TINJAUAN PUSTAKA
bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan asaet atau
statement yang terbaru 157, pengukuran fair value sebagai exit value, dengan
tanda setuju dari IASB dengan beberapa reservasi minor: “fair value adalah harga
yang akan diterima dengan menjual satu aset atau yang akan dibayar umtuk
Menurut Suwardjono (2008;475) fair value adalah jumlah rupiah yang disepakati
untuk suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak
bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Dengan demikian, fair value bukanlah
nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang
atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai wajar adalah nilai yang wajar
berkeinginan untuk transaksi lengan panjang; (2) estimasi nilai seluruh aset dan
berjangka, nilai wajar adalah harga ekuilibrium untuk kontrak berjangka. Ini
adalah harga spot setelah memperhitungkan bunga majemuk (dan dividen hilang
karena investor memiliki kontrak berjangka daripada saham fisik) selama periode
Menurut PSAK No 16 tahun 2011, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk
berbasis pasar, bukan pengukuran spesifik atas suatu entitas. Untuk beberapa aset
dan liabilitas, transaksi pasar atau informasi pasar yang dapat diobservasi dapat
tersedia. Untuk aset dan liabilitas lain, hal tersebut mungkin tidak tersedia. Akan
tetapi, tujuan pengukuran nilai wajar dalam kedua kasus tersebut adalah sama –
untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas akan terjadi antara pelaku pasar
(market participants) pada tanggal pengukuran dalam kondisi pasar saat ini (yaitu
harga keluaran (exit price) pada tanggal pengukuran dari perspektif pelaku pasar
yang memiliki aset atau liabilitas).
lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan aset, liabilitas, atau
kelompok aset dan liabilitas yang identik atau sebanding (yaitu serupa), seperti
bisnis
Pendekatan biaya (cost approach) mencerminkan jumlah yang dibutuhkan saat ini
(contohnya arus kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini
nilai wajar mencerminkan harapan pasar saat ini mengenai jumlah masa depan
tersebut.
atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Prinsip
historical cost menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat
harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak
yang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi pada seluruh
transaksi di antara kedua belah pihak yang bebas.Harga pertukaran ini dapat
terjadi pada seluruh transaksi pada pihak ekstern, baik yang menyangkut
Menurut PSAK No. 16 tahun 2011, aset tetap adalah aset berwujud yang: (1)
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (2) diharapkan
Aset Tetap dikeompokkan karena memiliki sifat yang berbeda dengan aset lainnya.
Kriteria aset tetap terdiri dari berbagai jenis barang maka dilakukan
umumnya semakin banyak aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin
Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk,
tergantung pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan tersebut.
Aset tetap sering merupakan susatu bagian utama dari aset perusahaan, karenanya
signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Nilai yang relatif besar serta jenis
dan bentuk yang beragam dari aset tetap menyebabkan perusahaan harus hati-hati
dalam menggolongkannya.
sebagai berikut:
1. Aset tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
2. Aset tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
10
3. Aset tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
Menurut Harahap (2004;22) aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut
antara lain:
a) Tangible assets atau aset berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan
peralatan.
a) Depreciated plant assets yaitu aset tetap yang disusutkan seperti gedung,
b) Undepreciated plant assets yaitu aset yang tidak dapat disusutkan, seperti
tanah.
3. Berdasarkan jenis
baik di atas lahan atau air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang
11
dan lain-lain.
Menurut PSAK No. 17, penyusutan (depresiasi) adalah alokasi sejumlah aset yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan
ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aset tetap yang dapat
memasok barang atau jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.
12
1. Faktor-faktor fisik
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aset tetap adalah aus karena dipakai
(wear and tear), aus karena umur (deteriotation and decay) dan kerusakan
kerusakan.
2. Faktor-faktor fungsional
dan karean adanya perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang
Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang
terjadi dalam memperoleh suatu aset dan menempatkannya agar dapat digunakan.
Nilai sisa suatu aset yang didepresiasi/disusutkan adalah jumlah yang diterima bila
aset itu dijual, ditukarkan atau cara-cara kaub jetuja aset tersebut sudah tidak
13
dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat
menjual/menukarnya.
Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aset dipengaruhi oleh cara-cara
umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau
satuan jam kerjanmya. Dalam menaksir umur (masa manfaat) aset harus
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan.
Umur Ekonomis
sebagai berikut:
14
setiap periode.
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset (terutama mesin-mesin) akan
lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibandingkan dengan
penggunan tidak sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung
Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam satuan unit hasil produksi.
depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.
Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan
produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat
dihasilkan.
15
berikut:
Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aset atau jumlah angka
bobot (weight)
Jika aset itu umur ekonomisnya panjang, makan penyebut (jumlah angka
Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan
tarif yang tetap dengan nilai buku aset. Karena nilai aset ini setiap tahun selalu
menurun makan beban depresiasu tiap tahunnya juga selalu menurun. Tarif ini
16
Keterangan:
Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat
adalah persentase penyusustan garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan
setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aset tetap. Karena nilai buku selalu
menurun. Tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan.
Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang
setiap periode selalu menurun makan beban depresiasinya juga selalu menurun.
17
adanya kenaian nilai aset tetap perusahaan tersebut di pasaran atau karena
rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan
oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan
Berikut adalah perbandingan perlakuan akuntansi terhadap aset tetap antara PSAK
Tabel 2.1 Perbedaan PSAK 16/2011 dan PSAK 16/2007 Perihal PSAK 16 (Revisi 2011) PSAK 16 (revisi
2007)
a. aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
Hanya mengatur pengecualian ruang lingkup untuk untuk hak penambangan dan reservasi tambang,
seperti minyak, gas alam, dan sumber daya alam sejenis yang tidak dapat diperbarui
18
b. pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (Lihat PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan
Evaluasi Pada Pertambangan Sumber Daya Mineral)
Ruang lingkup Tidak mengatur lagi mengenai properti investasi yang sedang dibangun atau
dikembangkan.
Ruang lingkup mencakup properti yang dibangun atau dikembangkan untuk digunakan di masa depan
sebagai properti investasi.
Hibah Pemerintah Tidak mengatur syarat pengakuan aset tetap yang berasal dari hibah. Hanya
mengatur nilai tercatat aset tetap yang dapat dikurangi dari hibah pemerintah
Pengakuan aset tetap yang berasal dari hibah pemerintah mempunyai syarat bahwa:a. entitas telah
memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut; b. hibah akan diperoleh
Pengaturan aset tetap yang tersedia untuk dijual dihapus karena sudah diatur dalam PSAK 58 (Revisi
2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
Mengatur perlakuan akuntansi terhadap suatu aset tetap yang tersedia untuk dijual.
Depresiasi atas Tanah Menjelaskan bahwa pada umumnya tanah memiliki umur ekonomis yang tidak
terbatas sehingga tidak disusutkan, kecuali entitas meyakini umur ekonomis tanah terbatas. Perlakuan
akuntansi tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak
Perlakuan akuntansi untuk tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan
lainnya mengacu pada PSAK 47: Tanah
19
Guna Bangunan dan lainnya mengacu pada ISAK 25: Hak atas Tanah
1. Pengakuan
Menurut Prayudi (2012) biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika
perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya
2. Pengakuan awal
Menurut Prayudi (2012), suatu aset tetap yang memenuhi kualifikai untuk diakui
a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
potongan lain;
20
restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat
waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui
sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan
PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman.
Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar, kecuali:
b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.
a) Model biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
21
b) Model revaluasian
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari
jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap
mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu
direcaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan
apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut
mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali. Jika suatu aset tetap
tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
22
2) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto
5. Penghentian pengakuan
a) dilepas; atau
b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan
Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dijual,
PSAK 30 (revisi 2011): Sewa diterapkan untuk Pelepasan melalui Jual dan Sewa
Balik.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset
tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada,
Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya.
Jika pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima
diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal
piutang dan nilai tunainya diakui sebgai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK
23
1. Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (151, 2009) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
Oleh karena itu, manajer keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas
tingkat risiko yang dihadapi. Perlu dicermati pula bahwa besar kecilnya rasio ini
sangat tergantung dari pinjaman yang dimiliki perusahaan, di samping aktiva yang
dimilikinya (ekuitas).
Menurut Kasmir (155, 2009) dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio
solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada
dalam rasio solvabilitas antara lain: debt to asset ratio (debt ratio), debt to equity
ratio, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage, current
liabilities to net worth, times interest earned, dan fixed charge coverage.
24
Menurut Kasmir (157, 2009), debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk meilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Ekuitas (Equity)
Menurut Kasmir (156, 2009) Debt Ratio merupakan rasio utang yang
aktiva.
25
pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh utang.
Total asssets
2. Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir (172, 2009) rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang
yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur
pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien
dan efektif dakan mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.
terdiri dari beberapa jenis, Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung
yang digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak
manajemen. Berikut ini ada beberapa jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari
26
beberapa ahli keuangan, yaitu: perputaran piutang (receivable turn over), hari
(working capital turn over), perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over), dan
Menurut Kasmir (185, 2009), total assets turn over merupakan rasio yang
dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Rumus untuk mencari total assets turn over adalah sebagai berikut.
Menurut Kasmir (184, 2009), fixed assets turn over merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanankan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur
27
Rumus untuk mencari fixed assets turn over dapat digunakan sebagai berikut.
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (196, 2009), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu
Menurut Kasmir (199, 2009), profit margin on sales atau ratio profit margin
atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah
dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut.
28
Sales
Sales
b. Return on Investment
Menurut Kasmir (202, 2009), return on investment (ROI) atau return on total
assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang
Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula
berikut.
Total Assets
29
c. Return on Equity
Menurut Kasmir (204, 2009), hasil pengembalian ekuitas atau return on equity
atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
Rumus untuk mencari return on equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut.
Equity
BAB I
PENDAHULUAN
Entitas bisnis saat ini dituntut utuk dapat menyajikan laporan keuangan yang dapat
dibandingkan dengan laporan entitas bisnis lain, agar para pihak yang memiliki kepentingan
dalam entitas dapat menilai para entitas bisnis secara adil dan terbuka. Dalam melaksanakan hal
tersebut, setiap entitas bisnis diwajibkan untuk menggunakan sistem pencatatan laporan
keuangan yang seragam dan telah diterima oleh semua pihak, yakni PSAK. Pada era globalisasi
saat ini.
International Financial Reforting Standar (IFRS) merupakan pedoman penyusunan
laporan keuangan yang diterima secara global dan mendunai, sedangkan Pernyataan Standar
Keuangan (PSAK) merupakan pedoman standar akuntan di Indonesia untuk membuat laporan
keuangan Indonesia sebagai sebuah negara berkembang menjadi bagian dari pertumbuhan
ekonomi dunia telah merespon perubahan – perubahan sistem pelaporan keuangan terkini dengan
melakukan konvergensi IFRS. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merencanakan PSAK ke
IFRS secara penuh pada tahun 2012 (full adoption).
Salah satu PSAK yang telah mengadopsi IFRS adalah PSAK 68 : Fair Value/ Nilai
Wajar, penerapan IFRS berarti merubah dan menyesuaikan sebagian besar prinsip dari standar
akuntansi yang sebelumnya telah berlaku berpuluh-puluh tahun. Salah satu perubahan mendasar
dari adanya adopsi IFRS tersebut adalah penggunaan Fair Value Accounting.
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai wajar dinilai sebagai konsep yang paling sesuai dan relevan untuk penyusunan
laporan keuangan sebuah perusahaan atau entitas bisnis sebab bisa mengambarkan nilai pasar
yang sebenarnya terjadi. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur: satu satu, sekelompok asset,
satu liabilitas, sekelompok liabilitas, konsiderasi bersih dari satu atau lebih asset dikurangi satu
atau lebih liabilitas terkait, satu segmen atau devisi dari sebuah entitas, satu lokasi atau wilayah
dari suatu entitas, satu keseluruhan entitas.
1.2 Aset dan Liabilitas
Pengukuran nilai wajar adalah untuk asset atau liabilities. Ketika mengukur nilai wajar,
entitas memperhitungkan karakteristik aset atau liabilitas jika pelaku pasar akan
memperhitungkan karakteristik tersebut ketika menentukan harga aset atau liabilitas pada
tanggal pengukuran. Karakteristik tersebut misalnya : kondisi dan lokasi aset; dan pembatasan,
jika ada, atas penjualan atau penggunaan aset.
Dampak pengukuran yang timbul dari karakteristik tertentu akan berbeda tergantung pada
bagaimana karakteristik tersebut akan diperhitungkan pelaku pasar.
Aset atau liablitas yang diukur pada nilai wajar yang berdasarkan PSAK 68 dapat terdiri
salah satu sebagai berikut :
a) Aset atau liabilitas yang terdiri sendiri ( contohnya instrumen keuangan atau aset non keuangan)
b) Sekelompok aset, sekelompok liabilitas atau sekelompok aset dan liabilitas ( contoh suatu unit
penghasil kas atau bisnis)
Entitas mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilities menggunakan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilities tersebut, dengan asumsi
bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomi terbaiknya.
Entitas mengidentifikasi pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan faktor yang spesifik
untuk.
Asset dan liabilitas
Pasar utama
Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi
1.3 Transaksi
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa aset atau liablitas dipertukarkan dalam suatu
transaksi tertaur antara pelaku pasar untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal
pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa
transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi :
a) Di pasar utama ( principal market) untuk aset atau liabilitas tersebut,
b) Jika tidak terdapat pasar utama yang paling menguntungkan ( most advantegous market ) untuk
asset atau liabilitas tersebut.
Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas semua pasar yang ada untuk
mengidentifikasi pasar utama, atau jika tidak terdapat pasar utama, pasar yang paling
menguntungkan, namun entitas memperhitungkan seluruh informasi yang sewajarnya tersedia.
Jika tidak terdapat bukti yang bertentangan, maka pasar dimana entitas umumnya melakukan
transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas tersebut dianggapi sebagai pasar utama,
atau jika terdapat pasar utama, pasar yang paling menguntungkan. Jika terdapat pasar utama
untuk aset dan liabilitas, maka pengukuran nilai wajar mempresentasikan harga di pasar tersebut,
bahkan jika harga di pasar yang berbeda berpotensi lebih menguntungkan pada tanggal
pengukuran.
1.4 Harga
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan
dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar utama ( pasar yang
paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini ( yaitu harga
keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat diobservasi secara langsung atau diestimasi
menggunakan teknik penilaian.
Harga di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) yang digunakan untuk
mengukur nilai wajar asset atau liabilitas tidak disesuaikan dengan biaya transaksi (transaction
cost). Biaya transaksi dicatat sesuai dengan pernyataan lain. Biaya transaksi bukan merupakan
karakteristik suatu asset dan liabilitas.
1.5 Penerapan pada Aset Nonkeuangan
Nilai wajar dihitung berdasarkan kemampuan pelaku pasar untuk menghasilkan manfaat
ekonomik dari penjualan aset kepada pelaku pasar yang akan menggunakan aset tersebut dengan
penggunaan terbaik dan tertinggi. Hal ini memperhitungkan:
penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically possible);
secara hukum diizinkan (legally permissible); dan
layak secara keuangan (financially feasible).
Penggunaan tertinggi dan terbaik juga menetapkan premis penilaian (valuation premise) yang
digunakan untuk mengukur nilai wajar. Penggunaan tertinggi dan terbaik ini didasarkan pada
kondisi:
penggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas, yaitu ketika aset digunakan bersama dengan
aset atau liabilitas lain
penggunaan aset secara terpisah
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”.
Dalam pengukuran nilai wajar, karakteristik aset atau liabilitas (seperti kondisi dan
lokasi, dan pembatasan) diperhitungkan jika karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh pelaku
pasar (market participants) pada tanggal pengukuran. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan
bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam suatu transaksi teratur (orderly transaction) di pasar
utama (principal market), atau jika tidak ada, di pasar yang paling menguntungkan (most
advantageous market).
Teknik penilaian yang digunakan dalam mengukur nilai wajar memaksimalkan
penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan
penggunaaninput yang tidak dapat diobservasi. Input tersebut dikategorikan dalam tiga level
hirarki nilai wajar, yaitu:
a. Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas
yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
b. Input Level 2, yaitu input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang dapat
diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
c. Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
pengertian fair value
Pengertian Fair Value
a. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran dari
aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). (PSAK no 10).
b. Fair value sebagai tingkat harga dimana aset dapat ditukar pada transaksi sekarang antara pihak-pihak yang
mengetahui dan bersedia. Untuk hutang, fair value diartikan sebagai jumlah yang akan dibayarkan untuk
mentransfer kewajiban kepada debitor baru dari FASB
bahwa model akuntansi berdasarkan metode historical costtidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat
ekonomis, dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya
perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan memperburuk
kompromi model historical cost dapat mendorong kebijakan manajemen investasi yang tidak baik, menjual
saham yang menguntungkan dan menahan saham yang merugikan.
Level 1: harga Dikutip (disesuaikan) di pasar aktif untuk aktiva yang identik atau kewajiban, yaitu mereka
yang tersedia di pasar dan biasanya diperoleh dari berbagai sumber.
Biasanya instrumen yang telah listing langsung di bursa diklasifikasikan sebagai Level 1. seberapa
aktif pasar dan bagaimana instrumen yang diperdagangkan harus dipertimbangkan Pasar aktif adalah satu di
mana transaksi dilakukan secara rutin dan secara wajar's. Misalnya, jika aktivitas perdagangan untuk
keamanan adalah harga rendah dan tidak diperbarui secara teratur, keamanan kemungkinan harus
diklasifikasikan sebagai Level 2 atau Level 3
Level 2: Masukan selain harga pasar termasuk dalam Level 1 yang diamati untuk aktiva atau
kewajiban, baik secara langsung (yaitu sebagai harga) atau tidak langsung (yaitu berasal dari harga).
Level 3: Masukan untuk aktiva atau kewajiban yang tidak berdasarkan pasar yang dapat diobservasi
(input tidak teramati).
jika pasar tidak aktif, menurut Jusuf, penentuan nilai bisa menggunakan transaksi-transaksi wajar terkini
antara pihak-pihak yang mengerti dan berkeinginan.
Jika pasar tidak aktif, maka penentuan nilai wajar menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian utamanya
berdasarkan pada asumsi internal perusahaan terhadap future cash flow appropriately risk-adjusted
discount rates.
Indikasi pasar tidak aktif adalah sebagai berikut :
1. peningkatan yang signifikan selisih antara ask price dengan bid price
2. pihak yang melakukan suatu tindakan billing jumlahnya terlalu kecil.
3. adanya volatilitas harga pasar yang sginifikan.
4. jumlah efek yang ditransaksikan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah efek yang beredar.
5. penurunan signifikan terhadap volume dan level aktivitas perdagangan.
6. Dalam penilain suatu asset terkadang memerlukan jasa dari profesi untuk menilai suatu asset.
C. Peranan Profesi Penilai (Appraisers) dalam penerapan Fair Value
Penilai, sebagai satu profesi, merupakan orang yang dianggap kompeten memberikan oponi nilai yang
kebetulan di disitu dibutuhkan untuk kepentingan keuangan/akuntansi. Maka, penilai menyesuaikan apa
yang diinginkan oleh suatu laporan keuangan itu. Sebenarnya, penilaian pada awalnya dilakukan untuk
agunan. Karena, pada awalnya penilaian memang lebih banyak digunakan untuk menilai agunan. Itu bisa
berbeda kalau tujuannya untuk laporan keuangan.
Untuk kepentingan laporan keuangan, sebenarnya, di sana ada asset berupa tanah dan bangunan yang
tujuannya bukan untuk dijual, tapi untuk diteruskan penggunaannya secara operasional sebagai bagian
usahanya. Misalnya, kantor sebagai aset operasional, maka dicatatkan sebagai aset tetap di dalam neraca.
Aset tetap itulah yang diatur dalam PSAK 16.
Dalam penilaian properti, secara konvensional ada tiga metode atau hierarki disesuaikan dengan standar
akuntansi :
1. menggunakan pendekatan pasar.
Yang gunakan adalah harga pasar. Pendekatan yang mengambil langsung pembandingnya dari property
sejenis yang nilai di pasar.
2. mempertimbangkan nilai pendapatan
Misalnya perkantoran, karena dia menghasilkan pendapatan, maka metodenya menggunakan pendekatan
pendapatan.
3. pendekatan biaya
a. Relevance. Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical cost telah banyak kehilangan
relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi. Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa
ekonomi---yaitu, kejadian yang mengubah waktu kapan arus kas diterima dan jumlahnya yang akan datang –
harus tercermin (terungkap) dalam laporan keuangan lembaga. Akan tetapi, seringkali model historical cost
hanya mengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya perubahan nilai riil lain yang dapat
terjadi.
b. Reliability. Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model akuntansi berdasarkan
historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis, dan cenderung membiarkan
perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya
bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan memperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya
informasi keuangan.
a. Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada tingkat harga yang
dihasilkan jika segera dilikuidasi-sehingga sangat sensitif terhadap pasar.
b. Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market (MTM), yaitu aset dicantumkan pada harga
pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka. Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat
perubahan yang terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan
penurunan serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba
dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang terjadi di
pasar.
c. Volatility. Lembaga keuangan mengatakan bahwa mereka takut akuntansi berdasarkan pasar akan
menyebabkan volatility kinerja lembaga (karena semakin mudahnya nilai item-item aktiva dan pasiva
berfluktuasi). Walaupun sebenarnya lembaga keuangan yang senantiasa mengelola bahaya yang mengancam
asset dan liability hanya sedikit takut dengan market value accounting Laporan keuangan lembaga keuangan
yang kurang efektif dalam mengelola risiko akan tercermin pada volatility yang selalu ada dalam setiap
usahanya. Para investor dan kreditur akan memiliki informasi yang lebih berguna dan relevan dalam
membedakan risiko antar perusahaan, ketika mengambil keputusan investasi dan keputusan pemberian
kredit (jika menggunakan MVA).