Anda di halaman 1dari 39

BAB I

KONSEP DASAR
1. Konsep Medis
A. Definisi
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secaa hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma adalah penyakit paru-paru kronis, asma ditandai dengan mengi (wheezing),
batuk dan rasa sesak di dada yang timbul secara episodic atau kronis akibat
bronkokonstriksi.
Asma adalah penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang
dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversible, ditandai dengan adanya
penyempitan jalan nafas.

B. Anatomi fisiologi
Gambar 2.1. Anatomi keadaan normal dan asmathic pada bronkial
Gambar 2.2 Anatomi pernafasan

Anatomi dan fisiologi pernafasan sistem pernafasan dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
1) Anatomi sistem pernafasan
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum
nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu yang masuk ke dalam hidung
b. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis rongga dalam tengkorak yang terletak di dekat hidung dan
mata.terdapat empat sinus yaitu: sinus frontalis, etmoidalis, sfenoidalis, dan
maksilaris
c. Faring
Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara
hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi dalam tiga area,yaitu
nasofaring,orofaring dan hipofaring
d. Laring
Merupakan unit organ terakhir pada jalan nafas atas. Laring juga disebut
kotak suara karena pita suara terdapat di sini. Terdapat juga kartilago tiroid yang
merupakan kartilago terbesar pada faring
e. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang berbulu getar yang
disebut sel bersilia
f. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V. bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan
terletak mengarah ke paru-paru.
2) Fisiologi sistem pernapasan
Bernafas adalah proses keluar masuknya udara ke dalam dan keluar paru. Proseses
bernafas diawali dengan memasukan udara ke dalam rongga paru untuk kemudian
diedarkan ke dalam sirkulasi serta pengeluaran zat sisa (CO2) dari sirkulasi menuju keluar
tubuh melalui paru.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses pergerakan udara masuk dan keluar paru.ventilasi
terdiri dari dua tahap yaitu,inspirasi dan ekspirasi
b. Difusi gas
Difusi adalah proses ketika terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida
pada tempat pertemuan udarah – darah.
c. Tranportasi gas
Bagian ketiga dari proses pernapasan adalah transportasi gas (oksigen dan
karbon dioksida) dari paru menuju ke sirkulasi tubuh.

C. Etiologi
Menurut Heru Sundaru, ada beberapa hal yang merupakan penyebab dari asma
bronchial yaitu :
1. Alergen
Allergen merupakan factor pencetus asma yang sering di jumpai pada
penderita asma. Debu rumah, tengau debu rumah, apora jamur, serpih kulit kucing,
anjing dan sebagainya yang dapat menimbulkan serangan asma pada penderita yang
peka.
2. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan merupakan salah satu pencetus yang paling sering
menimbulkan asma. Bebagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering di
jumpai pada penderita yang sedang mendapat serangan asma.
3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa selain dapat mencetuskan asma, juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Selain gejala asma yang timbul harus segera
diobati, penderita asma yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
4. Olahraga/kegiatan jasmani
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika
melakukan olahraga yang cukup berat. Penyelidikan menunjukkan bahwa macam,
lama dan beratnya oalhraga menentukan timbulnya asma.
5. Obat-obatan
Obat-obatan juga dapat mencetuskan serangan asma. Yang tersering yaitu
obat-obat yang termasuk golongan penyekat reseptor-beta atau lebih popular
dengan nama beta blocker.
6. Polusi udara
Pada penderita asma sangat peka terhadap debu, asap yang tidak terkendali
seperti asap yang mengandung hasil pembakaran yang berupa sulfur dioksida dan
oksida fotokemikal.

D. Patofisiologi
Fungsi utama sistem pernafasan adalah pertukaran gas. Dalam proses
pertukaran ini, udara memasuki tubuh pada saat inhalasi (inspirasi) kemudian udara
pernafasan tersebut berjalan sepanjang trakus resporatorius melalui pertukaran antara
oksigen dan karbon dioksida di tingkat jaringan dan akhirnya karbon dioksida
dihembuskan keluar pada saak ekshalasi (ekspirasi). Saluran nafas atas yang
terususun atas rongga hidung, mulut, faring, dan laring, memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru – paru.
Daerah yang bertanggung jawab atas penghangatan, pelembaban
(humidifikasi), serta penyaringan udara dan dengan demikian melindungi saluran
nafas bawah terhadap benda asing. Saluran napas bawah terdiri atas trakea, bronkus
utama, bronkus sekunder (percabangan bronkus), bronkiolus dan bronkiolus
terminalis. Struktur ini merupakan ruang hampa anatomik dan hanya berfungsi
sebagai lintasan untuk mengalirkan udara ke dalam serta ke luar paru-paru. Disebelah
distal setiap bronkuolus respatorik, duktusalveolaris, dan sakus alveolaris. Bronkiolus
serta duktus berfungsi sebagai saluran pengahantar, dan alveoli merupakan unit utama
pertukaran gas.
Pembagian akhir percabangan bronkus akan membentuk lobulus, unit fungsio
nal paru - paru. Disamping menghangatkan, melembabkan, dan menyaring
udara yang dihirup pada saat inspirasi, saluran nafas bawah melindungi paru paru mel
alui beberapa mekanisme pertahanan. Mekanisme pembersihan meliputi refleks batuk
dan sistem mukosiliaris.
Sistem mukosiliaris memproduksi mukus (lendir) yang memangkap partikel
partikel asing. Lalu benda asing disapu ke saluran pernapasan atas atau kemudian
mengalami ekspektorasi oleh tonjolan - tonjolan khusus berbentuk jari-jari tangan,
yang dinamakan silia. Gangguan epitelium paru - paru atas sistem mukosiliaris dapat
menyebabkan malfungsi mekanisme pertahanan sehingga polutan dan iritasi dapat
masuk ke dalam paru - paru dan menyebabkan inflamasi. Saluran nafas bawah juga
memberi perlindungan imunologis dan mengawali respons cedera pulmoner.
Komponen ekternal respirasi (ventilasi atau pernafasan) membawa udara di
hirup tersebt ke dalam saluran pernafasan bawah dan alveoli paru. Kontraksi dan
relaksasi otot - otot respiratorius menggerakkan udara keluar masuk paru-paru.
Ekspirasi normal berjalan secara pasif otot - otot inspirasi berhenti berkontraksi
dan pengembangan jaringan paru serta dinding dada yang bersifat elastis menyebabka
n otot tersebut berkontraksi kembali. Gerakan ini mengingkatkan tekanan didalam
paru -paru hingga diatas tekanan atmosfer sehingga terjadi aliran udara dari paru-
paru kedalam atmosfer. Paru-paru dewasa diperkirakan mengandung 300 juta alveoli.
Setiap alveoli dipasok oleh banyak pembuluh kapiler. Untuk mencapai lumen kapiler,
oksigen harus melewati membran kapiler alveoli. Alveoli paru memfasilitasi
pertukaran gas melaluidifusi, pelintasan molekul-molekul gas melalui membran
respiratorius. Dalam proses difusi, oksigen masuk kedalam darah dan karbon dioksida
yang merupakan produk sampingan metabolisme sel akan keluar dari dalam darah
serta dibuang melalui saluran nafas. Darah yang beredar membawa oksigen ke sel-sel
tubuh untuk keperluanmetabolisme dan mengangkut zat-zat limbah metabolik serta
karbon dioksida dari jaringan kembali ke dalam paru-paru.
Ketika darah bersih (yang mengandung oksigen) mencapai pembuluh kapiler
jaringan, oksigen berdifusi dari darah kedalam sel jarena gradien tekanan oksigen.
Jumlah oksigen yang tersedia bagi sel bergantung pada konsentrasi hemoglobin (pem
bawa oksigen yang utama) didalam darah, aliran darah setempat, kandungan oksigen
arteri dan curah jantung. Karena peredaran darah berlangsung terus menerus, karbon
dioksida dalam kondisi yang normal tidak pernah menumpuk dalam jaringan tubuh
karbon dioksida yang dihasilkan selama respirasi sel akan berdifusi dalam jaringan ke
pembuluh kapiler regional dan diangkut oleh sirkulasi vena sistemik. Ketika karbon
dioksida mencapai kapiler alveolaris, gas ini akan berdifusi ke dalam alveoli yang tek
anan parsial kabon dioksidanya (PaCO2) lebih rendah. Karbon dioksida dikeluarkan
dari alveoli pada saat ekspirasi.Untuk pertukaran gas yang efektif, ventilasi dan
perfusi pada tingkat alveoler harus sangat cocok dengan rasio ventilasi terhadap
perfusi disebut rasio V/Q.
Ketidakcocokan V/Q dapat terjadi karena disfungsi ventilasi-perfusi atau
perubahanmakanik paru. Pertukaran gas paling evektif bergantung pada hubungan
antara ventilasi dan perfusi yang diungkapkan lewat rasio V/Q.
Tergantung pada volume dan kapasitas paru, kelenturan serta resistensinya terhadap al
iran udara.Perubahan keleturan dapat terjadi pada paru dan atau dinding dada.
Kerusakan serabut elastik paru yang terjadi pada sindrom gawat nafas dewasa (adult
respiratori distress syndrome) akan menurunkan kelenturan paru. Paru-paru menjadi
kaku sehingga pasien sulit bernafas. Membran kapiler alveolaris dapat pula tertekan
sehingga terjadi hipoksia. Kelenturan dinding dada dipengaruhi oleh gangguan yang
menyebabkan deformitas toraks, spasme otot, dan distensi abdomen. Respirasi juga
dikendalikan secara neurolohis oleh medula oblongata perslateralis pada batang otak.
Impuls berjalan disepanjang nervus fewnikus dibawah untuk mencapai diafragma dan
kemudian disepanjang nervus interkostalis yang terdapat diantara tulang-tulang iga
(kosta).
Frekuensi dan kedalaman pernafasan dikontrol dengan cara serupa. Pusat
apneustatik dan pneumotaksik dalam pons pada daerah mesensefalon (midbrain)
memengaruhi pola pernafasan. Stimulasi pusat apneustik pontinus inferiorakan
menimbulkan tarikan nafas inspiratorik yang kuat dan bergantian denganekspirasi
lemah. Pola ini tidak terjadi pada nervus vagus masih utuh. Pusat apneustatik secara
kontinue mengeksitasi pusat inspirasi dalam medula oblongata dan dengan cara
demikian memfasilitasi inspirasi. Sinyal dari pusat pneumotaksik danimplan aferen
dari nervus vagus menghambat pusat apneustatik dan “memastikan” inspirasi.
Disamping itu, kemoreseptoe akan bereaksi terhadap konsentrasi ion hidrogen darah
arterial (pH), PaCO2, dan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2).
Kemoreseptorsentral bereaksi secara tidal langsung terhadap darah arteri dengan
mengindera perubahan pada pH cairan serebrospinal. PaCO2 juga membantu
meregukasu vebtilasi dengan memengaruhi pH cairan serebrospinal. Jika nilai
PaCO2 tinggi. Frekuensi respirasi akan meningkat; jika nilai PaCO2 rendah, frekuensi
respirasi menurun. Informasi dari kemoreseptor perifer dalam glomus keratikus dan
badan aorta juga responsif terhadap penurunan PaO2 dan nilai pH. Salah satu diantara
kedua perubahan ini mengakhibatkan peningkatan dorongan untuk bernafas dalam
hitungan menit
Pathway
Faktor pencetus

 Obat-obatan  Gen
 Infeksi saluran pernapasan  Emosional
 Tekanan jiwa  Fisik:cuaca
 Olahraga/kegiatan jasmani dingin, perubahan
 Polusi udara temperature.
 Allergen

Peningkatan metabolisme

Maka memicu kerja


jantung lebih kuat

Meningkatnya kebutuhan
oksigen didalam tubuh

Peningkatan keluar masuk


udara keparu-parudalam
jumlah besar dan cepat.

Udara belum mendapakan pelebapan,


penghangatan, dan pembersihan yang
adekuat dari partikel debu

Hipersensitivitas
Hipotalamus memerintahkan
IgE untuk siaga

Stimulus IgE

Terjadi Degranulasi
(pemecahan) sel mast

Melepaskan histamin Melepaskan leukonkrit

Yang merangsang Histamine berikatan dengan Leukonkrit menyebabkan Leukontrien berikatan


lendir untuk bereaksi reseptor bronkus besar prostaglandin bermigrasi dari dengan reseptor bronkus
aliran darah ke paru-paru kecil

Stimulasi sel globet Maka akan mengakibatkan


vasodilatasi, bronkokonstriksi, Pembekakan otot
nyeri, gatal pada kulit. reseptor ini polos
Mukosa meningkatkan adalah histamine yang paling
sekresi mucus berlebihan bertanggung jawab terhadap alergi
yang sangat lengket

Meningkatkan
Saat zat pemicu memasuki premebilitas kapiler
sistem pernapasan otak akan
mengirim sinyal melalui saraf
tulang belakang ke otot-otot Pembekakan otot polos
didada dan perut.ketika otot
tersebut berkontraksi udara
menyembur melalui system Inflamasi membrane mukosa
pernapaan untuk mendorong
keluar benda asing

Penyempitan lumen/ostruksi
lumen
Merangsang batuk
ASMA

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif Inspirasi berjalan lancar

Tekanan intra torakal


Batuk tidak efektif meningkat

Tekanan pada dinding


dada Lumen tertekan
semangkin sempit

Prostaglandin
meningkat Ekspirasi terhalang

Udara terperangkap
Pengaktifan nesiseptor dalam rongga paru Iritasi pada pleura

Mekano reseptor dibawa Dada penderita


Aliran dalam pleura
oleh serabut delta A mengembang
meningkat
menyerupai tong

Impuls di cort spinalis Menekan Paru


Tekanan gas intrapleuran
melalui ganggang dorsal
dan alveolar semakin
meningkat Ekspansi paru
Penerimaan impuls di
hipotalamus
Penurunan perfusi
Dispnea
alveoli paru
Nyeri dada
Alveoli semakin banyak Pola Napas Tidak
yang tersumbat Efektif
Nyeri Akut
E. Manifestasi Klinik
Gejala asma terdiri dari triad yaitu dispne, batuk dan mengi (bengek atau sesak nafas).
Gejala sesak nafas sering dianggap gejala yang harus ada. Hal tersebut berarti jika penderita
menganggap penyakitnya adalah asma namun tidak mengeluhkan sesak nafas, maka perawat
harus yakin bahwa pasien bukan penderita asma. Gambaran klinis pasien yang menderita asma
:
1. Gambaran obyektif adalah kondisi pasien dalam keadaan :
a. Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing
b. Dapat diserati batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan
c. Bernafas dengan otot-otot nafas tambahan
d. Sianosis, takikardi, gelisah
2. Gambaran subyektif adalah pasien mengeluhkan sesak, sukar bernafas dan anoreksia
3. Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung dan kurangnya
pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis terdapat lima pengobatan yang digunakan dalam menobati
asma yaitu :
1. Agonis beta
Agonis beta (agen B-adrenergik) adalah medikasi awal yang digunakan dalm
mengobati asma karena agen ini medilatasi otot-otot polos bronkial. Agen adrenergik
juga meningkatkan gerakan siliaris, menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan
dapat menguatkan efek bronkodilatasi dan kortikosteroid. Agens adrenergik yang
paling umum digunakan adalah epinefrin, albuterol, metaproterol, isoproterol dan
terbutalin. Obat-obat tersebut biasanya diberikan secara [arenteral atau melalui inhalasi.
2. Metilsantin
Metilsantin seperti aminofilin dan teofilin, digunakan karena mempunyai efek
bronkodilatasi. Agen ini merileksasikan otot-otot polos bronkus, meningkatkan gerakan
mukus pada jalan nafas, dan meningkatkan konstraksi diafragma. Aminofilin diberikan
secara intravena, teofilin diberikan secara peroral. Metilsantin tidak digunakan dalam
serangan akut karena awitannya lebih lambat dibanding agonis beta. Jika obat ini
diberikan terlalu cepat akan terjadi takikardi.
3. Antikolinergik
Antikolinergik seperti atropin tidak pernah dalam riwayatnya untuk pengobatan
rutin asma karena efek samping sistemiknya, seperti kekeringan pada mulut,
penglihatan kabur, palpitasi, sering kencing. Agens ini diberikan secara inhalasi.
4. Kortikosteroid
Obat ini penting dalam pengobatan asma. Medikasi ini mungkin diberikan
secara intravena (hidrokortison), secara oral (prednison, predhnisolon), atau melalui
inhalasi (beklometason dexamethason). Kortikosteroid yang di hirup mungkin efektif
dalam mengobati pasien asma tergantung steroid. Keuntungan urama dalam pemberian
ini adalah mengurangi efek kortikosteroid pada sitem tubuh lainnya. Iritasi
tenggorokan, batuk, mulut kering, suara parau dan infeksi jamur pada mulut.
5. Inhibilator sel mast
Natrium kromolin, suatu inhibilator sel mast adalah bagian integral dari
pengobatan asma. Medikasi ini di berikan secara inhalasi. Medikasi ini mencegah
pelepasan mediator kimiawi anafilaktik, dengan demikian mengakibatkan
bronkodilatasi dan penurunan inflamasi jalan nafas.

G. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada penyakit asma bronchiale, antara lain :
1. Pneumothoraks
2. Pneumodiastinum
3. Atelektasis
4. Asperigilosis bronkopulmoner alergik
5. Gagal nafas
6. Bronkitis
7. Fraktur iga
BAB II
PBL

MODUL I
SESAK
Soal Kasus 2 :

Seorang perempuan berusia 21 tahun masuk UGD dengan keluhan sesak napas.
Hasil pengkajian ada bunyi napas tambahan wheezing, nyeri dada (skala 4), pucat, gelisah,
Tekanan darah : 130/90 mmHg, frekuensi napas : 32 x/menit, frekuensi nadi : 80 x/menit,
suhu : 37,5oC. Keluhan sesak sering dialami ketika terpapar debu/ asap rokok.

1. Klarifikasi istilah-istilah penting


- Sesak napas
- Wheezing
- Nyeri dada (skala 4)
- Pucat
- Gelisah
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Frekuensi napas : 32 x/menit
- Frekuensi nadi : 80 x/menit
- Suhu : 37.5 oC
- Alergi debu/asap rokok
2. Kata kunci
- Sesak ketika terpapar debu/asap rokok
- Wheezing
- Frekuensi napas : 32x/menit

3. Mind Map

Pneumonia

Leukimia
ASMA
Bintik-bintik
Merah

PPOK Anemia
Penyakit
PNEUMONI PPOK ASMA TB. PARU CA Paru
Tanda dan gejala A

Sesak napas X    

Wheezing X   X X

Nyeri dada (skala 4)     X


Pucat  X  X X

Gelisah     

Alergi debu/asap rokok X   X 

Tekanan darah meningkat    X 

Respirasi meningkat     

4. Pertanyaan- pertanyaan penting


a. Mengapa seseorang dengan asma terlihat pucat dan keringat dingin?
b. Apakah umur atau usia berpengaruh pada kasus diatas?
c. Mengapa benda asing yang masuk ke saluran pernafasan sering ditemukan pada bronkus
utama kanan?
d. Apakah jenis kelamin dapat mempengaruhi kasus diatas?
e. Otot-otot manakah yang digunakan pada waktu pernafasan ?
f. Otot manakah yang digunakan pada waktu bernafas dengan usaha maksimal?
g. Mengapa keluhan sesak dapat dialami ketika terpapar debu/asap rokok?
h. Mengapa olah raga berlebihan mengakibatkan sesak nafas?
i. Apa penyebab dada merasa nyeri?
j. Mengapa asma dapat menyebabkan gelisah?

5. Jawaban pertanyaan penting


a. Karena wajah pucat dan keringat dingin adalah tanda bahwa tidak hanya penderita asma
tersebut kekurangan oksigen, darah yang mengalir ke kepala juga terhambat dan sering
kali tidak membawa oksigen yang dibutuhkan oleh otak.
b. Biasanya kondisi asma ditemukan sejak masih anak-anak, meski begitu gejala asma bisa
ditemukan kapan saja, bahkan pada usia dewasa sekalipun. Asma onset dewasa adalah
kondisi ketika gejala asma pertama kali ditemukan saat seseorang sudah menginjak usia
dewasa. Menurut European Respiratory Review, kasus asma pada orang dewasa
diketahui terjadi sekitar 4,6 kasus pada 1.000 wanita dan 3,6 pria dalam sehatuh. Asma
pada usia dewasa berbeda dengan asma yang telah diketahui sejak anak-anak. Asma pada
orang dewasa biasanya tidak dipicu karena reaksi alergi, tetapi lebih kepada penurunan
fungsi paru-paru. Kondisi ini bisa dibilang lebih buruk karena dibutuhkan bantuan obat-
obatan secara terus-terusan untuk mengatasi asma pada orang dewasa. Secara umum,
asma yang telah muncul sejak kecil salah satunya disebabkan oleh adanya faktor genetik.
Namun, hal ini tidak diketahui apakah turut berpengaruh pada asma yang muncul pada
orang dewasa. Namun, terdapat beberapa faktor risiko yang memengaruhi seseorang
terkena asma pada usia dewas
c. Aspirasi benda asing ialah masuknya benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada kesaluran pernafasan. Aspirasi benda tajam
di saluran trakheobronkial merupakan permasalahan yang cukup sering terjadi dan
meningkat beberapa tahun terakhir seiring dengan peningkatan penggunaan jarum pentul,
terutama pada wanita muda dan remaja perempuan. Aspirasi benda asing tajam
berpotensi menimbulkan komplikasi serius, seperti distress pernapasan akut, atelektasis,
perdarahan, robekan dan infeksi paru, bahkan kematian
Benda asing di dalambronkus. Bentuk ini merupakan bentuk tersering, dan dapat
mencapai 83−90% kasus. Gejala yang terjadi merupakan akibat langsung dari benda
asing yang teraspirasi, seperti obstruksi atau konstriksi (sesak napas, suara napas yang
melemah atau berkurang, mengi yang kadang kadang bilateral dan sulitsembuh),
peradangan (bronkitis, bronkiektasis, pneumonia lobaris yang sering berulang, abses,
empiema), atau merupakan akibat yang tidak langsung seperti atelektasis dan emfisema.
Gejala mengi dapat timbul segera setelah aspirasi terjadi, atau dapat berjalan kronis.
Apabila obstruksi terjadi pada kedua bronkus utama, dapat terjadi sesak yang berat
hingga anoksia. Kadang-kadang dapat terjadi hemoptisis setelah beberapa bulan atau
tahun. Apabila benda asing tersebut berasal dari tumbuhan disebut sebagai bronkitis
arakiditis atau vegetalis, dengan gejala batuk, demam septik, dan sesak spesialis
d. Berdasarkan jenis kelamin pasien laki-laki berjumlah lebih banyak daripada pasien
perempuan. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian dari Dumbi et al tahun 2013 yang
menunjukkan bahwa prevalensi asma lebih tinggi pada anak laki-laki. Hal ini disebabkan
karena diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih sempit dibandingkan anak
perempuam sehingga kepekalagi bila terjadi obstruksi atau penyumbatan.
e. Hernia diafragma adalah kondisi ketika organ dalam rongga perutnaik dan masuk ke
dalam rongga dada, melalui lubang abnormal pada diafragma. Posisi lubang dapat
terletak di bagian belakang dan samping diafragma (hernia Bochdalek) atau di bagian
depan diafragma (hernia Morgagni). Diafragma adalah otot berbentuk kubah yang
berfungsi membantu proses pernapasan. Ototini terletak di antara rongga dada dan perut,
serta memisahkan organ jantung dan paru – paru dengan organ perut (lambung, usus,
limpa, hati).
Otot pernapasan adalah otot yang menambah ukuran rongga dada terdiri dari: diafragma,
otot yang menyekati rongga dada dan rongga perut; otot di antara tulang iga; otot tertentu
di leher. Otot pernapasan ini berfungsi pada saat memasukkan dan mengeluarkan napas.
Bila kita mengembangkan dada, berarti otot pernapasan berkontraksi, diafragma akan
menekan rongga perut, mengakibatkan rongga dada membesar dan udara masuk kedalam
paru, sebaiknya bila dada mengempis udara keluar dari paru (staffnew.uny.ac.id › upload
› penelitian › Adaptasi_Sistem_Pernapasan_T...)
f. Sebelum menarik napas atau inspirasi kedudukan diafragma melengkung kearah rongga
dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur. Bila otot diafragma 17 berkontraksi, maka
diafragma akan mendatar. Pada waktu inspirasi maksimum, otot antar tulang rusuk
berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat. Keadaan ini menambah besarnya rongga
dada. Mendatarnya diafragma dan terangkatnya tulang rusuk, menyebabkan rongga dada
bertambah besar, diikuti mengembangnya paru-paru, sehingga udara luar melalui hidung,
melalui batang tenggorok (bronkus), kemudian masuk keparu-paru
g. Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal
yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara
dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia. Bagi seseorang yang memiliki
penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak
hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi pemicu di atas, maka otot-otot
saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan membuat saluran tersebut
menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan napas
terasa berat.
h. Tubuh lemas dan sesak napas adalah keluhan umum saat olahraga. Kondisi ini muncul
sebagai tanda bahwa kamu harus beristirahat atau memperlambat ritme olahraga yang
sedang dilakukan. Jika dibiarkan, sesak napas bisa membuat tubuh kekurangan oksigen
sehingga menyebabkan pusing, mual, dan pingsan. Ada banyak faktor yang
menyebabkan sesak napas saat olahraga. Di antaranya adalah dehidrasi, kurangnya
asupan makanan sebelum olahraga, beban olahraga yang berlebih, hingga adanya
gangguan saluran napa
i. Nyeri dada juga bisa di sebabkan oleh kondisi penyakit paru paru seperti penyumbatan
pembuluh darah di paru paru(emboli paru) , radang pada selaput yang membungkus paru
paru(pleuritis), tekanan yang tinggi pada pembuluh darah di paru paru (hipertensi
pulmonal) , atau paru paru yang kempis (kolaps).
j. Gelisah dapat menjadi gejala ataupun pemicu serangan asma. Ketika saluran udara mulai
menyempit, dada akan menjadi kaku atau tegang sehingga Anda kesulitan bernapas. Sulit
bernapas lega dapat memicu panik dan kegelisahan. Di sisi lain, berada dalam situasi
yang membuat stress dan penuh tekanan juga dapat memicu gejala asma kumat pada
beberapa orang.
6. Tujuan pembelajaran selanjutnya
a. Melengkapi data dengan pemeriksaan penunjang yang tidak terdapat dalam kasus untuk
mendeteksi penyakit ASMA
b. Skala nyeri pada kasus menggunakan skala nyeri 1-5 atau 1-10 ?
c. Apakah pasien asma berpotensi meningkatkan sputum pada jalan napas?
7. Informasi tambahan

Jurnal penelitian : Diva Petrina Purba & Nunung Febriany Sitepu. (2012) “AKTIVITAS
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ASMA OLEH PASIEN ASMA”
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatra Utara
Jurnal Penelitian : Nurma Afiani (2013). “ APLIKASI TERAPI ‘GUIDED IMAGERY’
UNTUK PASIEN ASMA DENGAN STATUS ASMATIKUS PADA UGD “
Stikes Widyagama Husada
Jurnal penelitian : Putri Ratna Kartini & Enggel Bayu Pratama (2017) “POTENSI EKSTRA
JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI KEJADIA ASMA PADA
ATLET”. Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains, Universitas PGRI
Madium.
Jurnal Penelitian : I Made S. Adiputi & Kadek M Rahayu (2017) “MENGONSUMSI AIR
HANGAT SEBELUM TINDAKAN NEBULIZER MENINGKATKAN
KELANCARAN JALAN NAPAS PADA PASIEN ASMA. STIKES Wira
Medika PPNI Bali.

8. Klarifikasi informasi
1. ABSTRAK
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di
negara-negara sedang berkembang. Prevalensi asma di dunia cukup tinggi. Di Indonesia
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Penderita
asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat mengendalikan asmanya dengan
melakukan aktivitas pencegahan asma. Aktivitas pencegahan asma antara lain: menjaga
kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan
asma dan menggunakan obat-obat antiasma. Desain yang digunakan adalah deskriptif
dengan populasi 180 orang, sampel 41orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan
sampling aksidental, di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Juli s/d Oktober
2012.

2. ABSTRACT
Asma merupakan suatu penyakit pada sistem pernafasan yang dapat disebabkan
oleh multifaktor. Stress psikologis dapat menjadi salah satu pencetus serangan asma.
Salah satu terapi psikologis yang dapat dilakukan pada pasien dengan asma adalah guided
imagery. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review sebagai
dasar bagi penelitian yang akan dilakukan. Hasil studi literature menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif terapi guided imagery terhadap salah satu parameter fungsi paru
yakni kapasitas ekspirasi paksa paru (Force Expiratory Volume/ FEV). Terapi
komplementer guided imagery dilakukan sejalan dengan terapi medis oleh tim kesehatan
yang lain untuk mencapai kondisi optimal pasien.

3. ABSTRACT
Asma merupakan salah satu permasalahan kesehatan di dunia dan Indonesia.
Pada tahun 2013, World Health Organization (WHO) mencatat sebanyak 235 juta
penduduk dunia menderita asmadandiprediksi jumlah ini akan meningkat hingga 400 juta
pada tahun 2025 dengan angka morbiditas dan mortalitasyang cukup tinggi. Di Indonesia,
penyakit asma merupakan salah satu dari 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian
dan kesakitan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun
2013, diperoleh data prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5% dari seluruh penduduk
Indonesia. Kejadian asma disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah latihan
fisik pada saat berolahraga atau yang lebih dikenal dengan istilah Exercise Induced
Asthma (EIA). Kejadian asma termasuk juga EIA sangat merugikan, terutama pada atlet.
Sebab, dapat menurunkan performa atlet. Oleh karena itu perlu adanya terapi/pengobatan
pada atlet yang menderita asma. Salah satu terapi asma adalah dengan memanfaatkan
potensi yang terdapat pada tanaman herbal. Dewasa ini telah banyak penelitian yang
menemukan manfaat jahe merah dalam membantu penderita asma bernapas lebih
mudah.Komponen jahe merah telah terbukti dapat bekerja secara sinergis dengan β-
agonis (obat asma) untukmerelaksasi jaringan otot di saluran nafas. Dengan demikian,
ekstrak jahe merah dapat dimanfaatkan sebagai terapi alami kejadian asma pada atlet.

4. ABSTRAK
Pendahuluan: Angka kejadian asma akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan
perubahan pola hidup masyarakat modern. Pemberian air minum hangat merupakan
tindakan mandiri terapi non farmakologis yang bermanfaat untuk membuka jalan napas
pada pasien asma sebelum tindakan nebulizer. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya pengaruh pemberian air minum hangat sebelum tindakan nebulizer
terhadap kelancaran jalan nafas pada pasien asma. Penelitian ini dilakukan di UGD
RSUD Bangli pada bulan Juni hingga Juli 2017. Metode: Desain penelitian Quasi
Experimental Design With Two Groups dengan Pretest-Posttest. Sampel 20 orang
diambil menggunakan Nonprobability Sampling dengan Consecutive Sampling. Uji
Hipotesis yang digunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-Whitney U-Test. Hasil
dan Analisa: Hasil uji Wilcoxon didapatkan p value sebesar 0,002, yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian air minum hangat sebelum tindakan nebulizer
terhadap kelancaran jalan nafas pada pasien asma. Hasil uji Mann Whitney didapatkan p
value sebesar 0.029, artinya terdapat perbedaan pengaruh pemberian air minum hangat
sebelum tindakan nebulizer terhadap kelancaran jalan nafas. Kesimpulan: Pemberian air
minum hangat memberikan efek hidrostatik dan hidrodinamik sehingga jalan nafas pasien
asma menjadi paten.
9. Analisa dan sintesa

Berdasarkan kasus diatas tanda dan gejala yang paling banyak mendukung adalah
penyakit Asma, sehingga kami mengangkat diagnosa penyakit Asma karena klien merasa sesak
ketika terpapar debu atau asap rokok. Kelompok kami mengangkat 4 diagnosa yakni: Pola napas
tidak efektif, Bersihan jalan napas tidak efektif dan Nyeri akut.

10. Laporan diskusi


2. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Demografi
- Nama : tidak terkaji
- Usia : 21 Tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Agama : Tidak terkaji
- Alamat : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
- Pekerjaa : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama (Saat MRS dan Saat Ini)
Klien masuk UGD dengan keluhan sesak nafas. Keluhan sesak sering dialami ketika
terpapar debu/asap rokok.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian didapatkan hasil pemeriksaan terdapat bunyi nafas tambahan
wheezing, nyeri dada (skala 4), pucat, gelisah, tekanan darah : 130/90 mmHg,
frekuensi nafas : 32 x/menit, frekuensi nadi : 80 x/menit, suhu : 37,5oC.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu : Tidak terkaji
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak terkaji
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Tidak terkaji
3. Data Fokus
Pengukuran TTV :
 Suhu : 37,5º C
 Nadi : 80 x/menit
 Pernapasan : 32 x/ menit
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
4. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
Gejala : Tidak terkaji
Tanda : Tidak terkaji
b. Sirkulasi
Gejala : Tidak terkaji
Tanda : Tidak terkaji
c. Eliminasi
Gejala : Tidak terkaji
Tanda : Tidak terkaji
d. Integritas ego
Gejala : Tidak terkaji
Tanda : Tidak terkaji
e. Nutrusi dan Cairan
Gejala : Tidak terkaji
Tanda : Tidak terkaji
f. Nuero sensori
Gejala : Tidak terkaji
Tanda : Tidak terkaji
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri dada
Tanda : pucat dan gelisah
h. Pernapasan
Gejala : sesak
Tanda : sulit pada saat inspirasi
i. Keamanan
Gejala : Tidak terkaji
Tanda : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala dan Leher
1) Rongga mulut : Tidak terkaji
2) Mata: Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Leher: Tidak terkaji
5) Perdarahan otak : Tidak terkaji
b) Pemeriksaan Dada dan Thorax
1) Inspeksi: Tidak terkaji
2) Palpasi : Tidak terkaji
3) Perkusi : Tidak terkaji
4) Auskultasi : Tidak terkaji
c) Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi: Tidak terkaji
2) Palpasi : Tidak terkaji
3) Perkusi : Tidak terkaji
4) Auskultasi : Tidak terkaji
d) Pemeriksaan Genetalia : Tidak terkaji
e) Pembesaran pada testis : Tidak terkaji
f) Pemeriksaan integument Kulit :
1) Sianosis
g) Pemeriksaan Ekstremitas: Tidak terkaji
h) Pemeriksaan penunjang ASMA : Tidak terkaji
6. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
3. Nyeri akut
ANALISA DATA
PROBLEM ETIOLOGI SYMPTOM
Ds : Faktor pencetus Pola Napas Tidak Efektif
- Klien mengeluh ↓
sesak Peningkatan metabolisme
- Klien mengatakan ↓
sesak dialami ketika Maka memicu kerja jantung
terpapar debu/asap lebih kuat
rokok ↓
Peningkatan keluar masuk
Do : udara ke paru – paru dalam
- TD : 130/90 jumlah besar dan cepat
- Nadi : 80 x/menit ↓
- RR : 32 x/menit Udara belum mendapatkan
- Suhu : 37,5 oC pelembapan, penghangatan
dan pembersihan yang adekuat
dari partikel debu

Hipersensitivitas

Hipotalamus memerintahkan
IgE untuk siaga

Stimulus IgE

Terjadi Degranulasi
(pemecahan) sel mast

Melepaskan histamin

Yang merangsang lendir untuk
bereaksi

Stimulus sel globet

Mukosa meningkatkan sekresi
mukus berlebihan yang sangat
lengket

Penyempitan/obstruksi lumen

ASMA

Inspirasi berjalan lancar

Tekanan intra torakal
meningkat

Lumen tertekan semakin
sempit

Ekspirasi terhalang

Udar terperangkap dalam
rongga paru

Dada penderita mengembang
menyerupai tong

Tekanan gas intrapleura dan
alveolar semakin meningkat

Penurunan perfusi alveoli paru

Hipoksia

Obstruksi tidak teratasi

Alveoli semakin banyak yang
tersumbat

Iritasi pada pleura

Cairan dalam pleura
meningkat

Menekan paru

Ekspansi paru

Dispnea

Pola Napas Tidak Efektif

Ds : Faktor pencetus Bersihan Jalan Napas


- Klien mengeluh ↓ Tidak Efektif
sesak saat terpapar Peningkatan metabolisme
debu/asap rokok ↓
Maka memicu kerja jantung
Do : lebih kuat
- Wheezing ↓
- TD : 130/90 Peningkatan keluar masuk
- Nadi : 80 x/menit udara ke paru – paru dalam
- RR : 32 x/menit jumlah besar dan cepat
- Suhu : 37,5 oC ↓
Udara belum mendapatkan
pelembapan, penghangatan
dan pembersihan yang adekuat
dari partikel debu

Hipersensitivitas

Hipotalamus memerintahkan
IgE untuk siaga

Stimulus IgE

Terjadi Degranulasi
(pemecahan) sel mast

Melepaskan histamin

Yang merangsang lendir untuk
bereaksi

Stimulus sel globet

Mukosa meningkatkan sekresi
mukus berlebihan yang sangat
lengket

Merangsang batuk

Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif

Ds : Faktor pencetus Nyeri Akut


- Klien mengeluh ↓
nyeri dada Peningkatan metabolisme
Do : ↓
- Nyeri dada skala 4 Maka memicu kerja jantung
- TD : 130/90 lebih kuat
- Nadi : 80 x/menit ↓
- RR : 32 x/menit Peningkatan keluar masuk
- Suhu : 37,5 oC udara ke paru – paru dalam
jumlah besar dan cepat

Udara belum mendapatkan
pelembapan, penghangatan
dan pembersihan yang adekuat
dari partikel debu

Hipersensitivitas

Hipotalamus memerintahkan
IgE untuk siaga

Stimulus IgE

Terjadi Degranulasi
(pemecahan) sel mast

Melepaskan histamin

Yang merangsang lendir untuk
bereaksi

Stimulus sel globet

Mukosa meningkatkan sekresi
mukus berlebihan yang sangat
lengket

Merangsang batuk

Batuk tidak efektif

Prostaglandin meningkat

Pengaktifan nesiseptor

Mekano reseptor dibawa oleh
serabut Delta A

Impuls di cort spinalis melalui
ganggang dorsal

Penerimaan impuls di
hipotalamus

Nyeri dada

Nyeri Akut
7. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI Rasional


1. Pola napas tidak efektif Pola napas Manajemen jalan napas Observasi
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. pola nafas adalah
Kategori : Fisiologi keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor pola ketidakmampuan proses
Subkategori : Respirasi masalah pola napas tidak napas(frekuensi,kedala sistem pernafasan
Definisi : inspirasi dan/atau efektif teratasi dengan man,usaha napas) inspirasi atau ekspirasi
ekspirasi yang tidak krirteria hasil : 2. Monitor bunyi napas yang tidak memberi
memberikan ventilasi adekuat tambahan (mis. ventilasi adekuat
1. Dipsnea menurun
Gurgling, mengi, 2. bunyi nafas adalah suara
(dari skala 2 cukup
Penyebab : wheezing, ronkhi nafas normal dan ada
meningkat menjadi
1. Hambatan upaya kering) juga yang abnormal
skala 5 menurun)
napas (mis. nyeri saat Terapeutik terapeutik
2. Penggunaan otot
bernapas, kelemahan 1. Posisikan semi fowler 1. Posisi semi powler atau
bantu napas cukup
otot pernapasan) atau fowler powler akan
menurun (dari skala 2
2. Penurunan energi 2. Berikan minuman mempermudah pasien
cukup meningkat
3. Kecemasan hangat untuk bernapas.
menjadi skala 5
3. Berikan oksigen, jika 2. Hidrasi menurunkan
menurun)
Gejala dan Tanda Mayor perlu kekentalan sekret dan
3. Frekuensi napas
Subjektif Edukasi mempermudah
cukup membaik (dari
1. Dipsnea 1. Ajarkan teknik batuk pengeluaran
skala 2 cukup
Objektif efektif 3. Oksigen dapat membantu
1. Penggunaan otot memburuk menjadi Kolaborasi meredakan rasa sesak
bantu pernapasan skala 4 cukup napas
2. Fase ekspirasi membaik) 1. Pemeberian Edukasi
memanjang bronkodilator,ekspektor 1. Batuk efektif adalah
3. Pola napas abnormal an,mukolotik,jika perlu. suatu metode batuk
(mis. takipnea, dengan benar, dimana
bradipnea, klien dapat menghemat
hiperventilasi, energi sehingga tidak
kussmaul, cheyne- mudah lelah dan
stokes) mengeluarkan dahak
secara maksimal.
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasa pursed-lip
2. Pernapasan cuping
hidup
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Ekskursi dada
berubah

2. Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan napas Latihan batuk efektif Observasi
efektif (D.0001) Observasi 1. Batuk merupakan
Setelah dilakukan tindakan
Kategori : Fisiologis 1. Identifikasi suatu cara pertahanan
keperawatan selama 3x24 jam
Subkategori : Respirasi kemampuan batuk tubuh untuk
masalah bersihan jalan napas
2. Monitor adanya retensi mengeluarkan lendir
tidak efektif teratasi dengan
Definisi : Ketidakmampuan sputum dan benda asing dari
krirteria hasil :
membersihkan sekret atau Terapeutik saluran napas. Jika
obstruksi jalan napas untuk 1. Batuk efektif 1. Atur posisi semi fowler batur berlangsung
mempertahankan jalan napas meningkat (dari skala atau fowler lama dan terus
tetap paten. 2 cukup menurun menerus maka hal ini
Penyebab : menjadi skala 4 cukup Edukasi mengganggu
Fisiologis meningkat) 1. Jelaskan tujuan dan penderita.
1. Spasme jalan napas 2. Produksi sputum prosedur batuk efektif
Terapeutik
2. Hipersekresi jalan menurun (dari skala 2 2. Anjurkan tarik napas
1. Posisi semi powler
napas cukup meningkat dalam melalui hidung atau powler akan
3. Benda asing dalam mennjadi skala 5 selama 4 detik, ditahan mempermudah pasien
jalan napas menurun) selama 2 detik, untuk bernapas.
4. Sekresi yang tertahan 3. Wheezing cukup kemudian keluarkan Edukasi
5. Proses infeksi menurun (dari skala 2 dari mulut dengan bibir 1. Batuk efektif dapat
6. Respon alergi cukup meningkat mencucu (dibulatkan) menekankan inspirasi
Situasional menjadi skala 4 cukup selama 8 detik maksimal yang
1. Merokok aktif menurun) 3. Anjurkan mengulangi dimulai dari ekspirasi
2. Merokok pasif tarik napas dalam yang bertujuan
3. Terpajan polutan hingga 3 kali meningkatkan volume
4. Anjurkan batuk dengan paru dan memfasilitasi
Gejala dan Tanda Mayor kuat langsung setelah pembersihan saluran
Subjektif tarik napas dalam yang napas
(tidak tersedia) ke-3 2. Dimana teknik ini
Objektif dapat membuat pasien
1. Batuk tidak efektif merasa legah
2. Sputum berlebih
3. Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi kering

Gejala dan tanda Minor


Subjektif
1. Dipsnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Frekuensi napas
berubah
3. Pola napas berubah

3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen Nyeri Observasi


Kategori : Psikologis Observasi: 1. untuk menilai tingkat
Setelah dilakukan tindakan
Subkategori : Nyeri dan 1. Identifikasi skala nyeri rasa nyeri yang
keperawatan selama 3x24 jam
Kenyamanan 2. Identifikasi lokasi, dialami pasien dan
masalah nyeri akut teratasi
karakteristik, durasi, membedakan tingkat
dengan krirteria hasil :
Definisi : Pengalaman frekuensi, kualitas, dan beratnya sehingga
sensorik atau emosional yang 1. Keluhan nyeri cukup intensitas nyeri dapat diagnosis yang
berkaitan dengan kerusakan mennurun (dari skala 3. Identifikasi faktor yang akurat
jaringan aktual atau 2 cukup meningkat memperberat dan 2. untuk dapat
fungsional, dengan onset menjadi skala 4 cukup memperingan nyeri mengetahui lokasi,
mendadak atau lambat dan menurun) 4. Identifikasi karakteristik, durasi,
berintensitas ringan hingga 2. Meringis menurun pengetahuan dan frekuensi, kualitas,
berat yang berlangsung (dari skala 3 sedang keyakinan tentang nyeri intensitas nyeri
kurang dari 3 bulan. menjadi skala 5 Terapeutik 3.
menurun) 1. Berikan teknik non 4.
Penyebab 3. Gelisah menurun (dari farmakologis untuk Terapeutik
1. Agen pencendera skala 2 cukup mengurangi rasa nyeri 1. Agar pasien tidak
fisiologis (mis. meningkat menjadi (mis. akupresur) tergantung pada obat-
inflamasi, iskemia, skala 4 cukup 2. Kontrol lingkungan obatan
neoplasma) menurun) yang memperberat 2. Untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. suhu nyeri dan meningkatkan
Gejala dan Tanda Mayor ruangan, pencahayaan, kenyamanan pasien
Subjektif kebisingan)
1. Mengeluh nyeri Edukasi Edukasi
Objektif 1. Jelaskan penyebab 1. untuk mengetahui
1. Tampak meringis periode, dan pemicu penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Bersikap protektif nyeri 2. agar pasien mengetahuin
(mis. waspada, posisi 2. Jelaskan strategi strategi meredakan nyeri
menghindari nyeri) meredakan nyeri
Kolaborasi
3. Gelisah Kolaborasi
1. agar penanganan nyeri
4. Sulit tidur 1. Kolaborasi pemberian
lebih cepat teratasi
Gejala dan Tanda Minor analgetik, jika perlu.
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Pola napas berubah
2. Nafsu makan berubah
3. Proses berpikir
terganggu
4. Menarik diri
5. Berfokus pada diri
sendiri
7. Implementasi
Kode Dx Implementasi Evaluasi
D.0005 Manajemen jalan napas S : Klien mengatakan sudah
Observasi tidak sesak lagi
1. Memonitor pola napas O : Klien sudah tidak
(frekuensi,kedalaman, usaha menggunakan otot bantu
napas) pernapasan
2. Memonitor bunyi napas tambahan A : Masalah teratasi
(mis. Gurgling, mengi, wheezing, P : Hentikan intervensi
ronkhi kering)
Terapeutik
1. Memberikan minuman hangat
2. Memberikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Mengajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Memberikan bronkodilator,
ekspektoran, mukolotik, jika perlu.
D.0001 Latihan batuk efektif S :klien mengatakan batuk yang
Observasi dirasakan sudah cukup
1. Mengidentifikasi kemampuan berkurang
batuk O:
2. Memonitor adanya retensi sputum 1. Sputum sudah berkurang
Terapeutik 2. Bunyi napas normal
1. Mengatur posisi semi fowler atau
A : Batuk belum teratasi
fowler
P : Lanjutkan intervensi
Edukasi
1. Mengidentifikasi
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur
kemampuan batuk
batuk efektif
2. Memonitor adanya
2. Menganjurkan tarik napas dalam
reteni sputum
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
3. Menganjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
D.0077 Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan nyeri
Observasi: menurun
1. Mengidentifikasi skala nyeri O : Nyeri dada skala 4 turun
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, menjadi skala 1
durasi, frekuensi, kualitas, dan A : Masalah teratasi
intensitas nyeri P : Hentikan intervensi
3. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
4. Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Terapeutik
1. Memberikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
akupresur)
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab periode, dan
pemicu nyeri
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang
trakeobronkial terhadap berbagai rangasangan yang akan menimbulkan obstruksi
jalan nafas dan gejala pernafasan(mengi dan sesak). Gambaran klinis asma klasik
adalah serangan episodik batuk, mengi. dan sesak napas. Pada awal serangan sering
gejala tidak jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai
pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada
perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih
kadang-kadang purulent.
B. Saran
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma maka dapat lebih
mengenali cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

Adiputi, I Made & Rahayu, M. Kadek (2017). Jurnal Penelitian.“MENGONSUMSI AIR


HANGAT SEBELUM TINDAKAN NEBULIZER MENINGKATKAN KELANCARAN
JALAN NAPAS PADA PASIEN ASMA. STIKES Wira Medika PPNI Bali.
Afiani, Nurma. (2013). Jurnal Penelitian “ APLIKASI TERAPI ‘GUIDED IMAGERY’
UNTUK PASIEN ASMA DENGAN STATUS ASMATIKUS PADA UGD “ Stikes
Widyagama Husada. Volume 2 (1)
Atmoko W., Khairina H., Faisal O., Bobian E. F., 2011. Prevalens Asma Tidak Terkontrol
dan Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik
Asma Rumah Sakit Persahabatan. Jakarta: J Respir Indo. 31 (2) 53-60
Audah, Faiza. 2011. Dahsyatnya Teknik Pernapasan. Yogyakarta: Interprebook.
Devi, Anakardian Kris Buana. 2017. Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan.
Yogyakarta : PT. Pustaka Baru
Hermawan, 2012. Faktor Resiko Kejadian Asma Bronkhial BerdasarkanJarak Pusat
Semburan Lumpur Lapindo Siduarjo Jawa Timur. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kekhususan Epidimiologi Lapangan. Program Pascasarjana FK UGM
Yogyakarta Tesis
Kartini, R. Putri & Pratama, B. Enggel (2017). Jurnal Penelitian “POTENSI EKSTRA JAHE
MERAH SEBAGAI TERAPI ALAMI KEJADIA ASMA PADA ATLET”. Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Sains, Universitas PGRI Madium.
Nurarif, A. H., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Medication
Purba, P.Diva. & Sitepu,F.Nunung (2012) Jurnal Penelitian “AKTIVITAS PENCEGAHAN
KEKAMBUHAN ASMA OLEH PASIEN ASMA” Fakultas Keperawatan, Universitas
Sumatra Utara
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai