FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
REFERAT
JANUARI 2018
1
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Mengetahui,
2
DAFTAR ISI
2.1 DEFINISI..........................................................................................................2
…………………………………………………….3
…………………………………………………..4
2.2.3 OTOT
…………………………………………………………………….4
…………………………………………………..6
………………………………………………………..8
3
A. KONDISI GENETIK ...................................................................................8
B. RADIASI.....................................................................................................9
C. LINGKUNGAN KARSINOGEN.................................................................9
D. TRAUMA.....................................................................................................9
………………………………...9
..................................................................... 12
a. LIPOMA ....................................................................................
13
b.
FIBROMATOSIS ........................................................................
20
4
TUMOR OTOT RANGKA
A. RABDOMIOMA ......................................................................
.. 24
2.6.4 TUMOR
FIBRIOHISTIOSITIK ......................................................... 28
A. HISTIOSITOMA
FIBROSA ......................................................... 28
2.6.5 TUMOR
VASKULAR ...................................................................... 29
A.
HEMANGIOMA ......................................................................... 29
A.
NEUROFIBROMA ...................................................................... 51
B.
SCHWANNOMA ........................................................................ 55
……………………………………………………………58
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………….....59
5
F. RADIOLOGI TULANG.................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................50
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
Prognosis pada pasien dengan tumor jaringan lunak
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lain tipe histologis tumor, derajat
deferensiasinya dan luas anatomik, yang dinyatakan dalam stadium. 3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tumor (berasal dari tumere bahasa Latin, yang berarti
"bengkak"), merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi.
Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk menggambarkan
pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal. 4
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah
suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan
pertumbuhan sel baru. Letaknya dapat terjadi di seluruh bagian tubuh
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. 4 Pertumbuhannya dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).3
Tumor jaringan lunak umumnya diklasifikasikan berdasarkan
jenis jaringan yang membentuknya, termasuk lemak, jaringan fibrosa,
otot dan jaringan neurovaskular. Jaringan lunak merupakan jaringan
yang menghubungkan, menyokong atau mengelilingi struktur dan organ
tubuh. Jaringan lunak berasal dari jaringan embrional mesoderm yaitu
termasuk otot, tendon, ligamentum, fascia, saraf perifer, jaringan
serabut, lemak, dan pembuluh darah. Namun, sebagian tumor jaringan
lunak tidak diketahui asalnya.2
8
c. Mesoderm : berkembang menjadi jaringan ikat, jaringan lemak,
tulang rawan, tulang, otot polos, otot serat lintang, jaringan
hematopoietik (sum-sum tulang dan jaringan limfoid), pembuluh
darah, dan pembuluh limfe.2
9
2. Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada
membran sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein
demi menjalankan aliran air, ion dan molekul lain, keluar dan
masuk ke dalam sel.
3. Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal,
seperti pada prostaglandin dan steroid hormon dan kelenjar
empedu.
4. Menjadi suspensi bagi vitamin A,D, E, dan K yang berguna untuk
proses biologis
5. Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital
dan melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.
Lemak juga merupakan sarana sirkulasi energi di dalam tubuh dan
komponen utama yang membentuk membran semua jenis sel. 6
10
penghubung antara otot dan tulang serta penghubung antara tulang
dan tulang.6
2.2.3 Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi
sebagai tugas utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu
otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot menyebabkan
pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam
organisme tersebut.6
- Otot lurik
- Otot polos
11
Gambar 4 . Histologi Otot Polos 5
12
Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang
akan mengecil dengan fungsi mengangkut darah bersama
nutrient dan oksigen ke jaringan.
b. Kapiler
Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis
secara luas dan melalui dinding pembuluh inilah terjadi
pertukaran darah dan jaringan.
c. Vena
Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system
pembuluh-pembuluh yang lebih besar yang menghantar produk
metabolism (CO2 dan lain-lain) kearah jantung.
2.2.5 Limfe
13
Fungsi : 7
a. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi
darah.
b. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah
c. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi
darah. Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
d. kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke
dalam jaringan, ke bagian lain tubuh.
e. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi)
untuk melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
2.3 Etiologi
14
Adapun etiologi tumor jaringan lunak yaitu (Sukardja, 2005):
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah
faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak.
Contoh klasik adalah Gen NF1 pada neurofibromatosis
merupakan faktor predisposisi terjadinya multiple neurofibroma
dan memiliki kecenderungan mengalami tranformasi
keganasan. 2,4
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen
radiasi induksi yang mendorong transformasi neoplastik. 2
c. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
Sebagai contoh, kejadian angiosarkoma hepatik berhubungan
dengan paparan arsen, thorium dioxide, dan vinyl chloride. 2,4
d. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors dapat muncul
secara kebetulan. Beberapa penelitian melaporkan kejadian
soft tissue sarcoma meningkat pada jaringan parut, bekas
fraktur, dan pada implant tertutup. 2,4
15
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa
tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis
dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke
struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti
lekukan-lekukan tubuh. 3,4
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4
fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.8
Fasilitis Nodularis
Fibromatosis
Fibromatosis
Tumor dan Lesi Mirip-Tumor
2. Superfisialis
pada Jaringan Fibrosa
Fibromatosis
Profunda
Fibrosarkoma
Histiositoma Fibrosa
Dermatofibrosarkoma
3. Tumor Fibriohistiositik Protuberans
Histiositoma Fibrosa
Maligna
16
Rabdomioma
4. Tumor Otot Rangka
Rabdomiosarkoma
Leiomioma
Leiomiosarkoma
5. Tumor Otot Polos
Tumor otot polos
dengan potensi
keganasan tidak jelas
Hemangioma
Limfangioma
Hemangioperisitoma
Angiosarkoma
Neurofibroma
Schwannoma
7. Tumor Saraf Perifer
Tumor ganas selubung
saraf perifer
Sarkoma Sinovium
Tumor yang Histogenesisnya
8. Sarkoma bagian lunak
Tidak Jelas
alveolus
Sarkoma Epitelioid
17
(histogenesis)
18
penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf-saraf tepi. 1
19
dapat menyokong diagnosis sebagai suatu malignansi dari soft tissue tumor.
2,3
1) Definisi
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang
berada dibawah kulit yang terdiri dari lemak. Jenis yang paling
sering adalah yang berada lebih ke permukaan kulit
(superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu,
badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah yang
letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi,
ataupun tendon.1, 9
2) Prevalensi
Biasanya lipoma dijumpai pada usia 40-70 tahun.
Lipoma adalah tumor jaringan lunak yang paling umum dengan
prevalensi sebesar 2,1 per 1.000 orang.1
3) Etiologi
Idiopatik.4
4) Gambaran Klinis
Lipoma berbentuk seperti benjolan dengan diameter 2-
10 cm, terasa kenyal dan lembut. Serta bergerak bebas di kulit
(free mobility of overlying skin), namun overlying skin ini
secara khas normal. Sering terdapat pada leher, lengan dan
dada. Tetapi bisa muncul di bagian tubuh manapun. Pada
20
umumnya orang-orang tidak menyadari jika mereka mengidap
lipoma sampai benjolannya tumbuh besar dan terlihat.8,9
Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan,
dan tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang
sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil,
namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6
cm. Memiliki batas dengan jaringan yang tidak nyata. Kapsul
yang membungkus merupakan pseudokapsul yang berasal dari
jaringan normal yang terdesak oleh pertumbuhan jaringan
tumor. Oleh karena berasal dari jaringan lemak yang tidak rata
maka akan muncul gambaran pseudolobulated pada palpasi.
Oleh karena sifat sel lemak yang lunak seperti cairan maka
sering dikatakan sebagai pseudokistik.8,9
Gambar 8 . Lipoma 9
5) Jenis-jenis Lipoma 8
Melalui mikroskop, lipoma terdiri atas sel-sel adiposit yang
sudah dewasa berbentuk lobus-lobus, dan diliputi oleh kapsul
fibrous. Yang ada kalanya, suatu lipoma tidak berkapsul
menyusup ke dalam otot.
21
Empat jenis lain lipoma :
1. Angiolipoma
Angiolipoma varian membentuk dengan co-existing
perkembangbiakan vaskuler. Angiolipoma menyebabkan
nyeri dan pada umumnya muncul tidak lama sesudah
pubertas.
2. Pleomorphiclipoma
Pleomorphiclipoma adalah varian lain di mana
bizarre, sel raksasa multinucleated adalah admixed dengan
adipocytes. Terjadi sebagian besar pada laki-laki usia 50 –
70 tahun.
3. Adipocytes
Sepertiga varian, sel gelendong lipoma, mempunyai
gelendong langsing sel yang admixed di dalam suatu bagian
yang dilokalisir muncul adipocytes.
4. Adenolipoma
Adenolipoma ditandai oleh kehadiran kelenjar di
dalam tumor yang gemuk, jenis ini sering ditempatkan
terletak di atas proximial bagian-bagian dari empedu.4
6) Diagnosis
Walaupun lipoma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan
klinis, namun untuk menegakkan diagnosis secara pasti
dibutuhkan biopsi dan pemeriksaan histopatologi. CT Scan,
MRI juga bisa dilakukan untuk mengetahui tentang lipoma.
Kadar kolesterol umumnya normal , walaupun lipoma
seharusnya menjadi tumor dari jaringan lemak. 4
7) Terapi 10
22
Untuk suatu lipoma, sebenarnya tidak ada perawatan
pada umumnya. Namun jika lipoma tersebut sudah
mengganggu, menyakitkan atau bertambah besar,
penatalaksanaan dapat berupa :
a. Steroid Injection
Perawatan ini mengecilkan lipoma tetapi tidak
dengan sepenuhnya menghilangkan tumor itu. Tetapi ini
mungkin tidak berguna untuk lipoma yang sudah berukuran
besar. 1
b. Liposuction
c. Surgical Removal
23
Perawatan ini dilakukan dengan operasi lebih besar
yaitu lipoma dipindahkan dengan memotong lipoma
tersebut. Pasien yang menjalani tehnik ini dilakukan
pembiusan secara lokal maupun general anesthesia atau
anastesi umum. Dan biasanya lipoma hilang setelah
pembedahan. 13
Indikasi pembedahan pada lipoma antara lain 1,11 :
1. Alasan kosmetik
2. Untuk mengevaluasi histologi (adakah keganasan pada
jaringan) sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan
liposarkoma.
3. Jika menimbulkan gejala yang mengganggu
4. Jika berkembang menjadi lebih dari 5 cm. 10
2) Prevalensi
Fibroma umumnya didapatkan pada orang dewasa dan
anak-anak namun terjadinya sangat individual dapat mengenai
segala umur dan jenis kelamin. Angka kejadian pada wanita
menunjukkan 66% terjadi pada segala usia namun paling sering
pada dekade keempat sampai dengan keenam dalam
kehidupan. Fibroma sering terjadi di rongga mulut (71%) pada
daerah bukal, labial, dan lidah bagian lateral.14
24
3) Etiologi
Jaringan ini tumbuh akibat adanya trauma tunggal dan
ringan yang berlangsung terus-menerus sehingga terjadi
inflamasi kronis atau infeksi.1
4) Gambaran Klinis
Ukuran tidak lebih dari 3 cm yang tidak menimbulkan
rasa sakit dan terlokalisir. Massa fibroma dapat berbentuk
bulat, bertangkai, dan mencapai ukuran maksimal dalam
beberapa bulan. Umumnya mempunyai ukuran 1,5 cm tidak
menimbulkan gejala, padat, warnanya seperti jaringan sekitar,
sedikit dilapisi jaringan keratin, dapat timbul ulserasi oleh
karena trauma yang berulang.1,14,15
5) Klasifikasi
Macam-macam Fibroma
No Jenis Fibroma
.
1. Fibroma durum
2. Myxofibroma
3. Periostalfibroma
4. Fascial fibroma
25
5. Elastofibroma
6. Fibrohistiocytoma
7. Neurofibroma
8. Fibroma mobile
9. Aggressive
fibromatosis
10. Abdominal
fibromatosis
11. Desmoplastic fibroma
12. Atyp. Fibroxanthoma
13. Atyp.
Fibrohistiocytoma
14. Neurofibromatosis
1,4
Tabel 3. Klasifikasi fibroma
6) Diagnosis
Pada biopsi ditemukan permukaan lesi ditutupi oleh
selapis epitel skuamosa bertingkat dan umumnya terlihat
teratur dan menunjukkan pemendekan dan rete pegs yang rata.
Pada saat trauma terjadi pada jaringan akan timbul vasodilatasi,
edema dan infiltrasi sel inflamasi dengan berbagai tingkatan.
Daerah tersebut akan terlihat difus, kalsifikasi lokal dan terjadi
osifikasi.1
7) Terapi
Eksisi surgical (ekstirpasi) merupakan terapi pilihan
untuk perawatan fibroma tanpa harus menghilangkan batas
mukosa normal sekitarnya.13
26
8) Prognosis
Baik.4
b. Fibromatosis
1) Definisi
Sekelompok proliferasi fibroblast yang dibedakan
berdasarkan kecenderungannya untuk tumbuh secara infiltratif
dan pada banyak kasus kambuh setelah eksisi bedah. Meskipun
sebagian lesi bersifat agresi lokal, tidak seperti difibrosarkoma,
lesi ini tidak bermetastasis.1,15
2) Prevalensi
Rata-rata usia 35 - 45 tahun. 2
3) Etiologi
Genetik dan trauma 2,.3
4) Gambaran Klinis
27
Gambar 10. Gambaran fibromatosis cukup bervariasi, tergantung
pada tempat. Sebagian lesi bermanisfestasi sebagai nodus yang
berbatas tegas. Yang lain tampak sebagai massa infiltratif tanpa batas
yang jelas.16
5) Klasifikasi 16
Fibromatosis dibagi menjadi 2 kelompok klinik patologis
utama:
Fibromatosis superfisial
Fibromatosis superfisial yang mencakup seperti
fibromatosis palmar (kontraktur dupuyutren) dan fibromatosis
penis (penyakit peyronie), timbul di fascia superfisial. Lesi
superfisial biasanya lebih tidak berbahaya dibandingkan
dengan lesi letak dalam dan pada umumnya menimbulkan
perhatian klinis karena kecenderungannya menyebabkan
deformitas pada struktur yang terkena. 3,4
Fibromatosis profunda.
Fibromatosis profunda mencakup apa yang disebut
tumor desmoid yang timbul di abdomen dan otot badan setelah
ekstremitas. Lesi ini mungkin timbul tersendiri, atau sebagai
komponen dari sindrom gardner, suatu penyakit dominan
autosomal yang ditandai dengan polip adenomatosa kolon,
osteoma tulang, dan fibromatosis. Dibandingkan dengan lesi
superfisial, fibromatosis dalam ditandai dengan
kecenderungannya untuk kambuh dan tumbuh agresif secara
lokal.3,4
28
6) Diagnosis
Diagnosis pasti tergantung pada konfirmasi histologis.
Secara mikroskopis, fibromatosis terdiri atas fibroblast
proliferatif yang kadang-kadang gemuk dan cukup seragam.
Sebagian lesi mungkin cukup seluler, terutama pada awal
perkembangannya, sementara yang lain, terutama fibromatosis
superfisial mengandung banyak kolagen padat.4
7) Terapi
Eksisi.1
8) Prognosis
Baik.1
a. Leiomioma
1) Definisi
Leiomioma adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang
timbul dari otot polos.4,16
2) Prevalensi
Leiomioma genitalia cenderung menjadi yang paling
umum dari 3 jenis. Angioleiomioma lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria, dengan perbandingan 2:1 secara
keseluruhan. Menurut usia leiomioma dapat dilihat beberapa
sebagai berikut :
29
a. Beberapa piloleiomioma umumnya terjadi pada mereka
yang berusia 10-30 tahun. Ketika soliter, piloleiomiomas
biasanya muncul kemudian.
b. Angioleiomioma paling sering terjadi pada tahun-tahun
usia 20-60, meskipun beberapa peneliti melaporkan
jendela sempit insiden meningkat pada tahun-tahun 20-40
tua.,17
3) Etiologi
Idiopati kemungkinan berhubungan dengan genetik. 4
4) Gambaran Klinis1
a. Piloleiomioma merupakan tumor tunggal dengan permukaan
halus, papula, atau nodul, biasanya lebih kecil dengan
diameter 2 cm dan berwarna coklat kemerahan. Tempat
predileksi pada tubuh, wajah atau ekstremitas. Pola
distribusi bilateral simetris, dikelompokkan dermatomal dan
pola linier.
b. Angioleiomioma biasanya didefinisikan sebagai nodul pada
kulit yang cukup dalam dengan diameter 4 cm. biasanya
dirasakan nyeri terutama pada saat palpasi. Angioleiomioma
umumnya soliter dan terjadi terutama pada ekstremitas
bawah.
c. Leiomioma genitalia pada vulva atau skrotum biasanya
berukuran lebih besar dari kedua jenis leiomioma yang
lainnya.4
5) Klasifikasi 1,3
Leiomioma dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis berikut:
a. Beberapa piloleiomioma
b. Piloleiomioma (Soliter)
30
c. Angioleiomioma (soliter)
d. Leiomioma genitalia (soliter)
Tiga jenis yang cukup berbeda dari leiomioma kulit
ada: piloleiomioma, angioleiomioma, dan leiomioma genitalia.
Klasifikasi ini mencerminkan asal yang paling logis dari tumor
otot polos dan sesuai dengan histologis atau anatomi dimana
leiomioma ditemukan. Piloleiomioma berasal dari otot pili
arrector unit pilosebaceous, sedangkan angioleiomioma berasal
dari otot polos (yaitu, tunika media) dalam dinding-dinding
arteri dan vena. Leiomioma genitalia berasal dari otot dartos
skrotum dan labia majora. Tumor pada klasifikasi masing-
masing memiliki karakteristik klinis dan atau histologis yang
berbeda.4
6) Diagnosis
Pemeriksaan Histologi
Inti otot karakteristik halus yang memanjang dengan
ujung tumpul, dan mereka sering digambarkan sebagai cerutu
atau belut berbentuk. Ketika serat ini dipotong di penampang,
vacuolization perinuklear dapat dihargai. Dengan mikroskop
elektron, sel-sel otot polos leiomioma yang tampak normal.
Piloleiomiomas terjadi terutama dalam dermis retikular dan
tidak dikemas. Berkas otot polos tumor ini interlaced dengan
jumlah variabel kolagen. Tingkat aktivitas mitosis, jika ada,
rendah. Leiomioma genital mirip dengan piloleiomiomas dalam
penampilan histologis mereka.4
Sebaliknya, angioleiomioma mengandung banyak
pembuluh darah melebar di tengah-tengah kumpulan otot polos
diatur dengan cara yang lebih konsentris. Ruang-ruang
pembuluh darah dilapisi oleh endotelium sebuah. Untuk
perbedaan lebih lanjut, angioleiomiomas baik dibatasi atau
31
dienkapsulasi dan mengandung kolagen minimal. Selain itu,
angioleiomioma lebih besar sering memiliki bidang perubahan
mucinous.4
7) Terapi
Pemeriksaan jaringan harus dilakukan untuk
menetapkan diagnosis, dapat dilakukan biopsi insisi atau biopsi
eksisi. Selain itu beberapa penelitian melaporkan bahwa
calcium channel blockers, sehingga dapat digunakan nifedipin
sebagai pengurang rasa sakit untuk kasus piloleiomioma.17
8) Prognosis
Baik.4
1) Definisi
Rabdomioma adalah tumor otot lurik. Ada 2 jenis
rabdomioma adalah neoplastik dan hamartoma. Hamartoma
dibagi menjadi rabdomioma jantung dan mesenchymal
rabdomiomatous kulit. Paling banyak terdapat terdapat pada
daerah kepala dan leher. Penyebab dari rabdomioma
kemungkinan terbesar merupakan varian genetik dari
perkembangan otot lurik.17,18
2) Prevalensi
Secara khusus dalam kategori tumor primer jinak
jantung, rabdomioma memiliki insiden yang relatif sekitar
5,8%. Biasa terjadi pada sebagian besar pada pria.18
32
3) Etiologi
Rhabdomyoma antenatal karena adanya hydrops
foetalis akibat aritmia selama perkembangan janin.
Rhabdomyoma tanpa tuberus sclerosis pada kedua orang
tuanya, kemungkinan akibat mutasi de novo pada kromosom 9
atau 16, atau salah satu orang tuanya menderita tuberus
sclerosis ringan sehingga tidak terdeteksi secara klinis.17
4) Gambaran Klinis
Pemeriksaan fisik pada pasien dewasa dengan rabdomioma
mengungkapkan adanya massa polypoid di wilayah leher,
dan bisa terdapat pada daerah kepala serta leher. 18
Pasien dengan rabdomioma jantung terdapat murmur
jantung.18,19
5) Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis.
Dapat dilakukan juga pemeriksaan penunjang lain. Dapat
33
dilakukan pemeriksaan radiografi seperti MRI dan CT scan
jantung.19,20
Pemeriksaan Histologi
Setiap massa pada kepala dan leher harus dilakukan
biopsi untuk menentukan diagnosa. Temuan histologist yang
terdapat pada rabdomioma adalah ditandai oleh adanya sel-sel
besar yang menyerupai otot lurik, sel-sel ini sangat eosinofilik
poligonal dengan inti di perifer.1
34
Gambar 13. Pathology outlines of rhabdomyoma : Abundant eosinophilic and
granular cytoplasm18
6) Terapi
Pasien dengan rabdomioma dewasa mungkin akan
mengalami kesulitan progresif bernafas dan menelan. Dalam
hal ini dapat diberikan oksigen melalui lubang hidung dengan
kesulitan bernafas. Dan dalam keadaan sulit menelan dapat
diberikan cairan infuse tambahan sampai pembedahan
dilakukan. Pasien dengan rabdomioma jantung harus di tangani
kardiologi.21
7) Prognosis
Walaupun mortalitas bedah pada kasus seperti ini
dilaporkan hanya 5%3, namun tindakan bedah pada kasus ini
berisiko tinggi dan sangat kecil keberhasilannya, mengingat
tumor multiple dan lokasinya tidak hanya pada rongga LV
tetapi sudah berinfiltrasi pada miokard.20
a. Histiositoma Fibrosa
1) Definisi
Histiositoma fibrosa adalah lesi jinak yang
bermanisfestasi sebagai nodus berbatas tegas, dapat digerakan,
dan terletak di dermis atau jaringan subkutis.2
2) Prevalensi
Sebagian kasus terjadi pada orang dewasa.2
3) Etiologi
35
Idiopati diduga proses reaktif terhadap trauma.2
4) Gambaran klinis
Nodus berbatas tegas, dapat digerakan, dan terletak di
dermis atau jaringan subkutis.2
5) Diagnosis
Biopsi insisi atau biopsi eksisi terdapat proliferasi sel
gelondong yang saling kait dan lesi yang kaya akan sel berbusa
penuh lemak dengan morfologi histiosit.2
6) Terapi
Biopsi eksisi.2
7) Prognosis
Baik.2
a. Hemangioma
36
1) Definisi
2) Prevalensi
3) Etiologi
37
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum
jelas. Angiogenesisnya sepertinya memiliki peranan dalam
kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti basic fibroblast
growth factor (bFGF) dan vascular endothelial growth factor
(VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis.
Peningkatan factor-faktor pembentukan angiogenesis seperti
penurunan kadar angiogenesis inhibitors misalnya gamma-
interferon, tumor necrosis factor-beta, dan transforming growth
faktor-beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma.23
4) Gejala Klinis
Bayi perempuan mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk menderita
hemangioma dibanding bayi laki-laki, dan insidensi meningkat pada bayi
prematur. Kurang lebih 55% hemangioma ditemukan pada saat lahir, dan
perkembangannya pada saat minggu pertama kehidupan. Dulunya, hemangioma
menunjukkan fase proliferasi awal, involusinya lambat, dan kebanyakan terjadi
38
resolusi yang komplit. Jarang sekali hemangioma menunjukkan pertumbuhan
tumor pada saat lahir. Walaupun perjalanan penyakit dari hemangioma sudah
diketahui, sangat sulit untuk memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase
involusi untuk setiap individu. Superfisial hemangioma biasanya mencapai
ukuran yang maksimal sekitar 6-8 bulan, tapi hemangioma yang lebih dalam
mungkin berproliferasi untuk 12-14 bulan. Pada beberapa kasus dapat mencapai 2
tahun. Onset dari involusi lebih susah untuk diprediksi tapi biasanya digambarkan
dari perubahan warna dari merah menyala ke ungu atau keabu-abuan. Kira-kira
20-40% dari pasien mempunyai sisa perubahan dari kulit, hemangioma pada
ujung hidung, bibir, dan daerah parotis biasanya involusinya lambat dan sangat
besar. Hemangioma superfisial pada muka sering meninggalkan noda berupa
sikatrik.15,20
5) Klasifikasi
a) Hemangioma kapiler
39
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau
beberapa hari sesudah lahir. Lebih sering terjadi pada bayi
prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau
beberapa minggu.23 Tampak sebagai bercak merah yang
makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala,
tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan lunak pada
perabaan. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna
di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih
mendatar.15,20,22,24
40
Gambar 17. Pyogenic Granuloma 24
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering
terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses
peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi
biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang sering
mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa
dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah
berdarah.22
c) Hemangioma kavernosum
41
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula
eritematosa atau nodus yang berwarna merah sampai ungu.
Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi
apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang
matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi
spontan. Hemangioma kavernosum kadang-kadang terdapat
pada lapisan jaringan yang dalam, pada otot atau organ
dalam.23,24
d) Hemangioma campuran
42
Beberapa literatur menyebutkan hemangioma yang lain
diantaranya : 23
a) Hemangioma Intramuskular
43
b) Sinovial hemangioma
c) Osseus hemangioma
44
didekatnya pada satu area). Penulis lain memberi definisi
yang berbeda. Beberapa penulis mengatakan bahwa
hemangiomatosis merupakan multiple hemangioma yang
berlokasi di antara tulang yang saling berdekatan atau
bersebelahan. Multiple hemangioma juga dihubungkan
dengan cystic angiomatosis tulang dimana tidak didapatkan
komponen jaringan lunak. Skeletal-ektraskeletal
angiomatosis diartikan sebagai hemangioma yang
mempengaruhi kanalis vertebralis, selama tidak berada satu
tempat.23,24
d) Choroidal hemangioma
45
penglihatan. Kebanyak choroidal hemangiomas tidak pernah
tumbuh atau terjadi kebocoran cairan dan mungkin dapat
diobservasi tanpa pengobatan.1, 26
46
kecenderungan gender dan mempengaruhi individu dari berbagai
usia. [ 5 ] Meskipun SCH dapat terjadi di berbagai tempat
anatomis, sangat sedikit kasus yang dilaporkan terjadi di daerah
kepala dan leher. Setelah didiagnosis, pengobatan pilihan adalah
eksisi konservatif dengan follow-up jangka panjang. Perlu
mengenali entitas ini untuk menghindari penanganan radikal atau
agresif, terutama bila berada dekat dengan struktur vital seperti
mata. Sepengetahuan kami, tidak ada laporan SCH sebelumnya
yang terjadi di orbit. Oleh karena itu, kami melaporkan sebuah
kasus SCH soliter yang terjadi di orbit yang dikelola secara efektif
dengan eksisi konservatif. 27
f) Gorham disease
47
Penyebab pasti GSD tidak diketahui. Tidak ada faktor risiko lingkungan, imunologi atau
genetik yang telah diidentifikasi. Sebagian besar kasus terjadi secara acak tanpa alasan
yang diketahui (secara sporadis). 28
48
telah dilaporkan pada bayi berusia kurang dari satu bulan dan
orang dewasa berusia di atas 70 tahun, menunjukkan bahwa GSD
berpotensi mempengaruhi individu dari segala usia. Beberapa
sumber medis menyatakan bahwa laki-laki lebih sering terkena
daripada wanita. Sumber medis lain menyatakan bahwa rasionya
bahkan (1: 1). Lebih dari 300 individu yang terkena telah
dilaporkan dalam literatur medis. Karena GSD sangat jarang,
banyak kasus tidak terdiagnosis atau salah didiagnosis sehingga
sulit untuk menentukan frekuensi sebenarnya gangguan pada
populasi umum. 28
49
gangguan multifokal GLA yang terkait erat. Teknik pencitraan
yang lebih baru memberikan kejernihan anatomis, seperti
limfangiogram resonansi magnetik non-kontras (MR), kontras
dinamis MR lymphangiography dan limfangiogram intranodal
tersedia di beberapa institusi. 28
50
Beberapa individu dengan GSD telah diobati dengan
obat-obatan yang menghambat resorpsi tulang (bifosfonat) seperti
asam pamidronat atau zoledronat. Beberapa individu juga telah
diobati dengan interferon alfa-2b, yang menghambat
pembentukan pembuluh darah dan limfatik. Perawatan ini telah
menyebabkan peningkatan gejala (misalnya nyeri), namun respon
individu sangat bervariasi. Dalam beberapa kasus, bifosfat dan
interferon alfa-2b telah digunakan bersamaan untuk mengobati
individu yang terkena. 28
51
Gambar 26. Gambaran radiografi pada pasien dengan Gorham
disease menunjukkan terputusnya tulang.28
g) Kassabach-Merritt syndrome
6) Diagnosis
52
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar,
terutama jika gambaran lesinya khas, tapi pada beberapa kasus
diagnosis hemangioma dapat menjadi susah untuk ditegakkan,
terutama pada hemangioma yang letaknya lebih dalam.1,3
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan teknik pencitraan membantu dalam
membedakan kelainan pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma yang
agresif. Ultrasonografi dengan Doppler merupakan cara yang efektif, karena tidak
bersifat invasive dan dapat menunjukkan gambaran aliran darah yang tinggi yang
merupakan karakteristik dari hemangioma, demikian dapat membedakan antara
hemangioma dengan tumor solid.1,3
8) Komplikasi
53
1. Perdarahan
2. Ulkus
3. Trombositopenia
4. Gangguan penglihatan
54
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko
gangguan penglihatan dan harus lebih sering
dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan
pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan
komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang
disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau
desakan tumor ke ruang retrobulbar.20
5. Masalah psikososial23
1. Dengan persentase yang sangat kecil hemangioma bisa
menyebabkan obstruksi jalan nafas, gagal jantung.23,24
9) Terapi
a. Cara konservatif
55
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan
mengalami pembesaran dalam bulan-bulan pertama,
kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi
regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus
mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.23
b. Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif,
antara lain adalah hemangioma yang tumbuh pada organ
vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan;
hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma
yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami
infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat
dan terjadi deformitas jaringan.23
a) Pembedahan
Indikasi :
b) Radiasi
56
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak
yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka
waktu lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat
yang akan menyulitkan bila diperlukan suatu
tindakan.23
c) Kortikosteroid
57
(prednison 5 mg/kg/hari) untuk menghasilkan terapi
efektif, cepat, dan cukup aman, dilanjutkan hingga 6 – 8
minggu dan pada kasus yang lebih berat dapat diberikan
hingga 12 minggu.22,23
d) Obat sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pad lesi hemangioma,
misalnya dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-
salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara
ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan
sikatriks.22,23
e) Elektrokoagulasi
58
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi
sentral arterinya, juga untuk hemangioma senilis dan
granuloma piogenik.23
f) Pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair.22
g) Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang
mengalami ulserasi. Selain itu dilakukan perawatan luka
secara steril.22
8) Prognosis
a. Neurofibroma
1) Definisi
59
neurofibromatosis tipe I (NF1), sebuah autosomal dominan
penyakit genetic yang diturunkan. Neurofibroma muncul dari
non-myelin jenis sel Schwann yang menunjukkan inaktivasi
bialelic dari gen NF1 yang kode untuk protein neurofibromin.
Berbeda dengan Schwannomas, jenis lain dari tumor yang
timbul dari sel Schwann, neurofibroma menggabungkan jenis
tambahan sel dan elemen struktur selain sel-sel Schwann,
sehinggga sulit untuk mengidentifikasi dan memahami semua
mekanisme sel berasal dan berkembang.30,31
2) Prevalensi
3) Etiologi
60
langka neurofibroma plexiformis, timbul dari saraf kranial,
yang juga disertai ciri klasik penyakit NF-1. 30
4) Klasifikasi
- Neurofibroma Dermal
61
Diskrit subkutan Neurofibroma : Lie di bawah ini dan
terlihat seperti benjolan pada kulit, yang terkadang bisa
menjadi lunak.
- Neurofibroma Plexiform
62
besar melalui lapisan jaringan dan dapat merusak jaringan
sehat atau organ sekitarnya.33
5) Diagnosis
6) Terapi
a. Dengan radioterapi dan kemoterapi, namun lebih disarankan
dengan menggunakan kemoterapi karena akan ditakutkan
tumor semakin menyebar dan berubah ganas bila dilakukan
pengobatan dengan radioterapi. 31
63
b. Dengan menggunakan obat-obatan (Pirfenidone, Tipifarnib,
Erlotinib (Tarceva) dengan Sirolimus, imatinib (Gleevec),
Pegylated Interferon (Peg-Intron), Peginterferon alfa-2b,
Sirolimus (Rapamycin), Sirolimus, Sorafenib (Nexavar),
Tranilast (Rizaben) ro, In vitro, tranilast.30,31,32
7) Prognosis
Baik.30
b. Schwannoma
1) Definisi
2) Prevalensi
3) Etiologi
64
4) Gambaran klinis
5) Diagnosis
65
dan makrofag kaya lemak) cukup sering terjadi. Sering terdapat
nucleus hiperkromatik yang membesar, tersebar, dan tanpa
aktivitas mitotic biasanya mencerminkan perubahan
degeneratif lainnya.2,36
6) Terapi
7) Prognosis
66
BAB III
KESIMPULAN
1. Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit
dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan
lunak adalah yang berasal dari jaringan embrional mesoderm yaitu
jaringan ikat, otot,pembuluh darah dan limfe, jaringan lemak, dan
selaput saraf.
2. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu
benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan
pertumbuhan sel baru.
3. Etiologi dari tumor jaringan lunak bisa disebabkan oleh kondisi
genetik, radiasi, lingkungan karsinogen, infeksi, dan trauma.
67
6. Prognosis dari sarkoma jaringan lunak bergantung pada : staging,
lokasi serta besar tumor, respon tumor terhadap terapi, umur serta
kondisi kesehatan dari penderita, dan penemuan pengobatan baru.
DAFTAR PUSTAKA
68
9. Todd A Nickloes, DO, FACOS Associate Professor,
Department of Surgery, Division of Trauma/Critical Care,
University of Tennessee Medical Center-Knoxville. Lipoma
(2017). Medscape. Web. 11 Januari 2018
10. Manuaba, T.W.( 2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker
Solid, Peraboi 2010. Jakarta : Sagung Seto
11. Berenguer B, de la Cruz L, de la Plaza R. Liposuction in
atypical cases. Aesthetic Plast Surg. 2000 Jan-Feb. 24(1):13-21
12. Abner ML. Lipoma of the abdomen after suction
lipectomy. Plast Reconstr Surg. 2001 Jan. 107(1):293.
13. Al-basti HA, El-Khatib HA. The use of suction-assisted surgical
extraction of moderate and large lipomas: long-term follow-
up. Aesthetic Plast Surg. 2002 Mar-Apr. 26(2):114-7.
14. Halim, Daddy Suradi (2010) The Prevalence of Fibroma in
Oral Mucosa Among Patient. The Indonesian Journal Res,
Malaysia.
15. Esmeili T, Lozada-Nur F, Epstein J (2005). Common benign
oral soft tissue masses. Dent Clin North Am. 2005 Jan.
49(1):223-40,
16. Manchanda AS, Narang RS, Arora PC, Singh B, Walia S (2013).
Aggressive desmoplastic fibromatosis - a clinicians dilemma
case report and review of literature. J Clin Diagn Res. 2013
Nov. 7 (11):2639-41
17. Batchelor RJ, Lyon CC, Highet AS. Successful treatment of pain
in two patients with cutaneous leiomyomata with the oral alpha-
1 adrenoceptor antagonist, doxazosin. Br J Dermatol. Apr 2004
18. Bjorndal Sorensen K, Godballe C, Ostergaard B, Krogdahl A
(2006). Adult extracardiac rhabdomyoma: light and
immunohistochemical studies of two cases in the
parapharyngeal space. Head Neck .
69
19. Karl J D'Silva, MD Assistant Clinical Professor of Medicine,
Department of Hematology/Oncology, (2017) Lahey Clinic,
Sophia Gordon Cancer Center. Rhabdomyoma. Medscape. Web.
Sep, 25, 2017
20. Dale K Mueller, MD Co-Medical Director of Thoracic Center
of Excellence, Chairman, Department of Cardiovascular
Medicine and Surgery, Benign Cardiac Tumor. Medscape. Web,
August, 8 , 2017
21. Hansen T, Katenkamp D (2005). Rhabdomyoma of the head and
neck: morphology and differential diagnosis. Virchows Arch.
2005 Nov. 447(5):849-54. [Medline].
22. Sivakumar Chinnadurai, MD, MPH, Kristen Snyder, MD, Nila
Sathe, MA, MLIS, Chris Fonnesbeck, PhD, Anna Morad,
MD, Frances E Likis, DrPH, NP, CNM, Tanya Surawicz,
MPH, Genevieve Ness, PharmD, Cathy Ficzere, PharmD,
and Melissa L McPheeters, PhD, MPH. (2016) . “Diagnosis and
Management of Infantile Hemangioma”. Rockville
(MD): Agency for Healthcare Research and Quality (US); 2016
Jan. Report No.: 16-EHC002-EF
23. Antony George, Varghese Mani,1 and Ahammed Noufal
(2014). : “Update on the classification of Hemangioma”. J Oral
Maxillofac Pathol. 2014 Sep; 18 (Suppl 1): S117–S120.
doi: 10.4103/0973-029X.141321. Retrivied from: https:// www.
ncbi. nlm. nih. gov/ pmc/articles/PMC4 211219/
24. Dr Robertho Schubert (2017): “From the case: Osseous
haemangioma of the tibia”. Retrivied from :
https://radiopaedia.org/cases/osseous-haemangioma-of-the-tibia.
25. Ishmael Chasi, MB, ChB, FRCR; Chief Editor: Felix S Chew,
MD, MBA, Med (2016) : “Bone Hemangioma Imaging.”
Retrivied from :
70
https://emedicine.medscape.com/article/390293-
overview#showall
26. Paul T. Finger, MD (2016). “Choroidal Hemangioma”.
Retrivied from : https://eyecancer.com/eye-
cancer/conditions/choroidal-tumors/choroidal-hemangioma/
27. Olalere Omoyosola Gbolahan, Oluyemi Fasina,1 Akinyele
Olumuyiwa Adisa,2 and Olubayo A Fasola (2016): “Spindle cell
hemangioma: Unusual presentation of an uncommon tumor.”
Journal list US National Library of Medicine National Institutes
of Health . 2015 Sep-Dec; 19(3): 406. doi: 10.4103/0973-
029X.174634
28. Francine Blei, MD, MBA, Medical Director, Vascular
Anomalies Program, Lenox Hill Hospital of Northwell Health;
Michael T. Dellinger, PhD, Research Director, Lymphatic
Malformation Institute; and Jack Kelly, Lymphangiomatosis &
Gorham's Disease Alliance. (2017) : Gorham Stout Disease.
Retrivied from : https://rarediseases.org/rare-diseases/gorham-
stout-disease/
29. Alexandra C Cheerva, MD, MS; Chief Editor: Hassan M Yaish,
MD (2016) : “Kasabach-Merritt Syndrome”. May, 24th 2016.
Retrivied from : https://emedicine.medscape.com/article/956136-
overview.
30. Georgi Tchernev, Anastasiya Atanasova Chokoeva, James W.
Patterson, Ilko Bakardzhiev, Uwe Wollina, and Claudio Tana
(2016) Plexiform Neurofibromatosis A Case Report, Medicine
(Baltimore). 2016 Feb; 95(6): e2663. Retrivied from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4753888/
31. Muir D, Neubauer D, Lim TI, Yachnis AT, Wallace MR. .
(2003) "Tumsrcenic Sifat Neurofibromin-Kekurangan Sel
Schwann Neurofibroma." American Journal of Pathology .
32. Toro JR, Travis LB, Wu HJ, Zhu K, Fletcher CD, Devesa SS.
Incidence patterns of soft tissue , regardless of primary site, in
71
the surveillance, epidemiology and end results program, 1978-
2001: An analysis of 26,758 cases. Int J Cancer. Dec 15 2006.
33. Mautner VF, Friedrich RE, von Deimling A, Hagel C, Korf B,
Knöfel MT, Wenzel R, Fünsterer C. (2003). "Ganas tumor
selubung saraf perifer di neurofibromatosis tipe 1: MRI
mendukung diagnosis neurofibroma plexiform ganas." American
Journal of Pathology 45 (9).
34. Monsef Boufettal , Mohamed Azouz , Abdelkarim
Rhanim , Mohamed Abouzahir , Mustapha Mahfoud , Ahmed El
Bardouni , Mohamed S, Berrada , and Moradh El Yaacoubi (2014).
“Schwannoma of the Median Nerve : Diagnosis Sometimes
Delayed.” Clinical Medicine Insights Case Report. 2014; 7: 71–73.
Retrieved from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4125423/
35. Aydin MD, Kotan D, Keles M (2007). Acute median nerve palsy
due to hemorrhaged Schwannoma: case report. J Brachial Plex
Peripher Nerve Inj. 2007;2:19. [PMC free article] [PubMed]
36. Akambi Sanoussi K, Dubert T (2006). Shwannomes des nerfs
périphériques de la main et du membre supérieur. Analyse de 14
cas. Chir Main. 2006;25:131–5. [PubMed]
37. Lamond RC, Fox B (2004). Management of peripheral nerve
tumors. Limb Preservation. 2004;11:1–4.
38. Kim SM, Seo SW, Lee JY, Sung KS. Surgical outcome of
schwannomas arising from major peripheral nerves in the lower
limb. Int Orthop. 2012;36:1721–5. [PMC free article] [PubMed]
72
]
73