Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

SIKLUS HARA

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD YUSYIR YATALATTAF MASSAL
1714442009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia memiliki sebagian besar hutan alam termasuk dalam hutan

hujan tropis. Banyak rahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem

spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen

penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh.  Keterkaitan antara komponen

penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat

memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis

yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain.  Secara de facto tipe

hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh

partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite. 

Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di

samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan

hutan ini.  Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah

satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed

nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi

berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini Kondisi tanah hutan ini juga

menunjukkan keunikan tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada

lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada

top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan tropika

basah merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap

komponen tidak bisa berdiri sendiri. Disamping itu dijumpai pula fenomena lain
yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya

maupun tempat tumbuhnya.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dari Siklus Hara


Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara

komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.  Dalam suatu ekosistem, materi

pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Siklus Hara adalah suatu proses suplai dan

penyerapan dari senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

metabolisme. Hara essensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan tinggi adalah unsur

bahan anorganik alam. Kebutuhan akan bahan anorganik bagi tumbuhan tinggi

(pohon) membedakannya dengan organisme lainnya seperti manusia, hewan dan

beberapa mikroorganisme yang membutuhkan bahan makanan organik . Materi

berupa unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur

tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Aliran

energi dan zat-zat kimia yang merupakan suatu proses integrasi fungsional, yang

keduanya merupakan suatu pasangan karena energi disimpan dlam ikatan kimia.

Aliran ini terjadi diantara tingkat tropic serta komponen-komponen biotik dan

abiotik mengabungkan ekosistem de dalam suatu unit fungsional. Ketika energi

dilepaskan melalui proses pernapasan, maka senyawa-senyawa yang terlibat

mengalami degradasi, dan unsur-unsur kimiawinya dilepaskan  kehabitat, yang

dapat digunakan kembali. Aliran kimiawi ini disebut juga siklus mineral atau

siklus biogeokimia yang merupakan Daur ulang materi tersebut melibatkan

makhluk hidup dan batuan (geofisik) yang ada dialam.


2. Peranan Siklus Hara untuk Hutan

Siklus adalah putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian

yg berulang-ulang secara tetap dan teratur. Sedangkan hara adalah suatu zat yang

memberikan nutrisi penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan

(dalam hal ini pohon). Ekosistem hutan alam mempunyai siklus hara tertutup.

Yang dimaksud dengan siklus hara tertutup adalah suatu sistem yang memiliki

jumlah kehilangan hara lebih rendah dibandingkan dengan jumlah masukan hara

yang diperoleh dari penguraian serasah atau dari serap ulang (recycle) hara pada

lapisan tanah dalam.

Pada ekosistem hutan alam, air hujan yang membawa banyak mineral dari

udara akan tertahan oleh tajuk hutan dan berubah menjadi air lolosan (througfall)

dan aliran batang (stemflow). Hal ini berpotensi besar sebagai input hara ke dalam

tanah karena hutan alam tidak/ sedikit mengalami erosi hara (run-off). Hara yang

bersama air di dalam tanah tidak langsung mengalami pelindian (leaching) karena

tertahan oleh serasah dan perakaran tanaman hutan dan diserap akan dapat

kembali oleh perakaran tanaman.

Input hara pada hutan alam juga terjadi melalui serasah hutan (yang tebal

dan beragam) yang didukung dengan aktivitas mikroba dekomposer (pengurai)

yang tumbuh optimal karena kondisi klimatologi yang sesuai. Tingginya

biodiversitas (terutama flora) memberikan pilihan makanan (dalam proses rantai

makanan) bagi komponen heterotrof termasuk dekomposer untuk lebih aktif

dalam mendekomposisi bahan organik menjadi mineral anorganik ke dalam tanah.


Salah satu faktor lain yang mempengaruhi kecepatan proses degradasi bahan

organik adalah ketersediaan makanan yang cukup bagi dekomposer dalam rantai

makanannya. Kurangnya intensitas cahaya matahari yang sampai ke lantai hutan

juga akan mendukung percepatan proses dekomposisi serasah.

3. Proses Siklus Hara

Siklus hara adalah suatu proses suplai dan penyerapan dari senyawa kimia yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme (Mengel et al., 1987). Hara

essensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan tinggi adalah unsur bahan anorganik

alam. Kebutuhan akan bahan anorganik bagi tumbuhan tinggi (pohon)

membedakannya dengan organisme lainnya seperti manusia, hewan dan beberapa

mikroorganisme yang membutuhkan bahan makanan organik (Mengel et al,.

1987). Menurut Binkley (1987) bahwa proses siklus hara mencakup proses

mikroklimat, kualitas kimia dari bahan organik, status kimia dari tanah dan

aktivitas binatang. Pada dasarnya proses siklus hara merupakan konsep aliran

elektron. Kecenderungan dari kandungan kimia untuk menyumbangkan elektron

adalah terminologi dari potensial elektroda, potensial reduksi, atau sebagai

potensial redoks. 

a. Siklus Nitrogen

Siklus nitrogen merupakan siklus hara yang dominan pada hutan. Nitrase-

N dapat tercuci pada beberapa kondisi iklim dan cuaca. Terjadinya proses oksidasi

dan reduksi utama pada nitrogen lebih komplek dibandingkan pada phosfor.

Proses siklus nitrogen, terdiri dari enam proses utama yaitu : a) Fiksasi Nitrogen,
b) Assimilasi Amonium, c) Ammonifikasi, d) Nitrifraksi, e) Reduksi Nitrat, f)

Denitrifikasi. 

Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen

bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar

(misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga

dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.

Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion

nitrit (N02–), dan ion nitrat (N03–). Beberapa bakteri yang dapat menambat

nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnyaMarsiella 

crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen

secara langsung, yakni A z otobacter  s p. yang bersifat aerob dan C lostridium  s

p.  yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga

mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia.

Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh  bakteri. 

Amonia  ini  akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit,

yaitu Nitrosomonas dan  Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan

diserap  oleh  akar  tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah

menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke

udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

Bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan

kesuburan tanah melalui fiksasi N , siklus nutrien, dan peternakan hewan.

Nitrogen bebas merupakan komponen terbesar udara. Pembentukan nitrat dari


nitrogen ini dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Penyusunan nitrat

dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus bakteri secara sinergetik.

b. Siklus Fosfor

Siklus phosfor termasuk campuran organik phosfor, dalam bentuk

PO43- (phosfat). Dalam hal ini phosfot termasuk campuran antara atom phosfat

dengan oksigen. Phosfat akan mempengaruhi dan tergantung pada pH tanah, yang

dalam hal ini merupakan asosiasi antara phosfat dengan H+ dalam bentuk  asam

phospot PO43-. Posfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua

makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat),

sebagai sumber energi untuk metabolisme sel.Posfor terdapat di alam dalam

bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa

erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut

membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang

mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat

yang terlarut dalam air tanah Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang

dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya.

Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses.Bakteri dan jamur

mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan pospor

kemudian diambil oleh tumbuhan.

c. Siklus Karbon

Kandungan karbon di bumi hanya sekitar 0.08 % yang terdapat di litosfer,

hidrosfer dan atmosfer, tetapi merupakan unsure yang sangat penting dalam

kehidupan. Bentuknya dapat berupa intan dan grafit (bentuk lahirnya karbon),
kalsium dan magnesium karbonat (kalsit, batu kapur, dolomit, marbel dan kapur)

dan hidrokarbon (gas, minyak dan batubara) Pengkajian karbon di biosfer dan

geosfer dimulai dari siklus karbon global.

Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini

tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke

atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2

atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana

selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya

(reverse reaction).

Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu: Melalui

pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi

eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul

organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.

Model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model iklim global sehingga

reaksi interaktif dari lautan dan biosfer terhadap nilai CO di masa depan dapat

dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini, baik dalam sub

model fisika maupun biokimia (khususnya pada sub model terakhir). Model-

model seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik yang positif

antara temperatur dan CO Sebagai contoh, Zeng dkk. (GRL, 2004) menemukan

dalam model mereka bahwa terdapat pemanasan ekstra sebesar 0,6°C (yang

atmosferik yang lebih besar). Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:

atmosferik yang lebih besar). Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah

karbon dioksida menjadi  karbohidrat, dan melepaskan  oksigen ke atmosfer.

Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang

baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.

Anda mungkin juga menyukai