Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

Faringitis akut +
Anemia Mikrositik Hipokromik

Oleh :

Muhammad Luthfi Yahya

NIM. 2130912310094

Pembimbing :

Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp. A(K)

DEPARTEMEN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN

BANJARMASIN

September, 2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

DAFTAR TABEL.................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 3

A. Faringitis............................................................................. 3

1. Definisi............................................................................ 3

2. Etiologi............................................................................ 3

3. Klasifikasi........................................................................ 4

4. Diagnosis dan Manifestasi Klinis.................................... 4

5. Tata laksana..................................................................... 5

B. Anemia Mikrositik Hipokromik....................................... 6

1. Definisi............................................................................ 6

2. Etiologi............................................................................ 7

3. Diagnosis dan Manifestasi Klinis.................................... 8

4. Tata laksana..................................................................... 9

BAB III LAPORAN KASUS................................................................. 11

A. Identitas............................................................................. 11

B. Anamnesis......................................................................... 11

C. Pemeriksaan Fisik............................................................. 16

D. Status Gizi......................................................................... 18

ii
E. Pemeriksaan Penunjang.................................................... 19

F. Resume.............................................................................. 21

G. Diagnosis Kerja................................................................. 23

H. Penatalaksanaan................................................................ 23

I. Prognosis........................................................................... 23

J. Follow Up......................................................................... 24

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 27

BAB V PENUTUP................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 30

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Skor modifikasi Centor (McIsaac)...................................................

2.2 Kadar hemoglobin berdasarkan usia................................................. 7

3.1 Riwayat imunisasi pasien.................................................................. 14

3.2 Hasil pemeriksaan neurologis............................................................ 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Faringitis adalah peradangan membran mukosa oropharynx.1 Secara luas

faringitis mencakup tonsilitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis atau dengan

kata lain peradangan pada tonsil, nasopharynx, dan faring. 2 Faringitis umumnya

terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun akan tetapi orang dewasa juga memiliki

kemungkinan mengalami faringitis dengan resiko yang lebih rendah. 1 Angka

kejadian faringitis paling tinggi terjadi pada usia 4 – 7 tahun. 2 Umumnya,

faringitis disebabkan karena infeksi virus ataupun bakteri. Namun, alergi; trauma;

kanker; refluks; dan toksin dapat juga menyebabkan faringitis.1

Anemia merupakan keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah

lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan

jenis kelamin. Anemia merupakan indikator dari kurangnya asupan zat gizi dan

buruknya kondisi kesehatan. Pada bayi, asupan nutrisi berdampak pada kesehatan

bayi. Secara nasional prevalensi anemia di Indonesia adalah sebesar 14,8%.

Anemia terbanyak pada orang dewasa dan anak-anak adalah anemia mikrositik

hipokromik yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan zat gizi besi dengan

prevalensi 60,2%. Anemia mikrositik hipokromik merupakan anemia yang

mikrositik berarti berukuran kecil dan hipokromik berarti kandungan hemoglobin

dalam eritrosit kurang dari normal (MCV < 80 fl, MCH < 28 pg, MCHC < 32%).

Anemia mikrositik hipokromik dapat disebabkan oleh karena anemia defisiensi

1
2

besi, hemoglobinopati, anemia penyakit menahun (kronis) dan anemia

sideroblastik. Pada bayi pemberian ASI eklusif diwajibkan selama 6 bulan. ASI

eklusif dapar berfungsi sebagai proteksi pada sistem gastrointestinal dan repirasi

bayi, serta dapat menurunkan alergi pada bayi. Namun akan menjadi masalah

ketika bayi kekurangan sejumlah nutrisi penting seperti halnya anemia akibat

kekurangan zat besi berkaitan dengan kurangnya asupan besi dari ASI.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faringitis

1. Definisi

Faringitis adalah peradangan membran mukosa oropharynx.1 Secara luas

faringitis mencakup tonsilitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis atau dengan

kata lain peradangan pada tonsil, nasopharynx, dan faring.2 Faringitis umumnya

terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun akan tetapi orang dewasa juga memiliki

kemungkinan mengalami faringitis dengan resiko yang lebih rendah.1 Angka

kejadian faringitis paling tinggi terjadi pada usia 4 – 7 tahun.2

2. Etiologi

Umumnya, faringitis disebabkan karena infeksi virus ataupun bakteri.

Namun, alergi; trauma; kanker; refluks; dan toksin dapat juga menyebabkan

faringitis. 50 – 80 % kasus faringitis disebabkan oleh infeksi virus seperti

rhinovirus, influenza, adenovirus, coronavirus, dan parainfluenza. Virus herpes,

epstein-barr, HIV, dan cocksackie juga dapat menyebabkan faringitis.1

Infeksi bakteri juga menjadi salah satu penyebab terjadinya faringitis.

Bakteri yang paling sering menyebabkan faringitis yaitu bakteri streptococcus

beta-hemolitikus grup A (SBHGA) diikuti oleh streptococcus beta hemolitikus

grup B dan C, Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus

influenzae, Candida, Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoeae,

Arcanobacterium haemolyticum, Fusobacterium necrophorum, dan

3
4

Corynebacterium diptheriae. Bakteri dan virus ini dapat langsung menginvasi

mukosa faring yang akan menyebabkan pembengkakan dan peningkatan sekresi

faring.1

3. Klasifikasi

Berdasarkan International classification of diseases tenth revision, faringitis

diklasifikasikan menjadi nasofaringitis akut (J00) atau disebut juga dengan

common cold; faringitis akut (J02) yang dibagi menjadi faringitis streptococcal,

faringitis akut disebabkan oleh organisme lainnya, dan faringitis akut tanpa sebab

yang jelas; tonsilitis akut (J03); laryngofaringitis akut (J06); dan faringitis kronis

(J31.2).5 Faringitis akut dan kronis dibedakan berdasarkan lama terjadinya dimana

gejala faringitis akut umumnya sembuh dalam 10 hari sedangkan pada faringitis

kronis dapat terjadi dalam beberapa minggu dan/atau berulang.6

4. Diagnosis dan Manifestasi Klinis

Pada anamnesis faringitis viral dapat ditemukan adanya demam tinggi, mata

merah dan adanya sekret, rinorea, batuk, dan suara serak. Pada faringitis

streptococcal dapat ditemukan awitan gejala yang cepat, nyeri tenggorokan,

demam mendadak, sakit kepala, perut rasa tidak nyaman, riwayat terpajan

faringitis streptococcal, dan tidak ada batuk. Identifikasi infeksi SBHGA pada

faringitis diperlukan untuk tatalaksana dini sebagai pencegahan komplikasi seperti

demam reumatik dan glomerulonefritis akut dan pencegahan penggunaan

antibiotik yang tidak diperlukan untuk menghindari kejadian resistensi

antibiotik.2,7

Penggunaan skor Centor (McIsaac) berdasarkan empat kriteria klinis yaitu


5

demam > 38 oC, nyeri dan bengkak pada kelenjar getah bening servikal anterior,

eksudat tonsil, dan tanpa disertai batuk. Apabila keempat kriteria klinis ini positif

maka probabilitas infeksi SBHGA mencapai lebih dari 50%. Skor modifikasi

Centor (McIsaac) dikembangkan untuk populasi anak dengan menambahkan

variabel usia. Interpretasi klinis dari hasil skor modifikasi Centor (McIsaac) yaitu

– 0 – 1 maka tidak diperlukan antibiotik atau kultur tenggorokan; 2 – 5 bermakna

diperlukan kultur dan penggunaan antibiotik apabila hasil kultur positif.7,8

Tabel 2.1 Skor modifikasi Centor (McIsaac)7

5. Tata laksana

Tatalaksana faringitis sebagai berikut, yaitu:

a. Non-Medikamentosa

 Istirahat yang cukup

 Pemberian hidrasi yang cukup

 Obat kumur untuk mengurangi nyeri tenggorokan

b. Medikamentosa

 Faringitis viral hanya perlu pemberian pengobatan simptomatik

 Faringitis streptococcal dapat diberikan salah satu antibiotik dibawah ini


6

o Penisilin V oral 15 – 30 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis selama 10 hari

o Benzatin penisillin G intramuskular dosis tunggal 600.000 IU (BB < 30kg)

dan 1.200.000 IU (BB > 30kg)

o Amoksisilin oral 50 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis selama 6 hari

o Eritromisin oral 40 mg/kg/hari dalam 3 atau 4 dosis selama 10 hari

o Azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari.

c. Terapi Pembedahan

Tonsilektomi apabila ditemukan tonsilofaringitis berulang, kronis, dan

terdapat gejala obstructive sleep apnea syndrome.2

B. Anemia Mikrositik Hipokromik

1. Definisi

Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin

(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat

memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan

perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.9

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu gangguan pembentukan

eritrosit, perdarahan dan hemolisis. Anemia karena gangguan pembentukan

eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi

dan tembaga), vitamin (B12 dan asam folat), asam amino, dan gangguan pada

sumsum tulang. Anemia karena perdarahan baik akut maupun kronis

mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia karena

hemolisis terjadi karena penghancuran eritrosit yang berlebihan.10


7

Mikrositik berarti berukuran kecil, hipokrom berarti kandungan hemoglobin

dalam eritrosit kurang dari normal (MCV < 80 fl, MCH < 28 pg, MCHC < 32%).

Penyebab anemia jenis ini yaitu berkurangnya zat besi (anemia defisiensi besi),

berkurangnya sintensis hemoglobin (thalassemia dan hemoglobinopati), dan

berkurangnya sintensis heme (anemia sideroblastik). Kekurangan ini disebabkan

karena gangguan absorbsi atau perdarahan.10

Kadar Hb untuk mendiagnosis keparahan anemia dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok berdasarkan usia, seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kadar hemoglobin berdasarkan usia11


Anemia Anemia Anemia
Non-anemia
Usia ringan sedang berat
(g/dl)
(g/dl) (g/dl) (g/dl)
Anak 6-59 bulan ≥11 10–10,9 7-9,9 ≤7
Anak 5-11 tahun ≥11,5 11-11,4 8-10,9 ≤8
Anak 12-14 tahun ≥12 10-11,9 8-10,9 ≤8
Perempuan tidak
≥12 11-11,9 8-10,9 ≤8
hamil (≥15 tahun)
Perempuan hamil ≥11 10-10,9 7-9,9 ≤7
Laki-laki ≥15 tahun ≥13 11-12,9 8-10,9 ≤8

2. Etiologi

Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar

hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah

berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna dalam

pembentukan hemoglobin terpenuhi.12 Komponen gizi yang berperan dalam

pembentukan hemoglobin adalah zat besi, sedangkan vitamin C dan protein

membantu penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan salah satu komponen


8

heme, yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin.13 Sedangkan

menurut WHO, Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan nutrisi

terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A

juga merupakan penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit menular,

seperti malaria, tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit.14

3. Diagnosis dan Manifestasi Klinis

Anemia dapat didiagnosis berdasarkan kadar Hb yang rendah, hematokrit

rendah, hitung jumlah sel darah merah, volume korpuskular rata-rata, jumlah

retikulosit darah, analisis lapisan darah, atau elektroforesis. Metode penilaian

hematologi yang menjadi indikator paling umum untuk menentukan anemia ialah

menilai kadar Hb. Gejala klinis dari anemia yang paling umum ialah rasa lelah,

sesak napas, palpitasi, konjungtiva dan palmar yang pucat. Gejala klinis dan

riwayat medis memiliki kemampuan yang terbatas jika digunakan untuk

mendiagnosis anemia apabila data hematologi tidak tersedia.13

Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnostik pokok dalam

diagnosis anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari:

a. Pemeriksaan penyaring (screening test)

Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar

hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari ini dapat dipastikan

adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna untuk

pengarahan diagnosis lebih lanjut

b. Pemeriksaan darah seri anemia

Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung


9

retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic

hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.

c. Pemeriksaan sumsum tulang

Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga

mengenai keadaan sistem hematopoesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk

diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang

mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta

pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi sistem eritroid.

d. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus,

misalnya pada Anemia defisiensi besi : serum iron. TIBC (total iron binding

capacity), saturasi transferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor

transferin dan pengecatan besi pada sumsum tulang (Perl’s stain).

4. Tata laksana

Terapi anemia sebaiknya dilakukan setelah didapat diagnosis pastinya dan

sesuai dengan indikasi yang jelas.15,16

 Terapi kegawatdaruratan, apabila anemia tersebut dikhawatirkan dapat

mengancam jiwa, sehingga harus ditransfusi segera dengan PRC (packed red

cells).

 Terapi khas, khusus untuk terapi terhadap anemia jenis tertentu. Seperti anemia

defisiensi besi dengan pemberian preparat besi, anemia megaloblastik dengan

memberi asam folat, dan sebagainya.


10

 Terapi untuk mengobati penyakit dasar, untuk mencegah berlangsungnya

anemia berkepanjangan. Misalnya karena penyakit perdarahan haid, atasi dulu

penyakit perdarahannya, atau seperti penyakit cacing tambang, atasi dulu

penyakit tersebut.

 Terapi ex juvantivus, yakni terapi yang diberikan sebelum ditegakkan diagnosis

pasti, namun dalam rangka menegakkan diagnosis tersebut. Terapi ini harus

dipantau dengan ketat, misalnya pada anemia defisiensi besi, diberi preparat

besi, lalu jika membaik berarti memang positif anemia defisiensi besi, dan

sebagainya.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

1. Penderita

Nama : An. MFP

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 11 bulan 3 hari

2. Orangtua

Nama : Tn. MA Nama ibu : Ny. EM


ayah
Usia : 27 tahun Usia : 30 tahun

Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Guru

Pendidika : S1 Pendidikan : S1

Alamat : Pemurus Komp. Persada No. 4 RT. 9 KM 7

B. Anamnesis

Kiriman dari :-

Diagnosis :-

Aloanamnesis dengan : Orang tua pasien

Tanggal/jam : 9 September 2022 / 15.00 WITA

1. Keluhan Utama : Demam

2. Riwayat Penyakit Sekarang

11
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam

naik-turun. Demam terjadi terus menerus tanpa dipengaruhi waktu,

aktivitas, maupun

12
13

cuaca. Demam naik turun namun suhunya tidak diukur oleh orang tua

pasien, kejang (-), mengigil (-). Pasien telah diberikan obat paracetamol

syrup setiap 3 jam, demam sempat turun, namun naik kembali. Pasien

juga mengeluhkan batuk sejak 3 hari SMRS. Batuk disertai dahak yang

sulit dikeluarkan, dahak berwarna kuning dan kental, tidak ada darah

ditemukan.

Terdapat keluhan mual dan muntah pada pasien sejak 3 hari

SMRS. Muntah sesaat setelah meminum susu. Muntah berisi susu yang

diminum, terdapat lendir dan tidak ada darah. Nafsu makan pasien

menurun dan sulit menelan semenjak keluhan muncul. Pasien hanya

meminum air putih dan sulit untuk meminum susu maupun makan.

Keluhan BAB cair disangkal. BAK masih lancar.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat keluhan serupa, kelainan bawaan,

riwayat kejang, riwayat alergi, riwayat rawat inap, maupun riwayat

operasi sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak pernah mempunyai keluhan yang sama. Tidak ada

anggota keluarga dengan riwayat tranfusi darah rutin. Tidak ada anggota

keluarga dengan riwayat penyakit keganasan sebelumnya.

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat antenatal:
14

Ibu rutin melakukan kontrol kehamilan dan melakukan

pemeriksaan USG ke dokter kandungan setiap bulan. Hasil kontrol

kehammilan, tidak terdapat keluhan dan kelainan. Selama hamil ibu

meminum tablet besi dan multivitamin dengan rutin. Riwayat pendarahan

dan infeksi saat kehamilan disangkal.

Riwayat Natal :

Spontan/tidak spontan : SC, karena kurang bulan (36 minggu)

Nilai APGAR : Lahir menangis, kemerahan, sianosis (-), gerakan aktif

Berat badan lahir : 2200 gram

Panjang badan lahir : 47 cm

Lingkar kepala : Orang tua lupa

Penolong, tempat : Dokter Obsgyn di RSUD Ulin Banjarmasin

Riwayat Neonatal :

Terdapat riwayat penyinaran. Riwayat resusitasi aktif, sianosis, ikterik disangkal

Kesimpulan: Riwayat antenatal baik, riwayat natal dan riwayat neonatal baik.

6. Riwayat Perkembangan

Menegakkan Kepala : 3 bulan

Tiarap : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Merangkak : 6 bulan

Berdiri : 8 bulan

Berjalan : 9 bulan
15

Berbicara : Mengatakan papa sejak 11 bulan

Kesimpulan: Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan usia


16

7. Riwayat Imunisasi

Tabel 3.1 Riwayat imunisasi pasien


Ulangan
Nama Dasar
(Umur dalam bulan)
(umur dalam bulan)
BCG 1 -
Polio 0 | 2 | 3 | 4 | -
Hepatitis B 0 | 2 | 3 | 4 -
DPT 2 | 3 | 4 -
HiB 2 | 3 | 4 -
MR - -

Kesimpulan: Status imunisasi dasar tidak lengkap, kurang vaksin MR

8. Makanan

 ASI:

Diberikan sejak lahir sampai 2 minggu. 50cc x 7-8x sehari

 Susu formula:

Diberikan susu formula sejak 3 bulan sampai 11 bulan. 100 cc sebanyak 11-

12 kali dalam sehari.

 MPASI:

Diberikan pada usia 6 – 11 bulan, 1 mangkok kecil, 3 kali sehari, habis

Kesimpulan : Intake nutrisi secara kuantitas baik, tetapi secara kualitas kurang

baik
17

9. Riwayat Keluarga

Iktisar Keturunan:

Ayah Ibu

10. Riwayat Sosial Lingkungan

• Pasien tinggal berdelapan terdiri dari kedua orang tua, 2 orang tante, 2 orang

paman, kakak sepupu dan pasien.

• Pasien tinggal jauh dari sungai, pabrik, tambang, ataupun pembuangan

sampah.

• Keluarga minum menggunakan air galon isi ulang, untuk mandi dan mencuci

menggunakan air PDAM.

• Ayah merokok dan sering merokok tidak dekat pasien.

• Terdapat riwayat penggunaan obat nyamuk bakar di rumah pasien.


18

C. Pemeriksaan Fisik

1. Tanggal : 9 September 2022

2. Umur : 11 bulan 3 hari

3. Tanda vital

Kesadaran : Compos mentis GCS: E4V5M6

Denyut nadi : 90x/menit Kualitas: Kuat angkat, regular, isi cukup

Suhu : 39,2°C

Respirasi : 40 kali/menit

SpO2 : 99% room air

4. Kulit

Warna : Sawo matang

Sianosis : Tidak ada

Pucat : Tidak ada

Hemangiom : Tidak ada

Turgor : Cepat kembali. CRT < 2 detik

Kelembaban : Cukup

Lain-lain : Edem wajah (-), papul (-), nodul (-), atrofi (-)

5. Kepala

Kepala : Bentuk normosefali

Rambut : Berwarna hitam tebal dengan distribusi merata, Alopesia (-)


19

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), edema palpebra (-/-), sklera

ikterik (-/-)

Telinga : Normotia, serumen minimal, edema dan hiperemis aurikula

(-/-)

Hidung : Hidung berbentuk normal, simetris, epistaksis (-/-), chonca

tidak edem dan hiperemi, pernapasan cuping hidung (-)

Mulut : Simetris, faring hiperemis (+)

6. Leher

Pembesaran KGB (-), tortikolis (-), kaku kuduk (-), massa (-)

7. Dinding dada/paru

Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal (-), pernafasan simetris

Palpasi : Fremitus vokal simetris kiri dan kanan normal

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler, Rhonki (---/---), Wheezing (---/---)

8. Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Apeks teraba; ICS VI linea midclavicularis sinistra, thrill (-)

Perkusi : Batas kanan (ICS 4 Linea parasternal dextra), Batas kiri

(ICS 4 Linea midclavicular sinistra), Batas atas (ICS 2

Linea parasternal sinistra)

Auskultasi : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-).

9. Abdomen
20

Inspeksi : Bentuk cembung, Distensi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Supel

Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen, shifting dullness (-)

10. Ekstremitas

Umum : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan neurologis


Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks Fisiologis ++/++ ++/++ ++/++ ++/++
Refleks patologis - - - -
Sensibilitas + (baik) + (baik) + (baik) + (baik)
Kaku kuduk (-)
Tanda meningeal
Brudzinki I (-), Brudzinzki II (-), Kernig (-)

11. Susunan Saraf

Tidak ditemukan adanya kelainan atau keadaan patologis.

12. Genitalia

Laki-laki, Edema (-), tidak ada kelainan

13. Anus

Paten, tidak ada kelainan, hemoroid (-)


21

D. Status Gizi

BBS : 7,6 kg PB : 68 cm BBI : 9 kg

BB/U : -2 < z < -1 (Normal)

PB/U : -3 < z < -2 (Stunting)

BB/PB : -1 < z < 0 (Gizi Normal)

E. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 9 September 2022


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Sat
ua
n
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.2 14.0 - 18.0 g/dl
Leukosit 9.8 4.0 - 10.5 rib
u/
ul
Eritrosit 4.12 4.1 – 6.0 jut
a/
ul
Hematokrit 27.7 42.0 – 52.0 vo
l%
Trombosit 206 150 - 450 rib
u/
ul
RDW-CV 16.7 12.1 - 14.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 67.2 80.0 – 92.0 fl
MCH 22.3 28.0 - 32.0 pg
MCHC 33.2 33.0 - 37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil % 0.2 0.0 - 1.0 %
Eosinofil % 0.0 1.0 - 3.0 %
Neutrofil % 44.4 50.0 - 81.0 %
Limfosit % 46.9 20.0 - 40.0 %
Monosit % 8.5 2.0 - 8.0 %
Basofil # 0.02 <1.00 rib
22

u/
ul
Eosinofil # 0.00 <3.00 rib
u/
ul
Neutrofil # 4.33 2.50 - 7.00 rib
u/
ul
Limfosit # 4.58 1.25 - 4.00 rib
u/
ul
Monosit # 0.83 0.30 - 1.00 rib
u/
ul

Kesan : Anemia mikrositik hipokromik

Hasil Pemeriksaan Urinalisis tanggal 10 September 2022


Pemeriksaan Hasil Nilai Sa
Rujukan tu
an
URINALISIS
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning -
Kejernihan Jernih Jernih -
Berat Jenis 1.020 1.005 – 1.030 -
pH 7.0 5.0 – 6.5 -
Keton 1+ Negatif -
Protein-Albumin Negatif Negatif -
Glukosa Negatif Negatif -
Bilirubin Negatif Negatif -
Darah Samar Negatif Negatif -
Nitrit Negatif Negatif -
Urobilinogen 0.1 0.1 – 1.0 -
Lekosit Negatif Negatif -
SEDIMEN URIN
Lekosit 0–2 0 -3 /LPB
Eritrosit 0-1 0–2 /LPB
Epithel 1+ 1+ -
Kristal Negatif Negatif -
Silinder Negatif Negatif -
Bakteri Negatif Negatif -
Lain-lain Negatif Negatif -
23
24

F. Resume

Nama : An. MFP

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat & Tanggal Lahir : Banjarmasin, 6 Oktober 2021

Umur : 11 bulan 3 hari

Keluhan Utama : Demam

Uraian :

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam naik-

turun. Demam terjadi terus menerus tanpa dipengaruhi waktu, aktivitas, maupun

cuaca. Demam naik turun namun suhunya tidak diukur oleh orang tua pasien,

kejang (-), mengigil (-). Pasien telah diberikan obat paracetamol syrup setiap 3

jam, demam sempat turun, namun naik kembali. Pasien juga mengeluhkan batuk

sejak 3 hari SMRS. Batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan, dahak berwarna

kuning dan kental, tidak ada darah ditemukan.

Terdapat keluhan mual dan muntah pada pasien sejak 3 hari SMRS. Muntah

sesaat setelah meminum susu. Muntah berisi susu yang diminum, terdapat lendir

dan tidak ada darah. Nafsu makan pasien menurun semenjak keluhan muncul.

Pasien hanya meminum air putih dan sulit untuk meminum susu maupun makan.

Keluhan BAB cair disangkal. BAK masih lancar.


25

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis, GCS: E4-V5-M6

Denyut nadi : 90x/menit, kualitas: reguler, kuat angkat

Pernafasan : 40x/menit

Suhu : 39,2 oC

SpO2 : 99% on RA

Kulit : Sawo matang, sianosis (-), pucat (-), turgor cepat kembali,

kelembapan cukup, ikterik (-), hematom (-)

Kepala : Bentuk normosefal, nyeri (-/-), nyeri tekan (-/-), tumor (-/-),

perdarahan (-/-), Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),

edema palpebra (-/-), refleks pupil (+/+), refleks kornea

(+/+), pendarahan konjungtiva (-/-), faring hiperemis (+), gusi

berdarah (-), sariawan (-), lidah kotor (-), mukosa bibir

lembab (+)

Leher : Vena Jugularis teraba, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-),

massa (-)

Toraks/paru : Retraksi dinding dada (-), suara nafas vesikuler (+/+), rhonki

(---/---), wheezing (---/---)

Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Tampak rata, distensi (-), Asites (-), shifting dullness (-),

fluid wave (-), Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali (-),


26

Massa (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik, pembesaran KGB

inguinal dan axilla dextra et sinistra (-).

Susunan saraf : Tidak ada defisit neurologis

Genitalia : Jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan

Anus : Paten, tidak ada kelainan

G. Diagnosis Kerja

Faringitis Akut dan Anemia Mikrositik Hipokromik

H. Penatalaksanaan

- Pemberian cairan rumatan IVFD D5 ½ NS 700 ml/hari

- Pemberian paracetamol intravena 80 mg (k/p demam)

I. Prognosis

- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad functionam : bonam

- Quo ad sanationam : bonam


27

J. Follow Up

Tanggal pemeriksaan : 9/9/2022 jam 10.00 WITA

S O A P
- Demam (+) - Kesadaran : CM • Obs Febris H1 IVFD D5 ½ NS
- Mual muntah (+) - TD : 110/80 mmHg Susp. 300ml/hari
ketika minum susu - N : 88x/menit Rhinofaringitis
- Batuk berdahak - RR : 56x/menit DD/HFMD - IV paracetamol
(+) - T : 39,4℃ 80 mg (k/p
- Tidak nafsu makan- SpO2 : 96% room air demam)
(+) - K/L : Konj. Anemis (-),
sklera ikterik (-), sekret
hidung (-), faring
hiperemis (+) -Observasi
-Thoraks:Simetris, tanda vital
retraksi -Edukasi ibu
Paru :Vesikuler, rhonki(- dan keluarga
), wheezing(-) tentang
- Jantung : S1-S2 penyakit
reguler, murmur (-), -Edukasi ibu
gallop (-) dan keluarga
- Abd : Cembung, pentingnya
supel, BU(+), imunisasi dan
hepatosplenomegali vaksinasi pada
(-) anak
- Ekstr : Akral hangat,
CRT < 2”, edem (-)

- Status neurologis :
Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I
(-), Brudzinski II (-),
Kernig (-), pupil isokor
3mm/3mm, RC +/+,
parese n. kranialis (-)
Refleks palmar grasp (+)
Refleks patologis (-),
klonus (-), spastik
(-),
flaccid (-)
28

Tanggal pemeriksaan : 10/9/2022 jam 10.00 WITA

S O A P
- Demam (+) - Kesadaran : CM • Obs Febris H2 - IVFD D5 ½ NS
berkurang - TD : 110/80 mmHg Susp. 300ml/hari
- Mual muntah - N : 115x/menit Rhinofaringitis
(-) ketika - RR : 30x/menit DD/HFMD - IV paracetamol
minum susu - T : 37,2℃ • Low intake 80 mg (k/p
- Batuk - SpO2 : 96% room air demam)
berdahak (+) - K/L : Konj. Anemis (-),
- Tidak nafsu sklera ikterik (-), sekret
makan & hidung (-), faring
minum (+) hiperemis (+) -Observasi
-Thoraks:Simetris, tanda vital
retraksi -Edukasi ibu dan
Paru :Vesikuler, rhonki(- keluarga tentang
), wheezing(-) penyakit
- Jantung : S1-S2 -Edukasi ibu
reguler, murmur (-), dan keluarga
gallop (-) pentingnya
- Abd : Cembung,
imunisasi dan
supel, BU(+),
hepatosplenomegali vaksinasi pada
(-) anak
- Ekstr : Akral hangat,
CRT < 2”, edem (-)

- Status neurologis :
Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I
(-), Brudzinski II (-),
Kernig (-), pupil isokor
3mm/3mm, RC +/+,
parese n. kranialis (-)
Refleks palmar grasp (+)
Refleks patologis (-),
klonus (-), spastik
(-),
flaccid (-)
29

Tanggal pemeriksaan : 11/9/2022 jam 16.00 WITA

S O A P
- Demam (-) - Kesadaran : CM • Obs Febris H3 - IVFD D5 ½ NS
- Mual muntah - TD : 100/80 mmHg ec Faringitis 300ml/hari
(-) ketika - N : 108x/menit akut
minum susu - RR : 24x/menit DD/HFMD - IV paracetamol 80
- Tidak nafsu - T : 36,8℃ • Anemia mg (k/p demam)
makan & - SpO2 : 96% room air Mikrositik
minum (-) - K/L : Konj. Anemis (-), Hipokromik ec
sklera ikterik (-), sekret ADB
hidung (-), faring -Observasi
hiperemis (+), tonsil T1/T1 tanda vital
-Thoraks:Simetris, retraksi - Foto thorax
Paru :Vesikuler, rhonki(- - Lab darah ulang
), wheezing(-) -Edukasi ibu dan
- Jantung : S1-S2 reguler, keluarga tentang
murmur (-), gallop (-) penyakit
- Abd : Cembung, supel, -Edukasi ibu dan
BU(+), keluarga
hepatosplenomegali (-) pentingnya
- Ekstr : Akral hangat, imunisasi dan
CRT < 2”, edem (-) vaksinasi pada
anak
- Status neurologis :
Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I (-),
Brudzinski II (-), Kernig
(-), pupil isokor
3mm/3mm, RC +/+, parese
n. kranialis (-) Refleks
palmar grasp (+)
Refleks patologis (-),
klonus (-), spastik
(-),
flaccid (-)
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Faringitis Akut

Dari anamnesis ditemukan adanya demam terus menerus sejak 3 hari

SMRS. Demam membaik dengan pemberian paracetamol. Adanya muntah

sebanyak 1 kali yang berisi susu yang diminum sebelumnya, terdapat lendir dan

tidak berdarah. Pasien mengeluhkan batuk sejak 3 hari SMRS. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan adanya faring hiperemis. Dari kepustakaan tanda dan gejala

mengarah kepada faringitis akut.3

Berdasarkan skor modifikasi Centor (McIsaac) pada pasien ini, nilai pada

pasien ini adalah 1 yaitu suhu >38,0°C menunjukkan probabilitas infeksi dari

SBHGA rendag sehingga tidak dilakukan pemeriksaan kultur dan pemberian

antiobiotik pada pasien. Dari pemeriksaan penunjang darah rutin pada pasien

menunjukkan adanya tanda infeksi sehingga pemberian terapi pada pasien yang

diperlukan berdasarkan pedoman yaitu terapi simptomatik. Pada pasien ini

diberikan terapi antipiretik intravena paracetamol 80 mg/hari dan cairan rumatan

D5 ½ NS 700ml/hari.4

B. Anemia Mikrositik Hipokromik

Pada hasil laboratorium darah lengkap pasien, didapatkan hasil hemoglobin,

hematokrit, MCV dan MCH menurun dari nilai rujukan, yang menunjukan anemia

mikrositik hipokromik. Anemia mikrositik hipokromik biasanya disebabkan oleh

30
31

anemia defisiensi besi.

Anak-anak khususnya bayi sangat sensitif terhadap defisiensi besi

dikarenakan meningkatnya kebutuhan besi untuk pertumbuhan. Pada bayi baru

lahir memiliki cadangan besi yang cukup untuk memenuhi pertumbuhannya.

Cadangan ini akan menurun setelah usia 4-5 bulan pada bayi cukup bulan, namun

pada bayi kurang bulan cadangan tersebut hanya bertahan sampai usia 2-3 bulan.

Sumber zat besi pada bayi dibawah usia 6 bulan berasal dari air susu ibu (ASI)

atau susu sapi/ formula dan derivatnya. Komposisi zat besi pada ASI dan susu

formula sama-sama rendah (0,2-0,4 mg/L), namun bioavailabilitas zat besi pada

ASI lebih baik dibandingkan susu sapi. Dengan demikian, bayi yang

mengkonsumsi ASI jarang menderita defisiensi besi sebelum usia 6 bulan. Namun

pada pasien menjadi lebih rentan menderita anemia defisiensi besi karena sudah

berhenti mengkonsumsi ASI sejak usia 1 minggu.


BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus faringitis akut + anemia mikrositik hipokromik pada

anak laki-laki berusia 11 bulan 3 hari yang di rawat di RSUD Ulin Banjarmasin.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Setelah dilakukan follow up selama 3 hari, pasien beralih ruangan ke

ruang anggrek untuk perawatan lebih lanjut. Penatalaksanaan yang diberikan

adalah

Pemberian cairan rumatan D5 ½ NS 700 ml/hari dan paracetamol intravena 80 mg

(k/p demam). Pasien telah di rawat di ruang anak RSUD Ulin sejak tanggal 9

September 2022.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Wolford RW, Goyal A, Belgam Syed SY, Schaefer TJ. Pharyngitis. 2022.

2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK ULM RSUD Ulin Banjarmasin.

Panduan Praktik Klinis Pediatri. Yunanto A, editor. Jogjakarta: Oceania

Press; 2017.

3. Riski Syahna. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Anemia

ada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Kopelma Darussalam Kota Banda

Aceh. Universitas Syiah Kuala. 2014

4. Hoffbrand, A., Moss, P. Kapita selekta hematologi ed 6. EGC. Jakarta. 2016

5. World Health Organization (WHO). International Classification of Diseases

10th Revision. 10th ed. 2022.

6. Stephenson KN. Acute and chronic pharyngitis across the lifespan.

Lippincotts Prim Care Pract. 4(5):471–89.

7. Kadaristiana A, Mardhotillah A, Kurniati N. Laporan Kasus Berbasis Bukti

Akurasi Modifikasi Skor Centor (McIsaac) dalam Mendeteksi Faringitis Grup

A Streptokokus. Vol. 21. 2019.

8. Centor RM, Witherspoon JM, Dalton HP, Brody CE, Link K. The diagnosis

of strep throat in adults in the emergency room. Med Decis Making.

1981;1(3):239–46.

9. Corwin, J. Elizabeth. Handbook of Pathophysiology. Edisi 3. EGC. Jakarta.

2009

10. Hoffbrand, A., Moss, P. Kapita selekta hematologi ed 6. EGC. Jakarta. 2016

33
34

11. World Health Organization. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of

anaemia and assessment of severity. Geneva: World Health Organization.

2011

12. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

2011

13. C haparro CM, Suchdev PS. Anemia epidemiology, pathophysiology, and

etiology in low and middle-income countries. Ann N Y Acad Sci.

2019;1450(1):15-31.

14. Proverawati, A. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nua Medika.

2011

15. Soliman A, De Sanctis V, Kalra S. Anemia and growth. Indian Journal of

Endocrinology and Metabolism. 2014;18:S1–5.

16. Boediwarsono, Adi P, Soebandiri. Diagnosis dan Pengobatan Anemia.

Surabaya: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Lab/UPF Ilmu Penyakit

Dalam FK UNAIR-RSUD Dr Sutomo; 1988.

Anda mungkin juga menyukai