PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Operasi genitourinari gastrointestinal telah menjadi semakin kompleks,
banyak prosedur telah dikembangkan untuk mencapai pengalihan feses dan
urin, setelah reseksi untuk penyakit baik jinak dan ganas. Dengan prosedur
ini, peran stoma - baik sementara maupun permanen, telah diperluas.
Diagnosis pada tahap awal, lokasi stoma, teknik kontriksi, tingkat komplikasi,
lama rawat imp, dan manajemen pasca operasi oleh terapis enterostomal oleh
profesional kesehatan lainnya telah sangat meningkatkan kualitas hidup.
(Gutman, 2011; Hyland, 2002; Morquis et al, 2003).
Ostomi adalah suatu jenis tindakan operasi yang diperlukan untuk
membuat lubang pada bagian tubuh tertentu. Stoma adalah suatu lubang yang
menghubungkan antara organ internal dengan permukaan tubuh yang
dibentuk melalui suatu operasi. Suatu ostomi dapat bersifat sementara
maupun permanen. Jenis ostomi yang paling sering sering dibuat adalah
ileolostomi (menghubungkan antara bagian dari ileum dengan dinding
abdomen) dan colostomi (menghubungkan antara bagian colon dengan
dinding abdomen).
Pada penelitian Lyon, Smith, Griffiths, Beck (2000) dari 325 responden
pengguna kantong stoma, 73% melaporkan masalah kulit. Dermatosis
termasuk reaksi iritasi, terutama dari kebocoran urin atau tinja (42%);
penyakit kulit yang sudah ada, terutama psoriasis, dermatitis seboroik dan
eksim (20%), infeksi (6%); dermatitis kontak alergi (0,7%) dan pioderma
gangrenosum (0,6% kejadian tahunan). Selanjutnya 15% dari klien
mengalami dermatitis persisten atau berulang tidak diketahui dengan pasti
apakah akibat alergi, infeksi atau iritasi terang fekal. Hasil penelitian
Piccinellil, Brazzale, dan Saracco (2009) juga menunjukan dari 48 klien, 35
(73 %) menyatakan tidak masalah kulit tapi secara keseluruhan 27 klien
memiliki gangguan kulit dan 13 terdeteksi oleh perawat stoma memiliki erosi.
Perawatan stoma harus diajarkan pada klien dan keluarga. Singkatnya
masa perawatan (2-4 minggu) membuat klien belum dapat sepenuhnya
terlatih dalam teknik perawatan stoma sebelum pulang (Smeltzer & Bare,
2002). Klien membutuhkan orang lain ketika klien meninggalkan rumah sakit
(WHO, 2005). Keluarga dapat terlibat dalam perawatan stoma klien, sehingga
keluarga nantinya diharapkan dapat memantau dan membantu klien untuk
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Perawatan Paliatif
Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh
tim paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan
dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan
melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan
masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO,
2002), dan pelayanan masa duka cita bagi keluarga (WHO 2005).
Secara umum pelayanan paliatif bertujuan untuk menghilangkan nyeri
dan gejala lain, meningkatkan kualitas hidup, memberikan dukungan
psikososial dan spiritual serta memberikan dukungan kepada keluarga
selama pasien sakit dan selama masa dukacita.
Prinsip pelayanan paliatif pada penderita kanker :
proses normal
Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian
Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual
Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin
Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan
B. Definisi Kolostomi
Ostomi adalah suatu jenis tindakan operasi yang diperlukan untuk
membuat lubang pada bagian tubuh tertentu. Ostomi adalah suatu lubang
yang menghubungkan antara organ internal dengan permukaan tubuh yang
dibentuk melalui suatu operasi. Suatu ostomi dapat bersifat sementara
maupun permanen.
Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah,
stoma dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen (Smeltzer,
Bare, 2001). Menurut Harahap (2006) Kolostomi adalah membuat ostomi di
kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor. Kolostomi adalah suatu
tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut sampai kolon untuk
pembuatan lubang (stoma) diatas dinding perut sehingga feses (BAB)
dialirkan
melalui
stoma
yang
dibuat
(Sjamsuhidajat,
1997
dalam
Simanjuntak, 2007)
Stoma adalah sebuah lubang yang dibuat di abdomen dan usus dan
dilekatkan pada kulit.Hal ini memungkinkan terjadinya pengosongan usus
melalui lubang tersebut, bukan melalui rektum. (Dewi Elizadiani, 2012).
Perlengkapan ostomi terdiri atas satu lapis atau dua lapis dengan barier
kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal.
Kantong harus cukup besar untuk menampung feses dan flatus dalam jumlah
sedang tetapi tidak terlalu besar agar tidak membebani bayi atau anak.
Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma.
Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk mencegah
kebocoran isi (Wong, 2009).
C. Jenis Stoma dan Kolostomi
Ada beberapa tipe dari stoma yang dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk lokasi, antara lain :
1. End stoma : Usus dipotong dan ujung lainnya diletakkan pada dinding
abdomen. Pada end stoma hanya satu ujung yang terbuka.
2. Loop Stoma: bagian dari loop usus diletakkan pada dinding abdomen
dan dapat diletakkan dengan penyangga sementara berupa plastic
bridge maupun rod. Loop stoma adalah apabila bagian hulu
(proximal-sisi kiri) dan bagian hilir (distal-sisi kanan) diletakkan pada
posisi yang sama pada dinding abdomen. Bagian proximal dari stoma
berfungsi untuk mengalirkan feses dari intestinal sedangkam bagian
distal berfungsi untuk mengalirkan mukus yang berasal dari bagian
distal stoma hingga anus.
3. Double Barrel Stoma : Pada dua ujung usus diletakkan pada dinding
abdomen sebagai 2 stoma yang terpisah. Stoma dapadat bedekatan
satu sama lainnya ataupun terpisah. Pada loop stoma salah satu stoma
disebut sebagai proximal stoma ( menghasilkan feses) dan distal
stoma ( menghasilkan mukus)
Kolostomi sendiri terdiri atas beberapa tipe, antara lain :
1. Kolostomi pada Colon ascenden
Jenis kolostomi ini merupakan jenis kolostomi yang jarang. Produksi
dari kolostomi berbentuk cair hingga semi cair dan dapat
menyebabkan iritasi dari kulit. Stoma jenis ini biasanya diletakkan
pada sisi kanan dari abdomen. Perawatan dari kolostomi ascenden
hampir sama dengan ileostomi.
2. Kolostomi pada colon transversum
Produksi yang dihasilkan dari jenis kolostomi ini berbentuk semi
padat dan biasanya merupakan jenis loop kolostomi dan diletakkan
pada bagian atas abdomen. Penyebab terjadinya dilakukan kolostomi
transversum adalah divetikulitis, inflamatory bowel desease, kanker,
obstruksi, cedera maupun gangguan kongenital. Satu kegunaan
kolostomi adalah untuk mengistirahatkan area pada colon yang
D. Indikasi Kolostomi
1. Atresia Ani
Penyakit atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembuatan lubang anus
yang tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz, 2002).
Menurut Suriadi (2006), Atresi ani atau imperforata anus adalah tidak
komplit perkembangan embrionik pada distal usus (anus) tertutupnya
anus secara abnormal.
2. Hirschprung
Penyakit Hirschprung
atau
megakolon
aganglionik
bawaan
disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna
dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi
(Nelson, 2000). Penyakit Hischprung disebut juga kongenital
aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam
rectum dan sebagian tidak ada dalam colon (Suriadi, 2006)
3. Malforasi Anorektum
Istilah Malforasi Anorektum merujuk pada suatu spektrum cacat.
Perhatian utama ditujukan pada pengendalian usus selanjutnya, fungsi
Kantong
kolostomi adalah wadah untuk menampung feses yang keluar dari stoma.
Kantong kolostomi dibuat dari material disposable atau digunakan hanya
sekali, lalu dibuang.
Ada bermacam macam jenis kantong stoma yang perlu diketahui,
antara lain:
a. Menurut jenis Base Plate / Faceplate / Lapisan Dasar yang
menempel di kulit sekitar stoma:
One piece system/ sistem satu lempengan (lapisan): pada sistem
ini lapisan dasarnya ada yang seperti perekat double tape saja,
mudah diobservasi
Pada klien yang akan pulang ke rumah disarankan untuk menggunakan
kantong stoma yang gelap, agar rasa percaya diri klien meningkat.
Khusus untuk Ostomate dengan stoma kolon, apabila ingin berenang
dapat menggunakankantong stoma yang kecil / mini closed pouch.
Kantong stoma sesuai permintaan klien (one piece / two piece, dan closed
Prosedur pemasangan :
Salam terapeutik kepada klien dan keluarganya
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang prosedur tindakan
setuju
Cuci tangan sebelum pelaksanaan prosedur
Dekatkan semua alat - alat yang dibutuhkan
Jaga privasi klien
serta
Sampaikan tujuan dari penggantian kantong stoma tersebut
Atur posisi klien
Pasang perlak gulung di bawah lokasi stoma
Letakan bengkok di atas perlak
Pasang plastik hitam di atas bengkok dalam kondisi terbuka
Siapkan kapas /kassa lembab yang telah dicampur dengan cairan fisiologis
kembali
Buka kantong stoma, dan langsung dimasukkan ke dalam plastik hitam
Angkat base plate dengan perlahan-lahan menggunakan remouval wipe
/cairan fisiologis (dimulai dari bagian yang jauh dari jahitan luka terlebih
dahulu)
Jika sudah terangkat semua, masukkan ke dalam plastik hitam
Pakai sarung tangan
Bersihkan stoma, dan kulit sekitar stoma menggunakan kapas / kassa + cairan
fisiologis
Kulit sekitar stoma dibersihkan dengan kassa kering ( pada pasca operasi hari
ke 7, jika kondisi luka jahitan tidak ada masalah, maka dapat dibersihkan
stoma guide
Setelah base plate dipola sesuai ukuran stoma, selanjutnya digunting sesuai
pola tersebut
Buka kertas pengalasnya dan berikan pasta disekeliling pinggiran lubang pola
tersebut, kemudian dirapikan menggunakan jari telunjuk yang telah
tempatnya
Buka sarung tangan, dan cuci tangan kembali
Lakukan evaluasi, dan catat hasil tindakan yang telah dilakukan di lembar
dokumentasi
Rapihkan kembali lingkungan klien, serta pamit dengan klien dan
keluarganya.
3. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN/ KRITERIA HASIL (NIC)
INTERVENSI (NOC)
Nyeri
akut 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
MANAJEMEN NYERI
1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
berhubungan
pasien dapat mengontrol nyeri dengan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
dengan trauma
indikator:
2. observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
jaringan
3. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Mengenali faktor penyebab
4. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
Mengenali onset (lamanya sakit)
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Menggunakan metode pencegahan
5. kurangi faktor presipitasi
6. pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
Menggunakan metode nonanalgetik
dan inter personal)
untuk mengurangi nyeri
7. kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Menggunakan
analgetik
sesuai 8. ajarkan tentang teknik non farmakologi
9. evaluasi keefektifan kontrol nyeri
kebutuhan
10. tingkatkan istirahat
ANALGETIC ADMINISTRATION
Mencari bantuan tenaga kesehatan
1. tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
Melaporkan
gejala
pada
tenaga
pemberian obat
kesehatan
Menggunakan
sumber-sumber
tersedia
yang
teratur
8. monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama
kali
9. berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)
episode
nyeri,
dan
pernyataan nyeri
Kerusakan
intregitas kulit
berhubungan
dengan indikator:
dengan
luka
kolostomi
elastisitas
dalam
rentang
yang
diharapkan
PENGAWASAN KULIT
1. Inspeksi kondisi luka operasi
2. Observasi ekstremitas untuk warna, panas, keringat, nadi, tekstur,
edema, dan luka
3. Inspeksi kulit dan membran mukosa untuk kemerahan, panas, drainase
4. Monitor kulit pada area kemerahan
5. Monitor penyebab tekanan
6. Monitor adanya infeksi
7. Monitor kulit adanya rashes dan abrasi
8. Monitor warna kulit
9. Monitor temperatur kulit
10. Catat perubahan kulit dan membran mukosa
pigmentasi
dalam
rentang
yang
diharapkan
Gangguan
konsep
diri/citra
indikator :
berhubungan
dengan
Mampu
perubahan
mengidentifikasi
kekuatan
personal
anatomis
Mendiskripsikan
secara
faktual
mobilitas fisik
berhubungan
dengan indikator:
dengan adanya
luka
bedah
abdomen
pasca
di
berjalan lambat
berjalan dengan kecepatan sedang
berjalan dengan kecepatan lebih cepat
berjalan naik tangga
berjalan menuruni tangga
berjalan mendaki
berjalan dengan jarak yang dekat (keliling
kamar)
berjalan dengan jarak yang sedang (keluar
kamar)
berjalan dengan jarak yang lebih jauh
(mengitari bangsal)
keseimbangan tubuh
posisi tubuh
gerakan otot
gerakan sendi
kemampuan berpindah
ambulasi: berjalan
ambulasi: kursi roda
kabutuhan ADL
berikan alat bantu bila pasien memerlukan
ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
EXERCISE THERAPY: JOINT MOVEMENT
tentukan batasan gerakan
kolaborasi dengan fisioterapis dalam mengembangkan dan menentukan
program latihan
tentukan level gerakan pasien
jelaskan pada keluarga/pasien tujuan dan rencana latihan
monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan atau
aktivitas
lindungi pasien dari trauma selama latihan
bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh untuk gerakan pasif
atau aktif
instruksikan pada pasien atau keluarga tentang ROM pasif dan aktif
bantu pasien untuk mengembangkan rencana
latihan ROM aktif dorong klien untuk menunjukan gerakan tubuh
7.
8.
sebelum latihan
bahu,
lutut,
penggang,
siku,
pergelangan tangan.
Nutrisi kurang 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dari kebutuhan
status
berhubungan
indikator :
dengan asupan
nutrisi
adekuat
tidak
nutrisi
pasien
normal
dengan
intake kalori
intake protein
intake lemak
intake karbohidrat
intake vitamin
intake mineral
MONITOR NUTRISI
1. Berat badan pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor lingkungan selama makan
5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
6. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit dan makanan kesukaan
8. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
9. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
10. Monitor kalori dan intake nutrisi
MANAJEMEN NUTRISI
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
6. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
7. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Koping
efektif
b.d
percaya
diri
tidak adekuat
dalam
kemampuan
koping,
social
tidak
adekuat
yang
dibentuk
dari
karakteristik
COPING ENHANCEMENT
1. Dorong aktifitas social dan komunitas
2. Dorong klien untuk mengembangkan hubungan
3. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama
4. Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang
sesuai.
5. Kenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
dukungan
dengan
perubahan
perkembangan
Menggunakan
dukungan
social
yang
tersedia
atau
Melaporkan
hubungan.
Distress
spiritual
b.d
peningkatan
kenyamanan
psikologis
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Tingkatkan
akhir hidup
perubahan
hidup
yang positif
Tuhan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolostomi merupakan suatu tindakan pembedahan pada dinding perut
untuk membuat lubang (stoma) yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
kotoran (BAB dan BAK) akibat suatu kondisi tertentu yaitu adanya suatu
kelainan atau penyakit seperti atresia ani dan kanker kolon.
Pada stoma memerlukan perawatan ekstra agar tidak menimbulkan
masalah baru seperti iritasi yang dapat menimbulkan infeksi. Maka dari itu
pentingnya menjaga kebersihan pada stoma dan area sekitar tempat
menempelnya perekat pada kantong penampung kotoran harus diperhatikan.
Penggantian kantong penampung kotoran juga harus secepatnya diganti
ketika bag penampung sudah terisi penuh sebanyak-banyaknya 1/3 dari
kantong pengganti.
B. Saran
Bagi para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan hendaknya
dapat memperdalam ilmu tentang perawatan kolostomi serta perawatannya
secara mendalam sehingga dapat diterapkan di praktek klinik keperawatan
yang sebenarnya untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut pada
klien.
Setiap klien selalu berharap mempunyai stoma yang baik, dan
letaknyapun tepat sesuai dengan bentuk abdomen / perutnya. Oleh karena itu
klien sangat mengharapkan ketrampilan setiap tenaga kesehatan yang
merawatnya, baik itu dokter, ataupun perawat. Oleh karena itu keterampilan
perawat dalam merawat klien stoma sangatlah dibutuhkan.
DAFTAR ISI
Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standard: 27(32): 49-56. 9
Juni 2013. http://search.proquest.com/docview/1346147256?accountid=25704
Canada
Care
Medical.
(n.d).
Colostomy
care.
15
Juli
2016.
http://www.canadacaremedical.com/ostomy/ColostomyCare.php
Corwin, E. J. (2001). Handbook of pathophysiology. (Pendit, B. U., Penerjemah).
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.
Eucomed Medical Technology. (2012). Access to ostomy supplies and innovation:
guiding
principles
for
European
payers.
17
Juli
2016.
http://www.medtecheurope.org/uploads/Modules/Publications/ostomybackgrou
nd-paper.pdf
Gutman,
N.
(2011).
Colostomy
guide.
17
Juli
2016.
http://www.ostomy.org/ostomy_info/pubs/ColostomyGuide.pdf
Lukong, C., Jabo, B., & Mfuh, A. (2012). Colostomy in neonates under local
anaesthesia: Indications, technique and outcome. African Journal of Paediatric
Surgery: 9 (2). 176-180. 17 Juli 2016. http://dx.doi.org/10.4103/01896725.99412
Nainggolan, S., A. & Asrizal. (2012). Edukasi kemampuan keluarga dalam perawatan
stoma klien kolostomi di RSUP H Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan
USU:
(1).
35-41.
16
Juli
2016.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/download/197/150
Newton, S. (2009). Oncology nursing advisor comprehensive guide to clinical
practice. St. Louis: Mosby.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Grifin. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi ke-4. Penerjemah: Yasmin Asih. Jakarta:
EGC
Putri,
R.,
H.
(2011).
Irigasi
kolostomi.
15
Juli
2016.
http://www.perawatluka.com/irigasi-kolostomi/
Rahmianti,
D.
(2013).
Bahaya
kanker
kolorektal.
16
Juli
2016.
http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.medis/bahaya.kanker.kolorektal/005/
001/166
RS Dharmais. (n.d). Kanker kolorektal (usus besar dan rektum). 16 Juli 2016.
http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-kolon.html
Simanjuntak, P & Nurhidayah R., E. (2007). Kemampuan self care dan gambaran diri
klien kolostomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan
Rufaidah
Sumatera
Utara:
(2).
65-69.
15
Juli
2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21173/1/rufnov20072%20%284%29.pdf
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. (Penerjemah:
Waluyo, A.). Jakarta: EGC
MATA AJAR
KEPERAWATAN PALIATIF
Disusun oleh :
1. Asterilia Nurhayati Pratiwi
(P17420613048)
(P17420613064)
3. Rizqi Rachmilia
(P17420613070)
4. Umi Fadilah
(P17420613075)
(P17420613078)