PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daphnia adalah hewan Crustaceae yang termasuk dalam filum Arthropoda,
class Crustacea, subclass Estomostraca, ordo Phyycopoda, subordo Cladocera,
famili Daphnidae, genus Daphnia, spesies Daphnia sp. Hewan ini bisa ditemukan
dalam kultur kutu air, yang merupakan salah satu penyusun zooplankton, hidup di
air tawar, misalnya di danau (Yuwono, 2001). Populasi Daphnia sp. pada
kebanyakan perairan lebih didominasi oleh betina yang bereproduksi secara
aseksual. Daphnia sp. betina dapat memproduksi telur sebanyak 100 butir setiap
tiga hari saat kondisi optimum, dalam kondisi buruk jantan dapat bereproduksi,
sehingga reproduksi seksual terjadi (Pangkey, 2009).
Daphnia sp adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami
kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia sp dapat hidup di air tawar dan hidup di
daerah tropis atau subtropis. Kehidupan Daphnia dipengaruhi oleh beberapa faktor
ekologi perairan antara lain suhu dan oksigen. Daphnia mempunyai suatu badan
yang terdiri dari kepala dan belalai. Antena pada Daphnia adalah alat penggerak
utama. Saat waktu tertentu, Daphnia akan berganti bulu dan mengganti kulit
eksternalnya. Daphnia merupakan Crustacea yang bentuknya kecil, hewan uji
yang cukup murah, serta memiliki tubuh yang transparan (Yuwono, 2001).
Genus Daphnia telah menjadi model takson yang sering digunakan dalam
berbagai percobaan. Daphnia sp. tidak seperti hewan Crustacea yang lain,
kromosomnya sangat kecil dan mempunyai rangka eksoskeletal yang sangat kecil
pula. Daphnia memiliki lima pasang kaki yang menyerupai lembaran daun.
Jantung Daphnia berupa kantung berbentuk pelana terletak di dalam thorax
sebelah dorsal. Sistem vaskuler dari Daphnia ialah terbuka, jantung memompa
darah ke seluruh bagian tubuh dan menghisapnya kembali melalui lubang-lubang
yang dilengkapi valva (Radiopoetro,1977). Menurut Susanto (1989), Daphnia
merupakan salah satu hewan poikiloterm, sehingga naik turunnya temperatur
lingkungan dapat mempengaruhi denyut atau kerja jantung. Beberapa faktor yang
mempengaruhi fisiologi atau denyut jantung diantaranya adalah faktor kimiawi,
temperatur, berat tubuh, dan usia.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali adalah untuk mempelajari pengaruh temperatur
lingkungan dan zat kimia terhadap denyut jantung hewan percobaan yaitu
Daphnia sp.
2.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer, pipet
tetes, cavity slide, mikroskop cahaya, stopwatch, hand tally counter, mangkok
plastik, dan tissue.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Daphnia sp,
air dingin, air panas, dan alkohol 5%.
2.2 Cara Kerja
1. Suhu ruangan diukur. Daphnia sp. diambil dari wadah yaitu mangkok plastik,
lalu diletakkan pada cavity slide dengan menggunakan pipet tetes. Air yang
berlebihan dikeringkan dengan menggunakan tissue. Denyut jantung Daphnia
sp. dihitung dengan menggunakan hand tally counter selama 15 detik,
stopwatch digunakan untuk mengukur waktu tersebut. Hasil yang diperoleh
dicatat.
2. Daphnia sp. diletakkan ke dalam cavity slide dan diteteskan air dingin, tissue
digunakan untuk mengurangi air yang berlebihan. Suhu air dingin diukur.
Denyut jantung dihitung selama 15 detik, hasil yang diperoleh dicatat.
3. Daphnia sp. diletakan pada cavity slide lalu diteteskan air panas., air yang
berlebihan dikeringkan dengan tissue. Suhu air panas diukur. Denyut jantung
dihitung yaitu selama 15 detik, hasil yang didapat dicatat.
4. Daphnia sp. diletakkan pada cavity slide, kemudian diteteskan alkohol 5%,
apabila berlebihan maka dikeringkan dengan tissue. Alkohol ini digunakan
sebagai perlakuan pengaruh zat kimia. Denyut jantung diamati di bawah
mikroskop dan dihitung selama 15 detik. Hasil yang diperoleh dicatat.
5. Jumlah denyut jantung Daphnia sp. yang diperoleh dari masing-masing
perlakuan dikalikan 4 agar diperoleh denyut jantung per menit.
III.
3.1 Hasil
Tabel
3.1
Hasil
Pengamatan
Pengaruh
Lingkungan
Terhadap
Denyut
Jantung
Daphnia
sp
Rombongan
V
Normal
Kelo
Suhu
DJ
Dingin
Suhu
DJ
Panas
Suhu
Alkohol
DJ
Konsen-
DJ
mpok
1
240
/menit
100
50
/menit
164
480
/menit
128
trasi
5%
/menit
264
270
196
60
172
500
280
5%
232
240
116
30
24
450
172
5%
104
270
136
60
116
470
114
5%
224
240
120
50
104
44,50
120
5%
92
3.2 Pembahasan
diperoleh
oleh
setiap
kelompok
pada
masing-masing
perlakuan
ke atas dan ke bawah. Daphnia sp. selalu ditemukan ditempat hidupnya dengan
posisi kepala di atas (Radiopoetro, 1977).
Jantung Daphnia sp. berupa kantung berbentuk pelana terletak di dalam
thorax sebelah dorsal. Jantung terikat pada dinding sinus pericardii dengan
perantara sejumlah logamenta. Sistem vaskuler dari Daphnia sp. ialah terbuka,
jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh dan menghisapnya kembali
melalui lubang-lubang yang dilengkapi valva. Memiliki 5 pasang kaki yang
menyerupai lembaran daun. Gerak kaki menyebabkan timbulnya aliran air yang
membawa partikel-partikel makanan dan oksigen. Jantungnya terdapat pada sisi
dorsal, denyut jantung cepat dan memiliki sepasang ovaria di kanan kiri, serta
saluran pencernaan di thorax (Radiopoetro, 1977).
Alasan digunakannya Daphnia sp. dalam praktikum kali ini adalah karena
Daphnia merupakan Crustacea air tawar yang dapat diperoleh dengan mudah.
Daphnia jg memiliki struktur tubuh yang mudah diamati di bawah mikroskop.
Jantung Daphnia dapat terlihat dengan mudah dibawah mikroskop walaupun
terkadang sulit membedakan denyut jantungnya dengan gerakan kakinya yang
juga bergerak dengan ritmis. Menurut Susanto (1989), Daphnia merupakan salah
satu hewan poikiloterm sehingga naik turunnya temperatur lingkungan, begitu
juga dengan denyut jantungnya. Dinding tubuh Daphnia sp. transparan sehingga
organ-organ internalnya akan tampak jelas di bawah mikroskop cahaya dan kerja
jantungnya dapat terlihat jelas. Menurut Corotto et al., (2010), Daphnia sp.
merupakan Crustacea yang kecil, murah, mudah untuk dibawa dan transparan
sehingga mudah untuk dilihat.
Percobaan pengaruh lingkungan terhadap denyut jantung Daphnia ini
menggunakan perlakuan suhu normal, suhu dingin, suhu panas, dan zat kimia.
Menurut Barnes (1963), denyut jantung Daphnia sp memiliki kecepatan sekitar
120 kali per menit pada kondisi normal. Kecepatan ini bertambah atau berkurang
tergantung kondisi yang mempengaruhinya. Saat perlakuan dengan suhu panas,
hasil penghitungan denyut jantung Daphnia mengalami peningkatan, sedangkan
setelah diberi perlakuan suhu dingin, denyut jantungnya mengalami penurunan.
Menurut Waterman (1960), pada lingkungan dengan suhu tinggi akan
meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan
akan merangsang saraf simpatik sehingga kerja jantung menjadi terpacu dan
menjadi lebih cepat Beberapa faktor yang mempengaruhi denyut jantung yaitu:
1. Aktivitas, merupakan faktor yang mempengaruhi denyut jantung Daphnia sp.,
dimana denyut jantung bertambah lambat setelah dalam keadaan tenang.
2. Cahaya, pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp. mengalami penurunan
sedangkan pada keadaan terang denyut jantung Daphnia sp. mengalami
peningkatan.
3. Temperatur, denyut jantung Daphnia sp. akan bertambah tinggi apabila suhu
meningkat. Apabila berada pada lingkungan dengan suhu tinggi, maka akan
meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan
berdampak pada peningkatan denyut jantung Daphnia sp.
4. Obat-obat (senyawa kimia), zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung
Daphnia sp. menjadi tinggi atau meningkat.
Susanto (1989) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi fisiologi atau denyut jantung diantaranya adalah:
1.
Faktor kimiawi yang meliputi ion adrenalin, karbondioksida serta pengaruh zat
kimia lain, dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin naik frekuensi
denyut jantungnya.
2. Temperatur dimana akan mempengaruhi denyut jantung, dimana denyut
jantung akan naik seiring dengan naiknya temperatur tubuh.
3. Hewan kecil mempunyai denyut cepat daripada hewan besar.
4. Hewan muda frekuensinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan
tua. Hal tersebut karena ukuran tubuh hewan muda lebih kecil dan pengaruh
hambatan berkurang
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
Acharya, K., M. Kyle & J.J. Elser. 2004. Biological Stoichiometry of Daphnia
Growth: An Ecophysiological Test of The Growth Rate Hypothesis. The
American Society of Limnology and Oceanography, 49(3), pp. 656665.
Barnes, R.D. 1963. Invertebrata Zoology. W.B. London: Sounders Company.
Corotto, F., Darrel C., Adam Lee & Lindsey V. 2010. Making the Most of the
Daphnia Heart Rate Lab: Optimizing the Use of Ethanol, Nicotine &
Caffeine. The American Biology Teacher, 72(3), pp. 176-179.
Kimball, J.W. 1992. Biologi II. Jakarta: Erlangga.
Pangkey, Hanneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan
Kelautan, 5(3), pp. 33-36.
Radiopoetro. 1977. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Soegiri, N. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Susanto. 1989. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Waterman, T.H. 1960. Physiology of Crustacea. New York: Academy Press.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan. Purwokerto: Fakultas Biologi Unsoed.