Anda di halaman 1dari 46

Laporan

Penyelidikan
Sedimentasi
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI i
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya penyusunan
Laporan Penyelidikan Sedimentasi ini. Sehubungan dengan nomor kontrak 602/KONSL-
TEKON/242/2023 tanggal 22 Februari 2023 Pekerjaan SID Pengendalian Banjir Sungai Kr.
Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan antara Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Bidang Teknik dan Konstruksi Dinas Pengairan Aceh dengan Konsultan PT. Global Rekayasa
Konsultan, Laporan ini salah satu dari keluaran yang tercantum di dalam Kontrak pekerjaan di
atas:

Laporan ini disusun setelah melakukan survei hidrologi dan sedimen lapangan dan analisis
data. Selain itu disajikan kesimpulan dan saran-saran terkait Pekerjaan SID Pengendalian
Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan.

Akhir kata, semoga Laporan ini dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam
kerangka acuan kerja dan dapat dipakai sebagai pengarah dalam melakukan kegiatan
selanjutnya

Banda Aceh, 26 April 2023


PT. Global Rekayasa Konsultan

Surya Darma, ST
Ketua Tim
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI ii
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................. 1-1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1-1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................... 1-2
1.3 Sasaran ......................................................................................................... 1-2
1.4 Lokasi Pekerjaan .......................................................................................... 1-2
1.5 Sumber Pendanaan ....................................................................................... 1-3
1.6 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen ..................................... 1-3
1.7 Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) ................................................................. 1-3
1.8 Jangka Waktu Pelaksanaan .......................................................................... 1-3
1.9 Lingkup Kegiatan ......................................................................................... 1-3
BAB 2 DESKRIPSI WILAYAH ................................................................................. 2-1
2.1 Kondisi Geografis ........................................................................................ 2-1
2.2 Kondisi Wilayah Administrasi ..................................................................... 2-1
2.3 Kondisi Topografi ........................................................................................ 2-2
2.4 Kondisi Geologi dan Morfologi ................................................................... 2-2
2.5 Klimatologi .................................................................................................. 2-3
2.6 Kondisi Hidrologis ....................................................................................... 2-4
2.7 Kondisi Tata Guna Lahan ............................................................................ 2-4
2.8 Kondisi Sosial Ekonomi .............................................................................. 2-4
2.8.1 Pendidikan ......................................................................................... 2-4
2.8.2 Sosial Ekonomi .................................................................................. 2-5
BAB 3 SURVEI HIDROMETRI ................................................................................ 3-1
3.1 Pengukuran Debit ......................................................................................... 3-1
3.2 Pelaksanaan di Lapangan ........................................................................... 3-15
3.3 Hasil Survei Hidrometri ............................................................................. 3-15
BAB 4 PENGAMBILAN SAMPEL SEDIMEN ........................................................ 4-1
4.1 Pelaksanaan Survei di Lapangan.................................................................. 4-1
4.2 Penyelidikan Laboratorium .......................................................................... 4-6
4.3 Hasil Uji Laboratorium ................................................................................ 4-7
4.3.1 Uji Sampel Air ................................................................................... 4-7
4.3.2 Bed Load dan Suspended Load .......................................................... 4-9
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI iii
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

4.3.3 Kajian Sedimentasi .......................................................................... 4-15


4.3.4 Kesimpulan ...................................................................................... 4-17
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 1-1
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah banjir tidak terlepas dari pelaksanaan Pengelolaan sumber daya air (PSDA) yang
memiliki ruang lingkup sangat luas dimana dinamika air tidak dapat dibatasi hanya oleh
wilayah administrasi pemerintahan. Dalam pelaksanaan PSDA tersebut tentunya tidak
terlepas dari berbagai tantangan yang semakin komplek yang disebabkan oleh faktor
perubahan iklim dengan dampak bencana alam ekstrem dan kerusakan lingkungan.Tantangan
tersebut dapat diselesaikan dengan mewujudkan sinergitas dan keterpaduan secara harmonis
antar wilayah antar sektor dan antar tingkat pemerintahan, mulai dari hulu sampai ke hilir,
sehingga diperlukan pengelolaan PSDA secara menyeluruh, terpadu, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan.

Terjadinya penyimpangan dan perubahan iklim dan diperburuk dengan terjadinya degradasi
daerah aliran sungai (DAS) terutama pada bagian hulu DAS (rusaknya daerah tangkapan air)
yang dapat mengganggu neraca air hidrologis sehingga mengakibatkan fluktuasi debit yang
besar antara musim hujan dan kemarau akibatnya terjadi kelebihan air pada musim hujan dan
kekeringan/kekurangan air pada musim kemarau.

Hal ini diperburuk lagi akibat terjadinya penyempitan kapasitas sungai yang tidak mampu
menampung debit banjir yang terjadi, juga akibat banyaknya sedimentasi didalam sungai.
Karena sungai juga berfungsi sebagai saluran pembuang utama maka kapasitas penampang
sungai harus dapat menampung dan mengalirkan debit air yang besarnya dipengaruhi oleh
faktor hujan, buangan dari pertanian, buangan dari rumah tangga dan faktor pengaliran dari
hulu ke hilir sungai.

Berkaitan dengan hal di atas maka pada tahun anggaran 2023 Dinas Pengairan Aceh
melaksanakan pekerjaan SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab.
Aceh Selatan, dengan lingkup kegiatan Sungai Kr. Terbangaa yang berada pada Kabupaten
Aceh Selatan. Dalam Pelaksanaan pekerjaan SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan
Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan, Dinas Pengairan Aceh tentunya membutuhkan penyedia
jasa/tenaga profesional di bidang Perencanaan.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 1-2
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud kegiatan adalah untuk melakukan Survei Investigasi dan Detail Desain Bangunan
Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan.

Tujuan Kegiatan adalah Untuk memperoleh Konsep dan Detail Desain Bangunan
Pengendalian Banjir dan Pengaturan Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan.

1.3 Sasaran
Tersedianya konsep dan desain rinci pengendalian banjir, pengaturan sungai dan
penanggulangan daya rusak air, untuk melindungi prasarana dan sarana yang ada saat ini
maupun dimasa yang akan datang secara optimal sebagaimana yang diharapkan dapat
memenuhi aspek teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan.

1.4 Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan secara administratif berada di dalam wilayah Provinsi Aceh tepatnya berada
pada koordinat antara 2°43'43.54" Lintang Utara dan 97°38'26.93" Bujur Timur di Kabupaten
Aceh Selatan. Untuk mencapai lokasi pekerjaan dapat ditempuh dengan menggunakan
kendaraan roda empat selama ± 9 jam dengan jarak tempuh ± 453 km dari Kota Banda Aceh.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pekerjaan


LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 1-3
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

1.5 Sumber Pendanaan


Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBA Tahun Anggaran 2023 melalui Daftar
Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPA Dinas Pengairan Aceh.

1.6 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Nama Kuasa Pengguna Anggaran : Rinal Dianto, ST
Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) : Dinas Pengairan Aceh

1.7 Surat Perjanjian Kerja (Kontrak)


Nomor : 602/KONSL-TEKON/242/2023
Tanggal : 22 Februari 2023

1.8 Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan 140 (seratus empat puluh hari) hari kalender terhitung
dari tanggal penandatanganan kontrak mulai tanggal 22 Februari 2023 – 12 Juli 2023.

1.9 Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup pekerjaan Pradesain yang dilakukan oleh Konsultan antara lain meliputi:
a. Pekerjaan persiapan administrasi kantor dan lapangan;
b. Inventarisasi lapangan dan pengumpulan data sekunder;
c. Melaksanakan pengukuran topografi;
d. Melaksanakan penyelidikan geoteknik/mekanika tanah;
e. Melaksanakan penyelidikan sedimen;
f. Analisis dan pengolahan data;
g. Analisis fenomena hidraulik, hidrologi, dan sedimen;
h. Analisis kondisi saat ini meliputi penyebab banjir, lama, tinggi dan luas genangan
banjir serta dampak yang terjadi akibat banjir;
i. Merencanakan konsep dan alternatif bangunan pengendalian banjir dan pengaturan
sungai;
j. Pemilihan alternatif desain dan desain rinci;
k. Perhitungan stabilitas;
l. Penggambaran hasil topografi, dan detail desain;
m. Menghitung bill of quantity (BOQ) dan rencana anggaran biaya (RAB) Konstruksi;
n. Analisis ekonomi;
o. Menyusun spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan;
p. Pembuatan video dan foto dari ruang udara menggunakan drone;
q. Pemetaan geospasial dan penginderaan jarak jauh untuk mendapatkan orthophoto yang
terkini;
r. Penyusunan laporan hasil inventarisasi, penyelidikan, analisis dan perencanaan teknis;
s. Menyusun sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi (SMK3K).
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 2-1
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

BAB 2 DESKRIPSI WILAYAH

2.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu kabupaten dari 23 kabupaten/kota di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Aceh Selatan berada pada koordinat antara 02º 23’
24” – 03º 44’ 24” Lintang Utara dan 96º 57’ 36” – 97º 56’ 24” Bujur Timur dengan
ketinggian wilayah rata-rata sebesar 25 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kabupaten Aceh
Selatan memiliki luas sebesar 4.173,82 Km2 atau 417.382,50 Ha. Kabupaten Aceh Selatan
memiliki batas-batas wilayah, sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya dan Gayo Lues.
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil.
• Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia.
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara.

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Aceh Selatan

2.2 Kondisi Wilayah Administrasi


Luas wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah 4.173,82 km. Kabupaten Aceh Selatan terdiri
dari 18 Kecamatan yaitu: Trumon, Trumon Timur, Trumon Tengah, Bakongan, Bakongan
Timur, Kota Bahagia, Kluet Selatan, Kluet Timur, Kluet Utara, Pasie Raja, Kluet Tengah,
Tapaktuan, Samadua, Sawang, Meukek, Labuhanhaji, Labuhanhaji Timur dan Labuhanhaji
Bara.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 2-2
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

2.3 Kondisi Topografi


Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi yang terdiri dari dataran rendah,
bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam atau
terjal (25% sampai >40%). Keadaan kemiringan lahan wilayah Kabupaten Aceh Selatan dapat
dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelas dengan masing-masing lokasi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Keadaan Kemiringan Lahan Wilayah Aceh Selatan

No KEMIRINGAN LERENG DESKRIPSI WILAYAH


1. Kemiringan lereng 0–8% Dataran dengan relief permukaan landai seluas
138.765,48 Ha (33,24%). Kondisi tersebut dominan
berada di wilayah berombak yaitu pada Kecamatan
Bakongan, Bakongan Timur, Kluet Timur, Samadua
dan Sawang.
2. Kemiringan lereng 8–15% Wilayah landai seluas lebih kurang 14.168,60 Ha
(3,39%). Bentuk permukaan bergelombang tersebar
disetiap kecamatan, yang dominan terletak di
Kecamatan Trumon Timur, Bakongan Timur dan
Sawang.
3. Kemiringan lereng 15–25% Wilayah bergelombang dengan kondisi kemiringan
seluas 39.420,82 Ha (9,44%). Bentuk permukaan
bergelombang ini tersebar di setiap kecamatan, yang
dominan dijumpai di Kecamatan Kota Bahagia, Kluet
Timur dan Meukek.
4. Kemiringan lereng 25–40% Wilayah perbukitan dan curam yang tersebar di setiap
kecamatan dengan luas lebih kurang 157.705,82 Ha
(37,78%). Kondisi tersebut tersebar hampir di semua
kecamatan yang dominan terletak di Kecamatan Kluet
Tengah, Kluet Timur dan Meukek.
5. Kemiringan lereng >40% Wilayah pegunungan dengan bentuk permukaannya
curam bervariasi terjal, umumnya dijumpai sebagai
kerucut dan puncak vulkan. Wilayah pengunungan ini
memiliki luas 67.319,56 Ha (16,12%) dengan
penyebaran paling dominan terdapat di Kecamatan
Kluet Tengah, Kluet Timur dan Meukek.

2.4 Kondisi Geologi dan Morfologi


Struktur geologi Kabupaten Aceh Selatan cenderung rumit, mempunyai struktur lipatan,
patahan (sesar) yang merupakan bagian sistem patahan Sumatera. Akibatnya Kabupaten Aceh
Selatan memiliki potensi kebencanaan seperti banjir, tanah longsor dan gempa tektonik. Disisi
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 2-3
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

lain Kabupaten Aceh Selatan memiliki potensi bahan tambang mineral logam dan mineral
bukan logam serta batuan.

Jenis tanah di Kabupaten Aceh Selatan, terdiri dari aluvial, grumosol, regosol, podsolik,
organosol, podsolik coklat, litosol, rock, outcrops, podsolik merah kuning, komplek renzina,
dan latosol. Susunan tanah tersebut mempengaruhi pemanfaatan tanah yang sebagian besar
ditujukan untuk budidaya hutan, perkebunan dan pertanian.

2.5 Klimatologi
Kabupaten Aceh Selatan digolongkan kedalam iklim tipe A–1 dengan suhu rata–rata berkisar
antara 28°C–34ºC dan kecepatan angin antara 90 Knot–140 Knot. Topografi dan vegetasi di
Aceh Selatan lebih dominan bukit dan pegunungan serta curah hujan yang tinggi, sehingga
daerah ini sangat ideal untuk tumbuhan tropis yang beragam dan mampu menyimpan air serta
mengurangi panas suhu iklim tropis, terlebih Kabupaten Aceh Selatan berbatasan langsung
dengan Samudera Hindia yang berhawa panas.

Berdasarkan 3 (tiga) distribusi pola curah hujan di Aceh, BMKG secara umum membagi
wilayah Aceh kedalam 2 (dua) zona musim yaitu, Zona Musim (ZOM) dan Non Zona Musim
(Non ZOM), selanjutnya ZOM terbagi menjadi 5 (lima) zona, sedangkan daerah Non ZOM
terbagi menjadi 6 (enam). Zona musim adalah daerah yang pola hujan rata – ratanya memiliki
perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Sedangkan daerah –
daerah yang pola hujan rata – rata nya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode
musim kemarau dan musim hujan disebut daerah Non ZOM. Pembagian wilayah Aceh ke
dalam zona ZOM dan zona Non ZOM seperti diperlihatkan pada Gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Pembagian Wilayah Aceh Berdasarkan Curah Hujan dari BMKG
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 2-4
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Rata – rata curah hujan hasil pengamatan BMKG pada stasiun Aceh Selatan adalah sebesar
2.605 mm per tahun, rata-rata bulan basah 10,1 bulan per tahun dan rata- rata bulan kering
0,80 bulan per tahun dengan rata-rata hari hujan 145,9 per hari. Sehingga nilai Q adalah 7,92.
Tipe Iklim pada Kabupaten Aceh Selatan adalah Tipe A yaitu sangat basah.

2.6 Kondisi Hidrologis


Wilayah sungai yang terdapat di Kabupaten Aceh Selatan merupakan wilayah sungai lintas
kabupaten yang terdiri dari wilayah sungai krueng baroe–kluet dan wilayah aliran sungai
alas–singkil. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air di kabupaten ini
meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian
daya rusak air secara terpadu (integrated) dengan memperhatikan arahan pola dan rencana
pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Krueng Baroe - Kluet.

Secara morfologi dan topografi Kecamatan Pasi Raja merupakan daerah dataran rendah,
bergelombang, dan berbukit. Sehingga kondisi alur sungai cenderung berkelok mengikuti sela
sela perbukitan yang ada, dengan tingkat kemiringan sungai yang terjal. Terdapat satu sungai
dan satu pantai disekitar lokasi yaitu Sungai Rasian dan Pantai Terbangan. Sungai Kr.
Terbangan bermuara pada Pantai Terbangan.

2.7 Kondisi Tata Guna Lahan


Tata guna lahan (land use) di daerah studi banyak didominasi perkebunan, persawahan, dan
semak belukar pada bagian hulu, kemudian di daerah tengah dan hilir terdapat perkebunan,
tambak, dan pemukiman warga.

2.8 Kondisi Sosial Ekonomi


2.8.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk
mencapai masyarakat yang sejahtera. Dengan pendidikan yang dimiliki, masyarakat akan
mampu menerima pesan-pesan serta informasi yang bermanfaat. Dalam rangka pemenuhan
pendidikan tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Pendidikan pada tahap
awal ada yang dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK). Diharapkan dengan mengikuti tahapan
ini anak-anak akan lebih siap menerima pelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD).

Jumlah sekolah di Kecamatan pasie Raja dari tingkat TK hingga SLTA telah cukup
memadai. Demikian juga dengan jumlah guru sebagai tenaga pengajarnya telah mencukupi,
sehingga rasio murid guru yang ideal untuk semua tingkat sekolah terpenuhi. Fasilitas
pendidikan yang ada adalah Taman Kanak-kanak 21 unit, Sekolah Dasar 13 Unit, SMP 3
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 2-5
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Unit, dan SMA 1 Unit. Untuk fasilitas kesehatan terdapat 1 puskesmas, 1 puskesmas
pembantu, dan 29 orang bidan desa.

2.8.2 Sosial Ekonomi


Peternakan menjadi salah satu usaha masyarakat Kecamatan Pasi Raja dalam upaya
pemenuhan kebutuhan. Ternak yang dikembangkan antara lain kerbau berjumlah 733 ekor,
sapi 400 ekor, kambing 1.650 ekor. Untuk ternak hewan kecil antara lain ayam 51.500 ekor
dan itik 4.700 ekor.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-1
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

BAB 3 SURVEI HIDROMETRI

3.1 Pengukuran Debit


Pengukuran debit air dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan debit sesaat. Data
pengukuran debit yang diperoleh dari suatu pos duga air pada kondisi muka air rendah, muka
air sedang dan muka air tinggi. Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu
dalam merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak (banjir) yang
diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit
minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau. Sehingga
dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang
sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit
maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang. Oleh karena itu,
dalam praktikum ini belajar melakukan pengukuran debit sungai untuk mendapatkan
informasi besarnya air yang mengalir pada suatu sungai pada saat waktu tertentu.

Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan berupa alat pengukur arus (current meter), pelampung, zat warna, dan lainnya.
Debit hasil pengukuran dapat dihitung segera pengukuran selesai dilakukan. Pengukuran debit
secara tidak langsung adalah pengukuran debit yang dilakukan dengan menggunakan rumus
hidrolika Manning atau Chezy. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur parameter
hidraulis sungai yaitu luas penampang melintang sungai, keliling basah dan kemiringan garis
energi. Garis energi diperoleh dari bekas banjir yang teramati di tebing sungai. Untuk pos
duga air yang sudah dilengkapi dengan peilscale khusus garis energi dapat dibaca dari
peilscale khusus tersebut.

a. Persyaratan Lokasi Pengukuran Debit


Lokasi pengukuran debit dipilih dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1). Tepat pada pos duga muka air atau disekitar pos duga muka air sepanjang tidak ada
perubahan bentuk penampang yang mencolok dan penambahan atau pengurangan debit.
2). Alur sungai/saluran terbuka harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai/saluran
pada saat banjir/muka air tertinggi (MATT).
3). Distribusi garis aliran diperkirakan merata dan tidak ada aliran yang memutar.
4). Aliran tidak terganggu oleh adanya tumbuhan air dan sampah.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-2
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

5). Tidak terpengaruh peninggian muka air sebagai akibat adanya pasang surut air laut,
pertemuan sungai dan bangunan hidraulik.
6). Tidak terpengaruh aliran lahar.
7). Penampang melintang pengukuran perlu diupayakan agar tegak lurus terhadap alur sungai.
8). Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter baling-baling alat ukur
arus yang digunakan.
9). Apabila pengukuran debit dilakukan pada lokasi bending, maka harus dilakukan di hilir
bending atau di hulu bending sampai dengan tidak ada pengaruh pengempangan.
Pengukuran pada lokasi bending biasanya dilakukan untuk keperluan kalibrasi bending
dengan mengubah bukaan pintu.

Gambar 3.1 Penempatan Stasiun Pengamat pada Berbagai Macam Aliran Sungai

b. Pertimbangan Hidraulik
Kondisi hidraulik yang harus diperhatikan di lokasi pengukuran debit, yaitu sebagai berikut:
1). Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati kondisi aliran subkritik.
2). Tidak terkena pengaruh arus balik (pengempangan) dan aliran lahar.

c. Alat Ukur Kecepatan Aliran


Alat ukur yang digunakan pada pengukuran debit sungai adalah alat ukur arus tipe baling-
baling (current meter). Alat ini merupakan alat pengukur kecepatan yang paling banyak
digunakan karena memberikan ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliran yang diukur
adalah kecepatan aliran titik dalam satu penampang aliran tertentu. Prinsip yang digunakan
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-3
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

adalah adanya kaitan antara kecepatan aliran dengan kecepatan putar baling-baling current
meter. Hal yang perlu diperhatikan pada alat ukur arus tipe baling-baling, adalah sebagai
berikut:
1). Alat ukur arus dengan baling-baling terdiri atas dua jenis, yaitu:
• Baling-baling dengan sumbu horizontal.
• Baling-baling bentuk canting dengan sumbu vertikal.

2). Pada saat digunakan untuk mengukur debit alat ukur arus dilengkapi dengan:
• Alat hitung putaran baling-baling.
• Alat ukur kedalaman berupa tongkat baja atau kabel baja yang dilengkapi dengan
pemberat dan penunjuk kedalaman dengan ketelitian 1 cm.
• Alat ukur lebar yang tidak elastis dengan ketelitian 1 cm.
• Alat ukur waktu dengan ketelitian 1 detik.
• Alat penghitung yang dapat menghitung luas penampang basah, kecepatan arus air dan
debit secara langsung.

Untuk mendapatkan ketelitian dalam pengukuran debit, peralatan pengukuran debit


terutama current meter harus dikalibrasi. Kalibrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
tertera pada kartu/label kalibrasi kecuali jika telah terjadi hal-hal yang mengakibatkan
perubahan pada alat yang bersangkutan misalnya: jatuh, membentur benda keras, dan tercelup
ke dalam cairan asam. Kalibrasi current meter dilakukan dengan menggunakan calibration
flume dan dilaksanakan oleh instansi yang berwenang dan telah terakreditasi.

d. Alat Ukur Penambang Basah


1). Alat Ukur Lebar
Alat ukur lebar yang dapat digunakan antara lain:
• Kabel baja dengan ukuran diameter 3 mm sampai dengan 5 mm dengan panjang
tertentu dilengkapi dengan tanda pada setiap panjang untuk kelipatan 0,5 m dan 1 m.
• Alat penunjuk lebar yang dipasang pada kabel melintang sungai.
• Alat penyipat ruang (Total Station) dan alat penyipat datar (Waterpass)

2). Alat Ukur Kedalaman


Alat ukur kedalaman yang dapat digunakan antara lain:
• Batang pengukur terbuat dari logam yang dilengkapi dengan skala kedalaman
• Kabel lengkap dengan alat penggulung dan penunjuk kedalaman yang digunakan
untuk pengukuran dari atas perahu, jembatan atau kereta gantung.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-4
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

• Alat perum gema (echo sounder)


3). Alat Duga Muka Air
Alat duga muka air ini digunakan untuk mengetahui elevasi muka air pada saat pengukuran
debit sehingga hasil pengukuran debit dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hubungan
antara ketinggian muka air dan besaran debit. Alat duga muka air yang lazim digunakan
terdiri atas dua macam, yaitu:
• Pos duga air biasa (PDAB), harus dibuat dan dipasang dengan mempertimbangkan
ketentuan berikut:
− Harus dibuat dari bahan (kayu, enamel) yang tahan air dan awet yang dilengkapi
dengan pembagian skala dan dicat dengan warna yang jelas agar mudah dibaca.
− Harus dipasang pada konstruksi tiang yang dipancang di tepi sungai atau saluran
terbuka; pemasangannya tegak lurus atau miring dengan membentuk sudut 30°, 45°
atau 60° terhadap bidang horizontal; dan harus dipasang dengan kuat dan terlindung
dari benturan benda keras yang terbawa oleh aliran air.
− Kedudukan nol peilskal harus berada pada kedalaman 0,5 m di bawah muka air
terendah, dan puncak peilskal harus pada posisi 1 m di atas muka air tertinggi pada
musim penghujan dan harus diikatkan terhadap titik tetap lokal, yang sebaiknya telah
diikatkan dengan jejaring trianggulasi.
− PDAB harus disusun secara baik sehingga mampu untuk mengukur kisaran muka air
terendah hingga tertinggi yang mungkin terjadi di suatu penampang sungai/saluran
terbuka.
• Pos duga air otomatis (PDAO), yang lazim digunakan adalah:
− Alat duga muka air dengan silinder (drum) tegak.
− Alat duga muka air dengan silinder mendatar.
− Alat duga muka air jenis tekanan (pressure tranducer).
Alat duga air jenis lain, di antaranya jenis gelembung gas, jenis sensor dan jenis kertas
berlubang atau pendugaan dengan sinar.

4). Perlengkapan Pengukuran Debit


Perlengkapan pengukuran debit yang biasa digunakan:
• alat ukur kecepatan arus (current meter) dan pemberat;
• stop watch;
• meteran minimal 3 meter dengan ketelitian 1 mm;
• kalkulator;
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-5
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

• formulir isian perhitungan debit dan alat-alat tulis lainnya;


• map lapangan yang tahan terhadap air; alat tulis.
• peralatan bantu yang mungkin diperlukan:
− Papan duga khusus;
− Alat penyipat ruang dan alat penyipat datar;
− Bridge crane alat bantu pengukuran debit yang digunakan di jembatan;
− Winch cable way alat bantu pengukuran debit yang digunakan di tepi sungai;
− Sounding reel alat bantu pengukuran debit yang dapat digunalan di perahu, jembatan
dan kereta gantung;
− Tali tambang yang tidak elastis atau kabel baja;
− Sepatu lapangan yang tahan terhadap air;
− Jas hujan
• Perahu dengan kapasitas minimal tiga orang:
− Perahu kayu/aluminium;
− Motor tempel;
− Baju pelampung yang tidak mudah robek

5). Prinsip Pengukuran Debit


Prinsip pelaksanaan pengukuran debit adalah mengukur kecepatan aliran, luas penampang
basah, dan kedalaman. Penampang basah dihitung berdasarkan lebar air dan muka air. Debit
dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
qx = debit pada bagian ke x, (m3/s)
Vx = kecepatan aliran rata-rata pada bagian penampang ke x (m/s);
ax = luas penampang basah pada bagian ke x, (m2);
Q = debit seluruh penampang, (m3/s);
n = banyaknya penampang bagian.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-6
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

• Perhitungan Kecepatan Aliran


− Kecepatan Aliran Tiap Titik
Kecepatan aliran tiap titik dihitung dengan rumus:
N < ni, V = p N + q
N > ni, V = r N + s
Keterangan:
N = jumlah putaran baling-baling, dibagi dengan waktu pengukuran;
N = R/T;
R = jumlah putaran baling-baling;
T = waktu pengukuran;
ni = batas jumlah putaran baling-baling;
V = h kecepatan aliran, (m/s);
p, q, r, s adalah koefisien berdasarkan kalibrasi current meter alat ukur arus

− Kecepatan Aliran Rata-Rata Pada Jalur Vertikal


Pengukuran kecapatan aliran dilakukan pada setiap jalur vertikal dengan metode 1 titik, 2
titik, dan 3 titik tergantung dari kedalaman air dan ketelitian yang diinginkan. Kecepatan
rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan antara lain:

o Apabila menggunakan cara satu titik:

o Apabila menggunakan cara dua titik:

o Apabila menggunakan cara 3 titik

Keterangan:
v = kecepatan aliran rata-rata pada suatu vertikal, (m/s);
v0,2 = kecepatan aliran pada titik 0,2 d, (m/s);
v0,6 = kecepatan aliran pada titik 0,6 d, (m/s);
v0,8 = kecepatan aliran pada titik 0,8 d, (m/s).
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-7
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 3.2 Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Cara 1 Titik, 2 Titik dan 3 Titik

6). Perhitungan Penampang Basah


Luas penampang basah dihitung dari kedalaman air dan lebar sungai (lihat Gambar 3.2).
Kedalaman air diperoleh dengan cara mengukur kedalaman air pada titik pengukuran dengan
menggunakan tongkat penduga atau kabel pengukur.
Luas penampang basah dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
ax = luas penampang basah pada bagian ke x, (m2);
b(x+1) = jarak titik vertikal sesudah titik vertikal ke x dari titik tetap, (m);
b(x-1) = jarak titik vertikal sebelum titik vertikal ke x dari titik tetap, (m);
dx = kedalaman pada titik vertikal ke x, (m); dan
A = luas seluruh penampang basah, (m2).
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-8
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 3.3 Penampang Melintang Pengukuran Debit dengan Menggunakan Penampang


Tengah (Mid Section)

7). Tinggi Muka Air Rata-Rata


Tinggi muka air rata-rata pada saat pengukuran dihitung dengan:
- Bila perbedaan tinggi muka air pada saat permulaan dan akhir pengukuran kurang dari 10
cm, rata-rata tinggi muka air dihitung dengan rumus:

- Bila perbedaan tinggi muka air pada saat permulaan dan akhir pengukuran lebih besar atau
sama dengan 10 cm, rata-rata tinggi muka air dihitung dengan rumus:

8). Kecepatan Air Rata-Rata pada Penampang Sungai atau Saluran Terbuka
Kecepatan aliran rata-rata dihitung dengan rumus:
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-9
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Keterangan:
V = kecepatan aliran rata-rata pada seluruh penampang, (m/s);
A = luas seluruh penampang basah, (m2); dan
Q = debit seluruh penampang, (m3/s).

9). Jenis Pengukuran dengan Alat Ukur Arus


Pengukuran kecepatan aliran langsung dengan alat ukur arus dapat dilaksanakan dengan cara
merawas, dengan bantuan wahana apung perahu, jembatan atau menggunakan kereta gantung.
Perbedaan cara pelaksanaan pengukuran kecepatan aliran ini adalah sepeti Gambar 5.4.

Gambar 3.4 Jenis Pengukuran Debit dengan Current Meter

• Merawas
Pengukuran debit dengan cara merawas adalah pengukuran yang dilakukan tanpa bantuan
wahana (perahu, kereta gantung, winch cable way dan lain-lain) yaitu petugas pengukuran
langsung masuk ke dalam sungai. Pengukuran dengan cara ini perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
− Dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas;
− Posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan tidak boleh
menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertikal yang diukur;
− Posisi alat ukur harus berada di depan pengukur;
− Letakkan tongkat penduga tegak lurus pada jarak antara 2,5 – 7,5 cm di hilir kabel
baja yang telah dibentangkan;
− Hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan penyempitan penampang
melintang;
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-10
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

− Apabila posisi current meter (arah aliran) tidak tegak lurus terhadap penampang
melintang sungai, maka besarnya sudut penyimpangan perlu dicatat untuk menghitung
koreksi kecepatan di vertikalnya.

Gambar 3.5 Metode Merawas

• Menggunakan Perahu
Pengukuran debit menggunakan perahu adalah petugas pengukur menggunakan sarana
perahu sebagai alat bantu pengukuran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 1
orang petugas memegang dan menggeser perahu, 1 orang petugas mengoperasikan
peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran. Petugas pelaksanaan
pengukuran dengan menggunakan perahu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
− Dilakukan apabila tidak memungkinkan pengukuran dengan cara merawas;
− Alat ukur arus dilengkapi dengan alat penggulung kabel (sounding reel) dan pemberat
yang disesuaikan dengan kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan); Posisi alat ukur
harus berada di depan perahu;
− Kabel yang digunakan untuk mengukur lebar sungai (tagline) harus terpisah dari kabel
yang digunakan untuk menggantungkan perahu;
− Apabila lebar sungai lebih dari 100 m, atau sungai digunakan untuk transportasi air
maka kabel penggantung perahu tidak dapat digunakan. Pengaturan posisi perahu
diatur dengan menggunakan sextant meter agar lintasan pengukuran tetap berada pada
satu jalur sehingga lebar sungai sesuai dengan lebar sungai sesungguhnya. Metode ini
disebut metode sudut (angular method). Selain metode ini dapat juga digunakan
metode perahu bergerak.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-11
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 3.6 Metode Menggunakan Perahu

• Menggunakan Jembatan
Pengukuran debit dari atas jembatan perlu memperhatikan hal-hal berikut:
− Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran dilakukan dari sisi jembatan
bagian hilir aliran dan sebaiknya jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar.
Peralatan yang digunakan adalah bridge crane, sounding reel, tagline, dan 1 set
current meter + pemberat yang beratnya tergantung dari kecepatan aliran. Petugas
pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 2 orang petugas mengoperasikan bridge crane
dan peralatan pengukur dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran;
− Pengukuran dari sisi jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos terdapat fasilitas
jembatan, dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan airnya cukup
deras sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan menggunakan
perahu.

Gambar 3.7 Metode Menggunakan Jembatan

• Menggunakan Kereta Gantung (Cable Car)


Cable car adalah alat bantu pengukuran berupa kereta gantung yang digantungkan pada
kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat ukur lebar sungai, dilengkapi dengan tempat
duduk petugas pengukur dan dudukan sounding reel. Peralatan yang digunakan adalah
current meter lengkap dengan ekor panjang dan pemberat yang disesuaikan dengan
kondisi kecepatan dan kedalaman aliran. Petugas pengukur terdiri dari 2 orang, 1 orang
petugas mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-12
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 3.8 Metode Menggunakan Kereta Gantung (Cable Car)

• Menggunakan Winch Cable Way


Pengukuran debit dengan menggunakan winch cable way dilakukan dari pinggir sungai
dengan menggunakan peralatan winch cable way. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2
orang, 1 orang petugas mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data
pengukuran. Lokasi penempatan winch cable way harus memenuhi persyaratan teknis
seperti halnya tempat pengukuran dengan metode lainnya. Persyaratan tersebut antara lain
pada bagian alur sungai yang lurus, aliran laminar dan merata, dan lainnya. Peralatan
winch cable way yang terdiri dari:
− Kabel pengukur lebar sungai;
− Kabel pengukur kedalaman air juga berfungsi sebagai kabel penghantar listrik untuk
menghitung jumlah putaran dan juga berfungsi sebagai penggantung current meter +
pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan);
− Kabel utama (main cable) yang berfungsi sebagai penggantung semua peralatan yang
digunakan. Kabel utama diikatkan pada dua buah tiang yang dipasang pada kedua
tebing sungai, dan salah satu tiangnya digunakan untuk menempatkan pengerek
(winch);
− Kabel utama (main cable) yang berfungsi sebagai penggantung semua peralatan yang
digunakan. Kabel utama diikatkan pada dua buah tiang yang dipasang pada kedua
tebing sungai, dan salah satu tiangnya digunakan untuk menempatkan pengerek
(winch).
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-13
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 3.9 Metode Menggunakan Winch Cable Way

• Prosedur Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter


Lakukan pengukuran dengan tahapan sebagai berikut:
Pilih penampang melintang sungai/saluran terbuka di lokasi yang ditentukan dengan
memperhatikan karakteristik aliran pada survei pendahuluan.
Bentangkan tali/kabel pada penampang melintang sungai/saluran di lokasi yang telah
ditentukan dengan merawas, menggunakan perahu, kereta gantung (cable car), winch
cable way atau dari jembatan.
Ukur lebar penampang basah;
Periksa dan rakit alat ukur;
Catat tinggi muka air dan waktu pada saat dimulainya pengukuran pada kartu
pengukuran yang telah disiapkan;
Turunkan alat pengukur arus hingga bagian bawah alat menyentuh permukaan aliran,
tunggu hingga alat tersebut berada pada posisi yang benar (lurus dan berlawanan
dengan arah aliran). Baca dan catat angka pada meteran penggantung alat pengukur
arus (sounding reel);
Turunkan alat pengukur arus hingga dasar sungai. Baca dan catat angka pada meteran
penggantung alat pengukur arus;
Hitung kedalaman aliran dengan mengurangkan selisih pembacaan pada butir 6) dan
butir 7);
Tempatkan alat ukur kecepatan pada titik kedalaman yang diinginkan, misalnya pada
titik kedalaman 0,2 d dan 0,8 d;
Periksa apakah arah alat sudah benar dan sudut juntaian tali tidak lebih besar dari 100
terhadap garis vertikal. Bila sudut juntaian lebih besar dari 100, lakukan korek. Selain
itu periksa apakah pencatat putaran baling-baling pengukur kecepatan arus (counter)
bekerja dengan baik;
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-14
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Lakukan pengukuran kecepatan aliran pada titik-titik kedalaman seperti diuraikan


pada butir 9) dan catat pada formulir jumlah putaran baling-baling pada setiap titik
pengukuran;
Hitung kecepatan aliran dengan bantuan persamaan kecepatan aliran untuk baling-
baling alat pengukur arus;
Ulangi kegiatan dari butir 6) sampai dengan butir 9) untuk setiap jalur vertikal pada
seluruh penampang melintang;
Hitung luas penampang;
Hitung kecepatan rata-rata penampang tergantung dari jumlah titik pengukuran;
Hitung besar debit bagian dengan mengalikan luas penampang tengah dengan
kecepatan rata-rata penampang tengah di setiap lajur pengukuran;
Jumlahkan seluruh debit bagian penampang;
Catat kembali tinggi muka air dan waktu saat berakhirnya pengukuran pada formulir
yang tersedia;
Jumlahkan debit bagian untuk mendapatkan debit total pada penampang tersebut;
Jumlahkan seluruh luas penampang bagian;
Tentukan kecepatan rata-rata seluruh penampang;
Tentukan tinggi muka air rata-rata;
Periksa kembali semua peralatan dan perlengkapan setelah selesai pengukuran.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 3-15
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

3.2 Pelaksanaan di Lapangan

Gambar 3.10 Pengukuran Kedalaman Sungai

3.3 Hasil Survei Hidrometri

Gambar 3.11 Pengukuran Kecepatan Arus Menggunakan Alat Current Meter


LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-1
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

BAB 4 PENGAMBILAN SAMPEL SEDIMEN

Sampel sedimen yang diambil yaitu sedimen layang dan sedimen dasar pada penampang
melintang sungai. Berikut metode pengambilan sampel sedimen dasar dan sedimen layang.

• Pengambilan Sampel Sedimen Dasar (Bed Load)


Lokasi pengambilan sampel sedimen dasar sama halnya dengan lokasi sedimen layang
yaitu pada penampang sungai ruas bawah (sekitar muara) sebanyak 18 (delapan belas)
sampel. Peralatan yang digunakan bisa dengan scoop-type sample atau Dragbucket
type sample dengan jumlah sampel pertitik sekurang-kurangnya 2 (dua) kg.

• Pengambilan Sampel Sedimen Layang (Suspended Load)


Pengambilan sampel sedimen layang dilakukan dengan menggunakan alat suspended
sedimen sampler (Botol Delft) USDH-59 atau P-49 dengan cara depth integrating
method. Sampel sedimen diambil pada 2 (dua) penampang sungai ruas bawah (di
muara). Pada setiap penampang, pengambilan sedimen diambil sebanyak 18 (delapan
belas) sampel.

Sampel yang diambil memenuhi syarat sebagai berikut:


• Apabila volume air (water sampel) yang ditangkap alat 300 cc – 357 cc (memenuhi
syarat), tetapi jika < 300 cc dan > 375 cc (tidak memenuhi syarat) jadi pengambilan
sampel diulang kembali.

• Sampel air yang memenuhi syarat, masing-masing disimpan dalam botol plastik yang
telah disediakan dan ditutup rapat. Pada botol tersebut ditulis lokasi pengambilan,
nomor sampel (S1,S2,S3,… dan seterusnya), tanggal dan jam. Pada saat pengambilan
sampel disetiap lokasi juga disertai dengan photo, dan setiap lokasi/titik pengambilan
ada persetuajuan Direksi.

4.1 Pelaksanaan Survei di Lapangan


Pelaksanaan survei hidrometri, hidrologi, dan penyelidikan sedimentasi telah dilakukan di
lokasi perencanaan dengan menggunakan alat Current Meter, Sediment Grab dan peralatan
survei lainnya. Berikut lokasi pengambilan sampel dan dokumentasi survei hidrometri,
hidrologi, dan penyelidikan sedimen dalam pekerjaan ini.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-2
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.1 Lokasi Titik Pengambilan Sampel

Tabel 4.1 Koordinat Likasi Titik Pengambilan Sampel


Koordinat
Titik
X Y
CR1 97°35'54.79"T 3°30'92.28"U
CR2 97°30'89.08"T 3°35'45.03"U
CR3 97°16'58.04"T 3°12'41.02"U
CR4 97°16’56.25"T 3°12'19.16"U
CR5 97°16'37.83"T 3°11'57.46"U
CR6 97°16'18.85"T 3°11'50."U
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-3
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.2 Pengambilan Sampel Pada Titik CR1

Gambar 4.3 Pengambilan Sampel Pada Titik CR2


LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-4
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.4 Pengambilan Sampel Pada Titik CR3

Gambar 4.5 Pengambilan Sampel Pada Titik CR4


LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-5
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.6 Pengambilan Sampel Pada Titik CR5


LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-6
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.7 Pengambilan Sampel Pada Titik CR6

4.2 Penyelidikan Laboratorium


Berdasarkan data-data sedimen yang diperoleh selanjutnya dihitung jumlah angkutan
sedimen. Angkutan sedimen yang dihitung meliputi angkutan muatan dasar (bed load) dan
angkutan muatan layang (suspended load).

Tujuan penyelidikan sampel sedimen dan aliran adalah untuk mendapatkan data tentang
susunan butiran. Analisis diperlukan sebagai data masukan untuk perhitungan prediksi
angkutan sedimen.

• Konsentrasi Sedimen
Untuk mendapatkan konsentrasi sedimen layang bisa digunakan dengan Gravimetri
Method atau Filtration Method.

• Sieve Analysis dan Pengukuran Sifat Fisik Butiran


Pekerjaan Sieve Analysis dan pengukuran sifat fisik butiran dilakukan untuk sedimen
dasar dan sedimen laying.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-7
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

• Sampel Sedimen dan Pengukuran Aliran


Sampel sedimen dan pengukuran aliran yang di ambil sebanyak 18 sampel.

4.3 Hasil Uji Laboratorium

4.3.1 Uji Sampel Air


Pengujian uji sampel air dilakukan dengan mengacu kepada Lampiran IV Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Baku Mutu Air Nasional). Pengujian sampel dilakukan pada
Laboratorium Teknik Pengujian Kualitas Lingkungan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia
Universitas Syiah Kuala. Sampel air yang diambil dari 6 titik lokasi (3 sampel uji per titik)
diuji terhadap derajat keasaman air sungai (pH), zat padat terlarut (TDS), dan zat padat
tersuspensi (TSS).

Acuan baku mutu yang digunakan adalah baku mutu kelas dua, dimana air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Rekapitulasi hasil analisis
disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Sampel Air Sungai

Sampel Uji Hasil Analisa


pH TDS TSS
[ mg/l ] [ mg/l ]
Baku Mutu 6-9 1000 50

TR-CR1-01 7,3 140 5


TR-CR1-02 7,4 141 9
TR-CR1-03 7,3 141 9

TR-CR2-01 7 142 7
TR-CR2-02 7,3 140 7
TR-CR2-03 7,4 142 5

TR-CR3-01 7,2 140 10


TR-CR3-02 7,3 139 9
TR-CR3-03 7,5 139 9

TR-CR4-01 6,9 145 6


TR-CR4-02 7 147 15
TR-CR4-03 6,8 146 10
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-8
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

TR-CR5-01 6,8 123 8


TR-CR5-02 6,6 160 10
TR-CR5-03 6,8 123 3

TR-CR6-01 7 177 10
TR-CR6-02 6,9 180 33
TR-CR6-03 6,8 188 50

Berdasarkan Tabel 4. menggambarkan bahwa derajat keasaman air sungai Kr. Terbangan
masih dalam ambang normal. Begitu juga untuk sampel uji TDS dan TSS, hanya pada titik
CR6 yang berada pada batas maksimal. Hasil analisis laboratorium selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 2.
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-9
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

4.3.2 Bed Load dan Suspended Load

No Sampel Uji Ukuran Partikel Satuan Hasil Analisa


2 mm (10 mesh) % 5,47
1 mm (18 mesh) % 10,59
0,5 mm ( 35 mesh) % 18,38
1 TR-CR1-01
0,25 mm (60 mesh) % 21,91
0,125 mm (120 mesh) % 33,5
0,063 mm (230 mesh) % 10,15
2 mm (10 mesh) % 83,09
1 mm (18 mesh) % 10,55
0,5 mm ( 35 mesh) % 3,69
2 TR-CR1-02
0,25 mm (60 mesh) % 1,41
0,125 mm (120 mesh) % 0,97
0,063 mm (230 mesh) % 0,29
2 mm (10 mesh) % 3,43
1 mm (18 mesh) % 6,07
0,5 mm ( 35 mesh) % 13,81
3 TR-CR1-03
0,25 mm (60 mesh) % 21,81
0,125 mm (120 mesh) % 42,97
0,063 mm (230 mesh) % 11,91
2 mm (10 mesh) % 69,84
1 mm (18 mesh) % 15,32
0,5 mm ( 35 mesh) % 6,43
4 TR-CR2-01
0,25 mm (60 mesh) % 3,24
0,125 mm (120 mesh) % 4,02
0,063 mm (230 mesh) % 1,15
2 mm (10 mesh) % 65,54
1 mm (18 mesh) % 17,39
0,5 mm ( 35 mesh) % 8,14
5 TR-CR2-02
0,25 mm (60 mesh) % 3,89
0,125 mm (120 mesh) % 3,75
0,063 mm (230 mesh) % 1,29
2 mm (10 mesh) % 75,82
1 mm (18 mesh) % 18,78
0,5 mm ( 35 mesh) % 3,97
6 TR-CR2-03
0,25 mm (60 mesh) % 0,67
0,125 mm (120 mesh) % 0,4
0,063 mm (230 mesh) % 0,35
2 mm (10 mesh) % 80,41
1 mm (18 mesh) % 10,6
0,5 mm ( 35 mesh) % 5,73
7 TR-CR3-01
0,25 mm (60 mesh) % 1,81
0,125 mm (120 mesh) % 1,03
0,063 mm (230 mesh) % 0,43

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Bed Load dan Suspended Load
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-10
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Dari hasil pengujian terhadap sedimen bed load, selanjutnya dilakukan analisis untuk mendapatkan jarak jatuh sedimen dengan memperhatikan
diameter dengan kecepatan jatuh sedimen mengacu pada diagram shield.

Persentase Lolos Saringan (%)


Ukuran Partikel (mm)
Cross Section - 1 Cross Section - 2 Cross Section - 3 Cross Section - 4 Cross Section - 5 Cross Section -6
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
2 5,47 83,09 3,43 30,66 69,84 65,54 75,82 70,40 80,41 58,59 55,73 64,91 66,27 82,63 58,79 69,23 75,99 90,73 64,31 77,01 31,26 7,26 28,38 22,30
1 10,59 10,55 6,07 9,07 15,32 17,39 18,78 17,16 10,60 26,40 14,53 17,18 17,19 8,92 19,26 15,12 15,96 5,89 16,77 12,87 7,31 10,20 6,37 7,96
0,5 18,38 3,69 13,81 11,96 6,43 8,14 3,97 6,18 5,73 10,81 12,02 9,52 11,58 5,91 12,86 10,12 4,26 1,36 7,33 4,31 15,54 29,23 14,19 19,65
0,25 21,91 1,41 21,81 15,04 3,24 3,89 0,67 2,60 1,81 1,83 9,29 4,31 3,74 2,00 5,47 3,74 1,64 0,55 4,10 2,10 10,11 19,56 10,60 13,42
0,125 33,50 0,97 42,97 25,81 4,02 3,75 0,41 2,73 1,03 1,65 6,30 2,99 1,02 0,40 3,29 1,57 1,86 1,23 6,35 3,15 29,10 29,58 28,09 28,92
0,063 10,15 0,29 11,91 7,45 1,15 1,29 0,35 0,93 0,43 0,72 2,13 1,09 0,20 0,15 0,33 0,23 0,30 0,24 1,15 0,56 6,69 4,18 12,37 7,75
TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Tabel 4.4 Persentase Lolos Saringan pada Masing-masing Cross Section

Ukuran Partikel (mm) Diameter Butiran yang digunakan sebagai analisa sedimentasi
Rt - CR 1 Rt - CR 2 Rt - CR 3 Rt - CR 4 Rt - CR 5 Rt - CR 6
2 30,66 100,00 70,40 100,00 64,91 100,00 69,23 100,00 77,01 100,00 22,30 100,00
1 9,07 69,34 17,16 29,60 17,18 35,09 15,12 30,77 12,87 22,99 7,96 77,70
0,5 11,96 60,27 6,18 12,44 9,52 17,91 10,12 15,65 4,31 10,12 19,65 69,74
0,25 15,04 48,31 2,60 6,26 4,31 8,39 3,74 5,53 2,10 5,81 13,42 50,09
0,125 25,81 33,26 2,73 3,66 2,99 4,08 1,57 1,80 3,15 3,71 28,92 36,67
0,063 7,45 7,45 0,93 0,93 1,09 1,09 0,23 0,23 0,56 0,56 7,75 7,75
D60 (mm) 0,494 1,432 1,384 1,422 1,481 0,376
Kec. Jatuh (m/dtk) 0,08 0,23 0,22 0,23 0,24 0,053
Tabel 4.5 Diameter Butiran yang Digunakan sebagai Analisis Sedimentasi
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-11
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.8 Diagram Shield untuk Diameter Sedimen D60 = 0,494 Gambar 4.9 Diagram Shield untuk Diameter Sedimen D60 = 1,432
mm mm
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-12
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.10 Diagram Shield untuk Diameter Sedimen D60 = 1,384 Gambar 4.11 Diagram Shield untuk Diameter Sedimen D60 = 1,422
mm mm
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-13
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Gambar 4.12 Diagram Shield untuk Diameter Sedimen D60 = 1,481 Gambar 4.13 Diagram Shield untuk Diameter Sedimen D60 = 0,376
mm mm
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-14
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

Analisa Jarak Jatuh Sedimen


CR 1 CR 2 CR 3 CR 4 CR 5 CR 6
B Sungai (m) 12,50 12,50 12,50 12,50 12,50 12,50
Debit Banjir (m3/dtk)
Q2 53,50 53,50 53,50 53,50 53,50 53,50
Q5 62,57 62,57 62,57 62,57 62,57 62,57
Q10 67,32 67,32 67,32 67,32 67,32 67,32
Q20 71,21 71,21 71,21 71,21 71,21 71,21
Q25 71,95 71,95 71,95 71,95 71,95 71,95
Q50 75,64 75,64 75,64 75,64 75,64 75,64
Q100 78,66 78,66 78,66 78,66 78,66 78,66
Jarak Jatuh (m)
Q2 53,50 18,61 19,45 18,61 17,83 80,75
Q5 62,57 21,76 22,75 21,76 20,86 94,45
Q10 67,32 23,42 24,48 23,42 22,44 101,62
Q20 71,21 24,77 25,89 24,77 23,74 107,49
Q25 71,95 25,03 26,16 25,03 23,98 108,60
Q50 75,64 26,31 27,50 26,31 25,21 114,17
Q100 78,66 27,36 28,60 27,36 26,22 118,73
Tabel 4.6 Analisis Jarak Jatuh Sedimen Pada Masing-masing Debit Rencana
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-15
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

4.3.3 Kajian Sedimentasi


Sedimentasi di daerah aliran Sungai Terbangan dihitung dengan asumsi sebagai sedimen yang
dihitung dari erosi lahan. Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan dan
pengendapan material fragmental oleh air. Sedimentasi merupakan hasil proses erosi dan
biasanya dapat memberi dampak yang banyak, seperti :

1. Disungai

Pengendapan sedimen di dasar sungai menyebabkan naiknya dasar sungai


(pengendapan). Bila berlangsung terus maka kemampuan / daya tamping alur sungai
berkurang sehingga bila terjadi hujan deras mengakibatkan banjir.

a. Perhitungan Sedimentasi

Ukuran Partikel
Diameter Butiran yang digunakan sebagai analisa sedimentasi
(mm)
Rt - CR 1 Rt - CR 2 Rt - CR 3 Rt - CR 4 Rt - CR 5 Rt - CR 6
2 30,66 100,00 70,40 100,00 64,91 100,00 69,23 100,00 77,01 100,00 22,30 100,00
1 9,07 69,34 17,16 29,60 17,18 35,09 15,12 30,77 12,87 22,99 7,96 77,70
0,5 11,96 60,27 6,18 12,44 9,52 17,91 10,12 15,65 4,31 10,12 19,65 69,74
0,25 15,04 48,31 2,60 6,26 4,31 8,39 3,74 5,53 2,10 5,81 13,42 50,09
0,125 25,81 33,26 2,73 3,66 2,99 4,08 1,57 1,80 3,15 3,71 28,92 36,67
0,063 7,45 7,45 0,93 0,93 1,09 1,09 0,23 0,23 0,56 0,56 7,75 7,75
D60 (mm) 0,494 1,432 1,384 1,422 1,481 0,376
Kec. Jatuh (m/dtk) 0,08 0,23 0,22 0,23 0,24 0,053

Tabel 4.7 Diameter Butiran yang Digunakan sebagai Analisis Sedimentasi


Analisa Jarak Jatuh Sedimen
CR 1 CR 2 CR 3 CR 4 CR 5 CR 6
B Sungai (m) 12,50 12,50 12,50 12,50 12,50 12,50
Debit Banjir (m3/dtk)
Q2 53,50 53,50 53,50 53,50 53,50 53,50
Q5 62,57 62,57 62,57 62,57 62,57 62,57
Q10 67,32 67,32 67,32 67,32 67,32 67,32
Q20 71,21 71,21 71,21 71,21 71,21 71,21
Q25 71,95 71,95 71,95 71,95 71,95 71,95
Q50 75,64 75,64 75,64 75,64 75,64 75,64
Q100 78,66 78,66 78,66 78,66 78,66 78,66
Jarak Jatuh (m)
Q2 53,50 18,61 19,45 18,61 17,83 80,75
Q5 62,57 21,76 22,75 21,76 20,86 94,45
Q10 67,32 23,42 24,48 23,42 22,44 101,62
Q20 71,21 24,77 25,89 24,77 23,74 107,49
Q25 71,95 25,03 26,16 25,03 23,98 108,60
Q50 75,64 26,31 27,50 26,31 25,21 114,17
Q100 78,66 27,36 28,60 27,36 26,22 118,73

Tabel 4.8 Analisis Jarak Jatuh Sedimen


LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-16
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

b. Analisis Laju Sedimentasi pada Sungai Terbangan dengan Menggunakan Metode USLE

Uraian satuan Nilai Hitung

R = Hujan rata-rata bulanan mm 265,87

Indek Erodibilitas tanah fraksi pasir 100 -


2000 mm, bahan organik 1,5%, permeabilitas
K = 0,58
sangat lambat < 0,12 cm/jam, Struktur
Granular kasar

n = Koefisien Manning 0,03

Cp = Faktor Indek Pengolahan Tanah 0,10

E = Energi Kinetik Hujan ton.m/ha.cm 5.808,94


14,374 . R1,075

I 30 = Intensitas Hujan Maks. selama 30 menit mm 0,77

EI 30 = Indek Erosivitas Hujan ton.cm/ha.jam 44,67


E x I30.10-2

S = Kemiringan rata-rata DAS % 7,00

L = Panjang Lereng DAS km 3,38

A = Luas DAS ha 438,00

LS = Faktor kemiringan lereng 0,4 0,05

Epot = Erosi Potensial ########


R x K x LS x A

Eakt = Erosi Aktual 2.701,66


Epot x Cp

SDR = 0,56

Sed = Sedimentasi 1.516,84


Eakt x SDR

Laju Sed = Sed / A ton/ha/thn 3,46


Vol. Sed = m3/ha/thn 2,47

Total Sedimentasi m3/thn 1.083,46

Klasifikasi
1. Erosi Sangat Berat : Lebih dari 330 ton/ha/tahun
2. Erosi Berat : 125 - 330 ton/ha/tahun
3. Erosi Sedang : 50 - 125 ton/ha/tahun
4. Erosi Kecil : 12,5 - 50 ton/ha/tahun
5. Erosi Sangat Kecil : kurang dari 12,5 ton/ha/tahun

Tabel 4.9 Analisis Laju Sedimentasi pada Sungai Terbangan dengan Menggunakan
Metode USLE
LAPORAN PENYELIDIKAN SEDIMENTASI 4-17
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

4.3.4 Kesimpulan
Dari kegiatan survei hidrometri dan sedimentasi dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel sedimen berada di 6 lokasi, tiap lokasi diambil 3 titik sampel (kanan,
tengah, kiri);
2. Pengambilan 18 titik ini diharapkan dapat mewakili keadaan sedimentasi yang terjadi
di sepanjang sungai Terbangan dan dengan itu bisa mengatasi permasalahan sungai yang
disebabkan oleh sedimen baik sedimen suspended maupun sedimen bed load;
3. Dari hasil analisis terhadap hubungan antara kecepatan jatuh dengan diameter sedimen D60,
diperoleh bahwa semakin besar debit banjir rencana dan semakin kecil diameter sedimen, maka
akan semakin jauh titik jatuh dari pada sedimen itu sendiri;
4. Dari hasil analisis laju sedimentasi dengan menggunakan Metode USLE dapat disimpulkan
bahwa laju sedimentasi pada Sungai Kr. Terbangan “sangat kecil” yaitu sebesar 3,46 ton/ha/thn.
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

LAMPIRAN HASIL UJI


SUSPENDED LOAD
SID Pengendalian Banjir Sungai Kr. Terbangan Kec. Pasi Raja Kab. Aceh Selatan

LAMPIRAN HASIL UJI AIR SUNGAI

Anda mungkin juga menyukai