Laporan Kasus DM Muhammad Luthfi Yahya
Laporan Kasus DM Muhammad Luthfi Yahya
Faringitis akut +
Anemia Mikrositik Hipokromik
Oleh :
NIM. 2130912310094
Pembimbing :
BANJARMASIN
September, 2022
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Faringitis............................................................................. 3
1. Definisi............................................................................ 3
2. Etiologi............................................................................ 3
3. Klasifikasi........................................................................ 4
5. Tata laksana..................................................................... 5
1. Definisi............................................................................ 6
2. Etiologi............................................................................ 7
4. Tata laksana..................................................................... 9
A. Identitas............................................................................. 11
B. Anamnesis......................................................................... 11
C. Pemeriksaan Fisik............................................................. 16
D. Status Gizi......................................................................... 18
ii
E. Pemeriksaan Penunjang.................................................... 19
F. Resume.............................................................................. 21
G. Diagnosis Kerja................................................................. 23
H. Penatalaksanaan................................................................ 23
I. Prognosis........................................................................... 23
J. Follow Up......................................................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 27
BAB V PENUTUP................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 30
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kata lain peradangan pada tonsil, nasopharynx, dan faring. 2 Faringitis umumnya
terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun akan tetapi orang dewasa juga memiliki
faringitis disebabkan karena infeksi virus ataupun bakteri. Namun, alergi; trauma;
lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan
jenis kelamin. Anemia merupakan indikator dari kurangnya asupan zat gizi dan
buruknya kondisi kesehatan. Pada bayi, asupan nutrisi berdampak pada kesehatan
Anemia terbanyak pada orang dewasa dan anak-anak adalah anemia mikrositik
hipokromik yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan zat gizi besi dengan
dalam eritrosit kurang dari normal (MCV < 80 fl, MCH < 28 pg, MCHC < 32%).
1
2
sideroblastik. Pada bayi pemberian ASI eklusif diwajibkan selama 6 bulan. ASI
eklusif dapar berfungsi sebagai proteksi pada sistem gastrointestinal dan repirasi
bayi, serta dapat menurunkan alergi pada bayi. Namun akan menjadi masalah
ketika bayi kekurangan sejumlah nutrisi penting seperti halnya anemia akibat
kekurangan zat besi berkaitan dengan kurangnya asupan besi dari ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Faringitis
1. Definisi
kata lain peradangan pada tonsil, nasopharynx, dan faring.2 Faringitis umumnya
terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun akan tetapi orang dewasa juga memiliki
2. Etiologi
Namun, alergi; trauma; kanker; refluks; dan toksin dapat juga menyebabkan
3
4
faring.1
3. Klasifikasi
common cold; faringitis akut (J02) yang dibagi menjadi faringitis streptococcal,
faringitis akut disebabkan oleh organisme lainnya, dan faringitis akut tanpa sebab
yang jelas; tonsilitis akut (J03); laryngofaringitis akut (J06); dan faringitis kronis
(J31.2).5 Faringitis akut dan kronis dibedakan berdasarkan lama terjadinya dimana
gejala faringitis akut umumnya sembuh dalam 10 hari sedangkan pada faringitis
Pada anamnesis faringitis viral dapat ditemukan adanya demam tinggi, mata
merah dan adanya sekret, rinorea, batuk, dan suara serak. Pada faringitis
demam mendadak, sakit kepala, perut rasa tidak nyaman, riwayat terpajan
faringitis streptococcal, dan tidak ada batuk. Identifikasi infeksi SBHGA pada
antibiotik.2,7
demam > 38 oC, nyeri dan bengkak pada kelenjar getah bening servikal anterior,
eksudat tonsil, dan tanpa disertai batuk. Apabila keempat kriteria klinis ini positif
maka probabilitas infeksi SBHGA mencapai lebih dari 50%. Skor modifikasi
variabel usia. Interpretasi klinis dari hasil skor modifikasi Centor (McIsaac) yaitu
5. Tata laksana
a. Non-Medikamentosa
b. Medikamentosa
c. Terapi Pembedahan
1. Definisi
(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat
eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi
dan tembaga), vitamin (B12 dan asam folat), asam amino, dan gangguan pada
mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia karena
dalam eritrosit kurang dari normal (MCV < 80 fl, MCH < 28 pg, MCHC < 32%).
Penyebab anemia jenis ini yaitu berkurangnya zat besi (anemia defisiensi besi),
2. Etiologi
hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah
berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna dalam
menurut WHO, Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan nutrisi
terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A
rendah, hitung jumlah sel darah merah, volume korpuskular rata-rata, jumlah
hematologi yang menjadi indikator paling umum untuk menentukan anemia ialah
menilai kadar Hb. Gejala klinis dari anemia yang paling umum ialah rasa lelah,
sesak napas, palpitasi, konjungtiva dan palmar yang pucat. Gejala klinis dan
hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari ini dapat dipastikan
adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna untuk
retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic
hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.
d. Pemeriksaan khusus
misalnya pada Anemia defisiensi besi : serum iron. TIBC (total iron binding
4. Tata laksana
mengancam jiwa, sehingga harus ditransfusi segera dengan PRC (packed red
cells).
Terapi khas, khusus untuk terapi terhadap anemia jenis tertentu. Seperti anemia
penyakit tersebut.
pasti, namun dalam rangka menegakkan diagnosis tersebut. Terapi ini harus
dipantau dengan ketat, misalnya pada anemia defisiensi besi, diberi preparat
besi, lalu jika membaik berarti memang positif anemia defisiensi besi, dan
sebagainya.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Penderita
2. Orangtua
Pendidika : S1 Pendidikan : S1
B. Anamnesis
Kiriman dari :-
Diagnosis :-
11
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam
aktivitas, maupun
12
13
cuaca. Demam naik turun namun suhunya tidak diukur oleh orang tua
pasien, kejang (-), mengigil (-). Pasien telah diberikan obat paracetamol
syrup setiap 3 jam, demam sempat turun, namun naik kembali. Pasien
juga mengeluhkan batuk sejak 3 hari SMRS. Batuk disertai dahak yang
sulit dikeluarkan, dahak berwarna kuning dan kental, tidak ada darah
ditemukan.
SMRS. Muntah sesaat setelah meminum susu. Muntah berisi susu yang
diminum, terdapat lendir dan tidak ada darah. Nafsu makan pasien
meminum air putih dan sulit untuk meminum susu maupun makan.
operasi sebelumnya.
anggota keluarga dengan riwayat tranfusi darah rutin. Tidak ada anggota
Riwayat antenatal:
14
Riwayat Natal :
Riwayat Neonatal :
Kesimpulan: Riwayat antenatal baik, riwayat natal dan riwayat neonatal baik.
6. Riwayat Perkembangan
Tiarap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 6 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 9 bulan
15
7. Riwayat Imunisasi
8. Makanan
ASI:
Susu formula:
Diberikan susu formula sejak 3 bulan sampai 11 bulan. 100 cc sebanyak 11-
MPASI:
Kesimpulan : Intake nutrisi secara kuantitas baik, tetapi secara kualitas kurang
baik
17
9. Riwayat Keluarga
Iktisar Keturunan:
Ayah Ibu
• Pasien tinggal berdelapan terdiri dari kedua orang tua, 2 orang tante, 2 orang
sampah.
• Keluarga minum menggunakan air galon isi ulang, untuk mandi dan mencuci
C. Pemeriksaan Fisik
3. Tanda vital
Suhu : 39,2°C
Respirasi : 40 kali/menit
4. Kulit
Kelembaban : Cukup
Lain-lain : Edem wajah (-), papul (-), nodul (-), atrofi (-)
5. Kepala
ikterik (-/-)
(-/-)
6. Leher
Pembesaran KGB (-), tortikolis (-), kaku kuduk (-), massa (-)
7. Dinding dada/paru
8. Jantung
9. Abdomen
20
10. Ekstremitas
12. Genitalia
13. Anus
D. Status Gizi
E. Pemeriksaan Penunjang
u/
ul
Eosinofil # 0.00 <3.00 rib
u/
ul
Neutrofil # 4.33 2.50 - 7.00 rib
u/
ul
Limfosit # 4.58 1.25 - 4.00 rib
u/
ul
Monosit # 0.83 0.30 - 1.00 rib
u/
ul
F. Resume
Uraian :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam naik-
turun. Demam terjadi terus menerus tanpa dipengaruhi waktu, aktivitas, maupun
cuaca. Demam naik turun namun suhunya tidak diukur oleh orang tua pasien,
kejang (-), mengigil (-). Pasien telah diberikan obat paracetamol syrup setiap 3
jam, demam sempat turun, namun naik kembali. Pasien juga mengeluhkan batuk
sejak 3 hari SMRS. Batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan, dahak berwarna
Terdapat keluhan mual dan muntah pada pasien sejak 3 hari SMRS. Muntah
sesaat setelah meminum susu. Muntah berisi susu yang diminum, terdapat lendir
dan tidak ada darah. Nafsu makan pasien menurun semenjak keluhan muncul.
Pasien hanya meminum air putih dan sulit untuk meminum susu maupun makan.
Pemeriksaan Fisik
Pernafasan : 40x/menit
Suhu : 39,2 oC
SpO2 : 99% on RA
Kulit : Sawo matang, sianosis (-), pucat (-), turgor cepat kembali,
Kepala : Bentuk normosefal, nyeri (-/-), nyeri tekan (-/-), tumor (-/-),
lembab (+)
Leher : Vena Jugularis teraba, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-),
massa (-)
Toraks/paru : Retraksi dinding dada (-), suara nafas vesikuler (+/+), rhonki
Abdomen : Tampak rata, distensi (-), Asites (-), shifting dullness (-),
Massa (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik, pembesaran KGB
G. Diagnosis Kerja
H. Penatalaksanaan
I. Prognosis
J. Follow Up
S O A P
- Demam (+) - Kesadaran : CM • Obs Febris H1 IVFD D5 ½ NS
- Mual muntah (+) - TD : 110/80 mmHg Susp. 300ml/hari
ketika minum susu - N : 88x/menit Rhinofaringitis
- Batuk berdahak - RR : 56x/menit DD/HFMD - IV paracetamol
(+) - T : 39,4℃ 80 mg (k/p
- Tidak nafsu makan- SpO2 : 96% room air demam)
(+) - K/L : Konj. Anemis (-),
sklera ikterik (-), sekret
hidung (-), faring
hiperemis (+) -Observasi
-Thoraks:Simetris, tanda vital
retraksi -Edukasi ibu
Paru :Vesikuler, rhonki(- dan keluarga
), wheezing(-) tentang
- Jantung : S1-S2 penyakit
reguler, murmur (-), -Edukasi ibu
gallop (-) dan keluarga
- Abd : Cembung, pentingnya
supel, BU(+), imunisasi dan
hepatosplenomegali vaksinasi pada
(-) anak
- Ekstr : Akral hangat,
CRT < 2”, edem (-)
- Status neurologis :
Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I
(-), Brudzinski II (-),
Kernig (-), pupil isokor
3mm/3mm, RC +/+,
parese n. kranialis (-)
Refleks palmar grasp (+)
Refleks patologis (-),
klonus (-), spastik
(-),
flaccid (-)
28
S O A P
- Demam (+) - Kesadaran : CM • Obs Febris H2 - IVFD D5 ½ NS
berkurang - TD : 110/80 mmHg Susp. 300ml/hari
- Mual muntah - N : 115x/menit Rhinofaringitis
(-) ketika - RR : 30x/menit DD/HFMD - IV paracetamol
minum susu - T : 37,2℃ • Low intake 80 mg (k/p
- Batuk - SpO2 : 96% room air demam)
berdahak (+) - K/L : Konj. Anemis (-),
- Tidak nafsu sklera ikterik (-), sekret
makan & hidung (-), faring
minum (+) hiperemis (+) -Observasi
-Thoraks:Simetris, tanda vital
retraksi -Edukasi ibu dan
Paru :Vesikuler, rhonki(- keluarga tentang
), wheezing(-) penyakit
- Jantung : S1-S2 -Edukasi ibu
reguler, murmur (-), dan keluarga
gallop (-) pentingnya
- Abd : Cembung,
imunisasi dan
supel, BU(+),
hepatosplenomegali vaksinasi pada
(-) anak
- Ekstr : Akral hangat,
CRT < 2”, edem (-)
- Status neurologis :
Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I
(-), Brudzinski II (-),
Kernig (-), pupil isokor
3mm/3mm, RC +/+,
parese n. kranialis (-)
Refleks palmar grasp (+)
Refleks patologis (-),
klonus (-), spastik
(-),
flaccid (-)
29
S O A P
- Demam (-) - Kesadaran : CM • Obs Febris H3 - IVFD D5 ½ NS
- Mual muntah - TD : 100/80 mmHg ec Faringitis 300ml/hari
(-) ketika - N : 108x/menit akut
minum susu - RR : 24x/menit DD/HFMD - IV paracetamol 80
- Tidak nafsu - T : 36,8℃ • Anemia mg (k/p demam)
makan & - SpO2 : 96% room air Mikrositik
minum (-) - K/L : Konj. Anemis (-), Hipokromik ec
sklera ikterik (-), sekret ADB
hidung (-), faring -Observasi
hiperemis (+), tonsil T1/T1 tanda vital
-Thoraks:Simetris, retraksi - Foto thorax
Paru :Vesikuler, rhonki(- - Lab darah ulang
), wheezing(-) -Edukasi ibu dan
- Jantung : S1-S2 reguler, keluarga tentang
murmur (-), gallop (-) penyakit
- Abd : Cembung, supel, -Edukasi ibu dan
BU(+), keluarga
hepatosplenomegali (-) pentingnya
- Ekstr : Akral hangat, imunisasi dan
CRT < 2”, edem (-) vaksinasi pada
anak
- Status neurologis :
Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I (-),
Brudzinski II (-), Kernig
(-), pupil isokor
3mm/3mm, RC +/+, parese
n. kranialis (-) Refleks
palmar grasp (+)
Refleks patologis (-),
klonus (-), spastik
(-),
flaccid (-)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Faringitis Akut
sebanyak 1 kali yang berisi susu yang diminum sebelumnya, terdapat lendir dan
tidak berdarah. Pasien mengeluhkan batuk sejak 3 hari SMRS. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya faring hiperemis. Dari kepustakaan tanda dan gejala
Berdasarkan skor modifikasi Centor (McIsaac) pada pasien ini, nilai pada
pasien ini adalah 1 yaitu suhu >38,0°C menunjukkan probabilitas infeksi dari
antiobiotik pada pasien. Dari pemeriksaan penunjang darah rutin pada pasien
menunjukkan adanya tanda infeksi sehingga pemberian terapi pada pasien yang
D5 ½ NS 700ml/hari.4
hematokrit, MCV dan MCH menurun dari nilai rujukan, yang menunjukan anemia
30
31
Cadangan ini akan menurun setelah usia 4-5 bulan pada bayi cukup bulan, namun
pada bayi kurang bulan cadangan tersebut hanya bertahan sampai usia 2-3 bulan.
Sumber zat besi pada bayi dibawah usia 6 bulan berasal dari air susu ibu (ASI)
atau susu sapi/ formula dan derivatnya. Komposisi zat besi pada ASI dan susu
formula sama-sama rendah (0,2-0,4 mg/L), namun bioavailabilitas zat besi pada
ASI lebih baik dibandingkan susu sapi. Dengan demikian, bayi yang
mengkonsumsi ASI jarang menderita defisiensi besi sebelum usia 6 bulan. Namun
pada pasien menjadi lebih rentan menderita anemia defisiensi besi karena sudah
PENUTUP
anak laki-laki berusia 11 bulan 3 hari yang di rawat di RSUD Ulin Banjarmasin.
adalah
(k/p demam). Pasien telah di rawat di ruang anak RSUD Ulin sejak tanggal 9
September 2022.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolford RW, Goyal A, Belgam Syed SY, Schaefer TJ. Pharyngitis. 2022.
Press; 2017.
ada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Kopelma Darussalam Kota Banda
8. Centor RM, Witherspoon JM, Dalton HP, Brody CE, Link K. The diagnosis
1981;1(3):239–46.
2009
10. Hoffbrand, A., Moss, P. Kapita selekta hematologi ed 6. EGC. Jakarta. 2016
33
34
2011
12. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2011
2019;1450(1):15-31.
2011