Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

RESUME VIDEO
KULTUR JARINGAN

Disusun oleh :

Kelompok VIIIB
Latifah Zulfaa 23020220140120

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. Pendahuluan

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara


mengisolasi bagian dari tanaman dalam kondisi aseptik. Kultur jaringan adalah
teknik budidaya dengan mengisolasi bagian tanaman (protoplas, sel, jaringan, dan
organ), kemudian dikulturkan pada nutrisi buatan yang aseptik sehingga bagian
tanaman tersebut menjadi tanaman yang lengkap (Harahap et al., 2019). Kultur
jaringan dilakukan dengan cara berbagai teknik. Terdapat 7 teknik kultur jaringan
yang dikembangkan antara lain adalah kultur meristem, kultur kalus, kultur
suspensi sel, kultur protoplas, kultur anther dan pollen, kultur endosperm, dan
kultur embrio (Kurnianingsih et al., 2020).
Teknik budidaya kultur jaringan memiliki keuntungan dan kekurangan.
Keuntungan dari teknik kultur jaringan adalah menghasilkan anakan yang bersifat
true-to-type, menghasilkan tumbuhan dewasa dengan relatif lebih cepat, tanaman
yang dihasilkan bersifat unggul, tidak memerlukan lahan pembibitan yang luas,
dan tidak tergantung musim dan faktor lingkungan (Mastuti, 2017). Selain itu,
teknik kultur jaringan juga memiliki kekurangan dalah satunya adalah tanaman
yang dihasilkan lemah dalam perakarannya. Kelemahan perbanyakan melalui
kultur jaringan antara lain adanya perubahan genetik yang dikenal dengan istilah
variasi somaklonal (Sitepu et al., 2019).
Jati merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis produk yang tinggi.
Umumnya tanaman jati dipanen setelah berumur lebih darisepuluh tahun. Namun,
seiring perkembangan teknologi muncullah jenis-jenis jati tertentu yang
berumurgenjah dengan kualitas produk yang baik. Tingkat kebutuhan pasar yang
tinggi menjadikan perbanyakan secara konvensional sangat menyulitkan sehingga
diperlukan teknologi seperti kultur jaringan yang menawarkan cara perbanyakan
tanaman dalam jumlah banyak dan waktu cepat.
II. Materi dan Metode

Materi yang disampaikan pada video praktikum teknologi benih acara


penetapan kultur jaringan terdiri dari alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah
gelas ukur berfungsi untuk mengukur larutan stok yang dibutuhkan, gelas beker
berfungsi untuk wadah campuran larutan stok, stirrer berfungsi untuk mengaduk
larutan, pH meter untuk mengukur pH larutan yang dibuat, panci untuk
memanaskan larutan yang telah ditambah agar-agar, botol kultur untuk tempat
media kultur, corong untuk memasukkan media kultur dalam botol, plastik dan
karet untuk menutup mulut botol kultur, autoklaf untuk sterilisasi basah media
kultur, LAF untuk tempat dalam inisiasi eksplan agar tetap steril, scalpel untuk
melukai batang jati, pinset untuk penananan planlet kedalam botol kultur, cawan
petri untuk meniriskan planlet yang direndam pada betadine, buret untuk
sterilisasi pijar, dan gunting untuk memotong daun jati yang telah tumbuh. Bahan
yang diperlukan adalah eksplan jati, stok A, B, dan C sebanyak 25 ml, vitamin 10
ml, ZPP PVP 1 ml, BAP 1 ml, gula 10 gr, aquades, NaOH, agar-agar 8 gr,
fungisida, bakterisida, antibakteri, antiseptic, sitrun, alkohol 90%, betadine,
larutan B1, rooton F, kompos, dan pasir.
Metode yang digunakan dalam penyampaian video praktikum teknologi
benih acara kultur jaringan yaitu pembuatan media kultur MS jati menggunakan
ZPT PVP dan BAP, media kultur disterilisasi basah dengan autoklaf, setelah itu
dilakukan tahap kultur jaringan eksplan jati dengan tahapan inisiasi eksplan,
multiplikasi, elongasi, dan aklimatisasi.

III. Hasil dan Pembahasan

Pembuatan Media MS Jati

Berdasarkan hasil pratikum yang disampaikan pada video langkah pertama


dalam kultur jaringan adalah pembuatan media seperti dalam pemaparan
praktikum menggunakan ZPT PVP dan BAP. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) adalah
zat yang berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan taksis tanaman. ZPT yang digunakan dalam praktikum ini adalah PVP
dan BAP. PVP (polyvinylpyrrolidone) merupakan jenis ZPT yang banyak
digunakan dalam kultur jaringan tanaman untuk mengurangi pencokelatan yang
dapat memberikan efek negatif terhadap daya hidup eksplan (Roostika et al.,
2015). ZPT yang selanjutnya digunakan adalah BAP yang termasuk dalam jenis
hormon sitokinin. BAP (Benzylaminopurin) adalah salah satu jenis hormon
sitokinin yang berperan aktif dalam pembelahan sel (Sagai et al., 2016).
Tahapan pembuatan media MS jati diawali dengan mengukur stok A, B, dan
C sebanyak 25 ml, vitamin 10 ml, ZPP PVP 1 ml, dan BAP 1 ml. larutan yang
telah diukur dituang kedalam gelas beker ditambahkan gula 10 gr dan aquades
100 ml kemudian dihomogenkan menggunakan stirrer dengan kecepatan 270
rpm. Larutan yang telah homogen dipindahkan kedalam panci untuk dipanaskan
dan ditambahkan agar-agar 8gr dengan api kecil sampai mendidih. Kemudian,
dituangkan kedalam botol kultur sebanyak 25ml dan ditutup dengan plastik dan
karet. Botol kultur yang berisi media disterilisasi basah dengan autoklaf
bertekanan 2 atm dalam waktu 15 menit.

Tahapan Kultur Jaringan

Inisiasi Eksplan

Inisiasi eksplan adalah langkah awal dalam pembuatan kultur jaringan yang
menentukan keberhasilan dalam teknik kultur jaringan. Inisiasi eksplan
merupakan upaya untuk menumbuhkan meristem atau bagian tanaman (mata
tunas, ujung akar, ujung daun muda, keping biji, dan sebagainya) agar tumbuh
dalam botol bebas hama dan penyakit dan dalam kondisi aseptik (Gusmiaty et al.,
2019). Praktikum ini menggunakan eksplan tunas yang diambil dari pucuk tunas
jadi yang dipotonng sebesar 3-5cm. Tunas dibersihkan menggunakan sikat dan air
mengalir lalu direndam menggunakan fungisida, bakterisida, antibakteri,
antiseptik, dan sitrun selama 30menit kemudian dibilas air steril, dilakukan
sebanyak 4 kali. Setelah itu, langkah selanjutnya dilakukan dalam LAF (laminar
air flow). Eksplan jati direndam dalam alkohol 70% selama 1 menit dan dibilas air
steril sebanyak 3 kali, dilanjutkan dengan direndam bayclean yang dilarutkan
dalam aquades dengan perbandingan 1:4 selama 10menit dan dibilas air steril
sebanyak 4 kali. Sebelum eksplan ditanam dalam media, tunas dilukai terlebih
dahulu dengan scalpel. Seluruh alat yang digunakan harus distrerilisasi pijar agar
tidak terkontaminasi. Tunas yang telah dilukai direndam dalam campuran
betadine dengan air dan ditiriskan pada tissue yang telah diberi alkohol 70%.
Penanaman eksplan pada media kultur ditempatkan secara tegak lurus, usahakan
proses penanaman didekatkan dengan bunsen agar tetap steril. Kemudian, mulut
botol ditutup dengan plastik dan karet serta diberi plastik wrapping.

Multiplikasi

Multiplikasi adalah tahap yang dilakukan untuk memperbanyak eksplan dari


tanaman eksplan yang telah ditanam. Multiplikasi merupakan metode untuk
meningkatkan perbanyakan pucuk atau tunas pada plantlet (Aziz et al., 2017).
Metode multiplikasi dilakukan dengan cara mengeluarkan eksplan dari botol
kultur menggunakan pinset secara hari-hati. Plantlet dikurangi jumlah daunnya
untuk merangsang pertumbuhan jaringan baru. Plantlet dipecah berdasarkan
jumlah tunas kemudian dilakukan kembali metode inisiasi.

Elongasi

Elongasi adalah proses pemanjangan tunas tanaman. Tahap elongasi adalah


proses penambahan panjang tunas aksiler (Sianturi et al., 2017). Ketika tahap
elongasi eksplan diamati pertumbuhannya dan ada tidaknya kontaminasi.

Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah proses memindahkan eksplan dari botol kultur ke media


tanam diluar botol. Aklimatisasi adalah upaya mengondisikan plantlet hasil
perbanyakan kultur jaringan ke lingkungan di luar botol atau pembiasaan tanaman
eksplan dari media botol ke media tanah (Purmadewi et al., 2019). Tahapan yang
dilakukan pada metode aklimatisasi adalah eksplan direndam pada bakterisida
selama 15 menit dan dibilas dengan air sebanyang 3 kali. Eksplan juga direndam
dalam B1 selama 15 menit kemunian diolesi rootone F kemudian ditanam pada
media aklimatisasi berupa campuran kompos dan pasir dengan perbandingan 1:3.
Eksplan yang telah ditanam diseprot dengan B1 kemudian wadah aklimatisasi
diselungkup menggunakan plastik.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan video praktikum teknologi benih acara kultur


jaringan dapat disimpulkan bahwa kultur jaringan adalah teknik budidaya dengan
mengisolasi bagian tanaman pada nutrisi buatan yang aseptik. Kultur yang
digunakan dalam praktikum ini menggunakan tanaman jati dengan media ZPT
PVP dan BAP. Langkah-langkah dalam kultur jaringan yaitu inisiasi eksplan,
multiplikasi, elongasi, dan aklimatisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz A. M., E. Faridah, S. Indrioko, dan T. Herawan. 2017. Induksi tunas,


multiplikasi dan perakaran Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke secara in
vitro. J. Pemuliaan Tanaman Hutan. 11 (1) : 155-168.

Gusmiaty, M. Restu, dan M. U. AR. 2019. Aplikasi berbagai zat antioksidan


sebagai penghambat browning media tanam eksplan jati putih (Gmelina
arborea Roxb) secara in-vitro. J. Eboni. 1 (1) : 12-24.

Harahap, F., A. Hasanah, H. Insani, N. K. Harahap, M. D. Pinem, S. Edi, H.


Sipahutar, dan R. Silaban. 2019. Kultur jaringan nanas. Media Sahabat
Cendekia. Surabaya.

Kurnianingsih, R., M. Ghazali, S. Rosidah, A. Muspiah, S. P. Astuti, dan A.


Nikmatullah. 2020. Pelatihan teknik dasar kultur jaringan tumbuhan.
JMM (J. Masyarakat Mandiri). 4 (5) : 888-896.

Mastuti, R. 2017. Dasar-Dasar Kultur Jaringan Tumbuhan. Universitas Brawijaya


Press. Malang.

Purmadewi, G. C., A. S. Wulandari, dan R. U. D. Sianturi. 2019. Pengaruh


metode pengakaran dan media aklimatisasi terhadap keberhasilan
aklimatisasi tembesu (Fagraea fragrans (Roxb.) Miq.). J. Perbenihan
Tanaman Hutan. 7 (1) : 1-12.

Roostika, I., R. P. D. L. Wati, dan D. Sukmadjaja. 2015. Pengaruh PVP dan


DIECA terhadap regenerasi meristem tebu. Buletin Tanaman Tembakau,
Serat, dan Minyak Industri. 7 (1) : 9−14

Sagai, E., B. Doodoh, dan D. Kojoh. 2016. Pengaruh zat pengatur tumbuh Benzil
Amino Purin (BAP) terhadap induksi dan multiplikasi tunas brokoli
Brassica oleraceae L. var. italica Plenck. J. COCOS. 7 (6) : 1-10.

Sianturi, R. D., S. Supriyanto, A. S. Wulandari, dan B. Subandy. 2017. Regenerasi


tunas adventif dari eksplan daun tembesu (Fagraea Fragrans Roxb.)
Melalui teknik kultur jaringan (regeneration of adventitious shoots from
leaf explant of tembesu (Fagraea Fragrans Roxb.) by tissue culture). J.
Penelitian Hutan Tanaman. 14 (1) : 1-17.

Sitepu, A. F., E. S. Bayu, dan L. A. M. Siregar. 2019. Analysis of PCR


amplification of date palm (Pheonix dactylifera L.) genotypes based on
RAPD primers. J. Online Agroekoteknologi. 7 (3) : 502-507.

Anda mungkin juga menyukai