Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG

DAPHNIA

Oleh:
Nama : Rahma Adilah
NIM : B1A015074
Rombongan : VI
Kelompok :3
Asisten : Lucky Pratama Suharto

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daphnia (Daphnia sp.) adalah hewan Crustaceae yang termasuk dalam


fillum Arthropoda, Class Crustacea, Subclass Estomostraca, Ordo Phyycopoda,
Subordo Cladocera, Family Daphnidae, Genus Daphnia, Spesies Daphnia sp.
Hewan ini bisa ditemukan dalam kultur kutu air, yang merupakan salah satu
penyusun zooplankton, hidup di air tawar, misalnya di danau . Daphnia
mempunyai suatu badan yang terdiri dari kepala dan belalai. Antena
pada Daphnia adalah alat penggerak utama. Pada waktu tertentu Daphnia akan
berganti bulu dan mengganti kulit eksternalnya (Pankey, 2009).
Daphnia dapat hidup di air tawar dan hidup didaerah tropis dan sub tropis
kehidupan daphnia dipengaruhi oeh beberapa faktor ekologi perairan antara lain:
suhu dan oksigen. Daphnia hidup pada kisaran ph cukup besar tetapi nilai yang
optimal untuk kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan ph yang netral dan
relative basah yaitu pada ph 1-8. Daphnia merupakan udang-udangan yang telah
beradaptasi pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami
kekeringan.Oleh karena itu, dalam perkembangbiakannya (seperti halnya
Artemia) dapat dihasilkan telur berupa kista maupun anak yang "dilahirkan".
Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan
dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak mengherankan kalau tiba-tiba
dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan Daphnia (Pankey, 2009).
Jantung Daphnia berupa kantung berbentuk pelana terletak di dalam thorax
sebelah dorsal. Jantung terikat pada dinding sinus pericardi dengan perantara
sejumlah logamenta. Sistem vaskuler dari Daphnia ialah terbuka, jantung
memompa darah keseluruh bagian tubuh dan menghisap kembali melalui lubang-
lubang yang dilengkapi valva. Tiga pasang lubang yang dilengkapi dengan valva
disebut ostia, yang memungkinkan darah kembali dari sinus melingkarnya
Daphnia. Daphnia memiliki kaki yang menyerupai lembaran daun. Gerakan
kakinya menyebabkan timbulnya aliran air yang membawa partikel-partikel
makanan dan oksigen. Jantung daphnia terdapat pada sisi dorsal, denyut jantung
cepat dan memilki sepasang ovaria di kanan dan kiri sluran pencernaan yang
terdapat di thorax

1.2 Tujuan

Mempelajari pengaruh temperature lingkungan dan zat kimia terhadap


denyut jantung hewan percobaan (Daphnia).
II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mikroskop


cahaya, cavity slide, termometer, pipet tetes, tissue, kertas grafik, stopwatch, gelas
bekker, water bath, dan hand tally counter.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Daphnia (Daphnia sp.), alkohol 5%,
air, es batu dan air panas.

2.2 Cara Kerja

1. Daphnia diletakkan ke dalam lekukan pada gelas slide dengan menggunkan


pipet tetes. Air yang berlebihan dikeringkan dengan tissue, air yang berada
dilekukan dijaga sedikit saja agar daphnia pada slide tadi cenderung miring,
memungkinkan jantung diamati dengan mudah.
2. Denyut jantug daphnia diperhatikan baik-baik di bawah mikroskop. Jangan
terkecoh dengan gerakan kakinya yang juga bergerak dengan ritmis.
3. Daphnia dikembalikan ke dalam beaker glass. Prosedur selanjutnya dibaca
baik-baik dan rumuskan hipotesis yang sesuai.
4. Temperatur media daphnia diukur , kemudian daphnia diletakkan dalam
cavity slide seperti cara sebelumnya.
5. Satu orang sebagai pengatur dan satunya mengamati daphnia di bawah
mikroskop.
6. Pengamat yang menggunakan hand tally counter harus terlatih. Hand tally
counterdipijit setiap denyut jantung daphnia berdenyut.
7. Setelah pengamat siap, pengatur waktu memberitahu pengamat untuk memulai
menghitung denyut jantung dan berhenti setelah 15 detik. Jumlah denyut
jantung di kali 4 agar diperoleh denyut jantung per menit.
8. Daphnia dikembalikan lagi ke beaker glass. Untuk mengamati di suhu dingin
ambil kembali daphnia dan letakan di cavity slide. Cavity slide ditempelkan ke
bongkahan es batu sampai temperature tertentu kemudian amati di bawah
mikroskop dan catat hasilnya.
9. Pengamatan di suhu panas, tinggal ambil daphnia dengan pipet letakkan dalam
cavity slide, uapkan di atas pemanas sampai suhu tertentu, amati di bawah
mikroskop dan catat hasilnya.
10. Pengamatan dengan perlakuan alkohol, daphnia yang sudah diambil dengan
pipet tetes letakkan dalam cavity slide tetesi dengan alkohol, amati di bawah
mikroskop dan catat hasilnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh Lingkungan Terhadap Denyut Jantung


Daphnia
Perlakuan (denyut/menit)

Kelom Normal Panas Dingin Alkohol


pok
Suhu Suhu Suhu Konse
ntrasi
1 26 C 124 41 C 128 16 C 200 5% 104

2 28 C 112 43 C 152 21 C 68 5% 148

3 25 C 220 44 C 268 15 C 140 5% 148

4 25 C 84 43 C 96 23 C 92 5% 240

Perhitungan (Kelompok 5) :

Suhu normal (25 C) = denyut jantung per 15 detik x 4 = 55 x 4 = 220

Suhu dingin (15 C) = denyut jantung per 15 detik x 4 = 35 x 4 = 140

Suhu panas (44 C) = denyut jantung per 15 detik x 4 = 67 x 4 = 268

Konsentrasi alkohol (5%) = denyut jantung per 15 detik x 4 = 37 x 4 = 148


1

Gambar 1. Mikroskopis Daphnia (Daphnia sp.)

Keterangan gambar :
1. Jantung
2. Mata
3.2 Pembahasan

Praktikum kali ini menggunakan Daphnia sebagai preparat, karena


merupakan suatu hewan akuatik yang kulit tubuhnya bersifat transparan sehingga
kerja jantungnya dapat diamati dengan mudah. Mikroskop cahaya dapat melihat
dengan jelas bagian-bagian tubuh dari hewan ini hanya dengan perbesaran lemah
sekalipun.Daphnia juga memiliki jantung yang berperilaku seperti jantung
vertebrata yang sebanding dengan hati manusia (Bleaken et al., 2010). Daphnia
sp. merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidupnya berkelompok dan
sering ditemukan di perairan yang banyak mengandung bahan organik atau sisa -
sisa pembusukan tanaman, seperti sawah, rawa, selokan, dan perairaan yang
tenang (Wibowo et al., 2014). Dalam krustasea planktonik, Daphnia yang ,
jantung kecil mudah terlihat bila dilihat di bawah cahaya yang ditransmisikan di
bawah mikroskop daya rendah (Moon, 2016)
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui pada kelompok 3 jumlah denyut
jantung Daphnia selama satu menit pada lingkungan normal, panas, dingin dan
ditambahkan alkohol 5% masing-masing adalah 220, 268, 140, dan 148.
Frekuensi detak jantung Daphnia akan semakin menurun apabila ditempatkan
pada lingkungan dengan suhu rendah dan akan semakin meningkat seiring dengan
naiknya suhu lingkungan (Barness, 1986). Hal tersebut karena Daphnia
merupakan hewan poikiloterm yang aktivitas metabolismenya dipengaruhi oleh
lingkungan luas. Begitu juga dengan frekuensi denyut jantung. Suhu rendah akan
mengakibatkan aktivitas metabolisme turun dan mengakibatkan denyut jantung
lambat karena menyuplai sedikit kebutuhan oksigen (Kimball, 1992).
Kecepatan konsumsi oksigen pada hewan poikiloterm akan naik dua kali
lipat setiap kali kenaikan 10C. Keadaan temperatur yang rendah menyebabkan
denyut jantung menurun, karena pada kondisi ini Daphnia memerlukan oksigen
dalam jumlah sedikit. Peningkatan dan penurunan kecepatan denyut jantung
Daphnia ini memerlukan mekanisme penyesuaian diri terhadap lingkungan agar
dapat bertahan hidup (Gordon , 1982).
Guyton (1976) menambahkan bahwa dalam keadaan normal denyut jantung
per menit sekitar 100-150 kali per menit. Peningkatan suhu menyebabkan
peningkatan frekuensi denyut jantung besar. Perlakuan terhadap Daphnia. dengan
menempatkannya pada suhu tinggi ternyata menyebabkan denyut jantung Daphnia
naik. Penurunan suhu menurut Guyton (1976) menyebabkan penurunan frekuensi
denyut jantung normal. Sesuai dengan pendapat tersebut, disini menunjukkan
bahwa pada suhu rendah denyut jantung Daphnia menurun. Peningkatan dan
penurunan suhu berakibat pada besar dan kecilnya detak jantung.
Zat kimia yang mampu mengurangi frekuensi denyut jantung seperti
alkohol, acetilcolin dan morpin. Schmidt (1990) juga menyatakan bahwa
penggunaan obat-obatan ini akan menyebabkan penurunan aktifitas jantung. Zat
kimia sangat berpengaruh terhadap frekuensi kerja jantung. Alkohol merupakan
zat mudah terbakar sehingga dengan masuknya alkohol ke dalam tubuh
mengakibatkan proses pembakaran tubuh menjadi lebih cepat. Proses pembakaran
yang sangat cepat memerlukan suplai oksigen yang digunakan dalam pembakaran
lebih cepat pula sehingga denyut jantung yang terjadi menjadi lebih banyak.
Menurut Watterman (1960), penggunaan zat kimia pada awal denyut jantung
cepat tetapi lama-kelamaan denyut jantung menurun karena zat kimia bersifat
toksik yang dapat menyebabkan kematian pada Daphnia sedangkan menurut
Schmidt (1990), denyut jantung menjadi cepat karena pengaruh aktivitas kerja
dan emosi. Setelah aktivitas, denyut jantung tidak dapat kembali ke keadaan
semula walaupun terjadi penurunan dimana denyut jantung semakin lambat. Hal
ini karena pengaruh suatu aktivitas yang dapat mengurangi kerja tubuh sehingga
tubuh memerlukan oksigen lebih banyak.
Jantung Daphnia berupa kantung berbentuk pelana terletak di dalam thorax
sebelah dorsal. Jantung terikat pada dinding sinus pericardii dengan perantara
sejumlah logamenta. Sistem vaskuler dari Daphnia ialah terbuka, jantung
memompa darah ke seluruh bagian tubuh dan menghisapnya kembali melalui
lubang-lubang yang dilengkapi valva. Tiga pasang lubang yang dilengkapi dengan
valva disebut ostia, memungkinkan darah masuk kembali dari sinus
melingkarnya. Daphnia juga memiliki lima pasang kaki yang menyerupai
lembaran daun. Gerakan kaki menyebabkan timbulnya aliran air yang membawa
partikel-partikel makanan dan oksigen. Jantungnya terdapat pada sisi dorsal,
denyut jantung cepat dan memiliki sepasang ovaria di kanan-kiri, saluran
pencernaan di thorax. Menurut Villee et al (1988), faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut jantung selain faktor lingkungan yaitu, laju metabolisme,
kondisi fisiologis Daphnia, umur Daphnia, besar-kecilnya ukuran tubuh Daphnia,
zat kimia, kemampuan beradaptasi pada lingkungan baru, aktivitas Daphnia, dan
pH.
Menurut Ville et al. (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi denyut
jantung, antara lain :
a. Aktivitas, aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan denyut jantung pada larva
ikan gurami
b. Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh gurami maka denyut jantung
semakin lambat
c. Temperatur, denyut jantung akan bertambah sesuai dengan kanaikan
temperatur lingkungan normal
d. Zat kimia, semakin besar konsentrasi zat kimia yang digunakan menyebabkan
denyut jantung semakin cepat
e. Kemampuan adaptasi, pertama kali denyut jantung akan lambat tetapi setelah
dapat beradaptasi akan normal kembali.
Pengaruh lain yang berperan dalam kecepatan denyut jantung adalah stress
yang dapat berupa polusi pada air. Polusi air dapat berupa adanya ion almunium
(Al), nikel (Ni), besi (Fe), timbal (Pb), dan cadium (Cd). Polusi dalam air semakin
banyak maka denyut jantung hewan semakin lambat (Sahan et al, 2007).
Perubahan suhu lingkungan (guncangan suhu dingin) akan menyebabkan stress
yang menginduksi pada tingginya tingkat glukosa darah, selanjutnya mengganggu
pertumbuhan bahkan mematikan. Glukosa darah merupakan sumber pasokan
bahan bakar utama dan substrat essensial untuk metabolisme sel terutama sel otak.
Untuk berfungsinya otak secara kontinyu dibutuhkan glukosa secara terus-
menerus. Pada hewan poikilotermik termasuk Daphnia, perubahan suhu
lingkungan akan berpengaruh langsung terhadap proses metabolisme. Oleh
karena itu, perubahan suhu lingkungan akan mempengaruhi tingginya kebutuhan
pasok glukosa darah untuk termogenesis (Hastuti et al, 2013).
Detak jantung dari ikan di dalam daerah beriklim panas itu mungkin
ditentukan oleh beberapa faktor-faktor seperti temperatur, curah hujan, permukaan
air, ketersediaan oksigen, keterhantaran elektris, air pH, kadar alkali, ketersediaan
bahan gizi dan makanan dan untuk suatu luas yang lebih sedikit fotoperiodenya.
Faktor-faktor ini dapat mempercepat atau memperlambat proses reproduktif dan
dapat mempengaruhi proses pengeraman pada telur, perkembangan Daphnia,
pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Perkembang biakkan dari beberapa jenis
hewan tropis tergantung pada pola iklim di lingkungan tersebut yang dapat
menjamin kondisi-kondisi yang baik untuk telur dan kelangsungan hidup larva
(Altermatt et al, 2012).
Alcohol yang digunakan pada praktikum ini hanya 5% karena jika lebih
dari 5% dikhawatirkan Daphnia tersebut akan mati seperti apa yang dikemukakan
oleh Soegiri (1988) rangsangan yang sangat kuat menyebabkan jantung berhenti
berdetak waktu diastole. Pengaruh ini lepas karena ventrikel segera berdenyut
lebih keras lagi. Rangsang pada syaraf simpatis akan menyebabkan peningkatan
aktivitas jantung untuk mensupali lebih banyak darah terhadap otot-otot skelet
pada aktivitas fisik. Perlakuan panas dan dingin dilakukan untuk melihat
bagaimana respon denyut jantung Daphnia terhadap perubahan temperature
lingkungannya. Sedangkan perlakuaan pada suhu normal dilakukan sebagai
kontrol untuk dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya apakah terjadi
penurunan atau kenaikan jumlah denyut jantung (Soegiri, 1988).
Alcohol 5% digunakan untuk menciptakan lingkungan yang terkena zat
kimia. Es batu digunakan untuk menurunkan temperature lingkungan disekitar
Daphnia sama halnya dengan air panas yang digunakan untuk menciptakan
lingkungan dengna temperature yang panas. Thermometer digunakan untuk
mengukur temperature ruangan serta temperature air yang digunakan. Pipet tetes
membantu kita untuk mengambil bahan yang akan digunakan saat percobaan.
Cavity slide digunakan untuk meletakkan Daphnia saat diamati dengan
menggunakan mikroskop cahaya, jika air yang terdapat pada lekukan cavity slide
terlalu banyak dapat diserap atau dikurangi menggunakan tissue. Penghitungan
denyut jantung Daphnia dilakukan selama 15 menit, waktu penghitungan dihitung
menggunakan stopwatch dan jumlah denyut Daphnia dihitung dengna bantuan alat
hand tally counter. Untuk menampung Daphnia yang sedang tidak diamati
digunakan gelas bekker.
IV. KESIMPULAN

1. Hasil penghitungan denyut jantung Daphnia kelompok 3 rombongan VI pada


temperatur normal 220, pada temperatur panas 269, pada temperatur dingin
140, dan pada penambahan alkohol 5% yaitu 148.
2. Jantung Daphnia berupa kantung berbentuk pelana terletak di dalam thorax
sebelah dorsal. Jantungnya terdapat pada sisi dorsal, denyut jantung cepat.
Gerakan kaki menyebabkan timbulnya aliran air yang membawa partikel-
partikel makanan dan oksigen.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung yaitu, laju metabolisme,
kondisi fisiologis Daphnia, umur Daphnia, besar-kecilnya ukuran tubuh
Daphnia, zat kimia, kemampuan beradaptasi pada lingkungan baru, aktivitas
Daphnia, temperature, dan pH.
4. Interpretasi hasil pada temperature panas denyut jantung meningkat, pada
temperature dingin denyut jantung menurun dan pada penambahan alcohol 5%
denyut jantung meningkat.
DAFTAR REFERENSI

Altermatt F & Ebert D. 2012. The Genotype Specific Competitive Abilyti Does
Not Correlate with Infection in Natural Dhapnia magna Population. PloS
ONE, 2(12): 173-181
Barness, R. 1986. Invertebrata Zoology. W. B. Sounders Company, London.
Bleaken, B., Jonathan Z., Lauren M., Nicholas T & Rebecca. 2010. Combined
Effect Of Ethanol And Acetaminophen On The Control Nervous System
Of Daphnia Magna. Pennysylvania: Ursinus Collage.
Gordon, S. Malcolm. 1982. Animal Physiology : Principles and Adaptions. New
Yowk: Mac Millan Publishing Co. Inc.
Guyton. 1976. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: ECG.
Hastuti, S., Supriyono, I., Mokoginta, & Subandiyono. 2013. Respon Glukosa
Darah Ikan Gurami (Osp-hronemus gourami, LAC) Terhadap Stress
Perubahan Suhu Lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(2): 73-77.
Kimball, J. 1992. Biologi II. Jakarta: Erlangga.
Moon, S., Kim M., Kim E., Lee J & Song J. 2016. Heartbeat and Vertical
Migration Effects of Magna Daphnia by Environmental Hormones.
International Journal of Applied Environmental Sciences,11(4):941-956.

Pankey, Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya..Jurnal Perikanan dan


Kelautan, 5 (3): 33-36.
Sahan, Asyel, Tulay Altun, Fatma Cevik, Ibrahim Cengizler, Erdal Nevsat,
Ercument Genc. 2007. Comparative Study of Some Haemotological
Parameters in European Eel (Anguilla Anguilla L., 1758) Caught from
Different Regions of Ceyhan River (Adana, Turkey). Journal of Fisheries
& Aquatic Sciences volume 24 (1-2): 167-171.
Schmidt-Nielsen. 1990. Animal Physiology and Enviroment. Cambridge:
University Press, Cambridge.
Soegiri, N. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Ville, C., Walker & R. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Watterman, T.H. 1960. The Physiology of Crustaceae. New York: Academic
Press.
Wibowo, A., Heni W & Siti H. 2014. Pemanfaatan Kompos Kulit Kakao
(Theobroma cacao) untuk Budidaya Daphnia sp. Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan,2(12): 227-231.

Anda mungkin juga menyukai