Anda di halaman 1dari 12

INTERPRETASI ANALISA GAS DARAH

DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

BENY EKA FRADYANTORO

170300393

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA


LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan dan disetujui, pembuatan Laporan “Interpretasi Analisa Gas

Darah Di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta”, sebagai bukti

untuk pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Gawat

Darurat, kegiatan yang diwajibkan untuk mahasiswa/i yang menjalani Profesi

Ners di RSUD DR. Sardjito Yogyakarta.

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

( Beny Eka Fradyantoro )

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Preseptor

(Mahfud, S.Kep, Ns., MMR) ( )


INTERPRETASI AGD

1. Identitas Klien

Nama :

No CM : 01.77.17.97

Tanggal Lahir :

Status Perkawianan : Belum Menikah

Tanggal Masuk RS : Rabu, 14 Februari 2018

Tanggal Pengkajian : Rabu, 14 Februari 2018

2. Keadaan Umum Klien

Pasien merupakan kiriman dari poli jantung RSUP Dr. Sardjito dengan

riwayat ASD. Pasien mengatakan kemarin batuk darah, dadanya terasa

sakit dan sesak sampai saat ini.Saat ini pasien merasa lemas,dada terasa

pegal seperti ditindih, nyeri terasa hingga ke punggung, dan sesak nafas.

Terdapat retraksi dinding dada. TD : 123/82mmHg, Nadi : 79x/m, RR :

32x/m, terpasang nasal kanul 3l/m.

3. Diagnosa Medis Klien

Atrial Septal Defect

4. Hasil Pemeriksaan AGD

Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan
pH 7,53 7,35- 7,45 Alkali/Basa
pCO2 24,5 mmHg 35,0-45,0 Low/Rendah
pO2 47,6 mmHg 80,0-105,0 Low/Rendah
HCO3- 20,5mEq/L 22,0-26,0 Low/Rendah
5. Hasil Interpretasi AGD

Gangguan Keseimbangan Asam Basa pH pCO2 HCO3-

Alaklosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian 7,53 24,5 20,5

Hasil pemeriksaan AGD pada Nn.A didapatkan hasil pH

mengalami peningkatan (7,53) yang berarti bersifat basa atau Alkalosis.

Kadar pCO2 mengalami penurunan dari rentang nilai normal (24,5mmHg)

hal ini disebabkan karena terjadi hiperventilasi. pCO2 merupakan

komponen pernapasan dari pengaturan asam basa dan diatur oleh

perubahan frekuensi dan kedalam ventilasi pulmoner sehingga

hiperventilasi akan mengakibatkan kadar pCO2 <35mmHg atau menurun

begitu pula sebaliknya. Kadar HCO3- mengalami penurunan (20,5mEq/L),

penurunan ini merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan

kadar asam basa. HCO3- atau bikarbonat serum merupakan komponenen

ginjal mayor dari pengaturan asam basa. HCO3 dieksresi oleh ginjal untuk

mempertahankan lingkungan asam basa normal. Penurunan kadar

bikarbonat (<22mEq/L) merupakan indikasi mekanisme kompenasasi

alkalosis respiratorik. (1).

6. Pembahasan

Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion

hidrogen (H+) pada cairan – cairan tubuh. Asam terus menerus diproduksi

dalam metabolisme normal. Gangguan asam basa paling mudah

dinyatakan dengan teknik AGD/Astrup, karena dengan sedikit darah dapat


diketahui pH secara cepat dan tepat. Dengan menggunakan normogram

dari Sigard Anderson, dapat diketahui secara tidak langsung “base excess”

dan bikarbonat.

Analisa gas darah (AGD/Astrup) merupakan salah satu tes

diagnostik untuk menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat

digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan

status asam basa. Komponen yang terdapat dalam pemeriksaan AGD

adalah pH, PCO2, PO2, saturasi O2, basa penyangga, BE (base excess).

pH darah diukur secara langsung menggunakan pH meter. Suatu keadaan

disebut asidosis bila pH di cairan ekstraseluler kujrang dari 7,35 dan

disebut alkalosis bila pH lebih dari 7,45. Untuk menilai hasil pemeriksaan

AGD/Astrup, sebelumnya pemeriksa harus memahami arti dari komponen

tersebut.

pCO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut

dalam darah. pCO2 dapat digunakan sebagai parameter cukup atau

tidaknya ventilator alveolar. pCO2 rendah disebut dengan

hipokapnia,berarti terjadi hiperventilasi akibat rangsangan pernapasan.

Jika pCO2 tinggi (hiperkapnia), berarti terjadi kegagalan ventilasi alveolar

(hipoventilasi). Pada awal peningkatan pCO2 sistem pernapasan akan

terangsang untuk menurunkan pCO2 tersebut. Sebaliknya, jika pCO2

sangat tinggi justru akan menekankan sistem pernapasan. Homeostatis

dalam pengendalian asam-basa juga dipengaruhi oleh banyaknya asam


yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme, namun cairan tubuh (H+)

tetap rendah.

Mekanisme homeostatis yang luar biasa mempertahankan pH

plasma suatu indikator konsentrasi ion hidrogen (H+), dalam rentang

normal yang sempit antara 7,35-7,45. Mekanisme ini mencakup aktivitas

bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang, pH didefiniskan

sebagai konsentrasi H+; semakin banyak ion hidrogen maka semakin asam

suatu larutan dan semakin renda pH. Rentang pH yang sesuai dengan

kebutuhan hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan sebesar sepuluh kali

lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam plasma. (2)


Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah

menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga

menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO2 sehingga pH

meningkat. Kondisi ini sering terjadi pada keadaan hiperventilasi,

sehingga banyak CO2 yang dilepaskan melalui ekspirasi. Penyebab

hiperventilasi lain diantaranya adalah nyeri hebat, cemas, dan iatrogenik

akibat ventilator. Kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu dengan

menurunkan ventilasi alveoli. Dengan penurunan ventilasi ini diharapkan


kadar CO2 di darah meningkat, sehingga dapat menurunkan pH.

Mekanisme peningkatan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi

respons secara langsung terhadap penurunan PCO 2 darah. Penurunan

PCO2 akan menurunkan PCO2 sel tubulus, menyebabkan mengurangi

pembentukan H+dalam sel tubulus, yang kemudian penurunan sekresi

H+. Dengan penurunan ekresi ini berarti H+ yang direabsorbsi akan

meningkat, sehingga kadar H+ didalam darah meningkat. Keadaan pada

saat darah terlalu banyak mengandung basa menyebabkan peningkatan

pH darah. Seiring dengan meningkatnya pH darah, pernapasan menjadi

lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan basa

dalam darah dengan cara meningkatkan jumlah karbondioksida.

Kompensasi kedua yaitu dengan cara meningkatkan ekskresi HCO3–.

Dimana dengan peningkatan eksresi HCO3– akan mengakibatkan banyak

ion H+ yang tidak berikatan yang nantinya akan direabsobsi tubulus

yang kemudian didifusikan ke aliran darah. Dengan peningkatan

konsentrasi H+ di dalam darah nantinya akan menurunkan pH darah (3)

(4).

7. Hubungan Interpretasi AGD dengan Penyakit

Atrial septal defect adalah salah satu penyakit jantung bawaan non

sianotik, dimana terdapat hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang

memisahkan atrium kanan dan atrium kiri (5). Septum atrium yang tetap

terbuka menyebabkan campuran antara darah yang kaya O2 dan kaya CO2.

Tekanan darah pada atrium kiri lebih besar sehingga terjadi aliran darah
menuju ke atrium kanan yang akhirnya mengakibatkan jantung kanan

membesar dan tekanan tinggi pada paru-paru (hipertensi pulmonal).

Terjadi gangguan pertukaran O2 dengan CO2, PO2 rendah, dekompensasio

kordis kanan (6).

8. Penentuan Terapi yang sesuai dengan Hasil Interpretasi AGD

Jika hipoksia adalah penyebab utama alkalosis respiratorik, maka

lakukan koreksi secepatnya. Untuk hiperventilasi psikogenik, gunakan

kantong kertas untuk menhisap kembali CO2 atau berikan diazepam 5-

10mg secara oral atau intravena sesuai indikasi (7). Selain itu, alkalosis

akibat penambahan Natrium, sensitif dengan klorida dan diterapi dengan

pemberian Na Cl 0,9%, KCL, CaCl dan HCL (8).

Pemberian posisi semi fowler 30º dan terapi oksigen

menggunakan NRM dapat membantu menolong pasien di dalam

pengaturan kadar asam basa di dalam darah dengan memberikan adekuasi

oksigenasi. Ada kenaikan yang signifikan secara statistik pada PaO2,

SaO2 (165,9 ± 5,6,99,07 ± 1,35), (P <0,05) dan penurunan PaCO2 secara

statistik signifikan setelah 30 menit dari posisi 30 ° HOBE (27,36 ± 2,19),

(P > 0,05) dibandingkan dengan 15, 30 menit posisi 45 ° HOBE. Juga,

terjadi kenaikan RR yang signifikan secara statistik setelah 30 menit dari

posisi 45 ° HOBE (22,46 ± 1,76), (p2> 0,05) dibandingkan dengan posisi

15, 30 menit 30 ° HOBE.

Posisi semi-fowler 30° memiliki efek positif pada parameter hemodinamik

seperti denyut nadi, laju pernafasan, tekanan darah, CVP, tekanan darah
arteri rata-rata (MAP) dan nilai gas darah arteri (SaO2, PaO2 dan PaCo2)

(9) (10).

9. Kesimpulan

Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah

menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga

menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO2 sehingga pH

meningkat, dan terjadi mekanisme bufer di mana kadar HCO3 mengalami

penurunan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa di dalam

darah.

Atrial septal defect adalah salah satu penyakit jantung bawaan non

sianotik, dimana terdapat hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang

memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Septum atrium yang tetap

terbuka menyebabkan campuran antara darah yang kaya O2 dan kaya CO2.

Kerusakan ini menyebabkan percampuran darah beroksigen dengan tidak

beroksigen, yang akhirnya mengakibatkan jantung kanan membesar dan

tekanan tinggi pada paru-paru (hipertensi pulmonal). Pencampuran darah

ini akan mengakibatkan gangguan pertukaran O2 dengan CO2, PO2

rendah, dekompensasio kordis kanan.

Untuk hiperventilasi psikogenik, gunakan kantong kertas untuk

menghisap kembali CO2 atau berikan diazepam 5-10mg secara oral atau

intravena sesuai indikasi. Selain itu, alkalosis akibat penambahan Natrium,


sensitif dengan klorida dan diterapi dengan pemberian Na Cl 0,9%, KCL,

CaCl dan HCL.

Posisi semi-fowler 30° memiliki efek positif pada parameter

hemodinamik seperti denyut nadi, laju pernafasan, tekanan darah, CVP,

tekanan darah arteri rata-rata (MAP) dan nilai gas darah arteri (SaO2,

PaO2 dan PaCo2).


Daftar Pustaka

1. Horne MM. Keseimbangan Cairan, Elektrolit and Asam basa. 2nd ed. Ester
M, editor. Jakarta: EGC; 2001.

2. Muttaqin A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Persarafan Jakarta: Salemba Medika; 2008.

3. Gleadle J. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Safitri A, editor.


Jakarta: Erlangga; 2007.

4. Davey P. At a Glance MEDICINE Safitri A, editor. Jakarta: Erlangga; 2006.

5. Muttaqin A. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular Jakarta: Salemba Medika; 2009.

6. Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obstetri Jakarta: EGC; 2007.

7. Eliastam M. Penuntun Kedaruratan Medis. 5th ed. Wulandari WD,


Chandranata L, editors. Jakarta: EGC; 1998.

8. Farhan Ali Rahman CFRWBYP. Aplikasi Klinis Analisis Gas Darah


Pendekatan Stewart pada Periode Perioperatif. JURNAL KOMPLIKASI
ANESTESI. 2015 November; 3.

9. Shah DS, Desai AR, Gohil N. A COMPARISION OF EFFECT OF SEMI


FOWLER’S VS SIDE LYING POSITION ON TIDAL VOLUME & PULSE
OXYMETRY IN ICU PATIENTS. Innovative Journal. 2012 Oktober.

10. El-Moaty AMA, EL-Mokadem NM, Abd-Elhy AH. Effect of Semi Fowler’s
Positions on. International Journal of Novel Research in Healthcare and
Nursing Oxygenation and Hemodynamic Status among Critically Ill Patients
with Traumatic Brain Injury. 2017 Agustus;(2).

Anda mungkin juga menyukai