Anda di halaman 1dari 4

4.

3 Pembahasan
Percobaan kali ini, praktikan memakai dua buah jenis sampel yaitu sampel tanah
basah yang diambil di sekitar GOR Futsal Universitas Andalas dan sampel urin
kambing yng diambil dari UPT Peternakan Universitas Andalas. Pada percobaan,
kedua sampel ini akan dicampur merata menjadi satu. Kemudian, dari campuran
kedua sampel tadi lah akan dihitung berapa kadar C Organik yang terdapat di
dalamnya.
Sebelum menghitung nilai absorban sampel, terlebih dahulu dihitung persen kadar
air pada sampel tanah agar kadar karbon organik yang didapatkan tidak
dipengaruhi oleh faktor kadar air yang terkandung di dalam sampel. Pada
praktikum ini diperoleh nilai kadar air yaitu sebesar 69,02%. Kadar air di dalam
sampel ini dapat dikatakan cukup tinggi. Nilai % kadar air ini digunakan untuk
menentukan faktor koreksi untuk mendapatkan nilai kadar karbon dari sampel.
Nilai faktor koreksi (fk) yang diperoleh adalah sebesar 3,228%. Nilai faktor
koreksi digunakan untuk menunjukkan persentase kandungan air di dalam sampel
yang digunakan untuk menentukan kadar karbon di dalam tanah tersebut.
Pengukuran dengan menggunakan alat spektrofotometer, didapatkan konsentrasi
(ppm) C Organik adalah sebesar 709,455 ppm. Sedangkan, untuk persentase kadar
C Organik didaatkan sebesar 22,901%. Penentuan persentase kadar C Organik ini
dipengaruhi oleh konsentrasi C Organik (ppm) dan faktor koreksi (fk).
Berdasarkan peraturan SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari
Sampah Organik, ditetapkan kadar pesentase organik yang seharusnya layak
dijadikan kompos berada dalam rentang 9,8% sampai dengan 32%. Melihat hasil
perhitungan persentase kadar C Organik yang praktikan dapatkan yaitu 22,901%,
masih berada dalam rentang yang diperbolehkan. Oleh sebab itu dapat dikatakan
sample yang praktikan gunakan layak untuk dijadikan kompos.
Peran sarjana Teknik Lingkungan dengan mengetahui keadaan ini adalah dapat
merancang pengelolaan sampah organik di Universitas Andalas menjadi pupuk
kompos. Tidak hanya akan mengurangi sampah, namun pupuk kompos yang
dibuat pun dapat digunakan kembali untuk keperluan pertanian. Selain itu, pupuk
yang dibuat pun juga dapat dijual sehingga juga membawa keuntungan ekonomis.

Agar mudah dalam pengelolaan sampah organik ini, maka penting untuk
melakukan pemilahan antara sampah basah dengan sampah kering. Dengan begitu
dapat dibedakan antara sampah-sampah yang dapat dikompos dengan yang tidak.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum adalah:
1. Dari hasil perhitungan didapatkan persentase kadar air sampel adalah 69,02%
sedangkan faktor koreksinya adalah 3,228%;
2. Berdasarkan pengukuran dengan spektrofotometer nilai konsentrasi C-Organik
pada sampel adalah 709,455 ppm;
3. Persentase kadar C-Organik yang terkandung sampel adalah 22,901%;
4. Berdasarkan SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah
Organik, maka dapat dikatan sampel yang praktikan gunakan layak untuk
dijadikan kompos
5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Saran terhadap pemerintah adalah membuat kebijakan-kebijakan yang
mendukung pengelolaan sampah yang baik dan benar dan melakukan
pengawasan terhadap penerapan kebijakan tersebut dalam hal ini adalah
kebijakan tentang pengelolaan sampah organik menjadi kompos;
2. Saran terhadap masyarakat adalah ikut berperan aktif dalam pengelolaan
sampah yang baik dan benar sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Masyarakat dapat memulai megolah sampah rumah tangganya
menjadi pupuk organik dalam skala kecil;
3. Saran terhadap sarjana teknik lingungan yaitu merancang sistem dan
teknis pengelolaan sampah organik sehingga dapat dengan mudah, efektif
dan efisien menghasilkan pupuk kompos;
4. Saran terhadap praktikum selanjutnya yaitu praktikan lebih memahami
objek praktikum dan materi yang berkaitan dengan objek tersebut
sehingga mengerti apa yang sedang dikerjakan dalam praktikum.

Anda mungkin juga menyukai