Oleh :
Bagaskara Bima Abiyoga Putra
NIM 20171020189
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
BAB 1. PENDAHULUAN
Iklim dunia yang tidak menentu saat ini, menyebabkan perubahan di berbagai
departemen. Salah satu industri yang paling terpengaruh oleh perubahan ini adalah
sektor pertanian dimana cuaca ekstrim menyebabkan petani mengalami gagal panen
atau penundaan penanaman karena cuaca buruk berdasarkan perkiraan saat ini.
Peta adalah gambaran permukaan bumi yang terdapat pada sebuah bidang datar
sampai batas tertentu. Peta harus menunjukkan lokasi objek atau di suatu tempat
memberikan gambaran kasar tentang permukaan bumi yang meliputi bentuk, luas, dan
jarak dari satu tempat ke tempat lain, dan tampilan lanskap suatu daerah, seperti relief,
pegunungan, dll.
1.2 Tujuan
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
NFR Padi
NFRpadi = LP + ETPadi + WLR + P - Repadi ... (1a)
NFR Polowijo
NFRplw = ETPlw - Replw ... (1b)
NFR Polowijo
NFRtebu = ETTebu - Retebu ... (1c)
dimana : NFRpadi = netto kebutuhan air padi sawah (mm/hari)
NFRplw = netto kebutuhan air polowijo (mm/hari)
NFRtebu = netto kebutuhan air tebu (mm/hari)
LP = kebutuhan air untuk persiapan lahan (mm/hari)
ETcrop = kebutuhan air untuk kebutuhan konsumtip
tanaman (mm/hari)
WLR = kebutuhan air untuk pergantian lapisan air
P = perkolasi (mm/hari)
Repadi = curah hujan efektif untuk padi sawah (mm/hari)
Replw = curah hujan efektif untuk polowijo (mm/hari)
Retebu = curah hujan efektif untuk tebu (mm/hari)
(3) kebutuhan air akibat kehilangan air dalam distribusi air bawah tanah
(perkolasi),
2
3
Komponen-komponen kebutuhan air untuk tanaman dan irigasi ini akan dibahas
pada bab-bab berikut ini.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), hasil percobaan pada sawah Pemali dan
Cirebon kebutuhan air untuk pengolahan tanah berkisar antara 0.90 liter/detik/hektar
sampai 1.20 liter/detik/hektar. Sedangkan Goor, G.A.W. van de (1973) dalam Anonim
(1980) menyatakan jumlah air yang dipergunakan untuk tahap pengolahan bervariasi
dari 100 sampai 350 mm tergantung pada kondisi tanah dan lingkungan.
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah tanaman padi sawah ini didekati dengan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) dalam Direktorat
Jenderal Pengairan - Depertemen Pekerjaan Umum (1986), dengan persamaan sebagai
berikut :
... (2)
(1) Evaporasi
(2) Perkolasi
Pada kondisi tanah jenuh, maka terjadi pergerakan air dalam lapisan tanah
ke arah vertikal. Proses ini merupakan proses kehilangan air yang terjadi
pada penanaman padi sawah, yang dikenal sebagai proses perkolasi.
Nilai perkolasi ini didekati berdasarkan laju infiltrasi konstan yang
tergantung pada tekstur tanah. Tanah berdominan liat (tanah berat), laju
perkolasi semakin tinggi dibandingkan dengan tanah yang berdominan
pasir. Daerah-daerah dengan kandungan liat yang cukup tinggi dan diolah
dalam jangka waktu yang lama dapat, laju perkolasi dapat bernilai lebih
kecil, karena telah terbentuk lapisan padas (hardpan).
Fukuda, 1974 dalam Anonim, 1977 menyatakan pendekatan nilai perkolasi
berdasarkan tekstur tanah adalah sebagai berikut :
... (3)
dimana : ΔS = beda kadar air antara titik kapasitas lapang
dengan 30% dari titik layu permanen (mm)
ΔT = ketinggian lapisan air (mm)
Pada umumnya kebutuhan air untuk penjenuhan untuk tanah yang
bertektur ringan berkisar 200 - 250 mm, tanah yang bertekstur sedang
sampai berat berkisar antara 200 - 250 mm. Sedangkan ketinggian lapisan
air diasumsikan sebesar 50 mm.
Menurut Dorenboss dan Pruitt (1977), kebutuhan air tanaman (crop water
requirement) merupakan kedalaman air yang diperlukan untuk memenuhi
evapotranspirasi tanaman yang bebas penyakit, tumbuh di areal pertanian pada
kondisi cukup air dari kesuburan tanah dengan potensi pertumbuhan yang baik dan
tingkat lingkungan pertumbuhan yang baik.
Kebutuhan air untuk tanaman ini didekati dengan persamaan sebagai berikut :
... (4)
6
Nilai Faktor kc padi, polowijo (kedelai, jagung dan kacang tanah), dan tebu
disajikan pada Tabel 2.1.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. 1,00 1,10 0,50 0,30 0,30 0,37 0,45 1,05
2. 1,15 1,10 0,65 0,38 0,30 0,44 0,45 1,05
3. 1,25 1,10 0,75 0,68 0,43 0,62 0,45 1,05
4. 1,35 1,05 1,00 0,98 0,68 0,89 0,46 1,05
5. 1,39 1,05 1,00 1,10 0,91 1,00 0,48 1,05
6. 1,32 1,05 1,00 1,05 0,95 1,00 0,50 1,05
7. 1,21 0,95 0,82 0,78 0,95 0,85 0,52 1,05
8. 1,09 0,95 0,72 0,60 0,85 0,72 0,55 1,05
9. 0,45 0,65 0,55 0,58 0,80
10. 0,63 0,80
11. 0,68 0,80
12. 0,72 0,80
... (5)
=
= kemiringan kurva tekanan uap air jenuh
terhadap suhu (mbar/oC)
γ = konstanta psikhrometrik
=
Rn = radiasi netto (mm/hari)
=
Rs = radiasi netto gelombang pendek
= konstanta Stefan-Bolzman
(2.01 x 10-9 mm/hari)
T = suhu mutlak
ea = tekanan udara jenuh
= rasio lama penyinaran
f(u) = fungsi kecepatan angin
c = faktor koreksi
Efek reduksi pada tanah dan pertumbuhan tanaman dapat dikurangi dengan
melakukan pergantian lapisan genangan. Pergantian lapisan genangan air dilakukan
dua kali, masing-masing 50 mm (2.5 mm/hari sebulan) selama 20 hari yang dilakukan
satu bulan, dan dua bulan setelah transplantasi (Standard Perencanaan Irigasi - DPU,
1986).
Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi tanaman, perkolasi
dan lain-lain. Curah hujan efektif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) curah hujan
9
efektif untuk padi; (ii) curah hujan efektif untuk polowijo dan (iii) curah hujan efektif
untuk tebu.
... (6)
dimana : Repadi = curah hujan effektif untuk sawah (mm/hari)
= rata-rata curah hujan wilayah andalan dengan
peluang kemungkinan terpenuhi 20% (mm)
=
= rata-rata curah hujan wilayah (mm)
... (7)
- Jagung : D = 80 cm
- Kacang Tanah : D = 55 cm
- Bawang : D = 35 cm
Pada umumnya curah hujan efektif untuk tanaman padi rata-rata menunjukkan
bahwa curah hujan efektif terjadi mulai bulan Oktober sampai Juni. Pengolahan
tanah padi sawah diperlukan curah hujan efektif kira-kira sebesar 2 mm/hari.
Oleh karena itu, perencanaan awal musim tanam pertama ditentukan pada curah
hujan lehih besar atau sama dengan 2 mm/hari.
Buku Prakiraan Musim Hujan 2020/2021 ini memuat informasi Prakiraan Awal
Musim Hujan 2020/2021, Perbandingan antara Prakiraan Awal Musim Hujan
2020/2021 terhadap Rata-Rata atau Normalnya selama 30 tahun (1981-2010),
Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Hujan 2020/2021, dan Prakiraan Puncak
Musim Hujan 2020/2021.
Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Timur Skala 1:250.000 (Lembaga Penelitian
Tanah, 1966).
No.
1.
2.
3.
4.
BAB 3. METODOLOGI
(2) Data hujan Dam Tugusari, Dam Langkap, Darungan dan Semboro
(3) Data Tanaman Padi dan Polowijo Softaware yang dipergunakan adalah Map
Info Profesional 12 Metoda
3.1.1 ID-Mahasiswa
12
13
A. Data klimatologi
Data klimatologi yang dipergunakan adalah data klimatologi yang tercatat di
stasiun Jenggawah dengan komponen klimatologi sebagai berikut : (i) Suhu udara rata-
rata ; (ii) Kelembapan udara relatif ; (iii) Lama Penyinaran Matahari , (iv) Kecepatan
Angin
A. Data Hujan
Data hujan yang dipergunakan adalah data hujan yang tercatat pada stasiun (i)
stasiun Sta. Jatisari; (ii) stasiun Sta. Sanenrejo; (iii) stasiun Sta. Sabrang DM.4 dan (iv)
stasiun Sta. Sumberejo dengan lama pengamatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun
2018.
Kebutuhan air untuk pengolahan Tanah didekati dengan persamaan (2) dengan
komponen :
15
(2) jangka waktu penyipan lahan berdasarkan interpretasi data tanaman (hari)
(3) kebutuhan air untuk penjenuhan dan ketinggian lapisan air berdasarkan
interpretasi jenis tanah.
(1) Evaporasi merupakan proses perubahan air menjadi uap air dari
permukaan air bebas. Dalam perhitungan kebutuhan air untuk tanaman,
evaporasi diasumsikan sebesar 1,10 x Nilai Evapotranspirasi Potensial.
NFR
17
18
Data hujan diperoleh dari beberapa stasiun hujan; yaitu (i) stasiun Sta. Jatisari;
(ii) stasiun Sta. Sanenrejo; (iii) stasiun Sta. Sabrang DM.4 dan (iv). Data pengamatan
disajikan pada Lampiran 1.3.
Interpretasi jenis tanah berdasarkan Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Timur
Skala 1:250.000 (Lembaga Penelitian Tanah, 1966) disajikan Gambar 4.3. Hasil
interpretasi menunjukkan jenis tanah latosol dengan tekstur tanah agak halus, maka
Kebutuhan air petak (NFR, Net Field Requirement) maksimum diperoleh sebesar
1.51 (Tabel 1.4).
19
20
5.1 Kesimpulan
3. Peta Jenis tanah Pada kecamatan Jenggawah yaitu terletak pada kode 189
pada kabupaten jember Bagian Barat Laut, dengan jenis tanah Latosol
memilik tekstur tanah agak halus dan perkolasi 2,5 mm/hari.
4. Berdasarkan tabel data rata rata curah hujan efektif wilayah pada
kecamatan bangsalsari yang diambil dari 4 stasiun hujan Jatisari,
Sanenrejo, Sabrang DM.4, Sumberejo memiliki rata rata curah hujan efektif
pada bulan 1 hingga 12 dengan rata rata terbesar terjadi pada bulan
Desember dengan nilai 3,52.
5.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Priyonugroho, A. (2014). Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah Irigasi
Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang) (Doctoral dissertation,
Sriwijaya University).
23
LAMPIRAN
Data Rekapan Jatisari
No. Nama Stasiun Hujan Duga Nomor Bulan Total
SHVP Stasiun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
( + ) Hujan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Jatisari 49 25 354 179 202 184 42 45 - - - 28 197 517 1.748
2. 2005 Jatisari 49 25 135 100 293 183 - 128 45 - - 55 106 465 1.510
3. 2006 Jatisari 49 25 226 175 241 198 52 - - - - - - - 892
4. 2007 Jatisari 49 25 112 - 3 - 52 - - - - 45 129 344 685
5. 2008 Jatisari 49 25 206 215 99 57 61 - - - - 106 283 570 1.597
6. 2009 Jatisari 49 25 232 266 125 115 274 60 18 - - 30 97 197 1.414
7. 2010 Jatisari 49 25 613 535 463 693 446 109 144 49 251 172 134 265 3.874
8. 2011 Jatisari 49 25 613 535 463 693 446 109 144 49 - 172 134 265 3.623
9. 2012 Jatisari 49 25 391 268 281 204 151 30 96 - - 84 114 312 1.931
10. 2013 Jatisari 49 25 354 253 243 218 120 161 28 5 - 116 334 605 2.437
11. 2014 Jatisari 49 25 354 179 158 184 42 45 - - - 28 197 517 1.704
12. 2015 Jatisari 49 25 226 273 262 257 34 45 - - - - 21 202 1.320
13. 2016 Jatisari 49 25 209 407 127 146 255 149 96 93 128 141 151 270 2.172
14. 2017 Jatisari 49 25 224 178 167 270 56 40 3 - 39 72 390 180 1.619
15. 2018 Jatisari 49 25 393 303 133 270 56 40 3 - 39 72 390 180 1.879
Rata-rata 309 276 217 262 139 69 41 13 30 75 178 326 1.894
24
25
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Sanenrejo 50 25 681 272 186 280 11 - - - - - 308 526 2.264
2. 2005 Sanenrejo 50 25 118 171 148 174 - 19 24 19 6 103 29 739 1.550
3. 2006 Sanenrejo 50 25 315 309 400 295 201 - - - - - 58 312 1.890
4. 2007 Sanenrejo 50 25 99 - - - 18 - - - - 30 119 497 763
5. 2008 Sanenrejo 50 25 284 347 55 57 80 - - 8 - 30 367 669 1.897
6. 2009 Sanenrejo 50 25 286 365 164 77 120 55 - - - - 102 145 1.314
7. 2010 Sanenrejo 50 25 216 287 278 428 205 23 77 36 116 105 162 180 2.113
8. 2011 Sanenrejo 50 25 216 287 278 428 205 23 77 36 - 105 162 180 1.997
9. 2012 Sanenrejo 50 25 383 134 600 274 111 - 59 - - 9 63 227 1.860
10. 2013 Sanenrejo 50 25 681 306 228 301 199 208 91 - - 57 285 818 3.174
11. 2014 Sanenrejo 50 25 681 272 158 280 11 - - - - - 308 526 2.236
12. 2015 Sanenrejo 50 25 278 381 243 133 22 - - - - - 121 370 1.548
13. 2016 Sanenrejo 50 25 228 626 157 80 169 123 39 129 147 182 214 452 2.546
14. 2017 Sanenrejo 50 25 261 244 142 151 79 70 - - 17 26 624 417 2.031
15. 2018 Sanenrejo 50 25 540 395 202 151 79 70 - - 17 26 624 417 2.521
Rata-rata 351 293 231 222 101 42 26 15 20 45 236 432 1.980
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Sabrang DM. 4 13 101 i 389 88 273 113 6 - - - - - 117 567 1.553
2. 2005 Sabrang DM. 4 13 101 i 89 136 205 199 - - 14 - - 105 50 482 1.280
3. 2006 Sabrang DM. 4 13 101 i 98 243 291 199 9 11 16 - - - - 136 1.003
4. 2007 Sabrang DM. 4 13 101 i 52 - 7 - 78 - - - - 16 31 177 361
5. 2008 Sabrang DM. 4 13 101 i 98 289 38 66 - - - - - 18 148 380 1.037
6. 2009 Sabrang DM. 4 13 101 i 190 203 82 34 68 18 44 - - - 56 78 773
7. 2010 Sabrang DM. 4 13 101 i 285 139 173 235 181 73 36 - 100 140 36 157 1.555
8. 2011 Sabrang DM. 4 13 101 i 285 139 173 235 181 73 36 - 100 140 36 157 1.555
9. 2012 Sabrang DM. 4 13 101 i 267 177 202 63 75 3 74 - - 4 53 86 1.004
10. 2013 Sabrang DM. 4 13 101 i 378 132 175 71 7 59 36 - - 35 177 263 1.333
11. 2014 Sabrang DM. 4 13 101 i 389 88 50 113 6 - - - - - 117 567 1.330
12. 2015 Sabrang DM. 4 13 101 i 227 217 122 278 48 - - - - - 72 275 1.239
13. 2016 Sabrang DM. 4 13 101 i 128 411 147 84 227 99 42 34 60 188 147 282 1.849
14. 2017 Sabrang DM. 4 13 101 i 195 222 110 208 86 28 - 4 15 7 219 154 1.248
15. 2018 Sabrang DM. 4 13 101 i 416 338 50 208 86 28 - 4 15 7 219 154 1.525
Rata-rata 232 202 140 150 71 28 21 3 19 44 99 261 1.243
26
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1. 2004 Sumberejo 13 104 D 509 159 252 124 20 - - - - - 100 480 1.644
2. 2005 Sumberejo 13 104 D 62 161 180 195 - 84 16 - - 103 82 521 1.404
3. 2006 Sumberejo 13 104 D 91 335 205 181 45 13 - - - - 26 82 978
4. 2007 Sumberejo 13 104 D 80 - - - - - - - - 31 37 276 424
5. 2008 Sumberejo 13 104 D 156 364 38 86 7 - - - - 51 216 457 1.375
6. 2009 Sumberejo 13 104 D 277 236 84 40 38 16 24 - - 19 103 145 982
7. 2010 Sumberejo 13 104 D 520 170 234 299 213 78 40 10 106 174 408 197 2.449
8. 2011 Sumberejo 13 104 D 520 170 234 299 213 78 40 10 106 174 408 197 2.449
9. 2012 Sumberejo 13 104 D 497 250 316 73 29 50 90 - - - 61 230 1.596
10. 2013 Sumberejo 13 104 D 555 209 165 86 57 88 45 - - 8 278 276 1.767
11. 2014 Sumberejo 13 104 D 509 159 29 124 20 - - - - - 100 480 1.421
12. 2015 Sumberejo 13 104 D 264 212 163 389 109 - - - - - 14 216 1.367
13. 2016 Sumberejo 13 104 D 206 371 201 45 230 159 68 39 67 145 192 328 2.051
14. 2017 Sumberejo 13 104 D 334 261 129 277 73 25 10 7 15 54 246 272 1.703
15. 2018 Sumberejo 13 104 D 498 295 79 277 73 25 10 7 54 54 246 272 1.890
Rata-rata 339 239 165 178 75 44 25 5 23 54 168 295 1.567
Data Klimatologi
No. Paramater Satuan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
I. Data Klimatologi
1. Suhu Udara Rata-Rata ºC 26,28 26,24 26,16 26,64 26,32 26,06 25,50 25,84 26,10 26,58 26,58 26,58
2. Kelembaban Udara Relatip % 86,40 87,60 87,00 85,80 86,00 86,40 85,40 85,80 86,60 85,60 87,20 87,60
3. Lama Penyinaran Matahari % 39,43 40,35 40,43 47,48 47,31 45,17 44,02 53,03 51,99 55,37 47,74 41,18
4. Kecepatan Angin km/jam 1,81 1,94 1,79 1,67 1,38 1,41 1,14 1,69 3,30 2,23 1,73 2,13
m/detik 0,50 0,54 0,50 0,46 0,38 0,39 0,32 0,47 0,92 0,62 0,48 0,59
II. Perhitungan Eo
1. Metode Penman mm/hari 3,78 4,13 4,47 5,00 4,88 4,68 4,60 5,17 5,19 4,99 4,20 3,76
II. Perhitungan ETo
1. Metode Penman mm/hari 3,44 3,75 4,06 4,55 4,44 4,26 4,18 4,70 4,71 4,54 3,82 3,42
27
Lampiran Peta
Peta ZOM
29
Peta Penelitian
30