Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG

DAPHNIA

Oleh:
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Desy Indriani Nur Rahmah


: B1J014014
: II
:3
: Ricke Dwi Prakoso

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


Daphnia sp. adalah hewan Crustaceae yang termasuk dalam fillum
Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Estomostraca, Ordo Phyycopoda, Subordo
Cladocera, Family Daphnidae, Genus Daphnia, Spesies Daphnia sp. Hewan ini
bisa ditemukan dalam kultur kutu air, yang merupakan salah satu penyusun
zooplankton, hidup di air tawar, misalnya di danau (Pankey, 2009).Daphnia
mempunyai suatu badan yang terdiri dari kepala dan belalai. Antena pada Daphnia
adalah alat penggerak utama. Pada waktu tertentu Daphnia akan berganti bulu dan
mengganti kulit eksternalnya (Yuwono, 2001).
Daphnia sp. merupakan udang-udangan (Crustacea) yang telah beradaptasi
pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh
karena itu, dalam perkembangbiakannya dapat dihasilkan telur berupa kista
maupun anak yang "dilahirkan". Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian
rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak
mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan
Daphnia. Waterman (1960) mengemukakan bahwa hewan kecil memiliki
frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari pada hewan dewasa baik itu pada
suhu atau temperatur panas, sedang, dingin, maupun alkoholik.
Daphnia sp. mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang
tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh
lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan
yang ke dua disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak.
Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut. Perkembangbiakan
Daphnia sp. yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau
kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan
menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman
hingga menetas. Anak Daphnia sp. dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada
kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu
jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina
menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium yang akan menetas saat kondisi
perairan baik kembali. Daphnia sp. mulai berkembang biak pada umur lima hari,

dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi
(Darmanto, 2000 ). Konsumsi oksigen pada krustase dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang berpengaruh
adalah salinitas, konsentrasi oksigen terlarut, suhu, cahaya, status makanan dan
karbondioksida. Faktor internal adalah spesies, stadia, bobot, aktivitas, jenis
kelamin, reproduksi, dan molting (Karim, 2007).
Daphnia sp. merupakan salah satu hewan poikiloterm sehingga naik
turunnya temperatur lingkungan dapat mempengaruhi denyut atau kerja jantung.
Metabolisme hewan poikiloterm dipengaruhi oleh lingkungan, begitu juga dengan
denyut jantungnya. Dinding tubuh Daphnia sp. transparan sehingga organ-organ
internalnya akan tampak jelas di bawah mikroskop cahaya dan kerja jantungnya
dapat terlihat jelas (Susanto, 1989).
I.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh lingkungan
dan zat kimia terhadap denyut jantung hewan uji (Daphnia sp.).

II. MATERI DAN CARA KERJA

II.1.

Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah, penangas air,

baskom, gelas bekker kecil, thermometer, mikroskop, cavity slide, stopwatch (alat
penghitung waktu), hand tally counter, pipet tetes, bak preparat.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Daphnia sp,,es
batu, tissue, alkohol 5%.
II.2. Cara kerja
1. Daphnia sp. yang telah disediakan diambil dari baskom menggunakan pipet
tetes, setelah temperature air baskom diukur dengan termometer.
2. Daphnia sp. diletakkan ke dalam cavity slide dan diamati di bawah
mikroskop.
3. Apabila Daphnia sp. masih terlalu banyak bergerak, maka kurangi air di
sekitar cavity slide menggunakan kertas tissue.
4. Denyut jantung Daphnia sp. dihitung dengan alat bantu hand tally counter
selama 15 detik. Sehingga untuk memperoleh denyut jantung selama 1 menit,
data yang diperoleh dikalikan empat.
5. Daphnia sp. diambil dari baskom, kemudian diberi perlakuan dingin dengan
cara menyentuhkan sisi bawah cavity slide kepada permukaan air es.
6. Suhu air es dihitung terlebih dahulu, sebelum Daphnia sp. diamati.Daphnia
sp. dimasukkan ke dalam cavity slide dan diamati di

bawah mikroskop

dengan cara yang sama dengan cara kerja point (3-4).


7. Cara kerja point (1-4) diulangi dengan perlakuan panas dan penambahan
larutan alkohol 5% sebanyak satu tetes.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil
Tabel 3.1. Hasil pengamatan pengaruh lingkungan terhadap denyut jantung
Daphnia
Kel

Normal
Suh Denyut
u
jantung

Panas
Suh
Denyut
u
jantung

Dingin
Suh
Denyut
u
jantung

Alkohol
Konsentrasi

Denyut
jantung

1
2
3
4
5

28
32
28
28
27

52
450
144
224
76

72
52
78
52
38

224
615
188
160
112

4,8
3
4,8
4
4,38

48
600
164
200
52

5%
5%
5%
5%
5%

Gambar 3.1. Mikroskopis morfologi Daphnia


Keterangan gambar:
1. Jantung

III.2. Pembahasan
Frekuensi denyut jantung Daphnia sp. yang normal tanpa adanya
perlakuan apapun dan dalam keadaan aktivitas biasa rata-rata 120 denyut/menit
(Barnes, 1996). Masing-masing kelompok pada rombongan II menghasilkan
frekuensi denyut jantung normal Daphnia sp. yang berbeda-beda. Kelompok 1
memperoleh hasil 52 denyut/menit; kelompok 2 = 450 denyut/menit; kelompok 3

224
630
168
192
120

= 144 denyut/menit; kelompok 4 = 224 denyut/menit, dan kelompok 5 = 76


denyut/menit.
Daphnia adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar,
sering juga disebut sebagai kutu air (Gambar 2). Disebut demikian karena cara
bergerak yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis
(kurang lebih 400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari
semua spesis yang ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering
digunakan sebagai pakan untuk larva ikan (Pangkey, 2009).
Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan
populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara
aseksual. Pada kondisi yang optimum,Daphnia betina dapat memproduksi telur
sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga hari. Daphnia betina
dapat bertelur hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai
Daphnia betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia
betina akan memulai bertelur setelah berusia empat hari dengan telur sebanyak 4
22 butir. Pada kondisi buruk jantan dapat berproduksi, sehingga reproduksi
seksual terjadi. Telur-telur yang dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting
eggs). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan,
kandungan oksigen yang rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperatur
yang rendah (Pangkey, 2009).
Denyut jantung Daphnia sp. akan berubah ketika terjadi perubahan
temperatur lingkungan. Denyut jantung Daphnia sp. pada keadaan panas lebih
tinggi dari keadaan normal yaitu 276/menit (Barnes, 1996). Hal ini terjadi karena
suhu yang tinggi menyebabkan laju metabolisme juga tinggi sehingga kerja
jantung menjadi lebih cepat. Menurut Soetrisno (1989), menyatakan bahwa kerja
jantung lebih cepat merupakan salah satu usaha Daphnia sp. dalam rangka
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang panas. Waterman (1960), menyatakan
bahwa penambahan air panas dapat

menyebabkan kenaikan denyut jantung

Daphnia sp. Karena adanya kenaikan temperatur dalam jangka lingkungan


normal. Peningkatan suhu menyebabkan metabolisme berjalan lebih cepat
sehingga kebutuhan oksigen yang diangkut darah lebih banyak dibandingkan pada
kondisi normal.

Data denyut jantung Daphnia sp. pada lingkungan air panas yang
didapatkan pada praktikum kali ini berbeda-beda tiap kelompoknya. Kelompok 1
= 224 denyut/menit pada 72C, kelompok 2 = 615 denyut/menit 52C, kelompok
3 = 188 denyut/menit pada 78C, kelompok 4 = 160 denyut/menit pada 52C, dan
kelompok 5 = 112 denyut/menit pada 52C. Denyut jantung Daphnia sp. yang
mengalami peningkatan terjadi pada kelompok 1 dan 2, sedangkan kelompok 3, 4,
dan 5 mengalami penurunan frekuensi denyut jantung.
Makanan dan temperatur lingkungan sangat penting dalam pertumbuhan
hewan dengan filter feeders seperti Daphnia, karena ketersediaan makanan yang
memenuhi meningkatkan ukuran dan kenaikan temperatur yang tinggi
meningkatkan pertumbuhan Daphnia. Tetapi hanya pada batas tingkatan suhu
tertentu, atau optimum (Winder et al, 2004). Keadaan dingin atau pada suhu
rendah menyebabkan denyut jantung Daphnia sp. lambat. Suhu rendah
mempengaruhi aktivitas kerja jantung. Hal ini disebabkan karena suhu yang
rendah maka laju metabolismenya rendah. Whaley (1964) menyatakan bahwa laju
metabolisme yang rendah menyebabkan kerja jantung lambat karena suplai energi
dan hasil-hasil metabolisme rendah sehingga denyut jantung menjadi turun
dibawah keadaan normal. Denyut jantung Daphnia sp. pada lingkungan air dingin
yang didapatkan pada praktikum kali ini juga berbeda-beda. Kelompok 1 = 48
denyut/menit pada 4,8C, kelompok 2 = 600 denyut/menit 3C, kelompok 3 = 164
denyut/menit pada 4,8C, kelompok 4 = 200 denyut/menit pada 4C, dan
kelompok 5 = 52 denyut/menit pada 4,8C.
Perlakuan alkohol 5 % menghasilkan data denyut jantung Daphnia sp.
yang berbeda-beda. Kelompok 1 = 224 denyut/menit pada konsentrasi 5%,;
kelompok 2 = 630 denyut/menit pada konsentrasi 5%; kelompok 3 = 168
denyut/menit pada konsentrai 5%; kelompok 4 = 192 denyut/menit, dan kelompok
5 = 120 denyut/menit. Ada banyak pendapat mengenai pengaruh alkohol terhadap
kerja jantung. Waterman (1960) berpendapat bahwa obat-obatan atau zat kimia
akan menyebabkan kenaikan aktivitas jantung. Sedangkan (Tjitrosoepomo dan
Sugiri, 1988) menyatakan bahwa penambahan larutan alkohol pada Daphnia sp.
menyebabkan jantung tidak berfungsi dalam arti bahwa penambahan alkohol
menyebabkan Daphnia sp. bersifat lethal (mati). Adanya zat kimia tersebut

membuat denyut jantung akan melemah karena terganggunya proses metabolisme


dalam tubuh sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung kecil atau kontraksi
jantung melemah. Frekuensi denyut jantung yang menurun mungkin juga terjadi
karena saat perlakuan dengan alkohol terlalu lama, sehingga menyebabkan
kerusakan pada otak dan berakibat pada detak jantung yang menurun (Kimball,
1993). Sementara itu penelitian Allbrett et al, (2002) menghasilkan kesimpulan
bahwa kerja jantung Daphnia sp. tidak dipengaruhi oleh alkohol.
Alasan digunakannya daphnia dalam praktikum kali ini adalah karena
daphnia merupakan crustacea air tawar yang dapat diperoleh dengan mudah.
Daphnia jg memiliki struktur tubuh yang mudah diamati di bawah mikroskop.
Jantung daphnia dapat terlihat dengan mudah dibawah mikroskop walaupun
terkadang sulit membedakan denyut jantung daphnia dengan gerakan kakinya
yang bergerak dengan ritmis.
Denyut jantung Daphnia sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut adalah aktivitas, nutrisi, ukuran, umur, cahaya, temperatur, dan zat kimia
(Waterman, 1960). Zat kimia yang dapat mempengaruhi kerja jantung Daphnia
sp. adalah obat-obatan, alkohol, dan kava (Allbrett et al, 2002). Soetrisno (1989)
menambahkan bahwa ion-ion, adrenalin dan karbondioksida juga mempengaruhi
kerja jantung daphnia. Pada hewan kecil, frekuensi denyut jantungnya lebih cepat
daripada hewan yang berukuran lebih besar. Hal ini disebabkan adanya kecepatan
metabolik yang dimiliki hewan kecil tersebut. Menurut Pennak (1953) mekanisme
kerja jantung Daphnia sp berbanding langsung dengan kebutuhan oksigen per unit
berat badannya pada hewan-hewan Daphnia sp. sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan pada suhu 22 31C dan pH 6,5 7,4 yang mana organisme ini
perkembangan larva menjadi dewasa dalam waktu empat hari. Menurut Waterman
(1960) pada lingkungan dengan suhu tinggi akan meningkatkan metabolisme
dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan berdampak pada peningkatan
denyut jantung Daphnia sp.
Waterman (1960) mengatakan bahwa senyawa toksik menyebabkan
seluruh sistem jaringan tubuh dalam Daphnia sp mengalami gangguan, begitu
pula dengan alkohol yang merupakan senyawa toksik untuk Daphnia sp. Faktor
yang mempengaruhi kerja denyut jantung Daphnia sp adalah sebagai berikut :

Aktivitas. Denyut jantung Daphnia sp bertambah lambat setelah dalam keadaan


tenang.
Ukuran dan umur. Spesies yang lebih besar ukuran tubuhnya cenderung
mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.
Cahaya. Keadaan gelap memicu denyut jantung Daphnia sp mengalami
penurunan, sedangkan pada keadaan terang mengalami peningkatan.
Temperatur. Denyut jantung Daphnia sp akan bertambah tinggi apabila suhu
meningkat.
Obat-obat (senyawa kimia). Zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung
Daphnia sp menjadi tinggi atau meningkat.
Pengaruh peningkatan suhu pada organisme air (Daphnia sp.), ketika suhu
dinaikkan hingga 6 oC dan lebih tinggi sekitar (16 oC), Daphnia sp. menjadi lebih
aktif, meningkatkan tingkat bernapas dan detak jantung serta menyesuaikan diri
dengan massa tubuh lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil. Kebutuhan akan
oksigen lebih karena peningkatan metabolisme dipenuhi melalui peningkatan
sintesis hemoglobin (Hb), respirasi, detak jantung, dan lain-lain (Kenneth et al.,
1972). Daphnia hidup pada selang suhu 18-24C. Daphnia membutuhkan pH yang
sedikit alkalin, yaitu 6,7-8,2. Selain pH, faktor lain yang berpengaruh terhadap
kehidupan Daphnia magna adalah suhu. Suhu air sangat mempengaruhi seluruh
aktivitas dan proses reproduksi organisme akuatik termasuk daphnia. Konsentrasi
oksigen terlarut optimum bagi kehidupan Daphnia adalah minimal 5 mg/L (EPS,
1990), dengan adanya lumut dalam medium dapat menghasilkan oksigen terlarut
karena lumut melakukan fotosintesis untuk mendukung kehidupan hidup Daphnia
magna. Keadaan lingkungan yang kurang mendukung seperti adanya pencemaran
air dan kurangnya ketersediaan makanan akan dihasilkan neonate Daphnia magna
yang sedikit jumlahnya. Hal ini karena Daphnia sp. merupakan hewan akuatik
yang sensitif terhadap pencemaran air, tetapi pada perlakuan 1 ini tidak ada
penambahan pakan ragi pada medium, hanya makanan (nutrien) yang mungkin
tersimpan dalam campuran dari ketiga komposisi (air sumur, lumpur dan lumut)
Menurut Chumaedi dan R. Djadjadireja (1982) dalam Bayu (2009), di bawah
kondisi

percobaan,

makanan

lebih

berpengaruh

terhadap

proses

perkembangbiakan Daphnia sp., sehingga hal ini akan mempengaruhi jumlah


neonate yang dihasilkan.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pembahasan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Frekuensi denyut jantung Daphnia sp. yang normal tanpa adanya perlakuan
apapun dan dalam keadaan aktivitas biasa rata-rata kelompok 189
denyut/menit, denyut jantung Daphnia sp. pada lingkungan air panas 260
denyut/menit, denyut jantung Daphnia sp. pada lingkungan air dingin 213
denyut/menit, Perlakuan alkohol 5 % menghasilkan data denyut jantung
Daphnia sp 266 denyut/menit.
2. Denyut jantung daphnia dalam lingkungan panas dan larutan alkohol lebih
tinggi daripada keadaan normal, sedangkan pada kondisi lingkungan dingin
memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih rendah dari normal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung Daphnia sp adalah
aktivitas, nutrisi, ukuran, umur, cahaya, temperatur, dan zat kimia.

DAFTAR REFERENSI

Allbrett, C., Varner A., Karauna J., Jasmine K., Tiane M., and Tiere S. 2002. Kava
Decreases the Heart Rate of Daphnia sp. Journal of Prog. Neuropsycho
pharmacol. Bio. Psychiatry 22(7).
Bayu.2009.http://biologyuniversityofeducation.blogspot.com/2009_10_01_archiv
e.html. Diakses 20 Oktober 2015.
Karim, M.Y. 2007. Pengaruh Salinitas dan Bobot Terhadap Konsumsi Kepiting
Bakau. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan UNHAS. Jurnal Sains &
Teknologi, Agustus 2007, 7(2):8592.

Kenneth E. Biesinger, Glenn M. Christensen.1972. Effects of Various Metals on


Survival, Growth, Reproduction, and Metabolism of Daphnia magna.
Journal of the Fisheries Research Board of Canada. 29(12): 1691-1700.
Kimball, J.W. 1993. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Pangkey, Henneke. 2009. Daphnia dan penggunaannya. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.UNSRAT. Manado.
Pennak, R.W. 1953. Fresh-water Invertebrates of United State. Ronal Press Co.
New York 796 pp.
Soetrisno. 1989. Fisiologi Hewan. Purwokerto. Fakultas Peternakan Unsoed.
Susanto. 1989. Fisiologi Ikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Tjitrosoepomo dan Sugiri. 1988. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga.
Waterman, T. H. 1960. Animal Physiology Adaptation and Environment. London.
: Lambridge University Press.
Whaley. 1964. Principle of Biology. New York.
: Harper & Row Publisher.
Winder M, Spaak P, and Mooij W.M. 2004. Trade-offs in Daphnia Habitat
Selection. Journal of Ecology, 85 Vol (7):2027-2036.

Anda mungkin juga menyukai