Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTOMY

1. Definisi
Ostomy adalah keadaan dimana bagian tubuh dilakukan operasi seperti pembuatan
Stoma (colostomy, ilieustomy, urostomy, crystostomy, trakheastomy, gastroistomy, dll).
Stoma dalam bahasa Yunani adalah mulut. Stoma adalah : usus yang dikeluarkan
dari dinding abdomen melalui proses operasi dan biasanya dilakukan karena ada kelainan
baik bawaan maupun ditemukan saat terjadi kecelakaan atau bahkan karena ada penyakit
dibagian saluran pencernaan ataupun disaluran perkemihan. (Gibyanto,2011)

Stoma
bagus

yang

Pada umumnya dibuat untuk ileum (ileostomy) atau colon (colostomy). Tedapat 2
jenis gastrointestinal Stoma :

1. Temporary (de-functioning) stomas : meliputi ileostomy atau colostomy yang dibuat


untuk melindungi suatu anastomosis atau dekompresi atau penyembuhan segmen
usus bagian distalnya. Stoma mempunyai 2 lubang yaitu lubang proksimal adalah
tempat keluarnya faeces dan lubang distal tempat keluarnya mukus dari usus bagian
distalnya.

2. Permanent stomas : lubang dinding abdomen yang dibuat secara permanen tempat
menempelkan bagian akhir dari usus pada permukaan kulit. Terdapat beberapa
bentuk permanent stoma antara lain:
a. Panproctocolectomy : ileostomy permanent yang dibuat dari ileum terminalis,
seluruh colon rectum dan anus diangkat.
b. Total colectomy: ileostomy dibuat tetapi ujung rectum tetap dan disalurkan ke
dinding abdomen sebagai mucus fistula.

c. Abdomenoperineal (A-P) excision : colostoly pada fossa iliaca sinistra, rectum


dan anus diangkat, sering disertai dengan pengangkatan 1/3 bagian atas dinding
posterior vagina
d. Hartmarns procedure, eksisi dari sigmoid atau atas rectum colostomy dibuat
dan ujung rectum ditutup dan dibiarkan didalam pelvis.
e. Pelvis exenteration: operasi radikal untuk pengangkatan organ pelvis; dibuat
colostoly dan urostomy.
Kelainan

pada

organ

Pencernaan

yang

menimbulkan

indikasi

tindakan

gastrointestinal Stoma :
Esafagus : Kanker pada bagian ini akan menyebabkan gangguan menelan,
dimulai sulit menelan dan bila tidak cepat diangkat akan tersumbat total sehingga
tidak bisa menelan sama sekali.
Lambung : Seperti di Esophagus kanker di lambung juga akan menyebabkan
tersumbatnya saluran cerna, tetapi tergantung lokasi, kanker pada lokasi tertentu
tidak akan menyebabkan tersumbatnya saluran cerna sampai pada stadium lanjut.
Usus Besar : Kanker usus besar awalnya menimbulkan gejala gangguan pola
defikasi artinya secara berangsur angsur penderita merasa tidak nyaman diperut
kemudian mulas yang sukar diterangkan sebabnya dilanjutkan dengan diare /
mencret berak darah lender ini terutama untuk kanker rectum dan obstruksi
saluran cerna karena tersumbatnya usus besar akhirnya perut kembung karena
kotoran menumpuk dalam usus karena tidak bisa keluar.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh jarak
kanker ini dari anus dan seberapa dalam dia tumbuh ke dalam dinding rektum.
Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani
kolostomi menetap (pembuatan hubungan antara dinding perut dengan kolon).
Dengan kolostomi, isi usus besar dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke
dalam suatu kantung, yang disebut kantung kolostomi.
Usus Halus : Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak. Kebanyakan tumor
jinak tidak menyebabkan gejala. Tetapi tumor yang berukuran besar bisa
menyebabkan terdapatnya darah dalam tinja, penyumbatan usus (sebagian atau
total), atau penjeratan usus bila satu bagian usus masuk ke usus yang berada di
depannya (intususepsi).
Pangkreas : Kanker pangkreas karena letaknya sangat sulit terdiagnosis, biasanya
diketahui setelah ada komplikasi ikterus atau penyumbatan pada usus 12 jari.
2

Hati : Kanker primer yang terletak ditepi pada keadaan dini bila cepat diketahui
dan segera diambil tindakan operasi akan menyembuhkan penyakitnya. Pada hati
sering dijumpai kanker sekunder yang berasal dari penyebaran kanker alat tubuh
lain seperti usus, paru, payudara, genitalia, interna (Benbow Maureen, 2007)
2. Jenis-Jenis Stoma
1) Kolostomi
Dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang artinya mulut diartikan disini
sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih dikenal sebagai anus buatan. Letak
kolostomi pada abdomen bisa dimana saja sepanjang letak kolon, namun biasanya
dilakukan pada bagian kiri bawah, di daerah kolon sigmoid. Namun dapat pula dibuat
dilokasi kolon asendens, transversum, dan desendens. Letak kolostomi sebaiknya dipilih
dengan hati-hati sebelum tindakan operasi. Sebaiknya hindari lokasi yang memiliki
jaringan lemak yang tebal dan terdapat skar (Kathleen Osborn, 2003).
Jenis jenis kolostomi
- Ascending kolostomi
Kolostomi ascending terletak di bagian kanan atas dari perut. Pada jenis ini sudah
jarang dilakukan sejak ditemukan bahwa ileostomi ,hal ini dikarenakan ileostomi lebih
efektif dibandingkan dengan kolostomi ascending
- Transverse Colostomy
Kolostomi transverse terletak dibagian atas dari perut baik di tengah maupun di
sebelah kanan. Pada pemasangan kolostomi jenis transverse ini dilakukan dengan
indikasi seperti dibawah ini
Indikasi :
1.
2.
3.
4.

Diverticulitis
Trauma (cedera)
Cacat lahir
Kanker / descending atau
usus sigmoid
5. Obstruksi usus
6. Kelumpuhan
Gambar 7 : Kolostomi Transverse
- Descending or Sigmoid Colostomy

Lolostomi descending / sigmoid ini terletak dibawah perut dan paling sering
dilakukan dibandingkn dengan jenis kolostomi lainnya. indikasi pemasangan pada
kolostomi sigmoid ini adalah seperti dibawah ini
Indikasi :
1. Kanker rektum atau
sigmoid kolon.
2. Diverticulitis
3. Trauma (cedera)
4. Cacat bawaan
5. Obstruksi usus
6. Kelumpuhan
2) Ileostomy
Selama operasi, bagian dari ileum dibawah ke permukaan perut untuk membentuk
stoma, biasanya di sisi kanan. Ini adalah tempat kotoran sekarang akan berlalu dari tubuh.
Isi usus dari ileostomy akan lebih liqiud dan semi-padat. Anda dapat memiliki baik
sebagai akhir ileostomi atau ileostomi loop dan keduanya diperlakukan dan dirawat
dengan cara yang sama. Ileostomy bisa sementara atau permanen.

3) Urostomy
Jenis yang paling umum dari urostomy merupakan saluran ileum yang biasanya
berlokasi di sisi kiri perut. Hal ini melibatkan menggunakan sebuah segmen pendek dari
usus kecil (ileum) yang digunakan sebagai tabung atau saluran untuk membentuk urin
stoma melalui mana dari ureter dialihkan. Hal ini biasanya setelah kandung kemih orang
dan / atau uretra telah dihapus dan permanen.

Gambar: Urostom
Gambar 13 : kantong Urostomi

3. Patofiologi
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker
kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang
disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden,
tranversum dan sigmoid ).Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan
permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara,sedangkan
kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan
dilakukan penutupan.
4. Komplikasi Pasca Operasi
Perawat harus menyadari bahwa pasien pasien dengan operasi ostomy akan
menghadapi resiko komplikasi dan komplikasi yang mungkin timbul pada umumnya
6

adalah shock, perdarahan, gangguan pernafasan, gangguan perkemihan, gangguan


pencernaan, luka, sepsis, masalah psikologi serta komplikasi stoma misalnya caput
medusa, Dermatitis irritasi, Dermatitis Alergi, Folikulitis, Pseudoverrucous lesion dan
monilia. Dan yang paling sering muncul adalah komplikasi yang berkaitan dengan reseksi
usus, anastomosis dan konstruksi stoma, seperti ileus, obstruksi, gangguan absorbs,
kebocoran, anastomosis, iskemik, nekrotik stoma dan mucocutaneous separation.
Beberapa komplikasi yang muncul dengan manajemen penanganannya adalah sebagai
berikut :
a.

Komplikasi kulit disekitar stoma


Definisi : Caput medusa,lebih dikenal dengan varises pada kulit sekitar
stoma.Umumnya terjadi pada pasienpasien dengan penyakit hati.

b.

Dermatitis Iritasi
Definisi :Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal
dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas.
Gambaran klinisnya sesuai dengan stadium penyakitnya. Untuk penamaan
dermatitis, berbagai klasifikasi sudah diajukan antara lain berdasarkan kondisi
kelainan, lokasi kelainan, bentuk kelainan, usia pasien dan sebagainya, contohnya:

c.

Dermatitis Alergi
Etiologi : Ini muncul karena kulit alergi terhadap skin barier, plester, adhesive
remover, skin prep dan pasta. Umumnya menimbulkan reaksi inflamasi dan iritasi
pada kulit disekitar stoma pada pasien-pasien dengan riwayat alergi pada makanan,
obat-obatan atau bahan lainnya. Alergi ini ditandai dengan gatal, panas, perih dan
kemerahan pada sekitar kulit dan untuk pasien ini disarankan untuk menjalani test
alergi dengan menggunakan produk-produk ostomy.

d.

Folikulitis
Definisi : ini adalah inflamasi folikel rambut dipori-pori kulit sekitar stoma.
Etiologi : Bisa terjadi pengangkatan rambut dengan tidak hati hati.

e.

Pseudoverrucous Lession
Definisi : Tampak seperti nodul atau papul berwarna merah kecoklatan,lesi ini
dapat mencapai ketebalan 2-3 mm dari permukaan kulit.
Etiologi : Umumnya lesi ini terjadi pada stoma saluran kemih ini dikarenakan
terjadinya kontak urin dengan kulit sekitar stoma.

f.

Infeksi Jamur Monilia ,Candida

Definisi : infeksi yang terjadi pada stoma yang dikarenakan oleh pertumbuhan
dan perkembangan jamur monilia candida.
Etiologi : umumnya ditemukan di GI tract, ini terjadi karena infeksi oleh jamur
yang menyebabkan infeksi disekitar stoma. Orang yang mempunyai stoma potensial
akan mengalami infeksi jamur karena daerah sekitar stoma hangat ,lembab dan
tertutup, infeksi bisa menyebar disekitar area yang Stomal Retraksi
Definisi : Pemasangan stoma yang menyebabkan kulit area sekitar stoma tertarik
ke dalam, menimbulkan nyeri, dan memungkinkan untuk terjadi kebocoran.
Etiologi : Hal ini dapat disebabkan oleh pemilihan kantong stoma yang kurang
tepat baik jenis ataupun ukurannya yang tidak mengikuti lekukan perut.
g.

Stomal Prolaps
Definisi: merupakan penonjolan mukosa colon 6cm atau lebih dari permukaan
kulit. Ada 3 jenis prolaps:
Penonjolan seluruh dinding colon (loop ileum)
Adanya strangulasi
Nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.
Etiologi : prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus
meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon , tekanan intra abdomen tinggi,
dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan adanya
omentum yang yang pendek dan tipis. Dukes, 2010).

h.

Parastomal Hernia
Definisi : suatu pembengkakan pada area sekitar perut stoma yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada klien meskipun tidak selalu membutuhkan intervensi bedah
atau tindakan bedah namun bila terdapat tanda-tanda perubahan warna stoma maka
perlu dilakukan tindakan pembedahan darurat.
Etiologi : hal ini dapat disebabkan karena kurangnya gerak usus dan klien
mengangkat beban yang terlalu berat atau aktivitas yang berlebihan. Kebanyakan
parastomal hernia akan berkembang dari waktu kewaktu, setelah operasi, sekitar 12
bulan post operasi, atau bahkan lebih lama

i.

Granuloma
Granuloma adalah daerah merah tender yang memiliki penampilan kembang kol
yang terjadi di sekitar tepi stoma. Mereka sering mengembangkan dimana jahitan
dimasukkan sekitar stoma tetapi dapat terjadi bertahun-tahun setelah operasi.
Kadang-kadang menggosok dari flange atau pelat dasar dapat meningkatkan risiko
8

masalah ini.. Perdarahan yang disebabkan oleh granulasi dapat terjadi dan dapat
mengganggu dengan mengikuti kantong. Template harus diperiksa dan jika perlu
penerapan perak nitrat oleh Perawat Perawatan stoma atau eksisi bedah mungkin
diperlukan
Penyebab granuloma ada dua yaitu : adanya benda asing seperti benang, atau
yang lainnya dan ada yang menucul secara spontan tanpa penyerta. Tandanya seperti
daging muncul dan mudah berdarah.
j.

Stenosis
Stenosis stoma juga dapat terjadi. Seringkali penyempitan usus pada permukaan
kulit, tetapi bisa terjadi di dalam perut. Hal ini ditandai dengan:
Penurunan jumlah tinja berlalu
Kotoran mungkin muncul pita-seperti
Bagian dari kotoran dapat menghentikan

Untuk memfasilitasi perjalanan tinja melalui stoma pulmonalis, rendah residu


diet, hidrasi meningkat, dan pelunak tinja biasanya direkomendasikan sebagai
intervensi dini pertama. dilatasi stomal Sesekali lembut, walaupun kontroversial,
adalah pilihan lain, tetapi stenosis berat harus dikelola dengan tindakan pembedahan.
k.

Nekrosis
Stoma harus memiliki suplai darah yang baik yang ditunjukkan dengan stoma
menjadi warna merah muda yang sehat, sedikit lebih gelap dari bagian dalam mulut.
Nekrosis terjadi jika suplai darah ke stoma dibatasi (biasanya 24-48 jam setelah
operasi). Awalnya stoma akan menjadi merah gelap dan bahkan mungkin berubah
menjadi hitam, ini merupakan indikasi bahwa suplai darah terganggu. Tutup
observasi diperlukan dan jika tidak ada perbaikan operasi lebih lanjut mungkin
diperlukan.

Definisi Trakesotomi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan
nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke
paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams, 1997). Trakeostomi merupakan
tindakan operatif yang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan
membuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.

Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu
jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan katakata yang dipergunakan dalam
membedakan ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang
diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah
ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu
minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan
menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat
dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi
dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan
jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan,
untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim
dari trakeotomi.
A. FUNGSI TRAKEOSTOMI
Fungsi dari trakheostomi antara lain:
1.

Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang
diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total
dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling
sedikit pipa 7)

2.

Proteksi terhadap aspirasi

3.

Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien
dengan gangguan pernafasan

4.

Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan

5.

Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius

6.

Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh


tekanan negatif intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.

B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI TRAKEOSTOMI


Indikasi dari dilakukannya ttrakeostomi antara lain:
1. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien
dalam keadaan koma.
3. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
4. Apabila terdapat benda asing di subglotis

10

5. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi
vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa
6. Obstruksi laring yang disebabkan oleh:
Karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis
membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring
Karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma
laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens
Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna,
infeksi, tumor.
Cedera parah pada wajah dan leher
Setelah pembedahan wajah dan leher
7. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi
8. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat,
Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring

Gambar 2. Indikasi Tindakan Trakeostomi untuk Mengatasi Obstruksi Jalan Nafas


Sedangkan untuk kontraindikasi dari trakeostomi antara lain adalah adanya infeksi
pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, seperti
hemofili.
C. KLASIFIKASI
1. Menurut Lama Pemasangan
a) Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)
Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas
cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy
tube (canule).
b) Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)
11

Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita
yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).
2. Menurut Letak Insisi
a) Insisi Vertikal
Dilakukan pada keadaan darurat
b) Insisi Horisontal.
Dilakukan pada keadaan elektif.
3. Menurut Waktu Dilakukan Tindakan
a) Darurat
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak
meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
Menggunakan teknik insisi vertical.
b) Non-Darurat
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan teknik
insisi horizontal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
No.
1.

Waktu dilakukan

Lama

Tindakan

Penggunaan

Darurat

Sementara

Teknik Insisi
Vertikal, dibuat di antara cincin trakea 1
dan 2 atau 2 dan 3.

2.

Non-darurat

Permanen

Horizontal, dibuat di antara cincin trakea 2


dan 3 sepanjang 4-5 cm.

B. JENIS TINDAKAN TRAKEOSTOMI

1. Surgical trakeostomi, yaitu tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam
ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.

12

2. Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit
gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua
dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih
cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih
kecil.

3. Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran
krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator
C. PERAWATAN PASCA TRAKEOSTOMI
Perawatan trakeostomi meliputi:
1. Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet,
2. Perawatan luka pada trakeostomi
3. Perawatan anak kanul
4. Humidifikasi untuk menjaga kelembapan
Tujuan perawatan trakeostomi meliputi:
1. Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (pluging)
2. Untuk mencegah infeksi
3. Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi)
4. Bronkial toilet yang efektif
5. Mencegah pipa tercabut
Segera setelah trakeostomi dilakukan :
1. Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi
2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi
3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi
Perawatan pasca trakeostomi sangatlah penting, karena sekret dapat menyumbat dan
menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar,
dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke
dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus
dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari
timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah
insisi. Pasien dapat dirawat di ruang perawatan biasa dan perawatan trakeostomi sangatlah
penting.

13

D. KOMPLIKASI TRAKEOSTOMI
Komplikasi dini yang sering terjadi adalah perdarahan, pneumotoraks terutama pada
anak-anak, hilangnya jalan nafas, penempatan kanul yang sulit, laserasi trakea, ruptur balon,
henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi dan paralisis saraf rekuren.
Perdarahan terjadi bila hemostasis saat trakeostomi tidak sempurna serta disertaii
naiknya tekanan arteri secara mendadak setelah tindakan operasi dan peningkatan tekanan
vena karena batuk. Perdarahan diatasi dengan pemasangan kasa steril sekitar kanul. Apabila
tidak berhasil maka dilakukan ligasi dengan melepas kanul.
Emfisema subkutan terjadi di sekitar stoma tetapi bisa juga meluas ke daerah muka
dan dada, hal ini terjadi karena terlalu rapatnya jahitan luka insisi sehingga udara yang
terperangkap di dalamnya dapat masuk ke dalam jaringan subkutan pada saat penderita batuk.
Penanganannya dilakukan dengan multiple puncture dan longgarkan semua jahitan untuk
mencegah komplikasi lanjut seperti pneumotoraks dan pneumomediastinum.
Sedangkan komplikasi pasca trakeostomi terdiri atas kematian pasien, perdarahan
lanjutan pada arteri inominata, disfagia, aspirasi, pneumotoraks, emfisema, infeksi stoma,
hilangnya jalan nafas, fistula trakeoesofagus dan stenosis trakea. Kematian pasien terjadi
akibat hilangnya stimulasi hipoksia dari respirasi. Pasien hipoksia berat yang dilakukan
tindakan trakeostomi, pada awalnya pasien akan bernafas lalu akan terjadu apnea. Hal ini
terjadi akibat deinervasi fisiologis dari kemoreseptor perifer yang dipicu dari peningkatan
tekanan oksigen tiba-tiba dari udara pernafasan
Secara sistematis, komplikasi dari trakeostomi antara lain:
No.
1.

Waktu
Intraoperatif

Komplikasi

Haemorrhage (pendarahan).
14

2.

3.

Postoperatif

Jangka
panjang

Rasa panas pada jalan nafas

Cedera pada trakea dan laring

Cedera pada struktur trakeal

Emboli udara

Apnea

Henti jantung

Perforasi

Ruptur pleura viseralis

Sumbatan darah/secret

Emfisema subkutan

Pneumotoraks / pneumomediastinum

Tabung berpindah

Tabung tersumbat

Infeksi luka

Trakea nekrosis

Pendarahan sekunder

Masalah menelan

Obstruksi jalan nafas atas

Infeksi

Fistula trakeoesofagus

Stenosis trakea

Iskemia atau nekrosis trakea

15

Gambar Komplikasi trakeostomi


A. Trakea tertekuk ke depan
B. Tukak dinding depan trakea karena ukuran kanul terlalu besar
C. Emfisema subkutis karena dislokasi kanul
D. Tukak karina karena kateter isap
E. Manset ditiup terlalu kuat sehingga menyebabkan penutupan kanul ( herniasi akibat
ditiup berlebihan )
F. Manset kanul terlepas di trakea
G. Nekrosis cincin trakea karena manset ditiup terlalu kuat
H. Cedera dinding belakang (hati hati fistel trakeo-esofagus)

Definisi Laparatomi
A. Pengertian
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi
(Lakaman:2000;194).
Pembedahan perut sampai membuka selaput perut.
Ada 4 cara, yaitu;
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari 2,5 cm), panjang (12,5 cm).garis
tengah (
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian 4 cm di
atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasibawah appendictomy.
B. POST LAPARATOMI
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Tujuan perawatan post laparatomi;
16

a.
b.
c.
d.
e.

Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.


Mempercepat penyembuhan.
Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
Mempertahankan konsep diri pasien.
Mempersiapkan pasien pulang.

C. Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
D.
-

Trauma abdomen (tumpul atau tajam)


Peritonitis
Perdarahan saluran pencernaan.
Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
Masa pada abdomen
Komplikasi
Ventilasi paru tidak adekuat
Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

E. Manifestasi klinis
1. Fase pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel
darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening
digunakan sebagai kerangka.
2. Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel
epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan
kemerahan.
3. Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringanjaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
4. Fase keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
F. Pemeriksaan Penunjang
-

Pemeriksaan Hiteroskopi untuk melihat apakah AKDR di dalam atau di luar

kavum uteri
- Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui dimana letak IUD
G. Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;
1. Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
2. Sirkulasi
17

Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
3. Persarafan : Tingkat kesadaran.
4. Balutan
- Apakah ada tube, drainage
- Apakah ada tanda-tanda infeksi?
- Bagaimana penyembuhan luka ?
5. Peralata
- Monitor yang terpasang.
- Cairan infus atau transfusi.
- Rasa nyaman
- Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
- Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses yang meliputi lima tahap yaitu pengkajian,
analisa data, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi.
Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat
menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik
, yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.
I.

BIODATA
a. Identitas secara Umum
b. Riwayat Kesehatan

Riwayat penyakit dahulu ( RPM )


Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis ,
pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss
atopik , limfoblastoma.

Riwayat Penyakit Sekarang


Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit,

Riwayat penyakit keluarga

c. Riwayat Lingkungan
d. Pola Aktivitas-Latihan
Apakah pemasangan stoma mengganggu aktivitas klien
Apakah klien membutuhkan bantuan dalam melaksanakan aktivitasnya

18

e. Pola Nutrisi

f.

Bagaimana nafsu makan klien


BB normal atau tidak
Bagaimana kebiasaan makan pasien
Makanan yang menyebabkan diarhe
Makanan yang menyebabkan konstipasi

Pola Eliminasi

Apakah ada perubahan eliminasi tinja :


Konsistensi, bau, warna feces
Apakah ada konstipasi / diare
Apakah feces tertampung dengan baik
Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri

g. Pola Tidur-Istirahat

Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi


Tidur nyenyak/tidak
Apakah stoma mengganggu tidur/tidak
Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur
Adakah faktor psikologis mempersulit tidur

h. Pola Kebersihan Diri

i.

Pola peran & Hubungan

j.

Berapa kali mandi dalam sehari


Penggunaan sabun untuk mandi
Apakah ganti baju apa tidak
Bagaimana klien cara klien menjaga kebersihan area disekitar stoma
Apakah peran klien dalam keluarga
Apakah ada system pendukung yang mampu mensupport klien
Bagaimana klien memenuhi tugas/perannya
Apakah ada kesulitan menentukan dalam menjalankan peran atau dalam keluarga
Apakah ada masalah peran yang dihadapi klien ketika klien menjalani perawatan

stoma
Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress,
perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
Fase Adaptasi Psikologis klien post operasi stoma
19

Shock/panic
Biasanya terjadi segera setelah operasi. Pasien tidak dapat memproses informasi
dan mungkin menangis, cemas dan pelupa. Fase ini bisa berlangsung dari hari ke
minggu.
Denial (penolakan) atau defense (pertahanan)
Fase ini bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bulan dan penundaan
proses adaptasi. Selama fase ini, individu menyangkal atau menghindar. Sehingga
klien mungkin berfikir tentang angan angan : seandainya saya tidak
Pengakuan
Pada fase ini klien mulai menghadapi kenyataan dari situasi. Dan sudah berfikir
mengenai realita/keadaan yang telah terjadi.
Adaptation/Resolution Adaptasi / Resolusi
Selama fase ini, kesedihan akut mulai mereda. Pasien mulai cara yang konstruktif
dan mulai untuk membangun struktur baru. Mereka mengembangkan rasa baru senilai.
Fase ini dapat berlangsung satu hingga dua tahun.
k. Pola Komunikasi
Apakah ada kesulitan bagi klien dalam mengungkapkan apa yang dirasakan
Apakah ada pantangan atau larangan yang mempersulit penyembuhan/perawatan
stoma
l.

Konsep diri
Gambaran diri
Perubahan permanen dan signifikan dalam penampilan tubuh dan kemampuan
fungsional dapat mengubah cara orang menginternalisasi citra tubuh dan konsep diri.
Identitas diri
Pemasangan stoma yang dilakukan apakah mempengaruhi identitas klien sebagai
seorang wanita atau pria.
Ideal diri
Rasa takut kehilangan adalah normal akan tetapi apakah klien menganggap hal
tersebut merupakan hal yang sangat berarti dan tak bisa dirubah?apa yang klien
inginkan dan bagaimana klien dapat memenuhinya/merubahnya
Harga diri
Apakah pikiran tersebut membuat klien malu, menangis, perasaan ditolak(tidak
diterima), atau bahkan depresi
Peran
20

Apakah klien merasa peran sosialnya akan berubah dan bahwa orang lain tidak
dapat menerima mereka seperti di masa lalu
Dalam proses rehabilitasi ada saat bahwa pasien harus memiliki kesempatan
untuk mengekspresikan atau menyangkal perasaan mereka, tentang operasi mereka,
perubahan dalam tubuh mereka atau citra diri mereka.
m. Pola Nilai & Kepercayaan
Apakah pemasangan stoma mengganggu proses ibadah klien
Kegiatan keagamaan seperti apa yang tidak dapat dilakukan ketika klien terpasang
stoma
n. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
e. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, integritas kulit (pigmentasi, lesi, striae, scar, umbilikus)
Pengkajian Stoma setelah 48 jam Post Operasi
1. Tipe stoma.
Tidak bisa dibedakan hanya dengan inspeksi saja, semua tipe stoma, baik
warna maupun penampilannya sama.Kadang kadang lokasi stoma didingding
abdomen dapat membantu menentukan tipe stoma, misalnya ileustomy, lokasinya
dikuadrant kiri bawah untuk kita harus selalu membaca laporan operasi.
2. Stomal viability
Diukur lewat warna, turgor stoma.Stoma dibentuk dari mucosa usus yang
bersifat lembab, berwarna merah daging dan odem adalah hal yang umum terjadi
pada pasca operasi ostomi. stoma akan tampak tegang, agak sedikit berkilau dan
tampak bening.
3. Ketinggian Stoma
Ketinggian stoma terbagi tiga yaitu flush stoma dimana kedudukan stoma
lebih rendah dari permukaan kulit,stoma yang menonjol keluar panjang jenis stoma

21

ini akan beresiko trauma pada pemasangan kantong dan stoma normal dengan
ukuran 2,5 cm
4. Konstruksi Stoma
Tipe konstruksi stoma ada loop stoma, end stoma, doble barrel stoma dan
divided stoma tipe stoma penting diketahui untuk menilai permanent atau tidaknya
stoma dibuat.Hal hal yang berkaitan dengan konstruksi stoma seppperti
pemasangan rod atau jembatan pada loop stoma, pemasangan stent atau kateter
ureter pada urinary stoma
5. Lokasi Stoma
Lokasi stoma pada abdomen akan sesuai dengan tipe stoma yang dibuat,perlu
dikaji pula kondisi luka operasi,garis ikat pinggang,lipatan lipatan dan kerutan
kerutan pada perut
6. Ukuran Stoma
Ukuran stoma dikaji dengan akurat dengan menggunakan satuan ukuran inchi
atau centimeter.Stoma diukur dari dasarnya dimana mukosa bertemu dengan kulit.
7. Jahitan Pada Mucocutaneous.
Garis jahitan pada pertemuan mukosa dan kulit harus selalu dikaji apakah
terlihat reaksi alergi terhadap benang jahit,atau terlihat tanda-tanda infeksi dan
terjadi pemisahan mukosa dengan kulit.
8. Kulit Disekitar Stoma
Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai dengan adanya erithema,
maserasi, kemerahan, ulserasi dan melepuh.

Pengkajian stoma (terlampir)


Kaji secara perlahan permukaan perut di mulai ketika pasien masih berbusana
dengan posisi duduk dengan kaki di lantai
Kaji pada area sabuk penjepit, ukuran pinggang, dan lainnya misalnya ostomy
drain dan lain-lain
Palpasi : adanya massa, adanya distensi abdomen
Perkusi : untuk mengetahui adanya cairan/massa drongga abdomen
Auskiltasi : dengarkan suara bising usus dan catat jumlahnya dalam 1 menit.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
22

g. Kulit

Untuk inspeksi yang akurat


Tanyakan pada klien tentang adanya lesi,kemerahan, memar.
Apakah klien memperhatikan adanya perubahan warna kulit
Tanyakan apakah terjadi trauma kulit akhir- akhir ini.
Tanyakan apakah klien punya riwayat alergi yang menyebabkan kemerahan atau

bintik-bintik Merah dan gatal.


Tanyakan apakah klien menggunakan obat- obatan topical atau ramuan sendiri.
Tanyakan apakh klien pergi ke salon perawatan kulit, menggunakan lampu
pemanas, pil perawatan kulit.
Tanyakan apakah klien punya riwayat keluarga dengan gangguanm kulit yang
serius
1.

Inspeksi :
Inspeksi warna dan pigmentasi kulit
Hasil normal : pigentasi normal pada kulit warna putih berkisar antara Merah
muda sampai kemerahan, sedang pada kulit gelap adalah Coklat samar
sampai Coklat gelap.
Perhatikan bila kulit pucat atau gelap lebih dari biasanya.
Perhatikan dimana terjadi variasi warna
Inspeksi warna bibir, kuku, telapak tangan dan konjungtiva.( hasil normal
warna teran)
Inspeksi sclera untuk adanya jaundis.
Perhatikan lebih pada daerah

2.

traksi,

amputasi,

dan

balutan

Pengkajian lesi
Letak anatomi : setempat.
Susunan : garis, berkelompok, dermatomal.
Jenis : lesi primer / sekunder.
Warna : Merah. Putih, Coklat dll.
Palpasi
Menggunakan ujung jari palpasi permukaan Kulit untuk Merasakan
kelembabanya.( lebab, kering, berminyak ).
Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal/ punggung tangan, bandingkan
bagian tubuh yang simetris.( hangat atau dingin ).Bandingkan antara atas dan
bawah.
Tekan ringan kulit untuk menentukan teksturnya ( halus atau kasar ),
kelembutan, ketegangan kedalaman lesi permukaan. ( hasil normal pada
anak anak dan dewasa adalah halus, lembut dan lentur ).
Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan dan lengan bawah
dan lepaskan.
Kaji mobilitas kulit ( menurun pada edema ).
23

Pengkajian pitting edema


Cara : tekan kulit area edema selama 5 detik danb lepaskan ukur kedalaman
dengan millimeter.
Perubahan perubahan warna pada kulit
NO WARNA PENYEBAB LOKASI
Coklat

Peningkatan melanin ; terpajan sinar UV , kehamilan, penyakit

Addison. Wajah, areola mamae, putting susu, lengan tangan bawah.


NO WARNA PENYEBAB LOKASI
Sianosis

Peningkatan

deoksihemoglobin

abnormal,

hipoksi

Perifer,/

penurunana aliran darah ke kulit, penurunan oksihemoglobin.( lingkungan


yang dingin, PJK, peny. Paru, edema syndrome nefrotik, syok ). Punggung
kuku, bibir, mulut, kulit untuk sisnosis sentral yang kuat.
. Pucat Penurunan warna / melanin, anemia, albinisme, virtilligo, edema,
Kulit. konjungtiva, bibir, punggung kuku.
Merah Peningkatan visibilitas oksihemoglobin krn dilatasi p.darah superfisial,
atau peningkatan aliran darah ke kulit, Demam, ruam kulit, masukan alkohol,
trauma langsung, inflamasi setempat.
Jaundise/ Kuning, ikterik, Peningkatan penyimpanan bilirubin dalam jaringan.
( penyakit hepar, ginjal, pancreas, hemolisis sel sel darah Merah, peningkata
masukan karoten. Sclera, membran mukosa , kulit
Kehitaman/ kebiruan. Ekstravasasi darah ke jaringan subcutan ( ekimosis),
Ekstremitas, kepala, area yang mudah terluka atau trauma.
Dari beberapa komplikasi pemasangan stoma dapat dirumuskan beberapa kemungkinan
diagnose keperawatan antara lain:
Diagnosa untuk komplikasi stoma
1. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d aliran feses/flatusdari stoma
2. Gangguan citra tubuh b/d psikososial gangguan struktur tubuh ( stoma )
3. Nyeri

akut

b/.d

kerusakan

kulit

(insisi/drain),aktivitas

proses

penyakit,

(kanker,trauma),takut atau ansietas.


4. Kerusakan jaringan integritas kulit b/d reseksi perineal, tertahannya sekresi/drainase, gg.
Sirkulasi, edema dan nutrisi.
5. Resiko kekurangan cairan dan elektrolit b/d keluaran ileostomi dengan volume tinggi
6. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d adanya gangguan
absorpsi.

24

NO.
1.

Diagnosa kep.
Resiko
tinggi
terhadap
kerusakan
integritas kulit b/d
aliran
feses/flatusdari
stoma .

Tujuan-Kriteria
Mempertahankan
integritas kulit dgn.
Kriteria :
*Kulit
sekitar
stoma tidak eritema

Intervensi
*Observasi
area kulit
peristomal
setiap
penggantian
kantong,
besihkan dengan air dan
keringkan.
Catat
iritasi,
kemarahan, ( warna gelap
atau kebiru-biruan )
Ukur stoma secara periodik
,selama 6 minggu pertama
dan sebulan selama 6 bulan.

Rasional
Memantau
proses
penyembuhan
mengidentifikasi
masalah dan mencegah
kerusakan kulit.

Sesuai
dengan
penyembuhan
edema
pasca 0perasi, ukuran
kantong harus tepat,
shg.feses terkumpul dan
kontak
dgn.
Kulit
* Berikan pelindung kulit yang dpt.dicegah.
efektif
Melindungi kulit dari
*Sokong kulit sekitar bila perekat kantong.
mengangkat
kantong Mencegah
iritasi
,lakukan
dgn.
perlahan, jaringan/kerusakan
kemudian cuci dgn. Baik.
*Observasi keluhan nyeri, rasa
terbakar,
gatal,melepuh
disekitar stoma.
Antisipasi
terhadap
infeksi kandida yang
memerlukan intervensi.
Gangguan citra
Dapat
menerima Kontak dengan klien secara
Membina
saling
tubuh b/d
perubahan
ke sering, perlakukan klien percaya.
psikososial
dalam konsep diri dengan hangat dan sikap
gangguan struktur tanpa disertai harga yang positif
tubuh ( stoma )
diri yang negatif..
Dorong
[pasien/orang
Kriteria;
terdekat untuk menyatakan
Membantu
pasien
Menunjukan
perasaan tentang stoma.
untuk
mengenali
penerimaan dengan
perasaan sebelum dapat
melihat, menyentuh Berikan kesempatan kepada menerima
dengan
stoma.
pasien/orang terdekat untuk efektif..
Berpartisipasi
melihat
dan
menyentuh
Membantui
pasien
dalam perawatan stoma
dalam
proses
diri.
penerimaan.
Menyatakan
Berikan kesempatan kepada
perasaan
tentang pasien
untuk
menerima
stoma .
illeostomi melalui partisipasi * MDgn. Mencoba
pada perawatan diri.
merawat didi sendiri,
Rencanakan/jadwalkan dapat
membantu
aktivitas perawatan dengan meningktkan
pasien
kepercayaan diri
* Meyakinkan klien
bahwa
dia
dapat
menangani hal tsb.dan
meningkatkan harga diri.
Nyeri akut b/.d Menyatakan nyeri
Kaji nyeri, karakteristik, Membantu
kerusakan
kulit hilang
atau catat lokasi, dannnnnnnn mengevaluasi
derajat
(insisi/drain),aktiv terkontrol
intensitas.
ketidaknyamanan
dan
25

itas
proses Kriteria :
Berikan
tindakan
penyakit,
Menyatakan nyeri kenyamanan mis.pwt. mulu,
( kanker,trauma),t hilang,
pijatan punggung, atau ubah
akut atau ansietas.
*Mampu posisi.
tidur/istirahat
dengan tepat
Pasien dapat rileks.
Dorong
pasien
untuk
menyatakan
masalah,
dengarkan dengan aktifdan
berikan dudkungan dengan
penerimaan
Kolaborasi :berikan obat
analgesia
s/d
program
therapi..
Kerusakan
Penyembuhan luka Observasi lkua dan catat
jaringan integritas tepat waktu dan karakteristik drainase.
kulit b/d reseksi bebas tanda-tanda
perineal,
infeksi.
tertahannya
Kriteria :
sekresi/drainase,
Luka sembuh tanpa Ganti balutan sesyuai dengan
gg.
Sirkulasi, komplikasi:
kebutuhan dan gunakan
edema dan nutrisi.
tehnik aseptik dan aniseptika.
Rubah posisi tidur,anjurkan
untuk tidur
miring, atau
setengan duduk
Kolaborasi: Irigasi luka
sesuai
dengan
indikasi
gunakan cairan garam faal
atau cairan lain.
Resiko
Mempertahankan
Awasi masukan dan haluaran
kekurangan cairan hidrasi adekuat.
dengan cermat, ukur feses
dan elektrolit b/d Kriteria:
cair, dan timbang berat badan
keluaran
Membran mukosa setiap hari
ileostomi dengan lembab.
volume tinggi
Turgor kulit baik.
Pengisian kapiler Observasi tanda vital, catat
baik.
hipotensi
postural,
Tanda vital stabil.
takhikardia dan evaluasi
Intake dan out put turgor kulit, pengisian kapiler
seimbang.
dan membran mukosa
Kolaborasi :
Catat dan observasi hasil lab.
( Ht. Dan elektrolit ).

Resiko
terhadap

tinggi Memrpertahankan
berat badan

kefektifan analgesik
Mencegah pengeringan
mukosa
oral
dan
ketidaknyamanan,
menurunkan ketegangan
otot dan meningkatkan
relakasasi.
Menurunkan
ansietas.sehingga dapat
meningkatkan
Relaksasi.
Menurunkan
nyeri,
meningkatkan
kenyamanan.
Perdarahan post operasi
sering terjadi pada 48
jam pertama an infeksi
dapat terjadi kapan saja.
Menurunkan iritasi kulit
dan mencegah terjadinya
infeksi
Menurunkan
resiko.
Pengumpulan
dan
meningkatkan drainage.
Diperlukan
untuk
mengobati inflamasi .
Kehilangan cairan yang
paling besar terjadi pada
illeostomi, tetapi secara
umum tidak lebih dari
500-800 ml/hari.
Perubahan gejala tsb.
Menunjukan
status
hidrasi,
shg.
Dpt
memperkirakan
kebutuhan cairan.

Deteksi
homeostasis,
membantu menentukan
kebutuhan cairan.
Dapat mempertahankan
Berikan cairan IV dan ferfusi jaringan adekuat.
elektrolit sesuai dengan
indikasi.
Lakukan pengkajian nutrisi Mengidentifikasi
dengan seksama
kebutuhan
26

perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
b/d
adanya gangguan
absorpsi.

Kriteria :
Auskultasi bising usus.
Menunjukan
peningkatan berat
badan bertahap
Hb.
Normal Mulai dengan nutrisi cairan
( L.13-17,P:11-15)
perlahan
Identifikasi
bau
yang
ditimbulkan oleh makanan
dan sementara batasi diet
secara bertahap,
Konsul dengan shli
Tingkatkan diet dari cairan
sampai makanan rendah
sisa ,bila masukan oral
dimulai..

Berikan
enteral/parenteral
diindikasikan.

makanan
jika

Kembalinya fungsi usus


menunjukan
kesiapan
untuk
mencerna
kembali.
Menurunkan
insiden
kram abdomen dan
mual.
Sensitivitas
thd.
Makanan tertentu tidak
umum setelah bedah
usus.
Membantu
mengkaji
kebutuhan nutrisi klien.
Diet
rendah
sisa
dpt.dipertahankan
sampai 6-8 minggu
pertama,
untuk
memberikan waktu yang
adekuat
untuk
penyembuhan usus.
Untuk
mengantisipasi
kebutuhan tubuh dalam
metBO

27

DAFTAR PUSTAKA
Cronin E (2008c) Sebuah panduan untuk penggunaan yang tepat dari produk
perawatan stoma cembung Keperawatan gastrointestinal; 6:. 2, 12-16.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Volume 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Evanjh.

21

Mei

2011.

Asuhan

Keperawatan

Pasien

dengan

Stoma

http://www.google.com/asuhan-keperawatan-pasien.dengan-stoma, diakses tanggal 7


November 2011, jam 15:54 WIB
Butler DL (2009) komplikasi pasca operasi dini setelah operasi ostomy Jurnal
Keperawatan luka, ostomy dan kontinensia; 36:. 5, 513-519.
Dukes S (2010) Pertimbangan saat merawat orang dengan stoma prolaps British Journal of
Nursing; 19:. 17, S21-S26.
Thompson MJ, Trainor B (2007) Pencegahan hernia parastomal: perbandingan hasil 3 tahun
tentang Keperawatan gastrointestinal; 5:. 3, 22-28.
Patricia, B. Practical stoma wound and continence management. second
edition, USA: 2004
Giovanna Bosio, at. all. A Proposal for Classifying Peristomal Skin Disorders:
Results of a Multicenter Observational Study. 53 (9). Sep 01.2007. (cited Nov 03.2008).
Available from: http//www.Ostomy medical supplies.com Perry and Potter Fundamental
of nursing:concept, process and practice fourth edisien mosby-Year Book inc.

28

Anda mungkin juga menyukai