Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SOLUSIO PLASENTA

NAMA : FRANSISKA TIRSA PADWA

NIM : PO7121417021

TINGKAT : II

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
MERAUKE
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta
adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke
janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka
akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada
luasnya area plasenta yang terlepas.

Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka
kematian perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa lain telah
berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap
menonjol. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui
vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung
internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian
seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin
telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok . Penyebab solusio plasenta tidak diketahui
dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit
hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang
diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah makin
bertambahnya usia ibu.

B. Tujuan

• Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.


• Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.

• Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari solusio plasenta.

• Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio plasenta.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Terdapat beberapa definisi tentang solusio plasenta menurut beberapa ahli


diantaranya yaitu :

a.Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum


waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu. (Manuaba dan Ida
Bagus Gde. 2003

b.Solusio plasenta atau abrupsio plasenta adalah pelepasan prematur dari plasenta
letak normal yang terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu. ( buku ajar bidan,
2009, hal : 297)

c.Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya, pada usia


kehamilan 22 minggu atau dengan perkiraan berat janin lebih dari 500 gram. (Ida
Bagus Gde Manuaba. 2007.)

d.Solusio plasenta (atau abruption plaseta) didefinisikan sebagai pemisahan


premature plasenta yang implantasinya normal. (Leveno dan Kenneth J. 2009.

e.Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum


waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer. Kapita
Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001).

f.Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal di korpus


uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan. (
Nita Norma, 2013, hal 213).

Nama lain dari Solutio Plasenta adalah:


1.Abrupsio Plasenta
2.Ablasio Plasenta
3.Accidental Haemorarrhge
4.Premature Separation Of The Normally Implanted Placenta

Dari beberapa definisi diatas dapat kami simpulkan bahwa solusio plasenta adalah
lepasnya plasenta dari implantasi normal sebelum waktunya yang terjadi pada usia
kehamilan antara 20-28 minggu.

Jadi, Solosio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum
janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage.
Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput
ketuban dan uterus kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih
jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas
dan uterus serta menyebabkan perdarahan yang tersembunyi.

B. Klasifikasi
a. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3.Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.

b. Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan


1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2.Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
3.Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .

c. Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan


solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu: (
1. Ringan
 Perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen
plasma >150 mg%
2.Sedang
 Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat
janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3.Berat
 Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

C. Etiologi Solutio Plasenta

Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi, yaitu ;
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia
dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari
wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,
sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor trauma
 Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
 Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang
baik keadaan endometrium.
4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat
menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas
bagian yang mengandung leiomioma
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya
plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu)
bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta
menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada
kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan
uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus
oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
Disamping itu ada pengaruh:

 Umur lanjut
 Multi paritas
 Merokok
 Konsumsi alcohol
 Penyalahgunaan kokain
D. Manifestasi klinis
Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus,
wama darah merah kehitaman.
1. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang
(wooden uterus).
2. Palpasi janin suit karena rahim keras
3. Fundus uteri makin lama makin naik
4. Auskultasi DJJ sering negative
5. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
6. Pasien kelihtan pucat, gelisah dan kesakitan

Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai
contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta
belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat
juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas
seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini. Solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang
jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan
koagulopati yang lebih tinggi, namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak
diketahui sehinga pemberian transfuse sering tidak memadai atau terlambat.
Table Tanda dan gejala pada solusio plasenta!
No. Tanda dan gejala Frekuensi
1. Perdarahan pervaginam 78%
2. Nyeri tekan uterus atau nyeri 66%
pinggang
3. Gawat janin 60%
4. Persalinan premature idiopatik 22%
5. Kontraksi berfrekuensi tinggi 17%
6. Uterus hipertonik 17%
7. Kematian janin 15%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan gejala
atautanda dengan frekuensi tertinggi pada kasus-kasus solusio plasenta.
Berdasarkan kepada gejala dan tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik
umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada
bentuk solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai
ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang
tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan syok, denyut
jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui
kesulitan dalam meraba bagian-bagian janin.

E. Prognosa
Solusio plasenta tidak selalu menyebabkan kematian bagi ibu hamil yang
mengalaminya. Namun bagaimanapun semua keadaan berikut ini dapat
meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi, antara lain:
 Serviks (leher rahim) yang menutup
 Diagnosis dan penanganan solusio plasenta yang terlambat
 Perdarahan yang berlebihan, yang mengakibatkan syok
 Perdarahan uterus yang tersembunyi selama kehamilan
 Tidak adanya tanda-tanda persalinan
Pada sekitar separuh kasus solusio plasenta, stres pada janin terjadi di awal
kejadian. Bayi yang masih hidup memiliki kemungkinan sebanyak 40-50% untuk
mengalami komplikasi yang bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat.

F. Komplikasi
a. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalianan segera. Bila persalinan
telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena
kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III .
Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat.
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang
umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.
 Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia,
Kematian.

G. Prosedur pemeriksaan
Untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara lain :
1. Anamnesis.
 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat
menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit.
 Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-
konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah
yang berwarna kehitaman.
 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(anak tidak bergerak lagi).
 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu
terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar
pervaginam.
 Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2.Inspeksi.
 Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
 Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasi
 Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
 Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
4. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria.
Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia
berat. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan
janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila
perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif.

G. Terapi
1). Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring
dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio
sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk
mempercepat persalinan
1). Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
seksio sesaria
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi
sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan.
Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah
kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun sudah
dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan
persalinan adalah seksio sesaria
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka
histerektomi perlu dilakukan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Adapun pengkajian yang dapat dilakukan menurut Marilyn E. Doenges yang
dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan perihal solution plasenta
(tergolongi ntrapartum) terdiri dari :
1. Identitas klien secara lengkap.
2. Aktivitas atau istirahat.
Dikaji secara subyektif yang terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir,
pekerjaan, kebiasaan aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri dari
pengkajian neuro muscular.
3. Sirkulasi.
Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah jantung,
keadaan ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan oleh klien perihal
sirkulasi.Dan secara obyektif yang terdiri dari TD berbagai posisi (duduk,
berbaring, berdiri, baik kanan maupun kiri), nadi secara palpasi, bunyi jantung,
ekstremitas (suhu, warna, pengisian kapiler, tanda hofman, varises),
warna/sianosis diberbagai region tubuh.
4. Integritas Ego.
Secara subyektif mulai dari kehamilan yang direncanakan, pengalaman
melahirkan sebelumnya, sikap dan persepsi, harapan selama persalinan, hubungan
keluarga, pendidikan dan pekerjaan (ayah), masalah financial, religious, faktor
budaya, adanya faktor resiko serta persiapan melahirkan. Dan secara obyektif,
terdiri dari respon emosi terhadap persalinan, interaksi dengan orang pendukung,
serta penatalaksanaan
persalinan.
5. Eliminasi.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi
6.Makanan atau cairan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan makanan atau cairan
yang
masuk kedalam tubuh baik secara parenteral maupun enteral serta kelainan-
kelainan yang terkait.
7.Higiene.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kebersihan diri klien.
8.Neurosensori.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi neurosensori
dari klien.
9.Nyeri/Ketidaknyamanan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau
ketidaknyamanan dari klien akibat dari proses persalinan.
10.Pernafasan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan pernafasan serta
kelainan-kelainan yang dialami dan kebiasaan dari klien.
11.Keamanan.
Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan alergi/sensitivitas,
riwayat PHS, status kesehatan, bulan kunjungan prenatal pertama, masalah dan
tindakan obstetric sebelumnya dan terbaru, jarak kehamilan, jenis melahirkan
sebelumnya, tranfusi, tinggi dan postur ibu, pernah terjadi fraktur atau dislokasi,
keadaan pelvis, persendian, deformitas columna fertebralis, prosthesis, dan alat
ambulasi.Dan data
objektif diperoleh dari suhu, integritas kulit (terjadi ruam, luka, memar, jaringan
parut), parastesia, status dari janin mulai dar frekuensi jantung hingga hasil, status
persalinan serta kelainan
-kelainan terkait, kondisi dari ketuban, golongan darah dari pihak ayah ataupun
ibu, screening test dari darah, serologi, kultur dari servik atau rectal, kutil atau lesi
vagina dan varises pada perineum.
12.Seksual.
Data subjektif di dapat dari periode menstruasi akhir serta keadaan-keadaan
terkait seksual dari ibu ataupun bayi dan juga riwayat melahirkan.Data objektif di
dapat dari keadaan pelvis, prognosis untuk melahirkan, pemeriksaan bagian
payudarah dan juga tes serologi.
13.Interaksi Sosial.
Data subjektif di dapat dari status perkawinan, lama tahun berhubungan anggota
keluarga, tinggal dengan, keluarga besar, orang pendukung, leporan masalah.Data
objektif di dapat dari komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang
terdekat, pola interaksi social (perilaku).
a. Anamnesis
 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat
menunjukkan tempatyang dirasa paling sakit
 Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong
(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang
berwarna kehitaman.
 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(anak tidak bergerak lagi).
 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu
terlihat anemisyang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar
pervaginam.
 Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
b. Inspeksi
 Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
 Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
 Palpasi
 Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
 Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
(wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
 Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
 Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
c. Auskultasi
 Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar
biasanya di atas 140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang
bila plasenta yang terlepas lebih darisatu per tiga bagian.
d. Pemeriksaan dalam
 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
 Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang,
baik sewaktu hismaupun di luar his.
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus
placenta, ini sering meragukandengan plasenta previa.
e. Pemeriksaan umum.
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakitvaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh
dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecildan filiformis.
f. Pemeriksaan laboratorium
 Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder
dan leukosit.
 Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena padasolusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia, makadiperiksakan pula COT (Clot Observation test)
tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen(fiberindex), dan tes kuantitatif
fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).
g. Pemeriksaan plasenta.
 Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagianplasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum
atau darah beku yang biasanyamenempel di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplacenter.
h. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
 Terlihat daerah terlepasnya plasenta
 Janin dan kandung kemih ibu
 Darah
 Tepian plasenta

B.Diagnosa Keperawatan
Defisit Volume Cairan B/D Pendarahan D/D Tekanan Darah Meningkat, NadiMeningkat,
Oliguria, Penurunan BB, Membran Mukosa KeringKriteria hasil:-
 TD dan nadi dalam keadaan normal
 Mempertahankan tingkat dehidrasi yang adekurat

Intervensi
 Pantau TD dan nadi tiap 15 menit
 Kaji tingkat ansietas klien
 Ukur suhu tiap 4 jam
 Posisikan klien pada miring kiri bila tepat
Rasional
 Peningkatan TD dan nadi dapat menandakan retensi urine
 Ansietas menubah TD dan nadi
 Dehidrasi dapat berakibat pada peningkatan suhu
 Meningkatkan aliran darah balik vena dengan memindahkan tekanan dari
uterus gravidterhadapa vena inferior dan aorta desenden.

Nyeri Pada Uterus B/D Ketidakmampuan Iterus Berkontraksi Optimal D/D


LepasnyaPlasenta, Perdarahan, Rahin TeregangKriteria Hasil:-
 Mengindentifikasi sumber nyeri-
 Mengugkapkan hilangnya nyeri
Intervensi
 Tentukan di mana lokasi nyeri
 Evaluasi TD dan nadi
 Ubah posisi pasien
 Lakukan nafas dalam
Rasional
 Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan
secaralangsung.
 Pada banyak klien nyeri dapat menyebabkan gelisah serta peningkatan td
dan nadi.
 Merileksasikan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri.
 Menurunkan regangan dan mengurangi nyeri.
 Resiko Tinggi Terhdapa Cidera Janin B/D Solisio PlasentaKriteria Hasil :
- Menunjukkan pertumbuhan janin pada batas normal.
- Mencapai kehamilan ada masanya dengan ukuran yang tepat untuk
usia gestasi.
Intervensi
 Tentukan Penyalahgunaan Zat Seperti Alkohol, Merokok Dan Obat-
Obatan
 Auskultasi Dan Laporkan Irama Jantung
 Berikan Informasi Tentang Kebutuhan Diet, Sumber Vitamin, Mineral
Rasional
 Penyalahgunaan Zat Beresiko Terhadap Janin
 Menandakan Kesejahteraan Janin
 Malnutrisi
 Memperberat Ketidakadekuatan Perkembanan
 Neonatus Dan Sel Otak Janin
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum
janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage.
Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan
tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang
terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat. Trauma langsung abdomen,
hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv
sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain
diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang
menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui
mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-
kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun
komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari
perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan
dari ibu dan janin.
Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan
secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi
keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.

B. Saran
 Diharapkan perawat mahasiswa mampu memahami dan mendalami dari
solution plasenta.
 Mahasiswa mampu meminimalkan faktor risiko dari solution plasenta
demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan
anak.
 Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi
pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan
secara dini dan mampu mengurangi jumlah mortalitas pada ibu dan janin.
 Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan
mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan
pada masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

~Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21th


edition. Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
~Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2.
Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan
Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.
Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi,
R Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya:
Airlangga University Press, 2001; 456-70.
Brudenell , Michael. 1996. Diabetes pada kehamilan. Jakarta : EGC
Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri
Fisiologis dan Obstetripatologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC,
1998; 279, Chalik TMH. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
Widya Medika, 1997; 109-26. Francois KE, Foley MR. Antepartum and postpartum
hemorrhage. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics - Normal and Problem
Pregnancies. 5th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone; 2007:chap 18.

Anda mungkin juga menyukai