Anda di halaman 1dari 9

1. Apa itu kolostomi ?

2. Kemungkinan komplikasi dan resiko kolostomi ?


3. Intusepsis itu apa ?
4. Hal- hal yg perlu di ketahui untuk perawatan stoma ?
5. Masalah yg mgkn terjadi pada stoma ?
6. Langkah2 menganti kantong stoma ?
7. Apa perbedaan bentuk feses yg keluar dari anus dan lubang
perut ?

Jenis-jenis stoma :
 Stoma dari kolon = kolostomi

 Stoma dari usus halus = Ileostomi

1. Kolostomi adalah prosedur yang umumnya dilakukan untuk


menghentikan infeksi, mengatasi penyumbatan, atau
mencegah kerusakan lebih lanjut pada usus besar. Prosedur
kolostomi dilakukan dengan cara membedah usus besar, lalu
membuat bukaan atau lubang pada dinding perut untuk
disambungkan dengan bagian ujung bawah dari usus
besaryang masih berfungsi. Bagian usus besar tersebut akan
dijahit menempel pada lubang di dinding perut. Kotoran
yang berada di dalam usus besar nantinya akan keluar
melalui lubang itu, ke sebuah kantong yang dipasang di
bagian luar lubang. Kantong ini dapat dikosongkan atau
dibuang setelah penuh.
Kolostomi bertujuan untuk membantu mengeluarkan isi saluran
cerna, pada berbagai kondisi di mana usus besar rusak akibat
cedera atau penyakit.

Sederhananya, kolostomi adalah operasi pembuatan lubang di


perut untuk mengeluarkan kotoran alias feses. Jenis operasi ini
sering disebut sebagai terapi pengalihan usus, karena tujuan
kolostomi adalah menggantikan fungsi usus besar untuk
menampung dan mengeluarkan feses.
Operasi ini dilakukan dengan cara membuka salah satu ujung
usus besar, lalu dihubungkan pada bukaan atau lubang (stoma)
pada dinding perut, biasanya di sisi kiri perut. Feses tidak akan
lagi keluar melalui anus, tapi melalui lubang alias stoma pada
dinding perut tadi.
Setelah itu, pada lubang perut akan ditempelkan sebuah kantong
kolostomi untuk menampung feses yang keluar. Kantong ini perlu
diganti secara rutin setelah kotorannya penuh supaya tidak
menimbulkan infeksi.

Kolostomi direkomendasikan pada pasien yang mengalami


masalah-masalah kesehatan berikut: * Adanya hambatan di usus
besar dan rektum – Kolostomi diperlukan jika seseorang
menderita kondisi yang membuat kotoran tidak bisa keluar
melalui jalur biasanya. Biasanya akibat pertumbuhan massa
abnormal, seperti tumor (jinak atau ganas) atau infeksi
seperti tuberkolosis.
 Malformasi kongenital – Hal ini disarankan kepada
malformasi turunan, seperti anus imperforate, fistula rekto-
vaginal dan tumor besar. Sehingga, kotoran tidak bisa
melewati jalur yang seharusnya.
 Masalah kesehatan terkait usus – Pasien dengan penyakit

yang memengaruhi usus besar, seperti volvulus atau usus


melilit, atau mereka yang mengalami trauma atau cedera
usus juga dapat menjalani kolostomi.
 Inkontinesia feses – Kolostomi dapat direkomendasikan

pada mereka yang mengalami masalah ini. Apalagi jika


pasien sudah mencoba semua pilihan pengobatan, namun
masih gagal untuk mengatasinya.
Dalam beberapa kasus, kolostomi bisa dilakukan sebagai
bagian prosedur bedah usus yang lebih luas. Misalnya,
pengangkatan usus besar akibat kanker. Sehingga, lubang
pada abdomen perlu dibuat untuk mengeluarkan feses agar
usus bisa beristirahat dan memulihkan dirinya. Tergantung
patologi dan kondisinya, kolostomi bisa bersifat permanen
atau sementara. Yang terakhir berarti usus dapat diperbaiki
dan dimasukkan kembali ke perut. Lalu, gastrointestinal
akan dipulihkan kembali. Maka, bedah dibutuhkan untuk
menutup kolostomi dan umumnya dilakukan beberapa bulan
setelah masalah kesehatan pasien terkait usus berhasil
disembuhkan.

2. Beragam komplikasi dapat muncul dari prosedur kolostomi,


apalagi karena hasilnya perlu dirawat dalam jangka panjang.
Komplikasinya antara lain:
 Iritasi kulit ringan di dekat lokasi kolostomi karena adanya

kontak dengan feses.


 Berkembangnya herniaparastomal – Ini merujuk pada
menonjolnya isi perut yang berdekatan dengan saluran
stoma biasanya karena melemahnya otot dinding perut. Hal
ini terjadi pada sekitar 10 sampai 25% dari pasien kolostomi
dan biasanya diperbaiki dengan operasi lain.
 Matinya jaringan pada stoma – Nekrosis atau kematian

jaringan merupakan tahap awal dari komplikasi pasca


operasi, ini terjadi karena kurangnya pasokan darah ke
bagian usus yang dikeluarkan. Jika ini terjadi, revisi
kolostomi perlu dilakukan.
 Prolaps stomal – Ini merupakan komplikasi yang jarang
terjadi. Biasanya, saat bagian dari usus keluar dengan
sendirinya melalui stoma.
 Retraksi dan obstruksi stoma – Ini adalah komplikasi-
komplikasi yang lebih jarang terjadi dibandingkan yang
lain.

3. Intususepsi adalah kondisi di mana sebagian usus terlipat


dan menyusup ke dalam bagian usus lainnya, yang
mengakibatkan penyumbatan di dalam usus atau obstruksi
usus. Intususepsi umumnya terjadi pada bagian yang
menghubungkan usus halus dan usus besar. Kondisi ini
dapat menyebabkan terhambatnya proses penyaluran
makanan, sirkulasi darah, dan cairan di dalam tubuh. Jika
tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan matinya
jaringan usus, robeknya dinding usus atau perforasi, hingga
infeksi pada rongga perut atau peritonitis.
Gejala intususepsi pada bayi atau anak-anak, umumnya lebih
mudah diketahui. Gejala ini berupa perilaku bayi atau anak yang
menjadi rewel atau menangis sambil meringkuk (menarik lutut ke
dada) ketika mengalami sakit perut akibat intususepsi.
Namun, pada penderita intususepsi yang sudah dewasa, gejalanya
cukup sulit untuk dikenali, karena mirip dengan gejala penyakit
lainnya. Berikut ini adalah gejala-gejala instususepsi yang harus
diwaspadai:
 Mual

 Muntah

 Lemas

 Konstipasi

 Nyeri di sekitar perut


 Timbulnya benjolan di perut
 Tinja mengandung darah atau lendir

4.
5.
6. Langkah mengganti kantong stoma
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan saat mengganti kantong
stoma, yaitu:
 Bersihkan lendir yang keluar dari stoma.

 Bersihkan kulit di sekitar stoma dengan air hangat dan

waslap.
 Bilas kulit sampai bersih.

 Keringkan kulit di sekitar stoma.

Kulit dapat dibersihkan dengan sabun. Namun, pilihlah sabun


yang tidak mengandung pewangi dan minyak, karena dapat
menimbulkan iritasi dan membuat kantong sulit melekat pada
kulit.
Saat mengganti kantong stoma, Anda perlu memeriksa kondisi
stoma. Segera hubungi dokter bila stoma mengalami perubahan
ukuran (mengecil atau membesar secara signifikan), perubahan
bentuk (menjulur panjang keluar), atau perubahan warna (pucat,
membiru, atau menghitam).
Selain itu, Anda juga perlu memeriksa ada tidaknya perdarahan
dari stoma serta tanda-tanda iritasi kulit di sekitar stoma, seperti
kemerahan atau lecet. Jika mengalami hal-hal tersebut, segeralah
hubungi dokter.
Operasi pembuatan stoma pada perut bertujuan untuk
mengalihkan tempat keluarnya isi usus, yaitu feses atau tinja, dari
anus ke dinding perut. Lubang yang dibuat di dinding perut ini
berisiko menimbulkan iritasi dan infeksi pada kulit. Oleh karena
itu, diperlukan perawatan yang benar dan telaten untuk mencegah
komplikasi tersebut.

Lama pemakaian kantong stoma


Kantong stoma terdiri dari 2 bagian, yaitu wafer dan kantong
plastik penampung tinja. Wafer merupakan bagian penghalang
yang melekat pada kulit perut, untuk melindunginya dari kotoran.
Ketika sudah penuh, kantong plastik dapat dilepas atau diganti
tanpa perlu mengganti wafer.
Wafer dapat diganti bila tinja mulai masuk di antara wafer dan
kulit, atau setiap 3 hari sampai 1 minggu. Lama pemakaian wafer
tergantung pada beberapa hal, yaitu:
 Seberapa cocoknya wafer tersebut dengan kulit

 Kondisi kulit di sekitar stoma

 Aktivitas fisik pasien

Selain kantong stoma yang terdiri dari 2 bagian, terdapat juga


kantong stoma yang wafer dan kantong penampungnya menjadi
satu. Untuk kantong jenis ini, wafer juga akan ikut diganti saat
kantong penampungnya diganti.
7. Ada sedikit perbedaan bentuk fesesyang keluar lewat
anus dan lubang perut. Bedanya, feses yang keluar
mungkin tidak sepadat saat keluar melalui anus, tapi
cenderung lebih lunak atau cair. Namun, ini tergantung
juga dari kondisi kesehatan masing-masing pasien.
*Feses yg keluar dari kolostomi biasanya fesenya padat atau
semisolid, sedangkan yg keluar dari ileostomi biasanya lebih cair

Anda mungkin juga menyukai