Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG

LARVA IKAN GURAMI

Nama : Ahmad Nurul Yaqin


NIM : B1A019017
Kelompok :4
Rombongan : II
Asisten : Andi Diffa Safitri Putri

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Hewan yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuh disebut


dengan poikiloterm (A’tourrohman, 2019). Ikan merupakan biota poikiloterm,
yang mana suhu tubuhnya naik turun sesuai dengan suhu lingkungan sehingga
semua proses fisiologis pada ikan dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Singh et
al., 2013 dalam Mustafa et al., 2018). Ikan merupakan hewan poikiloterm
(berdarah dingin) sehingga metabolism tubuh ikan tergantung pada suhu
lingkungannya (Effendi, 2003). Umumnya ikan bersifat poikiloterm, sehingga
temperatur air yang meningkatakan menurunkan nafsu ikan (Zidniet al.,
2018).
Denyut jantung dibagi menjadi dua tipe yaitu neurogenik dan jantung
meogenik. Jantung neurogenik adalah jantung pada hewan tingkatan rendah
(Invertebrata), yang aktivitasnya diatur oleh system syaraf sehingga jika
hubungan syaraf dengan jantung diputuskan, maka jantung akan berhenti
berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan tetap ritmis meskipun hubungan
dengan syaraf diputuskan, bahkan bila jantung diambil selagi masih hidup dan
ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut (Affandi,
2002). Jantung meogenik terdapat pada jaringan otot jantung khusus yang
membuat simpul (nodal tissue) yang merupakan penggerak jantung. Letak
simpul pada ikan dan amfibi pada sinus venosus. Hewan yang tergolong
Vertebrata yang lebih tinggi memiliki simpul yang mengeluarkan impul
sritmisitu letaknya pada atrium dekat vena cava yang disebut simpul sinoatrial
(SA) (Watasasmita, 1985 dalam Affandi, 2002).
Ikan gurami memiliki alat bantu pernapasan tambahan berupa
labyrinth yang memungkinkannya mengambil oksigen dari udara secara
langsung, sehingga dapat bertahan hidup di perairan dengan konsentrasi DO
rendah (Pinandoyo, 2021). Organ labirin seperti paru-paru memungkinkan
gurami menelan udara dan menggunakan oksigen atmosfer. Organ ini
memainkan peran penting dalam membiarkan gurami menghuni air dangkal
dan miskin oksigen. Gurami banyak memiliki bentuk yang memanjang sinar
seperti antena di bagian depan masing-masing sirip perutnya (Jena, 2019).
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pengaruh


temperature lingkungan dan zat kimia terhadap denyut jantung hewan
percobaan (Osphronemusgouramy).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah larva larva ikan
gurami (Osphronemus gouramy), air, air dingin, air panas, alkohol 70%, dan
kertas tissue.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah termometer
(celcius), pipet tetes, cavity slide, mikroskop, stopwatch, hand tally counter,
beaker glass, dan kamera.

B. Cara Kerja

1. Temperatur media larva diukur menggunakan termometer, kemudian


dicatat.
2. Larva diletakkan diatas cavity slide dan ditambahkan media uji
menggunakan pipet tetes.
3. Jantung larva ikan gurami diidentifikasi menggunakan mikroskop.
4. Jumlah denyut jantung larva gurami dihitung selama 15 detik.
5. Perhitungan jumlah denyut larva gurami dihitung pada temperatur media
berbeda (normal, air panas, air dingin, dan alkohol 70%) dengan rumus
perhitungan denyut jantung/menit:
Jumlah denyut jantung/ menit = (15 s) x 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Lingkungan Terhadap Denyut Jantung


Larva Ikan Rombongan IV

Normal Panas Dingin Alkohol


Kelomp
ok Suh DJ/me Suh DJ/me Suh DJ/me Konsentr DJ/men
u nit u nit u nit asi it
29o 95o 21o
1 112 148 132 70% 120
C C C
29o 94o 20o
2 140 160 116 70% 144
C C C
29o 91o 19o
3 124 144 108 70% 152
C C C
29o 93o 15o
4 144 160 100 70% 148
C C C
29o 90o 10o
5 156 144 84 70% 140
C C C
29o 92o 22o
6 116 156 112 70% 148
C C C

Perhitungan Kelompok 4:

Diketahui: Perlakuan Normal (15 s) = 36


Perlakuan Air Panas (15 s) = 40
Perlakuan Air Dingin (15 s) = 25
PerlakuanAlkohol (15 s) = 37

Rumus menghitung denyut jantung/menit


DJ/menit = (15 s) x 4
Keterangan:
DJ = Denyut Jantung
1. Normal = (15 s) x 4

= 36 x 4
= 144dj/menit

2. Air Panas = (15 s) x 4


= 40 x 4
= 160 dj/menit
3. Air Dingin = (15 s) x 4
= 25 x 4
= 100dj/menit
4. Alkohol = (15 s) x 4
= 37 x 4
= 148dj/menit
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh rombongan 4 kelompok 4, didapatkan
hasil yang menunjukkan pengamatan lingkungan terhadap denyut jantung
larva ikan pada perlakuan normal di suhu 29oC menghasilkan 144 denyut
jantung/menit, pada kondisi panas di suhu 93oC dihasilkan 160 denyut
jantung/menit, pada kondisi dingin di suhu 15oC dihasilkan 100 denyut
jantung/menit, dan pada perlakuan alcohol dengan konsentrasi 70%
menghasilkan 148 denyut jantung/menit. Peningkatan denyut jantung terbesar
terjadi pada kondisi panas di suhu 93 oC sebesar 148 denyut jantung/menit. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan referensi yang menyatakan bahwa pada
suhu lingkungan tinggi denyut jantung akan meningkat. Peningkatan ini
berhubungan dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan meningkatnya
aktivitas respirasi, sehingga dibutuhkan lebih banyak suplai O2 dan nutrien
yang akan dibawa melalui aliran darah dengan jalan peningkatan denyut
jantung (Widia watiet al., 2016). Denyut jantung pada kondisi dingin lebih
sedikit dibandingkan dengan keadaan normal dengan suhu 29oC. Hal tersebut
tidak sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa suhu rendah
memungkinkan air untuk mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah
dapat menyebabkan ikan stress pernapasan yang berupa menurunnya laju
pernapasan dan denyut jantung (Lestari & Dewantoro, 2018). Denyut jantung
yang dipengaruhi oleh factor seperti suhu yang digunakan baik suhu dingin,
normal, dan panas yang berada dalam suhu stabil dan sifat jantung yang
termolabil, dimana jantung dapat berubah denyutnya karena suhu lingkungan
sehingga denyut jantung yang dihasilkan dapat meningkat atau menurun
(Purnamasari & Setiyadi, 2019). Pemberian alcohol dengan konsentrasi 70%
meningkatkan denyut jantung larva gourami. Hal tersebut sesuai dengan
referensi yang menyatakan bahwa pemberian alkohol yang tinggi dapat
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan tekanan darah, memperlemah
jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang arteri (Suiraoka, 2012
dalam Yadiet al., 2014). Meningkatkanya denyut jantung hewan dapat
dipengaruhi oleh suatu rangsangan yang kuat seperti suhu dan zat kimia
(Soegiri, 1988).
Denyut jantung larva ikan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti suhu dan penambahan zat kimia. Suhu lingkungan yang tinggi
frekuensi denyut jantung akan meningkat, hal tersebut disebabkan karena
kecepatan konsumsi oksigennya akan meningkat dengan cepat pada saat suhu
lingkungannya naik (Sihombing et al.,2014). Kenaikan suhu meningkatkan
metabolisme dan frekuensi denyut jantung (Primawati, 2011).Suhu lingkungan
yang rendah frekuensi denyut jantung menurun (Purnamasari, 2019).Suhu
pada lingkungan normal frekuensi denyut jantung cenderung konstan atau
normal (Alvian,2017). Pemberian zat kima juga berpengaruh terhadap denyut
jantung dalam hal ini zat kimia yang digunakan adalah alkohol. Pemberian
alkohol 70% berpengaruh pada peningkatan kadar kortisol dalam darah
sehingga takanan darah dan frekuensi denyut jantung meningkat (Gray et
al.,2005).
Jantung pada ikan memiliki tiga kamarutama yang terdiri dari dua atrium
dan satu ventrikel. Jantung ikan terdiri daru dua ruang atrium (auricle) yang
berdinding tipis dan ventrikel yang berdinding tebal yang terletak di belakang
insang, serta terdapat sinus venosus yang denyut merupakan ruang tambahan
berdinding tipis. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga
yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruangan depan jantung. Klep
pada jantung terletak diantara atrium dan ventrikel yang berfungsi untuk
menjaga aliran darah agar tetap searah. Peredaran darah ikan disebut peredaran
darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar keseluruh tubuh yang
kemudian akan masuk kejantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui
jantung dengan rute dari jantung ke insang, lalu keseluruh tubuh dan kembali
lagi kejantung (Rahmawati, 2014).
Faktor yang mempengaruhi denyut jantung pada ikan meliputi waktu,
ukuran, jenis kelamin,metabolisme,suhu, dan factor kimiawi. Waktu
berpengaruh terhadap denyut jantung, dimana saat siang hari ketika
beraktivitas akan menyebabkan denyut jantung yang dihasilkan lebih tinggi
dibandingkan dengan denyut jantung ikan pada malam hari karena berada
dalam keadaan tenang (Nurmi, 2016). Ikan yang berukuran kecil memiliki
frekuensi detak jantung yang lebih tinggi dibandingkan ikan yang berukuran
besar dengan denyut jantung yang lambat. Jenis kelamin mempengaruhi
denyut jantung karena pada ikan betina yang membawa telur/ anaknya dalam
kantong pengeraman akan menyebabkan kecepatan denyut jantungnya
bertambah karena energi yang dibutuhkan lebih besa. Kenaikan kecepatan
metabolisme juga dapat mensti mulir jantung untuk bekerja lebih cepat,
sehingga frekuensi denyut jantungnya pun juga akan meningkat (Barnes,
1963). Suhu juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan
denyut jantung, dimana pada suhu yang tinggi pusat pengaturan panas akan
bekerja lebih keras. Untuk menjaga keseimbangan (homeostasis), frekuensi
denyut jantung akan meningkat yang mengakibatkan terjadinya penurunan isi
sekuncup jantung karena berkurangnya tekanan darah (Wilmore & Costill,
1994; Bafirman, 2013; Penggalihet al., 2015). Pemberian zat kimia dapat
mempengaruhi denyut jantung ikan, dimana penambahan suatu zat kimia akan
meningkatkan frekuensi denyut jantung seperti pemberian alkohol dan larutan
fisiolgis (Purnamasari & Setiyadi, 2019).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


temperature lingkungan berpengaruh terhadap frekuensi denyut jantung ikan
gourami (Osphronemus gouramy), dimana ketika suhu normal denyut jantung ikan
gourami akan berdetak dengan normal, ketika berada pada suhu panas terjadi
peningkatan frekuensi denyut jantung ikan gourami agar tetap menjaga
keseimbangan (homeostatisnya), dan ketika di suhu dingin terjadi penurunan
frekuensi denyut jantung karena kemampuan metabolismnya rendah. Peningkatan
denyut jantung pada kondisi dingin dapat disebabkan karena ikan berada dalam suhu
dingin yang stabil dan sifat jantung yang termolabil. Pemberian zat kimia seperti alcohol
dalam konsentrasi tinggi dapat meningkatkan denyut jantung ikan karena adanya
rangsangan kuat dari alkohol yang mempengaruhi kerja denyut jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. & Usman, M. T., 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekan baru: Unri Press.
Alvian,A.G.2017. Alat Ukur Detak Jantung dan Suhu Tubuh Dilengkapi
Penyimpanan Data. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi D3 Teknik
Elektromedik Universitas Muhammadiyah Yogyakaryta.
A’tourrohman, M., 2019. Termoregulasi, Respirasi, dan Osmoregulasi pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Biologi, 3(2), pp.16-26.
Bafirman, H. B. 2013. Kontribusi Fisiologi Olahraga Mengatasi Resiko Menuju
Prestasi Optimal. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 3(1), pp.41-
47.
Gray, H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M., Simpson., 2005. Lectures Notes
Kardiologi. Ed. 4th Jakarta: Erlangga.
Jena, A. K., Biswas, P. & Pattanaik, S. S., 2019. Recent Trends in Breeding and
Trade of Ornamental Gourami in India. World Aquaculture, 61(1), pp.61-
64.
Lestari, T. P. & Dewantoro, E., 2018. Pengaruh Suhu Media Pemeliharaan Terhadap
Laju Pemangsaan dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Ruaya, 6(1), pp.14-22.
Mustafa, A., Tarunamulia, Hasnawi & Radiarta, I N., 2018. Evaluasi Kesesuaian
Perairan untuk Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku. Jurnal Riset Akuakultur, 13(3),
pp.277-287.
Mustofa, A. & Mulyo, H., 2020. Analisis Pola Sebaran Parameter Fisika Air Laut
sebagai Daya Dukung Usaha Budidaya Tambak Ikan di Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah. Jurnal Enggano, 5(1), pp.40-52.
Nurmi, A. 2016. Respons fisiologis Domba Lokal dengan Perbedaan Waktu
Pemberian Pakan dan Panjang Pemotongan Bulu. Jurnal Eksakta, 1(1),
pp.58-68.
Penggalih, M. H. S. T. P., Hardiyanti, M. & Sani, F. I., 2015. Perbedaan Perubahan
Tekanan Darah dan Denyut Jantung pada Berbagai Intensitas Latihan Atlet
Balap Sepeda. Jurnal Keolahragaan, 3(2), pp.218-227.
Pinandoyo, Herawati, V. E., Hutabarat, J. & Windarto, S., 2021. Application of
IndianNettle (Acalypha indica) and Mung Bean Sprouts (Vigna radiata) as a
Source of Plant Protein to Improve Gourami (Osphronemusgoramy)
Production. Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation Bioflux,
14(1), pp.141-150.
Purnamasari, S. & Setiyadi, M. W., 2019. Pengaruh Zat Kimia pada Berbagai Suhu
terhadap Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dalam Upaya Pengembangan
Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Bioscientist: Jurnal Ilmiah
Biologi, 7(2), pp.123-131.
Primawati, S. N., 2011. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan II. Mataram:
Laboratorium Biologi IKIP Mataram.
Rahmawati, A. 2014. Pengelolaan Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum pada
Mata Kuliah Vertebrata di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Bima. Tesis. Surakarta: Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sihombing, D. O. L., Lubis, L. D. U. A., Setiowati, N., & Sophiana, S., 2014.
Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung. Medan: Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Medan.
Singh, S. P., Sharma, J. G., Ahmad, T. & Chakrabarti, R., 2013. Effect of Water
Temperature on The Physiological Responses of Asian Catfish
Clariasbatrachus (Linnaeus 1758). Asian Fisheries Science, 26(1), pp.26-
38.
Soegiri, N. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Suiraoka, I. P. 2012. Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegahdan Mengurangi
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widiawati, Y., Sutrisna, R. & Siswanto, 2016. Respon Fisiologis Itik Mokosari
Jantan dengan Pemberian Ransum Berkadar Protein Kasar Berbeda. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(3), pp.182-187.
Wilmore, J. H. & Costill, D. L., 1994. Physiologi of Sport and Exercise Human
Kinetics. USA: Human Kinetics Publisher.
Yadi, A., Hernawan, A. D. & Ridha, A., 2014. Faktor Gaya Hidup dan Stress yang
Berisiko terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat
Jalan. Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan, 1(1), pp.87-102.
Zidni, I., Afrianto, E., Mahdiana, I., Herawati, H. & Bangkit, I., 2018. Laju
Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila
(Oreochoromisniloticus). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 9(2), pp.147-151.
Michael J. J, Jacqueline K. Limberg, Erica A. Wehrwein and Blair D. Johnson. 2018.
Role Of The Carotid Body Chemoreceptors In Glucose Homeostasis
And Thermoregulation In Humans. J Physiol. 15: 3079-3085.
Ratna Mahmud. 2020. Penerapan Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
Dengue Dalam Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi. Jurnal Ilimah
Kesehatan Sandi Husada. 9(2): 1023-1028.
Andri T, Putu K, Made W., 2018. Manajemen Termoregulasi Untuk Mencegah
Kejadian Hipotermia Pada Passien Neonatus Yang Menjalani Operasi
Gastrosxhisis. Medicina. 49(2): 155-160.

Anda mungkin juga menyukai