Daphnia sp.
Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
: Tito Widayanto
: B0A012013
:4
Latar belakang
Menurut Nazla (2011), Daphnia sp adalah sejenis zooplankton yang hidup
kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan pH yang netral dan relatif basah yaitu
pada pH 1-8 baik untuk perumbuhan Daphnia sp. Menurut Djarijah (1995),
Daphnia dapat di klasifikasikan dalam:
Philum
:Arthropoda
Kelas
:Crustacea
Sub kelas
:Branchiopoda
Divisi
:Oligobranhiopoda
Ordo
:Cladocera
Pamili
:Daphnidae
Genus
:Daphnia
Spesies
:Daphnia sp
Daphnia merupakan udang-udangan (Crustacea) yang telah beradaptasi
pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh
karena itu, dalam perkembangbiakannya dapat dihasilkan telur berupa kista
maupun anak yang "dilahirkan". Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian
rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak
mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan
Daphnia. Waterman (1960) mengemukakan bahwa hewan kecil memiliki
frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari pada hewan dewasa baik itu pada
suhu atau temperatur panas, sedang, dingin, maupun alkoholik.
Daphnia sp. mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan beruas-ruas yang
tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh
lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan
yang ke dua disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak.
Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut. Perkembangbiakan
Daphnia sp. yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara sexual atau
kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan
menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman
hingga menetas. Anak Daphnia sp. dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada
kondisi perairan yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu
jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina
menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium yang akan menetas saat kondisi
perairan baik kembali. Daphnia sp. mulai berkembang biak pada umur lima hari,
dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi
(Darmanto et al., 2000 dalam Nazla, 2011).
Menghadapi suhu lingkunganya, hewan homeotermik melakukan regulasi
suhu (termoregulasi), suhu tubuhnya konstan walaupun suhu lingkungannya
berfluktuasi (sampai pada batas tertentu). Kehilangan panas lebih sedikit
dibandingkan dengan laju produksi panas internalnya, sehingga suhu tubuhnya
lebih ditentukan oleh suhu internalnya. Perubahan suhu memiliki pengaruh besar
terhadap berbagai tahap proses fisiologi. Misalnya, pengaruh suhu terhadap
konsumsi oksigen. Dalam batas-batas toleransi hewan, kecepatan konsumsi
oksigen akan meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan. Pada seekor
hewan yang memiliki rentangan suhu toleransi luas, kecepatan konsumsi
oksigennya akan meningkat dengan cepat begitu suhu lingkunganya naik. Pada
seekor hewan yang memiliki rentangan suhu toleransi luas, kecepatan konsumsi
oksigenya akan meningkat dengan cepat begitu suhu lingkungannya naik. Bila
pengaruh suhu terhadap kecepatan konsumsi oksigen ini digambarkan grafiknya,
akan diperoleh kurva eksponensial (Nazla, 2011). Konsumsi oksigen pada
krustase dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan factor internal.
Faktor eksternal yang berpengaruh adalah salinitas, konsentrasi oksigen terlarut,
suhu, cahaya, status makanan dan karbondioksida. Faktor internal adalah spesies,
stadia, bobot, aktivitas, jenis kelamin, reproduksi, dan molting (Karim, M.Y,
2007).
I.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh temperatur
lingkungan dan zat kimia terhadap denyut jantung hewan uji (Dephnia sp).
II.
2.1
Materi
Alat yang digunakan adalah penangas air ,baskom,, gelas bekker kecil,
Cara Kerja
1. Daphnia sp. yang telah disediakan diambil dari baskom menggunakan pipet
tetes, setelah temperature air baskom diukur dengan termometer.
2. Daphnia sp. dimasukkan ke dalam cavity slide dan diamati di bawah
mikroskop.
3. Apabila Daphnia sp. masih terlalu banyak bergerak, maka kurangi air di sekitar
cavity slide menggunakan kertas tissue.
4. Denyut jantung Daphnia sp. dihitung dengan alat bantu hand tally counter
selama 15 detik. Sehingga untuk memperoleh denyut jantung selama 1 menit,
data yang diperoleh dikalikan empat.
5. Daphnia sp. diambil dari baskom, kemudian diberi perlakuan dingin dengan
cara menyentuhkan sisi bawah cavity slide kepada permukaan air es.
6. Suhu air es dihitung terlebih dahulu, sebelum Daphnia sp. diamati.
7. Daphnia sp. dimasukkan ke dalam cavity slide dan diamati di
bawah
mikroskop dengan cara yang sama dengan cara kerja point (3-4).
8. Cara kerja point (1-4) diulangi dengan perlakuan panas dan penambahan
larutan alkohol 5% sebanyak satu tetes.
III.
3.1
Hasil
256
28
264
50
200
25
100
316
28
200
50
284
25
268
168
28
88
40
180
25
44
80
28
80
40
76
25
12
Keterangan
: Denyut jantung
= selama 1 menit
Jantung
Gambar Mikroskopis Morfologi Daphnia sp.
3.2
Pembahasan
Daphnia sp. dari ordo Cladocera merupakan zooplankton yang hidup di air
oksigen yang cukup. Suhu udara normal akan menyediakan oksigen yang cukup
bagi kerja jantung daphnia (Kimball, 1993).
Denyut jantung Daphnia sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut adalah aktivitas, nutrisi, ukuran, umur, cahaya, temperatur, dan zat kimia
(Waterman, 1960). Zat kimia yang dapat mempengaruhi kerja jantung Daphnia
sp. adalah obat-obatan, alkohol, dan kava (Allbrett et al., 2002). Soetrisno (1989)
menambahkan bahwa ion-ion, adrenalin dan karbondioksida juga mempengaruhi
kerja jantung daphnia. Pada hewan kecil, frekuensi denyut jantungnya lebih cepat
daripada hewan yang berukuran lebih besar. Hal ini disebabkan adanya kecepatan
metabolik yang dimiliki hewan kecil tersebut. Menurut Pennak (1853) mekanisme
kerja jantung Daphnia sp berbanding langsung dengan kebutuhan oksigen per unit
berat badannya pada hewan-hewan Daphnia sp. sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan pada suhu 22 31C dan pH 6,5 7,4 yang mana organisme ini
perkembangan larva menjadi dewasa dalam waktu empat hari. Menurut Waterman
(1960) pada lingkungan dengan suhu tinggi akan meningkatkan metabolisme
dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan berdampak pada peningkatan
denyut jantung Daphnia sp.
Waterman (1960) mengatakan bahwa senyawa toksik menyebabkan
seluruh sistem jaringan tubuh dalam Daphnia sp mengalami gangguan, begitu
pula dengan alkohol yang merupakan senyawa toksik untuk Daphnia sp. Faktor
yang mempengaruhi kerja denyut jantung Daphnia sp adalah sebagai berikut :
Aktivitas. Denyut jantung Daphnia sp bertambah lambat setelah dalam keadaan
tenang.
Ukuran dan umur. Spesies yang lebih besar ukuran tubuhnya cenderung
mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.
Cahaya. Keadaan gelap memicu denyut jantung Daphnia sp mengalami
penurunan, sedangkan pada keadaan terang mengalami peningkatan.
Temperatur. Denyut jantung Daphnia sp akan bertambah tinggi apabila suhu
meningkat.
Obat-obat (senyawa kimia). Zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung
Daphnia sp menjadi tinggi atau meningkat.
Pengaruh peningkatan suhu pada organisme air (Daphnia sp.), ketika suhu
dinaikkan hingga 6o C dan lebih tinggi sekitar (16C), Daphnia sp. menjadi lebih
aktif, meningkatkan tingkat bernapas dan detak jantung serta menyesuaikan diri
dengan massa tubuh lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil. Kebutuhan akan
oksigen lebih karena peningkatan metabolisme dipenuhi melalui peningkatan
sintesis hemoglobin (Hb), respirasi, detak jantung, dan lain-lain (Kenneth, 1972).
Daphnia hidup pada selang suhu 18-24C. Daphnia membutuhkan pH yang
sedikit alkalin, yaitu 6,7-8,2. Selain pH, faktor lain yang berpengaruh terhadap
kehidupan Daphnia magna adalah suhu. Suhu air sangat mempengaruhi seluruh
aktivitas dan proses reproduksi organisme akuatik termasuk daphnia. Konsentrasi
oksigen terlarut optimum bagi kehidupan Daphnia adalah minimal 5 mg/L (EPS,
1990), dengan adanya lumut dalam medium dapat menghasilkan oksigen terlarut
karena lumut melakukan fotosintesis untuk mendukung kehidupan hidup Daphnia
magna. Pada keadaan lingkungan yang kurang mendukung seperti adanya
pencemaran air dan kurangnya ketersediaan makanan akan dihasilkan neonate
Daphnia magna yang sedikit jumlahnya. Hal ini karena Daphnia sp. merupakan
hewan akuatik yang sensitif terhadap pencemaran air, tetapi pada perlakuan 1 ini
tidak ada penambahan pakan ragi pada medium, hanya makanan (nutrien) yang
mungkin tersimpan dalam campuran dari ketiga komposisi (air sumur, lumpur dan
lumut) Menurut Chumaedi dan R. Djadjadireja (1982) dalam Bayu (2009), di
bawah kondisi percobaan, makanan lebih berpengaruh terhadap proses
perkembangbiakan Daphnia sp, sehingga hal ini akan mempengaruhi jumlah
neonate yang dihasilkan.
Frekuensi denyut jantung Daphnia sp. yang normal tanpa adanya
perlakuan apapun dan dalam keadaan aktivitas biasa rata-rata 120 denyut/menit
(Barnes, 1996). Masing-masing kelompok menghasilkan frekuensi denyut jantung
normal Daphnia sp. yang berbeda-beda. Kelompok 1 memperoleh hasil 120
denyut/menit; kelompok 2 = 150 denyut/menit; kelompok 3 = 256 denyut/menit;
kelompok 4 = 316 denyut/menit, kelompok 5 = 168 denyut/menit; dan kelompok
6 = 80 denyut/menit.
Denyut jantung Daphnia sp. akan berubah ketika terjadi perubahan
temperatur lingkungan. Denyut jantung Daphnia sp. pada keadaan panas lebih
tinggi dari keadaan normal yaitu 276/menit (Barnes,1996). Hal ini terjadi karena
suhu yang tinggi menyebabkan laju metabolisme juga tinggi sehingga kerja
jantung menjadi lebih cepat. Menurut Soetrisno (1989), menyatakan bahwa kerja
jantung lebih cepat merupakan salah satu usaha Daphnia sp. dalam rangka
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang panas. Waterman (1960), menyatakan
bahwa penambahan air panas dapat menyebabkan kenaikan denyut jantung
Daphnia sp. Karena adanya kenaikan temperatur dalam jangka lingkungan
normal. Peningkatan suhu menyebabkan metabolisme berjalan lebih cepat
sehingga kebutuhan oksigen yang diangkut darah lebih banyak dibandingkan pada
kondisi normal.
Data denyut jantung Daphnia sp. pada lingkungan air panas yang
didapatkan pada praktikum kali ini berbeda-beda tiap kelompoknya. Kelompok 1
= 248 denyut/menit pada 40C, kelompok 2 = 168 denyut/menit 40C, kelompok
3 = 264 denyut/menit pada 50C, kelompok 4 = 200 denyut/menit pada 50C,
kelompok 5 = 88 denyut/menit pada 40C, dan kelompok 6 = 80 denyut/menit
pada 40C. Denyut jantung Daphnia sp. yang mengalami peningkatan terjadi pada
kelompok 1, dan 3. Sedangkan kelompok 2, 4, 5, 6 mengalami penurunan
frekuensi denyut jantung.
Makanan dan temperatur lingkungan sangat penting dalam pertumbuhan
hewan dengan filter freeders seperti Daphnia, karena ketersediaan makanan yang
memenuhi meningkatkan ukuran dan kenaikan temperatur yang tinggi
meningkatkan pertumbuhan Daphnia. Tetapi hanya pada batas tingkatan suhu
tertentu, atau optimum (Winder,M et al., 2004).Keadaan dingin atau pada suhu
rendah menyebabkan denyut jantung Daphnia sp. lambat. Suhu rendah
mempengaruhi aktivitas kerja jantung. Hal ini disebabkan karena suhu yang
rendah maka laju metabolismenya rendah. Whaley (1964) menyatakan bahwa laju
metabolisme yang rendah menyebabkan kerja jantung lambat karena suplai energi
dan hasil-hasil metabolisme rendah sehingga denyut jantung menjadi turun
dibawah keadaan normal. Denyut jantung Daphnia sp. pada lingkungan air dingin
yang didapatkan pada praktikum kali ini juga berbeda-beda. Kelompok 1 = 208
denyut/menit pada 27C, kelompok 2 = 120 denyut/menit 27C, kelompok 3 =
200 denyut/menit pada 25C, kelompok 4 = 284 denyut/menit pada 25C,
kelompok 5 = 180 denyut/menit pada 25C, dan kelompok 6 = 76 denyut/menit
pada 25C. Jika dibandingkan dengan kondisi normal denyut jantung Daphnia
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
Allbrett, C., Varner A., Karauna J., Jasmine K., Tiane M., dan Tiere S. 2002. Kava
Decreases the Heart Rate of Daphnia sp. J. of Prog. Neuropsycho
pharmacol. Bio. Psychiatry 22(7).
Barnes, R.P. 1996. Invertebrata Zoology. Press W. B. Saunders Company, London.
Bayu.2009.http://biologyuniversityofeducation.blogspot.com/2009_10_01_archiv
e.html. Diakses 2 Desember 2012.
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta.
EPS. 1990. Waste management the Duty of care A code of practise.
http://archive.defra.gov.uk/environment/waste/controls/documents/wasteman-duty-code.pdf. Diakses 4 Desember 2012.
Karim, M.Y. 2007. Pengaruh Salinitas dan Bobot Terhadap Konsumsi Kepiting
Bakau. Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan UNHAS. J. Sains &
Teknologi, Agustus 2007, Vol. 7 No. 2: 8592.
Kenneth E. Biesinger, Glenn M. Christensen.1972. Effects of Various Metals on
Survival, Growth, Reproduction, and Metabolism of Daphnia magna
.Journal of the Fisheries Research Board of Canada, 1972, Vol. 29, No. 12
: pp. 1691-1700.
Kimball, J.W. 1993. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Nazla. 2011. http://nazlarahmibadrudin.blogspot.com/2011/12/laporan-daphniasp-termoregulasi.html. Diakses 01 Desember 2012.
Pennak, R.W. 1953. Fresh-water Invertebrates of United State. Ronal Press Co.
New York 796 pp.
Radiopoetro. 1977. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Soetrisno. 1989. Fisiologi Hewan. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Storer, T.I., dan Usinger, R.L. 1957. General Zoology 3rd Edition. McGraw-Hill
Book Company Inc, New York.
Tjitrosoepomo dan Sugiri. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta
Waterman, T. H. 1960. Animal Physiology Adaptation and Environment.
Lambridge University Press, London.
Whaley. 1964. Principle of Biology. Harper & Row Publisher, New York.
Winder M, Spaak P, and Mooij W.M. 2004. Trade-offs in Daphnia Habitat
Selection. Ecology, 85 (7), 2004, pp. 2027-2036 by the Ecological Society
of America.