Anda di halaman 1dari 113

GASTROINTESTINAL

SYSTEM
Oleh :
Kelompok 32 B
4.1 Bagaimana cara membaca AXR
Indikasi untuk AXR meliputi:

- Suspek obstruksi intestinal

- Perforasi dari tractus gastrointestinal

- Follow-up dari batu saluran kemih

- Benda asing karena luka tembus atau tertelan


Seri photo polos standar terdiri dari 3 sebagai berikut:

· Supine AP abdomen: proyeksi standar yang digunakan dalam semua kasus

· Erect CXR dapat dimasukkan dari bagian seri abdomen rutin untuk melihat perkembangan

- Udara bebas di bawah diafragma

- Komplikasi dada dari kondisi perut, contohnya efusi pleura pada pankreatitis

- Kondisi dada dengan keluhan nyeri perut contohnya di lower lobe pneumonia

· Erect AP abdomen: digunakan untuk melihat fluid level dan udara bebas pada kasus suspek obstruksi intestinal atau perforasi.
check-list dari “hal yang harus dicari” :

· Organ berongga

- Perut

- Usus halus : umumnya tidak ada udara yang terlihat, meskipun beberapa loop berisi udara yang tidak melebar dapat terlihat pada pasien usia lanjut sebagai temuan normal.

- Usus besar

- Kandung kemih: terlihat bulat, soft tissue “massa” timbul dari dasar panggul

· Organ padat: hati,limpa,ginjal,uterus

· Margins: diafragma, garis otot psoas, flank stripe, atau dikenal dengan garis lemak peritoneal

· Tulang-tulang: tulang iga bawah, tulang belakang, pelvis, panggul dan persendian sacroiliac

· Kalsifikasi

- Aorta

- Arteri lainnya: arteri limpa yang lebih sering terjadi pada orang tua dan terlihat kalsifikasi yang berliku liku di atas kiri abdomen

- Phleboliths: kecil, kalsifikasi sekitar dengan vena pelvis, sangat umum bahkan pada pasien muda dan jangan bingung dengan batu ureter

- Kelenjar getah bening: kalsifikasi kelenjar getah bening kemungkinan karena sebelumnya terdapat infeksi dan umunmnya terdapat pada fossa kanan iliaka dan pelvis

- tulang kartilago umumnya mengapur pada pasien orang tua.


4.2 STUDI KONTRAS PADA SALURAN GASTROINTESTINAL

● Barium swallow : ● Barium meal: pemeriksaan


barium telan lambung dan duodenum

● Barium follow-through:
pemeriksaan usus kecil

● Small bowel enema : Enema ● Barium enema:


usus kecil (enteroklisis) pemeriksaan usus besar
● Barium swallow : ● Barium meal: pemeriksaan
barium telan lambung dan duodenum

Pemeriksaan sederhana dan non invasif Barium meal umumnya telah diganti dengan
menggunakan cairan barium. endoskopi untuk pemeriksaan gejala saluran cerna
bagian atas (GIT) :
Pasien menelan dan saat melewati
kerongkongan, gambar dapat diperoleh. ● dispepsia
● dugaan perdarahan saluran cerna bagian
Indikasi : atas
● penurunan berat badan
• Disfagia
● anemia yang tidak diketahui penyebabnya.
• Gangguan menelan pada orang tua setelah
stroke atau trauma sistem saraf pusat (SSP) Bahan kontras yang larut dalam air (Gastrografin)
digunakan untuk penilaian anastomosis pasca
• Diduga refluks gastro-esofagus operasi lambung, termasuk berbagai prosedur
• Pasca operasi esofagus bedah yang digunakan untuk mengontrol obesitas,
seperti gastric banding, sleeve gastrectomy dan
Roux-en-Y gastric bypass.
● Small bowel enema : Enema
● Barium follow-through:
usus kecil (enteroklisis)
pemeriksaan usus kecil

Barium follow-through atau part pada usus Pada enteroklisis, selang nasogastrik
kecil adalah prosedur sederhana yang dimasukkan ke dalam lambung dan dengan
bantuan kawat kemudi kemudian dipandu
digunakan untuk menunjukkan patologi
melalui duodenum ke fleksura duodenojejunal.
usus halus, seperti obstruksi mekanis
atau malrotasi. Campuran barium dengan air atau metil
selulosa disuntikkan dengan cepat melalui
Pasien meminum sejumlah barium atau tabung ke dalam usus kecil dan memberikan
Gastrografin dan gambar diperoleh efek kontras ganda.
sampai bahan kontras mencapai obstruksi
Enteroclysis telah digantikan oleh CT atau
atau memasuki usus besar. magnetic resonance (MR) enterography serta
berbagai teknik endoskopi termasuk enteroskopi
kapsul nirkabel, enteroskopi dorong, dan
enteroskopi balon tunggal dan ganda.
● Barium enema:
pemeriksaan usus besar

Iindikasi pada perubahan kebiasaan buang air


besar, penurunan berat badan atau anemia dengan
penyebab yang tidak diketahui, perdarahan GIT
minimal, dan untuk menyaring adanya karsinoma
kolorektal atau polip pada pasien yang berisiko,
barium enema telah diganti dengan kolonoskopi.
Jika kolonoskopi merupakan kontraindikasi atau
tidak lengkap, penilaian pencitraan usus besar
paling baik dilakukan dengan CT kolonografi, juga
dikenal sebagai kolonoskopi virtual.

Pemeriksaan kontras enema dapat dilakukan untuk


pemeriksaan patologi usus besar yang dicurigai
dalam keadaan tertentu seperti diuraikan di bawah
ini, atau di mana kolonoskopi dan CT kolonografi
tidak tersedia.
4.3 DISFAGIA

Disfagia mengacu pada perasaan yang subjektif dengan rasa kesulitan menelan yang disebabkan oleh
berbagai gangguan struktural atau fungsional rongga mulut, faring, kerongkongan atau lambung.

Endoskopi adalah pemeriksaan pilihan pertama ketika curiga terdapat keganasan esofaring
berdasarkan klinis. Keuntungan endoskopi yaitu termasuk visualisasi secara langsung dari permukaan
mukosa kerongkongan, kinerja biopsi, serta intervensi lain, seperti dilatasi dan penempatan stent.

Barium swallow adalah tes skrining yang


paling sederhana dan termurah untuk
pemeriksaan disfagia (Bila endoskopi
terbatas) dan dapat dijadikan pemeriksaan
untuk diagostik
Striktur kerongkongan, yaitu daerah lokal dengan penyempitan konstan

● Striktur intrinsik esofagus mungkin karena karsinoma esofagus, striktur peptik


sekunder akibat refluks gastroesofagus, konsumsi korosif, atau sklerosis sistemik
● Semua striktur yang terlihat pada penelanan barium harus menjalani penilaian
endoskopi dan biopsi, seperti halnya area ulserasi dan mukosa yang tidak teratur
● Striktur akibat kompresi eksternal (striktur ekstrinsik) dapat disebabkan oleh kelainan
pembuluh darah, tumor mediastinum, atau limfadenopati
● Striktur ekstrinsik yang terlihat pada penelanan barium harus diselidiki lebih lanjut
dengan CT
Karsinoma esofagus Hernia hiatus bergeser

● Penampilan karsinoma esofagus ● Rentang ukuran dari kecil secara


tergantung pada pola pertumbuhan tumor klinis pada hernia yang tidak
● Lesi dini: ketidakteraturan mukosa dan signifikan ke seluruh perut yang
ulserasi terletak di dada (yaitu perut toraks),
● Lesi yang lebih lanjut: striktur tidak yang berisiko volvulus
teratur dengan margin tinggi
● Stadium lebih lanjut: CT untuk menilai
invasi lokal dan limfadenopati ● Hernia hiatus dapat terlihat pada
mediastinum, serta untuk menyingkirkan foto thoraks sebagai massa semu
metastasis hati dan paru yang mengandung cairan dan
terletak di belakang jantung
Kantong faring
(divertikulum Zenker)

● Kelemahan dinding posterior faring


bawah dapat menyebabkan
pembentukan kantong faring
● Kantong berisi kontras menonjol ke
posterior dan ke kiri atas dari otot
krikofaringeus
● Kantong faring bisa menjadi cukup
besar dengan tingkat cairan dan
dapat terlihat pada CXR
Akalasia
● Kerongkongan melebar yang mungkin juga memanjang dan berliku-liku dengan ujung
bawah yang meruncing perlahan
● Tanda-tanda CXR: tingkat cairan di mediastinum, tidak ada gelembung lambung dan bukti
dari pneumonia aspirasi
Gangguan Motilitas
esofagus

● Disfagia karena motilitas esofagus abnormal yang sering terjadi pada pasien usia lanjut,
dan juga dapat terlihat berhubungan dengan refluks esofagitis, akalasia dini dan berbagai
penyebab neuropati termasuk diabetes.
● Pasien dengan gangguan menelan karena masalah SSP, seperti stroke atau penyakit
Parkinson, atau setelah laringektomi dapat dinilai dengan penelanan barium yang
dimodifikasi
● Proses menelan cairan dan makanan padat dengan berbagai konsistensi di bawah
pengawasan terapis wicara dan ahli radiologi dengan rekaman video pada saat menelan
Disfagia pada pasien immunocompromised biasanya karena esofagitis infeksius

● Organisme penyebab tersering pada pasien HIV positif adalah Candida


albicans dan disfagia pada pasien ini sering diobati secara empiris dengan
terapi antijamur

● Penyebab lain termasuk herpes simpleks dan cytomegalovirus

● Endoskopi diindikasikan untuk mendapatkan spesimen untuk analisis


laboratorium pada pasien disfagia yang imunokompromis dengan kegagalan
menetap pada terapi antijamur
4.4. Akut Abdomen
● Anamnesis & Px fisik tetap merupakan penilaian dasar yang
harus dilakukan
● Pencitraan merupakan pemeriksaan tambahan
● Pencitraan pada Akut Abdomen:
○ AXR → Curiga obstruksi atau perforasi
○ CT → Bagus untuk memperlihatkan inflamasi atau edema
pada jar. lemak
○ US → Bagus untuk menilai organ padat → Dx batu empedu
○ Lain-lain
4.4.1 Perforasi Saluran Cerna
Penyebab: ulkus peptikum, inflamasi, trauma
● Perforasi lambung, usus halus, sebagian besar colon → gas bebas di
dalam cavitas peritoneal
● Perforasi duodenum & rectum posterior → gas bebas retroperitoneal
Tanda radiografik gas bebas:
● CXR erect: gas terlihat di bawah diafragma
● Abdomen supinasi: gas membuat adanya garis di struktur anatomi;
dinding usus terlihat sebagai garis-garis putih yang dibatasi oleh
gas di kedua sisinya, yaitu di bagian dalam dan luar lumen usus
4.4.1 Perforasi Saluran Cerna
4.4.2 Curiga Obstruksi Usus Halus
● Manifestasi: Nyeri abdomen & muntah → Akut abdomen dengan distensi dan
nyeri tekan
● Penyebab pada dewasa:
○ Adhesi akibat pembedahan, trauma, infeksi
○ Hernia strangulata
○ Neoplasma SB
○ Ileus batu empedu
● Penyebab pada anak-anak:
○ Hernia strangulata
○ Malformasi kongenital
○ Intususepsi
○ Malrotasi
4.4.2.1 AXR
AXR adalah pilihan investigasi awal
Tanda Obstruksi Usus Halus pada AXR:
● Dilatasi lingkaran-lingkaran usus halus dengan ciri khas:
○ Lokasi di bagian tengah
○ Jumlahnya banyak
○ Diameter 2.5-5.0 cm
○ Radius kelengkungan kecil
○ Valvulae conniventes → garis-garis putih tipis, banyak, berdekatan dan memanjang
menyeberangi lumen usus.
○ Tidak mengandung feses yang solid
● Fluid level multipel pada AXR erect
● ‘String of Beads’ sign pada AXR erect → adanya kantung-kantung udara yang terperangkap di
antara valvulae conniventes
● Udara di usus besar yang sedikit atau tidak ada sama sekali
4.4.2.1 AXR
4.4.2.2 Hernia Strangulata
● Hernia → Protrusi abnormal konten intraabdomen
(lemak peritoneal & usus) → massa (benjolan) yang
bertambah besar saat pasien berdiri/mengejan
● Hernia Strangulata → Hernia yang mengalami iskemia
karena penurunan blood flow → Nyeri lokal & Obstruksi
● Tanda radiografik:
○ Massa jaringan lunak berisi gas di regio inguinal
yang dapat disertai fluid level pada posisi erect
○ Gas pada dinding usus dengan hernia
mengindikasikan adanya inkarserasi & infark
dinding usus
4.4.2.3 Ileus Batu Empedu

● Obstruksi usus halus sekunder


akibat impaksi batu empedu
● Tanda radiografik:
○ Obstruksi usus halus
○ Gas di saluran biliaris yang terlihat
sebagai densitas gas dengan pola
bercabang di kuadran kanan atas
○ Batu empedu yang terkalsifikasi di
posisi yang abnormal terkadang
dapat terlihat
4.4.2.4 CT
● Klinis & AXR tidak bisa Dx → CT
● Tanda obstruksi usus halus pada CT:
● DIlatasi usus halus dengan Diameter > 2.5 cm
● Transisi dari bagian yang dilatasi ke bagian yang tidak dilatasi/kolaps terlihat dengan jelas
4.4.3 Curiga Obstruksi Usus Besar
● Manifestasi: Nyeri abdomen dengan distensi & konstipasi
● Akut: Volvulus sigmoideum, Volvulus Caecal, Divertikulitis
● Subakut - Kronis: Ca Colorectal
● Kebanyakan kasus tegak dengan klinis & AXR
4.4.3 Curiga Obstruksi Usus Besar
Tanda Obstruksi Usus Besar pada AXR:
● Dilatasi lingkaran usus besar dengan ciri khas sebagai berikut
○ Lokasi di perifer
○ Jumlahnya sedikit
○ Ukuran besar (diameter > 5.0 cm)
○ Radius kelengkungan besar
○ Haustra → garis putih tebal yang terpisah jauh, kadang dapat
memanjang menyeberani lumen usus besar
○ Mengandung feses yang solid
● Usus halus juga dapat dilatasi jika katup ileocaecalis inkompeten
4.4.3 Curiga Obstruksi Usus Besar
4.4.3.1 Volvulus Caecal
● Caecum terpeluntir & obstruksi
● Umum pada usia 20-40 tahun
● Berhubungan dengan panjang mesenterium yang abnormal & malrotasi
● Tanda radiografik:
○ Dilatasi caecum yang jelas dengan 1-2 garis haustra
○ Caecum yang dilatasi dapat berada di fossa iliaca kanan atau
kuadran kiri atas
○ Apendiks berisi udara
○ Dilatasi usus halus
○ Kolaps setengah bagian kiri kolon
4.4.3.1 Volvulus Caecal
4.4.3.2 Volvulus Sigmoideum
● Colon sigmoideum terpeluntir + Obstruksi
● Sering pada lanjut usia dan pasien dengan gangguan psikiatrik
● Tanda radiografik:
○ Distensi kolon sigmoideum masif -> bentuk ‘U’ terbalik
○ Biasanya tidak disertai garis haustra
○ Dinding dari struktur ‘U’ terbalik bagian luar dan bagian dalam yang
berdekatan membentuk tiga garis putih yang menyatu ke arah sisi kiri
pelvis
○ Dilatasi kolon desendens yang tumpang tindih: tanda ‘left flank
overlap’
4.4.3.2 Volvulus Sigmoideum
4.4.3.3 Kontras Enema
● Membantu menentukan lokasi obstruksi LB
● Membantu menentukan penyebab → Tumor, massa inflamasi
● Membedakan obstruksi dengan pseudo-obstruksi
● Pseudo-obstruksi → dilatasi LB bukan akibat obstruksi → umum pada
pasien lansia, sulit dibedakan dengan obstruksi mekanis pada AXR
4.4.3.4 CT
● Untuk Obstruksi LB yang sulit/samar
4.4.4 Nyeri Kuadran Kanan Atas
● Pertimbangan Dx awal pada pasien dewasa → Kolesistitis Akut → Nyeri
Kuadran Kanan Atas + Demam
● Untuk mencari batu empedu → US paling sensitif → Pilihan utama jika
curiga Kolesistitis Akut
● Tanda pada US:
○ Ditemukan Batu Empedu yang memberikan gambaran acoustic
shadow
○ Penebalan dinding GB
○ Cairan di sekitar GB
○ Nyeri tekan lokal saat probe menekan perut
4.4.4 Nyeri Kuadran Kanan Atas
4.4.4 Nyeri Kuadran Kanan Atas
● Modalitas lain untuk Kolesistitis Akut:
○ Skintigrafi → Terbatas untuk kasus sulit, di mana klinis & US meragukan
○ CT → Dapat digunakan jika hasil US negatif dan/atau jika ada Dx alternatif lain
yang dipertimbangkan
● Skintigrafi:
○ Menggunakan senyawa asam iminodiasetat (IDA) 99mTc-labelled
○ Pasca 1 jam injeksi, ductus choledocus dan duodenum tervisualisasi dengan baik,
tapi GB tidak tervisualisasi → Kolesistitis Akut
● CT:
○ Penebalan dinding GB & garis-garis infiltratif di jar. lemak sekitarnya → Kolesistitis
Akut
○ Jauh kurang sensitif dibanding US
4.4.5 Nyeri Kuadran Kanan Bawah
● Penyebab tersering: Apendisitis Akut
● Penyebab lain: IBD, Adenitis Mesenterika, Kelainan Ginekologis pada
Wanita
● Pencitraan untuk Apendisitis sangat berguna jika gejala pasien atipikal
● Pilihan pencitraan:
○ US
○ CT
4.4.5.1 US
● US adalah pilihan pencitraan awal
● Tanda Apendisitis → Terdapat struktur tubular
blind ending non-kompresibel di fossa iliaca
kanan
● Keterbatasan US:
○ Apendiks normal sering tidak tervisualisasi
○ Apendisitis retrocaecal dapat terlihat
samar
4.4.5.2 CT
● Pilihan yang lebih baik untuk kasus nyeri kuadran kanan bawah
● Terbukti akurat untuk Dx apendisitis & dapat memperlihatkan Dx alternatif
yang menyebabkan nyeri kuadran kanan bawah
● Tanda apendisitis: apendiks tampak dengan pola stranding pada jar.
lemak sekitarnya
4.4.5.2 CT
4.4.6 Nyeri Kuadran Kiri Bawah
● Pertimbangan Dx awal: Divertikulitis Akut
→ Divertikulosis yang mengalami inflamasi
● CT merupakan pilihan pencitraan untuk
kasus nyeri kuadran kiri bawah
● Jika pasien wanita usia produktif dengan
kecurigaan kelainan ginekologis, maka US
lebih diindikasikan
● Tanda Divertikulitis Akut pada CT: Penebalan
dinding usus lokal dan stranding jar. lunak
atau lemak perikolon yang menjadi samar
4.4.7 Kolik Renal dan Nyeri Pinggul Akut
● Nyeri Pinggul Akut → Nyeri abdomen posterolateral dari toraks bagian
bawah hingga pelvis
● Kolik Renal → Nyeri yang timbul akibat obstruksi saluran kemih
● Penyebab tersering: Obstruksi Ureter akibat batu
● Penyebab lain: Pielonferitis, Ca Sel Transisional
● Pencitraan:
○ CT tanpa Kontras
○ Radiografi KUB (Kidney, Ureter, Bladder) alias BNO
4.4.7.1 CT
● CT tanpa kontras → pilihan pencitraan paa Nyeri Pinggul Akut
● CT dapat memperlihatkan semua jenis batu, kecuali batu indinavir pada
pasien HIV
● Posisi dan ukuran batu juga dapat dinilai dengan akurat dengan CT
● Tanda obstruksi sal. kemih pada CT:
○ Dilatasi ureter di atas batu
○ DIlatasi pelvis ginjal dan collecting system
○ stranding jar. lunak di daerah lemak perinefrik
4.4.7.1 CT
4.4.7.2 Radiografi KUB
● Foto polos BNO yang dilakukan untuk mendiagnosis & mengevauasi batu
ginjal/ureter
● Jika memungkinkan, evaluasi/Follow Up batu sal. kemih lebih baik
dengan KUB → paparan radiasi lebih sedikit dibanding CT berulang
● Jika batu terlihat pada CT → periksa KUB → Jika batu terlihat dengan
KUB, maka pencitraan selanjutnya dengan KUB saja
● Gambaran batu pada KUB:
○ Batu kalsium → Radioopak
○ Batu cystine → sedikit opak
○ Batu urat, xanthine → Lusen, tidak terlihat pada KUB
4.4.7.2 Radiografi KUB
4.4.8 Pankreatitis Akut
● Manifestasi: nyeri akut epigastrium yang parah
● F. Risiko: Konsumsi alkohol berat & batu empedu
● Evaluasi awal: Px biokimia → Kadar amilase & lipase
● Pencitraan pilihan: CT
● Tanda pada CT:
○ Pembengkakan pankreas yang difus ataupun lokal, dengan batas
tidak jelas
○ Penebalan fascia di sekitarnya
4.4.8 Pankreatitis Akut
4.4.9 Iskemia Mesenterika Akut
● IMA → Terganggunya aliran darah ke usus secara tiba-tiba
● Manifestasi: Nyeri abdomen parah yang muncul tiba-tiba & diare
berdarah
● Penyebab tersering IMA:
○ Embolus → Pasien mungkin punya Riw. penyakit jantung
○ Trombosis → Lesi aterosklerotik yang menyebabkan stenosis arteri
○ Vasospasme non-oklusif A. Mesenterica Superior
● Peran Radiologi: Intervensi Radiologis → Trombolisis dengan kateter
selektif, dapat diikuti dengan angioplasti pada daerah yang stenosis atau
infus papaverin untuk vasospasme A. Mesenterica Superior
4.5 INFLAMMATORY BOWEL DISEASE

Manifestasi :
- Diare intermiten
CROHN
- Obstruksi usus
DISEASE
- Tanda-tanda infeksi
- Abses

Peran utama pencitraan :


ULSERATIF
COLITIS - Konfirmasi diagnosis
- Menilai distribusi penyakit
- Menilai efektifitas terapi
- Mendiagnosis komplikasi
CROHN DISEASE

Inflamasi transmural granulomatous dengan ulserasi yang dalam, sinus-sinus dan fistula.

Keterlibatan usus kecil saja di 30 persen, usus besar di 30 persen dan keduanya usus kecil dan besar pada 40 persen. Keterlibatan
adalah terputus dengan usus normal antara sakit segmen ('skip lession').

Tanda-tanda pada Crohn disease yang terlihat pada


pencitraan barium adalah;
- Ulcer
CT ENTROGRAFI
- Striktura
- Cobblestoning MR ENTROGRAFI
- Distribusi segmental
CROHN DISEASE : CT ENTEROGRAFI

- Kontras
- Keakuratan tinggi
- Diagnosis : inflamasi dinding usus, komplikasi sinus, abses,
striktur
- Keterbatasan : Radiasi sangat tinggi
CROHN DISEASE : MR ENTEROGRAFI

- Alternatif pemeriksaan
- Distensi usus
- Buscopan dan Gadolinium
- Radiasi minimum : direkomendasikan untuk pemeriksaan lanjutan
berulang
ULSERATIF COLITIS
Rektum terlibat dalam hampir semua kasus dengan penyakit yang meluas ke proksimal di usus
besar. Distribusi penyakit terus menerus tanpa 'Skip Lession'.

ENDOSKOPI KOLONOSKOPI

SIMOIDOSKOPI BARIUM ENEMA


4.6 PENDARAHAN GASTROINTESTINAL

Tujuan diagnosis dan pengobatan pasien:

Perdarahan saluran cerna atas • Resusitasi hemodinamik

• Lokalisasi dan diagnosis sumber perdarahan

Perdarahan saluran cerna bawah • Kontrol kehilangan darah yang baik dengan
endoskopi terapi hemostatik, radiologi intervensi
atau pembedahan.
Pendarahan saluran gastrointestinal atas

Perdarahan dari esofagus-ligamen Treitz. Perdarahan saluran gastrointestinal


atas akut biasanya muncul dengan hematemesis dan/atau malena. Sebagian
besar perdarahan gastrointestinal atas dapat didiagnosis dengan endoskopi.
Perdarahan saluran gastrointestinal bawah

Penyebab umum:
● Angiodisplasia
● Penyakit divertikular.

Pemeriksaan Penunjang:
● sigmoidoskopi.
● skintigrafi,
● CT angiografi
Skintigrafi
Skintigrafi sel darah merah (RBC) menunjukkan titik perdarahan
dengan peningkatan aktivitas di area perdarahan dan dengan
tingkat perdarahan (0,1-0,2 mL) untuk menghasilkan hasil yang
positif.
CT Angiografi

CT angiografi merupakan metode yang sensitif dan


spesifik yang kurang invasif dan memakan waktu.

Angiografi kateter dilakukan pada perdarahan


saluran cerna akut karena dua alasan:
• Untuk menemukan titik pendarahan
• Untuk mencapai hemostasis dengan infus
vasokonstriktor, atau embolisasi.
4.7 KARSINOMA KOLOREKTAL
❖ Karsinoma Kolorektal (CRC) adalah penyebab
utama kedua kematian akibat kanker di negara Kolonoskopi
Barat. CRC dapat muncul secara klinis dengan Skrining
obstruksi usus besar, perdarahan GIT, atau kurang
spesifik dengan penurunan berat badan atau CT Colonografi
anemia. Sebagian besar CRC menunjukkan
penyakit invasif lokal atau metastasis organ lain.
❖ Sebagian besar Karsinoma Kolorektal berkembang
dari Polip Adenomatosa kecil, melalui serangkaian Stadium Karsinoma Kolorektal
mutasi genetik
❖ Rata-rata memerlukan 5,5 tahun untuk adenoma
besar dengan diameter >10mm dan 10-15 tahun
untuk adenoma kecil (<5mm).
❖ Tidak semua polip akan menjadi karsinoma, polip < Stadium Karsinoma Rektal
5mm sangat jarang menjadi karsinoma karena
kebanyakan polip ini adalah polip hiperplastik atau
bagian dari mukosa dan bukan prekursor kanker.
4.7.1 SKRINING KARSINOMA KOLOREKTAL
Skrining CRC di targetkan untuk mendeteksi adenoma yang lebih besar dan
lebih lanjut dengan potensi keganasaan yang tinggi, sehingga Risiko
pengembangan Adenoma menjadi CRC di kelompokkan menjadi tiga kategori;
● Risiko rata-rata: usia >50
● Risiko sedang: riwayat pribadi masa lalu adenoma besar atau CRC atau kerabat
tingkat pertama dengan adenoma besar atau CRC
● Risiko tinggi: penyakit radang usus; sindrom CRC non-poliposis herediter; sindrom
poliposis keluarga.
4.7.1.1 KOLONOSKOPI
Kolonoskopi memberikan pemeriksaan yang paling lengkap dan menyeluruh dan
merupakan standar acuan untuk evaluasi usus besar.
Keuntungan kolonoskopi:
· Deteksi polip dan kanker dengan tingkat akurasi yang tinggi
· Visualisasi langsung dari permukaan mukosa
· Mampu mendiagnosis adenoma datar yang kurang umum serta penyakit inflamasi
mukosa
· Biopsi dan polipektomi.
Keterbatasan kolonoskopi:
· Perlu menggunakan sedasi
· Tingkat kegagalan 5-10% karena proses pemeriksaan atau obstruksi kolon
· Komplikasi seperti perforasi dan perdarahan jarang terjadi, dengan insiden yang sedikit
meningkat bila dilakukan polipektomi.
4.7.1.2 CT KOLONOGRAFI
CT kolonografi adalah teknik CT multidetektor yang berpotensi
berperan dalam skrining KKR. CT kolonografi terdiri dari:

● Usus besar pasien 'dibersihkan' secara menyeluruh sebelum


prosedur dengan kit persiapan yang tersedia secara komersial
● Penandaan feses: menelan bahan kontras sebelum CT akan
menyebabkan bahan feses yang tertahan menjadi berdensitas
tinggi dan oleh karena itu mudah dibedakan dari polip
● Pasien ditempatkan di meja CT dan tabung rektal dimasukkan
● Usus besar membesar dengan udara ruangan atau CO2
● Dua kali CT scan, pertama posisi terlentang dan kemudian
tengkurap, menggunakan teknik CT dosis radiasi rendah
● Gambar ditinjau pada workstation komputer dengan aplikasi
perangkat lunak yang memungkinkan rekonstruksi multiplanar
dan 3D instan, serta algoritme khusus untuk melihat permukaan
mukosa (Gbr. 4.29).
CT kolonografi memiliki sensitivitas lebih dari 90
persen untuk mendeteksi polip berukuran 10 mm atau
lebih (Gbr. 4.30).
Keterbatasan CT kolonografi:
· Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi adenoma
datar atau peradangan mukosa secara andal
· Sensitivitas yang dilaporkan rendah untuk
mendeteksi polip kecil (<5 mm)
· Biopsi dan polipektomi tidak dapat dilakukan.
Karena keterbatasan ini, kolonografi optik CT tidak
dapat menggantikan kolonoskopi.
Indikasi untuk CT kolonografi meliputi:
· Kolonoskopi gagal
· Evaluasi kolon proksimal dari obstruksi
· Bila kolonoskopi atau sedasi dikontraindikasikan
karena kelemahan atau faktor lainnya.
4.7.2 Stadium Karsinoma Kolorektal
1. Stadium I: Tumor terbatas pada dinding usus
2. Stadium II: Invasi melalui seluruh ketebalan dinding usus ± invasi struktur
yang berdekatan
3. Stadium III: Metastasis ke kelenjar getah bening
4. Stadium IV: Metastasis ke tempat yang jauh seperti hati, kelenjar getah
bening non-regional, paru-paru.
4.7.3 Stadium Karsinoma Rektal
Sebagian besar karsinoma rektal adalah tumor annular atau polipoid
yang menyerang dinding rektum. Invasi tumor terjadi melalui lapisan dinding
rektal yaitu lapisan mukosa, submukosa dan muskularis propria. Tumor yang
telah menginvasi seluruh ketebalan dinding rektum kemudian dapat meluas ke
lapisan lemak mesorektal di sekitarnya. Tumor kemudian dapat bermetastasis
ke kandung kemih, vesikula seminalis, peritoneum, kelenjar getah bening
regional di panggul atau bermetastasis ke tempat yang jauh, seperti kelenjar
getah bening perut atau hati.
Manajemen karsinoma rektum yaitu pembedahan, kemoterapi dan radioterapi.
● Pembedahan -> kuratif (pengangkatan seluruh rektum dan lemak
mesorektal dan limfatik sekitarnya) atau total mesorectal excision/ TME
● TME dapat digunakan untuk mengetahui tumor yang belum menginvasi
di luar dinding rektal (T1 atau T2)
● Stadium >T2, dapat dilakukan kemoterapi neoadjuvant atau kombinasi
neoadjuvant dan radioterapi
● Untuk penyakit invasif lanjut atau metastasis -> pembedahaan
non-kuratif (eksisi lokal)
● MRI dan transrectal US (TRUS) -> mampu membedakan lapisan
dinding rektal, MRI banyak digunakan untuk staging lokal karsinoma
rektal (Gbr. 4.31)
4.8 Trauma Abdomen
❖ Pasien yang mengalami trauma mayor dinilai dengan “rangkaian trauma” yang mendesak
terdiri dari radiografi dada, tulang belakang leher dan panggul. Jalur pemeriksaan pasien
dengan suspek trauma abdomen bergantung pada status hemodinamik dan keadaan klinis
❖ Pasien dengan hemodinamik tidak stabil harus menjalani operasi segera atau dapat dinilai
untuk darah intraperitoneal dengan teknik khusus US yang dikenal sebagai FAST.
❖ Fokus abdominal sonografi untuk trauma (FAST) terdiri dari penilaian pemeriksaan cepat
US terhadap panggul dan abdomen untuk keberadaan cairan bebas.
❖ FAST telah menggantikan bilas peritoneum dan merupakan pemeriksaan pencitraan awal
pada pasien dengan trauma abdomen. Ini dapat digunakan untuk membantu memutuskan
pasien mana yang memerlukan laparotomi segera atau untuk indikasi lebih lanjut
pemeriksaan dengan CT.
❖ CT kontras adalah pemeriksaan pilihan untuk kecurigaan cedera abdomen pada pasien
dengan hemodinamik stabil.
Cairan bebas: US (FAST).
Cairan bebas terlihat sebagai
bahan anekoik yang terdapat pada
perut kiri atas berdekatan dengan
limpa dan ginjal kiri.
4.8.1 CT pada Pasien Hemodinamik Stabil
❖ CT untuk penilaian trauma abdomen biasanya dilakukan dengan bahan kontras intravena.
❖ Tanda-tanda dari trauma abdomen yang mungkin terlihat pada CT :
➔ Darah bebas : bahan hipodens lebih bergantung di bagian peritoneum yaitu panggul, kantong
hepatorenal dan talang parakolik
➔ Cedera organ padat : laserasi, fraktur, hematoma dan memar
➔ Laserasi yang melibatkan sistem pengumpulan ginjal mengakibatkan kebocoran urin dan urinoma
➔ Ginjal tidak berfungsi karena kerusakan parenkim masif, cedera parenkim vaskular atau sistem
pengumpulan terhambat karena bekuan darah
➔ Tanda-tanda CT dari trauma usus :
❏ Cairan bebas diantara loop usus atau di dasar dari mesenterium
❏ Gas bebas intraperitoneal dan retroperitoneal
❏ Hematoma dinding usus
➔ Perdarahan aktif : “genangan” atau “jet” lokal dari bahan kontras ekstravasasi
❏ Tanda ini merupakan indikasi untuk intervensi segera, baik pembedahan atau angiografi dan
embolisasi
Trauma limpa: CT. Rekonstruksi koronal
menunjukkan laserasi bagian atas limpa dan
berdekatan dengan hematoma (panah).
Perhatikan juga cairan bebas di panggul (*),
di atas kandung kemih.
4.8.2 Angiografi dan Embolisasi
❖ Digunakan sebagai pilihan pada pengobatan non-operatif untuk manajemen cedera
limpa, hati dan ginjal.
❖ Pengganti atau operasi tambahan untuk mengontrol pendarahan aktif yang
berhubungan dengan cedera mesenterika atau patah tulang panggul.

4.8.3 Uretrogram
❖ Cedera uretra menyebabkan komplikasi sekitar 15% terhadap fraktur panggul
anterior pada laki-laki.
❖ Kateterisasi kandung kemih tidak boleh dicoba sebelum urethrogram pada setiap
pasien dengan fraktur panggul anterior atau dislokasi, atau dengan darah di uretra
meatus setelah trauma.
❖ Uretrogram adalah prosedur sederhana yang dapat dilakukan dengan cepat dalam
ruang gawat darurat. Bulbus proksimal uretra adalah situs yang paling umum dari
cedera uretra.
Cedera uretra: uretrogram. Garis besar
uretrogram kandung kemih dan uretra dengan
kebocoran bahan kontras (panah)
menunjukkan robekan uretra
4.8.4 CT Sistogram
❖ Cedera kandung kemih dapat disebabkan oleh benda tumpul, penetrasi ataupun trauma
iatrogenik.
❖ Tanda-tanda radiografi yang menunjukkan trauma kandung kemih meliputi fraktur dan/atau
dislokasi panggul, dan massa jaringan lunak di panggul disebabkan karena kebocoran air
seni.
❖ CT kontras perut dan panggul yang dilakukan untuk trauma perut memiliki hasil sensitivitas
yang buruk untuk mendeteksi cedera kandung kemih.
❖ Akurasi CT untuk diagnosis dan kategorisasi cedera kandung kemih dapat ditingkatkan
dengan CT sistogram, yaitu CT dengan injeksi langsung pada bahan kontras ke dalam
kandung kemih melalui kateter.
❖ Jika uretrogram menunjukkan bahwa uretra normal, kateter dapat diteruskan ke kandung
kemih dan dilakukan sistogram.
❖ Tanda-tanda trauma kandung kemih yang terdapat pada CT sistogram meliputi deformitas
kandung kemih dan kebocoran bahan kontras.
❖ Kebocoran bahan kontras terjadi karena 80% ekstraperitoneal dan 20% intraperitoneal
Cedera kandung kemih: CT sistogram. CT
transversal setelah memasukkan bahan
kontras ke dalam kandung kemih
menunjukkan kebocoran ekstraperitoneal
(panah) melalui robekan di bagian bawah
kandung kemih anterior. Note: balon kateter
(C).
4.9 Deteksi dan Karakterisasi dari Massa Hepar
● Massa hepar dapat dicurigai secara klinis pada:
○ Nyeri abdomen bagian atas
○ Nyeri abdomen akut yang disebabkan oleh perdarahan spontan
○ Penurunan fungsi hepar secara spontan dikarenakan kanker hepar yang
terjadi pada penyakit sirosis hati
● Sebagian besar massa hepar ditemukan secara insidentil (Incidental
Finding)
● Massa hepar juga biasa ditemukan pada pencitraan untuk skrining
metastasis dari suatu fokus keganasan primer ekstrahepatal
4.9 Deteksi dan Karakterisasi dari Massa Hepar
● Massa hepar dapat dicurigai secara klinis pada:
○ Nyeri abdomen bagian atas
○ Nyeri abdomen akut yang disebabkan oleh perdarahan spontan
○ Penurunan fungsi hepar secara spontan dikarenakan kanker hepar yang
terjadi pada penyakit sirosis hati
● Sebagian besar massa hepar ditemukan secara insidentil (Incidental
Finding)
● Massa hepar juga biasa ditemukan pada pencitraan untuk skrining
metastasis dari suatu fokus keganasan primer ekstrahepatal
Massa Hepar yang biasa ditemukan

Jinak Ganas

Kista sederhana Metastasis

Hemangioma Karsinoma hepatoselular

Hiperplasi nodular fokal Kolangiokarsinoma

Adenoma
Pencitraan Dinamis untuk Hepar
● Pencitraan dinamis hepar memungkinkan karena hepar menerima suplai
darah dari 2 tempat.
○ Arteri Hepatika → 20%
○ Vena Porta Hepatika → 80%
● Terdapat 3 fase pada pencitraan yang terjadi setelah injeksi material
kontras secara bolus intravena:
○ Fase Arterial : Dimulai sekitar 25 detik setelah injeksi dilakukan
○ Fase Vena Porta : Dimulai saat 70 detik, setelah darah bersirkulasi melalui
mesenteium, usus dan limpa
○ Fase Ekuilibrium : Terjadi beberapa menit setelah injeksi, terdapat redistribusi material
kontras ke dalam rongga ekstraseluler
Pencitraan Dinamis untuk Hepar
● Sebagian besar tumor hepar → menerima suplai dari arteri hepatika
● Sebagian besar tumor hepar tergolong hipovaskular
○ Menerima suplai darah lebih sedikit dari jaringan hepar sekitarnya
○ Pencitraan maksimal terhadap lesi ini termasuk metastasis terjadi pada fase vena porta
dengan kontras
● Sebagian kecil tumor hepar tergolong hipervaskular
○ Menerima suplai darah lebih banyak dari jaringan hepar sekitarnya
○ Pencitraan maksimal terhadap lesi ini terjadi pada fase arterial
Pencitraan Dinamis untuk Hepar

CT-Kontras CT-Kontras

Fase Vena Porta Fase Arterial

Lesi hipovaskular Lesi Hipervaskular


Pencitraan Dinamis untuk Hepar
● Contoh lesi Hipovaskuler
○ Metastasis Hipovaskular ← Sering
● Contoh lesi Hipervaskuler
○ Karsinoma Hepatoseluler kecil
○ Hiperplasia nodular fokal
○ Metastasis hipervaskuler ← Jarang
Pencitraan Dinamis untuk Hepar

● Terdapat 3 Metode yang tersedia untuk pencitraan


dinamis dari hepar
○ Contrast-Enchanced Ultrasound (CEUS)
○ CT multifase dengan material kontras teriodinisasi
○ MRI dengan gadolinium
Pencitraan Ultrasound(US) Hepar
● Dilakukan sebagai investigasi pertama kali pd pasien susp massa hepar
○ Non-invasif
○ Harga relatif murah
● Jika karakteristik lesi
○ Kista sederhana → Tidak perlu investigasi lebih lanjut
○ Massa solid → Diperlukan pemeriksaan lanjutan dengan pencitraan dinamis (CEUS, CT,
MRI)
● Peran lain US pada massa hepar
○ Follow up perkembangan massa
■ ex: Ditemukan susp Hemangioma, maka US digunakan untuk konfirmasi kurangnya
pertumbuhan massa
○ US intraoperatif: US + Probe frekuensi tinggi yang langsung diaplikasikan pada permukaan
hepar saat pembedahan berlangsung untuk mengetahui adanya metastasis
Pencitraan Ultrasound Hepar
● Keterbatasan dari US untuk mendeteksi lesi hepar
○ Kurang akurat pd Lesi yang tinggi didekat permukaan diafragma, tepatnya dibagian yang
tertutup oleh tulang rusuk
○ Steatosis Hepatika (fatty liver): Infiltrasi dari lemak memproduksi gelombang
echogenik(terang) pada permukaan hepar sehingga membuat bagian yang lebih dalam
sulit terlihat dalam US
Pencitraan Ultrasound Hepar

● Hemangioma terlihat pada US sebagai


massa hiperekoik (panah)
Pencitraan Computed Tomography(CT) Hepar
● CT secara umum digunakan untuk menilai sebagian besar massa hepar
○ Secara akurat memberikan informasi terkait anatomi dan karakteristik dari isi
massa(cairan, lemak, kalsifikasi)
○ Komplikasi dari HCC dapat terlihat dengan jelas
■ Invasi thdp vena porta
■ shunting arteriovena
● CT multifase → menentukan karakteristik lesi menggunakan pola kontras
○ Diferensiasi massa jinak Hemangioma dan Hiperplasia nodular fokal dari lesi yang lebih
berbahaya
■ Hemangioma → menunjukan adanya pola nodular perifer tipikal pd fase arterial
■ Hiperplasia nodular fokal → isointensif pd non-kontras dan fase vena porta
● Hiperintensif pd fase arterial + jaringan parut sentral
Pencitraan Magnetic Resonance Imaging(MRI) Hepar
● MRI sering digunakan lebih umum pada lesi hepar untuk mendeteksi dan
karakterisasi
○ Beberapa sentral mengganti CT → MRI sebagai pemeriksaan primer untuk pencitraan
massa hepar
● Seperti CT, MRI juga dapat menggunakan pemeriksaan kontras,
menggunakan injeksi intravena gadolinium untuk melihat fase arterial, fase
vena porta, dan fase ekuilibrium
Pencitraan Magnetic Resonance Imaging(MRI) Hepar
● Teknologi kontras MRI berkembang luas
○ Gadolinium-based hepatobiliary contrast agents gadoxetic acid (Gd-EOB-DTPA)
○ Gadobenate dimeglumine (Gd-BOPTA)
● Cara kerja
○ Agen kontras hepatobilier akan diserap oleh hepatosit sehat dan akan dieksreksikan
melalui cairan empedu.
○ Pada pencitraan delayed (10-60 menit setelah injeksi untuk Gd-EOB-DTPA dan
60-120 menit untuk Gd-BOPTA),agen-agen ini akan memproduksi peningkatan sinyal
dari hepar dan sistem bilier, dengan penambahan citra pada lesi kecil
non-hepatoseluler termasuk metastasis. Kemudian, beberapa massa hepar, seperti
Hiperplasia nodular fokal dan nodul displastik sirosis dapat menyerap agen
hepatobilier dan menunjukan peningkatan sinyal pada pencitraan delayed
Pencitraan Magnetic Resonance Imaging(MRI) Hepar

Hemangioma: MRI. Transverse T1-Weighted MRI. Menunjukkan


Hemangioma: MRI. Transverse Heavly T2-Weighted
kontras fase arterial yang menggambarkan adanya nodular perifer
fat saturated MRI. Menunjukan adanya massa dengan
pada massa hepar yang besar. Hal ini menunjukan adanya
sinyal tinggi yang jelas (panah)
hemangioma
Pencitraan Magnetic Resonance Imaging(MRI) Hepar

Hiperplasia nodular fokal (FNH): MRI dengan agen kontras hepatobilier (BOPTA). (a) Transverse
T1-Weighted MRI saat kontras fase arterial yang menunjukan adanya massa hipervaskuler(panah).
(b) Fase Delayed (hepatobilier) menunjukan adanya penampakan kontras lanjutan dari lesi, yang
sangat mendukung untuk diagnosis FNH.
4.10 Investiga Pencitraan Jaundice (Penyakit kuning)-Yys
Penyebab jaundice (penyakit kuning) dapat dibagi menjadi dua kategori besar:
● Obstruksi empedu mekanis
● Stasis empedu intrahepatik, juga dikenal sebagai ikterus hepatoseluler atau
non-obstruktif.

Note: Pencitraan tidak memiliki peran penting dalam penyakit kuning hepatoseluler,
selain US (ultrasonography) untuk biopsi hepar.
Obstruksi empedu mekanis dapat terjadi pada tingkat apa pun dari hepar ke duodenum.
Peran pencitraan adalah untuk menentukan keberadaan, tingkat dan penyebab obstruksi
empedu.

Penyebabnya antara lain:

● Batu empedu di saluran empedu,


● Karsinoma pankreas,
● Cholangiocarcinoma,
● Karsinoma ampulla Vater atau duodenum,
● Striktur empedu iatrogenik,
● Pankreatitis kronis,
● Massa hepar, dan
● Kolangitis sklerosis.
US (Ultrasonography)

Pengukuran diameter saluran empedu


Pemeriksaan pencitraan pilihan pertama untuk umumnya dinilai sebagai berikut: normal
pasien penyakit kuning. <6 mm; samar-samar 6-8 mm; melebar
>8 mm

● Dilatasi terkait saluran pankreas utamanya menunjukkan obstruksi pada tingkat caput pankreas atau
ampulla Vater.
● Letak dan penyebab obstruksi didefinisikan pada US hanya dalam 25 persen kasus karena gas
duodenum yang terlalu banyak sering mengaburkan ujung bawah ductus biliaris komunis
Dilatasi bilier: Dilatasi ductus hepatica komunis (CHD) dilihat sebagai struktur tubular anechoic
anterior untuk vena portal (PV).
Choledocholithiasis: Biliary calculus dilihat sebagai fokus hiperechoic (+) pada ductus biliaris
komunis.
Tergantung pada hasil US, pemeriksaan lebih lanjut dapat diarahkan sebagai berikut:
● Saluran empedu tidak melebar: penyakit kuning hepatoseluler bisa dipertimbangkan
dan biopsi hepar dapat diindikasikan.
● Saluran empedu melebar karena biliary calculus: retrograde endoskopi
cholangiopancreatography (ERCP) dan sfingterotomi atau pembedahan.
● Saluran empedu melebar karena massa jaringan lunak: CT untuk karakterisasi lebih
lanjut
● Saluran empedu melebar tanpa penyebab yang jelas: CT dapat dilakukan karena
memiliki tingkat yang lebih tinggi untuk diagnosis penyebab obstruksi empedu daripada
US
Obstruksi empedu karena karsinoma caput pankreas: CT. (a) Saluran empedu melebar yang terlihat pada
CT sebagai pola percabangan atenuasi rendah (panah) di hepar. (b) Perhatikan pembesaran caput
pankreas (P) karena tumor dan kantong empedu yang disetensi (GB).
Tergantung pada temuannya, US dan CT dapat diikuti oleh pencitraan yang lebih definitif
terhadap biliary system dengan resonansi magnetik cholangiopancreatography (MRCP),
CT cholangiography, USG endoskopi (EUS), ERCP atau kolangiografi transhepatik
perkutaneus (PTC).
Magnetik Resonansi Kolangiopancreatografi

Tidak memerlukan
Tidak melibatkan
Non-invasif bahan kontras
radiasi pengion intravena

MRCP menggunakan heavily T2-weighted images yang menunjukkan cairan stasioner seperti
empedu sebagai sinyal tinggi, dengan fluida bergerak dan padatan sebagai sinyal rendah.

Saluran empedu dan kantong empedu dilihat sebagai struktur yang cerah pada latar belakang
yang gelap.
● MRCP tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin, dan
● Dapat dikombinasikan dengan modalitas lainnya untuk memberikan pencitraan hepar
dan pankreas yang lebih komprehensif.
● MRCP sebagian besar telah menggantikan ERCP diagnostik sebagai pemeriksaan
pilihan untuk pencitraan sistem empedu, termasuk penilaian pasien penyakit kuning
dengan saluran empedu melebar dengan US.
● MRCP biasanya digunakan sebelum kolesistektomi laparoskopi untuk mendiagnosis
varian kalkulus saluran empedu (biliary calculus) dan saluran empedu, dan untuk
menghindari eksplorasi intraoperatif ductus biliaris komunis.
Keterbatasan MRCP
● Pasien tidak cocok untuk MRI, misalnya: alat pacu jantung, klaustrofobia.

● Resolusi spasial terbatas, oleh karena itu kesulitan memvisualisasikan batu <3 mm, stenosis
empedu yang ketat, saluran empedu perifer kecil dan cabang samping kecil dari saluran
pankreas.
● Tidak ada aplikasi terapeutik, yaitu tidak dapat melakukan sfingterotomi, stent sisipan,

● dll.
Choledocholithiasis: MRCP. Kalkulus bilier (biliary calculus) dipandang sebagai cacat pengisian
(panah) di dalam saluran empedu yang melebar (BD). Catatan juga: saluran pankreas (PD), lambung
(G) dan duodenum (D).
Kebocoran empedu pasca-laparoskopi kolesistektomi: CT cholangiogram. Note drain (Dr), klip bedah (C), duktus
biliaris komunis (CBD) dan duodenum (D). Bahan kontras yang terletak di luar sistem empedu (panah) yang
menunjukkan kebocoran empedu.
CT Kolangiografi

CT Kolangiografi adalah metode


Infus intravena yang lambat dari agen
pencitraan yang cukup andal untuk
kolangiografi yang mengandung
pencitraan pada sistem empedu di
yodium (Biliscopin®) untuk opacify
mana MRCP dan metode lain yang
(mengaburkan) saluran empedu
lebih invasif

Kerugian dari kolangiografi CT


termasuk paparan radiasi, alergi
terhadap bahan kontras, dan
non-visualisasi saluran empedu pada
pasien dengan bilirubin tinggi.
US Endoskopi (EUS)

Seperti namanya, EUS menggabungkan USG dengan endoskopi. EUS sangat sensitif dalam
mendeteksi massa bilier kecil dan tumor pankreas. EUS dapat digunakan untuk memandu
biopsi massa kecil atau aspirasi kista.

Keterbatasan EUS mencakup ketersediaan terbatas, kesulitan interpretasi setelah


penempatan stent bilier atau sfingterotomi, dan kesulitan teknis setelah operasi
lambung.
Endoskopi Retrograde Kolangiopancreatografi (ERCP)

● Untuk ERCP, ampulla Vater diidentifikasi secara endoskopi dan kanula kecil masuk ke
dalamnya di bawah visualisasi endoskopi langsung.
● Bahan kontras kemudian disuntikkan ke dalam saluran bilier dan pankreas.
● Jika MRCP tidak tersedia, ERCP digunakan untuk menilai obstruksi empedu yang
didiagnosis pada US atau CT.
● ERCP adalah penyelidikan pilihan untuk dugaan obstruksi empedu distal yang mungkin
memerlukan intervensi seperti sfingterotomi, pengambilan keranjang batu, biopsi bilier atau
penempatan stent bilier.
Kerugian ERCP

● Komplikasi termasuk pankreatitis (relatif jarang meskipun mungkin


menghancurkan ketika terjadi)
● Kegagalan teknis hingga 10%.
Cholangiocarcinoma: endoskopi retrograde cholangiopancreatography. Striktur (panah) ductus billiaris
komunis sebelah distal (CBD) karena cholangiocarcinoma.
Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus (PTC)

Kolangiografi transhepatik perkutaneus (PTC) diindikasikan untuk penilaian obstruksi bilier


tinggi pada tingkat porta dan di mana obstruksi empedu tidak dapat diuraikan oleh ERCP karena
operasi pengalihan empedu sebelumnya.

→ PTC dilakukan di bawah fluoroskopi dengan jarum halus yang dilewatkan ke saluran empedu
perifer di hati dan bahan kontras yang disuntikkan untuk menguraikan sistem empedu.
4.11 RADIOLOGI INTERVENSI HATI DAN SALURAN BILIER

4.11.1 Biopsi hati

Indikasi: Massa hati dan penyakit hati difus

Biopsi hati dapat dilakukan dibawah panduan CT atau US

Tidak semua massa hati harus menjalani biopsi dan biopsi massa hati tebatas pada beberapa
indikasi spesifik
4.11.2 Manajemen non-bedah batu saluran empedu

Dilakukan melalui ERCP → Pelebaran ujung bawah saluran empedu (Sphincterotomy) dan
pengangkatan batu melalui kawat kecil. Terkadang, batu saluran empedu dapat dikeluarkan
melalui saluran T-tube.

Komplikasi jarang terjadi dan mungkin termasuk pankreatitis, kolangitis, dan kebocoran empedu.
4.11.3 Manajemen non-bedah obstruksi bilier ganas

Indikasi:

● Meredakan gejala: meredakan gejala pruritus, nyeri, atau kolangitis


● Tumor saluran empedu yang tidak dapat direseksi, kepa pankreas atau hati
● Faktor risiko medis yang membuat operasi tidak mungkin dilakukan

Metode (bervariasi sesuai jenis tumor dan lokasi, ditambah keahlian lokal dan prefensi:

● Endoskopi: ‘dari bawah’ untuk obstruksi bilier menengah kebawah


● Perkutan: ‘dari atas’ untuk obstruksi bilier tinggi atau dimana bagian kedua duodenum tidak
dapat diakses dengan endoskopi karena tumor atau operasi sebelumnya
● Gabungan endoskopi perkutan
4.11.4 Kolesistostomi perkutan

Kolesistostomi perkutan (drainase kandung empedu) → berguna dalam penanganan kolesistitis


akut dimana risiko pembedahan tidak dapat diterima. Kolesistostomi perkutan biasanya dilakukan
melalui panduan US. Kandung empedu ditusuk, kawat melewati jarum, dan kateter drainase
ditempatkan di kantong empedu di atas kawat.

Kolesistogram dilakukan setelah penyakit akut sembuh, dengan bahan kontras disuntikkan melalui
kateter drainase. Batu yang menyebabkan obstruksi duktus sistikus mungkin memerlukan
pembedahan; jika tidak, kateter dilepas.
4.11.5 Transjugular intrahepatic portosystemic stent shunting (TIPSS)

Penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada pasien dengan sirosis hepatis adalah perdarahan
dari varises esofagus. TIPSS dilakukan dalam pengaturan hipertensi portal untuk perdarahan
varises kronis berulang yang tidak dapat dilakukan skleroterapi.

TIPSS → teknik intervensi yang digunakan untuk membentuk shunt dari system portal ke sirkulasi
vena sistemik, sehingga menurunkan tekanan vena portal.

Komplikasi TIPSS:

● Komplikasi prosedural: perdarahan intraperitoneal, trombosis vena porta


● Ensefalopati hepatik
● Gagal ginjal
● Edema paru

Anda mungkin juga menyukai