Anda di halaman 1dari 96

METODE OPERASI

SUMBING
DENGAN FOTO DAN ILUSTRASI
DITULIS OLEH:

GENTUR SUDJATMIKO, NANDITA MELATI PUTRI, FORY


FORTUNA, M. RACHADIAN RAMADAN

DITERBITKAN OLEH:

EDISI KEDUA SEPTEMBER 2015


METODE OPERASI SUMBING
DENGAN FOTO DAN ILUSTRASI

LINGKAR STUDI BEDAH PLASTIK PRESS (LSBP PRESS), ALAMAT: GEDUNG


PASCASARJANA OPTO ELEKTRONIKA FAK. TEKNIK, JALAN SALEMBA NO. 4, JAKARTA,
INDONESIA, 10430. TELEPON: 081290346790, I N S TA G R A M :
LINGKARSTUDIBEDAHPLATIK, TWITTER: @LSBPINDONESIA, LINE: LSBPINDONESIA,
EMAIL: LSBPINDONESIA@GMAIL.COM
KUNJUNGI WEBSITE KAMI: WWW .LINGKARSTUDIBEDAHPLASTIK.COM

PENULIS :
GENTUR SUDJATMIKO
NANDITA MELATI PUTRI
FORY FORTUNA
M. RACHADIAN RAMADAN

EDISI PERTAMA!!!: APRIL 2013


EDISI KEDUA!!!!!!!!!!!: SEPTEMBER 2015

ISI DARI BUKU INI ADALAH MILIK DAN HAK CIPTA DARI PENERBIT YAYASAN LINGKAR
STUDI BEDAH PLASTIK/LINGKAR STUDI BEDAH PLASTIK PRESS DAN DILINDUNGI OLEH
UNDANG-UNDANG. DILARANG MEMPERBANYAK ATAU MENGCOPY SEBAGIAN ATAU
SELURUH ISI DARI BUKU INI TANPA IZIN TERTULIS DARI PENERBIT.

COPYRIGHT ©2015 YAYASAN LINGKAR STUDI BEDAH PLASTIK

DICETAK DI INDONESIA

5.3 INCI X 8.26 INCI


100 HALAMAN

ISBN: 978-602-17811-8-0
Daftar Isi
Pendahuluan iii

Bab 1 - Manajemen bibir dan langit-langit sumbing 1


sesuai umur

Bab 2 - Bibir Sumbing 5

Anatomi bibir normal 6

Instrumen bedah plastik untuk operasi bibir 7

Bibir sumbing komplit unilateral 8

Bibir sumbing inkomplit unilateral 25

Bibir sumbing bilateral 30

Komplikasi yang dapat terjadi 48

Bab 3 - Langit-langit Sumbing 49

Anatomi sumbing langit-langit 50

Instrumen pembedahan palatoplasti 51

Palatoplasti pada sumbing unilateral 52

Two flap palatoplasty oleh penulis 54

Palatoplasti pada palatoskisis inkomplit 67

Palatoplasti pada palatoskisis bilateral 71

Komplikasi dan mengatasi penyebab 75


Bab 4 - Hasil Cheiloplasty 76

Bab 5 - Rhinoplasty 79

Semi-open rhinoplasty 80

Nose retainer 86

Bab 6 - Manajemen pasca bedah 87

Instruksi pasca labioplasti 88

Instruksi pasca palatoplasti 89

Bab 7 - Tips Penulis 91

Bab 8 - Daftar Pustaka 92


Pendahuluan
Bismillahir rohmanir rohim
Assalamualaikum. Wr. Wb
Semoga keselamatan, kasih sayang dan keberkahan dilimpahkan pada anda
semua.

Sumbing merupakan kelainan tersering di Indonesia, dengan angka kejadian 2,4‰


berdasarkan RISKEDAS (Riset Kesehatan Dasar 2007) Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Pelayanan dan penelitian tentang
sumbing telah meningkat baik di RS ataupun dalam bakti sosial. Walaupun begitu kita
masih memerlukan energi besar untuk menanggulangi kasus yang tidak ada habis-habisnya
ini.

Spesialis bedah plastik berusaha menolong pasien sumbing dengan meningkatkan jumlah
spesialis maupun aktivitas, bahkan pembuatan yayasan, serta buku pedoman yang praktis
yang diharapkan dapat mempermudah tercapainya hasil operasi jangka panjang yang terus
membaik.

Penulis mengajak para pengelola anak-anak sumbing untuk terus mengembangkan metode
yang paling cocok dengan kebutuhan masyarakat yang terkait (relevan), sehingga dapat
ditemukan cara-cara yang cocok dengan kondisi Indonesia, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Paling baik dan alami dalam menyiapkan pasien adalah yang
diubah dengan perlahan dan dijaga agar sesuai dengan perkembangan anak, misalnya
dengan NAM lalu dilanjutkan dengan nose retainer. Namun pada kenyataannya hal ini
masih sulit dicapai untuk seluruh masyarakat kita. Penulis dan kawan-kawan telah
menemukan satu metode yang agaknya lebih sesuai dan cepat penyembuhannya, yaitu
pada palatoplasti dengan tidak mengangkat seluruh periosteum kemudian menggunakan
tampon yang berisi madu untuk mempercepat epitelisasi hingga 3 x lebih cepat daripada
metode konvensional.

Edisi Bahasa Indonesia ini dimaksudkan untuk melengkapi edisi Bahasa Inggris yang telah
terbit 2 tahun sebelumnya, sekaligus memperbaiki beberapa tulisan yang telah
dikembangkan kemudian khususnya untuk cheiloplasty dengan celah lebar.

Semoga pedoman ringkas ini bermanfaat bagi para pengguna maupun pasien yang
menerima pelayanan.

GENTUR SUDJATMIKO

iii
iv
BAB 1

Manajemen Bibir dan


Langit-langit Sumbing
Sesuai Umur.
Sumbing adalah kelainan kongenital yang dapat dikoreksi dan diperbaiki. Pasien
dengan kondisi sumbing memiliki beberapa keterbatasan baik dari bentuk anatomi
wajah, makan/minum, bicara dan yang paling penting adalah tampilan estetik yang
berkaitan dengan psikososial dan rasa percaya diri pada kehidupan mereka di
kemudian hari. Tidak hanya itu, kebanyakan pasien berasal dari latar belakang
sosial ekonomi rendah dan mereka berusaha keras untuk memperoleh biaya operasi
dan terapi, tetapi banyak yang belum berhasil.

Idealnya, pasien di terapi oleh tim multidisiplin yang terdiri atas bedah plastik,
dokter gigi, ortodontis, THT, psikolog dan terapis bicara. Demikian pula dibutuhkan
perhatian dan dukungan dari keluarga semenjak lahir hingga pasien melewati umur
pertumbuhan wajahnya, yaitu 16 tahun. Pasien yang diterapi dengan baik dapat
memperoleh hasil yang baik layaknya orang normal, bentuk, penampakannya,
fungsi serta pertumbuhan wajahnya.

1
UMUR TATALAKSANA TUJUAN SPESIALIS

Deteksi dini, Multidisiplin:


Prenatal imaging (USG),
PRANATAL mengatasi tekanan Kandungan,
diagnosis, konseling
psikologis pada Anak,dan
pasien dan keluarga. Psikolog.

Mengatasi masalah
Multidisiplin:
nutrisi, sehingga
BAYI BARU Bedah Plastik,
Diagnosis dan konseling pasien siap untuk
LAHIR THT, Anak dan
operasi pertama pada
spesialis lain
umur 3 bulan atau 10
terkait
minggu.

MINGGU
Membentuk kurva
PERTAMA Bisa menggunakan plester untuk dr.Keluarga,
alveolar dan
HINGGA mendekatkan celah, bahkan: nam Bedah Plastik,
mereduksi jarak
MENJELANG (nasoalveolar molding) Pedodontist,
sumbing diantara
OPERASI Orthodontist
bibir.

Cheiloplasty:
- Umur > 10 minggu/3 bulan
- Hb > 8-10 g/dl
- Berat Badan > 5 kg
3 BULAN - (Oksigenasi jaringan yang Mengoperasi cacat Bedah Plastik
dioperasi memadai, jaringan bibir dan hidung.
cukup besar, gizi memadai,
daya tahan sudah dapat
diproduksi)

2
UMUR TATALAKSANA TUJUAN SPESIALIS

1. Palatoplasti (bila lebar


defek diperkirakan bisa Menutup celah
ditutup oleh flap palatum dan Bedah Plastik,
12 -24 BULAN
mukoperiosteal) mengatasi Speech Therapist
2. Speech therapy ; 2-3 bulan masalah
pasca bedah (saat parut gangguan bicara.
operasi mulai lemas)

Evaluasi vokal dan fonasi


untuk menentukan apakah Terapi
terdapat velopharyngeal konservatif :
insuficiency (VPI). Speech therapist
Menggunakan
3 – 48 BULAN nasopharyngoendoscopy (NPS) Mengatasi Evaluasi:
untuk menentukan derajat VPI masalah Rehab Medik
untuk menentukan manajemen velopharingeal
terapi konservatif dengan Terapi
speech pathologist atau Pembedahan :
intervensi bedah dengan furlow Bedah Plastik
palatoplasty, pharyngeal flap dan
sphyngter pharyngoplasty.

Penghalusan dan tambahan


Memperbaiki
UMUR PRA tindakan bila diperlukan
hasil Bedah Plastik
SEKOLAH menjelang aktivitas sosial di
penampakan
masyarakat, agar tidak
mengalami trauma psikis

3
UMUR TATALAKSANA TUJUAN SPECIALIST

Anak (tumbuh
USIA Jika terdapat masalah Mengatasi masalah
kembang) dan
SEKOLAH psikologis menetap, psikologis pada usia
Psikolog
konsultasi psikolog. perkembangan.

- Menyatukan dan
Alveolar bone graft menutup celah
Bila kaninus siap erupsi, alveolar sebagai
UMUR 7-9 Bedah Plastik
yang nampak pada foto tempat pertumbuhan
dan Pedodontis
rontgen gigi. gigi permanen.
- Perawatan gigi dan
oral hygiene.

Orthodontist
Mengatur gigi untuk oklusi,
UMUR 9 – 16 Terapi Orthodontic dan permanen, pemakaian Prosthodontist
Prosthodontic gigi palsu bila untuk
diperlukan. gigi palsu

Bedah Plastik
Mengatasi struktur
yang
USIA 16 - Bedah Orthognatic (contoh: wajah pada bagian
mendalami
DEWASA Osteotomi Le fort I) tengah dan hipoplasi
kraniofasial
maksilla.

4
BAB 2

Variasi Bibir Sumbing/


 
Labioschizis Yang
Umum Dijumpai
Bibir sumbing (labioschizis) merupakan kelainan kongenital berupa celah pada bibir
atas antara mulut dan hidung. Kondisi ini dapat berupa celah kecil pada sisi
vermillion ke sisi salah satu celah atau celah pada 2 sisi sumbing dari bibir hingga
mulut. Sebagaimana dapat kita lihat pada Gambar 2.1 .

Gambar 2.1 Beberapa tipe bibir sumbing: (kiri atas) unilateral kiri
inkomplit, (kanan atas) unilateral kiri komplit, (bawah) bilateral komplit

5
BAGIAN I

Anatomi Bibir Normal

Gambar 2.2 Anatomi otot bibir normal

6
BAGIAN 2

Instrumen Bedah Plastik


untuk Operasi Bibir
Caliper Needle Holder Bubuk Gentian Violet + Alkohol

1 cc Syringe
! Cairan Antiseptik

Kassa Steril

Blade Holder No. 3


dengan blade no 15.
tusuk gigi steril

Adson Chirrurgic Forcep Single Hook

Mosquito Clamp

Adson Anatomic Forceps

Iris Scissor !
Thread Scissor

Gambar 2.3 Instrumen yang diigunakan untuk prosedur cheiloplasty

Gambar 2.3 Instrumen yang digunakan untuk prosedur cheiloplasty

7
BAGIAN 3

Bibir Sumbing Komplit


Unilateral
5

3
4 1
2

3
2 1

Gambar 2.4. Ilustrasi sumbing bibir unilateral komplit (kiri) dan foto pasien
(kanan).

Masalah Umum :
1. Ada celah/gap
2. Point/titik 3 harus dibuat (berada di arah kranial white line) sehingga harus
disimetriskan dengan titik 2 (sisi sehat) dengan cara merotasi ke kaudal.

Anatomi Deformitas pada Bibir Sumbing


1. Defek bibir (celah yang sering ditemukan lebar)
2. Vermillion dan bentuk Cupid Bow tidak simetris
3. Philtrum collumn tidak terbentuk simetris
4. Arah otot yang tidak normal
5. Bentuk hidung tidak simetris (cleft lip nose)
Tujuan Pembedahan :
1. Pada Bibir : Merotasi cupid bow, mengatur titik 3 menjadi selevel dengan titik 2
dan kemudian menarik soft tissue dari lateral untuk mengisi celah (mencapai
posisi simetris).
2. Pada Hidung : Untuk mengatur kartilago alae nasi, nostrils dan kulit yang
menutupi, agar bentuk hidung simetris.

8
URUTAN DISAIN TITIK DAN GARIS OPERASI BIBIR SUMBING KOMPLIT UNILATERAL

8 .. 5
8’
C
EBS
D

Gambar 2.5 Ilustrasi disain operasi bibir sumbing komplit unilateral.


Garis merah : garis insisi
Titik 1! ! : Titik terendah cupid bow pada bagian tengah filtrum.
Garis biru : garis patokan anatomis
Titik 2 ! ! : Titik tertinggi cupid bow pada sisi normal.
Titik 3 !! : Proyeksi titik tertinggi cupid bow kontralateral. (1-2 = 1-3)
EBS! : Eksisi bulan sabit (bila
Titik 4 !! : Titik untuk membuat garis insisi menurunkan titik 3.
diperlukan, agar dapat mengatur letak alar
Titik 3-4 ! : Garis yang dibuat sejajar dengan garis 1-2. base sisi cleft simetris dengan sisi sehat)
(Panjangnya biasanya 3 mm. Pada kasus tertentu titik 1 harus diturunkan agar lebih rendah dari titik 2,
sehingga panjang titik 3-4 dapat melebihi 3 mm dan/atau melebihi garis tengah kolumela)
Titik 3‘ ! ! : Proyeksi titik 3 cupid bow sisi sumbing pada flap B. Ditentukan dari titik 5’ sehingga
5’-3’ sama panjang dengan titik 5-2.
Titik 3’-4’ = 3’-3” = 3-4 : Merupakan design titik-titik untuk membuat garis sisi segitiga.
Titik 5 ! : bagian tengah kolumela
Titik 5‘! ! : Proyeksi titik 5 pada flap B. Biasanya 5mm diluar batas garis bulu hidung. Dapat juga
ditentukan dengan mengukur dan mengestimasi kulit dari sisi sumbing ke medial. (Gambar 2.6)
Titik 6-6‘ ! : Commisura oris.
Titik 2-7 ! : Garis yang menghubungkan titik 2 ke titik 7, tegak lurus garis batas kering basah
bibir (garis biru putus-putus).
Titik 7 ! ! : Titik pada garis basah bibir proyeksi garis lurus dari pertemuan tegak lurus titik 2
dengan batas kering basah bibir. (garis biru putus-putus)
Titik 7’! ! : Merupakan proyeksi titik 7 yang ditentukan dari titik 3. Sehingga 3-7’ sama panjang
dengan 2-7. (2-7=3-7’=3’-7”)
Titik 8! ! : Titik tertinggi ridge filtrum sisi normal.
Ringkasan :
Titik 8’! ! : Titik tertinggi ridge filtrum sisi sumbing.
1. Menurunkan titik 3 agar selevel titik 2 dengan
Flap A ! ! : Flap medial sisi normal cara sayatan rotasi dan sayatan titik 3 ke 4
Flap B ! ! : Flap pada sisi sumbing/flap lateral 2. Menutup celah dengan memajukan flap B untuk
bertemu flap A
Flap C ! ! : Flap untuk membentuk nasal base 3. Mengatasi kekurangan jaringan sisi oral
Flap D! ! : Bagian dari sisi lateral alar base untuk sekaligus untuk dasar hidung : dengan flap D
menambah kekurangan jaringan yang akan dipertemukan dengan flap C

9
Gambar 2.6 Titik 5
ditentukan dengan
mendekatkan bagian
atas celah bibir ke
medial untuk
mengukur dan
memastikan celah
antara titik 5-5’
sehingga jaringan
cukup untuk
.
5
garis
batas
bulu

membentuk dasar
hidung baru.

Kasus pada Gambar 2.6 ini menunjukkan celah dengan mudah dapat ditutup.
Sehingga titik 5’ tidak perlu diletakkan terlalu kebawah ke arah komisura. Pada celah
lebar yang tidak sempat didekatkan dengan plester atau NKM, diperlukan strategi
mengatasi kurangnya jaringan donor hidung sisi cleft dengan melebarkan titik 5’ +- 5
mm ke arah komisura labialis.

10
Gambar 2.7 Disain operasi pada pasien sumbing bibir tanpa persiapan NAM.

TIPS

Disain eksisi bulan sabit (EBS) dibuat agar posisi alar based tidak tertarik
terlalu banyak ke medial, saat menautkan titik 5’ ke 5. Hal ini untuk mengatasi
problem jauhnya gap.

11
Gambar 2.8 Menentukan lebar vermillion pada masing-
masing sisi menggunakan tusuk gigi kayu (sebagai
pulpen) pada kedua sisi dan sebagai alat ukur yang
mudah disterilkan.

12
PRINSIP FLAP SEGITIGA
Garis proyeksi interkantus digunakan untuk mengukur perbedaan level titik 2 dan
titik 3. Tapi garis insisi untuk 3-4 dibuat sejajar garis 1-2.
Kegunaan flap segitiga adalah untuk menurunkan titik 3 sehingga selevel dengan
titik 2, agar dicapai bentuk cupid bow yang simetris.
Manuver ini dibuat karena flap rotasi saja sering tidak cukup untuk menurunkan
titik 3.

Flap rotasional
Titik insisi yang akan
Garis biru putus-putus dibuat sejajar dibuat menuju titik 4
dengan garis interkantus untuk mengukur
perbedaan level titik 2 dan titik 3.

3
Rotasi ke bawah

Diisi flap dari sisi lateral

satu level

Gambar 2.9 Salah satu prinsip cheiloplasty penulis adalah menurunkan


titik 3 hingga selevel dengan titik 2 dan memastikan titik 1 berada dibawah
kedua titik tersebut.

13
Insisi dan Diseksi Yang
Presisi
Gunakan vasokonstriktor!
Infiltrasi obat anestesi + vasokonstriktor pada titik-titik disain dapat membuat
membentuk tatoo. Tunggu 3 - 5 menit hingga jaringan tampak pucat,

TIPS

Untuk menghindari
disorientasi jaringan, obat
anestesi diinjeksikan sedikit
saja,memakai spuit insulin 1 cc

Gambar 2.10 Infiltrasi anestesi 


(atas). Tentukan landmark
sekaligus tatoo infiltrasi anestesi
(kanan).

Infiltrasi obat anestesi dan vasokonstriktor pada area insisi, berguna untuk
mengurangi perdarahan dan menandai titik yang penting agar tidak mudah
terhapus.

14
1. Memulai Insisi

Gambar 2.11 Memulai insisi

TIPS

Posisi pisau menghadap oral


(menjauhi operator) sehingga
lapangan insisi mudah terlihat
tanpa tertutupi tangan
operator. Hal ini juga berguna
untuk menghindari kerusakan
pada jaringan hidung.

Mulai insisi dengan blade no.15 dari kulit hingga otot, tapi jangan terlalu dalam hingga
lapisan mukosa. Jaringan mukosa yang berlebih dibuang belakangan untuk
mengantisipasi insufisiensi jaringan.

Insisi dimulai dari sisi medial untuk menentukan bentuk flap (yang akan diisi flap)
celah dari sisi lateral. Dalam menyayat flap segitiga, harus sampai dengan mukosanya
agar vermillion tidak terlipat ke dalam.

15
2. Diseksi Otot Secara Tajam

alar
TIPS facial
groove
ke titik 5’
diinsisi
Saat hemostasis, hingga
gunakan kauter subkutis
kekuatan kecil
saja
(15-20) untuk
menghindari
k e r u s a k a n

Gambar 2.12 Diseksi otot orbicularis oris

Otot orbicularis oris dilakukan diseksi dan dipisahkan secara tajam dari kulit dan sisi
lateral flap. Alat hemostasis digunakan hanya bila terdapat perdarahan yang
memancur.

16
3. Memasang Jahitan Kendali

Gambar 2.13 Jahitan kendali


untuk mengatur mobilisasi
 
jaringan maupun jahitan.

Pasang jahitan kendali pada otot dan bagian dari dermis pada white-skin roll
menggunakan benang nylon 5.0. Metode ini dilakukan untuk menentukan apakah
insisi cukup adekuat untuk merotasi titik 3 selevel dengan titik 2 dan membantu
untuk mencari pasangan jaringan saat menjahit otot dan mukosa.

17
4. Menjahit Mukosa
 

Gambar 2.14 Menjahit mukosa dengan bantuan jahitan kendali.

Menjahit mukosa dimulai dari sisi nasal ke oral, kemudian dilanjutkan dengan
menjahit flap C dengan dasar Ala Nasi untuk membentuk dasar hidung. Jahitan
pada dasar hidung mengatur ukuran nostril dan menghindari flap B yang kelak
bergeser lagi ke lateral sebelum maturasi tercapai.

Menjahit nasal base dengan teknik jahitan intradermal. Ini


berguna untuk menghindari sulitnya mengangkat jahitan pada
TIPS area tersebut. Gunakan materi jahitan yang diserap lama atau
bahkan yang tidak diserap.

18
5. Jahit Flap Dasar Hidung D dengan Flap C

D
C

Gambar 2.15 Menjahit flap dasar hidung

Teknik Menjahit Flap Dasar Hidung (alar base):


1. Diseksi secara tajam alae nasi agar semua jaringan otot yang mengarah ke kranial
dapat diubah ke arah transversal dan tersisa kulit lentur untuk membuat dasar
hidung bersama flap C.

2. Atur jahitan agar besar nostril sama dengan sisi sehat

3. Ujung flap dasar hidung dijahit dengan simpul dalam pada sisi nasal flap C.

Bagi penulis flap dasar hidung ini penting untuk


TIPS membentuk dasar hidung yang baik dan mengatasi celah
yang lebar pada bibir sumbing ini.

19
  6. Menjahit Otot
Teknik Menjahit Otot:
1. Traksi jahitan kendali dengan
hati-hati ke arah kaudal ketika
menjahit otot. (Gambar 2.16)

 
2. Diseksi alar base sisi sumbing
bagian lateral secara tajam
agar jaringan lebih loose
arah
menggunting sehingga mudah di tarik ke
otot
medial (Gambar 2.17).

3. Dibutuhkan minimal 3 jahitan


pada otot dengan benang
nylon 5.0 untuk memperoleh
alignment otot yang baik. Jika
perlu otot sisi sumbing
diambil lebih ke arah
proksimal agar volume otot
cukup menutupi celah
(Gambar 2.18).

4. Simpul jahitan mengarah ke


dalam (posterior) mencegah
fistulasi benang ke kulit.
Gambar 2.16. Menjahit Otot Orbicularis Oris
dengan traksi jahitan kendali ke arah kaudal

1. Saat menjahit, alat dari arah dalam, usahakan ambil


TIPS sedikit dermis agar tepi tidak terlalu teregang
2. Otot dijahitkan pada pasangannya secara horizontal.
Pada bagian kolom filtrum dapat dibuat sedikit overlapping
agar dapat membentuk tonjolan pada kolom filtrum
(Gambar 2.20)

20
6. Menjahit Otot

Gambar 2.17. Diseksi lateral alae secara tajam dengan pisau dan gunting

Gambar 2.18. Jahit otot overlapping untuk membentuk philtrum collumn

21
6. Menjahit Otot

Gambar 2.19 Menjahit otot pada flap C dengan otot pada flap B.
Sedemikian rupa sehingga tepi kulit sudah saling menempel
sebelum kulit dijahit.

Dengan traksi yang gentle ke arah kaudal, jahit kulit dari nasal ke oral
menggunakan benang nylon 6.0. Hal ini akan membentuk jahitan yang lebih
baik. Jahitan intradermal dibuat antara Flap B dan C, untuk menghindari
cekungan pada area tersebut dikemudian hari, sebagaimana tampak pada
Gambar 2.19.

Sebelum membuat simpul jahitan kendali, usahakan


TIPS untuk mengaproksimasi masing-masing tepi luka
dengan menjahit otot terlebih dahulu.

22
 

Gambar 2.20 Sketsa Pasca Operasi. (Untuk hasil jangka panjang, lihat hal
24)

23
Gambar 2.21 Hasil follow up setelah 20 bulan pasca operasi sumbing bibir dan
langit-langit kiri komplit.. Pasien berumur 2 tahun.

Evaluasi Pasca Operasi:


1. Vermillion ketebalannya simetris.
2. Skar samar
3. White skin roll yang halus dan melengkung sebagaimana sisi normal.

24
BAGIAN 4

Bibir Sumbing Inkomplit


Unilateral
Kelainan anatomis :
1. Perhatikan asimetris pada cupid
bow.
2. Tidak adanya kolum filtrum
pada sisi sumbing.
3. Tebal yang asimetris dari
vermillion sisi normal dan
defek.
4. Otot sisi kiri dan kanan tidak
menyatu.

Gambar 2.22 Foto pasien


dengan bibir sumbing
inkomplit unilateral (atas).
Ilustrasi bibir sumbing
inkomplit unilateral (kanan).

Tujuan Pembedahan:
1. Pada bibir : menurunkan cupid bow dan menutup celah dengan parut yang samar
2. Pada hidung: diperlukan pengaturan alar cartilage, nostril dan kulit penutup cuping
3. Mengatur titik 3 selevel titik 2 dan kemudian memajukan sisi lateral ke medial untuk
menutup celah dan mencapai posisi simetris.

25
DISAIN TITIK DAN GARIS OPERASI BIBIR SUMBING INKOMPLIT UNILATERAL

Gambar 2.5 Ilustrasi disain operasi bibir sumbing inkomplit unilateral kiri

1. Disain dimulai dengan menentukan terlebih Keterangan:


dahulu perbedaan level titik 2 dan titik 3. Garis merah : garis insisi
2. Jika perbedaan level titik 2 dan titik 3 kurang dari 3 Garis biru : garis
mm, Flap C tidak diperlukan. Flap segitiga cukup patokan anatomis
untuk menyamakan level kedua titik tersebut. Garis Ungu : garis insisi
3. Titik 5-5’ ditentukan dengan mengukur perbedaan semiopen rhinoplasty
9-10 dengan 9’-10.
4. Jaringan antara titik 5 dan 5’ dibuang untuk
menyamakan lebar nostril.
5. Garis ungu putus-putus merupakan disain insisi
rekonstruksi alae nasi bila diperlukan.

26
Gambar 2.24 Disain pada pasien.

27
 

Jahitan Kendali

Gambar 2.25 Ilustrasi menjahit otot

Penting untuk menjahit otot sekitar nostril base. Jahitan


TIPS kendali untuk menilai cukup tidaknya rotasi jaringan
untuk mencapai level simetri dengan cupid bow sisi normal

28
Gambar 2.26 Foto immediate pasca operasi

Gambar 2.27 Ilustrasi immediate pasca operasi

29
Gambar 2.28 Follow up 30 hari pasca operasi

Gambar 2.29 Follow up 1 tahun pasca operasi

30
BAGIAN 5

Bibir Sumbing Bilateral


Anatomi bibir sumbing
komplit bilateral:
1. M. Zygomaticus Minor
2. M. Zygomaticus Major
3. M. Risorius
4. M. Orbicularis Oris
5. M. Depressor Anguli Oris
6. M. Mentalis
7. Prolabium
8. Premaxilla

Gambar 2.30 Anatomi bibir


sumbing bilateral komplit.

Problem yang dihadapi :


1. Bakal bibir bagian medial mencuat (protrusi)
2. Sering ditemui celah lebar, tidak sempat menggunakan NAM/plester
3. Kolumella pendek

31
DISAIN OPERASI SUMBING BIBIR BILATERAL KOMPLIT

C
D

Gambar 2.31 Ilustrasi disain bibir sumbing bilateral komplit.


a. Tentukan titik 1, kemudian tentukan titik 2 dan 3 sekitar 3 mm dari titik 1, naik ke arah kranial 1
mm dari level titik 1. ( jarak 1-2 = 1-3)
b. Bila prolabium cukup besar maka dibuat flap C
c. Tentukan titik 4 & 5 di lateral kolumella
! (point 4 = point 2 +1mm ke medial), (point 5 = point 3 +1mm ke medial)
d. Tentukan titik 4’ & 5’ kira-kira 0.5 cm dari batas kulit dan mukosa berambut dari cuping
e. Tentukan grs 3’ -5’ sama panjang dengan grs 3-5
f. Hal yang sama pada sisi kontralateral
g. Perhatikan garis 1”-3’ mengandung white line
h. Hal yang sama pada sisi kontralateral
Cara Menyayat :
a. Sayatan B - 5’ hanya sampai otot untuk membentuk flap D, keseluruhan otot tetap satu unit
untuk ditautkan dengan sisi kontralateral. Dengan ini kulit mudah dibawa ke medial sekaligus
menghindari raw surface pada sisi mukosa, dimana raw surface ini sangat mungkin menyebabkan
jebolnya jahitan.
b. Prolabium disayat mulai dari kaudal lalu diangkat di atas periosteum.
c. Otot di sisi lateral kanan kiri didiseksi bawah kulit dan mukosa sampai batas garis nasolabial.
Bila telah mencukupi, dijahit dengan benang non absorbable monofilamen minimal 3 jahitan.
Bila sulkus buccal akan ditambah,maka lipatlah mukosa prolabium dari titik 7-8-9.
d. Garis 1’-8’ atau 1”-8” jangan dipotong di awal operasi tapi di “save” diakhir operasi untuk
membuat tuberkel vermilion

32
Gambar 2.32 Disain pada pasien dengan celah lebar.

Kolumella tidak harus dilakukan repair bersamaan


dengan operasi bibir karena dengan bertambahnya
TIPS umur akan bertambah beberapa mm. Sebagaimana bisa
dilihat pada contoh-contoh pascaoperasi.

33
Gambar 2.33 Jahitan kendali untuk memastikan insisi
sudah pas, kemudian mukosa, otot, maupun kulit dapat
ditautkan satu sama lain sesuai pasangannya.

Gambar 2.34 Ilustrasi jahitan kendali yang dibuat pada otot


vermillion secara longitudinal dan disimpul belakangan.
34
Gambar 2.35 Immediate pasca operasi

Gambar 2.36 Sketsa immediate pasca operasi

35
Gambar 2.37 Setelah 7 hari pasca
operasi. Bentuk lubang hidung dan
kolumela membaik dengan
sendirinya bila dibandingkan
immediate pasca operasi

Gambar 2.38 Setelah 9 bulan pasca


operasi. Perhatikan bibir atas masih
menonjol, justru ada harapan kelak
lengkungan maksila bagian anterior
tidak hipoplasia, bentuk cuping hidung
dan kolumella lebih memadai.

36
DISAIN OPERASI SUMBING BIBIR BILATERAL INKOMPLIT

bagian yang
dibuang sesuai
kebutuhan

A
. . . .
B

. . . . . .. .
. 4’’ 4 5 5’’

. .
6 2 6’
1’ 4’ 1 3 5’ 1’’
2’
3’

. 8 8’

.
Gambar 2.39 Gambar disain cheiloplasty untuk sumbing bibir
bilateral inkomplit
Catatan penting:
Mulai design dari sisi
Buatlah titik sbb :
dengan celah paling lebar.
1! : Titik terendah cupid bow. Ukuran sisi kontralateral
2 ! : Titik tertinggi cupid bow kanan, 2-3 mm dari titik 1. disesuaikan dengan sisi
3 ! : Titik tertinggi cupid bow kiri, 2-3 mm dari titik 1. tersebut.
(jarak 1-2 = 1-3)
4 & 5! : Titik lateral kolumella
1’& 1”!: Proyeksi titik 1 ke lateral, pada kedua sisi sumbing.
(1’-2‘=2-1=1-3=1”-3’) merupakan whiteline baru.
2‘! : Proyeksi titik 2 pada sisi sumbing. (2-4 = 2’-4’)
3‘ ! : Proyeksi titik 3 pada sisi sumbing. (3-5=3’-5’)
4’! : Proyeksi titik 4 pada sisi sumbing yang akan dipertemukan dengan 4”.
5’! : Proyeksi titik 5 pada sisi sumbing (6’-5”|5=6-4’’|4)
! 6-4’=6’-5’
6&6’! : batas lateral alar based
8’& 8”!: Tebal vermillion, diukur vertikal dari titik 1’ dan 1’’.
A&B : Sisi lateral alar cartilage (titik singgung paling luar dari cuping hidung)
Flap C tidak dibuat.

37
DISAIN CHEILOPLASTI PADA PASIEN SUMBING
BIBIR BILATERAL
INKOMPLIT

Gambar 2.40 Disain cheiloplasty bilateral inkomplit pada pasien.

38
Gambar 2.41 Insisi sesuai disain

Setelah infiltrasi obat anestesi, dilakukan insisi. Otot orbicularis didiseksi


secara tumpul dari sisi flap lateral.

1. Bila prolabium terlalu kecil atau jaraknya tidak


terlalu jauh, Flap C tidak dipakai.
2. Flap lateral bisa dibuat mengarah ke komisura
TIPS labialis bila white line baru berada lebih lateral serta
tebalnya vermilion ke kranial terlalu kecil.
3. Otot didiseksi bisa sampai sulkus nasolabial,
sehingga otot dapat ditautkan di tengah.

39
Gambar 2.42 (Atas)
Elevasi flap prolabium.
(Kiri) Ilustrasi elevasi flap
prolabium.

Flap prolabium dielevasi di atas periosteum. Buat lipatan mukosa menggunakan


vermilion prolabium untuk menambah sulkus ginggivolabialis.

40
Gambar 2.43 Jahit mukosa

Jahit mukosa semua flap, jadi tidak ada raw surface tersisa pada area mukosa.

41
 

Gambar 2.44 Menjahit otot orbicularis oris

Menjahit otot orbicularis oris di bagian tengah, dengan minimal 3


jahitan menggunakan benang 5.0 monofilamen non-absorbable, simpul di
bawah. Jahitan ini akan mempertahankan aproksimasi otot dan
mencegah tarikan ke lateral dari flap kulit sehingga parut kulit lebih
halus.

42
 

Gambar 2.45 Sketsa hasil


immediate pasca operasi

Gambar 2.46 Immediate


pasca operasi tampak
pertemuan vermilion
mengarah ke kranial,
pada perkembangannya
6-12 bulan akan merata.

Jahitan kulit dengan benang 6.0 monofilamen non-absorbable, dari nylon,


polipropilene atau lainnya. Menghindari reaksi jaringan, infeksi, serta lebih efisien.

43
Gambar 2.47 Hasil 7 hari pasca operasi

Gambar 2.48 Follow-up setelah 9 bulan, saat persiapan


palatoplasty. Perhatikan proses penyembuhan bibir atas akan
membaik dengan perkembangan waktu. Bagian medial bibir akan
menyusut sehingga rata dengan bibir bawah.

44
DISAIN OPERASI SUMBING BIBIR BILATERAL ASIMETRIS

.
.. .
4’’
4 5
.
. ...
6

4’ 2 1 3 . 6’

. .
5’
1’’ 1’
3’
2’

.
9
7
7’

..
9’

Gambar 2.49 Gambar disain cheiloplasty untuk sumbing bibir bilateral


asimetris dimulai dari sisi cleft yang lebih lebar. Tidak dapat dihindarkan
pembuangan jaringan sehat pada sisi yang lebih ringan sumbingnya

Buatlah titik sbb :


1! : Titik terendah cupid bow. Catatan penting untuk
membuat parut simetri:
2 ! : Titik tertinggi cupid bow kanan, 2-3 mm dari titik 1.
Mulai design dari sisi
3 ! : Titik tertinggi cupid bow kiri, 2-3 mm dari titik 1. dengan celah komplit
(jarak 1-2 = 1-3) Ukuran sisi pasangannya
4 & 5! : Titik lateral kolumela kemudian disesuaikan
dengan sisi tersebut,
1’& 1”: Proyeksi titik 1 ke lateral, pada kedua sisi sumbing.
sehingga titik 2’-9 =3’-9’
(1’-2‘=2-1=1-3=1”-3’) merupakan whiteline baru.
3‘ ! : Proyeksi titik 3 pada sisi sumbing. (3-5=3’-5’)
4’! : Proyeksi titik 4 pada sisi sumbing yang akan dipertemukan dengan 4”.
5’! : Proyeksi titik 5 pada sisi sumbing
6&6’! : batas lateral alar based
7 & 7’!: Tebal vermillion, diukur vertikal dari titik 1’ dan 1’’.
A&B! : Sisi lateral alar cartilage (titik singgung paling luar dari cuping hidung)

45
Gambar 2.50 Disain pada pasien seperti digambarkan pada skema sebelumnya

Perhatikan disain flap B tidak mengambil garis batas kulit berambut dalam
hidung, karena :
1. Memilih whiteline baru untuk dibawa ke medial
2. Mencari vermilion yang cukup tebalnya untuk dibawa ke medial menjadi
tuberkel
3. Menyediakan jaringan pengisi dasar hidung pada gap yang lebar

46
Gambar 2.51 (Atas) Jahit otot
(Kanan) Ilustrasi menjahit otot

Otot dijahit minimal 3 jahitan dengan nylon 5.0, disimpul mengarah ke bawah.
Pada sisi sumbing komplit, tampak dibutuhkan flap C untuk membentuk dasar
hidung, yang kemudian diatur simetris.

47
Gambar 2.52 Hasil immediate post-operasi

48
BAGIAN 6

Komplikasi yang Dapat Terjadi Akibat


Cheiloplasty yang Tidak Benar

Gambar 2.53 Bakal fistel benang Gambar 2.54 Infeksi dan Dehisen
Disain pembedahan tidak diikuti dengan
Akibat benang non-absorbable
elevasi otot yang adekuat dan penjahitan
terlalu superfisial pada jahitan
yang baik, akan menyebabkan ketegangan
intradermal
yang tidak teratasi dengan baik.

Gambar 2.55 Malposisi dan Asimetris Gambar 2.56 Do no harm!


Teknik pembedahan yang tidak tepat Akibat disain yang tidak benar dan cara
akan menyulitkan revisi di kemudian menjahit yang tidak benar oleh dokter
hari. Bibir atas akan makin pendek non-bedah plastik di daerah perifer.
pada saat revisi.

49
BAB 4

Sumbing Langit-Langit
(Palatoschizis)

Gambar 3.1 Beberapa tipe sumbing langit-langit

Sumbing langit-langit merupakan kondisi kelainan kongenital dimana segmen


palatum terpisah dan mengakibatkan adanya celah diantara hidung dan rongga
mulut. Palatum yang bercelah ini dapat mengakibatkan gangguan dalam
berbicara, mendengar, proses makan dan pertumbuhan gigi.

Insiden sumbing langit-langit saja di Indonesia sekitar 1:2000, dan biasanya


disertai kelainan kongenital lain.

50
BAGIAN 1

Anatomi Sumbing
Langit-Langit

Keterangan
1. Tendon tensor palatini
2. Aponeurosis palatina
3. Hamulus pterygoid
4. M. Palatopharyngeus
5. M. Levator palatini (Upward Position)
6. M. Palatoglossus
7. M. Palatothyroideus
8. M. Superior pharyngeal constrictor
9. Foramen palatina major

Gambar 3.2 Ilustrasi anatomi palatum normal (kiri atas), Palatoschizis


unilateral komplit (kiri bawah), dan palatoschizis komplit bilateral (kanan
atas).

51
BAGIAN 2

Instrumen Pembedahan
untuk Sumbing
Gap Mouth Retractor Sterile Gauze Ink (Gentian Violet) Antiseptic Solution Thread Scissor
Measurer

Tooth Pick

Straight and Bended


Raspatorium

Needle Holder
Long Blade

3 cc Syringe (2%
Long Mosquito
Lidocaine mixed with 1 :
Clamp
200.000 Epinephrine)
Anatomical Pinset Tissue Scissors

Gambar 3.3 Instrumen pembedahan dalam prosedur palatoplasti.


Gambar 3.3 Instrumen pembedahan dalam prosedur palatoplasti.

52
BAGIAN 3

Palatoplasti Pada Sumbing


  Langit-Langit Unilateral

Gambar 3.4 Palatoschizis komplit kiri (kiri) dan gambar klinis pasien (kanan)

Deformitas pada Palatoschizis:


1. Defek pada soft tissue.
2. Defek pada tulang palatum.
3. Disorientasi otot-otot palatum mole.

Tujuan Pembedahan:
1. Menutup celah
2. Mengatur ulang arah otot.
3. Mengatur panjang palatum agar dapat menutup faring saat berbicara.

53
 

Gambar 3.5 Disain Two Flap Palatoplasty Normal. Perhatikan defek yang lebar

Two-flap palatoplasty yang dijelaskan oleh Janusz Bardach, merupakan modifikasi dan
pemanjangan dari teknik sebelumnya yang menggunakan flap nasal dan
mukoperiosteal, seperti yang telah dijelaskan Veau untuk tercapainya penutupan
celah palatum. Prinsip two-flap palatoplasty adalah untuk membentuk sling fungsional
dengan cara diseksi, retroposisi, dan repair otot-otot velum, karena tidak hanya
panjangnya tapi juga sling fungsional yang memunginkan untuk fungsi bicara yang
baik. Teknik ini telah terbukti berguna untuk memperpanjang palatum pada celah
langit-langit yang lebar dan penutupan jaringan yang lebih baik untuk palatum
yang denuded.

54
BAGIAN 4

Two-Flap Palatoplasty
oleh Penulis

Gambar 3.6 Disain palatoplasty Gambar 3.7 Proyeksi Antero-Posterior Palatum


penulis. Durum

A: Titik mulai insisi


B: Batas medial periosteum yang ditinggal di os
palatum
X: lebar celah
Area biru : Zona periosteum yang ditinggal
Area merah : Garis insisi dan arah pisau.

* : soft tissue dan periosteum

Teknik palatoplasty penulis berdasarkan teknik two-flap palatoplasty yang telah


dikembangkan oleh penulis senior, teknik ini meninggalkan periosteum dan
sedikit soft tissue di sisi lateral. Tingkat penyembuhan dan epitelisasi dari regio
lateral tercapai 5-9 hari pascaoperasi menggunakan teknik ini. Proses
penyembuhan yang lebih cepat dibanding metode lain yang rata-rata 3 minggu,
pengaruhnya pada gangguan pertumbuhan maksila lebih sedikit.

55
 

Gambar 3.8 Infiltrasi obat anestetik lokal

Infiltrasi anestesi lokal menggunakan lidokain 2% yang dicampur dengan 1:200.000


epinefrin yang diinjeksi ke palatum. Masukan jarum hingga mencapai tulang.

Tujuan infiltrasi ini adalah untuk menghindari perdarahan dan membantu elevasi
flap mucoperiosteal agar mudah terangkat. Pada area palatum mole, dibuat
infiltrasi cukup pada beberapa titik saja di garis insisi.

56
 
Gambar 3.9 IIlustrasi insisi flap medial dimulai dari uvula untuk menghindari
tertutupnya desain oleh darah bila kita mulai insisi di bagian yang lebih tinggi.

Insisi dimulai dari uvula ke anterior melalui garis tengah membagi mukosa nasal
dan mukosa oral. Pada palatum durum, insisi dibuat sampai garis periosteum.

Insisi dimulai bila permukaan mukoperiosteal menjadi pucat untuk menghindari


perdarahan. Ada yang menunggu sampai sekitar 30 menit.

Selalu mulai insisi dari posterior untuk mencegah darah


TIPS mengalir dari anterior dan menghambat lapangan operasi.

57
 

Periosteum

Palatal bone

Gambar. 3.10 Ilustrasi undermining flap mukoperiosteal secara konvensional (kiri).


Suction kanula dililit karet sarung tangan untuk cauterisasi perdarahan sekaligus
menghisap darah yang berada di sekitarnya (kanan)

Dapat digunakan elevator Woodson untuk undermining flap


mukoperiosteal. Mulai insisi dari sisi anterior, dorong
raspatorium menuju posterior dengan gentle. Setelah flap
dielevasi, ambil flap dengan pincher dan lanjut dorong flap ke
arah belakang menggunakan raspatorium, setelah pedikel
teridentifikasi (A. Palatina Major). Segera lakukan hemostasis
pada perdarahan yang mengucur bukan yang rembes, jangan
menunggu efek adrenalin habis dan pasien menangis ! Gunakan
suction seperti pada gambar kanan (dibalut sarung tangan).

Pada metode palatoplasti penulis, kadang diseksi dengan pisau


maupun bagian belakang pisau mempermudah dan
mempercepat pemisahan periosteum.

58
Bagian flap tanpa
periosteum

Gambar 3.11 (Atas) Elevasi flap


dengan blade. (Kanan) Ilustrasi
elevasi flap dengan blade.

No periost

Tempel pisau pada mukosa,


arahkan seperti tampak di gambar.
Sayat hingga pisau mentok tulang.
raspatorium pada periosteum, Periost

kemudian dorong maju ke arah


posterior secara gentle untuk
menghindari robeknya flap.
Periost

Denuded Bone

59
 
“Lazy S” diinsisi
hingga mukosa saja

Gambar 3.12 Tampak periosteum yang ditinggal di sisi lateral.

Elevasi flap mukoperiosteal tanpa flap mukoperiosteal di lateral tampak


terpisah dari garis biru pada palatoplasti penulis.

“Lazy-S” pada bagian posterior diinsisi hingga lapisan mukosa saja.

60
Gambar 3.14 (Atas) Membebaskan
mukosa bagian posterior dari palatum
durum. (Kanan) Ilustrasi

Lakukan undermining aponeurosis


pada bagian posterior palatum durum
menggunakan raspatorium tajam atau
gunting. Sehingga otot palatum mole
dapat dengan mudah dipindahkan ke
medial.

62
Flap mudah bergerak (island flap)

Jaringan
perivaskuler telah
dibebaskan dari
pembuluh

Gambar 3.15 (Atas) Kedua flap


mukoperiosteal telah terelevasi komplit.
(Kanan) Ilustrasi.

Pada sumbing yang lebar, pastikan


pedikel benar-benar terelevasi
sehingga flap dapat dengan bebas
bergerak ke medial, untuk mencegah
ketegangan kedua tepi flap yang bisa
berakibat terbentuknya fistula di
peralihan p. durum dan molle.

63
 

Gambar 3.16 (Atas) Membebaskan


mukosa nasal dari palatum secara hati-
hati. (Kanan) Ilustrasi.

Bebaskan mukosa nasal


menggunakan raspatorium. Mulai
dari posterior palatum durum ke
anterior palatum durum (septum
anterior). Area diseksi mukosa nasal
tergantung dari lebarnya celah.

Mukosa nasal sangat tipis dan rapuh, sehingga


TIPS undermining mukosa nasal harus hati-hati dan gentle.

64
PENJAHITAN FLAP MUKOPERIOSTEAL PALATUM

Gambar 3.17 Jahit 2 lapisan: oral dan mukosa

Menjahit mukosa nasal dimulai dari uvula ke anterior palatum durum


menggunakan benang polyglactin 5.0, jarum bulat, simpul 4x/lebih; dengan arah
puntung benang ke nasal. Jahit mukosa oral dan otot pada palatum mole,
sekaligus. Otot-otot palatum mole ditransposisikan ke sisi medioposterior untuk
membuat muscle sling (Panah merah = muscle sling sisi posterior flap) dengan
benang 4.0 polyglactin.

Sambung otot-otot secara horizontal, sehingga orientasi otot


diperbaiki, tidak lagi ke arah kranial tapi ke arah horizontal.
Jahitan otot ini akan mencegah terjadinya Vellopharyngeal
insufficiency dikemudian hari.
TIPS Pastikan flap bagian anterior terjahit dan terfiksasi pada jaringan
dibagian anterior palatum yang tersisa, dekat gigi seri. Bila jahitan
tersebut rusak, maka flap akan berkerut dan menyebabkan
terbentuknya fistel anterior yang sulit di direpair.

65
 
Gambar 3.18 Jahit mukosa nasal

Setelah seluruh flap diposisikan di medial dan di jahit, ujung dari flap
mukoperiosteal juga dijahit ke sisa soft tissue dekat gap alveolus. Gap pada alveolus
diharapkan akan mendekat dengan bertambahnya umur dan di usia 8-9 tahun
daerah ini ditutup saat alveolar bone graft (ABG).

66
 
Gambar 3.19 (Atas) Beri satu atau dua
jahitan pada defek yang telah ditutup
tampon madu untuk fiksasi (cellulose
oxydized impregnated with honey).
(Kanan) Tampon selulosa + madu
berwarna kuning.
Fungsi dari tampon + madu: mengisi
defek lateral, memproteksi raw surface
dari bakteri kontaminasi/bakteri,
menghilangkan bau, mempercepat
epitelisasi serta mempercepat
penyembuhan, telah di pergunakan
sejak tahun 2011 dengan hasil
kecepatan epitelisasi defek bagian
lateral yang hanya perlu sekitar 1
minggu.
 
67
BAGIAN 5

Palatoplasty pada
Palatoschizis Inkomplit
 

 
Gambar 3.20 Palatoskisis Inkomplit dan disain palatoplasti inkomplit

Penulis menggunakan modifikasi teknik Veau-Wardill Kilner (VY-pushback) pada


palatoskisis inkomplit dengan 2 flap mukoperiosteal pada lateral dan segitiga
pada palatum durum.

68
✖ ✔

Gambar 3.21 Disain yang benar untuk mencegah fistula.


 
Fistula sering terjadi pada bagian pertemuan segitiga dan garis insisi di garis tengah.
Untuk mengindari ini insisi dibuat 2 mm diatas celah dibagian tengah.

69
Gambar 3.22. (Atas) Elevasi flap
mukoperiosteal. (Kanan) Ilustrasi.

Flap mukoperiosteal dielevasi


pada kedua sisi. Otot di bebaskan
dari tulang palatum, dirotasikan ke
medial (mengatur kembali serat
otot pada posisi normal).

70
Gambar 3.23 (Atas) Hasil
immediate pasca operasi.
(Kanan) Ilustrasi.

Hasil akhir palatoplasti


menggunakan modifikasi
teknik Veau-Wardill Kilner (v-
y pushback).

71
PALATOPLASTI PADA CELAH LANGIT-LANGIT BILATERAL KOMPLIT

Gambar 3.25. (Atas) Two-Flap


Palatoplasti pada palatoskisis
bilateral. (Kanan) Ilustrasi.

Disain ini mirip dengan


disain pada palatoskisis
komplit unilateral kecuali
garis yang terdapat ditengah.
Terdapat celah yang lebar
tapi masih dapat ditutup
dengan prinsip yang sama
dengan sebelumnya dalam
memobilisasi flap.

72
 

Periost
Gambar 3.26. (Atas) Diseksi
mukoperiosteum pada septum.  
(Kanan) Ilustrasi.

Diseksi mukoperiosteum pada


area nasal menggunakan
raspatorium. Mukoperiosteum
akan di jahit ke mukosa nasal dari
kedua palatum.

No Periost

73
 

Gambar 3.27 (Atas) Menjahit


mukosa nasal. (Kanan) Ilustrasi.
No Periost

Flap mukoperiosteum dari kedua


sisi dan mukosa nasal dijahit dari
uvula ke anterior palatum
menggunakan benang polyglactin
5.0 jarum bulat.

Periost

74
 

Gambar 3.28 (Atas) Defek lateral


sebelum diisi tampon selulosa dalam
madu diatas periosteum. (Kanan)
Ilustrasi.

Setelah menjahit sisi medial, sisi lateral


ditampon selulosa-madu untuk
menghentikan perdarahan, membunuh
kuman, mencegah tertinggalnya sisa-
sisa makanan, mengurangi bau busuk
mulut, dan mempercepat epitelisasi.
Tampon dijahit di dua/tiga tempat
dengan simpul tidak menarik flap ke
lateral. 7-9 hari luka bisa menutup.

75
BAGIAN 7

Komplikasi dan
Mengatasi Penyebabnya

 
Gambar 3.29. Fistula pada area yang Gambar 3.31 Infeksi dan dehisensi. Mungkin
paling tension (akibat limitasi oleh datang dari karies dentis ataupun sisa
pedikel dan tidak dilakukan makanan yang menempel.
pembebasan yang memadai).
 

Gambar 3.30 Simpul jahitan anterior Gambar 3.32 Nekrosis sisi kiri flap karena
flap lepas karena simpul kurang cedera pada pembuluh darah (traumatis
banyak dan kurang kencang atau karena kauter).

76
BAB 4

Hasil Cheiloplasty

Gambar 4.1. Follow up setelah 20 bulan (Cheiloplasti pada labioskisis komplit


unilateral sinistra). Dokter berusaha keras dan Tuhanlah yang menyembuhkan.

Evaluasi Post Operasi:


1. Vermillion dan alignment kulit simetris.
2. Skar samar
3. White skin roll terbentuk dan tersambung baik tanpa gap.
4. Ingatlah, hasil baik seperti ini tidaklah hanya bergantung pada kemampuan
operator saja tetapi dengan ijin Yang Maha Kuasa, bersyukurlah.

77
 
Gambar 4.2 (kiri ke kanan) Pre operasi, immediate pasca operasi, dan 6 bulan
pasca operasi labioplasti bilateral, lihat tuberkel vermillion yang berhasil dibentuk.

Gambar 4.3 (kiri ke kanan) Pre-operasi, immediate pasca operasi dan 7 hari pasca
operasi, perhatikan dalam tujuh haripun vermilion sudah mulai menyesuaikan
bentuknya.

78
Gambar 4.4 Follow-up setelah 6 bulan cheiloplasty bilateral CLP menggunakan
teknik penulis. Nampak parut masih perlu dipikirkan agar lebih tidak nyata.

Gambar 4.5 Follow-up 9 bulan post op Cheiloplasty bilateral. Mengatasi


ketegangan pada CLP bilateral dengan desain yang lebih sesuai, pembebasan
sampai daerah nasolabial fold, penjahitan dengan benang nylon, pada otot
maupun intradermal dapat menghasilkan parut yang lebih tersamar.

79
BAB 5

Rhinoplasty pada Sumbing

Gambar 5.1 Disain Rhinoplasty

Pasien dengan sumbing bibir unilateral biasanya memiliki hidung yang asimetris
pasca operasi (Cleft Lip Nose = hidung pada pasien sumbing bibir). Rhinoplasty
primer dapat dilakukan saat cheiloplasti, untuk efisiensi waktu operasi dengan
hasil bentuk hidung yang lebih baik di kemudian hari.
Penulis juga mengevaluasi intervensi dini yang sederhana pada area nasal (area
diseksi dibatasi) tidak akan mempengaruhi bentuk hidung dikemudian hari. Untuk
mempertahankan dan membentuk nostril pasca rhinoplasty, usahakanlah memakai
nose retainer pada keluarga yang mampu dan sabar menggunakannya.

80
BAGIAN 1

Semi-Open Rhinoplasty
pada Cleft Lip Nose
(Sumbing Satu Sisi Komplit)

Gambar 5.2 Marking pada insisi alar rim dengan mengatur nostril pada bagian
sumbing sehingga sama tinggi dan ukurannya dengan sisi normal dengan
bantuan hook/pengait.

Dapat dilakukan sebelum atau setelah prosedur operasi pada bibir.

81
Gambar 5.5 Jahitan fiksasi pada kartilago alar dibentuk sesuai akses dari insisi
lengkung alar. Gunakan jarum untuk menembuskan benang non absorbable ke
arah yang telah ditandai sebelumnya. Arah jahitan disesuaikan dengan bentuk
lubang hidung agar simetris dengan yang sehat. Bila perlu dapat dilakukan
pada 2 titik.

82
Gambar 5.6 Tampak dimple pada nasal dome yang menghilang 2 - 3 bulan.

Anchor jahitan pada lapisan dermis seperti yang terlihat pada gambar di atas,
tidak perlu dijumpai bila operator dapat menjahit dengan bantuan jarum
suntik, seperti nampak pada gambar sebelumnya.

83
Gambar 5.7 (Atas) Ilustrasi pasca bedah. Lihat hasil immediate setelah
cheiloplasty dan rhinoplasty satu tahap. (pada hal. 83)

Dapat dilakukan beberapa jahitan fiksasi pada alar groove untuk


membentuk nasal crease.
Untuk mempertahankan hasil operasi, digunakan nasal retainer selama 2
bulan atau lebih, yang dipasang 1 - 2 minggu setelah jahitan dilepas.

84
BAGIAN 2

Nose Retainer

Gambar 5.8 (Atas) Nose retainer


buatan Cleft Craniofacial Center
RSCM dipasang setelah buka
jahitan (8-10 hari). (Kanan) untuk
lubang plester yang terlalu kecil
dapat disesuaikan.

Mempertahankan bentuk lubang hidung yang baru dioperasi, dipasang nose


retainer. Tiap 2 minggu ukuran dapat diperbesar.

85
BAB 6

Manajemen Pasca
Bedah
Manajemen pasca bedah menentukan hasil akhir operasi, karena proses
penyembuhan membutuhkan waktu dan anak sedang dalam masa
perkembangan. Hasil akhir akan optimal dan komplikasi seperti dehisen, infeksi
dan skar yang kurang baik dapat dicegah; bila manajemen pasca bedah tidak
hanya oleh tim medis (dokter, perawat, dll) yang terkait tapi juga peran aktif
orang tua pasien.

Aturan dan guideline manajemen pascaoperasi harus dijelaskan langsung kepada


pasien dan ditulis detail. Terapi pasca bedah termasuk bagaimana cara memberi
minum dan makan kepada pasien, serta bagaimana merawat bekas luka pasien,
secara detail akan berpengaruh pada kualitas penyembuhan luka setelah 1
tahun dari operasi.
Kemudian, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa latihan berbicara pada pasien pasca
palatoplasty menghasilkan kualitas pengucapan huruf yang sempurna.

86
INSTRUKSI PASCA CHEILOPLASTY UNTUK ORANGTUA

1. Pasien dapat mulai dengan diet cair menggunakan dot seperti biasa/menyusu
langsung ke ibu. (Diperlukan penyesuaian oleh bayi karena daya hisapnya
lebih efektif setelah celah bibir ditutup, sehingga orangtua harus mengetahui
hal ini)
2. Bersihkan luka dari krusta dan darah, dengan menggunakan cotton bud yang
dibubuhi salep antibiotik (gunakan salep antibiotik yang berbeda dari sediaan
sistemiknya untuk mencegah resistensi)
3. Cegah kotoran seperti susu lengket di luka operasi.
4. Analgetik dan antibiotik dapat diberikan secara oral dan jelaskan pada
keluarga mengenai cara aplikasinya.
5. Pasien dapat rawat jalan pasca bedah bila tidak terdapat komplikasi selama
pembedahan.
6. Follow up untuk assessment luka dapat dilakukan pada hari ke-4 dan ke-7, dan
selanjutnya tergantung kebutuhan
7. Dapat digunakan adhesive hypoallergenic (micropore) atau produk silikon untuk
hasil skar optimal sejak 1 minggu setelah angkat jahitan sampai sekitar 2 bulan
atau lebih

87
CONTOH INSTRUKSI PASCA-PALATOPLASTI

1. Monitor keadaan umum, tanda vital (ABC dst): airway dan perdarahan
dalam mulut, merupakan hal yang perlu diperhatikan hari pertama pasca
operasi.
2. Posisikan tengkurap atau posisi miring untuk menghindari aspirasi.
3. Minum air yang sedikit tapi sering, menggunakan sendok, untuk kebutuhan
harian dan mengganti cairan akibat drooling. Infus 500 cc ditambah intake oral
500 cc untuk kebutuhan 24 jam pasien usia 1 thn.
4. Pasien dapat mulai minum air putih biasa pada 6 jam pertama pasca operasi.
Lanjutkan dengan susu.
5. Tidak boleh minum dengan dot atau sedotan, untuk menghindari terjadinya
fistula.
6. Analgetik dan antipiretik intravena 1 hari pasca operasi, setelah itu ganti oral.
7. Diet cair 2 hari, lanjutkan bubur cair 3-4 hari,kemudian bubur biasa 4-7 hari.
Selanjutnya diet lunak hingga 3 minggu.
8. Bilas air putih setiap selesai makan, dan bersihkan gigi bila sudah ada yang
tumbuh.
9. Beri madu 5x5 cc oral, kulum seperti permen. Jangan beri air putih setelah
itu.
10.Bila terdapat perdarahan, pasien harus dimiringkan. Bila perlu tekan flap
palatum dengan 1 jari yang dibungkus kasa steril.

Catatan:
Pasien dirawat minimal 1 hari pasca operasi. Bila keadaan umum baik, serta
suhu tubuh dalam batas normal pasien dapat rawat jalan.
Follow up di hari ke 7-10-14 atau sesuai kebutuhan.

88
89
BAB 7

Tips Penulis
Untuk memajukan kompetensi kita sehingga mampu mengembangkan teknik
operasi yang baik :
a. Kembangkan rasa empati pada pasien dan keluarganya
- Mereka kebanyakan berada pada golongan menengah ke bawah
- Mereka hanya memiliki kesempatan bertemu operator pada saat bakti sosial,
sehingga tidak ada kesempatan persiapan yang ideal
- Bahkan pasca bedah saat bakti sosial sering tidak bertemu operatornya,
apalagi untuk pengamatan jangka panjang. Sehingga operator tidak mampu
mengukur diri atau memajukan teknik berdasarkan hasil pekerjaannya.
b. Cari metode untuk bisa mengamati jangka panjang misal saat palatoplasti kita
dapat mengamati hasil labioplasti. Berikanlah nomor telpon pribadi saat bakti
sosial kepada orang tua pasien. Pengamatan foto melalui metode telpon
genggam saat ini sangat membantu menerobos jarak dan waktu bagi kedua
belah pihak.
c. Masing-masing kita sebagai penolong hendaknya mencari manajemen
maupun teknik operasi yang dapat disejajarkan dengan mereka yang
mempunyai reputasi internasional.
d. Sebagai manusia yang yakin adanya Sang Pencipta dan yang memberikan
kemampuan penginderaan dan hati nurani hendaklah kita selalu mensyukuri
keberhasilan yang telah dicapainya. QS 23 :78

90
BAB 8

Daftar Pustaka
1. Janusz Bardach. Two-Flap Palatoplasty : Bardach’s Technique. Operative Technique in
Plastic and Reconstructive Surgery, Vol. 2, No 4 (November), 1995; pp 211-214
2. Lo Lun-Jou, Leow Aik-Ming. Palatoplasty : Evolution and Controversies. Chang Gung
Med J 2008;31:335-4
3. Hopper RA, Cutting C and Grayson B. Chapter 23 Cleft lip and palate. In: Thorne CH,
Beasley RW, Aston SJ, et al., editors. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 6th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.p. 201-314
4. Sudjatmiko G. Madu untuk Obat Luka Kronis. Yayasan Khasanan Kebajikan. 2011
5. Kreshanti P, Bangun K, Sudjatmiko G. The Effect of Honey Given As Oral Drops in
Precipitating Lateral Defect Closure Post Two-Flap Palatoplasty. Paper presented at:
15th Annual Scientific Meeting of Indonesian Association of Plastic Surgeons; May 9 ,
2011; Semarang, Indonesia.
6. Irwansyah D, Bangun K, Sudjatmiko G. The Non Denuded Mucoperosteal
Palatoplasty Technique in Precipitating Lateral Defect Closure. Paper presented at:
15th Annual Scientific Meeting of Indonesian Association of Plastic Surgeons; May 9 ,
2011; Semarang, Indonesia
7. Soendoro Triono. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008
8. THorne CH., Galiano R, Mustoe TA. Principles, techniques and basic science in Plastic
Surgery. In Grabb and Smith’s Plastic Surgery 6th Ed 2007 p7,14. p23-32.
9. Sudjatmiko G. Petunjuk praktis Ilmu BEdah Plastik Rekonstruksi. Yayasan Kahasanah
Kebajikan Edisi 3, 2011.
10.Mahandaru D., Bangun K., Sudjatmiko G. Modified Two-Flap Palatoplasty leaving
lateral periosteum and honey tampon versus conventional two-flap
palatoplasty.Preented at: 16th Annual Scientific Meeting of Indonesian Association of
Plastic Surgeon: May 9, 2012.

91

Anda mungkin juga menyukai