Anda di halaman 1dari 9

1

MASALAH BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) DI INDONESIA DAN


UPAYA UNTUK MENINGKATKANNYA

PAPER

OLEH:

ELISARAH SIHOMBING
170301175
ILMU TANAH

MATA KULIAH PRODUKSI DAN TEKNOLOGI BENIH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan

berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau

mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di

Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian

bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar

(Widya, 2008).

Produktivitas kakao nasional mengalami penurunan sekitar 3,01 % yakni

di tahun 2011 berkisar 0,821 ton/ha menjadi 0,797 di tahun 2015 (direktorat

jenderal perkebunan, 2016). Dari data tersebut terlihat bahwa produktivitas kakao

di Provinsi Jambi lebih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas kakao

nasional, sedangkan luas areal tanaman kakao di provinsi jambi semakin

meningkat. Turunnya produktivitas tanaman kakao di Provinsi Jambi dikarenakan

sebagian besar tanaman kakao umurnya sudah tua, sehingga perlu diremajakan

kembali serta kurangnya penyediaan benih yang memiliki viabilitas dan vigor

yang baik. Tingkat viabilitas benih merupakan salah satu komponen penting

sebagai tolak ukur terhadap mutu benih, sehingga perlu menanam tanaman kakao

kembali dengan menggunakan benih yang bermutu dan unggul. Modifikasi

penyimpanan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan benih yang bermutu.

Kustantini dan Kusumastuti (2015), menyatakan benih kakao termasuk

benih rekalsitran yang mengandung kadar air tinggi yang peka terhadap

penurunan viabilitasnya hingga kematian apabila disimpan dalam jangka waktu


3

yang lama. Justice dan Bass (2002), juga menyatakan bahwa benih rekalsitran

merupakan benih yang tidak dapat disimpan lama, berkadar air tinggi dan sifatnya

segera berkecambah sehingga cepat kehilangan daya hidup (viabilitas) dalam

waktu relatif singkat bila tidak ditangani dengan baik. Kondisi penyimpanan

benih rekalsitran sebaiknya ditujukan untuk mencegah terjadinya pengeringan,

menekan kontaminasi mikroba mencegah perkecambahan dan memelihara

persediaan oksigen.

Benih rekalsitran mempunyai daya simpan yang relatif singkat dari

beberapa hari sampai beberapa minggu, serta peka terhadap penurunan kadar air

dibawah 30% dan suhu penyimpanan dibawah 15 . Berbeda dengan benih

orthodok yang daya simpanya dapat mencapai beberapa tahun, serta tahan

terhadap pengeringan sampai kadar air benih 5% dan suhu penyimpanan rendah (5

). Mengingat daya simpan benih rekalsitran relatif singkat, maka upaya

meningkatkan daya simpan benih rekalsitran terus dilakukan

(Sukarman dan Melati, 2015).

Rumusan Masalah

1. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi pada benih kakao?

2. Apa saja penyebab munculnya masalah-masalah tersebut?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

tersebut?
4

TINJAUAN PUSTAKA

Topik Masalah

Salah satu faktor yang sangat mendukung peningkatan produksi dan

keberhasilan budidaya kakao adalah tersedianya benih berkualitas dan mampu

tumbuh baik di lapangan. Benih sebagai bahan perbanyakan tanaman harus

memiliki mutu yang tinggi baik genetik, fisik maupun fisiologis agar dapat

menghasilkan tanaman dengan vigor dan produksi yang tinggi

(Hayati et al., 2011).

Penyimpanan benih merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendukung

peningkatan jumlah dan mutu benih dan perlu diperhatikan dalam menjamin

pengadaan bahan tanaman melalui program penanaman (Yuniarti et al., 2013).

Tujuan penyimpanan yaitu untuk menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik

(viabilitas dan vigor tinggi), melindungi biji dari serangan hama dan jamur, dan

mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi

kebutuhan (Indriana dan Budiasih, 2017).

Benih kakao yang telah dikeluarkan dari buahnya akan cepat berkecambah

apabila penyimpanan tanpa perlakuan khusus dalam jangka waktu 3-4 hari

(Tambunsaribu et al., 2017). Hal ini disebabkan buah tanaman kakao memiliki biji

yang ditutupi oleh lendir yang mengandung zat penghambat perkecambahan

sehingga dapat menunda perkecambahan di dalam buah, tetapi ketika kulit buah di

buka, lendir cepat terurai dan perkecambahan dimulai karena biji kakao tidak

memiliki masa dormansi (Toxopeus, 1987).

Selain itu, masalah utama dalam penyimpanan benih kakao adalah benih

kakao memiliki kadar air kritis yang relatif tinggi. Penurunan kadar air benih
5

sampai dibawah kadar air kristis (12% - 31%) dapat menyebabkan viabilitas benih

kakao menurun dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kematian benih. Disisi

lain, karena kadar air benih kakao yang tinggi, benih kakao yang termasuk benih

rekalsitran tidak tahan jika dikeringkan dan peka terhadap suhu dan kelembaban

sehingga rentan mengalami kerusakan akibat kontaminasi mikrobial, benih

berkecambah dalam penyimpanan dan kekurangan oksigen. Karakteristik ini

menyebabkan benih kakao memiliki periode simpan yang relatif singkat

dibandingkan dengan benih ortodok (Esrita, 2009).

Masalah utama pada penyimpanan benih rekalsitran adalah tidak dapat

dikeringkan di bawah kadar air kritis, mudah berkecambah dan tidak toleran

terhadap suhu rendah. Hal tersebut menjadi masalah dalam pemibibitan terutama

untuk benih yang akan dijadikan bibit. Penyimpanan benih yang baik akan

mempertahankan vigor maupun viabilitas benih tetap tinggi sampai tiba saatnya

ditanam (Pratiwi et al., 2011).

Benih yang berkecambah dalam pengiriman dan penyimpanan tidak

disukai karena banyak yang akarnya telah tumbuh panjang dan bengkok sehingga

mudah rusak ketika ditanam. Selain itu, pertumbuhan bibit yang bengkok akan

abnormal (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010). Sehingga

diperlukan perlakuan khusus dalam pengiriman dan penyimpanan benih salah

satunya dengan menggunakan media simpan. Media simpan yang digunakan

dalam penyimpanan benih kakao berperan sebagai penyangga kelembaban selama

penyimpanan, yaitu menyediakan air apabila benih kakao kekurangan air dan

sebaliknya menyerap air apabila benih kakao berlebihan air (Rahardjo, 2012).
6

METODE PEMECAHAN MASALAH

Salah satu cara untuk menjaga vigor dan viabilitas benih rekalsitran agar

tidak cepat menurun selama masa penyimpanan dengan 3 penggunaan media

simpan yang tepat. Media simpan yang digunakan antara lain serbuk gergaji, abu

sekam padi dan sekam padi (Sitepu et al.,2015).

Pada pembibitan kakao, media tanam juga berpengaruh terhadap hasil

bibit nantinya sebab kedalaman akar tunggang menembus tanah dipengaruhi

keadaan air tanah dan struktur tanah. Pada tanah yang dalam dan berdrainase baik,

akar kakao dewasa mencapai kedalaman 1,0 – 1,5 m. Pertumbuhan akar kakao

sangat peka pada hambatan, baik berupa batu, lapisan keras, maupun air tanah.

Apabila selama pertumbuhan, akar menjumpai batu, akar tunggang akan

membelah diri menjadi dua dan masing-masing tumbuh geosentris (mengarah ke

dalam tanah). Apabila batu yang dijumpai terlalu besar, sebagian akar lateral

mengambil alih fungsi akar tunggang dengan tumbuh ke bawah. Apabila

permukaan air tanah yang dijumpai, akar tunggang tidak berkembang sama sekali.

Oleh karena itu jika ketersediaan air berlebihan atau kekurangan, air akan menjadi

masalah bagi tanaman sebab jumlah air yang optimum adalah jumlah air yang

dibutuhkan tanaman dalam jumlah kapasitas lapang (Siregar et al. 2010).

Alternatif lain untuk mengefisiensikan pemberian air tanpa menghambat

pertumbuhan kakao di pembibitan. Penggunaan vermikompos merupakan salah

satu cara dalam meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air tanah

sekaligus memperbaiki struktur tanah sebab vermikompos memiliki lubang pori

yang cukup besar dalam menahan air tanah. Vermikompos merupakan pupuk

organik yang dihasilkan dari tanah bekas pemeliharaan cacing. Vermikompos


7

memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk organik lainnya. Vermikompos

memiliki kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah lebih tinggi

dibandingkan pupuk kompos lainnya. Vermikompos mengandung enzim yang

membantu dalam proses sintesis nutrisi dalam vermikompos, sehingga dapat

lansung terserap oleh tanaman, mengandung mikroba tanah yang berguna

meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman, juga menjadi sumber nutrisi bagi

mikroba tanah (Masnur,2001).


8

KESIMPULAN

1. Kakao merupakan salah satu tanaman dikotil dan merupakan tanaman

tahunan

2. Benih kakao merupakan benih rekalsitran, yaitu benih yang tidak dapat

tahan jika disimpan dalam keadaan RH yang rendah dan KA sedikit

3. Masalah-masalah yang dihadapi pada benih kakao antara lain masalah

benih yang segera berkecambah akibat tidak adanya penanganan yang baik

dan segera, mutu atau kualitas benih kakao yang masih rendah, media

tanam kakao yang tidak baik dalam menyimpan air

4. Media tanam terbaik yang dapat digunakan adalah serbuk gergaji, karena

dapat menahan air dengan baik

5. Vermikompos juga dapat membantu meningkatkan unsur hara serta

kemampuan menahan air tanah


9

DAFTAR PUSTAKA

Hayati et.al.2011. Pengaruh Cekaman Kekeringan Air Terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Tanaman, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian USU, Medan.

Justice dan Bass.2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT Raja


Grafindo : Jakarta.

Kustantini dan Kusumantuti.2015. Beberapa teknik untuk meningkatkan daya


simpan benih kakao (Theobroma cacao L.). Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya

Masnur.2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah), Instalasi Penelitian dan


Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP), Mataram.
http://kascing.com/article/masnur/vermikompos-kompos-cacing-tanah. (23
Mei 2011).

Pratiwi et.al.2011. Pengaruh jenis dan kadar air media simpan terhadap viabilitas
benih lengkeng (Dimocarpus longan lour.). Jurnal Perbenihan Tanaman
Hutan 2(6): 50-60.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Teknologi Benih. Edisi revisi.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rahardjo. 2012. Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Media
Simpan Serbuk Gergaji). Fakultas Pertanian Universitas SamRatulangi
Mando. Soil Envirorment.8(3):102-105.

Siregar, T.H>S., Slamet R., dan Laeli N.2010. Budidaya Cokelat. Penebar
Swadaya: Jakarta

Sitepu K.T.E., Taryonodan D. Prayitno. 2015. Pengaruh bahan media simpan


terhadap kualitas bibit tiga klon tebu ( Saccharum officinarum L.) mata
tunas tunggal. Jurnal Vegetalika 4(3) : 57-69.

Sukarman dan Melati. 2015. Pengelolaan benih rekalsitran tanaman perkebunan.


Hal. 37-44 dalam: Prosiding Seminar Perbenihan Tanaman Rempah dan
Obat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 29 April 2015.
Bogor.

Toxopeus. 1987. Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu


Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta

Widya, Y. 2008. Budidaya bertanam Cokelat Tim Bina Karya Tani, Bandung.
Sebelas Maret (22 Juni 2011)

Anda mungkin juga menyukai