GLOMERULONEFRITIS
4. 5. Klasifikasi
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3 :
a. Difus
Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal
ginjal kronik. Bentuk klinisnya ada 3 :
1) Akut
Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu diawali oleh infeksi stroptococcus
dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis glomerulus dan
perubahan proliferasif seluler.
2) Sub akut
Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai dengan perubahan-perubahan
proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga dapat mengakibatkan
kematian akibat uremia.
3) Kronik
Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan sklerotik dan
abliteratif pada glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat uremia.
b. Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
c. Lokal
Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.
6. Gejala-gejala klinis
– Proteinuria
– Hematuria
– Digouria
– Odema
– Hipertensi
– Rasa lelah
– Anoreksia
– Demam
– Sakit kepala
– Mual, muntah
7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
– Dilakukan pengukuran berat badan
Berat badan biasa ditemukan meningkat.
– Dilakukan pengukuran tekanan darah biasa terjadi peningkatan tekanan darah.
– Tampak odema
– Tampak pruritus
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Urine
ASKEP COLOSTOMY
b. Deskripsi tindakan
Colostomy bisa dibuat sementara atau permanen.
1). Colostomy sementara / temporer dibuat untuk diversi feses oleh karena trauma
atau penyakit pada sebagian usus besar sehingga memungkinkan untuk istirahat dan
sembuh.
2). Colostomy yang permanen dikerjakan bila dibagian ujung usus ( usus yang paling
jauh jaraknya) harus diangkat atau tersumbat dan tidak dapat dilakukan operasi.
Ada tiga macam tipe colostomy bila dilihat dari segi pembedahan yaitu :
1) End colostomy
Fungsi ujung akhir dari usus dibawa keluar ke permukaan perut, pembuatan stoma
dilakukan dengan membalik usus dan dijahitkan kekulit, permukaan stoma biasanya
tampak lembab dan berwarna merah muda. Bagian distal dari usus besar diangkat
atau ditutup dengan dijahit dan ditinggalkan didalam perut. End colostomy biasanya
adalah stoma yang permanen, ini biasanya disebabkan oleh karena trauma, kanker
atau penyakit yang lain.
3) Loop colostomy
Colostomy ini dibuat dengan membawa lengkungan usus besar (loop of bowel)
melalui sebuah sayatan di dinding perut. Lengkungan usus ditahan dengan diluar
dinding perut dengan sebuah batang plastik yang diselipkan dibawahnya. Sebuah
sayatan dibuat di usus sehingga memungkinkan aliran kotoran melewati colostomy.
Tangkai penahan diangkat (diambil) setelah kira-kira 7-10 hari setelah pembedahan,
bila telah sembuh maka usus tidak akan tertarik kedalam perut. Loop colostomy
paling sering adalah untuk stoma yang temporer yang berguna untuk diversi kotoran
agar tidak melewati daerah usus yang obstruksi atau adanya sepsis pelvis karena
kanker usus, diverticulitis, trauma kolorektal, trauma radiasi atau komplikasi penyakit
peradangan usus besar. Dapat pula digunakan untuk proteksi sambungan koloanal
atau adanya fistula.
Berdasarkan letaknya:
a. Colostomy acending pada perut kanan
b. Colostomy transversal pada perut tengah atas
c. Colostomy sigmoid / desenden pada perut kiri
2. INDIKASI
Kanker
Obstruksi
Penyakit peradangan usus
Divertikulum yang pecah
Iskemia usus
Trauma
3. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan colostomy adalah sebagai berikut
:
a. Penempatan letak stoma yang tidak tepat
Dimana disini mengakibatkan pemakaian stoma bag menjadi sulit akan cenderung
menjadi bocor sehingga merusak kulit, ini akan menghalangi aktivitas sehari-hari.
Mobilisasi yang tidak memadai dari mesentrium atau fiksasi yang jelek dari stoma ke
kulit atau fasia mengakibatkan retraksi dari stoma, biasanya pada masa awal periode
operasi. Retraksi dibawah fasia memerlukan tindakan segera untuk mencegah
peritonitis. Retraksi diatas fasia tidak memerlukan tindakan intervensi segera. Ini
biasanya akibat pemasangan stoma bag / appliance yang jelek.
c. Kerusakan kulit
Pengotoran cairan produk stoma dikulit sekitar stoma mengakibatkan kulit maserasi
dan rusak. Hal ini lebih sering terjadi pada ileostomi dimana produk stomanya cair
dan mengandung zat proteolitik dari enzim pancreas, hal ini bisa pula terjadi pada
colostomy di proksimal dari pleksura lienalis atau pada kolostomi yang diare.
Biasanya terjadi oleh karena pemasangan stoma bag / appliance yang jelek sehingga
bocor. Kerusakan kulit mungkin juga terjadi oleh karena folikulitis peristomal,
dermatitis kontak / alergi. Produk ileostomi yang tinggi, penyakit crohn’s yang
kambuh, obstruksi parsial usus halus, sepsis intra abdominal stenosis soma dan gastro
enteritis juga berperan terhadap kejadian kerusakan kulit.
Ekskoriasi kulit harus ditangani dengan pemasangan stoma bag / appliance yang baik
untuk mencegah kerusakan kulit lebih lanjut. Dianjurkan untuk konsultasi pada
stomal terapis khususnya pada kerusakan kulit yang berat. Bila konstruksi stoma yang
tidak baik dan perawatan enterostomal yang intensif tidak membaik maka diperlukan
tindakan pembedahan untuk merekonstruksi stoma tersebut. Perhatian harus diberikan
pada ileostomi dengan produk tinggi dengan menggunakan obat-obat anti diare,
manipulasi dengan diet serta penggantian cairan dan elektrolit.
d. Striktura stoma
Walaupun striktura stoma merupakan komplikasi yang terjadi kemudian, ini biasanya
terjadi karena perkembangan serositis segera setelah periode operasi. Paling sering
disebabkan oleh nekrosis dan retraksi yang mengakibatkan lepasnya jahitan
mukokutaneus sehingga serosa menjadi terpapar dan akibatnya terjadi serositis.
Dilatasi stoma biasanya tidak efektif, diperlukan tindakan eksisi kulit dan skar dan
menjahit ulang mukosa intestinal ke kulit untuk membuat lubang stoma yang
memadai.
e. Prolap stoma
Biasanya terjadi pada saat konstruksi stoma usus dalam keadaan dilatasi atau edema.
Lubang stoma dibuat terlalu besar dan setelah itu usus mengecil menjadi normal
kembali ukurannya. Bila kasusnya colostomy yang temporer maka diperlukan
tindakan definitif menyambung usus. Bilamana stomanya permanen maka konversi
loop colostomy ke end colostomy dengan mucous fistule pada tempat yang baru
sangat membantu. Tetapi pada prolaps kolostomi yang berlebihan perlu didiskusikan
reseksi pada bagian yang berlebihan tersebut dan merekonstruksi stomanya.
Sindrom Cushing
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
berat badan naik, terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas;
kelelahan yang berlebihan;
otot terasa lemah, terutama pada daerah di sekitar bahu dan pinggul, gejala ini
disebut miopati proksimal;[7]
muka membundar (moon face);
edema (pembengkakan) kaki;
tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut;
depresi;
periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur;
Penyebab
Penyebab utama Hiperkalsemia adalah gerakan berlebihan dalam satu atau lebih dari
kelenjar paratiroid yang berfungsi mengatur kadar kalsium darah. Penyebab lain dari
Hiperkalsemia adalah kanker, gangguan medis lainnya, beberapa obat dan
penggunaan kalsium berlebihan dan suplemen vitamin D. Makanan atau minuman
yang terlalu banyak kalsium atau suplemen vitamin D dari waktu ke waktu dapat
meningkatkan kadar kalsium dalam darah hingga di atas normal.
Penyebab hiperkalsemia lainnya adalah dehidrasi, saat cairan dalam darah berkurang
maka konsentrasi kalsium akan meningkat.
Saat kalsium di dalam darah menurun, tubuh akan memproduksi hormon paratiroid
lebih banyak. Sebaliknya, saat kadar kalsium dalam darah meningkat, tubuh akan
menghasilkan hormon lebih sedikit.
Bila tingkat kalsium dalam darah meningkat terlalu tinggi, kelenjar tiroid akan
menghasilkan kalsitonin, yakni hormon yang memperlambat pelepasan kalsium dari
tulang. Hal ini dapat menyebabkan hiperkalsemia , dan tubuh tidak dapat mengatasi
pengaruh dari terlalu banyaknya kalsium.
Gejala
Gejala hiperkalsemia antara lain:
Biasanya orang yang lebih tua cenderung merasakan sakit dan kelemahan pada otot
mereka.
Pengobatan
Jika Anda memiliki hiperkalsemia yang parah, Anda mungkin perlu dirawat di rumah
sakit untuk mengurangi kalsium ke tingkat yang aman dan untuk melindungi ginjal
serta tulang. Pengobatan hiperkalsemia dapat mencakup:
2. Bifosfonat intravena
Kelompok obat yang mencakup pamidronate (Aredia) dan zolendronate (Zometa),
untuk mencegah kerusakan tulang
3. Kalsitonin
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid Anda, untuk mengurangi reabsorpsi
tulang dan keropos tulang lambat.
4. Glukokortikoid (kortikosteroid)
Berfungsi membantu mengatasi banyaknya vitamin D dalam darah yang disebabkan
oleh hiperkalsemia.
Neuropati perifer adalah kelompok kerusakan pada sistem saraf tepi yang terletak di
luar sistem saraf pusat. Dengan kata lain, kerusakan saraf terjadi di luar saraf tulang
belakang dan otak.
Kondisi ini biasanya dialami oleh seseorang yang sudah lanjut usia (lansia).
Diperkirakan sekitar 10 persen orang yang berusia 55 tahun ke atas mengalami
neuropati perifer.
Gejala neuropati perifer bervariasi, tergantung kepada saraf apa yang terganggu.
Jika seseorang mengalami neuropati motorik atau gangguan pada saraf yang
mengatur gerakan tubuh, maka salah satu atau beberapa gejala yang bisa terjadi
adalah kedutan, kram, lemah, atau bahkan lumpuh pada salah satu otot atau lebih.
Sering kali kaki bagian depan seseorang yang mengalami neuropati motorik sulit
untuk diangkat, sehingga harus diseret ketika berjalan. Selain itu, gejala lain dari
neuropati motorik adalah penipisan otot.
Jika seseorang mengalami neuropati sensorik atau gangguan pada saraf yang
membantu tubuh merasakan nyeri, suhu, dan sentuhan, maka salah satu atau beberapa
gejala yang bisa terjadi adalah kesemutan, alodinia (mudah merasakan sakit meski
hanya tersentuh sedikit), nyeri yang terasa menusuk atau panas, kesemutan, atau
hilang keseimbangan.
Jika seseorang mengalami neuropati otonom atau gangguan pada saraf yang mengatur
kinerja di luar kesadaran (misalnya detak jantung dan pencernaan), maka salah satu
atau beberapa gejala yang bisa dirasakan adalah:
Sering bersendawa
Mual
Konstipasi
Diare
Hipotensi ortostatik (penurunan darah yang terjadi secara tiba-tiba ketika seseorang
berdiri dari duduk sehingga menyebabkan pusing dan lemas)
Penyakit diabetes
Infeksi bakteri dan virus (misalnya HIV, cacar, difteri, kusta, dan hepatitis C)
Gangguan saraf motorik dan sensorik yang diturunkan (misalnya penyakit Charcot-
Marie-Tooth)
Hipotiroidisme
Tekanan atau kerusakan pada saraf (misalnya akibat cedera berat atau efek samping
operasi)
Tes darah dapat dilakukan guna mengidentifikasi ada tidaknya penyakit diabetes.
Gangguan fungsi imun dan defisiensi vitamin tertentu juga dapat dideteksi melalui tes
darah. Jika gangguan pada fungsi saraf diyakini berkaitan dengan efek samping obat-
obatan, maka dokter juga kemungkinan akan melakukan pemeriksaan sampel darah
dan urine untuk memastikannya.
Dokter dapat melakukan tes kecepatan konduksi saraf dan elektromiogram (EMG)
untuk melihat adanya ketidaknormalan pada saraf dan menentukan struktur saraf
mana yang mengalami kerusakan.
Pencitraan CT scan dan MRI dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya herniasi
pada bantalan tulang belakang ataupun melihat adanya tumor.
Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah biopsi otot dan saraf. Contoh
lainnya, pengambilan sampel cairan tulang belakang (pungsi lumbal atau spinal tap)
apabila inflamasi atau infeksi diyakini sebagai penyebab neuropati perifer.
Menjaga pola makan yang sehat, menjaga berat badan ideal, berolahraga secara
teratur, menggunakan insulin sesuai dosis yang dianjurkan jika neuropati perifer
disebabkan oleh diabetes.
Mencari alternatif lain dari obat-obat yang sedang dikonsumsi jika penyebab
neuropati perifer adalah obat tersebut.
Mengonsumsi makanan dan suplemen vitamin B1, B6, B12, atau vitamin E apabila
neuropati perifer disebabkan oleh defisiensi zat-zat tersebut.
Gabapentin
Amitriptyline
Pregabalin
Duloxetine
Tramadol
Obat-obatan pereda rasa sakit tersebut akan diberikan oleh dokter sesuai dengan
tingkat keparahan atau letak nyeri. Sebagai contoh, jika nyeri masih tergolong tingkat
ringan, maka paracetamol dan ibuprofen menjadi pilihan utama. Namun sebaliknya,
dokter akan meresepkan tramadol jika nyeri sudah tergolong tingkat parah dan tidak
bisa diatasi oleh obat lain. Umumnya pasien akan memerlukan obat antinyeri yang
lebih kuat daripada paracetamol dan ibuprofen.
Untuk mengatasi nyeri ringan yang hanya dirasakan pada bagian-bagian tertentu saja,
maka penggunaan koyo lidocaine atau salep capsaicin bisa disarankan.
Pada kasus neuropati perifer yang telah membuat penderita menjadi sulit bergerak
akibat gejala lemas atau lumpuh otot, maka dokter akan menyarankan penggunaan
tongkat atau kursi roda, disamping melakukan terapi fisik.
Diabetes (diabetes melitus) adalah penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai
dengan kadar gula darah (glukosa) yang jauh di atas normal. Glukosa sangat penting
bagi kesehatan kita karena merupakan sumber energi utama bagi otak maupun sel-sel
yang membentuk otot serta jaringan pada tubuh kita.
Penyakit ini memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Indonesia sendiri termasuk dalam 10 negara terbesar penderita diabetes. Pada tahun
2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 8,5 juta orang
dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional).
Tetapi kurang dari 50% dari mereka yang menyadarinya.
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan
beberapa hari saja. Sedangkan banyak penderita diabetes tipe 2 yang tidak menyadari
bahwa mereka telah mengidap diabetes selama bertahun-tahun karena gejalanya
cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
Terdapat keton dalam air seni. Keton adalah produk sampingan dari metabolisme otot
dan lemak yang terjadi ketika produksi insulin tidak cukup.
Kelelahan.
Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Apabila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri Anda ke
dokter. Pendeteksian sedini mungkin memungkinkan kita untuk mencegah bertambah
parahnya kondisi diabetes kita.
Tetapi organ pankreas milik penderita diabetes tidak mampu memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan
mengolah glukosa menjadi energi.
Penderita jenis diabetes ini umumnya berusia di bawah 40 tahun, biasanya muncul
pada masa remaja atau anak-anak. Karena itu, diabetes tipe 1 juga disebut sebagai
diabetes anak-anak.
Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibandingkan dengan diabetes tipe 2. Di antara 10
orang penderita diabetes, diperkirakan hanya sekitar 1 orang yang mengidap tipe 1.
Selain harus menerima suntikan insulin setiap hari, penderita diabetes tipe 1 juga
disarankan untuk menjaga kadar glukosa dalam darah agar tetap seimbang. Misalnya
dengan menerapkan pola makan sehat dan menjalani tes darah secara rutin.
Diabetes jenis ini disebabkan oleh kurangnya produksi insulin dalam tubuh atau sel-
sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Kekurangpekaan sel-sel
tubuh ini dikenal dengan istilah resistensi terhadap insulin.
Gejala pada penderita diabetes tipe ini biasanya dapat dikendalikan dengan pola
makan sehat dan memantau kadar glukosa dalam darah. Tetapi, tetaplah waspada
karena penyakit ini akan terus berkembang dalam tubuh dan lambat laun Anda akan
membutuhkan langkah pengobatan.
Diabetes tipe 2 sering dihubungkan dengan obesitas. Memang tidak semua orang
yang mengidap obesitas akan otomatis menderita diabetes tipe 2. Tetapi, makin tinggi
indeks massa tubuh seseorang, maka risiko diabetes tipe ini juga meningkat. Diabetes
akibat obesitas umumnya menyerang para manula.
Penderita diabetes tipe 1 yang hamil juga akan memiliki risiko tinggi karena dapat
berdampak pada ibu serta janin. Sangatlah penting bagi penderita diabetes yang
sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.
Ibu yang sedang hamil sebaiknya lebih cermat memantau kadar gula darah pada
trimester kedua (minggu 14-26). Pada masa itulah diabetes kehamilan umumnya
berkembang dan kemudian hilang setelah melahirkan. Meski demikian, risiko
diabetes tipe 2 pada wanita yang pernah mengalami diabetes kehamilan adalah sekitar
tiga kali lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya.