Anda di halaman 1dari 16

STRIKTUR /

STENOSIS ESOFAGUS
PENDAHULUAN
• Striktur/stenosis esofgus, walapun jarang didapatkan,tetapi penyakit yang sangat
mengaggu kehidupan.
• Dengan semakin majunya tehnologi kedokteran terutama di bidang radiologi dan
endoskopi saluran pencernaan, diagnosis striktur/stenosis esophagus dapat lebih
cepat ditegakkan.
• Bila penatalaksanaan tidak benar, pasien akan mengalami kekurangan gizi dan
bahkan dapat fatal.
DEFINISI
• Stenosis esofagus adalah penyempitan lumen esofagus, dapat karna tumor atau
penyebab lain.
• Striktur esophagus merupakan penyempilan lumen karena fibrosis dinding
esophagus yang disebabkan oleh macam-macam penyebab.
ETIOLOGI
• Striktur/stenosis esophagus terbagi dua jenis yaitu;
 JINAK (Benigna)
1. Bahan korosif/kaustik(ekstogen): stenosis dapat terjadi pada semua esophagus ,
karena masuknya bahan kaustik secara sengaja (usaha bunuh diri) atau tidak
sengaja (kecelakaan).
Bahan korosif/kaustik ini di bagi menjadi 2 bagian yaitu: Alkali: zat yang dipakai
pada cairan pembersih wc, misal: Natrium hidroksida atau kalium hidroksida, obat
yang mengandung copper sulfate, natrium hidrosida, hipoklorit, benzalkonium
kloridan dan natrium karbonat sering juga menimbulkan stenosis. Air abu pembuat
mie/kue yang mengandung NaOH sering merupakan penyebab stenosis karena
kecelakaan pada anak. Asam: merupakan 15% penyebab kaustik esophagus. Yang
sering yaitu pembersih wc, zat pencampur kolam renang, bahan anti karat, cairan
solder, bahan rumah tangga (missal vanish, sanisflush).
Lanjutan…
2. Penyakit esophagus refluks (endogen): stenosis terjadi karena adanya iritasi
pada lambung(refluks gastroesofageal).biasanya stenosis terjadi pada 1/3 distal.
Pada, stenosis dapat terjadi pada 1/3 tengah
3. Pascabedah transeksi esophagus:b stenosis terjadi pada 1/3 distal
4. Pasca skleroterspi endoskopik: stenosis terjadi pada 1/3 distal
5. Infeksi kronik atau berat dari esophagus
6. Pasca terapi radiasi dan kemotrapi terakselerasi termodulasi simultan untuk
kanker kepala dan leher
 Maligna (tumor/kanker efofagus, stenosis manigna dapat terjadi pada semua
bagian esophagus, paling sering terjdi dibgian distal lalu diikuti tengah dan
proksimal. Tumor/kanker esophagus bisa berasal dari mukosa (karsinoma sel
skuamosa yang paling sering adenokarsinoma sebagian kecil) atau submukosa
atau metastase kanker dari luar esophagus dan paling banyak berasal ari paru,
payudara dan ovarium.
Kasus Striktur/stenosis Esofagus di RSUPNCM Indonesia

• Selama 2 tahun(1988-1989) dari 858 pemeriksaan esofagoskopi


didapatkan 352 kasus kelainan esophagus. Dari kasus ini
didapatkan 6 yang terjangkit stenosis esophagus.

• Pada tahun 1994 dari 21 pemeriksaan endoskopi saluran cerna


bagian atas (SCBA0 atas indikasi disfagia, didapatkan 6 (28,57%)
kasus stenosis esophagus. Penyebab dari kasus seperti ini yaitu
tumor esophagus (14,29%) diikuti korosif karena air abu (9,52&)
dan pascasklerotrapi varises esophagus (4,76%)
GEJALA KLINIK
• Disfagia merupakan gejala terpenting setonosis esophagus.
• Kesulitan makan pada makanan padat, berbeda dengan kesulitan makan karena
kelainan motilitas yaitu makanan padat relatif lebih mudah turun.
• Gejala ini mulai dirasakan, bila lumen menyempit sampai 50%.
• Keluhan lainnya rasa nyeri atau terbakar substernal/dada, rasa tak enak di dada,
ada yang meninggalk didada seperti ada yang mengganjal sewaktu makan, dan
juga ada yang mengeluh mual dan muntah sesudah makan.
• Bila stenosis bertambah berat, asupan nutrisi berkurang sehingga pasien akan
mengalami kekurangan gizi dan segala komplikasinya.
PEMERIKSAAN JASMANI
• Umumnya tidak ditemukan kelainan yang berarti.
• Sering didapati adanya malnutrisi, dan bila ada anemia akan didapati konjuntiva
pucat.
• Bila ada aspirasi pneumonia karena masuknya muntahan sisa makanan ke paru-
paru akan didapati ronki, sesak napas dan sianosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
• Esofagogram harus selalu dikerjakan pada pasien disfagia, terlebih bila diduga
penyebabnya stenosis esophagus.
• Pada esofagogram akan ditemukan adanya penyempitan esophagus,
penyempitan ini lebih sering terjadi di distal, dan dapat dibedakan stenosis
pendek(<1cm), sedang (1-3cm) dan panjang (3-5cm) permukaan lumen yang
menyempit dapat licin dan rata atau ileguler (maligna)
Esofagoskopi
• Pemeriksaan ini penting untuk diagnosis dan terapi.
• Mukosa lumen dapat diamati secara seksama dan bila ada kecurigaan keganasan
dapat dilakukan biospi untuk pemeriksaan histopatologi.
Lanjutan…
• Pada esophagus pasien disfagia seringkali didaptkan banyak sisa makanan yang
tidak dapat melewati striktur, sehingga dapat mengacaukan pemeriksaan.
• Untuk mendapatkan hasil yang baik, dalam mempersiapkan pemeriksaan pasien
tidak hanya puasa selama 6 jam tetapi tindakan sebelumnya dilakukan
pembilasan esophagus dengan air putih atau NaCI fisiologis melalui selang
nasogastric (NGT).
PATOLOGI ANATOMI
• Secara mikroskopik, biasanya kerusakan jaringan tidak melewati
lapisan mulkularis mukosa.
• Terlihat fibrosis keras yang luas terutama di daerah submukosa, terjadi
penebalan dinding yang konsentrik, yang menimbulkan stenosis.
• Dapat terlihat adanya reaksi inflamsi seperti infiltrasi sel
polimorfonuklear (PMN), hiperplasi sel basal dan elongasio papil
kearah permukaan.
• Bila terjadi ulserasi yang dalam seperti pada Barrett’sesophagus atau
akibat bahan korosif, fibrosis terjadi lebih dalam, meliputi seluruh
dinding esophagus, sehingga dapat terjadi pemendekan esophagus.
DIAGNOSIS
• Diagnosis stenosis esophagus ditegakkan pada anamnesis, pemeriksaan jasmani,
radiologi, esofagoskopi dan biopsy.
• pada anmnesis yang perlu ditanyakan yaitu adanya gejala kliniks seperti gangguan
menelan maknan, rasa nyeri atau terbakar substernal, muntah sehabis makan
atau pascabedah trenseksi esophagus atau pasca skleroterapi endoskopik.
DIAGNOSIS BANDING
• Pada setiap stenosis harus selalu diwaspadai kemungkinan adanya
keganasan.
• Keluhan lain yang menimbulkan gejala atas esophagus, akalasia, spasme
esophagus difus, divertikel esophagus, amyloidosis, miastemia gravis dll.
PENATALAKSANA
• Medis
Nutrisi yang adekuat: diusahakan diberikan nutrisi yang bergizi tinggi dan kalori,
protein, lemak dan karbohidrat yang seimbang, bila belum dapat makan (oral)
diberikan secara prentral/enteral melalui selang flocare. Nutrisi presentral diberikan
sesuai kebutuhan kalori dan elektrolit, seperti triofusin, triofusin E 1000, aminofusin,
intrafusin dll. Nutrisi enteral berupa makanan cair biasa atau susu, seperti entresol,
peptisol, proten, dll.
Vitamin dan zat besi: vitamin B12/asam folat, ferrus fumarat, sulfat ferosus,
feromia,dll
Terapi dilatasi non bedah: dengan perkembangan teknologi kedokteran dibidang
endeskopi dan radiologi, sebagai pasien dapat diobati dengan cara diobati nonbedah
seperti; Dilatasi peroral, elektrokoagulasi secara endoskopik, terapi leser, pemasangan
stent esophagus dan penyuntikan steroid intralesi.
Lanjutan…

Percutaneus Endoscopik Gasteronomy (peg); tindakan ini dilakukan pada


pasien stenosis maligna atau stenosis karena penyebab lain yang tidak mungkin
dilakukan pembedahan. Pada tindakan ini dibuat stoma gaster melalui kulit per
endoskopik. Melalui stoma dapat dimasukan nutrisi kedlam adekuat.

Bedah
Tindakan bedah dilakukan bila secar medis tidak ada kemajuan, atau lesi terlalu
panjang, dengan fibrosis transmural. Dilaporkan bahwa tindakan bedah
merupakan terapi paliatif yang baik dan menghasilkan survival yang panjang pada
striktur esophagus karena metastasi tumor paru, payudara dan ovarium. Pd
pasien yg tdk mau direseksi stenosis/strikturnya dpt dilakukan gastrostomy
operatif.
PENCEGAHAN
• Mengingat bahaya stenosis esophagus, perlu diberikan penerangan pada
masyarakat bahwa salah satu penyebabnya itu bahan korosif/kaustik seperti
asam/alkali.
• Jangan sampai terminum bahan-bahan tersebut secara sengaja. Untuk pasien
esophagitis peptic/refluks perlu berobat secara teratur karena kemungkinan
timbulnya stenosis sebagai komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai