NOVEMBER 2021
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
Mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap frekuensi denyut jantung Daphnia Sp.
2. KAJIAN PUSTAKA
Daphnia mrupakan bagian dari filum Arthropoda, subfilum Crustaceae, kelas
Branchiopoda, subkelas Diplostaca, ordo Cladocera, subordo Eucladocera, famili
Daphnidae, subfamili Daphnoidea, genus Daphnia cera.
Daphnia Sp. merupakan kelompok udang-udangan yang hidup di lingkungan
akuatik. Daphnia Sp. memiliki ukuran tubuh 2mm untuk jantan dan 3-5 mm untuk betina
(Surtikanti dkk, 2017). Daphnia Sp. dikenal sebagai kutu air karena pergerakannya yang
naik turun seperti melompat-lompat dalam air. Daphnia Sp. dapat ditemukan melimpah
di habitat air tawar di Asia, Eropa, dan Amerika (Surtikanti dkk, 2017). Hewan ini
dikenal sejak puluhan tahun lalu, dan akhir-akhir ini semakin banyak dibutuhkan sebagai
objek penelitian dan keperluan beberapa jenis penelitian, diantaranya dalam menguji
toksisitas bahan kimia (Surtikanti dkk, 2017).
Hewan poikiloterm merupakan hewan yang suhu tubuhnya bergantung pada
fluktuasi suhu lingkungan tempat hidupnya. Laju kehilangan panas pada hewan
poikiloterm lebih tinggi dibandingkan produksi panas sehingga poikiloterm mengontrol
suhu tubunhnya melalui respon-respon perilaku. Hewan-hewan poikiloterm disebut juga
sebagai hewan konformer, dimana variasi suhu tubuhnya disebabkan suhu internal
tubuhnya yang berfluktuasi mengikuti perubahan lingkungan eksternal atau lingkungan
di luar tubuhnya. Beberapa hewan yang termasuk kelompok hewan poikiloterm antara
lain adalah sebagian besar pisces, amphibi, dan reptil. (Soedjono. 1998).
Daphnia merupakan salah satu jenis hewan poikiloterm. Jantung Daphnia
memiliki struktur globulal kecil dibagian anterodorsal tubuh. Kecepatan denyut jantung
Daphnia dipengaruhi oleh eh beberapa faktor seperti aktivitas, ukuran, umur, suhu, dan
senyawa kimia. Suhu mempengaruhi proses fisiologi organisme termasuk frekuensi
denyut jantung. Suhu tubuh yang konstan sangat dibutuhkan oleh hewan karena
perubahan suhu dapat mempengaruhi konformasi protein dan aktivitas enzim (Kimball,
1992).
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 16 November 2021 pada pukul 09.00
WIB sampai selesai di Laboratorium Biologi UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
3.2 Alat dan Bahan
1. Kultur Daphnia sp.
2. Es batu
3. Air panas
4. Mikroskop
5. Gelas obyek
6. Gelas beker
7. Gelas arloji
8. Pipet tetes
9. Termometer
10. Stopwach atau jam dengan penunjuk detik
11. Kamera (Hp)
12. Preparat
13. Alat tulis menulis
14. Penggaris
3.3 Langkah-langkah
1. Kultur Daphnia sp. disiapkan pada suhu awal [10ºC, 15ºC, 20ºC, 25ºC]. Daphnia
diletakkan pada gelas arloji yang berada pada suhu yang telah ditentukan
[diletakkan di atas es batu atau air dengan suhu yang dikehendaki].
2. Dengan pipet, pindahkanlah secara hati-hati seekor Daphnia sp. pada gelas obyek
yang cekung atau gelas arloji lain sambil dilihat di bawah mikroskop. Daphnia
bisa juga diletakkan di atas gelas obyek datar.Tambahkanlah air secukupnya agar
tidak kekeringan. Jangan menambahkan air terlalu banyak, karena Daphnia sp.
akan mudah bergerak dan sulit diatur posisinya. Aturlah letak Daphnia sp. dengan
posisi tubuh miring hingga jantungnya tampak jelas dan mudah diikuti
denyutnya. Apabila menggunakan gelas arloji atau gelas obyek datar tidak perlu
ditutup dengan kaca penutup.
3. Setelah tampak denyutan jantungnya hitunglah jumlah denyut setiap 15 detik
[dengan menggunakan jarum penunjuk detik pada arloji anda]. Buatlah tiga kali
pengukuran dan hasilnya dirata-rata. Pada setiap kali pengukuran suhu harus tetap
pada suhu yang dikehendaki. Jika perlu setiap selesai satu kali pengukuran
Daphnia sp. dikembalikan pada air dengan suhu yang telah ditentukan. Lampu
mikroskop dapat dengan cepat menaikkan suhu obyek pada meja obyek.
4. Selanjutnya Daphnia sp. dipindahkan ke tempat baru [10ºC lebih tinggi daripada
suhu awal]
5. Ukurlah denyut jantung Daphnia sp. pada suhu yang baru. Pengukuran dilakukan
seperti cara/ langkah pada urutan d.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hewan poikiloterm merupakan hewan yang memiliki suhu internal bervariasi.
Hal ini berkebalikan dengan hewan homoiterm, hewan yang memiliki kemampuan
mempertahankan homeostasis termal. Sebagian besar ektoterm terestrial bersifat
poikiloterm (Milton et al, 2001). Hewan poikiloterm harus bisa sintas dan reproduksi
dalam suhu yang kisarannya lebih luas daripada homoioterm. Menurut Randall et al
(1997), poikiloterm merupakan hewan-hewan yang suhu tubuhnya mudah berfluktuasi
tinggi atau rendah berdasarkan variasi perubahan suhu lingkungannya.
pengamatan dilakukan dengan menghitung denyut jantung Daphnia selama 15 detik
dengan suhu tubuh Daphnia yang diatur berbeda-beda. Hasil pengamatan perngaruh
suhu terhadap denyut jantung Daphnia Sp. disajikan dalam tabel berikut.
5. KESIMPULAN
Faktor yang mempengaruhi kerja jantung Daphnia sp. Salah satunya
lingkungan. Daphnia sp. termasuk dalam kelompok hewan poikiloterm sehingga
kecepatan denyut jantung Daphnia sp. akan semakin menurun apabila ditempatkan pada
lingkungan dengan suhu rendah, dan akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Jadmiko. 2014. Pertumbuhan Populasi Daphnia Sp. Pada Media Budidaya
Dengan Penambahan Air Buangan Budidaya Ikan Lele Dumbo. Berita Biologi.
Vol.13.
Milton, H., Goslow, G.E. dan Jr. Principal ill. Viola Hildebrand. 2001. Analysis of vertebrate
structure. New York: Wiley.
Surtikanti, H. K., Juansah, R. & Frisda, D. (2017). Optimalisasi Kultur Daphnia yang
Berperan Sebagai Hewan Uji dalam Ekotoksikologi. Jurnal Biodjati, 2 (2). Hal 83-88.