Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

CROP WATER REQUIRMENT

Oleh :
Bagaskara Bima Abiyoga Putra
NIM 20171020189

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
D AFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................ v


DAFTAR TABEL ........................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ vii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................. 1


1.1 Latar Belakang ........................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................ 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................. 2


2.1 Kebutuhan Air Secara Agoklimatologis ........................................................ 2
2.1.1 Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah...................................... 3
2.1.2 Kebutuhan Air untuk Konsumtip...................................................... 5
2.1.3 Pergantian Lapisan Air ........................................................ 8
2.1.4 Curah hujan Efektif ........................................................ 8
2.2 Peta Zom BMKG ........................................................ 10

BAB 3. METODOLOGI .................................. 5


3.1 Bahan dan Alat ........................................................ 7
3.2 Metoda ........................................................ 12
3.2.1 ID-Mahasiswa ........................................................ 13
3.2.2 Penetapan Awal Musim Penghujan................................................. 13
3.2.3 Penentuan Jenis Tanah ........................................................ 13
3.2.4 Penentuan Evaporasi dan Evapotranspirasi............................... 15
3.2.5 Penentuan Curah Hujan Efektif ........................................................ 15
3.2.6 Penentuan Koefisien Tanaman ........................................................ 15
3.2.7 Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah...................................... 15
3.2.8 Kebutuhan Air Irigasi ........................................................ 16
3.2.9 Kebutuhan air irigasi netto di lapang............................................. 16

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................. 17


4.1 Waktu dan Tempat Praktikum (15) ........................................................ 17
4.2 Data Klimatologi (15) ........................................................ 17
4.3 Data Hujan (15) ........................................................ 17
4.4 Potensi dan Karakterik Tanah (15) ........................................................ 17
4.5 Kebutuhan Air Secara Agroklimatologis (40)............................................. 17

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................


5.1 Kesimpulan ........................................................
5.2 Saran ........................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iklim dunia yang tidak menentu saat ini, menyebabkan perubahan di berbagai
departemen. Salah satu industri yang paling terpengaruh oleh perubahan ini adalah
sektor pertanian dimana cuaca ekstrim menyebabkan petani mengalami gagal panen
atau penundaan penanaman karena cuaca buruk berdasarkan perkiraan saat ini.

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang terdapat pada sebuah bidang datar
sampai batas tertentu. Peta harus menunjukkan lokasi objek atau di suatu tempat
memberikan gambaran kasar tentang permukaan bumi yang meliputi bentuk, luas, dan
jarak dari satu tempat ke tempat lain, dan tampilan lanskap suatu daerah, seperti relief,
pegunungan, dll.

Dalam hal penggunaan air, khususnya di bidang pertanian, untuk pemenuhan


kebutuhan Pangan dan Pembangunan Daerah, Pemerintah Indonesia
menyelenggarakan pekerjaan pembangunan di bidang pengairan dengan tujuan:
masyarakat merasakan langsung dalam memenuhi kebutuhan air

1.2 Tujuan

Menghitung netto kebutuhan air di lapang (Net Filed Requirement)

1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Air Secara Agoklimatologis

Pendekatan kebutuhan Air untuk tanaman secara metode agroklimatologis


merupakan pendekatan kebutuhan air berdasarkan (i) data klimatologis dan (ii) sifat
dan karakteristik tanah. Kebutuhan air untuk tanaman di lahan pertanian dinyatakan
dalam kebutuhan air petak (NFR, Net Field Requirement) ditentukan persamaan sebagai
berikut :

NFR Padi
NFRpadi = LP + ETPadi + WLR + P - Repadi ... (1a)
NFR Polowijo
NFRplw = ETPlw - Replw ... (1b)
NFR Polowijo
NFRtebu = ETTebu - Retebu ... (1c)
dimana : NFRpadi = netto kebutuhan air padi sawah (mm/hari)
NFRplw = netto kebutuhan air polowijo (mm/hari)
NFRtebu = netto kebutuhan air tebu (mm/hari)
LP = kebutuhan air untuk persiapan lahan (mm/hari)
ETcrop = kebutuhan air untuk kebutuhan konsumtip
tanaman (mm/hari)
WLR = kebutuhan air untuk pergantian lapisan air
P = perkolasi (mm/hari)
Repadi = curah hujan efektif untuk padi sawah (mm/hari)
Replw = curah hujan efektif untuk polowijo (mm/hari)
Retebu = curah hujan efektif untuk tebu (mm/hari)

Berdasarkan persamaan komponen-komponen neraca air sebagai berikut


(Direktorat Jenderal Pengairan - Deparetemen Pekerjaan Umum (KP-01), 1986):

(1) kebutuhan air untuk pengolahan tanah,

(2) kebutuhan air untuk konsumtip,

(3) kebutuhan air akibat kehilangan air dalam distribusi air bawah tanah
(perkolasi),

(4) kebutuhan air untuk perggantian genangan, dan

2
3

(5) curah hujan efektif.

Komponen-komponen kebutuhan air untuk tanaman dan irigasi ini akan dibahas
pada bab-bab berikut ini.

2.1.1 Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah tahap mempersiapkan tanah agar sesuai dengan


pertumbuhan tanam. Pengolahan tanah pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :

(1) Pengolahan tanah untuk tanaman polowijo

Pengolahan tanah untuk tanaman polowijo merupakan aktivitas


pembentukan struktur tanah menjadi remah, dan selanjutnya dibentuk
guludan. Aktivitas ini tidak membutuhkan air yang berlebihan.

(2) Pengolahan Tanah Tanaman Padi Sawah

Pengolahan tanah tanaman padi sawah juga membentuk struktur tanah


remah. Selain membentuk struktur tanah yang remah juga diperlukan
pembentukan lumpur agar dapat menekan pertumbuhan gulma. Sehingga
aktivitas pengolahan tanah tanaman padi sawah ini membutuhkan air yang
lebih besar daripada pertumbuhan.

Menurut Sitanala Arsyad (1989), hasil percobaan pada sawah Pemali dan
Cirebon kebutuhan air untuk pengolahan tanah berkisar antara 0.90 liter/detik/hektar
sampai 1.20 liter/detik/hektar. Sedangkan Goor, G.A.W. van de (1973) dalam Anonim
(1980) menyatakan jumlah air yang dipergunakan untuk tahap pengolahan bervariasi
dari 100 sampai 350 mm tergantung pada kondisi tanah dan lingkungan.

Kebutuhan air untuk pengolahan tanah tanaman padi sawah ini didekati dengan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) dalam Direktorat
Jenderal Pengairan - Depertemen Pekerjaan Umum (1986), dengan persamaan sebagai
berikut :

... (2)

dimana : LP = kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm/hari)


M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang
sudah dijenuhkan
M = Eo + P (mm/hari)
4

Eo = evaporasi potensial (mm/hari)


=
P = perkolasi (mm/hari)
K =
T = jangka waktu penyipan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan dan
ketinggian lapisan air
Komponen yang berperanan dalam penentuan kebutuhan air untuk pengolahan
tanah tanaman padi sawah adalah

(1) Evaporasi

Evaporasi merupakan proses perubahan air menjadi uap air dari


permukaan air bebas. Dalam perhitungan kebutuhan air untuk tanaman,
evaporasi diasumsikan sebesar 1,10 x Nilai Evapotranspirasi Potensial.

(2) Perkolasi

Pada kondisi tanah jenuh, maka terjadi pergerakan air dalam lapisan tanah
ke arah vertikal. Proses ini merupakan proses kehilangan air yang terjadi
pada penanaman padi sawah, yang dikenal sebagai proses perkolasi.
Nilai perkolasi ini didekati berdasarkan laju infiltrasi konstan yang
tergantung pada tekstur tanah. Tanah berdominan liat (tanah berat), laju
perkolasi semakin tinggi dibandingkan dengan tanah yang berdominan
pasir. Daerah-daerah dengan kandungan liat yang cukup tinggi dan diolah
dalam jangka waktu yang lama dapat, laju perkolasi dapat bernilai lebih
kecil, karena telah terbentuk lapisan padas (hardpan).
Fukuda, 1974 dalam Anonim, 1977 menyatakan pendekatan nilai perkolasi
berdasarkan tekstur tanah adalah sebagai berikut :

a. tanah yang bertekstur berat mempunyai laju perkolasi berkisar antara


1 mm/hari sampai 2 mm/hari;

b. tanah yang bertekstur sedang mempunyai laju perkolasi berkisar


antara 2 mm/hari sampai 3 mm/hari; dan

c. tanah yang bertektur ringan mempunyai laju perkolasi berkisar antara


3 mm/hari sampai 6 mm/hari.

(3) Jangka Waktu Penyiapan Lahan


5

Penyiapan lahan merupakan kegiatan pengolahan tanah (bajak dan singkat,


serta perataan/pelumpuran). Selain pengolahan tanah, kegiatan lain dalam
penyiapan lahan adalah transplantasi (pemindahan bibit ke sawah).
Jangka Waktu Penyiapan Lahan ditentukan oleh ketersediaan tenaga kerja
dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah dan kebiasaan
petani setempat. Untuk daerah-daerah proyek baru, jangka waktu
penyiapan lahan diasumsikan sebesar 1,5 bulan dan jika dipergunakan
peralatan mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan
diambil 1 (satu) bulan.

(4) Kebutuhan Air Untuk Penjenuhan Dan Ketinggian Lapisan Air

Kebutuhan air untuk penjenuhan pada tergantung dari kapasitas menahan


air (water holding capacity) dengan persamaan :

... (3)
dimana : ΔS = beda kadar air antara titik kapasitas lapang
dengan 30% dari titik layu permanen (mm)
ΔT = ketinggian lapisan air (mm)
Pada umumnya kebutuhan air untuk penjenuhan untuk tanah yang
bertektur ringan berkisar 200 - 250 mm, tanah yang bertekstur sedang
sampai berat berkisar antara 200 - 250 mm. Sedangkan ketinggian lapisan
air diasumsikan sebesar 50 mm.

2.1.2 Kebutuhan Air untuk Konsumtip

Kebutuhan air untuk pertumbuhan atau penggunaan konsumtif (consumtive


use) didekati dengan kebutuhan air tanaman (crop water requirement) yang
dikemukakan oleh Dorenboss dan Pruitt (1977), Crop Water Requirement, FAO.

Menurut Dorenboss dan Pruitt (1977), kebutuhan air tanaman (crop water
requirement) merupakan kedalaman air yang diperlukan untuk memenuhi
evapotranspirasi tanaman yang bebas penyakit, tumbuh di areal pertanian pada
kondisi cukup air dari kesuburan tanah dengan potensi pertumbuhan yang baik dan
tingkat lingkungan pertumbuhan yang baik.

Kebutuhan air untuk tanaman ini didekati dengan persamaan sebagai berikut :

... (4)
6

dimana : ETcrop = kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari)


ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
kc = koefisien tanaman

Persamaan kebutuhan air untuk konsumtip mempunyai komponen, yaitu :

(1) Koefisien Tanaman

Nilai Faktor kc padi, polowijo (kedelai, jagung dan kacang tanah), dan tebu
disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nilai Kc Tanaman Padi, Polowijo dan Tebu

Periode Padi Polowijo Tebu Keterangan


10 Kedele Jagung Kacang Rata- Tanam Tebang
Harian Tanah rata (Plant (Ratoon
Cane) cane)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. 1,00 1,10 0,50 0,30 0,30 0,37 0,45 1,05
2. 1,15 1,10 0,65 0,38 0,30 0,44 0,45 1,05
3. 1,25 1,10 0,75 0,68 0,43 0,62 0,45 1,05
4. 1,35 1,05 1,00 0,98 0,68 0,89 0,46 1,05
5. 1,39 1,05 1,00 1,10 0,91 1,00 0,48 1,05
6. 1,32 1,05 1,00 1,05 0,95 1,00 0,50 1,05
7. 1,21 0,95 0,82 0,78 0,95 0,85 0,52 1,05
8. 1,09 0,95 0,72 0,60 0,85 0,72 0,55 1,05
9. 0,45 0,65 0,55 0,58 0,80
10. 0,63 0,80
11. 0,68 0,80
12. 0,72 0,80

Sumber : *)Anomim 1986


**)Doorenbos, J. dan W. O. Pruitt, 1977

(2) Evapotranspirasi potensial (ETo)

Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah laju evapotranspirasi dari tanaman


rumput dengan tinggi seragam antara 8 cm sampai 15 cm, tumbuh secara
aktif menutupi permukaan tanah secara bersamaan pada kondisi tidak
kekurangan air.
Pendugaan Evapotranspirasi potensial diduga berdasarkan metode Penman
yang telah dimodifikasi dengan persamaan sebagai berikut (Dorenboss and
Pruitt, 1977) :

... (5)

dimana : ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)


W = faktor bobot
7

=
= kemiringan kurva tekanan uap air jenuh
terhadap suhu (mbar/oC)

γ = konstanta psikhrometrik
=
Rn = radiasi netto (mm/hari)
=
Rs = radiasi netto gelombang pendek

Ra = radiasi extra teressial (mm/hari)


=
Gsc = solar constant
= 0.0820 MJ m-2 min-1,
dr = inverse relative distance Earth-Sun
 2 
1  0,033 cos J
=  365 
ωs = sunset hour angle (rad)
= arc. cos tan tan 
φ = latitude (rad)
    
  0  menit  det ik  
60 3600  180
= 
δ = solar declination (rad).
 2 
0,409 sin J  1,39 
=  365 
J = jumlah hari dalam satu tahun
= INT(30,4  M - 15)
untuk prakiraan bulanan
Rnl = radiasi gelombang panjang

= konstanta Stefan-Bolzman
(2.01 x 10-9 mm/hari)
T = suhu mutlak
ea = tekanan udara jenuh
= rasio lama penyinaran
f(u) = fungsi kecepatan angin

uz = kecepatan angin (m/detik)


8

zu = ketinggian alat pengukur angin (m)


ea = tekanan uap air jenuh
=
ed = tekanan uap air nyata
=
z = elevasi dari permukaan air laut (m)
T = suhu udara rata-rata (°C)

c = faktor koreksi

2.1.3 Pergantian Lapisan Air

Menurut Sitanala Arsyad (1989), pertumbuhan dan produksi padi terbaik


dicapai pada tanah tergenang dengan tinggi lapisan genangan kurang lebih 5 cm.
Penggenangan lebih dari 10 cm dapat mempertinggi sterilisasi varietas, sehingga dapat
menghambat pembentukan anakan.

Efek reduksi pada tanah dan pertumbuhan tanaman dapat dikurangi dengan
melakukan pergantian lapisan genangan. Pergantian lapisan genangan air dilakukan
dua kali, masing-masing 50 mm (2.5 mm/hari sebulan) selama 20 hari yang dilakukan
satu bulan, dan dua bulan setelah transplantasi (Standard Perencanaan Irigasi - DPU,
1986).

2.1.4 Curah hujan Efektif

Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi tanaman, perkolasi
dan lain-lain. Curah hujan efektif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) curah hujan
9

efektif untuk padi; (ii) curah hujan efektif untuk polowijo dan (iii) curah hujan efektif
untuk tebu.

A. Curah Hujan Efektif untuk Padi


Curah hujan efektif untuk tanaman padi sawah dihitung berdasarkan 70 persen
dari curah hujan andalan 80% dengan persamaan sebagai berikut (Direktorat
Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, 1986) :

... (6)
dimana : Repadi = curah hujan effektif untuk sawah (mm/hari)
= rata-rata curah hujan wilayah andalan dengan
peluang kemungkinan terpenuhi 20% (mm)
=
= rata-rata curah hujan wilayah (mm)

Ri = curah hujan stasiun ke-i pada periode


ke-i
n = jumlah stasiun
m = jumlah data
K = nilai Z dalam sebaran normal (0.8416)
n = standard deviasi

B. Curah Hujan Efektif untuk Polowijo


Curah hujan efektif untuk tanaman palawija ditentukan berdasarkan
evapotranspitasi yang terjadi, hujan dan ketersediaan air tanah yang siap dipakai
(didekati dengan kedalaman perakaran) dengan persamaan sebagai berikut :

... (7)

dimana : Replw = Hujan efektif palawija (mm/hari)


= rata-rata curah hujan wilayah (mm)

Rij = curah hujan stasiun ke-i pada periode ke-j


D = Ketersediaan air tanah yang siap dipakai (mm)
- Kedelai : D = 75 cm
10

- Jagung : D = 80 cm
- Kacang Tanah : D = 55 cm
- Bawang : D = 35 cm

Pada umumnya curah hujan efektif untuk tanaman padi rata-rata menunjukkan
bahwa curah hujan efektif terjadi mulai bulan Oktober sampai Juni. Pengolahan
tanah padi sawah diperlukan curah hujan efektif kira-kira sebesar 2 mm/hari.
Oleh karena itu, perencanaan awal musim tanam pertama ditentukan pada curah
hujan lehih besar atau sama dengan 2 mm/hari.

2.2 Peta Zom BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan


dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau yang diterbitkan setiap
bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap bulan Agustus.

Buku Prakiraan Musim Hujan 2020/2021 ini memuat informasi Prakiraan Awal
Musim Hujan 2020/2021, Perbandingan antara Prakiraan Awal Musim Hujan
2020/2021 terhadap Rata-Rata atau Normalnya selama 30 tahun (1981-2010),
Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Hujan 2020/2021, dan Prakiraan Puncak
Musim Hujan 2020/2021.

Keragaman kondisi topografi wilayah Indonesia yang merupakan daerah


pegunungan, berlembah, banyak pantai, merupakan faktor lokal yang menambah
beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun
waktu. Berdasarkan hasil analisis data rata-rata 30 tahun (1981-2010), wilayah
Indonesia memiliki 407 pola iklim, dimana 342 pola merupakan Zona Musim (ZOM)
yang umumnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan musim
kemarau, sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non
ZOM adalah daerah dimana sepanjang tahun curah hujannya selalu tinggi atau selalu
rendah.
11

Tabel 2.2 Zona Musim (ZOM) Kabupaten Jember

No. No Zom Daerah/Kabupaten Awal Musim Antara Sifat Puncak Keterangan


Hujan Perbandin Hujan Musim
gan Thd
Rata- rata
(Dasarian)

1. 187 Jember bagian utara Okt III - Nov II +1 A JAN 2021


2. 188 Jember bagian barat laut Okt II - Nov I +1 A JAN2021
3. 189 Jember bagian tengah Nov I - Nov III +2 A JAN 2021
4. 190 Jember bagian selatan Nov II - Des I 0 N JAN 2021
5. 191 Jember bagian timur, Nov I - Nov III +3 A FEB 2021
Banyuwangi bagian barat

2.3 Peta Jenis Tanah

Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Timur Skala 1:250.000 (Lembaga Penelitian
Tanah, 1966).

Tabel 2.3 Format Tabel

No.

1.
2.
3.
4.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Bahan, Alat dan Software

Data yang dipergunakan adalah data spasial sebagai berikut :

Data yang dipergunakan adalah data spasial sebagai berikut :

(1) Data Klimatologi STA Jubung

(2) Data hujan Dam Tugusari, Dam Langkap, Darungan dan Semboro

(3) Data Tanaman Padi dan Polowijo Softaware yang dipergunakan adalah Map
Info Profesional 12 Metoda

Metoda yang dipergunakan dalam pembuatan peta insert disajikan pada :

Gambar 3.1 Metodologi Praktikum

3.1.1 ID-Mahasiswa

ID-Mahasiswa merupakan rekap dbase analisis yang dilakukan. Nama file


dirubah menjadi B7-20-1089_Bagaskara Bima Abiyoga Putra (K=kelas; M=nomor
kelompok; TT = tahun angkatan; NNNN = nomor urut NIM).

12
13

3.1.2 Penetapan Awal Musim Penghujan

Penentuan awal musim Awal Musim Hujan 2021/2022 dilakukan dengan


menginterpolasi Peta Prakiraan Awal Musim Hujan 2021/2022 ZOM di Jawa Timur
berdasarkan lokasi spasial (BMKG, 2022).

Penetapan awal musim penghujan akan dipergunakan dalam menghitung


kebutuhan air selama penyiapan lahan

3.1.3 Penentuan Jenis Tanah

Penentuan jenis tanah diinterpretasikan berdasarkan jenis tanah dengan Peta


Tanah Tinjau Provinsi Jawa Timur Skala 1:250.000 (Lembaga Penelitian Tanah, 1966).

Berdasarkan jenis tanah maka diinterpretasi tekstur tanah dengan asumsi


sebagai berikut :

Berdasarkan tekstur tanah maka dapat ditentukan

(1) Laju perkolasi

dimana : p = laju perkolasi (mm/hari)

(2) Kebutuhan penjenuhan

Kebutuhan penjenuhan yang diperlukan untuk memenuhi ruang pori tanah.

dimana : s = kebutuhan penjenuhan (mm)

Ketinggian air diasumsikan sebesar 50 mm.


Penentuan laju perkolasi dan penjenuhan tanah akan dipergunakan dalam
menghitung kebutuhan air selama penyiapan lahan
14

3.1.4 Penentuan Evaporasi dan Evapotranspirasi

A. Data klimatologi
Data klimatologi yang dipergunakan adalah data klimatologi yang tercatat di
stasiun Jenggawah dengan komponen klimatologi sebagai berikut : (i) Suhu udara rata-
rata ; (ii) Kelembapan udara relatif ; (iii) Lama Penyinaran Matahari , (iv) Kecepatan
Angin

B. Penentuan Evaporasi dan Evapotranspirasi


Penentuan Evapotranspirasi Potensial dilakukan berdasarkan Metode Penman
dengan persamaan (5) sedangan penentuan Evaporasi Potensial dengan persamaan: Eo
= 1,1 x ETo.

3.1.5 Penentuan Curah Hujan Efektif

A. Data Hujan
Data hujan yang dipergunakan adalah data hujan yang tercatat pada stasiun (i)
stasiun Sta. Jatisari; (ii) stasiun Sta. Sanenrejo; (iii) stasiun Sta. Sabrang DM.4 dan (iv)
stasiun Sta. Sumberejo dengan lama pengamatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun
2018.

B. Curah hujan efektif


Data hujan diinterpretasikan dalam curah hujan efektif untuk padi dengan
menggunakan persamaan (6) dan curah hujan efektif untuk polowijo (7).

Curah hujan efektif untuk padi disajikan pada Lampiran 1.1 .

3.1.6 Penentuan Koefisien Tanaman

Koefisien tanaman ditentukan berdasarkan Tabel 2.1. Berdasarkan koefisien


tanaman dan evapotranspirasi potensial maka ditentukan evapotranspirasi tanaman
(kebutuhan konsumtif)

3.1.7 Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

Kebutuhan air untuk pengolahan Tanah didekati dengan persamaan (2) dengan
komponen :
15

(1) Laju perkolasi dari interpretasi jenis tanah;

(2) jangka waktu penyipan lahan berdasarkan interpretasi data tanaman (hari)

(3) kebutuhan air untuk penjenuhan dan ketinggian lapisan air berdasarkan
interpretasi jenis tanah.

3.1.8 Kebutuhan air irigasi netto di lapang

Kebutuhan air untuk tanaman di lahan pertanian dinyatakan dalam kebutuhan


air petak (NFR, Net Field Requirement). Kebutuhan Air Irigasi Petak Tersier dihitung
dengan menggunakan persamaan (1a) untuk padi, persamaan (1b) untuk polowijo
dan persamaan (1c) untuk tebu dengan komponen sebagai berikut :

(1) Evaporasi merupakan proses perubahan air menjadi uap air dari
permukaan air bebas. Dalam perhitungan kebutuhan air untuk tanaman,
evaporasi diasumsikan sebesar 1,10 x Nilai Evapotranspirasi Potensial.

(2) Perkolasi didekati berdasarkan tekstur tanah

(3) Pergantian lapisan genangan air dilakukan dua kali, masing-masing 50 mm


(2.5 mm/hari sebulan) selama 20 hari yang dilakukan satu bulan, dan dua
bulan setelah transplantasi

(4) Efisiensi petak tersuer ditentukan 80%

Kebutuhan air irigasi dihitung dengan tiga periode awal tanam.

Kebutuhan air irigasi netto di lapang dihitung dengan :

NFR

dimana : NFR = Kebutuhan air irigasi netto di lapang (l/detik)


NFRi = Kebutuhan air irigasi netto di lapang pada dekade
awal tanam ke - i (l/detik)

Sedangkan debit rencana sebagai berikut :

dimana : QPetak Tersier = Debit rencana petak tersier (l/detik)


A = Luas layanan petak tersier (l/detik)
NFR = Kebutuhan air irigasi netto di lapang (l/detik)
ηTersier = efisiensi tersier
16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Waktu dan Tempat Praktikum (15)

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober dengan lokasi Kecamatan


Jenggawah. Lokasi ini terletak pada -8,285189 Lintang Selatan dan 113,757677 E
56.28’’ Bujur Timur, seperti tersaji Gambar 4,1 .

Batas lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Sabrang

b. Sebelah Timur : Kecamatan Wuluhan

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Ambulu

d. Sebelah Barat : Kecamatan Silo

Secara adminitrasi pemerintahan, lokasi penelitian termasuk dalam Kecamatan


Jenggawah - Kabupaten/kota Jember.

4.2 Data Klimatologi (15)

Data diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sta.Jenggawah dengan data pengamatan


dan perhitungan evapotranspirasi potensi berdasarkan Metode Penman disajikan pada
Lampiran 1.2.

17
18

Gambar 4.2 Peta Lokasi


4.3 Data Hujan (15)

Data hujan diperoleh dari beberapa stasiun hujan; yaitu (i) stasiun Sta. Jatisari;
(ii) stasiun Sta. Sanenrejo; (iii) stasiun Sta. Sabrang DM.4 dan (iv). Data pengamatan
disajikan pada Lampiran 1.3.

4.4 Awal Musim Hujan

Penentuan awal musim Awal Musim Hujan 2021/2022 dilakukan dengan


menginterpolasi Peta Prakiraan Awal Musim Hujan 2021/2022 ZOM di Jawa Timur
berdasarkan lokasi spasial (BMKG, 2022). Hasil interpretasi awal hujan menunjukkan
lokasi kajian termasuk dalam nomor zom (zona musim) 189 Kabupaten Jember Bagian
Barat Laut dengan awal musim Oktober periode III (Gambar 4.2).

4.5 Potensi dan Karakterik Tanah (15)

Interpretasi jenis tanah berdasarkan Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Timur
Skala 1:250.000 (Lembaga Penelitian Tanah, 1966) disajikan Gambar 4.3. Hasil
interpretasi menunjukkan jenis tanah latosol dengan tekstur tanah agak halus, maka

(1) Laju perkolasi sebesar 2,5 mm/hari

(2) Kebutuhan penjenuhan sebesar 250 mm dengan ketinggian air diasumsikan


sebesar 50 mm.

Penentuan laju perkolasi dan penjenuhan tanah akan dipergunakan dalam


menghitung kebutuhan air selama penyiapan lahan

4.6 Kebutuhan Air Secara Agroklimatologis (40)

Perhitungan Kebutuhan air untuk pengolahan tanah disajikan pada Lampiran


Tabel Kebutuhan Air dan perhituangan kebutuhan air untuk tanaman di lahan
pertanian dinyatakan dalam kebutuhan air petak (NFR, Net Field Requirement) dengan
tiga periode awal tanam.

Kebutuhan air petak (NFR, Net Field Requirement) maksimum diperoleh sebesar
1.51 (Tabel 1.4).

19
20

Gambar 4.3 Peta Lokasi


21

Gambar 4.4 Peta Jenis Tanah


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peta wilayah penelitian Lokasi kajian ini dilakukan di Daerah Kecamatan


Jenggawah, kabupaten jember. Lokasi kajian ini terletak pada -8,285189
Lintang selatan dan 113,757677 E 56.28’’ Bujur timur. Dalam kajian ini,
jumlah sta yang digunakan yaitu berjumlah 4 stasiun hujan yaitu Sta.
Jatisari, stasiun Sta. Sanenrejo, Sta. Sabrang DM.4 Sta. Sumberejo.

2. Analisis awal tanam pada kecamatan Jenggawah terjadi pada bulan


Oktober Dekade III, dengan kode Zona Musim 189 yaitu pada kabupaten
Jember bagian barat laut.

3. Peta Jenis tanah Pada kecamatan Jenggawah yaitu terletak pada kode 189
pada kabupaten jember Bagian Barat Laut, dengan jenis tanah Latosol
memilik tekstur tanah agak halus dan perkolasi 2,5 mm/hari.

4. Berdasarkan tabel data rata rata curah hujan efektif wilayah pada
kecamatan bangsalsari yang diambil dari 4 stasiun hujan Jatisari,
Sanenrejo, Sabrang DM.4, Sumberejo memiliki rata rata curah hujan efektif
pada bulan 1 hingga 12 dengan rata rata terbesar terjadi pada bulan
Desember dengan nilai 3,52.

5.2 Saran

Ketika pelaksanaan praktikum mahasiswa harus membutuhkan fokus yang lebih


maksimal agar tidak tertinggal ketika tutorial berlangsung.

22
DAFTAR PUSTAKA

Priyonugroho, A. (2014). Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah Irigasi
Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang) (Doctoral dissertation,
Sriwijaya University).

23
LAMPIRAN
Data Rekapan Jatisari
No. Nama Stasiun Hujan Duga Nomor Bulan Total
SHVP Stasiun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
( + ) Hujan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Jatisari 49 25 354 179 202 184 42 45 - - - 28 197 517 1.748
2. 2005 Jatisari 49 25 135 100 293 183 - 128 45 - - 55 106 465 1.510
3. 2006 Jatisari 49 25 226 175 241 198 52 - - - - - - - 892
4. 2007 Jatisari 49 25 112 - 3 - 52 - - - - 45 129 344 685
5. 2008 Jatisari 49 25 206 215 99 57 61 - - - - 106 283 570 1.597
6. 2009 Jatisari 49 25 232 266 125 115 274 60 18 - - 30 97 197 1.414
7. 2010 Jatisari 49 25 613 535 463 693 446 109 144 49 251 172 134 265 3.874
8. 2011 Jatisari 49 25 613 535 463 693 446 109 144 49 - 172 134 265 3.623
9. 2012 Jatisari 49 25 391 268 281 204 151 30 96 - - 84 114 312 1.931
10. 2013 Jatisari 49 25 354 253 243 218 120 161 28 5 - 116 334 605 2.437
11. 2014 Jatisari 49 25 354 179 158 184 42 45 - - - 28 197 517 1.704
12. 2015 Jatisari 49 25 226 273 262 257 34 45 - - - - 21 202 1.320
13. 2016 Jatisari 49 25 209 407 127 146 255 149 96 93 128 141 151 270 2.172
14. 2017 Jatisari 49 25 224 178 167 270 56 40 3 - 39 72 390 180 1.619
15. 2018 Jatisari 49 25 393 303 133 270 56 40 3 - 39 72 390 180 1.879
Rata-rata 309 276 217 262 139 69 41 13 30 75 178 326 1.894

Data Rekapan Sanenrejo

24
25

No. Nama Stasiun Hujan


Duga Nomor Bulan Total
SHVP Stasiun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
( + ) Hujan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Sanenrejo 50 25 681 272 186 280 11 - - - - - 308 526 2.264
2. 2005 Sanenrejo 50 25 118 171 148 174 - 19 24 19 6 103 29 739 1.550
3. 2006 Sanenrejo 50 25 315 309 400 295 201 - - - - - 58 312 1.890
4. 2007 Sanenrejo 50 25 99 - - - 18 - - - - 30 119 497 763
5. 2008 Sanenrejo 50 25 284 347 55 57 80 - - 8 - 30 367 669 1.897
6. 2009 Sanenrejo 50 25 286 365 164 77 120 55 - - - - 102 145 1.314
7. 2010 Sanenrejo 50 25 216 287 278 428 205 23 77 36 116 105 162 180 2.113
8. 2011 Sanenrejo 50 25 216 287 278 428 205 23 77 36 - 105 162 180 1.997
9. 2012 Sanenrejo 50 25 383 134 600 274 111 - 59 - - 9 63 227 1.860
10. 2013 Sanenrejo 50 25 681 306 228 301 199 208 91 - - 57 285 818 3.174
11. 2014 Sanenrejo 50 25 681 272 158 280 11 - - - - - 308 526 2.236
12. 2015 Sanenrejo 50 25 278 381 243 133 22 - - - - - 121 370 1.548
13. 2016 Sanenrejo 50 25 228 626 157 80 169 123 39 129 147 182 214 452 2.546
14. 2017 Sanenrejo 50 25 261 244 142 151 79 70 - - 17 26 624 417 2.031
15. 2018 Sanenrejo 50 25 540 395 202 151 79 70 - - 17 26 624 417 2.521
Rata-rata 351 293 231 222 101 42 26 15 20 45 236 432 1.980

Data Rekapan Sabrang DM.4


No. Nama Stasiun Hujan Duga Nomor Bulan Total
SHVP Stasiun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
( + ) Hujan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Sabrang DM. 4 13 101 i 389 88 273 113 6 - - - - - 117 567 1.553
2. 2005 Sabrang DM. 4 13 101 i 89 136 205 199 - - 14 - - 105 50 482 1.280
3. 2006 Sabrang DM. 4 13 101 i 98 243 291 199 9 11 16 - - - - 136 1.003
4. 2007 Sabrang DM. 4 13 101 i 52 - 7 - 78 - - - - 16 31 177 361
5. 2008 Sabrang DM. 4 13 101 i 98 289 38 66 - - - - - 18 148 380 1.037
6. 2009 Sabrang DM. 4 13 101 i 190 203 82 34 68 18 44 - - - 56 78 773
7. 2010 Sabrang DM. 4 13 101 i 285 139 173 235 181 73 36 - 100 140 36 157 1.555
8. 2011 Sabrang DM. 4 13 101 i 285 139 173 235 181 73 36 - 100 140 36 157 1.555
9. 2012 Sabrang DM. 4 13 101 i 267 177 202 63 75 3 74 - - 4 53 86 1.004
10. 2013 Sabrang DM. 4 13 101 i 378 132 175 71 7 59 36 - - 35 177 263 1.333
11. 2014 Sabrang DM. 4 13 101 i 389 88 50 113 6 - - - - - 117 567 1.330
12. 2015 Sabrang DM. 4 13 101 i 227 217 122 278 48 - - - - - 72 275 1.239
13. 2016 Sabrang DM. 4 13 101 i 128 411 147 84 227 99 42 34 60 188 147 282 1.849
14. 2017 Sabrang DM. 4 13 101 i 195 222 110 208 86 28 - 4 15 7 219 154 1.248
15. 2018 Sabrang DM. 4 13 101 i 416 338 50 208 86 28 - 4 15 7 219 154 1.525
Rata-rata 232 202 140 150 71 28 21 3 19 44 99 261 1.243
26

Data Rekapan Sumberejo


No. Nama Stasiun Hujan Duga Nomor Bulan Total
SHVP Stasiun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
( + ) Hujan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Sumberejo 13 104 D 509 159 252 124 20 - - - - - 100 480 1.644
2. 2005 Sumberejo 13 104 D 62 161 180 195 - 84 16 - - 103 82 521 1.404
3. 2006 Sumberejo 13 104 D 91 335 205 181 45 13 - - - - 26 82 978
4. 2007 Sumberejo 13 104 D 80 - - - - - - - - 31 37 276 424
5. 2008 Sumberejo 13 104 D 156 364 38 86 7 - - - - 51 216 457 1.375
6. 2009 Sumberejo 13 104 D 277 236 84 40 38 16 24 - - 19 103 145 982
7. 2010 Sumberejo 13 104 D 520 170 234 299 213 78 40 10 106 174 408 197 2.449
8. 2011 Sumberejo 13 104 D 520 170 234 299 213 78 40 10 106 174 408 197 2.449
9. 2012 Sumberejo 13 104 D 497 250 316 73 29 50 90 - - - 61 230 1.596
10. 2013 Sumberejo 13 104 D 555 209 165 86 57 88 45 - - 8 278 276 1.767
11. 2014 Sumberejo 13 104 D 509 159 29 124 20 - - - - - 100 480 1.421
12. 2015 Sumberejo 13 104 D 264 212 163 389 109 - - - - - 14 216 1.367
13. 2016 Sumberejo 13 104 D 206 371 201 45 230 159 68 39 67 145 192 328 2.051
14. 2017 Sumberejo 13 104 D 334 261 129 277 73 25 10 7 15 54 246 272 1.703
15. 2018 Sumberejo 13 104 D 498 295 79 277 73 25 10 7 54 54 246 272 1.890
Rata-rata 339 239 165 178 75 44 25 5 23 54 168 295 1.567
Data Klimatologi
No. Paramater Satuan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
I. Data Klimatologi
1. Suhu Udara Rata-Rata ºC 26,28 26,24 26,16 26,64 26,32 26,06 25,50 25,84 26,10 26,58 26,58 26,58
2. Kelembaban Udara Relatip % 86,40 87,60 87,00 85,80 86,00 86,40 85,40 85,80 86,60 85,60 87,20 87,60
3. Lama Penyinaran Matahari % 39,43 40,35 40,43 47,48 47,31 45,17 44,02 53,03 51,99 55,37 47,74 41,18
4. Kecepatan Angin km/jam 1,81 1,94 1,79 1,67 1,38 1,41 1,14 1,69 3,30 2,23 1,73 2,13
m/detik 0,50 0,54 0,50 0,46 0,38 0,39 0,32 0,47 0,92 0,62 0,48 0,59
II. Perhitungan Eo
1. Metode Penman mm/hari 3,78 4,13 4,47 5,00 4,88 4,68 4,60 5,17 5,19 4,99 4,20 3,76
II. Perhitungan ETo
1. Metode Penman mm/hari 3,44 3,75 4,06 4,55 4,44 4,26 4,18 4,70 4,71 4,54 3,82 3,42
27

Tabel Kebutuhan Air


Bulan Dekade Kebutuhan Air Irigasi Padi Kebutuhan Air Polowijo
LP Kebutuhan Konsumtip WLR Repadi NFRpadi R50% Kc ETc Replw NFRplw
ETo Kc ETc D= 70,0
FD= 0,984
(mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (l/detik/Ha) mm (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (l/detik/Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
I 14,39 3,44 1,40 4,81 1,67 206,00 0,00 0,00 62,00 -
Jan II 14,39 3,44 1,35 4,64 1,67 206,00 0,00 0,00 62,00 -
III 14,39 3,44 1,24 4,26 1,67 206,00 0,00 0,00 62,00 -
I 14,61 3,75 1,24 4,65 1,67 371,00 0,00 0,00 161,00 -
Feb II 14,61 3,75 1,12 4,20 - 371,00 0,00 0,00 161,00 -
III 14,61 3,75 0,00 0,00 - 371,00 0,00 0,00 161,00 -
I 14,83 4,06 LP 0,00 - 201,00 0,00 0,00 180,00 0,00 0,00 2,86 0,00 0,00
Mar II 14,83 4,06 1,20 4,88 - 201,00 0,00 0,00 180,00 0,37 1,49 3,16 0,00 0,00
III 14,83 4,06 1,20 4,88 - 201,00 0,00 0,00 180,00 0,44 1,80 3,22 0,00 0,00
I 15,17 4,55 1,20 5,46 - 45,00 0,00 0,00 195,00 0,62 2,82 3,69 0,00 0,00
Apr II 15,17 4,55 1,32 6,00 1,67 45,00 0,00 0,00 195,00 0,89 4,03 3,99 0,04 0,00
III 15,17 4,55 1,36 6,19 1,67 45,00 0,00 0,00 195,00 1,00 4,56 4,13 0,43 0,05
I 15,09 4,44 1,40 6,21 1,67 230,00 0,00 0,00 0,00 1,00 4,44 -0,13 4,57 0,53
Mei II 15,09 4,44 1,35 5,99 1,67 230,00 0,00 0,00 0,00 0,85 3,77 -0,12 3,90 0,45
III 15,09 4,44 1,24 5,50 1,67 230,00 0,00 0,00 0,00 0,72 3,21 -0,12 3,33 0,39
I 14,96 4,26 1,24 5,28 1,67 159,00 0,00 0,00 84,00 0,55 2,34 1,73 0,61 0,07
Jun II 14,96 4,26 1,12 4,77 - 159,00 0,00 0,00 84,00 0,00 0,00 1,48 0,00 0,00
III 14,96 4,26 0,00 0,00 - 159,00 0,00 0,00 84,00 -
I 14,91 4,18 - 68,00 16,00 0,00 0,00 0,31 0,00 0,00
Jul II 14,91 4,18 - 68,00 16,00 0,37 1,53 0,34 1,20 0,14
III 14,91 4,18 - 68,00 16,00 0,44 1,86 0,35 1,51 0,17
I 15,28 4,70 - 39,00 0,00 0,62 2,92 -0,12 3,03 0,35
Ags II 15,28 4,70 - 39,00 0,00 0,89 4,17 -0,13 4,30 0,50
III 15,28 4,70 - 39,00 0,00 1,00 4,72 -0,13 4,85 0,56
I 15,29 4,71 - 67,00 0,00 1,00 4,71 -0,13 4,85 0,56
Sep II 15,29 4,71 - 67,00 0,00 0,85 4,01 -0,12 4,13 0,48
III 15,29 4,71 - 67,00 0,00 0,72 3,41 -0,12 3,53 0,41
I 15,16 4,54 - 145,00 103,00 0,55 2,50 2,09 0,41 0,05
Okt II 15,16 4,54 - 145,00 103,00 0,00 0,00 1,77 0,00 0,00
III 15,16 4,54 - 145,00 103,00 -
I 14,65 3,82 LP 0,00 - 192,00 0,00 0,00 82,00 -
Nop II 14,65 3,82 1,20 4,58 - 192,00 0,00 0,00 82,00 -
III 14,65 3,82 1,20 4,58 - 192,00 0,00 0,00 82,00 -
I 14,38 3,42 1,20 4,11 - 328,00 0,00 0,00 521,00 -
Des II 14,38 3,42 1,32 4,52 1,67 328,00 0,00 0,00 521,00 -
III 14,38 3,42 1,36 4,65 1,67 328,00 0,00 0,00 521,00 -
28

Lampiran Peta
Peta ZOM
29

Peta Penelitian
30

Peta Jenis Tanah


31
32

Anda mungkin juga menyukai