Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

ACARA 9
PENGARUH ZAT KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Disusun Oleh :
Nama : Annisa Saputri
NPM : 1710401060
Kelompok :1
Asisten : Wahyu Aji S

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2018
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan mikrobia umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan perubahan faktor lingkungan dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan
adanya medium yang dapat menyediakan nutrien bagi mikrobia dan ada juga
faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikrobia secara
optimum (Pelczar dan Chan, 1986). Beberapa golongan sangat tahan terhadap
perubahan lingkungan sehingga cepat dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi baru. Ada pula golongan mikroba yang sama sekali peka terhadap
perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri (Suriawiria,
1985).

Pada umumnya, bakteri dapat dibunuh atau dihambat pertumbuhannya


dengan menggunakan zat-zat tertentu yang disebut zat antiseptik atau zat
bacteria static. Zat yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan
bakteri antara lain zat disenfektan dan zat antibiotik.

Beberapa bahan kimia seperti senyawa fenol, alkohol, formalin dan


lain-lain diketahui dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme.
Berbagai substrat tersebut meunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai
cara dan terhadap mikroorganisme. Sifat ini digunakan untuk mengendalikan
populasi bakteri atau untuk tujuan desinfeksi suatu alat.

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengamati pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan
bakteri.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau


menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya
kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau
kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic,
sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi, 2004).

Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan


terlihat sebagai area jernih atau bersih mengelilingi cakram tempat zat dengan
aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan penggaris dan
hasil dari eksperimen ini merupakan satu antibiogram. Ukuran zona hambatan
dapat dipengaruhi oleh kepadatan media biakan, kecepatan difusi
antibiotik,konsentrasi antibiotik pada cakram filter,sensitivitas organisme terhadap
antibiotik, dan interaksi antibiotik terhadap media.suatu zat yang mempunyai efek
samping signifikan tidak boleh digunakan (Harmita dan Radji, 2008).

Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida, atau


bakteriosida (Dwidjoseputro, 1987). Bagian sel yang paling rentan terhadap cara
kerja desinfektan adalah membran sitoplasma, enzim tertentu dan protein
struktural seperti yang terdapat dalam dinding sel. Desinfektan dianggap sebagai
agen kimia yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dengan menghalangi atau memusnahkannya, jenis desinfektan yang biasa
digunakan yaitu HgCl2 dan alkohol. Faktor utama yang menentukan bagaimana
desinfektan bekerja adalah kadar desinfektan, waktu yang diberikan desinfektan,
suhu desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme. Desinfektan ini
mempengaruhi beberapa bagian sel yang vital seperti membran sitoplasma, enzim
tertentu, dan protein struktural yang terdapat di dalam dinding sel (Volk dan
Wheeler, 1993).

Menurut Pelczar dan Chan (1986), alkohol yang sering digunakan dalam
disinfeksi adalah etanol (80%), propanol (60%), dan isopropanol (70%). Alkohol
dengan konsentrasi 50-70% efektif terhadap mikroorgasnime vegetatif atau yang
tidak membentuk spora. Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikroorganisme
pada kulit dan desinfektan termometer oral. Alkohol merupakan denaturan
protein, suatu sifat yang terutama memberikan aktivitas antimikrobia pada
alkohol. Selain itu alkohol merupakan pelarut lipid sehingga dapat merusak
membran sel. Iodin dan zat halogen lainnya seperi klorida memiliki kemampuan
mengikat gugus asam amino bebas, dan mengurai gugus OH asam amino tersebut
menjadi ½O2 dan HI, sehingga memiliki efek oksidan yang kuat. Iodin umumnya
digunakan untuk mendisinfeksi luka kecil.
BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 6 November 2018 pada pukul
08.00 sampai selesai. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Tidar di Ruang P2.03.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan murni
bakteri E.coli dan B. subtilis, cawan petri, kertas filter bulat, larutan phenol
10%, alkohol 70%, HgCl2 0,1%, dan Yodium 10%, dan plastik wrap.

3.3 Langkah Kerja

Langkah pertama adalah menuangkan biakan murni dari E.coli dan B.


Subtilis ke dalam masing-masing cawan petri. Setelah agar menjadi padat,
meletakkan ketas filter yang masing-masing telah dicelupkan ke dalam larutan
Phenol 10%, alkohol 70%, HgCl2 01,1%, dan Yodium 10%. Setelah itu,
mendiamkannya selama kurang lebih satu minggu dan kemudian mengkur
diamter penghambat dari masing-masing larutan.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

E.coli B. Subtilis

Diameter daerah penghambat


Zat Kimia
E. coli B. Subtilis
Phenol 10% 0,1 cm tidak ada
Alkohol 70% 0,5 cm tidak ada
HgCl2 0,1% 1,5 cm tidak ada
Yodium 10% 1 cm tidak ada

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan biakan murni dari bakteri E.coli dan B.
subtilis sebagai bakteri yang akan diuji. Bakteri masing-masing dituangkan
secara merata ke dalam media agar dan ditunggu hingga memadat.
Kemudian, dalam satu media tersebut dibagi menjadi 4 bagian dan masing-
masing diberi tanda karena terdapat 4 larutan yang akan diuji yaitu larutan
phenol 10%, alkohol 70%, HgCl2 0,1%, dan Yodium 10%. Selain itu,
digunakan juga kertas filter sebagai cakram yang masing-masing telah
dicelupkan ke larutan yang akan diuji dan diletakkan pada daerah masing-
masing. Setelah itu, dilakukan pengamatan setelah didiamkan selama kurang
lebih satu minggu untuk mengamati diameter daerah pengahambatnya.
Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan
terlihat sebagai area jernih atau bersih mengelilingi cakram tempat zat dengan
aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan penggaris
dan hasil dari eksperimen ini merupakan satu antibiogram. Ukuran zona
hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan media biakan, kecepatan difusi
antibiotik,konsentrasi antibiotik pada cakram filter,sensitivitas organisme
terhadap antibiotik, dan interaksi antibiotik terhadap media.suatu zat yang
mempunyai efek samping signifikan tidak boleh digunakan (Harmita dan
Radji, 2008).

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil


diameter daerah penghambat pada bakteri E.coli paling besar ada pada larutan
HgCl2 0,1%. Kemudian pada larutan yodium 10%, alkohol 70%, dan yang
paling kecil pada larutan phenol 10%. Diameter daerah penghambat paling
besar pada larutan HgCl2 karena HgCl2 merupakan salah satu senyawa logam
berat dimana logam merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan mikrobia. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibraheem
(2012) yaitu HgCl2 merupakan salah satu persenyawaan logam berat yang
dapat menyebabkan kematian pada sel bakteri karena HgCl2 akan bereaksi
dengan bagian-bagian interseluler dari sel sehingga dapat menyebabkan
denaturasi bakteri.

Mekanisme penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh HgCl2 yaitu


HgCl2 terionisasi dalam air menghasilkan Hg2+. Ion ini mempunyai sifat
racun, iritasi pada jaringan, korosi pada logam sehingga dapat menyebabkan
pertumbuhan terhambat karena menyebabkan presipitasi protein. Ion Hg2+
akan berikatan dengan enzim sulfihidril. Saat berikatan dengan Hg2+, enzim
ini akan bersifat inaktif sedangkan enzim ini berperan dalam proses
metabolisme mikrobia. Sehingga proses metabolisme menjadi terganggu dan
pertumbuhan mikrobia menjadi terhambat bahkan mati (Moat, 1979).

Pada larutan iodin atau yodium, dapat digunakan untuk menghambat


pertumbuhan bakteri karena iodin dan zat halogen lainnya seperi klorida
memiliki kemampuan mengikat gugus asam amino bebas, dan mengurai
gugus OH asam amino tersebut menjadi ½O2 dan HI, sehingga memiliki
efek oksidan yang kuat. Iodin umumnya digunakan untuk mendisinfeksi luka
kecil. HNO3 atau asam nitrat merupakan asam kuat yang sangat korosif dan
berdasarkan sifatnya dikelompokkan sebagai salah satu bahan kimia yang
berbahaya atau B3. Zat ini memiliki kemampuan mendenaturasi protein, dan
tidak pernah digunakan sebagai desinfektan karena sifatnya yang korosif dan
juga berbahaya bagi manusia, melainkan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bahan peledak salah satunya TNT (trinitrotoluena), serta
digunakan dalam proses pemurnian logam yaitu platina, emas dan perak
(Kayser, 2005).

Alkohol juga dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan


bakteri karena alkohol dengan konsentrasi 50-70% efektif terhadap
mikroorgasnime vegetatif atau yang tidak membentuk spora. Alkohol efektif
untuk mengurangi flora mikroorganisme pada kulit dan desinfektan
termometer oral. Alkohol merupakan denaturan protein, suatu sifat yang
terutama memberikan aktivitas antimikrobia pada alkohol. Selain itu alkohol
merupakan pelarut lipid sehingga dapat merusak membran sel (Pelczar dan
Chan, 1986).

Sedangkan larutan phenol dapat digunakan untuk menghambat


pertumbuhan bakteri karena Cara kerja phenol dalam membunuh
mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel (Pelczar dan
Chan, 1981). Dengan terdenaturasinya protein sel, maka semua aktivitas
metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein
(Lawrence dan Block, 1968).

Pada bakteri B. Subtilis, tidak terjadi penghambatan pertumbuhan


bakteri atau tidak terbentuk daerah penghambat karena pada saat penuangan
biakan bakteri, tidak tertuang secara merata ke seluruh media karena
jumlahnya sedikit sehingga hanya ada di tengah-tengah media. Hal tersebut
menyebabkan pada saat peletakan cakram tidak dapat menyentuh bakteri
tersebut sehingga tidak ada bakteri yang terhambat pertumbuhannya.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.


Harmita dan Radji, M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi ke-3. EGC: Jakarta.
Lutfi, Ahmad. 2004. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan Nasional:
Jakarta.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI-Press:
Jakarta.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa: Bandung.
Volk, A. W. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Erlangga:
Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai