0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
40 tayangan11 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan praktikum mengenai penetapan kadar karbon pada pupuk petroganik yang meliputi tujuan praktikum, tinjauan pustaka tentang karbon dalam tanah, dan metode penetapan kadar karbon menggunakan titrasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan praktikum mengenai penetapan kadar karbon pada pupuk petroganik yang meliputi tujuan praktikum, tinjauan pustaka tentang karbon dalam tanah, dan metode penetapan kadar karbon menggunakan titrasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan praktikum mengenai penetapan kadar karbon pada pupuk petroganik yang meliputi tujuan praktikum, tinjauan pustaka tentang karbon dalam tanah, dan metode penetapan kadar karbon menggunakan titrasi.
Adapun tujuan dari praktikum acara 7 “penetapan kadar karbon (C) pupuk petroganik” adalah untuk mengetahui C/N pupuk organik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula, pati, protein, hemiselulosa. Adapun hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C, N, S, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain. Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase, dan pengolahan dari bahan tersebut. Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu dipertahankan melalui suatu pengelolaan yang baik (Indranada, 1994). Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk. Berbagai perubahan yang terjadi dan siklus yang menyertai reaksi karbon tersebut di dalam atau di luar sistem tanah disebut peredaran karbon. Pembebasan CO2 antara lain melalui mekanisme pelapukan bahan organi. Gas tersebut merupakan sumber CO2 tanah, disamping CO2 yang dikeluarkan akar tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan. CO2 yang dihasilkan tanah akhirnya akan dibebaskan ke udara, kemudian dipakai lagi oleh tanaman (Yani, 2003). Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa- sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisme yang telah mengalami perubahan, namum relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah (Watoni dan Buchari, 2000). Nilai C-organik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kedalaman tanah. Nilai C-organik pada kedalaman tanah yang semakin tinggi akan diperoleh nilai C-organik yang rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh kebiasaan petani yang memberikan bahan organik dan serasah pada permukaan tanah sehingga bahan organik tersebut mengalami pengumpulan pada bagian atas tanah dan sebagian mengalami pelindihan ke lapisan yang lebih dalam. Nilai C-organik pada bagian tanah top soil menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan sub soil dan didalamnya (Sipahutar dkk., 2014). Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 1984). BAB 3 METODE PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum acara 7 “Penetapan Kadar Karbon (C) Pupuk Petroganik adalah labu takar 50 ml sebanyak 1 buah, gelas ukur 50 ml sebanyak 1 buah, gelas ukur 10 ml sebanyak 1 buah, pipet tetes sebanyak 1 buah, erlenmeyer sebanyak 1 buah, timbangan analitik sebanyak 1 buah, statif dan biuret sebanyak 1 buah. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain pupuk petroganik, K2Cr2O7 1n, H2SO4 Pekat, indikator dipenilamine, H2PO4 85%, FeSO4 1n, dan aquadest. 3.2 Cara Kerja Cara kerja yang dilakukan yaitu pertama labu takar 50 ml diambil. Langkah kedua, contoh pupuk diambil sebanyak 0,05 g kemudian dimasukkan kedalam labu takar. Langkah ketiga, dalam labu tersebut ditambahkan 10 ml K 2Cr2O7 1n, kemudian 10 ml H2SO4 Pekat dengan gelas ukur, selanjutnya digojok dengan gerakan mendatar. Langkah keempat, warna harus tetap jingga, bila warna berubah menjadi biru kehijauan, ditambahkan lagi K2Cr2O7 1n dan H2SO4 Pekat. Banyaknya penambahan tersebut dicatat. Langkah kelima 1 ml indikator dipenilamine ditambahkan dengan menggunakan pipet tetes. Langkah keenam H2PO4 85% ditambahkan sebanyak 10 ml. Langkah ketujuh, volume tersebut dijadikan 50 ml dengan menambahkan aquadest. Langkah kedelapan, gojok dengan cara membolak-balikkan dan biarkan mengendap. Langkah kesembilan, larutan yang jernih diambil dengan pipet sebanyak 5 ml. Langkah kesepuluh, larutan tersebut dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran 50 ml, dan ditambah dengan 15 ml aquadest. Langkah kesebelas, larutan dititrasikan dengan FeSO4 1n, hingga warna kehijauan. Langkah keduabelas dibuat blanko seperti pada langkah sebelumnya, tetapi tanpa bahan pupuk. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praktikum Setelah dilakukan pengamatan dapat dilihat hasil sebagai berikut: Perhitungan: Diketahui: Volume titrasi = 3 ml B = 4 ml A = 2 ml KL = 15,16 % ( B− A ) X Normalitas FeSO 4 X 3 100 X 10 X X 100 % Kadar C = 100 77 X Berat contoh pupuk (mg) 100+ KL ( 4−3 ) ml X 1 n X 3 100 X 10 X X 100 % = 100 77 X 50 mg 100+15,16 3 = X 1298,70 % 43,42 = 89,73 % 100 Kadar O = Kadar C X % 58 100 = 89,73 % X 58 = 154,70 % Jadi kadar C dari pupuk petroganik adalah 89,73 %, sedangkan untuk kadar O nya sebesar 154,70 %. 4.2 Pembahasan Setelah dilakukan pengamatan dapat dilihat hasilnya bahwa kadar C dari pupuk petroganik adalah 89,73 %, sedangkan untuk kadar O nya sebesar 154,70 %. Namun sebelumnya dapat diketahui bahwa kadar C dalam pupuk tersebut sangat tinggi. Dan kemungkinan bahwa jika pupuk tidak ditempatkan pada areal yang benar maka dapat terjadi kerusakan pada tanah maupun tanaman yang ada di sekitarnya. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan literature yang meunjukkan bahwa kadar C pada pupuk biasanya mencapai 44 - 60 %. Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 1984). BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan pengamatan dapat disimpulkan bahwa kadar C dari pupuk petroganik adalah 89,73 %, sedangkan untuk kadar O nya sebesar 154,70 %. Namun sebelumnya dapat diketahui bahwa kadar C dalam pupuk tersebut sangat tinggi. Dan kemungkinan bahwa jika pupuk tidak ditempatkan pada areal yang benar maka dapat terjadi kerusakan pada tanah maupun tanaman yang ada di sekitarnya. DAFTAR PUSTAKA
Balasubramian, V. 2005. Bahan Organik Tanah. Bali: UNUD.
Foth, H. D, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam. Jakarta: Erlangga.
Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara. Sipahutar, A. H., P. Marbun, dan Fauzi. 2014. Kajian C-Organik, N Dan P Humitropepts pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta. J Agroekoteknologi, 2(4): 1332-1338. Watoni, A.H., dan Buchari. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada Penentuan Kandungan Karbon Organik Total Tanah. JMS. Vol. 5 No. 1, hal. 23 – 40. Yani, A. 2003. Beberapa Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN
Arthawidya, Jalu. 2017. Analisis Komposisi Terbaik Dari Variasi CN Rasio Menggunakan Limbah Buah Pisang, Sayuran Dan Kotoran Sapi Dengan Parameter C-Organik, N-Total, Phospor, Kalium Dan CN Rasio Menggunakan Metode Vermikomposting. Universitas
Hubungan Kerapatan Tanah, Karbon Organik Tanah Dan Cadangan Karbon Organik Tanah Di Kawasan Agroforestri Tembawang Nanga Pemubuh Sekadau Hulu Kalimantan Barat