Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GLOMERULONEFRITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Glomerulonefritis adalah penyakit yang ditandai oleh inflamasi glomerulus ginjal,
dengan proteinuria, eritrosit, leukosit dalam urin dan retensi garam, air dan nitrogen
dalam derajat yang bervariasi.
2. Epidemiologi/insiden kasus
– Diperkirakan pada lebih dari 90% anak-anak yang menderita penyakit ini sembuh
sempurna
– Pada orang dewasa prognosisnya kurang baik (30% sampai 50%).
– 2% sampai 5% dari semua kasus akut mengalami kematian
– Sisa penderita lainnya dapat berkembang menjadi glomerulonefritis progesif
cepat/kronik.
3. Etiologi
Glomerulanefritis disebabkan oleh kuman streptocuccus beta hemoliticus golongan A
tipe 12,4,16,25 dan 29.

4. 5. Klasifikasi
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3 :
a. Difus
Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal
ginjal kronik. Bentuk klinisnya ada 3 :
1) Akut
Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu diawali oleh infeksi stroptococcus
dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis glomerulus dan
perubahan proliferasif seluler.
2) Sub akut
Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai dengan perubahan-perubahan
proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga dapat mengakibatkan
kematian akibat uremia.
3) Kronik
Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan sklerotik dan
abliteratif pada glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat uremia.
b. Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
c. Lokal
Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.
6. Gejala-gejala klinis
– Proteinuria
– Hematuria
– Digouria
– Odema
– Hipertensi
– Rasa lelah
– Anoreksia
– Demam
– Sakit kepala
– Mual, muntah
7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
– Dilakukan pengukuran berat badan
Berat badan biasa ditemukan meningkat.
– Dilakukan pengukuran tekanan darah biasa terjadi peningkatan tekanan darah.
– Tampak odema
– Tampak pruritus
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Urine

ASKEP COLOSTOMY

Posted on 20 September 2011by pataulanursing

1. PENGERTIAN & DESKRIPSI TINDAKAN


a. Pengertian
• Colostomy adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah.
(Keperawatan Medical Bedah,Brunner & Suddart hal 1127)
• Colostomy adalah prosedur pembedahan dimana sebagian dari usus besar dibawa
keluar melewati dinding abdomen untuk mengeluarkan feses atau kotoran dari tubuh.
• Colostomy adalah pengalihan isi kolon yang dapat permanen atau sementara.
(Rencana Asuhan Keperawatan, Doenges hal 486)

b. Deskripsi tindakan
Colostomy bisa dibuat sementara atau permanen.
1). Colostomy sementara / temporer dibuat untuk diversi feses oleh karena trauma
atau penyakit pada sebagian usus besar sehingga memungkinkan untuk istirahat dan
sembuh.
2). Colostomy yang permanen dikerjakan bila dibagian ujung usus ( usus yang paling
jauh jaraknya) harus diangkat atau tersumbat dan tidak dapat dilakukan operasi.

Ada tiga macam tipe colostomy bila dilihat dari segi pembedahan yaitu :
1) End colostomy
Fungsi ujung akhir dari usus dibawa keluar ke permukaan perut, pembuatan stoma
dilakukan dengan membalik usus dan dijahitkan kekulit, permukaan stoma biasanya
tampak lembab dan berwarna merah muda. Bagian distal dari usus besar diangkat
atau ditutup dengan dijahit dan ditinggalkan didalam perut. End colostomy biasanya
adalah stoma yang permanen, ini biasanya disebabkan oleh karena trauma, kanker
atau penyakit yang lain.

2) Double – barrel colostomy


Colostomy ini termasuk pembuatan dua stoma yang terpisah di dinding perut. Stoma
yang proksimal adalah stoma yang berfungsi mengeluarkan kotoran dan berhubungan
dengan saluran pencernaan bagian atas. Stoma yang distal berhubungan dengan
rectum dan disebut mucous fistula, mengalirkan sedikit material lendir. Stoma ini
sering merupakan stoma yang temporer yang dibuat untuk mengistirahatkan sebagian
dari usus dan nantinya ditutup.

3) Loop colostomy
Colostomy ini dibuat dengan membawa lengkungan usus besar (loop of bowel)
melalui sebuah sayatan di dinding perut. Lengkungan usus ditahan dengan diluar
dinding perut dengan sebuah batang plastik yang diselipkan dibawahnya. Sebuah
sayatan dibuat di usus sehingga memungkinkan aliran kotoran melewati colostomy.
Tangkai penahan diangkat (diambil) setelah kira-kira 7-10 hari setelah pembedahan,
bila telah sembuh maka usus tidak akan tertarik kedalam perut. Loop colostomy
paling sering adalah untuk stoma yang temporer yang berguna untuk diversi kotoran
agar tidak melewati daerah usus yang obstruksi atau adanya sepsis pelvis karena
kanker usus, diverticulitis, trauma kolorektal, trauma radiasi atau komplikasi penyakit
peradangan usus besar. Dapat pula digunakan untuk proteksi sambungan koloanal
atau adanya fistula.

Berdasarkan letaknya:
a. Colostomy acending pada perut kanan
b. Colostomy transversal pada perut tengah atas
c. Colostomy sigmoid / desenden pada perut kiri

2. INDIKASI
 Kanker
 Obstruksi
 Penyakit peradangan usus
 Divertikulum yang pecah
 Iskemia usus
 Trauma

3. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan colostomy adalah sebagai berikut
:
a. Penempatan letak stoma yang tidak tepat
Dimana disini mengakibatkan pemakaian stoma bag menjadi sulit akan cenderung
menjadi bocor sehingga merusak kulit, ini akan menghalangi aktivitas sehari-hari.

b. Nekrosis dan retraksi stoma


Vaskularisasi yang tidak memadai pada stoma akan segera mengakibatkan iskemia
atau nekrosis segera setelah operasi, perkembangan nekrosis harus segera dievaluasi
dan ditentukan perluasannya. Bila nekrosis hanya terjadi pada bagian permukaan
serosa tidak perlu dilakukan tindakan segera, mungkin jaringan yang nekrotik akan
mengelupas atau perlu debridement. Bila nekrosis meluas hingga dibawah fasia maka
perlu segera dilakukan laparatomy untuk mencegah terjadinya peritonitis.

Mobilisasi yang tidak memadai dari mesentrium atau fiksasi yang jelek dari stoma ke
kulit atau fasia mengakibatkan retraksi dari stoma, biasanya pada masa awal periode
operasi. Retraksi dibawah fasia memerlukan tindakan segera untuk mencegah
peritonitis. Retraksi diatas fasia tidak memerlukan tindakan intervensi segera. Ini
biasanya akibat pemasangan stoma bag / appliance yang jelek.

c. Kerusakan kulit
Pengotoran cairan produk stoma dikulit sekitar stoma mengakibatkan kulit maserasi
dan rusak. Hal ini lebih sering terjadi pada ileostomi dimana produk stomanya cair
dan mengandung zat proteolitik dari enzim pancreas, hal ini bisa pula terjadi pada
colostomy di proksimal dari pleksura lienalis atau pada kolostomi yang diare.
Biasanya terjadi oleh karena pemasangan stoma bag / appliance yang jelek sehingga
bocor. Kerusakan kulit mungkin juga terjadi oleh karena folikulitis peristomal,
dermatitis kontak / alergi. Produk ileostomi yang tinggi, penyakit crohn’s yang
kambuh, obstruksi parsial usus halus, sepsis intra abdominal stenosis soma dan gastro
enteritis juga berperan terhadap kejadian kerusakan kulit.

Ekskoriasi kulit harus ditangani dengan pemasangan stoma bag / appliance yang baik
untuk mencegah kerusakan kulit lebih lanjut. Dianjurkan untuk konsultasi pada
stomal terapis khususnya pada kerusakan kulit yang berat. Bila konstruksi stoma yang
tidak baik dan perawatan enterostomal yang intensif tidak membaik maka diperlukan
tindakan pembedahan untuk merekonstruksi stoma tersebut. Perhatian harus diberikan
pada ileostomi dengan produk tinggi dengan menggunakan obat-obat anti diare,
manipulasi dengan diet serta penggantian cairan dan elektrolit.

d. Striktura stoma
Walaupun striktura stoma merupakan komplikasi yang terjadi kemudian, ini biasanya
terjadi karena perkembangan serositis segera setelah periode operasi. Paling sering
disebabkan oleh nekrosis dan retraksi yang mengakibatkan lepasnya jahitan
mukokutaneus sehingga serosa menjadi terpapar dan akibatnya terjadi serositis.
Dilatasi stoma biasanya tidak efektif, diperlukan tindakan eksisi kulit dan skar dan
menjahit ulang mukosa intestinal ke kulit untuk membuat lubang stoma yang
memadai.

e. Prolap stoma
Biasanya terjadi pada saat konstruksi stoma usus dalam keadaan dilatasi atau edema.
Lubang stoma dibuat terlalu besar dan setelah itu usus mengecil menjadi normal
kembali ukurannya. Bila kasusnya colostomy yang temporer maka diperlukan
tindakan definitif menyambung usus. Bilamana stomanya permanen maka konversi
loop colostomy ke end colostomy dengan mucous fistule pada tempat yang baru
sangat membantu. Tetapi pada prolaps kolostomi yang berlebihan perlu didiskusikan
reseksi pada bagian yang berlebihan tersebut dan merekonstruksi stomanya.

f. Hernia para stomal


Hernia parastomal merupakan problem paling sering yang memerlukan tindakan
koreksi pembedahan berkenaan dengan konstruksi kolostomi. Komplikasi ini terjadi
mungkin karena pembuatan lubang stoma yang terlalu besar atau peletakkan stoma
diluar muskulus rektus. Indikasi tindakan koreksinya adalah adanya gejala obstruksi,
nyeri para stomal, kesulitan perawatan stoma atau pemasangan stoma bag / appliance.
Relokasi stoma dan penutupan defek hernia adalah tindakan yang paling efektif.

4. KONSEP PERAWATAN PRA DAN PASCA OPERASI


Pasien yang memerlukan colostomy pada pra operasi dapat dimunculkan intervensi
keperawatan sebagai berikut yaitu :
Dukungan psikososial :
• Pasien yang di diagnosis kanker kolon / rectum memerlukan colostomy permanen
dan merasa sedih akibat di diagnosa penyakit dan rencana pembedahan begitu juga
yang menjalani colostomy sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah
yang serupa dengan individu.
• Perawat dapat membantu mengurangi ketakutan dengan memberikan informasi
actual tentang prosedur pembedahan dan pembentukan serta penatalaksanaan ostomi.
• Berikan pasien kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
• Semua anggota tim kesehatan, termasuk perawat terapi enterostomal dan keluarga
harus ada di samping pasien untuk memberikan bantuan dan dukungan.
• Berdiskusi dengan individu yang berhasil menghadapi kolostomy sering membantu
pasien.
• Menunjukkan sikap kompeten yang meningkatkan percaya diri dan kerjasama.
Konsultasi dengan ahli terapi enterostoma selama periode praoperatif sangat
membantu.

Sindrom Cushing
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sindrom Cushing adalah sindrom yang disebabkan berbagai


hal[1] seperti obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan
disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol.
Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama
kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912.
Penyakit ini timbul ketika kelenjar adrenal pada tubuh terlalu
banyak memproduksi hormon kortisol, yang dikenal
sebagai simtoma hiperkortisolisme. Hal ini dapat disebabkan oleh
konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid seperti medroksiprogesteron
asetat[2][3] yang biasa digunakan untuk berbagai pengobatan penyakit akut, atau
konsumsi bahan kontrasepsi yang mengandung estrogen seperti mestranol,[4] atau
menjalani adrenalektomi[5] yang biasanya mengakibatkan
terjadinya adenoma pada kelenjar hipofisis.[6] Simtoma ini juga dapat dipicu oleh
ketidakseimbangan metabolisme yang dikenal sebagai simtoma
hiperadrenokortisisme, yaitu berlebihnya sekresi hormon ACTH akibat stimulasi
berlebih hormon CRH dan VP yang disekresi.[1]
Gejala sindrom Cushing antara lain:

 berat badan naik, terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas;
 kelelahan yang berlebihan;
 otot terasa lemah, terutama pada daerah di sekitar bahu dan pinggul, gejala ini
disebut miopati proksimal;[7]
 muka membundar (moon face);
 edema (pembengkakan) kaki;
 tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut;
 depresi;
 periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur;

DokterSehat.com– Hiperkalsemia adalah suatu kondisi di mana tingkat kalsium di


dalam darah berada di atas normal. Pada dasarnya kalsium dibutuhkan tulang untuk
mempertahankan kepadatannya. Tak hanya itu, kalsium juga penting untuk kontraksi
otot, melepaskan hormon, dan memastikan bahwa saraf dan otak berfungsi dengan
baik. Namun, kadar kalsium tinggi juga dapat mengganggu proses-proses ini.

Penyebab
Penyebab utama Hiperkalsemia adalah gerakan berlebihan dalam satu atau lebih dari
kelenjar paratiroid yang berfungsi mengatur kadar kalsium darah. Penyebab lain dari
Hiperkalsemia adalah kanker, gangguan medis lainnya, beberapa obat dan
penggunaan kalsium berlebihan dan suplemen vitamin D. Makanan atau minuman
yang terlalu banyak kalsium atau suplemen vitamin D dari waktu ke waktu dapat
meningkatkan kadar kalsium dalam darah hingga di atas normal.
Penyebab hiperkalsemia lainnya adalah dehidrasi, saat cairan dalam darah berkurang
maka konsentrasi kalsium akan meningkat.

Saat kalsium di dalam darah menurun, tubuh akan memproduksi hormon paratiroid
lebih banyak. Sebaliknya, saat kadar kalsium dalam darah meningkat, tubuh akan
menghasilkan hormon lebih sedikit.

Bila tingkat kalsium dalam darah meningkat terlalu tinggi, kelenjar tiroid akan
menghasilkan kalsitonin, yakni hormon yang memperlambat pelepasan kalsium dari
tulang. Hal ini dapat menyebabkan hiperkalsemia , dan tubuh tidak dapat mengatasi
pengaruh dari terlalu banyaknya kalsium.

Gejala
Gejala hiperkalsemia antara lain:

 Mual dan muntah


 Kehilangan nafsu makan
 Haus berlebihan
 Sering buang air kecil
 Sembelit
 Nyeri perut
 Kelemahan otot
 Otot dan nyeri sendi
 Kebingungan
 Lesu dan kelelahan

Biasanya orang yang lebih tua cenderung merasakan sakit dan kelemahan pada otot
mereka.

Pengobatan

Jika Anda memiliki hiperkalsemia yang parah, Anda mungkin perlu dirawat di rumah
sakit untuk mengurangi kalsium ke tingkat yang aman dan untuk melindungi ginjal
serta tulang. Pengobatan hiperkalsemia dapat mencakup:

1. Cairan infus untuk rehydrate


Lingkaran obat diuretik (seperti furosemide) berfungsi membantu kelebihan kalsium
serta menjaga fungsi ginjal.

2. Bifosfonat intravena
Kelompok obat yang mencakup pamidronate (Aredia) dan zolendronate (Zometa),
untuk mencegah kerusakan tulang
3. Kalsitonin
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid Anda, untuk mengurangi reabsorpsi
tulang dan keropos tulang lambat.

4. Glukokortikoid (kortikosteroid)
Berfungsi membantu mengatasi banyaknya vitamin D dalam darah yang disebabkan
oleh hiperkalsemia.

5. Hemodialisis atau dialisis peritonea


Untuk membuang tumpukan kotoran dan kalsium dari darah, jika ginjal rusak dan
tidak dapat merespon pengobatan lain.

PENGERTIAN NEUROPATI PERIFER

Neuropati perifer adalah kelompok kerusakan pada sistem saraf tepi yang terletak di
luar sistem saraf pusat. Dengan kata lain, kerusakan saraf terjadi di luar saraf tulang
belakang dan otak.

Kondisi ini biasanya dialami oleh seseorang yang sudah lanjut usia (lansia).
Diperkirakan sekitar 10 persen orang yang berusia 55 tahun ke atas mengalami
neuropati perifer.

Gejala neuropati perifer bervariasi, tergantung kepada saraf apa yang terganggu.

 Jika seseorang mengalami neuropati motorik atau gangguan pada saraf yang
mengatur gerakan tubuh, maka salah satu atau beberapa gejala yang bisa terjadi
adalah kedutan, kram, lemah, atau bahkan lumpuh pada salah satu otot atau lebih.
Sering kali kaki bagian depan seseorang yang mengalami neuropati motorik sulit
untuk diangkat, sehingga harus diseret ketika berjalan. Selain itu, gejala lain dari
neuropati motorik adalah penipisan otot.

 Jika seseorang mengalami neuropati sensorik atau gangguan pada saraf yang
membantu tubuh merasakan nyeri, suhu, dan sentuhan, maka salah satu atau beberapa
gejala yang bisa terjadi adalah kesemutan, alodinia (mudah merasakan sakit meski
hanya tersentuh sedikit), nyeri yang terasa menusuk atau panas, kesemutan, atau
hilang keseimbangan.

 Jika seseorang mengalami neuropati otonom atau gangguan pada saraf yang mengatur
kinerja di luar kesadaran (misalnya detak jantung dan pencernaan), maka salah satu
atau beberapa gejala yang bisa dirasakan adalah:

 Detak jantung meningkat

 Disfagia atau sulit menelan


 Perut kembung

 Sering bersendawa

 Mual

 Konstipasi

 Diare

 BAB yang sulit dikontrol (inkontinensia ani)

 Beser atau sering buang air kecil

 Tubuh jarang berkeringat atau sebaliknya (terus-menerus berkeringat)

 Gangguan fungsi seksual

 Hipotensi ortostatik (penurunan darah yang terjadi secara tiba-tiba ketika seseorang
berdiri dari duduk sehingga menyebabkan pusing dan lemas)

Penyebab Neuropati Perifer


Berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya neuropati perifer, di
antaranya:

 Penyakit diabetes

 Infeksi bakteri dan virus (misalnya HIV, cacar, difteri, kusta, dan hepatitis C)

 Penyakit hati kronik

 Penyakit ginjal kronik

 Penyakit autoimun (misalnya sindrom Guillain-Barré, lupus, sindrom Sjogren, dan


rheumatoid arthritis)

 Gangguan saraf motorik dan sensorik yang diturunkan (misalnya penyakit Charcot-
Marie-Tooth)

 Hipotiroidisme

 Peradangan pembuluh darah (vaskulitis)

 Penyakit amiloidosis (penumpukan protein amiloid di dalam organ atau jaringan


tubuh)

 Tekanan atau kerusakan pada saraf (misalnya akibat cedera berat atau efek samping
operasi)

 Kanker sumsum tulang

 Kanker kelenjar getah bening

 Defisiensi vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E


 Paparan racun (misalnya merkuri dan arsenik)

 Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan

 Efek samping penggunaan jangka panjang antibiotik nitrofurantoin dan


metronidazole

 Efek samping obat thalidomide dan amiodarone

 Efek samping penggunaan jangka panjang phenytoin (obat antiepilepsi)

 Efek samping obat-obatan kemoterapi

Diagnosis Neuropati Perifer


Temui dokter jika kulit Anda terasa seperti tertusuk-tusuk dan panas, kesemutan dan
mati rasa pada daerah kaki, atau otot terasa lemas yang disertai kram. Selain
menanyakan seputar gejala yang Anda rasakan, dokter juga akan menanyakan riwayat
penyakit Anda dan keluarga serta menanyakan obat-obatan yang Anda konsumsi.
Kemudian, dokter akan memeriksa bagian-bagian tubuh yang terkait dengan gejala
Anda, termasuk diantaranya memeriksa kemampuan Anda merasakan sensasi, uji
kekuatan otot, serta memeriksa koordinasi dan postur tubuh.

Tes darah dapat dilakukan guna mengidentifikasi ada tidaknya penyakit diabetes.
Gangguan fungsi imun dan defisiensi vitamin tertentu juga dapat dideteksi melalui tes
darah. Jika gangguan pada fungsi saraf diyakini berkaitan dengan efek samping obat-
obatan, maka dokter juga kemungkinan akan melakukan pemeriksaan sampel darah
dan urine untuk memastikannya.

Dokter dapat melakukan tes kecepatan konduksi saraf dan elektromiogram (EMG)
untuk melihat adanya ketidaknormalan pada saraf dan menentukan struktur saraf
mana yang mengalami kerusakan.

Pencitraan CT scan dan MRI dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya herniasi
pada bantalan tulang belakang ataupun melihat adanya tumor.
Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah biopsi otot dan saraf. Contoh
lainnya, pengambilan sampel cairan tulang belakang (pungsi lumbal atau spinal tap)
apabila inflamasi atau infeksi diyakini sebagai penyebab neuropati perifer.

Pengobatan Neuropati Perifer


Penanganan neuropati perifer berfokus untuk menangani penyebab yang mendasari
serta meredakan gejala yang diderita, antara lain:

 Menjaga pola makan yang sehat, menjaga berat badan ideal, berolahraga secara
teratur, menggunakan insulin sesuai dosis yang dianjurkan jika neuropati perifer
disebabkan oleh diabetes.

 Pemberian suntikan immunoglobulin untuk meningkatkan antibodi tubuh.


 Pemberian obat immunosuppressant untuk mengurangi aktivitas sistem kekebalan
tubuh apabila neuropati perifer disebabkan oleh penyakit autoimun.

 Pemberian obat kortikosteroid jika neuropati perifer disebabkan oleh inflamasi.

 Operasi apabila neuropati perifer disebabkan oleh saraf yang tertekan.

 Mencari alternatif lain dari obat-obat yang sedang dikonsumsi jika penyebab
neuropati perifer adalah obat tersebut.

 Mengonsumsi makanan dan suplemen vitamin B1, B6, B12, atau vitamin E apabila
neuropati perifer disebabkan oleh defisiensi zat-zat tersebut.

 Menghentikan konsumsi minuman beralkohol atau menjauhkan diri dari paparan


toksin apabila neuropati perifer disebabkan oleh zat tersebut.
Pada kasus neuropati perifer yang menimbulkan gejala nyeri yang mengganggu saraf,
biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan pereda rasa sakit seperti:
 Paracetamol dan Obat Antiinflamasi Non Steroid (misalnya ibuprofen)

 Gabapentin

 Amitriptyline

 Pregabalin

 Duloxetine

 Koyo dengan kandungan lidocaine

 Salep dengan kandungan capsaicin

 Tramadol
Obat-obatan pereda rasa sakit tersebut akan diberikan oleh dokter sesuai dengan
tingkat keparahan atau letak nyeri. Sebagai contoh, jika nyeri masih tergolong tingkat
ringan, maka paracetamol dan ibuprofen menjadi pilihan utama. Namun sebaliknya,
dokter akan meresepkan tramadol jika nyeri sudah tergolong tingkat parah dan tidak
bisa diatasi oleh obat lain. Umumnya pasien akan memerlukan obat antinyeri yang
lebih kuat daripada paracetamol dan ibuprofen.
Untuk mengatasi nyeri ringan yang hanya dirasakan pada bagian-bagian tertentu saja,
maka penggunaan koyo lidocaine atau salep capsaicin bisa disarankan.

Pada kasus neuropati perifer yang telah membuat penderita menjadi sulit bergerak
akibat gejala lemas atau lumpuh otot, maka dokter akan menyarankan penggunaan
tongkat atau kursi roda, disamping melakukan terapi fisik.

Komplikasi Neuropati Perifer


Terutama pada kasus neuropati sensorik, gejala mati rasa bisa mengakibatkan
penderita tidak menyadari ketika kulitnya terluka atau terbakar. Jika luka tersebut
dibiarkan (terlebih lagi jika penderita memiliki penyakit diabetes yang membuat
penyembuhan luka menjadi melambat), maka bisa berkembang menjadi infeksi.
PENGERTIAN DIABETES

Diabetes (diabetes melitus) adalah penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai
dengan kadar gula darah (glukosa) yang jauh di atas normal. Glukosa sangat penting
bagi kesehatan kita karena merupakan sumber energi utama bagi otak maupun sel-sel
yang membentuk otot serta jaringan pada tubuh kita.

Penyakit ini memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Indonesia sendiri termasuk dalam 10 negara terbesar penderita diabetes. Pada tahun
2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 8,5 juta orang
dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional).
Tetapi kurang dari 50% dari mereka yang menyadarinya.

Apa Saja Gejala Diabetes?


Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui gejala awal diabetes. Baik bagi yang
berisiko tinggi maupun bagi yang merasa sehat dan tidak memiliki riwayat atau
potensi mengidap diabetes.

Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan
beberapa hari saja. Sedangkan banyak penderita diabetes tipe 2 yang tidak menyadari
bahwa mereka telah mengidap diabetes selama bertahun-tahun karena gejalanya
cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:

 Sering merasa haus.

 Sering buang air kecil, terutama di malam hari.

 Rasa lapar yang ekstrem.

 Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.

 Berkurangnya massa otot.

 Terdapat keton dalam air seni. Keton adalah produk sampingan dari metabolisme otot
dan lemak yang terjadi ketika produksi insulin tidak cukup.

 Kelelahan.

 Pandangan yang kabur.

 Luka yang lama sembuh.

 Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Apabila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri Anda ke
dokter. Pendeteksian sedini mungkin memungkinkan kita untuk mencegah bertambah
parahnya kondisi diabetes kita.

Pengaruh Hormon Insulin dan Diabetes


Seluruh sel dalam tubuh manusia membutuhkan glukosa agar dapat bekerja dengan
normal. Kadar zat gula dalam darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung.

Tetapi organ pankreas milik penderita diabetes tidak mampu memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan
mengolah glukosa menjadi energi.

Sekilas Tentang Diabetes Tipe 1


Penderita diabetes tipe 1 sangat bergantung kepada insulin karena sistem kekebalan
tubuh penderita akan menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang
memproduksi insulin. Hal ini memicu peningkatan kadar glukosa sehingga terjadi
kerusakan pada organ-organ tubuh. Hingga saat ini, penyebab di balik diabetes tipe 1
belum diketahui secara pasti.

Penderita jenis diabetes ini umumnya berusia di bawah 40 tahun, biasanya muncul
pada masa remaja atau anak-anak. Karena itu, diabetes tipe 1 juga disebut sebagai
diabetes anak-anak.

Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibandingkan dengan diabetes tipe 2. Di antara 10
orang penderita diabetes, diperkirakan hanya sekitar 1 orang yang mengidap tipe 1.

Selain harus menerima suntikan insulin setiap hari, penderita diabetes tipe 1 juga
disarankan untuk menjaga kadar glukosa dalam darah agar tetap seimbang. Misalnya
dengan menerapkan pola makan sehat dan menjalani tes darah secara rutin.

Sekilas Tentang Diabetes Tipe 2


Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih umum terjadi. Sekitar 90 persen
penderita diabetes di dunia mengidap diabetes tipe ini.

Diabetes jenis ini disebabkan oleh kurangnya produksi insulin dalam tubuh atau sel-
sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Kekurangpekaan sel-sel
tubuh ini dikenal dengan istilah resistensi terhadap insulin.

Gejala pada penderita diabetes tipe ini biasanya dapat dikendalikan dengan pola
makan sehat dan memantau kadar glukosa dalam darah. Tetapi, tetaplah waspada
karena penyakit ini akan terus berkembang dalam tubuh dan lambat laun Anda akan
membutuhkan langkah pengobatan.

Diabetes tipe 2 sering dihubungkan dengan obesitas. Memang tidak semua orang
yang mengidap obesitas akan otomatis menderita diabetes tipe 2. Tetapi, makin tinggi
indeks massa tubuh seseorang, maka risiko diabetes tipe ini juga meningkat. Diabetes
akibat obesitas umumnya menyerang para manula.

Risiko Diabetes Kehamilan


Diabetes juga kerap menyerang para ibu hamil. Terdapat sebagian wanita yang
memiliki kadar glukosa dalam darah yang sangat tinggi selama masa kehamilan,
sehingga tubuh mereka tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menyerapnya.
Diabetes yang dikenal sebagai diabetes kehamilan ini dapat terjadi pada sekitar 15
hingga 18 orang di antara 100 wanita yang hamil.

Penderita diabetes tipe 1 yang hamil juga akan memiliki risiko tinggi karena dapat
berdampak pada ibu serta janin. Sangatlah penting bagi penderita diabetes yang
sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.

Ibu yang sedang hamil sebaiknya lebih cermat memantau kadar gula darah pada
trimester kedua (minggu 14-26). Pada masa itulah diabetes kehamilan umumnya
berkembang dan kemudian hilang setelah melahirkan. Meski demikian, risiko
diabetes tipe 2 pada wanita yang pernah mengalami diabetes kehamilan adalah sekitar
tiga kali lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai