Anda di halaman 1dari 50

dr.

Arif Gunawan Teguh Wicaksono

Pembimbing : dr. Muhammad Riendra SpB.TKV


 Prosedur yang dilakukan untuk mendrainase cairan
(hematothorax, efusi pleura, chylothorax), nanah (empyema),
udara (pneumothorax), atau cairan dan udara
(hematopneumothorax) dari rongga pleura
◦ Costa I – VII
◦ CTT dilakukan pada ICS IV
atau V
◦ Laki : setinggi areola mammae
◦ Wanita : setinggi lipatan
mammae

3
 M. interkostalis eksterna
( inspirasi )
 M. interkostalis interna
( Ekspirasi )
 M. serratus anterior
( inspirasi )

4
M. Seratus anterior sebagai otot tambahan pernafasan yang
berfungsi untuk mengembangkan rongga dada saat pasien inspirasi
 A. interkostalis posterior
 V. interkostalis posterior
 N. interkostalis

7
• Paru paru diliputi oleh
membran yang disebut pleura.
– Pleura parietal pada dinding
dada
– Pleura visceral meliputi
paru paru
 Kedua pleura di pisahkan oleh cairan pleura.
 Cairan ini berfungsi sebagai pelumas
 Jumlah normal cairan pleura di produksi 0.01 ml/Kgbb/jam
 Tekanan dalam rongga pleura
ketika tidak inspirasi berkisar
-5 s/d - 7.5 cmH2O ini saat
inspirasi sehingga udara bisa
masuk

Guyton Textbook of Medical Physiology 11th ed, p.472


1. Pneumothorax
2. Hematothorax
3. Efusi Pleura
4. Empiyema
5. Chylothorax
◦ Terjadi bila terbentuk lubang
pada permukaan paru-paru,
dinding dada, atau semua.
◦ Lubang tersebut menyebabkan
udara dapat memasuki rongga
pleura dan terperangkap.
◦ Jenis- jenis:

1. Open pneumothorax (sucking chest wound)

2. Close pneumothorax

3. Tension pneumothorax  life threatening


◦ Dinding dada yang berlubang
dengan atau tanpa lubang di
paru paru.
◦ Udara luar memasuki rongga
pleura.
◦ Terjadi pergerakan udara
keluar masuk rongga toraks
melalui lubang di dinding
dada.
̊ Dinding dada intact
̊ Etiologi
berasal dari
intrapulmonal  rupture
subpleural bleb  kehilangan
negative pressure intra pleura
 paru collapse
̊ Gejalaseperti nyeri dada, dan
sesak nafas
 Keadaan mengancam
nyawa
 Terjadi mekanisme pentil
dimana udara masuk
bertambah terus namun
tidak bisa keluar 
volume intrapleura
semakin ↑↑  mediastinal Mediastinal shift
shift  venous return ↓ 
CV collaps  CO ↓ 
hipotensi  syok
 Lebih berbahaya bila pasien
mendapat tekanan positif dari
ventilator.
 Pada keadaan ini RJP tidak
menolong
 Lakukan Needle Thoracostomy
yang dilanjutkan dengan
pemasangan WSD  ICS V
linea axillaris anterior
 Hematothorax dapat
terjadi pasca operasi
thorax atau trauma
 Rongga thorax terisi oleh
darah  tekanan negatif
terganggu  paru kolaps
sesuai dengan jumlah
darah
 Mediastinal shift jarang
terjadi, lebih bermasalah
perdarahannya
 Penumpulan sudut
costophrenicus sudah
menjadi indikasi
pemasangan chest tube
 Transudat
o Transudat  gangguan
sistemik  perubahan tekanan
onkotik atau hidrostatik 
akumulasi protein-poor plasma
dalam rongga pleura
o Disebabkan antra lain oleh
CHF, malnutrisi, renal dan
liver failure
 Eksudat
o Eksudat  gangguan
patologis pada pleura 
perubahan karakteristik
permeabilitas capiler pleura
 akumulasi protein-rich
plasma dalam rongga pleura
o Disebabkan antara lain oleh
malignansi dan penyakit TB
dan pneumonia
o Pemeriksaan LDH
 Akumulasi cairan limph
(chyle) dalam rongga pleura
 kebocoran thoracic duct
atau salah satu pembuluh
limphatik dalam rongga
pleura.
 Penyebab tersering antara
lain lymphoma dan trauma
setelah oprasi thoraks.
 Akumulasi pus di rongga
pleura yang biasanya
disebabkan sekunder karena
infeksi paru.
1. Keluarkan cairan/udara sesegera mungkin
2. Cegah cairan atau udara yang keluar kembali masuk rongga
toraks
3. Usaha mengembalikan tekanan negatif di rongga pleura,
sehingga paru bisa berkembang sempurna
 Sistem drainase yang kedap air (water sealed) untuk mengalirkan
udara dan/atau cairan dari rongga pleura
 Tujuan pemasangan WSD adalah untuk mengembalikan tekanan
intrapleura yang positif (patologis) menjadi negatif kembali
Semua kondisi yang menyebabkan tekanan
intrapleura menjadi positif, antara lain:
-Pneumothorax

-Hematothorax

-Efusi pleura

-Empyema thorax

-Post thoracotomy
• Kontraindikasi absolut:
1. Adhesi pleura
2. Hernia diafragmatika

• Kontraindikasi relatif:
1. Kelainan perdarahan
2. Konsumsi obat-obat antikoagulan

27
1. SINGLE - BOTTLE WATER 2. TWO – BOTTLE WATER
SEALED SYSTEM SEALED SYSTEM
• Ujung CTT yang berasal dari  Terdiri dari botol WSD dan botol
pasien ditutupi oleh lapisan untuk menampung cairan
air yang memungkinkan  Proses drainase sama seperti pada
udara untuk keluar dari Single WSD, kecuali ketika
rongga pleura, tetapi drainase cairan pleura, botol
menghalangi udara untuk WSD tidak terpengaruh dengan
masuk kembali kedalam jumlah cairan yang keluar.
reongga dada.  Dipengaruhi oleh gravitasi atau
• Dipengaruhi oleh gravitasi jumlah suction yang ditambahkan
dan mekanisme pernafasan
3. THREE – BOTTLE WATER SEALED 4. PLEUR – EVAC WATER SEALED
SYSTEM SYSTEM

• There’s an addition of a 3rd bottle to  Is a three- chambered system


control the amount of suction applied
• The amount of suction is determined by that utilizes the same basic
the depth to which the tip of the principles as the classic three-
venting glass tube is submerged in the
water bottle system
• Drainage depends on the gravity or the
amount of suction applied , which is
controlled by the manometer bottle
• The mechanical suction motor / wall
suction creates and maintains a
negative pressure throughout the entire
closed drainage system
• Sarung tangan steril
• Povidone Iodine 10%
• Duk bolong

• Premedikasi: Lidocaine
2% (dosis max 3 - 4
mg/kgBB), analgetik

• Spuit 10 cc
• Bisturi No. 23
31
Klem Kelly
Klem Mayo
Hecting set : gunting,
benang, gunting Mayo,
needle holder, pinset.
Benang Silk # O (nol) dgn
cutting needle
Chest tube : Dewasa No.
28-32 Fr. Anak : No. 16,
20, 24 Fr.
Botol WSD

32
• Perkenalkan diri
• Informed consent
• Surat Ijin Operasi (SIO)
• O2 dan IV line
• Monitor Jantung
• Pasien dibaringkan dengan
sudut antara 30 sampai
60. Lengan pada sisi yang
akan dipasang ‘chest tube’
diangkat ke atas kepala
pasien.

33
 Tentukan daerah insersi tube.
Biasanya di anterior linea
mid aksilaris, pada ICS IV
atau V.
 Palpasi dan tentukan 1 iga
yang membatasi bagian Lateral border of
Pectoralis major
bawah tempat insersi.
Anterior
ICS
border m.
IV-V
Latissimus
dorsi

34
 Daerah yang akan diinsisi dan
sekitarnya di sterilkan dengan
cairan antiseptic (povidone
iodine).
 Kemudian ditutup dengan duk
bolong.
 Suntikkan anestesi lokal di
sekitar tempat yang akan
diinsisi. Bagian mid inferior
iga yang telah ditentukan,
permukaan iga, dan jaringan di
sebelah superior iga tersebut.

35
 Lakukan aspirasi terlebih
dahulu untuk melihat adanya
cairan atau isi rongga pleura -
> sitologi kultur
 Dengan bisturi dibuat insisi
horisontal sepanjang 2-3 cm
dengan berlandaskan pada
iga yang telah ditentukan,
sampai periosteum.

36
 Selanjutnya dilakukan diseksi
tumpul dengan klem menembus
fascia yang menutupi
m.intercosta dengan arah superior
dari costa, (untuk menghindari
pembuluh darah dan saraf yang
terletak di sisi inferior tiap costa.)
 Pastikan klem selalu menempel
dengan costa.

37
• Ketika klem berada tepat di tepi
superior costa, dengan posisi klem
tertutup, doronglah klem ke dalam
dada dengan tekanan yang cukup
sampai menembus pleura parietal.
• Setelah klem menembus rongga
pleura, isi rongga tersebut mungkin
mengalir keluar saat pasien
melakukan ekspirasi.
• Lebarkan lubang dengan membuka
klem.

38
• Masukkan jari telunjuk
operator untuk memperlebar
saluran yang baru dibuat.
• Kemudian lakukan eksplorasi
dengan menyapukan jari
mengelilingi lubang yang
telah dibuat untuk meyakinkan
bahwa rongga tersebut betul
rongga pleura serta
meyakinkan tidak adanya
adhesi/massa dalam rongga
pleura.
• Setelah eksplorasi jari telunjuk
tetap di dalam rongga sebagai
patokan penempatan tube.
• Tube dijepit dengan klem dengan
ujung tube menonjol, kemudian
dimasukan ke dalam rongga
pleura mengikuti jari.
• Klem dilepaskan, tube didorong
dengan arah cranio-postero-
lateral.
• Semua lubang yang ada di bagian
proksimal chest tube harus berada
di dalam rongga pleura.

40
 Perhatikan adanya ‘fogging’
pada chest tube saat
ekspirasi, atau dengarkan
adanya aliran udara.
 Untuk cairan, perhatikan
cairan yang mengalir dan
undulasi.
 Hubungkan chest tube
dengan botol WSD.
 Jahit chest tube ke kulit
dinding dada dengan benang
silk.
42
• Tutup luka insisi
dengan perban.
 Buat foto thorax PA untuk
mengecek posisi tube dan
meyakinkan paru-paru sudah
mengembang dan cairan
yang ada sudah terdrainase.
• Acute : • Late :
1. Reexpansion pulmonary 1. Bloked tube
edema 2. Empyema
2. Hemothorax 3. Pneumothorax after
3. Lung laceration removal
4. Diafragma/ abdominal 4. Infeksi
cavity penetration 5. Retained hemothorax
5. Subcutaneous emphysema
6. Pneumothorax
7. Nyeri
 Undulasi : + / -
Bila (++)  atelektasis/ incomplete re-expantion
Bila (-)  sumbatan / kinking

 Air bubble : pada pneumothorax


Bila ↑↑  air leak, fistula
Bila ↓  perbaikan/ kinking

 Produksi cairan :
Pada efusi pleura/ hematothorax  catat jumlah dan
jenisnya
• Paru- paru sudah mengembang (reekspansi) secara klinis
dan radiologis:
o Sesak (-) / RR <30

o Produksi cairan < 100cc/ 24 jam

(pada kasus efusi pleura/hematotoraks)


o Air bubble (-): pada kasus pneumothorax

o Rontgen thorax: tdk ada cairan/udara, paru-paru ekspansi

maksimal
• Selang CTT tersumbat dan tidak dapat diatasi dng spooling
 Waktu : kontroversi  Penutupan luka :
o 6 jam setelah ekspansi o Penjahitan model “U”

paru. o Kasa vaselin / kasa


o 48 jam setelah ekspansi adhesive
paru.
 Foto Roentgen 12-24 jam
 Pencabutan : setelah CTT dilepas melihat
o Akhir inspirasi reakumulasi cairan / udara.
o Akhir ekspirasi

o Manuver valsava

48

Anda mungkin juga menyukai