah menjadi ikan muda tidak terlalu banyak
(Wahyudewantoro, 2012).
Pada ikan platy (Xiphophorus maculates) yang telah dewasa, maka
struktur tubuh yang dimilikinya jauh lebih kuat. Selain itu banyak sekali organ
yang bisa dikatakan mulai matang dan dapat berfungsi sempurna. Salah satu ciri
yang dimiliki ikan dewasa adalah kemampuannya untuk melakukan proses
reproduksi. Pada ikan muda kita sudah menemukan berbagai macam jenis organ
yang bisa kita temukan pada ikan dewasa. Meskipun ada beberapa organ yang
belum mengalami perkembangan secara penuh. (Amjad, 2017).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


9

Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 29 November 2019 pukul 14.00
WIB sampai selesai di Laboratorium Basah Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember hitam sebagai
wadah habitat dan pembesaran ikan, aerator sebgai penghasil gelembung udara
yang kaya oksigen, selang untuk menghubungkan aerator ke air, terpal atau plastik
hitam untuk menutupi wadah ember agar ikan mau memijah, kamera yang
berfungsi untuk dokumentasi, serbet yang digunakan sebagai alat untuk
membersihkan kotoran-kotoran dan alat tulis yang berfungsi untuk mencatat hasil
praktikum.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan platy
(Xiphophorus maculates) sebagai objek pengamatan, air sumur sebagai adaptasi
ikan terhadap lingkungan baru, kutu air sebagai pakan anak ikan, eceng gondok,
kayu apung, kayambang sebagai penghasil oksigen dan akarnya sebagai tempat
meletakkan telur-telurnya, tissue untuk membersihkan alat-alat praktikum dan
sunlight untuk mencuci alat yang sudah digunakan dan handwash sebagai pencuci
tangan.

Prosedur Praktikum
Prosedur pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Pembersihan wadah dan aerasi
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan aquarium dan dicuci dengan air bersih, lalu dikeringkan.
3. Diisi aquarium dengan air bersih
4. Diairasi aquarium selama 24 jam.
b. Proses aklimatisasi dan pemijahan
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan enceng gondok lalu di letakkan di dalam aquarium.
3. Dimasukkan ikan betina atau digabungkan dengan ikan jantan.
4. Kemudian ditutup ember dengan menggunakan plastik hitam/terpal untuk
mempermudah ikan dalam melakukan reproduksi dan agar ikan tidak
keluar dari wadah.
5. Diamati tingkah laku ikan sampai terlihat ikan jantan mengejar ikan betina
dan bersembunyi di akar eceng gondok.
10

6. Kemudian diamati kembali ikan platy (Xiphophorus helleri) selama 10 hari


dan ikan telah melahirkan anakannya.
7. Dipisahkan anakannya dari indukannya
8. Dicatat hasil praktikum sampai pasca pemijahan dan di dokumentasikan
sebagai lampiran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
11

Gambar 1. Ikan Kakap (Lu

Gambar 1. Ikan platy pedang (Xiphophorus helleri)

Gambar 2. Ikan platy pedang (Xiphophorus helleri)

Menurut Irawan (2017), klasifikasi ikan platy pedang adalah sebagai


berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygi
Ordo : Cyprinodontiformes
Famili : Poecilidae
Genus : Xiphophorus
Species : Xiphophorus helleri

Hasil Identifikasi

Tabel 1. Daur Hidup Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri)

Daur Hidup Gambar Keterangan


12

Induk Induk ikan platy mudah


berkembang biak dengan
perkawinan pada umur 3 bulan
lebih

Larva Larva ikan platy tidak


dibutuhkan makan sampai
berumur 3 hari karna masih
memiliki cadangan makanan
berupa kuning telur diperutnya.
Kemudian diberi pakan sampai
berumur 15 hari hingga larva
ikan platy berubah menjadi
benih ikan platy

Benih Benih ikan platy dipelihara


selama 30 hari hingga menjadi
juwana yang berumur 45 hari

Juwana Juwana ikan platy yang


berumur 45 hari akan
mengalami differensiasi
kelamin, kemudian dilakukan
pendederan pada juwana ikan
platy hingga ikan platy berumur
90 hari dan menjadi induk ikan
platy yang siap dipijahkan

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ikan Platy Pedang
merupakan golongan livebearers. Dimana golongan ini melakukan pengeraman
telur didalam tubuh induk lalu mengeluarkan larva ikannya pada waktu
penetasannya. Hal ini sesuai dengan Irawan (2017) yang menyatakan ikan plati
pedang adalah salah satu ikan hias air tawar yang cukup populer dan termasuk
13

dalam golongan Livebearers, yaitu ikan yang berkembang biak melalui


pembuahan secara internal. Tidak seperti kebanyakan ikan yang bertelur,
Livebearers bertelur di dalam tubuh kemudian terjadi pembuahan secara internal
dan telur dierami di dalam tubuh hingga menetas selanjutnya barulah melahirkan.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa ikan platy pedang bettina
mampu menyimpan sperman hingga 1 tahun sehingga ikan betina mampu
melahirkan tanpa kehadiran jantan. Hal ini sesuai dengan Taradhipa et al (2018)
yang menyatakan proses reporduksi Ikan Platy Pedang berlangsung sangat cepat,
Platy Pedang betina mampu memiliki kemampuan untuk menyimpan spermanya
hingga 1 tahun, sehingga terkadang ditemukan Platy Pedang betina dapat berkali-
kali melahirkan tanpa kehadiran jantan selama persediaan sperma masih tersedia.
Anak Platy Pedang akan menjadi induk setelah berumur 3–5 bulan.
Setelah ikan platy keluar dari perut ikan betina , maka ikan tersebut
menjadi larva sebagai fase awal kehidupannya. Hal ini sesuai dengan
Ramadhian et al., (2016) yang menyatakan bahwa stadia larva merupakan fase
awal daur kehidupan bagi ikan. Stadia larva ini diawali dari penetasan telur hingga
terbentuknya bagian atau organ tubuh seperti ekor dan sirip, meskipun belum
terbentuk secara sempurna. Larva adalah biota perairan yang bersifat planktonik
dan termasuk ke dalam jenis meroplankton, dimana sebagian siklus hidupnya
hidup sebagai plankton dan sebagian lagi berkembang menjadi organisme dewasa.
Larva berukuran sangat kecil (mikroskopis), transparan, dan bentuk tubuh masih
sulit dibedakan dengan ukuran dewasa. Keberadaan larva ikan di perairan
memiliki peranan cukup penting. Kelimpahan dan penyebaran larva ikan dapat
menentukan kondisi atau status sumberdaya ikan yang ada pada suatu perairan,
hal tersebut dikarenakan larva ikan merupakan fase pertama kehidupan dimana
ikan akan berkembang menjadi ikan dewasa.
Setelah indukan ikan platy mengeluarkan anaknya dari dalam perutnya,
benih ikan platy tidak langsung diberi makanan dikarenakan benih ikan platy
masih mengandung kuning terlur, setelah beberapa hari setelah kuning telurnya
habis benih ikan diberi makan. Hal ini sesuai dengan Nurlina et al., (2016) yang
menyatakan bahwa anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan
makanan, karena masih mengandung kuning telur. Setelah 3 - 5 hari anak ikan
14

baru dapat diberi makanan berupa kuning telur yang telah direbus dan
dihancurkan. Setelah itu pada minggu kedua diberikan makanan jentik nyamuk,
kemudian diberi makanan pellet yang di haluskan. Pemberian makanan diberikan
2 kali sehari pagi dan sore. Kotoran dibersihkan setiap 2 hari sekali dengan cara
disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiponan sebanyak 10 sampai 20%
diganti dengan air yang baru Seleksi jenis kelamin dapat dilakukan setelah anak
ikan berumur dua bulan dengan cara melihat ciri kelamin sekundernya seperti
sirip ekor lebih panjang, warna lebih bagus dan sirip anal yang runcing.
Ikan Platy setelah dari fase post larva, maka ikan tersebut akan
berkembang menjadi ikan muda dan bertumbuhnya seperti ikan dewasa ikan
tersebut. Hal ini sesuai dengan Wahyudewantoro (2017) yang menyatakan bahwa
ikan platy akan mulai memiliki bentuk yang mirip dengan ikan yang lebih
dewasa. Selain itu bisa dikatakan kadang fase ikan muda ini adalah tanda di
mulainya proses metamorfosis pada ikan. Larva adalah biota perairan yang
bersifat planktonik dan termasuk ke dalam jenis meroplankton, dimana sebagian
siklus hidupnya hidup sebagai plankton dan sebagian lagi berkembang menjadi
organisme dewasa. Larva berukuran sangat kecil (mikroskopis), transparan, dan
bentuk tubuh masih sulit dibedakan dengan ukuran dewasa. Keberadaan larva ikan
di perairan memiliki peranan cukup penting. Pada ikan muda kita sudah
menemukan berbagai macam jenis organ yang bisa kita temukan pada ikan
dewasa. Meskipun ada beberapa organ yang belum mengalami perkembangan
secara penuh. Pada proses metamorfosis dari larva menuju ikan muda bisa
dikatakan merupakan proses yang sangat berbahaya. Pada tahapan ini
kemungkinan untuk timbulnya kematian sangat besar. Maka kadang jumlah larva
yang berhasil untuk berubah menjadi ikan muda tidak terlalu banyak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Fase-fase proses terbentuknya suatu individu ikan Platy Pedang
(Xiphophorus helleri) ialah secara internal ini yakni telur-telur yang telah
15

dibuahi di dalam tubuh ikan betina tetap berada di dalam tubuh induknya
hingga menetas.
2. Fase-fase daur hidup pada ikan Platy Pedang
(Xiphophorus helleri) ialah dimulai dari awal daur hidup yaitu larva, benih,
kemudian juwana.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hidup ikan Platy Pedang
(Xiphophorus helleri) adalah kualitas telur dan sperma induk jantan dan betina,
faktor genetik, dan faktor lingkungan.
Saran
Saran untuk praktikum ini ialah agar praktikan rutin dalam
memerhatikan ikan yang diteliti dan segera memisahkan larva ikan dengan segera
agar tidak termakan oleh induknya dan mengikuti arahan dari asisten agar
praktikum dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amjad, J., A. Yustiati, A. A. H. Suryana, Rosidah dan I. Zidni. 2017. Tingkat


Keberhasilan Pemijahan Ikan Koridoras Albino (Corydoras aeneus)
dengan Substrat yang Berbeda pada Kolam Semen. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 8 (2).

Ardiansyah, R. 2018. Pengaruh Salinitas Yang Berbeda Terhadap Fertilization


Rate (Fr) dan Hatching Rate (Hr) Telur Ikan Zebra (Danio Rerio).
[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Diliana, S.Y. 2015. Tugas Biologi Perikanan Seksualitas Ikan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Fahmi. 2010. Tingkah Laku Reproduksi Pada Ikan. Oseana. 30 (1).
ISSN : 0216 – 1877.
16

Fahriza, A., H, Alawi dan Sukendi. 2016. The Effect of Light Difference and Feed
that Provided to Improve The Quality of Fish Colour, Growth and
Survival rate for Platy Fish (Xiphophorus helleri). Media Neliti.

Irawan, R. 2017. Pengaruh Penambahan Tepung Bunga Marigold (Tagetes sp.)


sebagai Sumber Karotenoid untuk Meningkatkan Kecerahan Warna Ikan
Plati Pedang (Xyphophorus helleri). [Skripsi]. Universitas Lampung,
Lampung.
Nurlina dan Zulfikar. 2016. Pengaruh Lama Perendaman Induk Ikan Guppy
(Poecilia reticulate) dalam Madu terhadap Nisbah Kelamin Jantan (sex
reversal) ikan guppy. Acta Aquatica. 3 (2).
Rachmawati, D., I, Samidjan dan Pinandoyo. 2016. Analisis Tingkat Kecerahan
Warna Ikan Platy Pedang (Xiphophorus helleri) Melalui Penambahan
Astaxanthin Dengan Dosis Berbeda pada Pakan Komersial. Pena
Akuatika. 13(1).
Ramadhian, D. R., N. Widyorini, A. Solichin. 2016. Hubungan Kelimpahan Larva
Ikan dengan Kerapatan Mangrove yang Berbeda di Kawasan Delta
Wulan, Kabupaten Demak. Diponegoro Journal of Maquares. 5 (4).

Safitri, R. 2017. Deskripsi Morfologi Ikan Yang Tertangkap di Aliran Sungai


Percut. Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus.

Taradhipa, I. G. A. D. O., I. W. Arthana, G. R. A. Kartika. 2018. Keanekaragaman


Jenis dan Sebaran Ikan di Danau Bali. Current Trends in Aquatic
Science. 1 (1).
Wahyudewantoro, G. 2017. Mengenal Cupang (Betta sp). Ikan Hias yang Gemar
Bertarung. Warta Iktiologi. 1(1).

Anda mungkin juga menyukai