DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................ 3
Pasien datang dengan keluhan utama pembusukan pada kaki kiri.Error! Bookmark not defined.
BAB II ............................................................................................................................. 12
Pendahuluan .................................................................................................................... 12
Pembahasan ..................................................................................................................... 14
1
3.1 Definisi Amputasi ..................................................................................................... 14
2
BAB I
STATUS PASIEN
Umur : 6th
Pekerjaan :-
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
No. MR : 00.49.39.25
1.2 Anamnesis
2) Keluhan Tambahan: rewel, demam naik turun semenjak setelah operasi, nafsu
3) Riwayat Penyakit:
Pasien datang dengan keluhan kaki sebelah kiri mengalami pembusukan dan nyeri
di daerah sekitarnya. Awalnya kaki kiri pasien tertimpa sepeda motor. Keesokan
pemeriksaan radiologi (foto polos). Dan dirujuk ke dokter spesialis anak dan
3
membawa pasien ke alternatif. Di alternatif, kaki pasien dibalut dengan daun sirih,
telor dan kulit batang randu. Empat hari kemudian, pasien dibawa lagi ke
alternatif dalam keadaan kaki merah, pucat dan melepuh. Kemudian kaki dibalut
lagi dengan plastik, dan empat hari kemudian kaki menjadi merah dan kecoklatan.
Setelah itu, kaki dibalut lagi dengan plastik, dan lima hari kemudian kaki
rujuk ke RSAM. Pasien tiba di RSAM pada hari Jumat tanggal 17 Februari 2017.
Pasien menjalani operasi pertama (amputasi) pada tanggal 21 Februari 2017 dan
4) Riwayat Keluarga:-
e) Sistemkardiovaskular : tidakada
4
1.3 Status Present
Kulit : normal
1) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah :
Pernapasan : 28x/menit
Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,3 oC
Mata:
Telinga : normal
Hidung : normal
Tenggorokan : normal
5
Mulut : normal
Gigi : normal
3) Leher
4) Dada (thoraks)
taktil +
Perkusi : sonor
5) Abdomen
Perkusi : timpani
Inspeksi : simetris
6
Palpasi : nyeri tekan -
Perkusi :
Auskultasi :
7) Ekstremitas
Inferior :
10) Neurovaskular
Sensibilitas : normal
Look
7
Regio kruris telah mengalami nekrosis, tidak ada deformitas, tidak ada
Feel
Move
Hb : 11,3 g/dL
Hematokrit : 33 %
1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan kaki sebelah kiri mengalami pembusukan dan nyeri
di daerah sekitarnya. Awalnya kaki kiri pasien tertimpa sepeda motor. Namun,
alternatif. Di alternatif, kaki pasien dibalut dengan daun sirih, telor dan kulit
batang randu. Empat hari kemudian, pasien dibawa lagi ke alternatif dalam
8
keadaan kaki merah, pucat dan melepuh. Kemudian kaki dibalut lagi dengan
plastik, dan empat hari kemudian kaki menjadi merah dan kecoklatan. Setelah itu,
kaki dibalut lagi dengan plastik, dan lima hari kemudian kaki membusuk dengan
kemudian pasien di rujuk ke RSAM. Pasien tiba di RSAM pada hari Jumat
tanggal 17 Februari 2017, kemudian pasien dirawat selama 5 hari dan menjalani
operasi.
Nonfarmakologi
- Perawatan luka
- Operatif (amputasi)
Farmakologi
- PCT 3x250 mg
9
1.9 Pemeriksaan Penunjang
10
Gambar 2. Foto Pedis Sinistra (sebelum amputasi)
1.11 Prognosis
11
BAB II
Pendahuluan
mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dari tubuh. Amputasi yaitu
akibat trauma, infeksi, keganasan atau gangguan metabolisme, selain itu amputasi
juga bisa terjadi akibat kelainan kongenital. Prosedur ini juga diaplikasikan pada
kasus injuri serius yang tidak mungkin mengalami perbaikan (recovery), pada
kasus dimana hilangnya jaringan dengan kelainan vaskular dan pada kasus injuri
Amputasi ekstremitas yang sudah tidak berfungsi lagi merupakan langkah awal
aktivitas, dan butuh penanganan khusus secara sosial dan kondisi psikologisnya.
terkait.
Berdasarkan penelitian pada saat ini amputasi pada alat gerak bawah mencapai
85-90% dari seluruh amputasi dan amputasi bawah lutut (transtibial amputation)
Serikat data statistik menunjukan prevalensi amputasi yang bervariasi mulai dari
12
350.000-1 juta dengan insiden antara 20.000 sampai 30.000 per tahun. Terdapat
degeneratif seperti diabetes melitus dan penyakit pembuluh darah perifer lainnya
dengan usia puncak insiden amputasi yaitu 50-75 tahun. Pada kelompok usia
kongenital.
rehabilitatif terkait dan juga harus menilai hasil kemungkinan secara realistis
Bagi pasien untuk mencapai fungsi maksimal dari anggota tubuh yang tersisa,
mereka juga membutuhkan pemahaman yang jelas tentang apa yang diharapkan
kebutuhan medis dan prostetik jangka panjang. Perawat, prosthetists, terapis fisik
dan pekerjaan, dan kelompok grup sesama pasien amputasi dapat sangat berharga
13
BAB III
Pembahasan
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang berarti “pancung”. Amputasi adalah
penghilangan satu atau lebih bagian tubuh dan bisa sebagai akibat dari malapetaka
atau bencana alam, belum pernah terjadi sebelumnya, seperti kecelakaan, gempa
dengan intensitas kuat, terorisme dan perang, atau dilakukan karena alasan medis
dengan motif untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Tindakan
ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir apabila
masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau apabila kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh
yang lain.
3.2 Epidemiologi
113.379, dan biaya rumah sakit rata-rata untuk prosedur ini meningkat 38% dari $
24.332 untuk $ 33.562. Hampir dua pertiga dari amputasi dilakukan pada individu
dengan diabetes.
14
3.3 Penyebab/Predisposisi Amputasi
Penyakit vaskular perifer adalah penyebab utama amputasi pada individu non
diabetes dan memberikan kontribusi sekitar setengah dari semua amputasi pada
individu dengan diabetes. Lebih dari 60 % dari amputasi tungkai bawah non
melitus, dan meningkat enam hingga sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan orang
1) Efek lahir (kongenital) sekitar 5% dengan mayoritas tampak pada usia dari
2) Penyakit oklusi arterial sekitar 60% , yang sering dihubungkan dengan diabetes
melitus dengan insidensi pada usia sekitar 60-7 tahun dan 90%nya melibatkan
ekstremitas inferior (5% partial foot dan ankle amputation, 50% below knee
3) Trauma, sekitar 30% , paling sering terjadi pada usia 17-55 tahun (71% pria )
5) Fraktur multipel organ tubuh dan kehancuran jaringan kulit yang tidak
mungkin diperbaiki
6) Infeksi berat yang beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh yang lain
15
3.4 Jenis-jenis amputasi
a. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
c. Amputasi darurat
a. Amputasi sementara
terjadi. Alat gerak diamputasi sedistal mungkin, kemudian dibuat flap kulit
Amputasi ini dilakukan jika kemudian akan diberikan beban berat badan pada
ujung stump. Pada keadaan ini parut amputasi tidak boleh terletak diujung
16
stump dan tulang harus padat tidak berongga. Untuk itu tulang harus dipotong
anggota gerak atas dan kebanyakan amputasi anggota gerak bawah termasuk
dalam jenis ini. Karena beban berat badan tidak akan ditumpukan pada ujung
Berdasarkan teknik yang dipakai secara garis besar amputasi dibagi atas :
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi terbuka
dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang atau infeksi berat antara
lain gangren, dibuat sayatan dikulit secara sirkuler sedangkan otot dipotong
sedikit proksimal dari sayatan kulit dan digergaji sedikit proksimal dari otot.
Ujung stump tidak ditutup dengan flap kulit dan amputasi ini dilakukan sebagai
resiko terbukanya kembali jahitan. Indikasinya adalah bagi luka yang terinfeksi
17
Open amputation terbagi dua jenis, yaitu open amputation with inverted skin
flaps dan circular open amputation. Pada jenis yang pertama penutupan luka
Pada jenis kedua penyembuhan luka sering lama dan dipengaruhi oleh tarikan
kulit terus menerus diujung stump yang cenderung menarik seluruh jaringan ke
ujung stump. Circular open amputation juga diikuti oleh pembentukan parut
menghindari penyembuhan yang lama dan letak parut yang tidak baik, circular
18
2. Amputasi Tertutup (Closed Amputation)
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang
protese ( mungkin ) pada amputasi jenis ini, ujung stum ditutup dengan flap
dibiarkan selama 48-72 jam setelah operaasi. Ujung stump akan memiliki
bentuk yang lebih baik dengan letak parut yang diatur tidak pada ujung stump
19
dilakukan pada keadaan yang tidak disertai infeksi berat dengan kerusakan
hampir 90% dari seluruh amputasi. Penyebab lainnya adalah trauma parah,
yang potensial lethal dan crush injury. Pada crush injury pelepasan torniquet
atau penekanan lain akan berakibat pada kegagalan ginjal (crush syndrome).
lebih buruk daripada tidak mempunyai anggota gerak sama sekali. Hal ini
mungkin dapat disebabkan oleh nyeri, malformasi berat, sepsis berulang atau
sensasi khususnya merupakan masalah yang berat dan pada alat gerak bawah
ektremitas yang terluka. Adapun evaluasi yang dilakukan ialah sebagai berikut:
20
Dimana poin kurang dari 7 menandakan bahwa ekstremitas dapat dipertahankan
21
3.6 Prinsip Teknik Amputasi
Torniquet selalu digunakan kecuali jika terdapat insufisiensi arterial. Flap kulit
dengan 1,5 x lebar anggota gerak pada level amputasi. Sebagai suatu ketetapan,
flap anterior dan posterior dengan panjang yang sama dipakai untuk amputasi
pada anggota gerak atas dan amputasi transfemoral (above knee), untuk
Otot dipotong distal dari tempat pemotongan tulang, kelompok otot yang saling
(myoplasty) sehingga memberikan kontrol otot yang lebih baik dan juga
sirkulasi yang lebih baik. Saraf dipotong proksimal dari tempat pemotongan
tulang. Harus benar-benar diperhatikan agar ujung saraf yang terpotong tidak
Tulang dipotong pada tempat yang telah ditentukan. Pada amputasi transtibial
bagian depan tibia biasanya dibuat serong dan dikikir agar terbentuk tepi yang
utama diikat, dan setiap sumber perdarahan diikat dengan baik. Pada closed
amputation kulit dijahit tanpa tegangan, drain dipasang dan kemudian stump
stump dan menciptakan bentuk ujung yang konikal. Otot-otot harus tetap
22
dilatih, sendi tetap dijaga agar bergerak dan pasien diajarkan untuk
menggunakan prosthesisnya.
mungkin dan fungsi yang paling baik. Batas amputasi ditentukan oleh luas dan
jenis penyakit. Batas amputasi pada cedera ditentukan oleh peredaran darah
yang adekuat. Batas amputasi pada tumor maligna ditentukan oleh daerah
bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal. Sedangkan pada penyakit
sembuh luka sisa tungkai (puntung). Amputasi dilakukan pada titik paling
Penentuan level yang optimum untuk amputasi secara akurat sulit dilakukan
selain dilakukan secara klinis dan pada saat operasi juga diperkuat dengan
Doppler dan teknik lainnya, penentuan aliran darah ke kulit yang diukur oleh
23
Level amputasi ditentukan 2 faktor:
24
Level Amputasi Ekstremitas Atas dan Bawah
25
26
a. Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini
b. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-
amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak
amputasi yaitu :
Amputasi bawah lutut secara statistik merupakan jenis amputasi yang paling
sering dilakukan pada alat gerak bawah. Ada 2 metode pada amputasi jenis ini
yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb. Luka amputasi
pada level ini akan sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan
penyembuhan dari daerah yang iskemi. Sisi pemotongan adalah level dimana
sembuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang baik terhadap prostetik.
27
Titik optimum untuk amputasi adalah 14 cm dari tibial plateau, fibula
dipotong 2 cm proksimal dari ini. Beri tanda insisi, dengan flap anterior
berakhir tepat distal dari garis pemotongan tulang pada tibia dan flap posterior
meluas ke bawah sampai tendon Achilles. Buat insisi sepanjang garis yang
telah diberi tanda. Di posterior potong tendon Achilles dan perdalam insisi
untuk memotong sisa otot dan tendon sampai tulang. Potong otot ke dalam
sampai melintasi bagian depan. Fibula dipotong miring dengan gergaji Gigli,
kemudian belah tibia 2 cm distal dari ini. Bersihkan otot dari tulang dengan
diagonal kemudian potong tegak lurus tibia. Bentuk sudut pada ujung bawah
tibia ke arah atas dan pisahkan massa otot dari aspek posteriornya. Ikat
rangkap semua pembuluh darah dan potong setiap saraf yang tegang. Lepas
tulang dan dijahit ke flap anterior. Flap posterior mungkin perlu dikurangi
dengan eksisi jaringan otot. Tempatkan benang serap di antara otot di bagian
bawah otot. Satukan pinggir kulit dengan jahitan putus benang non-serap 2/0.
Pangkas sudut-sudut flap posterior jika perlu agar bentuknya rapi. Tutup
penyakit vaskuler perifer. Tempat terbaik untuk membagi femur adalah 8-10
28
yang harus membuat flap anterior maupun flap posterior memiliki panjang
sama atau yang anterior sedikit lebih panjang. Bagi kulit dan jaringan
pada anggota gerak yang iskemik namun bisa terjadi perdarahan hebat pada
anggota gerak yang septik. Ikat semua vena dengan menggunakan jarum serap
Sebelum memotong saraf, beri tegangan pada saraf sehingga saraf tertarik ke
dalam puntung pada amputasi. Jika amputasi dilakukan pada tingkat yang
lebih tinggi, nervus sciaticus bisa dijumpai. Nervus sciaticus diikuti oleh arteri
yang harus didiseksi secara terpisah dan diikat sebelum saraf dipotong.
Setelah memotong semua otot di sekeliling femur, ikat pembuluh yang tinggal
dan hindari pemakaian diatermi. Periksa titik amputasi yang tepat dari femur
dan kerok periosteum dari tulang di daerah ini. Otot-otot paha harus diretraksi
gergaji. Ini bisa dilakukan dengan bantuan beberapa pembalut abdomen atau
29
Gunakan kikir untuk menghaluskan pinggir femur, kemudian bawa otot-otot
benang serap ukuran 1. Pasang suction drain Insisi kulit Titik pemotongan
tulang di bawah lapisan otot. Tempatkan jahitan lapis kedua yang lebih
superfisial dalam otot dan jaringan subkutan karena ini akan membantu
mendekatkan flap kulit. Jahit pinggir kulit dengan beberapa jahitan putus
dengan benang non serap 2/0. Hindari memetik pinggir kulit dengan forsep
bergigi. Tutup puntung dengan kasa dan kapas dan balut dengan crepe
bandage.
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.
a. Rigid dressing
luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun
30
untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia,
dan prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan
operasi untuk melihat luka operasi atau bila ditemukan cast yang kendor atau
buatan. Kaus kaki steril dipasang pada sisi anggota. Bantalan dipasang pada
daerah peka tekanan. Puntung kemudian dibalut dengan balutan gips elastis
balutan rigid ini digunakan sebagai cara membuat socket untuk pengukuran
klien. Gips diganti dalam sekitar sepuluh sampai empat belas hari. Bila ada
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat, atau gips yang mulai longgar harus segera
diganti
b. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut
steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang
31
menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan
pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya
luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan
sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk
tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
a. Perawatan luka pada umumnya dan penggunaan balutan yang halus akan
3.10 Komplikasi
32
a. Komplikasi dini meliputi:
1. Hemostasis
terlalu tegang, atau (pada amputasi below knee) disebabkan oleh tibia yang
3. Infeksi
Infeksi paling sering terjadi pada penyakit vaskular perifer, terutama pasien
diabetes, dibandingkan sekunder dari tumor dan trauma. Seluruh luka yang
hasil kultur. Smith dan Burgess menjelaskan suatu metode yaitu menutup
33
berkelanjutan, sambil mempertahankan flap yang adequat pada distal tulang
yang ditutup.
b. Komplikasi Lanjut
Komplikasi lanjut dapat terjadi pada kulit, otot, arteri, saraf, sendi, dan tulang.
1. Kulit
Pada kulit komplikasi yang sering terjadi adalah eksim yang disertai
untuk tidak memakai prothesis untuk sementara. Ulkus biasanya terjadi karena
sirkulasi yang tidak baik, dan untuk itu diperlukan amputasi pada level yang
lebih tinggi. Jika sirkulasi baik dan kulit disekitar ulkus sehat, maka eksisi 2,5
cukup memadai.
satu kali sehari. Stump sebaiknya dicuci dengan bersih dan dikeringkan
34
Beberapa masalah kulit yang dapat terjadi seperti dermatitis kontak, ketika
2. Otot
Jika terlalu banyak otot yang disisakan diujung stump, efek bantalan yang tidak
3. Suplai darah
Sirkulasi yang tidak baik akan menyebabkan stump yang dingin dan kebiruan
yang mudah membentuk ulkus. Masalah seperti ini sering terjadi pada
4. Saraf
epidural dan fasikulus saraf sepanjang 5 cm. Dan kemudian ditutup dengan
perekat jaringan sintesis atau ditanam kedalam otot atau tulang jauh dari titik
5. Phantom limb
sensasi tersebut akan berkurang dan menghilang. Phantom limb yang terasa
35
nyeri akan sulit ditanagani. Menekuk-nekuk ujung limb secara intermiten dapat
dilakukan untuk mengatasi gangguan phantom limb dan nyeri karena neuroma.
6. Sendi
Sendi diatas level amputasi mungkin akan kaku atau mengalami deformitas.
Deformitas yang sering terjadi adalah fixed flexion atau fixed abduction pada
sendi panggul karena amputasi above knee (disebabkan otot adduktor dan
subtrokanterik mungkin diperlukan. Fixed flexion pada lutut juga dapat akan
7. Tulang
Spur sering terbentuk diujung tulang, tetapi biasanya tidak nyeri. Jika terdapat
infeksi spur mungkin akan berukuran besar dan nyeri sehingga mungkin
diperlukan eksisi ujung tulang bersamaan spur. Jika tulang akan menyebabkan
fraktur. Fraktur seperti ini paling baik ditangani dengan fiksasi interna.
36
BAB III
KESIMPULAN
bervariasi, tergantung dari bagian alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan
yang jelas tentang operasi amputasi itu sendiri, penggunaan prostetik post
operatif, rehabilitasi amputasi dan jenis prostetiknya, untuk itu dibutuhkan suatu
37
DAFTAR PUSTAKA
Effort
Surgery
Demet, K., Martinet, N., Guillemin, F., Paysant, J., & Andre, J. M. (2003). Health
related quality of life and related factors in 539 persons with amputation of
Glass, H., Vincent, L., Douglas, B., & Albert, E. (2004). Influenza of
4(3):55-60
Lipsky, B. A., Weigelt, J. A., Sun, X., & Johannes, R. (2011). Developing and
Sjamsuhidajat R, Jong W D. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. 2008: Jakarta; EGC.
38
Syaifuddin M. 2016. Hubungan panjang puntung dan indeks massa tubuh dengan
Momentum. 2(12):13-6
lower extremity major amputation in individuals with and without diabetes and
39